BAB I

69
 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Vitamin A essensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Menurut World Health Organization (WHO) (2008), diantara anak- anak pra sekolah diperkirakan terdapat sebanyak 2-3 juta kasus baru  xeropthalmia tiap tahun, kurang lebih 10% diantaranya menderita kerusakan kornea. Diantara yang menderita kerusakan kornea ini 60% meninggal dalam waktu satu tahun, sedangkan yang hidup 25% menjadi buta dan 50-60% setengah buta. Diperkirakan pada satu waktu, sebanyak dua juta anak mengalami kebutaan akibat kekurangan vitamin A, dan sebanyak 20-40 juta menderita kekurangan vitamin A pada tingkat lebih ringan tanpa kebutaan. Perbedaan angka kematian antara anak yang kekurangan dan tidak kekuranga n vitamin A kurang lebih sebesar 30% (Almatsier, 2003). Studi yang dilakukan  Nutrition and Health Surveillance System (NHSS) dan Departemen Kesehatan (2000) menunjukkan sekitar 50% anak Indonesia usia 12-23 bulan tidak mengkonsumsi vitamin A dengan cukup dari makanan sehari-hari. Himpunan Kesehatan Indonesia (HKI) mengatakan angka kecukupa n gizi (AKG) anak balita sekitar 350 Retinol Ekuivalen (RE). Angka ini dihitung dari kandungan vitamin A dalam makanan nabati atau hewani yang dikonsumsi (Depkes, 2001).  1

Transcript of BAB I

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 1/69

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG MASALAH

Vitamin A essensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan

hidup. Menurut World Health Organization (WHO) (2008), diantara anak-

anak pra sekolah diperkirakan terdapat sebanyak 2-3 juta kasus baru

 xeropthalmia tiap tahun, kurang lebih 10% diantaranya menderita kerusakan

kornea. Diantara yang menderita kerusakan kornea ini 60% meninggal dalam

waktu satu tahun, sedangkan yang hidup 25% menjadi buta dan 50-60%

setengah buta. Diperkirakan pada satu waktu, sebanyak dua juta anak 

mengalami kebutaan akibat kekurangan vitamin A, dan sebanyak 20-40 juta

menderita kekurangan vitamin A pada tingkat lebih ringan tanpa kebutaan.

Perbedaan angka kematian antara anak yang kekurangan dan tidak 

kekurangan vitamin A kurang lebih sebesar 30% (Almatsier, 2003).

Studi yang dilakukan Nutrition and Health Surveillance System (NHSS)

dan Departemen Kesehatan (2000) menunjukkan sekitar 50% anak Indonesia

usia 12-23 bulan tidak mengkonsumsi vitamin A dengan cukup dari makanan

sehari-hari. Himpunan Kesehatan Indonesia (HKI) mengatakan angka

kecukupan gizi (AKG) anak balita sekitar 350 Retinol Ekuivalen (RE). Angka

ini dihitung dari kandungan vitamin A dalam makanan nabati atau hewani

yang dikonsumsi (Depkes, 2001).

 

1

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 2/69

 

Penelitian di Jateng tahun 1988 menunjukkan bahwa Ibu-Ibu Balita

pada umumnya pernah tahu dan melihat kapsul vitamin A, salah mengerti

tentang guna vitamin A, namun secara garis besar ibu tidak tahu bahwa

vitamin A baik untuk kesehatan anak, lupa dan tak jelas tata cara pemberian

dan mendapatkan kapsul vitamin A, serta tak tahu harga vitamin A (Purjanto,

1994).

Pada studi tahun 1991 di Sumatera Barat, Jawa Tengah, Sulsel dan

NTB tahun 1991 menunjukkan 76,6% responden pernah mendengar kapsul

vitamin A dari jumlah tersebut 73,5%nya pernah memberikan kepada balita.

Diantara yang belum memberikan kapsul vitamin A sebanyak 38,7%

menyatakan anaknya belum cukup umur, 26,4% menyatakan alasan lain dan

19,9 % tak tahu apa perlu vitamin A untuk anak. Hal lain bahwa di posyandu

tak ada pelayanan kapsul vitamin A (9%) dan terlihat nyata di NTB 16,1%

(Purjanto, 1994).

Pemerintah melalui departemen kesehatan mencanangkan program

penanggulangan kekurangan vitamin A sejak tahun 1970-an hingga saat ini

masih berlanjut. Dilaksanakannya program ini diharapkan masyarakat

Indonesia tidak mengalami penyakit akibat kekurangan vitamin. Oleh karena

itu distribusi vitamin A bagi anak balita sangatlah diperlukan.

Hasil cakupan vitamin A pada tahun 2002 yang sangat terintegrasi

dengan Pekan Imunisasi Nasional Polio pada Agustus 2002 mencapai 83,6 %

pada bayi dan 85,1 % pada Balita. Hal ini cukup menggembirakan karena

telah melampaui 80% sebagai target nasional yang ditetapkan. Namun

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 3/69

 

cakupan tersebut menurun kembali pada bulan Februari dan Agustus tahun

2003 menjadi sebesar 56,63 % pada bayi dan 71,53 % pada Balita (Depkes,

2005).

Rendahnya cakupan pemberiaan vitamin A dipengaruhi oleh banyak 

hal salah satunya yaitu tingkat pengetahuaan yang rendah, tingkat

pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu

tingkat pendidikan, sosial ekonomi, budaya, informasi, pekerjaan, umur dan

paritas (Notoatmodjo, 2006). Pengetahuan seorang ibu yang mempunyai anak 

umur 0-5 tahun dapat mempengaruhi status kesehatan anaknya. Semakin baik 

pengetahuan ibu, maka semakin baik status kesehatan anaknya (Notoatmodjo,

2003).

Menurut hasil penelitian Syafruddin Nurdin (2002) dalam tesisnya yang

menjelaskan tentang faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kunjungan

Ibu ke posyandu terhadap cakupan imunisasi serta kapsul vitamin A di

wilayah kerja Puskesmas Bantimurung Kabupaten Maros tahun 2002

didapatkan hasil bahwa ada hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat

pemberian imunisasi dan pemberian kapsul vitamin A pada Balitanya dengan

kunjungan Ibu ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi dan kapsul vitamin

A. Dengan banyaknya Ibu-Ibu yang berkunjung ke Posyandu untuk 

memberikan imunisasi dan kapsul vitamin A terhadap Balitanya maka

cakupan imunisasi dan kapsul vitamin A akan tinggi pula karena banyaknya

 jumlah sasaran yang mendapatkan kapsul vitamin A dan imunisasi.

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 4/69

 

Pemberian makanan yang mengandung vitamin A dan pemberian

kapsul vitamin A tentunya harus didukung oleh pengetahuan ibunya tentang

manfaat dari pemberian tersebut. Tanpa adanya pengetahuan tentang itu,

maka mustahil ibu mau memberikan makanan yang mengandung cukup

vitamin A dan membawa anaknya ke Posyandu untuk diberikan kapsul

vitamin A. Oleh sebab itu ibu perlu mengetahui tentang pentingnya

pemberian vitamin A pada anak usia 1-5 tahun (Anonim, 2004).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Banyumas

tahun 2010 pada bulan januari tahun 2011 didapatkan distribusi vitamin A

terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Pekuncen, yaitu 4756 sasaran dan yang

terkecil di wilayah kerja Puskesmas Wangon II, yaitu 1356 sasaran. Distribusi

vitamin A menurut data tersebut sudah mencapai target 90% yakni 99% dari

 jumlah ibu peserta posyandu yang hadir. Namun, berdasarkan data dari DKK,

dari 39 jumlah Puskesmas yang ada di Banyumas, sebanyak 20 Puskesmas

memiliki jumlah sasaran dibawah rata-rata yaitu 2867 sasaran, salah satunya

adalah puskesmas kembaran II yaitu 2680 sasaran. Jumlah ini menunjukkan

bahwa sasaran yang ada di puskesmas kembaran II masih rendah. Hal ini

disebabkan karena tingkat kehadiran ibu di Posyandu tidak menentu.

Jumlah Posyandu yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas Kembaran

II sebanyak 11 posyandu, salah satunya adalah Posyandu Margosari II yang

memiliki jumlah peserta posyandu tertinggi, sedangkan jumlah peserta

posyandu terendah adalah posyandu ……….. Berdasarkan data Puskesmas

Kembaran II Tingkat kehadiran ibu dalam kegiatan Posyandu diketahui sudah

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 5/69

 

cukup tinggi. Namun meskipun begitu masih banyak ibu- ibu yang

mempunyai anak umur 0-5 tahun tidak begitu mengetahui pentingnya vitamin

A sehingga mengabaikannya. Kehadiran mereka di posyandu hanya bila ada

pembagian makanan/sembako gratis dan obat-obatan dari kader.

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 22 Maret 2011 dengan

wawancara terhadap kader Posyandu Margosari II mengenai pelaksanaan

distribusi vitamin A mengatakan bahwa semua ibu yang mempunyai anak 

umur 0-5 tahun yang hadir di posyandu sudah mendapatkan vitamin A, untuk 

tingkat kehadiran mereka masih terhitung rendah karena terkadang tidak 

datang sesuai jadwal posyandu, untuk pengetahuannya kader mangatakan

bahwa sebagian besar ibu yang aktif mengetahui pentingnya vitamin A bagi

anak mereka.

