BAB I

34
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Mata merupakan indera yang paling penting dalam menerima informasi. Sekitar 83 persen informasi diperoleh dari penglihatan, sedangkan sisanya diperoleh dari indera yang lain, seperti pendengaran, penciuman, pengecapan dan perabaan. Jadi sangat terbayang sekali, betapa terganggunya manusia bila dia tidak memiliki fungsi indera yang satu ini. 1 Menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO) ada sekitar 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60 persen diantaranya berada di negara miskin atau berkembang. Dari data di atas, Indonesia merupakan negara tertinggi di Asia Tenggara dengan angka kebutaan sebesar 1,5 persen. Berada di urutan ketiga dunia sebesar 1,47 persen. Tingginya angka kebutaan di Indonesia disebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat. Diperkirakan 12 orang menjadi buta setiap menit di dunia dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia Tenggara dan penyebab terbanyak adalah katarak. 1,2 Di Indonesia hingga saat ini ada tiga juta orang yang mengalami kebutaan. Dari jumlah tersebut, 70% disebabkan katarak. Bahkan jumlah kasus kebutaan di 1

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Mata merupakan indera yang paling penting dalam menerima informasi.

Sekitar 83 persen informasi diperoleh dari penglihatan, sedangkan sisanya

diperoleh dari indera yang lain, seperti pendengaran, penciuman, pengecapan dan

perabaan. Jadi sangat terbayang sekali, betapa terganggunya manusia bila dia

tidak memiliki fungsi indera yang satu ini.1

Menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO) ada sekitar 45 juta

penderita kebutaan di dunia, 60 persen diantaranya berada di negara miskin atau

berkembang. Dari data di atas, Indonesia merupakan negara tertinggi di Asia

Tenggara dengan angka kebutaan sebesar 1,5 persen. Berada di urutan ketiga

dunia sebesar 1,47 persen. Tingginya angka kebutaan di Indonesia disebabkan

usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat. Diperkirakan 12 orang

menjadi buta setiap menit di dunia dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia

Tenggara dan penyebab terbanyak adalah katarak. 1,2

Di Indonesia hingga saat ini ada tiga juta orang yang mengalami kebutaan.

Dari jumlah tersebut, 70% disebabkan katarak. Bahkan jumlah kasus kebutaan di

Indonesia tertinggi dibanding negara Asia lainnya seperti India, Bangladesh, dan

Thailand. Hal ini terutama disebabkan ketidakseimbangan antara insiden katarak

yang besarnya 210.000 orang per tahun dengan jumlah operasi katarak yang

hanya 80.000 orang per tahun. Akibatnya terjadi backlog (penumpukan

penderita) yang cukup tinggi. Minimnya penanganan di sebabkan tidak

berimbangnya perbandingan antara dokter mata dengan pasien. Perbandingan

dokter mata dengan pasien adalah 1 berbanding 350 ribu pasien. 2,3

Menurut WHO idealnya seorang dokter mata berbanding dengan 100 Ribu

pasien. Kondisi inilah yang membuat jumlah penderita katarak di Indonesia

meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan riset kesehatan dasar, proporsi low

