BAB I

10
 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan Pemerintah untuk melaksanakan pembangunan pada saat ini sangat berat, maka diperlukan adanya keikutsertaan seluruh lapisan masyaraka untuk bekerja keras di bidang masintg-masing. Dari beberapa sumber penghasilan yang dimiliki pemerintah, pajak merupakan sumber yang paling dominan. Maka sudah selayaknya apabila setiap individu dalam masyarakat dapat memahami dan mengerti akan arti penting pajak dalam keberhasilan suatu pemerintahan. Sejak diberlakukannya era otonomi daerah, Pemerintah Daerah diharapkan mampu mengoptimalkan penerimaan untuk menunjang program pembangunan daerah khususnya dari sektor pajak. Pajak menurut lembaga pemungutny a dibagi menjadi dua yaitu : 1. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. 2. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat oleh Pemerintah baik Pusat maupun Daerah tentulah membutuhkan pembiayaan. Salah satu sumber dana bagi pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat di Daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk memenuhi sumber dana bagi pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan tersebut Pemerintah Daerah akan berusaha semaksimal mungkin untuk 

Transcript of BAB I

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 1/10

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan Pemerintah untuk melaksanakan pembangunan pada saat ini

sangat berat, maka diperlukan adanya keikutsertaan seluruh lapisan masyaraka

untuk bekerja keras di bidang masintg-masing. Dari beberapa sumber penghasilan

yang dimiliki pemerintah, pajak merupakan sumber yang paling dominan. Maka

sudah selayaknya apabila setiap individu dalam masyarakat dapat memahami dan

mengerti akan arti penting pajak dalam keberhasilan suatu pemerintahan.

Sejak diberlakukannya era otonomi daerah, Pemerintah Daerah

diharapkan mampu mengoptimalkan penerimaan untuk menunjang program

pembangunan daerah khususnya dari sektor pajak. Pajak menurut lembaga

pemungutnya dibagi menjadi dua yaitu :

1.  Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

2.  Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat oleh Pemerintah baik Pusat

maupun Daerah tentulah membutuhkan pembiayaan. Salah satu sumber dana bagi

pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan

pelayanan kepada masyarakat di Daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Untuk memenuhi sumber dana bagi pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan

tersebut Pemerintah Daerah akan berusaha semaksimal mungkin untuk 

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 2/10

 

meningkatkan realisasi penerimaannya. Melalui peningkatan penerimaan tersebut

diharapkan juga dapat ditingkatkan pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah

Daerah.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah salah satu sumber pendapatan

Daerah, tetapi bukan termasuk sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pajak 

tersebut merupakan pajak Pusat, sedangkan Daerah hanya menerima bagian dari

kedua pajak tersebut sebagai dana perimbangan. Hal ini dijelaskan oleh Pasal 80

ayat (1) huruf a UU 22/1999 dan Pasal 6 ayat (1) sampai (4) UU 25/1999.

Dengan demikian penetapan objek pajak, dasar pengenaan pajak, tarif 

pajak dan teknis pemungutan diatur dan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

Sedangkan Pemerintah Daerah tidak terlibat secara langsung dalam hal tersebut.

Keterlibatan Pemerintah Daerah hanya dalam membantu mengintensifkan

pemungutan PBB dengan melibatkan perangkat daerah.

Bagian yang diterima Daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan

Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (PBPHTB) sebagai dana

perimbangan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 16 Tahun 2000, diatur pembagian hasil penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan perimbangan 10%

untuk Pemerintah Pusat dan 90% untuk Daerah. Dari jumlah 90% yang

merupakan bagian Daerah tersebut diperinci sebagai berikut; 16,2% untuk Daerah

Propinsi yang bersangkutan, 64,8% untuk Daerah Kabupaten/Kota yang

bersangkutan, dan 9% untuk Biaya Pemungutan. Sedangkan hasil penerimaan

PBB bagian Pemerintah Pusat dibagikan kepada seluruh Daerah Kabupaten/Kota

dengan alokasi; 65% dibagi merata kepada seluruh Daerah Kabupaten/Kota, dan

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 3/10

 

35% dibagikan sebagai insentif kepada Daerah Kabupaten/Kota yang pada tahun

anggaran sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan yang ditetapkan.