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 Maret 2011 di

Posyandu Margosari II Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas terhadap

10 orang ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun yang menjadi peserta

posyandu diperoleh data bahwa sebanyak 6 orang ibu mengetahui pentingnya

vitamin A untuk kesehatan dan perkembangan anak dengan menjawab

vitamin A penting bagi pertumbuhan anak sebanyak 2 orang, vitamin A bagus

buat mata anak sebanyak 2 orang, dan vitamin A bagus buat perkembangan

anak sebanyak 2 orang. Hal ini disebabkan karena mereka selalu aktif dalam

kegiatan penyuluhan di posyandu dan kebanyakan dari mereka berpendidikan

SMP atau SMA. Sedangkan 4 orang ibu lainnya tidak mengetahui pentingnya

vitamin A dengan menjawab ikut ke posyandu karena ikut-ikutan sebanyak 2

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 6/69

 

orang dan vitamin A tidak diperlukan anaknya lagi sebanyak 2 orang. Hal ini

disebabkan karena kebanyakan dari mereka berpendidikan terakhir Sekolah

Dasar (SD) yang memiliki pemahaman rendah dan kurang aktif dalam

kegiatan posyandu.

Kebanyakan dari ibu-ibu peserta posyandu masih kebingungan jika

diminta untuk menguraikan dan menyebutkan kenapa vitamin A itu penting

bagi anak. Dengan kata lain, kehadiran ibu di posyandu untuk mendapatkan

pelayanan vitamin A belum atas kesadaran sendiri. Disamping itu,

berdasarkan informasi yang diberikan oleh kader Posyandu Margosari II

bahwa masih banyak ibu-ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun yang

tidak mau berangkat ke posyandu.

Adapun alasan peneliti memilih Posyandu Margosari II di Desa Ledug

Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas sebagai tempat penelitian karena

dibandingkan dengan 10 Posyandu lainnya yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Kembaran II, Posyandu Margosari II memiliki jumlah ibu peserta

posyandu terbanyak yaitu 110 orang. Selain itu, ibu-ibu di desa ini pada

umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah, dan terdapat ibu-ibu

yang masih memiliki umur terlalu muda atau tua.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang

vitamin A di Posyandu Margosari II Kecamatan Kembaran II Kabupaten

Banyumas tahun 2011 ”. 

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 7/69

 

B.  RUMUSAN MASALAH

Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis membuat rumusan

masalah penelitian sebagai berikut: "Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan

Ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang Vitamin A di Posyandu

Margosari II Desa Ledug, Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas

Tahun 2011 ?."

C.  TUJUAN PENELITIAN

1.  Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai anak 

umur 0-5 tahun tentang vitamin A di Posyandu Margosari II Desa Ledug

Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Tahun 2011. 

2.  Tujuan Khusus

a.  Mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur

0-5 tahun tentang vitamin A berdasarkan pendidikan terakhir di

Posyandu Margosari II Desa Ledug, Kecamatan Kembaran

Kabupaten Banyumas Tahun 2011. 

b.  Mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur

0-5 tahun tentang vitamin A berdasarkan umur di Posyandu

Margosari II Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten

Banyumas Tahun 2011. 

c.  Mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur

0-5 tahun tentang vitamin A berdasarkan sumber informasi di

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 8/69

 

Posyandu Margosari II Desa Ledug Kecamatan Kembaran

Kabupaten Banyumas Tahun 2011. 

D.  MANFAAT PENELITIAN

1.  Bagi Puskesmas Kembaran II

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi

puskesmas untuk dapat meningkatkan partisipasi ibu yang mempunyai

anak umur 0-5 tahun dalam kegiatan pelaksanaan pemberian vitamin A

bagi bayi dan balita di wilayah kerja puskesmas kembaran II.

2.  Bagi STIKES Harapan Bangsa Purwokerto

a.  Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi ilmiah tentang gambaran

pengetahuan ibu tentang vitamin A.

b.  Dapat dijadikan acuan untuk perbandingan dalam melakukan

penelitian selanjutnya.

3.  Bagi Peneliti

Dapat menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan mengenai

tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian vitamin A pada anak umur 0-

5 tahun dan menambah pengalaman bagi peneliti dalam melakukan

penelitian. 

E.  KEASLIAN PENELITIAN

Penulis menemukan beberapa karya ilmiah yang sejenis dengan yang

teliti namun penulis mencatumkan satu karya tulis ilmiah yang paling mirip

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 9/69

 

dengan yang penulis teliti. Berikut penulis cantumkan beberapa persamaan

dan perbedaan karya ilmiah terdahulu dengan yang sekarang.

Tabel 1.1

Persamaan dan perbedaan

karya tulis ilmiah terdahulu oleh Rizki Mulyandestika (2010)

dengan karya tulis yang dilakukan oleh Siska Wulandari (2011)

Persamaan Perbedaan

Penelitian terdahulu Penelitian sekarang

Ruang lingkup

materi tentang

vitamin A

Judul: gambaran

pengetahuan ibu nifas

tentang vitamin A di

BPS Ny. Dwi Eni Desa

Karanggintung,

Kecamatan Sumbang,

Kabupaten Banyumas

Tahun 2010

Oleh: Rizki

Mulyandestika

Judul : gambaran

pengetahuan ibu yang

mempunyai anak umur 0-

5 tahun tentang vitamin

A di Posyandu Margosari

II, Kecamatan Kembaran,

kabupaten Banyumas

Tahun 2011

Oleh: Siska Wulandari

Jenis penelitian

deskriptif 

kuantitatif 

Respondennya adalah

ibu nifas

Respondennya adalah ibu

yang mempunyai anak 

umur 0-5 tahun

Instrumen

quesioner

Jumlah responden: 163

ibu nifas

Jumlah responden: 86 ibu

yang mempunyai anak 

umur 0-5 tahun

Variabel tunggal Variabel penelitian:

pengetahuan ibu nifas

tentang vitamin A

Variabel penelitian:

pengetahuan ibu yang

mempunyai anak umur 0-

5 tahun

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 10/69

 

10 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.  TINJAUAN TEORI

1.  Pengetahuan

a.  Pengertian Pengetahuan

Pengertian menurut Notoatmodjo (2003) merupakan hasil dari

“tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi mulai pasca indra manusia

yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba.

Pengetahuan sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang atau

over behavior atau pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi

awal bagi seseorang dalam berperilaku. Namun perubahan pengetahuan

tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku.

Menurut Rogers (dalam Notoatmodjo, 2003) sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan yaitu :

1)  Awareness/Kesadaran, yaitu individu mengetahui dan menyadari

tentang adanya stimulus (objek) terlebih dahulu.

2)  Interest, yaitu orang mulai tertarik dan menarik perhatian kepada

objek.

 

10

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 11/69

 

11 

3)  Evaluation, yaitu memberikan penilaian dengan menimbang-

nimbang ada dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, dalam hal

ini sikap responden sudah harus lebih baik lagi.

4) Trial, yaitu orang telah mencoba memakai atau berperilaku baru.

5)  Adoption, yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Makna pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

segala sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang diketahui

berkenaan hal (mata pelajaran). Pengetahuan tersebut dapat diperoleh

melalui pendidikan formal maupun informal (Alwi, 2000).

b.  Tingkatan Pengetahuan

Analisis Taksonomi Bloom yang telah disampaikan oleh

Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yang mencakup kompetisi,

keterampilan, intelektual dari yang sederhana (tingkat pengetahuan)

sampai domain yang paling komplek (evaluasi). Enam tingkatan

pengetahuan tersebut adalah :

1) Tahu (Know) 

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu yang telah dipelajari

sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang

dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

dan menyatakan.

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 12/69

 

12 

2) Memahami (Comprehension) 

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan objek yang

dipelajari.

3) Aplikasi (Application) 

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang

sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi

yang lain.

4) Analisa (Analysis) 

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur

organisasi tersebut dan masih terkait satu sama lain. Kemampuan

analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

5) Sintesis (Sintesys) 

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 13/69

 

13 

yang baru, misalnya : dapat menyusun, merencanakan, meringkas,

menyesuaikan teori yang sudah ada.

6) Evaluasi (Evaluation) 

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan

kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria

yang telah ada.

c.  Pengukuran pengetahuan

Menurut teori Lawrence Green (dalam Notoatmodjo, 2003),

perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi sebagai faktor predisposisi

disamping faktor pendukung seperti lingkungan, fisik, prasarana dan

faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan atau

petugas lainnya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan dalam domain kognitif.

Sumber pengetahuan diperoleh manusia lewat kemampuan berfikir

rasional dan melalui pengalaman yang konkrit yaitu berasal dari

seminar, penyuluhan, pendidikan formal dan non formal.

Kemudian nilai presentase yang diperoleh dimasukkan ke dalam

standar kriteria obyektif (Arikunto, 2006), yaitu:

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 14/69

 

14 

d.  Baik : jika skor total jawaban benar >75%

e.  Cukup : jika skor total jawaban benar 60-75%

f.  Kurang : jika skor total jawaban benar <60%.

g.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, (2006), terdapat berbagai macam faktor

yang mempengaruhi pengetahuan seseorang diantaranya:

1)  Faktor Internal

a)  Umur

Menurut Notoatmodjo (2003), umur adalah lama waktu

hidup atau sejak dilahirkan. Usia adalah umur individu yang

terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Dalam penelitian ini umur dikategorikan menjadi tiga,

yaitu kurang dari 20 tahun yang merupakan usia reproduksi

awal, 20 sampai 35 tahun merupakan usia reproduksi sehat

dan lebih dari 35 tahun merupakan usia reproduksi akhir

(Hartanto, 2004).

Umur kurang dari 20 tahun merupakan masa remaja

dimana mereka masih mencari identitas diri, pada umur ini

banyak pengetahuan yang mereka dapatkan akan tetapi

mereka belum bisa menyesuaikan diri dengan baik. Pada umur

20-35 tahun merupakan usia dewasa muda / masa reproduksi

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 15/69

 

15 

sehat dimana mereka dapat memperoleh pengetahuan yang

bermakna sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan, pada

umur ini mereka sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan,

keadaaan sekitar karena pada usia ini merupakan puncak 

pencapaian pengetahuan tentang kreatifitas, dan daya pikir

(Widyastuti, 2007).