1

Page 2: BAB I

vision di Indonesia adalah sebesar 4,8% (5% - 9%), kebutaan (0,9%) dan Katarak

(1,8%) yang meningkat dari 1,2%. Prevalensi nasional kebutaan adalah 0,9%

(berdasarkan hasil pengukuran, visus (<3/60). 3

Dari hasil riskesdas tahun 2007/2008 untuk provinsi Sulawesi Selatan

berdasarkan pemeriksaan visus pada usia di atas 5 tahun terdapat 2,6% visus di

bawah 3/60 dan 9,8% visus di bawah 6/18. Sementara hasil wawancara pada

penduduk di atas 30 tahun ke atas terdapat 1,2% pernah didiagnosis katarak 12

bulan terakhir, 23,4% keluhan mata berkabut atau silau dan dari yang pernah

didiagnosis katarak terdapat hanya 18% yang pernah dioperasi. 4

Hal ini dianggap sangat ironis, karena operasi untuk jenis penyakit ini

sebenarnya sudah sangat maju. Namun sayangnya kemampuan masyarakat untuk

memperoleh pelayanan kesehatan mengenai penyakit ini masih terasa sangat

rendah sehingga banyak orang tak mampu harus hidup dalam kebutaan. Tingginya

kasus penyakit katarak di Indonesia dibandingkan dengan negara lain karena

kurangnya pemahaman masyarakat Indonesia terhadap penyakit katarak. 3,4

Dari data yang sudah disebutkan diatas, masih tingginya angka kebutaan yang

disebabkan oleh karena katarak dan masih kurangnya pengetahuan dan

kemampuan masyarakat tentang operasi katarak maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Persepsi Masyarakat terhadap Operasi Katarak. 4

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap penyakit katarak

2. Bagaiman persepsi masyarakat terhadap pengobatan katarak

3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mata

I.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap operasi katarak

2

Page 3: BAB I

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan maysarakat terhadap

penyakit katarak

Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pengobatan

katarak

Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan mata

Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pengobatan

katarak berdasarkan pekerjaan

Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pengobatan

katarak berdasarkan pendidikan

I.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan gambaran tetntang persepsi masyarakat terhadap operasi

katarak.

2. Sebagai bahan sumbangan ilmiah yang diharapkan dapat bermanfaat untuk

pembaca atau peneliti berikutnya serta menambah wawasan ilmu

pengetahuan bagi pembaca.

3. Penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman berharga bagi peneliti

dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan serta untuk

pengembangan diri khususnya dalam bidang penelitian

3

Page 4: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Defenisi

Katarak adalah suatu kekeruhan yang terjadi pada lensa mata sehingga

terjadi penurunan kualitas penglihatan. Katarak berasal dari bahasa yunani

(katarrhakies) dan bahasa latin (cataracta) yang berarti air terjun. Saat air mengalir

dengan cepat (turbulensi), saat itu air dapat berubah dari jernih menjadi keruh atau

berawan. 5

Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan

lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa

menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa. Katarak

pada umumnya menyerang kedua mata, namun salah satu mata dapat mengalami

percepatan dibanding yang lainnya. 6

Katarak merupakan penyebab utama (52%) kebutaan. Beberapa gejala

umum katarak adalah pandangan yang kabur dan tidak dapat dikoreksi dengan

lensa, warna-warna tampak kusam, kesulitan melihat di tempat terang, dan

kesulitan membaca atau mengemudi di malam hari. Katarak menyebabkan

penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya

sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. 1,5

II.2 Epidemiologi

Katarak sangat umum mempengaruhi sekitar 60% orang berusia 60 tahun

dan lebih dari 1.5 juta operasi katarak dilakukan di Amerika Serikat setiap

tahunnya. Penelitian potong –lintang mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar

10% orang Amerika Serikat dan prevalensi ini meningkat sampai 50% untuk

mereka yang berusia 65-74 tahun dan sampai 70% pada mereka yang berusia 75

tahun. 6

4

Page 5: BAB I

Di Indonesia hingga saat ini ada tiga juta orang yang mengalami kebutaan.

Dari jumlah tersebut, 70% disebabkan katarak. Bahkan jumlah kasus kebutaan di

Indonesia tertinggi dibanding negara Asia lainnya seperti India, Bangladesh, dan

Thailand. 6

Hal ini terutama disebabkan ketidakseimbangan antara insiden katarak

yang besarnya 210.000 orang per tahun dengan jumlah operasi katarak yang

hanya 80.000 orang per tahun. Akibatnya terjadi backlog (penumpukan

penderita) yang cukup tinggi. Minimnya penanganan di sebabkan tidak

berimbangnya perbandingan antara dokter mata dengan pasien. Perbandingan

dokter mata dengan pasien adalah 1 berbanding 350 ribu pasien. 5,6

II.3 Etiologi

Katarak umumnya merupakan penyakit degenerasi pada usia lanjut. 7

I . Proses pada nukleus

Oleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong kearah

tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah menjadi lebih padat (nukleus)

mengalami dehidrasi, penimbunan ion calcium dan sklerosis. Pada nukleus ini

kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada kasus ini lensa menjadi lebih

hipermetrop.

