BAB I
Transcript of BAB I
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 1/10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan Pemerintah untuk melaksanakan pembangunan pada saat ini
sangat berat, maka diperlukan adanya keikutsertaan seluruh lapisan masyaraka
untuk bekerja keras di bidang masintg-masing. Dari beberapa sumber penghasilan
yang dimiliki pemerintah, pajak merupakan sumber yang paling dominan. Maka
sudah selayaknya apabila setiap individu dalam masyarakat dapat memahami dan
mengerti akan arti penting pajak dalam keberhasilan suatu pemerintahan.
Sejak diberlakukannya era otonomi daerah, Pemerintah Daerah
diharapkan mampu mengoptimalkan penerimaan untuk menunjang program
pembangunan daerah khususnya dari sektor pajak. Pajak menurut lembaga
pemungutnya dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
2. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat oleh Pemerintah baik Pusat
maupun Daerah tentulah membutuhkan pembiayaan. Salah satu sumber dana bagi
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat di Daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Untuk memenuhi sumber dana bagi pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan
tersebut Pemerintah Daerah akan berusaha semaksimal mungkin untuk
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 2/10
meningkatkan realisasi penerimaannya. Melalui peningkatan penerimaan tersebut
diharapkan juga dapat ditingkatkan pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah
Daerah.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah salah satu sumber pendapatan
Daerah, tetapi bukan termasuk sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pajak
tersebut merupakan pajak Pusat, sedangkan Daerah hanya menerima bagian dari
kedua pajak tersebut sebagai dana perimbangan. Hal ini dijelaskan oleh Pasal 80
ayat (1) huruf a UU 22/1999 dan Pasal 6 ayat (1) sampai (4) UU 25/1999.
Dengan demikian penetapan objek pajak, dasar pengenaan pajak, tarif
pajak dan teknis pemungutan diatur dan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Sedangkan Pemerintah Daerah tidak terlibat secara langsung dalam hal tersebut.
Keterlibatan Pemerintah Daerah hanya dalam membantu mengintensifkan
pemungutan PBB dengan melibatkan perangkat daerah.
Bagian yang diterima Daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan
Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (PBPHTB) sebagai dana
perimbangan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2000, diatur pembagian hasil penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan perimbangan 10%
untuk Pemerintah Pusat dan 90% untuk Daerah. Dari jumlah 90% yang
merupakan bagian Daerah tersebut diperinci sebagai berikut; 16,2% untuk Daerah
Propinsi yang bersangkutan, 64,8% untuk Daerah Kabupaten/Kota yang
bersangkutan, dan 9% untuk Biaya Pemungutan. Sedangkan hasil penerimaan
PBB bagian Pemerintah Pusat dibagikan kepada seluruh Daerah Kabupaten/Kota
dengan alokasi; 65% dibagi merata kepada seluruh Daerah Kabupaten/Kota, dan
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 3/10
35% dibagikan sebagai insentif kepada Daerah Kabupaten/Kota yang pada tahun
anggaran sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan yang ditetapkan.
Dalam hal Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan, keberadaan Daerah Kabupaten/Kota hanyalah sebagai
Daerah yang menjadi penghasil pajak dan hanya berhak menerima bagian dari
dana perimbangan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Berbeda halnya dengan
pajak dan retribusi Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, Daerah
mempunyai kewenangan untuk mengelola dan mengaturnya sendiri (BKKSI).
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan daerah, dan salah satu
penerimaan terbesar pemerintah daerah berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB). PBB adalah pajak baru yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1986
berdasarkan Undang-undang No. 12 tahun 1985. Kemudian Undang-undang ini
dirubah dengan Undang-undang No. 12 tahun 1994 yang mulai berlaku terhitung
1
Januari 1995.