Sedangkan pada umur lebih dari 35 tahun adalah usia

dewasa tua atau masa mendekati premenopause dimana sistem

kerja tubuh mulai berkurang atau menurun sehingga

kemampuan berpikir dan daya kreatifitasnya pun berkurang

(Hartanto, 2004).

Pada umumnya usia lebih tua cenderung mempunyai

pengalaman dalam hal yang berkaitan dengan pengetahuan

dibandingkan dengan berusia muda, hal ini disebabkan

kurangnya pemahaman yang diakibatkan keadaan kondisi

psikologis yang cenderung malu-malu sehingga

memungkinkan kurang menerima dan menyerap informasi.

Umur Ibu peserta posyandu sangat berpengaruh terhadap

keaktifan seorang ibu dalam memanfaatkan kegiatan di

Posyandu, dimana semakin tua umur seorang peserta

Posyandu maka kesiapan peserta Posyandu dalam

memanfaatkan Posyandu khususnya dalam pemanfaatan disaat

berada di meja penyuluhan dapat berjalan dengan baik,

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 16/69

 

16 

menjadi lebih berpengalaman, karena umur seseorang

sedemikian besarnya akan mempengaruhi kinerja, karena

semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih bertanggung

 jawab, lebih tertib, lebih bermoral, lebih berbakti daripada usia

muda (Notoatmodjo, 2003).

b)  Pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan

sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

Faktor pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan ibu

tentang sesuatu hal, sebab dengan pendidikan seseorang dapat

lebih mengetahui sesuatau hal tersebut. Seseorang yang

mempunyai pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah

menerima informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan.

Artinya dia dapat mengadopsi informasi dengan cepat,

dibandingkan dengan ibu-ibu yang berlatarbelakang

pendidikan rendah yang cenderung sulit untuk mengetahui

atau mengikuti info yang tersedia dengan keterbatasan

pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan

dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah

(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah

pertama (SMP) dan Madrasah Aliyah (MTs), atau bentuk lain

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 17/69

 

17 

yang sederajat. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah

Menengah Atas berbentuk (SMA), Madrasah Aliyah (MA),

Sekolah Menengah Kejurusan (SMK), atau bentuk lain yang

sederajat. Pendidikan Tinggi (PT) merupakan jenjang

pendidikan setelah pendidikan menengah yang tercakup

program pendidikan diploma, sarjana magister, spesialis, dan

doctor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi ( undang-

undang RI Nomor 20 tahun 2003)

Bahwa pendidikan dapat menentukan pola dalam

pengambilan keputusan tersebut sesuai dengan jenjang

pendidikan formal (DepDikNas, 2000) yang dimiliki oleh ibu

peserta posyandu, yaitu:

i.  Sekolah Dasar (SD/MI) dan pendidikan yang sederajat.

Pada kelompok ini dalam keaktifannya di posyandu

cenderung dipengaruhi oleh orang lain atau lingkungan

bukan atas pengetahuannya sendiri, apabila lingkungannya

banyak yang rutin mengikuti kegiatan posyandu maka dia

pun akan selalu datang ke posyandu.

ii.  Sekolah lanjutan Tingkat pertama (SLTP) dan pendidikan

yang sederajat. Pada kelompok ini tidak jauh berbeda

dengan yang berpendidikan SD, apabila lingkungannya

banyak yang rutin mengikuti kegiatan posyandu maka dia

pun akan selalu datang ke posyandu.

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 18/69

 

18 

iii.  Sekolah Menengah Umum (SMU/MA) dan pendidikan

yang sederajat. Pada kelompok ini cara berpikirnya sudah

lebih terbuka, sebelum memutuskan sesuatu biasanya

mereka akan mencari informasi terlebih duhulu apakah hal

itu merupakan hal yang terbaik atau tidak, termasuk dalam

mengikuti program posyandu, biasanya mereka akan

mencari informasi apa saja yang dilakukan di posyandu

dan apa manfaatnya bagi mereka.

iv.  Perguruan Tinggi. Pada kelompok yang berpendidikan

tinggi akan lebih banyak mencari informasi lewat berbagai

media atau berkonsultasi langsung ke dokter spesialis atau

tenaga medis lainnya, sehingga ketika mereka mengikuti

kegiatan posyandu mereka sudah melalui berbagai

pertimbangan yang matang.

c)  Sumber Informasi

Sumber informasi seseorang biasanya diperoleh dari

pengalaman yang bermacam-macam misalnya diperoleh dari

media massa seperti koran, majalah, baleho dan selebaran,

media elektronik seperti radio, televisi (TV), DVD/VCD, dan

internet, petugas kesehatan seperti perawat/mantri, bidan desa,

dan dokter, dan kerabat dekat seperti keluarga, tetangga dan

teman sejawat. Sedangkan sumber informasi yang paling baik 

adalah tenaga kesehatan karena lebih fokus pada pokok 

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 19/69

 

19 

permasalahan yang diteliti. Seseorang yang mempunyai

sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas. (Notoatmodjo, 2003).

d)  Sosial ekonomi

Sosial ekonomi mempengaruhi pengetahuan dan perilaku

seseorang dibidang kesehatan sehubungan dengan kesempatan

memperoleh informasi karena adanya fasilitas atau media

informasi. Banyak wanita menengah dan golongan atas

walaupun menjadi ibu dan pengatur rumah tangga tetapi tidak 

mau aktif, tergantung dan tidak berkorban secara tradisional

(Erick dalam Nursalam, 2003).

e)  Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari

nafkah. Semakin tinggi pendidikan dan derajat pekerjaannya

maka semakin tinggi pula pengetahuannya. Kriteria pekerjaan

antara lain : ibu rumah tangga, buruh, swasta, Pegawai Negeri

Sipil (PNS) (Notoatmodjo, 2003).

2) Faktor eksternal

a)  Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b)  Sosial budaya

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 20/69

 

20 

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.

2. Vitamin A

a.  Pengertian Vitamin A

Sesuai dengan namanya, vitamin A adalah vitamin yang

pertama kali ditemukan diantara vitamin yang lainnya. Di awal tahun

1900-an diketahui bahwa ada substansi di dalam lemak hewan dan

minyak ikan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan hewan yang masih

muda. Para ilmuwan kemudian menjulukinya sebagai substansi zat

larut lemak A karena terdapat pada lemak hewan atau animal. Di

kemudian hari diperbaharui menjadi vitamin A (Nurasih, 2010).

Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak, dan

merupakan vitamin yang essensial untuk pemeliharaan kesehatan dan

kelangsungan hidup (Almatsier, 2003). Vitamin A adalah suatu zat

gizi yang sangat penting bagi manusia, karena zat gizi ini tidak 

dibuat oleh tubuh, jadi harus dipenuhi dari luar tubuh berupa

makanan yang dikonsumsi (Hassan, 2002). Vitamin A juga

merupakan vitamin yang berfungsi bagi pertumbuhan sel  –  sel

epitel, dan sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan

mata. (Notoatmodjo, 2003) 

Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat

dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu

pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia,

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 21/69

 

21 

hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan

aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat memperbesar peluang

tubuh kita terkena penyakit. Sumber vitamin A meliputi susu, ikan,

sayuran berwarna hijau dan kuning, hati, buah-buahan warna merah

dan kuning (cabe merah, wortel, pisang, pepaya, dan lain-lain);

Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin A meliputi

rabun senja, katarak, infeksi saluran pernapasan, menurunnya daya

tahan tubuh, kulit yang tidak sehat, dan lain-lain. (Notoatmodjo,

2003)

Jenis vitamin berdasarkan kelarutannya di dalam air :

1)  Vitamin yang larut di dalam air : Vitamin B dan Vitamin C

2)  Vitamin yang tidak larut di dalam air : Vitamin A, D, E, dan K

atau disingkat Vitamin ADEK.

b.  Manfaat Vitamin A

1)  Penglihatan

Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada

cahaya remang. Bila kita berada di cahaya terang kemudian

memasuki ruangan yang remang-remang, maka kecepatan mata

beradaptasi setelah terkena cahaya terang. Hal ini berhubungan

langsung dengan vitamin A yang tersedia di dalam darah. Tanda

pertama kekurangan vitamin A adalah rabun senja. Suplementasi

vitamin A dapat memperbaiki penglihatan yang kurang bila itu

disebabkan karena kekurangan vitamin A.

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 22/69

 

22 

Menurut Nurasih (2010), manfaat vitamin A terutama

mempunyai peran yang berhubungan dengan kemampuan mata

untuk bisa melihat dalam keadaan gelap. Metabolisme vitamin A

dikombinasi dengan beberapa protein tertentu akan membuat

pigmen visual yang membantu mata dalam mengatur penglihatan

dari kondisi terang (banyak cahaya) ke cahaya temaram. Proses

tersebut membutuhkan banyak  support  dari vitamin A. Jika

vitamin A tidak terpenuhi maka rabun senja akan menjadi

 jackpot nya.

2)  Pertumbuhan dan Perkembangan

Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel

epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada

kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan

bentuk tulang tidak normal. Pada anak  – anak yang kekurangan

vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhannya. Dimana

vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat.

3)  Reproduksi

Pembentukan sperma pada hewan jantan serta

pembentukan sel telur dan perkembangan janin dalam kandungan

membutuhkan vitamin A dalam bentuk retinol. Hewan betina

dengan status vitamin A rendah mampu hamil akan tetapi

mengalami keguguran atau kesukaran dalam melahirkan.

Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 23/69

 

23 

dan kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga

akan berpengaruh dalam pencegahan kanker kulit, tenggorokan,

paru-paru, payudara dan kandung kemih.

4)  Fungsi Kekebalan

Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh

pada manusia. Dimana kekurangan vitamin A dapat menurunkan

respon antibody yang bergantung pada limfosit yang berperan

sebagai kekebalan pada tubuh seseorang (Almatsier, 2003).

Nurasih (2010) menambahkan bahwa Vitamin A secara normal

disimpan dalam hati yang berfungsi penting dalam sistem

kekebalan tubuh. Bila pertahanan tubuh rusak karena kekurangan

vitamin A maka anak akan menjadi lebih rentan terhadap infeksi

dan jika telah mengalami infeksi maka kondisinya akan menjadi

lebih berat.

5)  Melindungi keutuhan sel epitel kulit.

Menjaga kulit dan selaput membran sehat. Membran sehat

akan tetapi basah (lembab) dan tahan terhadap serangan yang

bersifat merusak. Kelembaban akan mencegah bakteri dan virus

untuk “mendarat” dan menginfeksi tubuh kita. Sel yang sehat

 juga lebih tahan terhadap serangan cacar, bahkan kanker.

6)  Melindungi mulut bagian dalam

7)  Menjaga sistem pencernaan

8)  Menjaga sistem pernafasan

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 24/69

 

24 

9)  Mencegah stroke

Menurut Nurasih (2010), asupan vitamin A bisa mencegah

penyakit stroke jika dikonsumsi cukup. Memakan cukup buah-

buahan dan sayur-sayuran adalah pertahanan yang bagus untuk 

melawan stroke dan komplikasinya

c.  Sumber-Sumber Vitamin A

Vitamin A yaitu karoten terdapat dalam berbagai macam

makanan, seperti daging merah hati, susu, full cream, keju, mentega

merupakan makanan yang tinggi retinol. Sayur dan buah-buahan

berwarna hijau dan kuning seperti wortel, sayur hijau seperti daun

singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis,

tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak, jeruk, buah pir,

alpokat dan minyak sayur, yaitu minyak kelapa sawit yang berwarna

merah merupakan makanan yang tinggi karoten (Hidayat, 2005).

Vitamin A terdapat baik dalam makanan yang berasal dari

tumbuhan maupun hewan. Vitamin ini diproduksi dari dua senyawa

yang berbeda, di dalam tubuh diubah menjadi vitamin A. Dalam

sumber makanan hewani, vitamin A tersedia dalam bentuk retinol,

sedangkan dalam sumber makanan tumbuhan dalam bentuk karoten.

Dari sumber tumbuhan, sayur-sayuran dan buah-buahan

merupakan pembawa vitamin A terbanyak. Sebagian besar makanan

yang mengandung vitamin A adalah yang berwarna cerah (meskipun

tidak semua makanan yang berwarna cerah mengandung vitamin A).

Sayuran yang kaya akan vitamin A adalah wortel, ubi, labu kuning,

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 25/69

 

25 

bayam, dan melon. Susu murni, keju mentega, margarin, susu skim,

dan telor juga mengandung vitamin A. Selain itu ternyata daun

singkong juga mengandung vitamin A yang tinggi.

Hati adalah sumber vitamin A, tetapi para ahli menyarankan

agar mengonsumsinya cukup sekali atau dua kali dalam sebulan

dengan mempertimbangkan kandungan racun yang terdapat dalam

hati. Namun, patut diingat kebanyakan sumber vitamin A tersebut

kecuali susu skim juga mengandung lemak tinggi juga kolesterol

tinggi (kecuali margarin). Selain hati, kuning telor, keju, susu murni,

mentega, susu skim dan margarin, minyak buah merah dan minyak 

hati ikan juga tak kalah kaya dengan vitamin A. Satu sendok minyak 

hati ikan cod mengandung lebih dari 12.000 international unit  (IU)

dua kali lebih banyak dari yang dibutuhkan orang dewasa dalam

sehari (Nurasih, 2010).

Tingginya kandungan lemak dan kolesterol yang terdapat pada

makanan sumber vitamin A membuatnya sangat potensial

mengakibatkan overdosis. Untuk itu disarankan tidak 

mengonsumsinya terlalu banyak, asal cukup memenuhi kebutuhan

vitamin A yang dibutuhkan saja. Ada baiknya asupan vitamin A

terdiri dari retinol (dari hewan) dan separuh karotin (dari tumbuhan)

(Nurasih, 2010).

d.  Kebutuhan Vitamin A

Pemenuhan kebutuhan vitamin A sangat penting untuk 

pemeliharaan kelangsungan hidup secara normal. Kebutuhan tubuh

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 26/69

 

26 

akan vitamin A untuk orang Indonesia telah dibahas dan ditetapkan

dalam Widyakarya Nasional pangan dan Gizi (2007) dengan

mempertimbangkan faktor-faktor khas dari kesehatan tubuh orang

Indonesia.

Tabel 2.1 Daftar Kecukupan Vitamin AGolongan Umur Kebutuhan Vitamin A

(RE)Bayi0 – 6 bulan

7 – 12 bulanBalita1 – 3 tahun4 – 6 tahun7 – 9 tahunPria

10 – 12 tahun13 – 15 tahun16 – 19 tahun

20 – 45 tahun46 – 59 tahun>60 tahun

Wanita10 – 12 tahun13 – 15 tahun 16 – 19 tahun20 – 45 tahun46 – 59 tahun>60 tahunHamil Menyusui0 – 6 bulan7 – 12 bulan

350

350

350460400

500600700700700600

500500500500500500+ 200+ 350+ 300

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2007).

e.  Akibat Kekurangan Vitamin A

Vitamin A juga berperan sebagai antioksidan yang mampu

menyingkirkan radikal bebas yang terdapat di dalam membran lemak 

menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Penyebab primer adalah

kekurangan vitamin A dan pembentukan vitamin A dalam pengaturan

makanan sehari-hari. Penyebab sekundernya adalah terjadinya

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 27/69

 

27 

kegagalan dalam penggunaan vitamin A (Almatsier, 2003). Penyakit

yang timbul akibat kekurangan vitamin A adalah  Xeropthalmia yaitu

keadaan selaput ikat mata yang kering akibat kekurangan vitamin A

(Notoadmojo, 2003).

Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam

satu sampai dua minggu. Dianjurkan bila diagnosa defisiensi vitamin

A ditegakkan maka berikan vitamin A 200.000 IU peroral dan pada

hari kesatu dan kedua. Belum ada perbaikan maka diberikan obat yang

sama pada hari ketiga. Biasanya diobati gangguan protein kalori mal

nutrisi dengan menambah vitamin A, sehingga perlu diberikan

perbaikan gizi. Kekurangan vitamin A banyak ditemukan dibeberapa

daerah seperti asia tenggara (Indonesia salah satunya) (Nurasih 2010).

Tanda dan Gejala Kekurangan Vitamin A menghambat

pengangkutan vitamin A. Kulit dan lapisan paru-paru, usus, dan

saluran kemih bisa mengeras. Katarak dan penurunan daya tahan

tubuh mengintai jika asupan vitamin A dalam tubuh berkurang.

Kekurangan vitamin A sering terjadi pada anak balita.

Gangguan pada mata dapat terjadi dalam beberapa tahap, tergantung

berat ringannya defisiensi vitamin A, terganggunya kemampuan untuk 

beradaptasi dan melihat dalam kondisi gelap, hingga akhirnya

mengalami kebutaan. Kornea mata terpengaruh secara dini oleh

kekurangan vitamin A. kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan

air mata sehingga terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 28/69

 

28 

kornea dengan tanda pemburaman. Pelapisan sel epitel kornea yang

akhirnya berakibat melunaknya dan bisa pecah yang menyebabkan

kebutaan total. Beberapa tanda dan gejala lain jika kekurangan

vitamin A adalah kelelahan yang sangat, anemia, kulit menjadi kering,

gatal dan kasar. Pada rambut dapat terjadi kekeringan dan gangguan

pertumbuhan rambut dan kuku (Almatsier, 2003).

Menurut Nurasih (2010), Gejala awal kekurangan vitamin A

biasanya adalah rabun senja. Jika dibiarkan berlanjut maka akan

timbul pengendapan berbusa (bintik bitot) dalam bagian putih mata

(sklera) dan kornea bisa mengeras lalu terbentuk jaringan parut,

umumnya disebut gejala penyakit xeroftalmia yang bisa menyebabkan

kebutaan permanen. Kekurangan vitamin A adalah penyebab utama

kebutaan di dunia. Anak-anak dengan  xeroftalmia ringan mempunyai

risiko lebih tinggi sebesar 2 - 3 kali untuk menderita penyakit infeksi

saluran pernafasan dan diare, serta 3 – 6 kali untuk risiko kematian.

Kekurangan vitamin A juga menyebabkan peradangan kulit

(dermatitis) dan menyebabkan kemungkinan terkena infeksi. Beberapa

penderita bahkan bisa mengalami anemia (Nurasih, 2010).

Pencegahan dan pengobatan di kutip berdasarkan keterangan

dari brosur suplementasi vitamin A kapsul yang terdiri dari:

1)  Kapsul vitamin A berwarna biru (100.000 IU)

Tiap kapsul mengandung vitamin A palmitat 1,7 juta IU 64.7059

mg (setara dengan vitamin A 100.000 IU) dengan dosis

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 29/69

 

29 

a)  Pencegahan bayi umur 6 bulan – 11 bulan : 1 kapsul

b)  Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia : Saat ditemukan segera

beri 1 kapsul, Hari berikutnya 1 kapsul, 4 minggu berikutnya 1

kapsul

c)  Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi

lainnya diberi 1 kapsul.