II. Proses pada korteks

Timbulnya celah-celah antara serabut-serabut lensa yang berisi air dan

penimbunan calcium sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan

membengkak menjadi lebih miop.

II.4 Patofisiologi

Katarak terjadi melalui dua proses, yaitu : 8

1. Penumpukan protein di lensa mata

5

Page 6: BAB I

Komposisi terbanyak pada lensa mata adalah air dan protein. Penumpukan

protein pada lensa mata dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa mata dan

mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke retina. Proses penumpukan protein

ini berlangsung secara bertahap, sehingga pada tahap awal seseorang tidak

merasakan keluhan atau gangguan penglihatan. Pada proses selanjutnya

penumpukan protein ini akan semakin meluas sehingga gangguan penglihatan

akan semakin meluas dan bisa sampai pada kebutaan. Proses ini merupakan

penyebab tersering yang menyebabkan katarak yang terjadi pada usia lanjut.

2. Perubahan warna pada lensa mata yang terjadi perlahan-lahan

Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan

usia, lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh

atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan

(pandangan buram/kabur) pada seseorang, tetapi tidak menghambat

penghantaran cahaya ke retina.

II.5 Gejala Klinis

Gejala Subyektif 7,8

a. Penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara

progresif.

b. Visus menurun yang derajatnya tergantung lokalisasi dan tebal tipisnya

kekeruhan, bila : Kekeruhan tipis, kemunduran visus sedikit atau sebaliknya

dan kekeruhan terletak diequator, tak ada keluhan apa-apa

c. Penderita mengeluh adanya bercak-bercak putih yang tak bergerak.

d. Diplopia monocular yaitu penderita melihat 2 bayangan yang disebabkan oleh

karena refraksi dari lensa sehingga benda-benda yang dilihat penderita akan

menyebabkan silau.

e. Pada stadium permulaan penderita mengeluh miopia, hal ini terjadi karena

proses pembentukan katarak sehingga lensa menjadi cembung dan refraksi

power mata meningkat, akibatnya bayangan jatuh dimuka retina.

6

Page 7: BAB I

Gejala Obyektif 7,8

a. Pada lensa tidak ada tanda-tanda inflamasi.

b. Pada oblique illumination (mata disinar dari samping): Lensa tampak keruh

keabuan atau keputihan dengan background hitam.

c. Pada fundus reflex dengan opthalmoscope: kekeruhan tersebut tampak

hitam dengan background orange dan pada stadium maturestem hanya

didapatkan warna putih atau tampak kehitaman tanpa background orange, hal

ini menunjukkan bahwa lensa sudah keruh seluruhnya.

d. Camera anterior menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut camera

anterior menyempit sehingga tekanan intraokuler meningkat, akibatnya terjadi

glaukoma.

II. 6 Klasifikasi Katarak

Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam : 6,8

Katarak kongenital, katarak yang sudah didapat sejak lahir

Katarak infantil, katarak yang terlihat pada usia di bawah satu tahun.

Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia satu tahun.

Katarak presenilis, katarak yang terjadi sebelum usia 50 tahun

Katarak senilis, katarak setelah usia 50 tahun.

Berdasarkan perkembangannya katarak dibagi atas 4 stadium yaitu : 6,8

Katarak Insipien

Katarak Immatur

Katarak Matur

Katarak Hipermatur

1. Stadium insipien

Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan

terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari

7

Page 8: BAB I

roda),terutama mengenai korteks anterior, sedangkan aksis relatif masih jernih.

Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang nyata bila pupil dilebarkan. 2

2. Stadium imatur

Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan terutama terdapat di

bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di

lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh

karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai

bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat

di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan cahaya pada daerah

lensa yang keruh dan daerah yang gelap,akibat bayangan iris pada lensa yang

keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).2,5

3. Stadium matur

Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua sinar yang

melalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak ada bayangan

iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow test

membedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat harus diperiksa lebih

lanjut dengan midriatika,oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat

shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan

pupil, akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja.

Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur, dengan koreksi, visus tetap

buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi1/300 atau satu

per tak hingga, hanya ada persepsi cahaya, walaupun lensanya belum keruh

seluruhnya. Keadaan ini disebut vera matur. 5,7

4. Stadium hipermatur

Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, sehingga nukleus

lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui pupil, pada daerah yang

keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian bawah, dengan

warna yang lain daripada bagian yang diatasnya, yaitu kecoklatan. Pada stadium

8

Page 9: BAB I

ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeabel, sehingga

isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang di bawahnya

terdapat nukleus lensa.Keadaan ini disebut katarak Morgagni. Pada perjalanan

dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan yang disebut

intumesensi yaitu penyerapan cairan bilik mata depan oleh lensa sehingga lensa

menjadi cembung dan iris terdorong ke depan, bilik mata depan menjadi dangkal.

Hal ini tidak selalu terjadi, pada umumnya terjadi pada stadium II. 3,6

5. Katarak Nuklear

Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama

kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi

coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman . Keadaan ini disebut katarak

Brunesen atau Nigra. 2,4

6. Katarak Kortikal

Terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi

akibat perubahan indeks refraksi lensa . Dapat menyebabkan silau terutama bila

menyetir pada malam hari. 3

7. Katarak Kupuliform

Mulai dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau nuklear. Kekeruhan

terletak dilapis korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring. 2

8. Katarak Brunesen

Katarak yang berwarna coklat sampai hitam, terutama pada nucleus lensa. Dapat

terjadi pada pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi. 4

9. Katarak Komplikata

Katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi.

Mempunyai tanda khusus yaitu selamanya dimulai di korteks atau dibawah kapsul

menuju ke korteks atau dibawah kapsul menuju sentral. Pada lensa terlihat

9

Page 10: BAB I

kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu-waktu menjadi katarak lamelar.

misalnya katarak diabetik akibat tidak terkontrolnya gula darah pada pasien

Diabetes Melitus sehingga mempercepat terjadinya katarak. Pada lensa terlihat

kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan pengobatan.

Sebetulnya hal ini terjadi pada kapsula posterior. Seluruh dunia lebih dari 285 juta

orang terkena dampak diabetes mellitus. Jumlah ini diperkirakan meningkat

menjadi 439 juta pada 2030 menurut Diabetes Internasional Federasi. Sebuah

komplikasi yang sering dari kedua tipe 1 dan tipe 2 diabetes retinopati diabetes,

yang dianggap penyebab kelima kebutaan di Amerika Serikat. Pada 95%

penderita diabetes tipe 1 dan 60% tipe 2 penderita diabetes dengan durasi penyakit

lebih dari 20 tahun, tanda-tanda retinopati diabetes terjadi. 3,6

10. Katarak Sekunder

Adanya cincin Soemmering (akibat kapsul pesterior yang pecah) dan Mutiara

Elsching (epitel subkapsular yang berproliferasi). 3

11. Katarak Traumatika

Dapat terjadi akibat trauma mekanik, agen-agen fisik (radiasi, arus listrik, panas

dan dingin). 2

II. 7 Penatalaksanaan

Non Bedah

Untuk katarak yang masih ringan dengan harapan proses pengeruhan dapat

dihentikan atau diperlambat diberikan pengobatan medikamentosa. Obat yang

dikenal dipasaran Catalin, Quinax, Catarlen. Yang harus diteteskan 5 kali sehari

satu tetes terus menerus. Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih

ringan dapat dibantu dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya

yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini

tidak diperlukan tindakan operasi. 3,6

10

Page 11: BAB I

Bedah

1. Indikasi Ektraksi Katarak

Indikasi Klinis

Apabila katarak menimbulkan penyulit uveitis atau glaukoma meskipun visus

masih baik untuk bekerja. Dilakukan operasi setelah keadaan menjadi tenang.