Setoran pajak pada kuartal pertama 2007 mencapai Rp. 89,3 triliun atau
naik 23,16 persen dibandingkan dengan realisasiperiode yang sama 2005 sebilai
Rp. 72,503 triliun, setoran tersebut terdiri atas PPh (Pajak Penghasilan) senilai
Rp.51,763 triliun, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Rp. 36,156 triliun, Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) Rp. 292,710 miliar, Pajak atau pungutan ekspor Rp. 14,101
miliar, BPHTB Rp. 489,104 miliar dan pajak lain Rp. 584,535 miliar. Setoran
pajak kuartal pertama telah mencapai 19,7 persen dari target setoran pajak APBN
2007, yakni Rp. 453,011 triliun (Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Ditjen Perbendaharaan Depkeu, Hekinus Manao, 2007). PBB walaupun nilainya
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 4/10
relative kecil dibandingkan dengan pajak pusat lain, tetapi mempunyai dampak
yang lebih luas sebab hasil penerimaan PBB akan dikembalikan untuk
pembangunan daerah yang bersangkutan.
PBB merupakan penerimaan pembangunan utama pemerintah daerah; PBB
mempunyai jumlah wajib pajak terbesar dibandingkan dengan paja-pajak lain;
penerimaan PBB dari tahun ke tahun terus meningkat dan mempunyai presentase
lebih besar dibandingkan dengan presentase kenaikan pajak lain dan APBN; dan
PBB merupakan satu-satunya pajak properti di Indonesia (Suhardito dan Sudibyo,
2000: 3).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perpajakan adalah tax law,
tax policy, tax administration, dan tax payer (Fuad Bawazier, 1993; Guritno,
1994;
105; Chairul Amachi, 1992;34). Faktor Tax payer adalah faktor-faktor yang
melekat pada wajib pajak, oleh karena itu pengetahuan tentang faktor-faktor yang
melekat pada wajib pajak merupakan input penting bagi fiskus dan sangat
berperan
penting dalam upaya peningkatan keberhasilan PBB. Selain itu, pengetahuan
tentang faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB juga dapat
dipergunakan
dalam upaya peningkatan perpajakan di Indonesia.
Faktor tingkat kesadaran perpajakan masyarakat terhadap kewajibannya
untuk membayar pajak berpengaruh secara signifikan dalam penerimaan PBB
(Suhardito, 2000). Faktor pemahaman wajib pajak terhadap undang-undang dan
peraturan perpajakan PBB juga berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 5/10
PBB (Wulandari, 2004). Faktor yang telah terbukti berpengaruh terhadap
keberhasilan penerimaan PBB adalah kesadaran perpajakan wajib pajak, rasio
beban PBB dibandingkan pendapatan wajib pajak, sikap wajib pajak terhadap
prioritas pembangunan pemerintah, persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan
sanksi denda PBB (Suhardito, 2000).
Pajak Bumi dan Bangunan pengelolaannya diserahkan kepada Direktorat
Jenderal Pajak dengan unit operasionalnya adalah Kantor Pelayanan Pajak Bumi
dan Bangunan (KPPBB), sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Menteri
Keuangan No. 94/ KMK/ 01/ tanggal 24 maret 1994. KPPBB tersebut berada di
wilayah wewenang dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak VIII Jawa
Tengah atau Daerah Istimewa Yogyakarta yang berpusat di Semarang. Struktur
organisasi Direktorat Jenderal Pajak KPPBB dibedakan menjadi dua kategori
yaitu
tipe A dan tipe B. Kategori ini berdasarkan suatu pertimbangan perbedaan potensi
masing-masing daerah lingkungan wilayah KPPBB yang bersangkutan.
1. Tipe A adalah daerah yang mempunyai potensi pajak di wilayah luas dan besar.
2. Tipe B adalah yang memiliki potensi pajak yang sempit dan sedikit.
Kantor Pelayanan pajak Bumi dan Bangunan Magelang memiliki wilayah
kerja yaitu meliputi 2 (dua) daerah kota/kabupaten adalah sebagai berikut:
1. Kotamadya Daerah tingkat I Magelang,
2. Kotamadya Daerah tingkat II Kabupaten Magelang.
Dengan adanya pembagian wilayah di setiap kabupaten/kota maka akan
memudahkan karyawan KPPBB Magelang untuk memeriksa semua pengajuan
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 6/10
permohonan wajib pajak di setiap wilayah kabupaten/kota sehingga karyawan
yang
bekerja di KPPBB ini pun mengalami perubahan baik kualitas maupun kuantitas.