Dalam hal Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang-undangan, keberadaan Daerah Kabupaten/Kota hanyalah sebagai

Daerah yang menjadi penghasil pajak dan hanya berhak menerima bagian dari

dana perimbangan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Berbeda halnya dengan

pajak dan retribusi Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, Daerah

mempunyai kewenangan untuk mengelola dan mengaturnya sendiri (BKKSI).

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan daerah, dan salah satu

penerimaan terbesar pemerintah daerah berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB). PBB adalah pajak baru yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1986

berdasarkan Undang-undang No. 12 tahun 1985. Kemudian Undang-undang ini

dirubah dengan Undang-undang No. 12 tahun 1994 yang mulai berlaku terhitung

1

Januari 1995.

Setoran pajak pada kuartal pertama 2007 mencapai Rp. 89,3 triliun atau

naik 23,16 persen dibandingkan dengan realisasiperiode yang sama 2005 sebilai

Rp. 72,503 triliun, setoran tersebut terdiri atas PPh (Pajak Penghasilan) senilai

Rp.51,763 triliun, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Rp. 36,156 triliun, Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB) Rp. 292,710 miliar, Pajak atau pungutan ekspor Rp. 14,101

miliar, BPHTB Rp. 489,104 miliar dan pajak lain Rp. 584,535 miliar. Setoran

pajak kuartal pertama telah mencapai 19,7 persen dari target setoran pajak APBN

2007, yakni Rp. 453,011 triliun (Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Ditjen Perbendaharaan Depkeu, Hekinus Manao, 2007). PBB walaupun nilainya

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 4/10

 

relative kecil dibandingkan dengan pajak pusat lain, tetapi mempunyai dampak 

yang lebih luas sebab hasil penerimaan PBB akan dikembalikan untuk 

pembangunan daerah yang bersangkutan.

PBB merupakan penerimaan pembangunan utama pemerintah daerah; PBB

mempunyai jumlah wajib pajak terbesar dibandingkan dengan paja-pajak lain;

penerimaan PBB dari tahun ke tahun terus meningkat dan mempunyai presentase

lebih besar dibandingkan dengan presentase kenaikan pajak lain dan APBN; dan

PBB merupakan satu-satunya pajak properti di Indonesia (Suhardito dan Sudibyo,

2000: 3).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perpajakan adalah tax law,

tax policy, tax administration, dan tax payer  (Fuad Bawazier, 1993; Guritno,

1994;

105; Chairul Amachi, 1992;34). Faktor Tax payer adalah faktor-faktor yang

melekat pada wajib pajak, oleh karena itu pengetahuan tentang faktor-faktor yang

melekat pada wajib pajak merupakan input penting bagi fiskus dan sangat

berperan

penting dalam upaya peningkatan keberhasilan PBB. Selain itu, pengetahuan

tentang faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB juga dapat

dipergunakan

dalam upaya peningkatan perpajakan di Indonesia.

Faktor tingkat kesadaran perpajakan masyarakat terhadap kewajibannya

untuk membayar pajak berpengaruh secara signifikan dalam penerimaan PBB

(Suhardito, 2000). Faktor pemahaman wajib pajak terhadap undang-undang dan

peraturan perpajakan PBB juga berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 5/10

 

PBB (Wulandari, 2004). Faktor yang telah terbukti berpengaruh terhadap

keberhasilan penerimaan PBB adalah kesadaran perpajakan wajib pajak, rasio

beban PBB dibandingkan pendapatan wajib pajak, sikap wajib pajak terhadap

prioritas pembangunan pemerintah, persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan

sanksi denda PBB (Suhardito, 2000).

Pajak Bumi dan Bangunan pengelolaannya diserahkan kepada Direktorat

Jenderal Pajak dengan unit operasionalnya adalah Kantor Pelayanan Pajak Bumi

dan Bangunan (KPPBB), sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Menteri

Keuangan No. 94/ KMK/ 01/ tanggal 24 maret 1994. KPPBB tersebut berada di

wilayah wewenang dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak VIII Jawa

Tengah atau Daerah Istimewa Yogyakarta yang berpusat di Semarang. Struktur

organisasi Direktorat Jenderal Pajak KPPBB dibedakan menjadi dua kategori

yaitu

tipe A dan tipe B. Kategori ini berdasarkan suatu pertimbangan perbedaan potensi

masing-masing daerah lingkungan wilayah KPPBB yang bersangkutan.