Indikasi Visuil

a) Katarak monokuler

- Apabila sudah masuk stadium matur.

- Apabila visus pasca bedah sebelum dikoreksi lebih baik dari pada sebelum

operasi.

b) Katarak Binokuler

- Apabila sudah masuk stadium matur.

- Bila visus meskipun telah dikoreksi tidak cukup untuk melakukan pekerjaan

sehari-hari.

Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa

mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi

katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam.

Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi

bersamaan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis, glaukoma, dan retinopati

diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih

menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi.

Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang

katarak. Dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa dengan

isi kapsul lensa atau ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa (korteks dan

nucleus) melalui kapsul anterior yang dirobek dengan meninggalkan kapsul

posterior. 7

11

Page 12: BAB I

a. Operasi katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak ekstra kapsular

(EKEK)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa

dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan

korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan

pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama

keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah

gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca,

sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema,

pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan

katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan

ini yaitu dapat terjadi katarak sekunder. 4,8

b. Operasi katarak intrakapsular atau ekstraksi katarak intrakapsular

(EKIK)

Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat

dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus.

Pada tindakan ini tidak akan terjadi katarak sekunder. Penderita yang telah

menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan lensa buatan sebagai

pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa buatan ini merupakan lempengan

plastik yang disebut lensa intraokular, biasanya lensa intraokular dimasukkan ke

dalam kapsul lensa di dalam mata. Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya

aman. Setelah pembedahan jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata

yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang serius. Untuk mencegah

infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama

beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk

melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau

pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar

sembuh. 6,7

12

Page 13: BAB I

c. Fakoemulsifikasi

Merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic

untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat

diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Teknik operasi ini menggunakan gelombang

ultrasonik dan hanya perlu membuat luka irisan sekitar 1,8 – 2,75 milimeter saja.

Dengan alat ini lensa dipecah dalam beberapa bagian selanjutnya dihisap.

Kemudian diteruskan dengan pemasangan lensa tanam lipat (Foldable IntraOculer

Lens). Keuntungan dari teknik ini adalah luka irisan minimal, resiko infeksi kecil,

tanpa jahitan, penyembuhan lebih cepat dan rehabilitasi visus/penglihatan lebih

cepat sehingga pasien lebih puas. Dengan teknik ini seberapapun derajat ketipisan

katarak operasi dapat dilakukan tanpa menunggu matang. Tehnik operasi ini

menggunakan suatu alat yang disebut “tip” yang dikendalikam secara ultrasonik

untuk memecahkan nukleus dan mengaspirasi lensa sehingga berbeda dengan

EKEK konvensional. Pada fakoemulsifikasi luka akibat operasi lebih ringan

sehingga penyembuhan luka juga berlangsung lebih cepat disamping perbaikan

penglihatan juga lebih baik. Astigmat pasca bedah katarak bisa diabaikan.

Pemilihan tehnik operasi ini tergantung keras/ lunaknya lensa. Setelah lensa

katarak diambil penderita hanya mempunyai tajam penglihatan 1/60. 7

Penggantian lensa ada dua cara yaitu : 8

Penderita setelah operasi diberi kaca mata atau lensa kontak S + 10 dioptri

supaya dapat melihat jauh. Untuk penglihatan dekatnya harus ditambah

dengan S + 3 doptri. Jika keadaan refraksi penderita sebelumya miopia

harus dikurangi dengan derajat miopianya, pada hipermetropia ditambah.

Penderita dipasang lensa tanam bersamaan waktu dilakukan operasi,

keuntungannya adalah penderita langsung dapat melihat jelas, tidak perlu

memakai kaca mata sangat tebal, lapang pandang penderita tetap luas dan

distorsi sinar dapat dihilangkan.

13

Page 14: BAB I

d. Small Incision Cataract Surgery ( SICS )

Perbedaan yang nyata dengan EKEK adalah pada irisan operasi dilakukan

dengan irisan kecil sehingga terkadang hampir tidak membutuhkan jahitan

luka insisi. Penyembuhan lebih cepat dan risiko astigmatisma yang lebih

kecil.