Perubahan tersebut juga diikuti dengan perkembangan bagi para wajib pajak
untuk
mendapatkan tingkat efisiensi dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Sebagaimana dengan Surat Edaran No: SE-19/PJ/2007 tentang Persiapan
Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Pada Kantor Wilayah DJP
dan
Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di seluruh Indonesia Tahun
2007 – 2008. KPP Pratama adalah jenis KPP sebagaimana terdapat pada Peraturan
Menteri Keuangan No: 132/ PMK/ 2006, yang terbagi menjdi 2 (dua) jenis, yaitu
KPP Pratama Induk dan KPP Pratama Pecahan.
Tabel IV. 0. Daftar Realisasi Penerimaan PBB Kabupaten Magelang
No. Kecamatan Pokok Ketetapan Realisasi Prosentase
1. Salaman Rp. 977.301.236,- Rp. 447.970.936,- 45,84%
2. Borobudur Rp. 931.903.877,- Rp. 406.529.271,- 43,63%
3. Ngluwar Rp. 482.738.241,- Rp. 190.019.207,- 39,37 %
4. Salam Rp. 840.404.089,- Rp. 475.151.333,- 56,54 %
5. Srumbung Rp. 730.729.200,- Rp. 584.030.171,- 79,93 %
6. Dukun Rp. 757.014.274,- Rp. 444.825.086,- 58,76 %
7. Muntilan Rp. 1.172.150.662,- Rp. 500.257.134,- 58,76 %
8. Mungkid Rp. 917.449.569,- Rp. 418.816.668,- 45,65 %
9. Sawangan Rp. 876.357.956,- Rp. 415.592.467,- 47,43 %
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 7/10
10. Candimulyo Rp. 784.697.147,- Rp. 226.999.556,- 28,93 %
11. Mertoyudan Rp. 1.292.973.460,- Rp. 703.944.636,- 54,45 %
12. Tempuran Rp. 1.021.798.817,- Rp. 424.701.841,- 41,57 %
13. Kajoran Rp. 909.813.435,- Rp.
517.644.028,- 56,89 %
14. Kaliangkrik Rp. 594.872.494,- Rp. 337.061.373,- 56,67 %
15. Bandongan Rp. 881.044.081,- Rp. 257.343.700,- 29, 21 %
16. Windusari Rp. 641.306.682,- Rp. 206.074.773,- 32,14 %
17. Secang Rp. 1.055.586.269,- Rp. 330.676.713,- 31,33%
18. Tegalrejo Rp. 740.901.896,- Rp. 179.940.221,- 24,29 %
19. Grabag Rp. 1.338.600.653,- Rp. 486.416.712,- 36,38 %
20. Pakis Rp. 675.020.982,- Rp. 296.162.903,- 43,88 %
21. Ngablak Rp. 490.963.986,- Rp. 367.483.522,- 74,85 %
Sumber : Kantor Pelayanan PBB Kabupaten Magelang
Tiap-tiap kecamatan mempunyai target masing-masing dalam penerimaan
PBB. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tegalrejo karena tingkat realisasi
yang
sangat kecil di bandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain. Penelitian
sebelumnya mengenai tingkat pendapatan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak dalam membayar PBB pernah dilakukan oleh Payamta (1994), Suhardito
(2000), Suranto (2001), dan Wulandari (2004).
Penelitian ini termotivasi dari penelitian Payamta (1994), bahwa variable
pemahaman, sikap wajib pajak terhadap sistem perpajakan yang berlaku, persepsi
terhadap fiskus, respon wajib pajak kepada fiskus berpengaruh positif terhadap
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 8/10
tingkat kepatuhan wajib pajak sebesar 39,94% sedangkan persepsi wajib pajak
terhadap fiskus sebesar 28,7%.