1. Tipe A adalah daerah yang mempunyai potensi pajak di wilayah luas dan besar.

2. Tipe B adalah yang memiliki potensi pajak yang sempit dan sedikit.

Kantor Pelayanan pajak Bumi dan Bangunan Magelang memiliki wilayah

kerja yaitu meliputi 2 (dua) daerah kota/kabupaten adalah sebagai berikut:

1. Kotamadya Daerah tingkat I Magelang,

2. Kotamadya Daerah tingkat II Kabupaten Magelang.

Dengan adanya pembagian wilayah di setiap kabupaten/kota maka akan

memudahkan karyawan KPPBB Magelang untuk memeriksa semua pengajuan

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 6/10

 

permohonan wajib pajak di setiap wilayah kabupaten/kota sehingga karyawan

yang

bekerja di KPPBB ini pun mengalami perubahan baik kualitas maupun kuantitas.

Perubahan tersebut juga diikuti dengan perkembangan bagi para wajib pajak 

untuk 

mendapatkan tingkat efisiensi dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Sebagaimana dengan Surat Edaran No: SE-19/PJ/2007 tentang Persiapan

Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Pada Kantor Wilayah DJP

dan

Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di seluruh Indonesia Tahun

2007  – 2008. KPP Pratama adalah jenis KPP sebagaimana terdapat pada Peraturan

Menteri Keuangan No: 132/ PMK/ 2006, yang terbagi menjdi 2 (dua) jenis, yaitu

KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan.

Tabel IV. 0. Daftar Realisasi Penerimaan PBB Kabupaten Magelang

No. Kecamatan Pokok Ketetapan Realisasi Prosentase

1. Salaman Rp. 977.301.236,- Rp. 447.970.936,- 45,84%

2. Borobudur Rp. 931.903.877,- Rp. 406.529.271,- 43,63%

3. Ngluwar Rp. 482.738.241,- Rp. 190.019.207,- 39,37 %

4. Salam Rp. 840.404.089,- Rp. 475.151.333,- 56,54 %

5. Srumbung Rp. 730.729.200,- Rp. 584.030.171,- 79,93 %

6. Dukun Rp. 757.014.274,- Rp. 444.825.086,- 58,76 %

7. Muntilan Rp. 1.172.150.662,- Rp. 500.257.134,- 58,76 %

8. Mungkid Rp. 917.449.569,- Rp. 418.816.668,- 45,65 %

9. Sawangan Rp. 876.357.956,- Rp. 415.592.467,- 47,43 %

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 7/10

 

10. Candimulyo Rp. 784.697.147,- Rp. 226.999.556,- 28,93 %

11. Mertoyudan Rp. 1.292.973.460,- Rp. 703.944.636,- 54,45 %

12. Tempuran Rp. 1.021.798.817,- Rp. 424.701.841,- 41,57 %

13. Kajoran Rp. 909.813.435,- Rp.

517.644.028,- 56,89 %

14. Kaliangkrik Rp. 594.872.494,- Rp. 337.061.373,- 56,67 %

15. Bandongan Rp. 881.044.081,- Rp. 257.343.700,- 29, 21 %

16. Windusari Rp. 641.306.682,- Rp. 206.074.773,- 32,14 %

17. Secang Rp. 1.055.586.269,- Rp. 330.676.713,- 31,33%

18. Tegalrejo Rp. 740.901.896,- Rp. 179.940.221,- 24,29 %

19. Grabag Rp. 1.338.600.653,- Rp. 486.416.712,- 36,38 %

20. Pakis Rp. 675.020.982,- Rp. 296.162.903,- 43,88 %

21. Ngablak Rp. 490.963.986,- Rp. 367.483.522,- 74,85 %

Sumber : Kantor Pelayanan PBB Kabupaten Magelang

Tiap-tiap kecamatan mempunyai target masing-masing dalam penerimaan

PBB. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tegalrejo karena tingkat realisasi

yang

sangat kecil di bandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain. Penelitian

sebelumnya mengenai tingkat pendapatan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak dalam membayar PBB pernah dilakukan oleh Payamta (1994), Suhardito

(2000), Suranto (2001), dan Wulandari (2004).