II.8 KOMPLIKASI

Bila katarak tidak segera ditangani dan dibiarkan maka jelas akan mengganggu

kemampuan melihat dan kemungkinan juga dapat menimbulkan komplikasi

berupa glaukoma dan uveitis. Dari katarak matur tidak di operasi bisa menjadi

katarak hipermatur kemudian berubah kepada Morgagnian. Akhirnya massa lensa

keluar dan terjadilah uveitis.

Pada katarak hipermatur juga bisa terjadi luksasi / subluksasi lensa dan akhirnya

vitreus lensa menutup pupil dan terjadilah glaukoma sekunder. Pada perjalanan

katarak dapat terjadi penyulit. Yang tersering adalah glaukoma yang terjadi karena

:

Fakotopik

- Berdasarkan kedudukan lensa. Oleh karena proses intumesensi, iris

terdorong kedepan, sudut COA dangkal, aliran COA tidak lancar

sedangkan produksi terus berlangsung sehingga tekanan intra okular

meninggi dan menimbulkan glaukoma.

Fakolitik

- Lensa yang keruh jika kapsulnya rusak substansi lensa yang keluar akan

diresorpsi oleh serbukan fagosit atau makrofag yang banyak di COA,

serbukan ini sedemikian banyaknya sehingga menyumbat sudut COA dan

menyebabkan glaukoma.

- Penyumbatan dapat terjadi pula oleh karena substansi lensa sendiri yang

menumpuk disudut COA terutama bagian kapsul lensa dan menyebabkan

exflolation glaucoma.

Fakotoksik

14

Page 15: BAB I

- Substansi lensa di COA merupakan zat toksik bagi mata sehingga terjadI

reaksi alergi dan timbullah uveitis. Uveitis ini dapat menyebabkan

glaukoma.

A. Dapat Timbul Waktu Melakukan Operasi Katarak :

- Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama

operasi maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang

merupakan risiko terjadinya glaukoma atau traksi pada retina. Keadaan ini

membutuhkan pengangkatan dengan satu instrumen yang mengaspirasi

dan mengeksisi gel (vitrektomi). Pemasangan lensa intraokular sesegera

mungkin tidak bisa dilakukan pada kondisi ini.

- Pendarahan, dapat terjadi pada waktu melakukan insisi kornea. Prolaps

iris, dapat terjadi pada waktu memasukkan keratome sehingga iris tidak

dimasukkan lagi.

- Prolaps corpus ciliar, akibatnya iris tertarik keatas, sehingga hilang

tidak terlihat.

- Hifema, perdarahan bisa terjadi dari insisi korneo-sklera, korpus siliaris

atau vaskularisasi iris abnormal. Bila perdarahan berasal dari insisi, harus

dilakukan kauterisasi. Irigasi dengan BBS dilakukan sebelum ekstraksi

lensa. Perdarahan dari iris yang normal jarang terjadi, biasanya timbul bila

terdapat rubeosis iridis dan iridosiklitis.

B. Dapat Timbul Setelah Operasi Katarak :

- Pada hari pertama dapat timbul peradangan yang dapat di obati dengan

anti biotik.

- Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada

periode pascaoperasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada

lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan

perbaikan segera dengan pembedahan. COA menjadi dangkal.

- Jika dibiarkan pada hari ke – 4 dan 5 dapat menyebabkan COA dangkal

sehingga timbul ablasio retina.

15

Page 16: BAB I

- Endoftalmitis. Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun

jarang terjadi (kurang dari 0,3%). Pasien datang dengan:

a) mata merah yang terasa nyeri:

b) penurunan tajam penglihatan, biasanya dalam beberapa hari setelah

pembedahan;

c) pengumpulan sel darah putih di bilik anterior (hipopion).

- Pasien membutuhkan penilaian mata segera, pengambilan sampel akueous

dan vitreous untuk analisis mikrobiologi, dan terapi dengan antibiotik

intravitreal, topikal, dan sistemik.