Suhardito (2000) menganalisis sampel yang terdiri atas 97 responden yang
memberikan jawaban atas kuesionernya. Hasil riset memberikan bukti bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan peneriman PBB adalah
faktor kesadaran perpajakan wajib pajak, rasio beban PBB dibandingkan
pendapatan wajib pajak, sikap wajib pajak terhadap prioritas pembangunan
pemerintah, dan tax avoidance wajib pajak. Sedangkan, faktor-faktor yang
melekat
pada wajib pajak sisanya telah terbukti tidak berpengaruh terhadap keberhasilan
penerimaan PBB, yaitu kesadaran bernegara, rasio beda hitung permanent
difference, persepsi wajib pajak bahwa penghindaran PBB telah umum, pendapat
wajib pajak terhadap berat tidaknya beban, pendidikan wajib pajak, dan lama
tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB dan status rumah wajib pajak.
Wulandari (2004) menganalisis sejauh mana kesadaran masyarakat dalam
melaksanakan kewajibannya membayar PBB dan seberapa besar prosentase
realisasi penerimaan PBB terhadap anggaran penerimaan yang seharusnya.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Suranto (2001) yang melakukan
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam
membayar PBB sektor pedesaan. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara
statistik variabel independen, yaitu kesadaran hukum, pemahaman wajib pajak
terhadap peraturan perpajakan dan pendapatan wajib pajak berpengaruh terhadap
variabel dependen, yaitu penerimaan PBB.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah melanjutkan
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 9/10
penelitian mengenai Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) khususnya factor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan penerimaan PBB.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian
ini mengambil sampel di tiap desa sehingga diharapkan penelitian mendekati
keadaan yang sebenarnya. Penelitian ini mengkombinasikan variabel-variabel
independen penelitian sebelumnya yang paling dominan pengaruhnya terhadap
variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keberhasilan
penerimaan PBB, sedangkan variabel independennya yaitu kesadaran perpajakan,
pemahaman wajib pajak terhadap undang-undang dan peraturan perpajakan,
persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB, dan pendapatan
wajib
pajak.
Untuk itu penulis bermaksud meneliti tentang faktor-faktor dalam diri
wajib pajak yang berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan pajak. Penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul;
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DALAM DIRI WAJIB PAJAK
TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN
DI KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG”.
B. Perumusan Masalah
Dari permasalahan yang diuraikan di atas maka dapat dirumuskan beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah faktor dalam diri wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan
realisasi penerimaan PBB di kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang?
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b07bbe32b06 10/10
2. Faktor apakah yang paling dominan berpengaruh terhadap realisasi penerimaan
PBB di kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini
memiliki beberapa tujuan, yaitu :
1. Untuk memperoleh bukti ada tidaknya pengaruh faktor tax payer terhadap
realisasi penerimaan PBB di kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang.
2. Untuk memperoleh bukti faktor apakah yang paling dominan berpengaruh
terhadap realisasi penerimaan PBB di Kecamatan Tegalrejo Kabupaten
Magelang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi perencanaan dan penetapan kebijakan
Memberikan informasi mengenai perbandingan pengaruh faktor tax payer
terhadap keberhasilan penerimaan PBB sebagai bahan pertimbangan bagi
manajemen kantor PBB Kabupaten Magelang.
2. Bagi aparat kantor Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang
Dapat dijadikan bahan referensi bagi praktik perpajakan, seperti pembentukan
model penyuluhan dan penagihan perpajakan, baik untuk PBB sendiri maupun
pajak lain di Kecamatan Tegalrejo.
3. Bagi kalangan akademis dan dunia pendidikan
Untuk menambah wawasan keilmuan di bidang PBB dan dapat dijadikan bahan
referensi bagi peneliti yang berminat dalam kasus serupa.