2)  Kapsul vitamin A berwarna merah (200.000 IU)

Tiap kapsul vitamin A mengandung palmitat 1,7 juta IU 129.5298

mg (setara dengan vitamin A 200.000 IU) dengan dosis :

a)  Pencegahan bayi umur 1 tahun – 3 tahun : 1 kapsul

b)  Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia : Saat ditemukan segera

beri 1 kapsul, Hari berikutnya 1 kapsul, 4 minggu berikutnya 1

kapsul.

c)  Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi

dan infeksi lainnya diberi 1 kapsul ( Siswono, 2004 ).

f.  Efek Samping dari Penggunaan Vitamin A yang Berlebihan

Pemberian vitamin A dengan dosis yang terlalu tinggi dan terjadi

dalam waktu yang lama dapat menjadi toksin (racun) bagi tubuh.

Hipervitaminosis A banyak dijumpai pada anak-anak dengan tanda-

tanda cengeng, bengkak disekitar tulang-tulang yang panjang, kulit

kering dan gatal. Hipervitaminosis A dapat terjadi dalam 2 tingkat :

1)  Hipervitaminosis A akut, yaitu jika anak usia 1 tahun  –  5 tahun

mengkonsumsi lebih tinggi (300.000 IU) dosis tunggal, mungkin

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 30/69

 

30 

akan menderita mual, sakit kepala dan anoreksia (tidak nafsu

makan). Penonjolan ubun-ubun juga dapat terjadi pada balita < 1

tahun dan akan hilang dalam waktu 1 hari  – 2 hari. Terjadi akibat

pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat besar atau

pemberian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih

termasuk dosis besar karena di konsumsi dalam periode 1 hari  – 2

hari; Pengobatannya dilakukan dengan cara pemberian vitamin A

dan pengobatan simptomatis.

2)  Hipervitaminosis A kronis, yaitu jika bayi dan balita

mengkonsumsi > 25.000 IU tiap hari selama > 3 bulan atau

beberapa tahun baik yang berasal dari makanan maupun dari

pemberian vitamin A dosis tinggi. Biasanya hanya terjadi pada

orang dewasa. Pada anak usia muda dan bayi biasanya dapat

menyebabkan anoreksia, kulit kering, gatal-gatal serta kemerahan

di kulit, peningkatan intracranial, bibir pecah-pecah, tungkai dan

lengan lemah dan bengkak; Pengobatannya sama dengan

hipervitaminosis A akut.

Nurasih (2010) menambahkan akibat dari Kelebihan vitamin

A dapat menyebabkan keracunan, baik itu terjadi dari satu kali

pemberian (keracunan akut) ataupun dalam jangka waktu yang

lama (keracunan kronis).

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 31/69

 

31 

a)  Keracunan akut :

Keracunan akut bisa mengakibatkan seseorang mengantuk,

mudah tersinggung, sakit kepala, dan muntah akibat

mengonsumsi vitamin A yang terlalu banyak. Tablet yang

mengandung vitamin A sebanyak 20 kali dosis harian yang

dianjurkan, yang digunakan untuk pencegahan dan

meringankan penyakit kulit, kadang menyebabkan gejala

serupa.

b)  Keracunan kronis :

Keracunan vitamin A dapat terjadi pada bayi dalam beberapa

minggu. Keracuanan kronis pada anak-anak yang lebih besar

dan dewasa biasanya merupakan akibat dari mengonsumsi

vitamin A dosis tinggi (10 kali dosis harian yang dianjurkan)

selama berbulan-bulan. Gejala awal dari keracunan kronis

adalah:

a)  Rambut yang jarang dan kasar

b)  Kerontokan pada sebagian bulu mata

c)  Bibir yang pecah-pecah

d)  Kulit yang kering dan kasar

Sakit kepala hebat, peningkatan tekanan dalam otak, dan

kelemahan umum terjadi kemudian. Pertumbuhan tulang dan

nyeri sendi juga sering terjadi terutama pada anak-anak.

Diagnosis keracunan vitamin A ditegakkan berdasarkan gejala

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 32/69

 

32 

dan tingginya kadar vitamin A dalam darah. Gejala akan

menghilang dalam empat minggu setelah penghentian

pemakaian vitamin A tambahan.

g.  Jadwal dan Waktu Pemberian Dosis Vitamin A

Anak-anak yang mengalami gizi kurang mempunyai resiko yang

tinggi untuk mengalami kebutaan sehubungan dengan defisiensi

vitamin A, karena alasan ini vitamin A dosis tinggi harus diberikan

secara rutin untuk semua anak yang mengalami gizi kurang pada hari

pertama, kecuali bila dosis yang sama telah diberikan pada bulan yang

lalu. Dosis tersebut adalah sebagai berikut: 50.000 IU untuk bayi

berusia < 6 bulan, 100.000 IU untuk bayi berumur 6 - 12 bulan , dan

200.000 IU untuk anak berusia > 12 bulan. Pemberian vitamin A

biasanya dilakukan melalui kegiatan Posyandu pada waktu yang sudah

ditentukan oleh Program pemerintah yaitu bulan Februari dan

Agustus, sasaran dari kegiatan posyandu tersebut adalah anak dengan

umur 1 – 5 tahun.

Jika terdapat tanda klinis dari defisiensi vitamin A (seperti rabun

senja, xerosis konjungtiva dengan bitot’s spot ,  xerosis kornea atau

ulceration, atau ketomalasia) maka dosis yang tinggi harus diberikan

untuk dua hari pertama diikuti dosis ketiga sekurang-kurangnya 2

minggu kemudian (Arisman, 2004).

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 33/69

 

33 

h.  Risiko Kehilangan Vitamin A saat Pengolahan Makanan

Vitamin A tahan terhadap panas, cahaya, dan alkali (kondisi

basa), tetapi tidak tahan terhadap asam dan oksidasi. Pada cara

memasak yang biasa tidak banyak vitamin A yang hilang. Namun,

suhu tinggi saat menggoreng dapat merusak vitamin ini, demikian

  juga jika kita menggoreng dengan minyak yang tengik (akan terjadi

oksidasi). Pengeringan buah di bawah sinar matahari dan cara

dihidrasi (pengeringan atau menghilangkan kadar air di dalamnya)

lain menyebabkan hilangnya sebagian vitamin A (Nurasih, 2010).

Produk-produk hewani seperti daging atau telur sebaiknya

dimasak sampai matang, karena kondisi setengah matang atau kurang

matang akan menimbulkan ancaman keamanan pangan. Telur mentah

atau setengah matang misalnya, mengandung zat antigizi (avidin)

yang menghambat penyerapan vitamin A. Buah-buahan yang

dibekukan juga akan mengalami penyusutan vitamin A sekitar 30%

apabila buah dikalengkan, penyusutan vitaminnya bisa 2 – 3 kali lebih

banyak (Nurasih, 2010).

3. Balita

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang

perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa

Anak merupakan pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi

(0-1 tahun), usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun),

usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja (11-18 tahun). Pada anak 

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 34/69

 

34 

terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu

rentang cepat dan lambat. Dalam berkembang anak memiliki ciri fisik,

kognitif, konsep diri, pola koping, dan perilaku sosial (Hidayat, 2005).

Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang

sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian

 juga halnya perkembangan kognitif juga mengalami perkembangan yang

tidak sama. Pada masa bayi perilaku sosial pada anak sudah dapat dilihat

seperti bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak 

dengan menunjukkan keceriaan (tidak menangis) (Hidayat, 2005).

Respons emosi terhadap penyakit sangat bervariasi tergantung pada

usia dan pencapaian tugas perkembangan anak. Seperti pada masa bayi

mempunyai respons emosi yang berbeda dalam menghadapi masalah

seperti perpisahan dengan orang tua, maka respon anak akan menangis,

berteriak, menarik diri, dan menyerah pada situasi yaitu diam. Apabila

tubuh merasakan nyeri, reaksi yang akan dialami pada si anak adalah

menangis dan reaksi tubuh untuk immobilitas (tidak mau bergerak sama

sekali) (Hidayat, 2005).

Masa balita mempunyai respons emosi terhadap penyakit atau

situasi yang tidak menyenangkan, akan terjadi reaksi seperti menangis

sambil mencari ibunya, berhenti bicara, kehilangan ketrampilan baru

yang dimilkinya. Apabila terjadi perubahan rutinitas dan ritual dalam

dirinya maka anak akan mempunyai reaksi seperti menyerang dan

menunjukkan tingkah laku protes (Hidayat, 2005).

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 35/69

 

35 

B.  KERANGKA TEORI

Kerangka teori pada dasarnya adalah ringkasan dari tinjauan pustaka

yang digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti

(Arikunto, 2006).

Bagan 2.1 Kerangka Teori

(Sumber : modifikasi Almatsier 2003, Notoatmodjo 2003, dan Nurasih 2010)

Kebutuhan vitamin A : pada bayi dan balita umur 0-9

tahun 350-400 RE, pria umur 10 - >60 tahun 500-600

RE, wanita umur 10-12 500 RE, ibu hamil menyusui

membutuhkan tambahan 200 RE, 0-6 bulan kehamilan

0-6 bulan +350 RE, 7-12 bulan kehamilan +300 RE

Akibat Kekurangan Vitamin A: Kekurangan vitamin A

Gangguan pada  xerophthalmia, kebutaan, katarak,

penurunan daya tahan tubuh, kulit kering, anemia.