- Astigmatisne pascaoperasi. Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan

kornea untuk mengurangi astigmatisme kornea. Ini dilakukan sebelum

melakukan pengekuran kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh

dan tetes mata steroid dihentikan. Kelengkungan kornea yang berlebih

dapat terjadi pada garis jahitan bila jahitan terlalu erat. Pengangkatan

jahitan biasanya menyelesaikan masalah ini dan bisa dilakukan dengan

mudah di klinik dengan anestesi lokal, dengan pasien duduk di depan slit

lamp. Jahitan yang longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi namun

rnungkin diperlukan penjahitan kembali jika penyembuhan lokasi insisi

tidak sempurna. Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melalui insisi yang kecil

rnenghindarkan komplikasi ini. Selain itu, penempatan luka

memungkinkan koreksi astigmatisme yang telah ada sebelurnnya.

- Edema makular sistoid. Makula menjadi edema setelah pembedahan,

terutama bile disertai hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring waktu

namun dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat.

- Opasifikasi kapsul posterior. Komplikasi bedah katarak paling umum

terjadi pada prosedur fakoemulsifikasi adalah selubung lensa yang

berkabut atau kapsul lensa yang tertinggal di mata tempat diletakkannya

lensa lensa yang berkabut atau kapsul lensa yang tertinggal di mata tempat

diletakkannya lensa intraokular. Kapsul yang tertinggal akan secara

progresif menjadi berkabut sekitar dua tahun kemudian. Ini akan

menyebabkan penurunan penglihatan, sama seperti mendapatkan katarak

16

Page 17: BAB I

lensa yang berkabut atau kapsul lensa yang tertinggal di mata tempat

diletakkannya lensa intraokular. Kapsul yang tertinggal akan secara

progresif menjadi berkabut sekitar dua tahun kemudian. Ini akan

menyebabkan penurunan penglihatan, sama seperti mendapatkan katarak

lagi. Penglihatan menjadi kabur dan mungkin didapatkan rasa silau. Dapat

dibuat satu lubang kecil pada kapsul dengan laser sebagai prosedur klinis

rawat jalan. Terdapat risiko kecil edema makular sistoid atau terlepasnya

retina setelah kapsulotomi.

- Jika jahitan nilon dada tidak diangkat setelah pembedahan maka jahitan

dapat lepas dalam beberapa bulan atau tahun setelah pembedahan dan

mengakibatkan iritasi atau infeksi. Gejala hilang dengan pengangkatan

jahitan.

Komplikasi sementara dari bedah katarak yang paling umum terjadi adalah:

- Mata terasa gatal dan lengket serta pandang kabur setelah prosedur

bedah katarak,

- Kemerahan di bagian putih dari mata disertai dengan rasa kasar yang

gatal,

- Beberapa diantaranya akan mengalami rasa sakit pada mata, namun

ini biasanya akan menghilang setelah satu atau dua minggu kemudian.

- Sakit pada kelopak mata atau mata

Komplikasi bedah katarak yang umum terjadi:

- Pelepasan retina (Retinal detachment). Komplikasi bedah katarak jenis

ini merupakan suatu kondisi di mana cairan meresap melalui suatu

retakan di retina, yang menyebabkan retina terlepas dari belakang

mata.

- Perdarahan koroidal (Choroidal Hemorrhage). Perdarahan koroidal

adalah ketika jaringan pembuluh darah kecil (disebut choroid/koroid"

yang menyuplai darah ke retina mengalami perdarahan selama

17

Page 18: BAB I

Penyakit Degenerasi

Penglihatan Kabur

Penumpukan protein

Katarak Penatalaksanaan

Operasi

EKEK, EKIK, Faekoemulsifikasi, SICS

1.pelepasan retina2.perdarahan koroidal

dilakukannya prosedur bedah. Biasanya terjadi pada pasien tua dan

pasien yang memiliki glaukoma.