Penelitian ini termotivasi dari penelitian Payamta (1994), bahwa variable

pemahaman, sikap wajib pajak terhadap sistem perpajakan yang berlaku, persepsi

terhadap fiskus, respon wajib pajak kepada fiskus berpengaruh positif terhadap

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 8/10

 

tingkat kepatuhan wajib pajak sebesar 39,94% sedangkan persepsi wajib pajak 

terhadap fiskus sebesar 28,7%.

Suhardito (2000) menganalisis sampel yang terdiri atas 97 responden yang

memberikan jawaban atas kuesionernya. Hasil riset memberikan bukti bahwa

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan peneriman PBB adalah

faktor kesadaran perpajakan wajib pajak, rasio beban PBB dibandingkan

pendapatan wajib pajak, sikap wajib pajak terhadap prioritas pembangunan

pemerintah, dan tax avoidance wajib pajak. Sedangkan, faktor-faktor yang

melekat

pada wajib pajak sisanya telah terbukti tidak berpengaruh terhadap keberhasilan

penerimaan PBB, yaitu kesadaran bernegara, rasio beda hitung permanent 

difference, persepsi wajib pajak bahwa penghindaran PBB telah umum, pendapat

wajib pajak terhadap berat tidaknya beban, pendidikan wajib pajak, dan lama

tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB dan status rumah wajib pajak.

Wulandari (2004) menganalisis sejauh mana kesadaran masyarakat dalam

melaksanakan kewajibannya membayar PBB dan seberapa besar prosentase

realisasi penerimaan PBB terhadap anggaran penerimaan yang seharusnya.

Penelitian yang lain dilakukan oleh Suranto (2001) yang melakukan

penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam

membayar PBB sektor pedesaan. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara

statistik variabel independen, yaitu kesadaran hukum, pemahaman wajib pajak 

terhadap peraturan perpajakan dan pendapatan wajib pajak berpengaruh terhadap

variabel dependen, yaitu penerimaan PBB.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah melanjutkan

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 9/10

 

penelitian mengenai Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) khususnya factor-faktor

yang mempengaruhi keberhasilan penerimaan PBB.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian

ini mengambil sampel di tiap desa sehingga diharapkan penelitian mendekati

keadaan yang sebenarnya. Penelitian ini mengkombinasikan variabel-variabel

independen penelitian sebelumnya yang paling dominan pengaruhnya terhadap

variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keberhasilan

penerimaan PBB, sedangkan variabel independennya yaitu kesadaran perpajakan,

pemahaman wajib pajak terhadap undang-undang dan peraturan perpajakan,

persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB, dan pendapatan

wajib

pajak.

Untuk itu penulis bermaksud meneliti tentang faktor-faktor dalam diri

wajib pajak yang berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak. Penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul;

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DALAM DIRI WAJIB PAJAK

TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN

DI KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG”. 

B. Perumusan Masalah

Dari permasalahan yang diuraikan di atas maka dapat dirumuskan beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah faktor dalam diri wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan

realisasi penerimaan PBB di kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang?

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 10/10

 

2. Faktor apakah yang paling dominan berpengaruh terhadap realisasi penerimaan

PBB di kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini

memiliki beberapa tujuan, yaitu :

1. Untuk memperoleh bukti ada tidaknya pengaruh faktor tax payer terhadap

realisasi penerimaan PBB di kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang.

2. Untuk memperoleh bukti faktor apakah yang paling dominan berpengaruh

terhadap realisasi penerimaan PBB di Kecamatan Tegalrejo Kabupaten

Magelang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi perencanaan dan penetapan kebijakan

Memberikan informasi mengenai perbandingan pengaruh faktor tax payer 

terhadap keberhasilan penerimaan PBB sebagai bahan pertimbangan bagi

manajemen kantor PBB Kabupaten Magelang.

2. Bagi aparat kantor Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang

Dapat dijadikan bahan referensi bagi praktik perpajakan, seperti pembentukan

model penyuluhan dan penagihan perpajakan, baik untuk PBB sendiri maupun

pajak lain di Kecamatan Tegalrejo.

3. Bagi kalangan akademis dan dunia pendidikan

Untuk menambah wawasan keilmuan di bidang PBB dan dapat dijadikan bahan

referensi bagi peneliti yang berminat dalam kasus serupa.