Sumber-sumber Vitamin A: Daging merah hati,

susu, keju, mentega, sayuran hijau, kuning telur dsb 

Manfaat Vitamin A : Penglihatan,Pertumbuhan

dan Perkembangan, Reproduksi, Fungsi

Kekebalan

Pengetian Vitamin A : vitamin larut dalam

lemak, yang esensial untuk pemeliharaan

kesehatan dan kelangsungan hidupPengetahuan merupakanhasil dari “tahu” dan ini

terjadi setelah orang

melakukan en inderaan

Faktor yang mempengaruhi

1.  Faktor internal

a.  Tingkat Pendidikan

b.  Umur

c.  Informasi

d.  Pekerjaane.  Sosial ekonomi

2.  Faktor eksternal

a.  Lingkungan

b.  Sosial budaya

Tingkatan

Pengetahuan :

1. Tahu (Know) 

2. Memahami

(Comprehension) 3. Aplikasi

(Aplication) 

4. Analisis (Analisis) 

5. Sintesis (Synthesis)

6. Evaluasi

(Evaluation) 

Vitamin APengetahuan ibu mengenai

vitamin A

Kelebihan vitamin A : keracunan akut, dan keracunan

kronik 

Cara pengolahan

makanan sumber

vitamin A 

Jadwal dan waktu

pemberian vitamin A

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 36/69

 

36 

C.  KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep merupakan model koseptual yang berkaitan dengan

bagaimana peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2007).

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

Faktor yang

mempengaruhi

pengetahuan:1.  Umur

2.  Pendidikan

3.  Sumber

informasi

Pengetahuan ibu tentang

Vitamin A :

1. 

Pengertian vitamin A2.  Manfaat vitamin A

3.  Sumber-sumber

Vitamin A

4.  Akibat kekurangan

vitamin A

5.  Akibat kelebihan

vitamin A

6.  Jadwal dan waktu

pemberian vitamin A

7.  Cara pengolahan

makanan sumbervitamin A

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 37/69

 

37 

BAB III

METODE PENELITIAN

A.  RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif  yaitu

suatu metode pendekatan penelitian untuk memperoleh gambaran dan hasilnya

ditunjukan dalam jumlah angka. Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang

dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi

tentang suatu keadaan secara objektif. Kuantitatif yaitu data yang

berhubungan dengan angka-angka yang diperoleh dari hasil pengukuran

(Notoatmodjo, 2003). Penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan

pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A.

Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan one shot  

yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data pada

suatu saat (Arikunto, 2010). Data penelitian dikumpulkan pada satu waktu

yaitu dikumpulkannya kelompok yang menjadi responden yang ada pada saat

dilaksanakan posyandu di Margosari II pada tanggal 06 Juli 2011 lalu

diminta mengisi kuesioner dan surat pernyataan menjadi responden.,

sedangkan pengambilan data pada responden yang tidak hadir pada saat

posyandu dilaksanakan satu kali kunjungan rumah pada hari berikutnya yaitu

tanggal 07 Juli 2011 dan diminta mengisi kuesioner dan surat pernyataan

menjadi responden.

 

37

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 38/69

 

38 

B.  POPULASI DAN SAMPEL

1.  Populasi

Menurut Notoatmodjo (2005), populasi adalah keseluruhan objek 

penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh ibu yang memiliki anak umur 0-5 tahun di Posyandu Margosari II

Desa Ledug Kecamatan Kembaran II Kabupaten Banyumas pada tanggal

06 – 10 Juli 2011. Adapun jumlah populasi ibu adalah 110 orang.

2.  Sampel

Sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi adalah sampel (Notoatmodjo, 2002).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

  purposive sampling (acak sederhana). Menurut Sugiyono (2010),

  purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan cirri

ata siafat-sifat yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2002).

Pengambilan sampel dengan teknik    purposive sampling 

dimaksudkan bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk diseleksi menjadi sampel. Mula  –  mula

peneliti mengidentifikasi semua krakteristik populasi dengan mengadakan

studi pendahuluan/dengan mempelajari berbagai hal yang berhubungan

dengan populasi kemudian peneliti menetapkan sampel berdasarkan

pertimbangannya, sebagian dari anggota populasi menjadi sampel

penelitian diambil dengan menggunakan rumus, sehingga teknik 

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 39/69

 

39 

pengambilan sampel secara  purposive ini didasarkan pada pertimbangan

pribadi peneliti sendiri. Pada saat dilaksanakan penelitian di Posyandu

Margosari II responden yang datang kurang dari sampel yang dibutuhkan

yaitu 86 responden, yang datang hanya sejumlah 60 responden, untuk 

melengkapi jumlah sampel yang dibutuhkan maka peneliti melakukan

kunjungan rumah berdasarkan kepada responden yang dipilih berdasarkan

pertimbangan peneliti, yaitu jarak rumah responden yang dekat dengan

rumah kader, responden yang pada saat dilakukan kunjungan rumah

berada di rumah, responden bersedia menjadi responden dalam penelitian

ini, dan responden yang bisa membaca dan menulis. Bila dikehendaki derajat kepercayaan sampel terhadap populasi

95% dengan tingkat kepercayaan 0,05 dan populasi penelitian lebih kecil

dari 10.000 maka ketepatan atau besarnya sampel perlu diperhitungkan.

Adapun formula pengambilan sampel yang digunakan adalah

sebagai berikut :

)(12

d  N 

 N n

 

)05,0(1101

1102

n

 

275,01

110

n

 

27,86n  

86n

 

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 40/69

 

40 

Keterangan :

N = Besar Populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat Kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

(Sumber : Notoatmodjo, 2005)

Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

86 orang ibu.

a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target dan jangkauan yang diteliti (Nursalam, 2003). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1)  Ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun.

2)  Ibu yang bersedia menjadi responden.

3)  Ibu yang berdomisili di Desa Ledug Kecamatan Kembaran

Kabupaten Banyumas.

4)  Ibu yang datang ke posyandu, jika tidak datang maka peneliti akan

akan melakukan kunjungan rumah.

b. Kriteria eksklusi berarti menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,

2003). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1)  Ibu yang tidak ada di tempat saat dilakukan penelitian.

2)  Ibu yang tidak mampu membaca dan menulis.

3) 

Ibu yang anaknya sedang sakit.

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 41/69

 

41 

C.  JENIS DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1.  Jenis Data

a.  Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek 

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambil

data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari

(Saryono, 2009). Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui

pembagian kuesioner kepada responden.

b.  Data Sekunder

Data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh

oleh peneliti dari subyek penelitiannya (Saryono, 2009). Data

sekunder dalam penelitian ini adalah data yang di peroleh dari Dinas

Kesehatan Kota Purwokerto, data distribusi vitamin A dan daftar

posyandu Desa Ledug yang diperoleh dari Puskesmas Kembaran II,

daftar nama peserta posyandu Margosari II di peroleh dari ketua kader

posyandu Margosari II.

2.  Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data pertama

di Puskesmas Kembaran II kemudian peneliti menentukan tempat

penelitian di Posyandu Margosari II, di Posyandu Margosari II peneliti

mendapatkan data tentang jumlah peserta posyandu. Setelah itu peneliti

menentukan sampel berdasarkan populasi yang didapatkan. Pada tanggal

06 Juli 2011 peneliti melakukan penelitian dengan membagikan lembar

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 42/69

 

42 

kuesioner sesuai jadwal pelaksanaan posyandu Margosari II di Desa

Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Kuesioner dibagikan

kepada ibu yang memiliki anak umur 0-5 tahun yang mengikuti kegiatan

Posyandu pada waktu itu. Pada penelitian ini, kuesioner dibagikan kepada

responden setelah responden diberi penjelasan cara pengisian dan mengisi

lembar persetujuan menjadi responden. Responden diberi batas waktu

untuk mengisi kuesioner dan setelah jawaban terisi semua, kuesioner

dikumpulkan kembali kepada peneliti.

Responden yang hadir pada waktu posyandu berjumlah 60 orang.

Sisa responden yang dibutuhkan sebagai sampel adalah 26 orang. Pada

waktu dilaksanakan penelitian banyak peserta posyandu yang tidak hadir.

Untuk mencukupi jumlah sampel yang dibutuhkan maka peneliti

melakukan kunjungan rumah kepada ibu peserta yang tidak hadir dengan

dibantu oleh kader yang menunjukkan alamat rumah responden.

Responden melakukan pengisian kuesioner setelah diberi penjelasan cara

pengisian dan mengisi lembar persetujuan menjadi responden. Pengisian

kuesioner dilakukan dirumah responden sendiri dan didampingi oleh

peneliti serta satu orang kader.

D.  VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

1.  Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah atribut dari subjek atau objek yang akan

diteliti, bervariasi antara satu subjek atau subjek yang satu dengan yang

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 43/69

 

43 

lain dan merupakan anggota sebuah konsep (Arikunto, 2006). Variabel

dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu yang

mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A meliputi umur,

pendidikan ibu, dan sumber informasi.

2.  Definisi Operasional

Definisi Operasional variabel merupakan pedoman bagi peneliti

untuk mengukur / memanipulasi variabel penelitian, sehingga

memudahkan pengumpulan data dan menghindarkan perbedaan

interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel (Saryono, 2009).