II.8 KERANGKA TEORI

18

Page 19: BAB I

Pelayanan Kesehatan Mata

Pengobatan Katarak

Penyakit Katarak

Persepsi Masyarakat terhadap operasi katarak

Pendidikan

Pekerjaan

Tingkat Ekonomi

BAB III

KERANGKA KONSEP

III.1 KERANGKA KONSEP

Ket : : Variabel Independen

: Variabel Dependen

III.2 DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF

Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan

dalam pemikirannya, memanfaatkan, mengalami dan mengolah perbedaan

atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Persepsi seseorang

dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki dan pengalaman yang telah

dialaminya.

1. persepsi masyarakat tentang katarak

19

Page 20: BAB I

pengetahuan atau anggapan masyarakat tentang apa itu katarak

Alat Ukur :

kuisioner, dengan cara pengukuran mencatat jawaban dari kuisioner

yang diajukan.

kriteria objektif :

tingkat pengetahuan baik bila skor 66 – 100% dari jumlah

kuisioner yang dijawab benar

tingkat pengetahuan cukup bila skor 33 – 65% dari jumlah

kuisioner yang dijawab benar

tingkat pengetahuan buruk bila skor kurang dari 33% dari

jumlah kuisioner yang dijawab benar

2. persepsi masyarakat tentang pengobatan katarak

pengetahuan dan tanggapan masyarakat tentang pengobatan katarak

alat ukur :

kuisioner, dengan cara pengukuran mencatat jawaban dari kuisioner

yang diajukan.

kriteria objektif :

tingkat pengetahuan baik bila skor 66 – 100% dari jumlah

kuisioner yang dijawab benar

tingkat pengetahuan cukup bila skor 33 – 65% dari jumlah

kuisioner yang dijawab benar

tingkat pengetahuan buruk bila skor kurang dari 33% dari

jumlah kuisioner yang dijawab benar

3. persepsi masyarakat terhadap pelayan kesehatan mata

pengetahuan dan tanggapan masyarakat tentang pelayanan kesehatan

mata

alat ukur :

kuisioner, dengan cara pengukuran mencatat jawaban dari kuisioner

yang diajukan.

20

Page 21: BAB I

nilai ukur :

nilai 1 : Benar

nilai 0 : Salah

kriteria objektif :

tingkat pengetahuan baik bila skor 66 – 100% dari jumlah

kuisioner yang dijawab baik

tingkat pengetahuan cukup bila skor 33 – 65% dari jumlah

kuisioner yang dijawab baik

tingkat pengetahuan buruk bila skor kurang dari 33% dari

jumlah kuisioner yang dijawab baik

21

Page 22: BAB I

BAB IV

METODE PENELITIAN

IV.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneltian

deskriptif, yaitu menggambarkan persepsi masyarakat terhadap operasi

katarak.

IV.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian adalah Puskesmas Tamalate Makassar dan penelitian

akan diadakan selama 13-31 Agustus 2012.

IV.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah masyarakat yang berdomisisli di daerah kerja

Puskesmas Tamalate Makassar

Sampel yang digunakan akan diambil sesuai kriteria inklusi dengan

metode total sampling.

IV.4 Kriteria Seleksi

Kriteria Inklusi :

1. Bersedia ikut serta mengisi kuesioner.

2. Masyarakat dalam lingkup daerah kerja puskesmas tamalate yang

datang berobat ke poli selama periode penelitian.

3. Masyarakat yang berusia >17 tahun.

Kriteria Ekslusi

1. Tidak Mengembalikan kuesioner

2. Masyarakat yang tidak datang berobat pada Puskesmas Tamalate

selama periode penelitian

3. Masyarakat yang berusia < 17 tahun.

22

Page 23: BAB I

IV.5 Pengumpulan Data

Data primer berupa identitas subjek dan persepsi terhadap operasi katarak

dikumpulkan dengan menguisi kuesioner secara tertulis oleh subjek.

IV.6 Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan mengelompokkan hasil

wawancara sesuai dengan tujuan penelitian dan selanjutnya dilakukan

analisis isi kemudian diinterpretasikan yang akan disajikan dalam bentuk

tabel dan narasi.

23