Bab i

5
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat dilaksanakan dan dipenuhi dengan menyelenggarakan suatu pembangunan kesehatan yang berkesinambungan, menyeluruh, terarah dan terpadu yang merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Pemerintah melalui program pembangunan kesehatan memiliki tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pengaturan, pengendalian, dan pengawasan minuman beralkohol 1 . Pada hakekatnya setiap warga negara berhak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Jaminan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat ini telah secara tegas dinyatakan dalam ketentuan Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) yang berbunyi : ”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Peredaran minuman berkadar alkohol, kita kenal sebagai minuman keras sudah sangat luas. Dari perkotaan 1 Arif Usman, Media Pembinaan Hukum Nasional. 1

Transcript of Bab i

Page 1: Bab i

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat dilaksanakan dan

dipenuhi dengan menyelenggarakan suatu pembangunan kesehatan yang

berkesinambungan, menyeluruh, terarah dan terpadu yang merupakan suatu

rangkaian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Pemerintah melalui

program pembangunan kesehatan memiliki tujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan

ini adalah melalui pengaturan, pengendalian, dan pengawasan minuman

beralkohol1.

Pada hakekatnya setiap warga negara berhak untuk mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat. Jaminan mendapatkan lingkungan hidup

yang baik dan sehat ini telah secara tegas dinyatakan dalam ketentuan Pasal 28 H

ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

NRI 1945) yang berbunyi : ”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta

berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Peredaran minuman berkadar alkohol, kita kenal sebagai minuman keras

sudah sangat luas. Dari perkotaan hingga pelosok pedesaan jenis minuman ini

mudah sekali didapatkan. Minuman keras termasuk dalam kategori NAPZA

(Narkotika, Psikotropika dan Zat-zat Adiktif), dan minuman keras termasuk

dalam golongan zat-zat adiktif. Zat-zat adiktif adalah zat-zat yang tidak termasuk

narkotika maupun psikotropika namun dapat menimbulkan ketergantungan.

Minuman berkadar alkohol adalah minuman hasil fermentasi/peragian

karbohidarat, biasanya yang dipakai adalah sari buah anggur2.

Penyalahgunaan minuman beralkohol tidak terbatas pada satu kalangan atau

golongan saja. Yang memprihatinkan adalah bahwa korban penyalahgunaan zat

1 Arif Usman, Media Pembinaan Hukum Nasional.2 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 86/Menkes/Per/IV/77, yang dimaksud dengan

Minuman Keras adalah: “Semua jenis minuman beralkohol, tetapi bukan obat, yang meliputi minuman keras golongan A, minuman keras golongan B, minuman keras golongan C.

1

Page 2: Bab i

2

(dalam hal inialkohol) pada umumnya dimulai pada masa remaja.20 Padahal menurut

ketentuan hukum pasal 20 (3) Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

86/Men-Kes/Per/IV/77 disebutkan bahwa “Dilarang menjual atau menyerahkan

minuman keras kepada anak dibawah umur 16”3.

Dibeberapa tempat minuman yang disajikan biasanya sudah diracik oleh

para penjual dengan minuman berkadar alkohol yang sudah mempunyai “label”

atau merk tertentu. Demikian juga dengan warung remang-remang yang terdapat

dipinggir jalan juga menyediakan minuman beralkohol walaupun hanya sekedar

minuman “cap tikus”. Bahkan pada pesta-pesta hajatan biasanya sang tuan rumah

akan menyediakan minuman keras untuk para tamunya agar bisa lebih meriah

dalam merayakan pesta hajatan tersebut. Kebiasaan minum minuman keras ini

bahkan secara tidak sadar seperti sudah menjadi budaya atau tradisi dalam

masyarakat4.

Menurut H. E. Barnes dan N. K. Teeters, masalah minuman keras dapat

dikategorikan sebagai “Penyakit masyarakat atau Sosial Pathology”5. Sebagai

penyakit sosial, jelas minuman keras merupakan gejala sosial yang berpengaruh

terhadap masyarakat dalam berbagai bentuk perilaku yang membawa dampak

negatif terhadap masyarakat sebagai akibat pemabukan minuman keras yang

diderita seseorang. Tindakan atau perbuatan negatif seseorang seperti:

pelanggaran lalu lintas, pencurian, penganiyaan, perkosaan, dan lain sebagainya

dapat dilakukan oleh pemabuk.

Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai

alkohol dan kesehatan pada 2011 menyebutkan, sebanyak 320.000 orang usia 15-

29 tahun meninggal di seluruh dunia setiap tahun karena berbagai penyebab

terkait alkohol. Jumlah ini mencapai sembilan persen dari seluruh kematian dalam

kelompok usia tersebut. Di Indonesia, dalam catatan Gerakan Nasional Anti Miras

(Genam), setiap tahunnya jumlah korban meninggal akibat minuman beralkohol

mencapai 18.000 orang. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

3 Ibid Hal 174. 4 Reza Indragiri Amriel, Psikologi Kaum Muda Pengguna Narkoba, Salemba Humanika,

Jakarta, 2008, hal 6.5 Soedjono Dirdjosisworo, Alkoholisme ; Paparan Hukum dan Kriminologi, CV Remadja

Karya, Bandung, 1984.

Page 3: Bab i

3

tahun 2007 jumlah pengkonsumsi alcohol seluruh Indonesia berjumlah 4,6%

dimana jumlah penduduk saat itu berjumlah 224.904.900 jiwa yang berarti

±10.345.625 jiwa pengkonsumsi alkohol dan jumlah terbanyak peminum alkohol

adalah usia produktif usia 15-34 yakni 6,7%6.

Dampak yang ditimbulkan dari alkoholisme juga sangat kompleks, dari

masalah kesehatan/fisik, kejiwaan/psikologi dan sosial. Secara medis penyalahgunaan

alkohol menyebabkan timbulnya komplikasi pada organ otak, rusaknya sistem

pembuluh darah, jantung, hati, liver, pencernaan, pankreas, otot, seks dan janin,

endokrin, gangguan nutrisi, metabolisme, dan resiko kanker7. Dari sudut psikiatri

penyalahgunaan zat (alkohol) dapat mengakibatkan Gangguan Mental Organik akibat

zat atau disebut juga Sindrom Otak Organik, yang disebabkan oleh efek langsung dari

zat tersebut terhadap susunan saraf pusat/otak yang akhirnya mempengaruhi

terjadinya perubahan perilaku yang tidak terkontrol pada diri penderita.

Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk mencegahnya adalah

mengaturnya dengan Peraturan Perundang-Undangan. Pemerintah dalam hal ini

juga menaruh perhatian sangat serius terhadap pembuatan, peredaran, penjualan

minuman keras dan penggolongannya.

1.2. Permasalahan

1. Luasnya peredaran minuman beralkohol mulai dari daerah perkotaan

hingga pelosok desa.

2. Besarnya dampak negatif bagi kesehatan, bagi para penikmat minuman

beralkohol.

6Ibid, Hal 1.7I Gusti K. Alit (editor), Perilaku Remaja dan Permasalahannya, Yayasan Penerus Nilai-nilai

LuhurPerjuangan 1945, Jakarta, 1995, hal 28 & 162.