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Parameter Skala

1. Pengeta

huan

tentangvitamin

A

Kemampuan responden yang

mempunyai anak umur 0-5

tahun yang mampumenjawab isi kuesioner pada

saat penelitian tentang

vitamin A meliputi

pengertian vitamin A,

manfaat vitamin A, sumber

vitamin A, tanda dan gejala

kekurangan vitamin A,

dampak kekurangan vitamin

A, dampak kelebihan vitamin

A, waktu pemberian vitamin

A, dan cara pengolahanmakanan sumber vitamin A

Baik (> 75 %)

Cukup (60 % - 75 %)

Kurang (< 60 %)

Ordinal

2. Umur Lamanya hidup responden

dihitung dari sejak lahir

sampai dilakukan penelitian

Remaja : < 20 tahun

Dewasa muda : 20-35

tahun

Dewasa tua : > 35 tahun

Ordinal

3. Pendidikan

terakhir ibu

Jenjang pendidikan yang

ditempuh oleh responden

dalam memperoleh ijasah

terakhir sebagai bukti

kelulusan pada saat

dilakukan penelitian

Pendidikan dasar

(SD/MI atau SMP/MTS)

Pendidikan menengah

atas

(SMA/SMK/MA)

Ordinal

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 44/69

 

44 

Pendidikan Tinggi

Diploma/Sarjana/Magister/Doktor/Spesialis)

4 Sumber

informasi

Sumber informasi yang

pertama kali diketahui

responden mengenai vitamin

A

Media massa

(koran, majalah, baleho,

dan selebaran)

Media elektronik 

(radio, TV, DVD/VCD,

internet)

Tenaga kesehatan

(perawat/mantra, bidan

desa, dan dokter)

Kerabat dekat

(keluarga, tetangga, dan

teman sejawat)

Nominal

E.  INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket pertanyaan

(kuesioner) yang diujicobakan pada populasi. Bentuk kuesioner yang

digunakan pada penelitian ini adalah bentuk pertanyaan tertutup. Pertanyaan

tertutup yaitu pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya sehingga

responden tinggal memilihnya (Arikunto, 2006).

Kuesioner yang akan dibagikan mempunyai 2 alternatif jawaban

“benar” atau “salah”. Untuk pertanyaan yang bersifat positif jawab “benar”

diberi nilai 1 dan jawaban yang “salah” diberi nilai 0 dimana responden

memilih dua alternatif jawaban ”  benar ” dinilai 1 ( satu ) dan untuk jawaban

”salah” diberi nilai 0 ( nol ). Sedangkan untuk pertanyaan yang negatif 

 jawaban “benar” diberi nilai 0 dan jawaban “salah” diberi nilai 1.

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 45/69

 

45 

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner pengetahuan

No Variabel Jumlahsoal

NoSoal

Pertanyaan(-)

Pertanyaan(+)

1 Pengertian vitamin A 5 1-5 3,5 1,2,4

2 Manfaat vitamin A 7 6-12 6,9,11 7,8,10,12

3 Sumber vitamin A 6 13-18 13,15,18 14,16,17

4 Tanda dan gejala

kekurangan vitamin A

6 19-24 22,23 19,20,21,24

5 Akibat kekurangan

vitamin A

6 25-31 26,27,28,30,

31

25,29

6 Dampak kelebihan

vitamin A

5 32-36 33,35 32,34,36

7 Waktu pemberian

vitamin A

5 37-41 37,39,40 38,41

8 Cara mendapatkan

vitamin A

5 42-45 42,43 44,45

9 Jumlah 45 1-45 22 23

Sebelum kuesioner diajukan pada responden dilakukan uji validitas

dan uji reliabilitas terlebih dahulu.

1. Uji Validitas

Validitas (kesahihan) adalah suatu pengukuran merujuk kepada suatu

keasaan dimana alat ukur mengukur karakteristik yang diukur oleh

penelitinya (Arikunto, 2006). Untuk mengetahui apakah kuesioner mampu

mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi

antara skor tiap-tiap item dengan skor total kuesioner. Notoatmodjo (2005)

menambahkan agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati

normal, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20

orang.

Uji validitas telah dilakukan pada tanggal 16  –  23 Juni 2011 di

wilayah Posyandu Margosari I Desa Ledug Kecamatan Kembaran

Kabupaten Banyumas dengan alasan peserta Posyandu Margosari I

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 46/69

 

46 

mempunyai karakteristik yang sama memiliki anak umur 0-5 tahun dan

sesuai dengan lokasi penelitian yang berada dalam wilayah kerja

Puskesmas Kembaran II, dan berlokasi di Desa Ledug.

Jumlah ibu yang mempunyai anak umur 0-5 sebanyak 80 orang, dari

keseluruhan populasi diambil sebanyak 20 orang ibu untuk menjadi

responden ataau 25% dari popualsi. Pengambilan sampel dengan cara acak 

mendatangi rumah responden (door to door ) yang bersedia menjadi

responden pada saat dilakukan uji validitas tersebut. Teknik 

pengumpulannya yaitu peneliti mendata jumlah peserta posyandu yang ada

di Margosari I kemudian peneliti bekerjasama dengan kader Posyandu

Margosari I untuk mencari informasi tentang rumah ibu peserta posyandu

yang mempunyai anak umur 0-5 yang menjadi responden dalam uji

validitas ini, kader membantu peneliti untuk menunjukkan rumah

responden untuk mengisi kuesioner.

Sebelum kuesioner diisi, peneliti menjelaskan cara pengisian dan

meminta responden untuk mengisi surat persetujuan menjadi responden.

Kuesioner dikumpulkan 3 hari setelahnya yaitu pada tanggal 19 Juni 2011.

Setelah data terkumpul kemudian diolah dengan bantuan SPSS V. 16 pada

tanggal 20 Juni 2011. Pada tanggal 23 Juni 2011 data selesai diolah.

Uji validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan validitas

internal, yaitu kesesuaian antara bagian-bagian instrument dengan

instrument secara keseluruhan. Pengujian validitas internal ini dilakukan

dengan analisa butir yaitu mengkorelasikan antara skor item instrument

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 47/69

 

47 

dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah rumus Pearson Product 

 Moment (Arikunto, 2006).

Adapun rumus yang digunakan untuk menguji validitas, yaitu :

 

)()()(2(

))((

22

 

 N   y N   x N   x N  

 y x xy N  r   

Keterangan :

r : Korelasi produk momen

N : Jumlah sampel

X : Skor variabel X

Y : Skor variabel Y

XY : Skor variabel X dikalikan Y

Uji validitas data ini telah dianalisa dengan menggunakan bantuan

program SPSS for Windows Versi 16. Nilai r tabel yang digunakan adalah

0,444 dengan taraf signifikansi 0,05. Suatu butir akan dinyatakan valid

apabila didapatkan

Berdasarkan analisa didapatkan hasil bahwa dari jumlah soal 45 butir

sebanyak 38 butir pertanyaan yang valid karena memiliki nilai korelasi

yang positif dan nilai rhitung > rtabel (0,444), dan sebanyak 7 butir pertanyaan

yang tidak valid karena rhitung < rtabel (0,444), yaitu soal nomor 2, 10, 29,

30, 37, 41, dan 45 dengan rhitung masing-masing, yaitu : 0.406, 0.405,

0.277, 0.404, 0.298, 0.330, dan 0.298 lebih kecil dari r tabel 0,444. Untuk 7

pertanyaan yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian.

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 48/69

 

48 

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Arikunto, 2006).

Rumus koefisiensi realibilitas Alfa cronbach :

1

11

k r   

St 

St 2

Keterangan :

r : reliabilitas instumen

k : banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal

2St  : jumlah varian butir

St2

: varian total (Notoatmodjo, 2002)

Hasil penghitungan akan dibandingkan dengan table  product 

moment,   jika ralpha < rtabel maka pernyataan tersebut tidak reliabel. Uji

reliabilitas data kuesioner dihitung dengan menggunakan program SPSS

  for Windows Versi 16. Setelah dilakukan uji reliabilitas dengan program

SPSS for Windows Versi 16  terhadap kuesioner pengetahuan disimpulkan

bahwa kuesioner yang reliable ralpha (0,950) > rtabel (0,444), artinya

kuesioner dapat dipercaya sebagai instrument penelitian sehingga dapat

digunakan untuk melakukan pengambilan data pada penelitian ini.

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 49/69

 

49 

F.  LOKASI, WAKTU PENELITIAN, DAN WAKTU PENGAMBILAN

DATA

1.  Lokasi

Lokasi penelitian dilaksanakan dari pertama pengambilan data di

Puskesmas Kembaran II sampai Pengambilan data terakhir di Posyandu

Margosari II Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.

2.  Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 06 - 10 Juli 2011

3.  Waktu Pengambilan Data

Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan 22 Januari sampai

penelitian dilaksanakan pada tanggal 06 Juli Tahun 2011.

G.  PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

1.  Pengolahan Data

Data yang telah diisi responden dikumpulkan, kemudian dikoreksi

apakah jawaban telah diisi semua. Apabila telah terisi, selanjutnya

dilakukan pengolahan data melalui langkah-langkah sebagai beikut:

a.   Editing

 Editing adalah memeriksa data hasil kuesioner yang terkumpul,

dan memeriksa kelengkapan data serta memperbaiki kualitas dan

menghilangkan keraguan data (Narbuko, 2005). Pada penelitian ini

editing dilakukan dengan cara memeriksa hasil kuesioner yang telah

disebarkan pada seluruh responden yang termasuk dalam sampel

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 50/69

 

50 

penelitian, meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, dan

konsistensi dari setiap jawaban.

b.  Scoring

Yang dimaksud dengan scoring adalah memberikan skor pada

semua hasil jawaban kuesioner yang sudah terkumpul (Arikunto,

2006). Pada penelitian ini, scoring dilakukan dengan cara memberikan

nilai sebagai beikut; bentuk pertanyaan yang bersifat positif jawaban

“benar” diberi nilai 1 dan jawaban yang “salah” diberi nilai 0 dimana

responden memilih dua alternatif jawaban ”   benar ” dinilai 1 ( satu )

dan untuk jawaban ”salah” diberi nilai 0 ( nol ). Sedangkan untuk 

pertanyaan yang bersifat negatif jawaban “benar” diberi nilai 0 dan

 jawaban “salah” diberi nilai 1.

c.  Tabulating

Tabulating adalah pengelompokkan data dan memasukkan data

tersebut kedalam sebuah tabel untuk meringkas data sesuai dengan

masing-masing sifat yang dimiliki dan mudah dibaca (Arikunto, 2002).

Pada penelitian ini hasil penilaian tersebut dimasukkan kedalam table

distribusi frekuensi yang meliputi pengetahuan responden tentang

vitamin A, umur responden, pendidikan terakhir responden, dan

sumber informasi.

2.  Analisis data

Dalam penelitian ini menggunakan Analisis Univariat, yaitu

menganalisis terhadap tiap variabel dari hasil penelitian yang telah

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 51/69

 

51 

dilakukan (Sugiyono, 2006). Untuk mengukur pengetahuan ibu yang

mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A, penulis menggunakan

rumus sebagai berikut:

Keterangan:

N : Tingkat pengetahuan

Sp : Jawaban benar

Sm : Jumlah item soal (Arikunto, 2006)

Analisis data berdasarkan total prosentase pengetahuan ibu yang

mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A di Posyandu

Margosari II Desa Ledug Kecamatan Kembaran kemudian dikategorikan

sebagai berikut (Arikunto, 2006):

a.  Baik : jika jawaban benar >75%

b.  Cukup : jika jawaban benar 60%-75%

c.  Kurang : jika jawaban benar <60%

Kemudian dihitung untuk mengetahui frekuensi pengetahuan ibu

berdasarkan umur, pendidikan terakhir, dan sumber informasi pertama kali

yang diketahui responden tentang vitamin A dengan menggunakan rumus

(Budiarto, 2002):

 

N = Sp x 100%

Sm

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 52/69

 

52 

Keterangan :

P : prosentase

F : jumlah frekuensi kejadian dari karakteristik 

N : jumlah sampel

H.  ETIKA PENELITIAN

Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian, mengingat penelitian berhubungan langsung dengan manusia.

maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2009).

1.   Informed consent 

  Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

  Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

2.   Anonymity

 Anonimity merupakan masalah etika dalam penelitian dengan tidak 

memberikan .nama responden pada lembar alat ukur, hanya menuliskan

kode pada lembar kuesioner.

3.  Confidentiality

Confidentiality merupakan masalah etika dengan menjamin

kerahasiaan dari hasil penelitian. Semua informasi yang telah

dikumpulkan pada peneliti dijamin kerahasiaannya.

P = F x 100%

N

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 53/69

 

53 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Penelitian

Penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai

anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A di posyandu Margosari II di Desa

Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas dilaksanakan pada tanggal

06  – 10 Juli 2011. Jumlah ibu yang menjadi sampel sebanyak 86 responden.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang

diperoleh dari sumber pertama atau perseorangan yaitu hasil pengisian

kuesioner langsung kepada responden tanpa melalui pihak lain dengan hasil

sebagai berikut.

1.  Gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang

vitamin A di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran

Kabupaten Banyumas pada bulan juli tahun 2011.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Ibu Yang

Mempunyai Anak Umur 0-5 Tahun Tentang Vitamin A di

Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran

Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011.

Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)

Baik ( > 75%)

Cukup (60%-75%)

Kurang ( < 60%)

12

42

32

14.0

48.8

37.2

Total 86 100.0

 

53

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 54/69

 

54 

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan bahwa pengetahuan ibu sebagian

besar cukup sebanyak 42 responden (48,8%), berpengetahuan kurang

sebanyak 32 responden (37,2%) dan berpengetahuan baik sebanyak 12

responden (14,0%).

2.  Gambaran umur ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun di Posyandu

Margosari II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas

bulan Juli tahun 2011.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Yang Mempunyai Anak Umur 0-

5 Tahun di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan

Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011.

Umur Frekuensi (F) Persentase (%)

Remaja (< 20 tahun) 6 7.0

Dewasa Muda (20-35 tahun) 68 79.1

Dewasa Tua (> 35 tahun) 12 14.0

Total 86 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki umur 20-35 tahun atau dewasa muda yaitu sebanyak 

68 responden (79,1%).

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 55/69

 

55 

3.  Gambaran Pendidikan Terakhir ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun

di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten

Banyumas bulan Juli tahun 2011.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Ibu Yang Mempunyai

Anak Umur 0-5 Tahun di Posyandu Margosari II di Desa Ledug

Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011.

Pendidikan Terakhir Frekuensi (F) Persentase (%)

Pendidikan Dasar 63 73.3

Pendidikan Menengah 22 25.6

Perguruan Tinggi 1 1.2

Total 86 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berpendidikan dasar yaitu sebanyak 63 responden (73,3%).

4.  Gambaran Sumber Informasi yang pertama kali diketahui ibu yang

mempunyai anak umur 0-5 tahun di Posyandu Margosari II di Desa Ledug

Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli tahun 2011.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Ibu Yang Mempunyai

Anak Umur 0-5 Tahun di Posyandu Margosari II di Desa Ledug

Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011.

Sumber Informasi Frekuensi (F) Persentase (%)

Media Massa 5 5.8

Media Elektronik 18 20.9

Tenaga Kesehatan 56 65.1Kerabat Dekat 7 8.1

Total 86 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden menggunakan sumber informasi dari tenaga kesehatan yaitu

sebanyak 56 responden (65,1%).

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 56/69

 

56 

5.  Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak Umur 0-5 Tahun

Tentang Vitamin A Berdasarkan Umur di Posyandu Margosari II di Desa

Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas periode Juli tahun

2011.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak 

Umur 0-5 Tahun Tentang Vitamin A Berdasarkan Umur di

Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran

Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011.

Umur RespondenPengetahuan Total

Baik Cukup Kurang

N % n % n % n %

Remaja (< 20 tahun) 0 0,0 2 33,3 4 66,7 6 100,0

Dewasa muda (20-35

tahun)8 11,8 32 47,1 28 41,2 68 100,0

Dewasa tua (> 35

tahun)4 33,3 8 66,7 0 0,0 12 100,0

Total 12 14,0 42 48,8 32 37,2 86 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan bahwa pengetahuan responden

yang berumur < 20 tahun sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang

yaitu sebanyak 4 responden (66,7%), responden yang berumur 20-35

tahun sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 32 responden

(47,1%), responden yang berumur > 35 tahun sebagian besar memiliki

pengetahuan cukup sebanyak 8 responden (66,7%).

6.  Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak Umur 0-5 Tahun

Tentang Vitamin A Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Posyandu

Margosari II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas

periode Juli tahun 2011. 

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 57/69

 

57 

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak 

Umur 0-5 Tahun Tentang Vitamin A Berdasarkan Pendidikan

Terakhir di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan

Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011.

Pendidikan Terakhir

PengetahuanTotal

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

Pendidikan Dasar 6 9,5 28 44,4 29 46,0 63 100,0

Pendidikan Menengah 5 22,7 14 63,6 3 13,6 22 100,0

Perguruan Tinggi 1 100 8 66,7 0 0,0 1 100,0

Total 12 14,0 42 48,8 32 37,2 86 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa pengetahuan responden

berpendidikan dasar sebagian besar memiliki pengetahuan kurang baik 

sebanyak 29 responden (46,0%), ibu yang berpendidikan menengah

sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 14 responden

(63,6%), responden yang berpendidikan Perguruan Tinggi sebagian besar

memiliki pengetahuan baik sebanyak 1 responden (100,0%).

7.  Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak Umur 0-5 Tahun

Tentang Vitamin A Berdasarkan Sumber Informasi di Posyandu Margosari

II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas periode Juli

tahun 2011. 

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 58/69

 

58 

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak 

Umur 0-5 Tahun Tentang Vitamin A Berdasarkan Sumber

Informasi di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan

Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011.

Sumber Informasi

PengetahuanTotal

Baik Cukup Kurang

n % n % n % n %

Media Massa 3 60,0 0 0,0 2 40,0 5 100,0

Media Elektronik  1 5,6 8 44,4 9 50,0 18 100,0

Tenaga Kesehatan 6 10,7 31 55,4 19 33,9 56 100,0

Kerabat Dekat 2 28,6 3 42,9 2 28,6 7 100,0Total 12 14,0 42 48,8 32 37,2 86 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa pengetahuan responde

yang mendapatkan informasi melalui media massa sebagian besar

memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 3 responden (60,0%),

responden yang mendapatkan informasi melalui medis elektronik sebagian

besar memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 9 responden (50,0%),

responden yang mendapatkan informasi melalui tenaga kesehatan sebagian

besar memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 31 responden (55,4%),

responden yang mendapatkan informasi melalui kerabat dekat memiliki

pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 3 responden (42,9%).

B.  Pembahasan

1.  Gambaran pengetahuan Ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang

vitamin A di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran

Kabupaten Banyumas Bulan Juli Tahun 2011. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu

yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A sebagian besar

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 59/69

 

59 

pada kategori cukup yaitu sebanyak 42 responden (48,8%), dan sebagian

kecil pada kategori baik sebanyak 12 responden (14,0%).

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai

pengetahuan dengan kategori cukupdan baik memiliki keaktifan dalam

mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Posyandu Margosari II dan

mampu menyerap ilmu yang disampaikan pada saat penyuluhan. Serta

melalui berbagai interaksi dengan petugas kesehatan dan kader yang ada di

Posyandu Margosari II.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh

Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil dari

tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu

indera penglihatan, indera penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan

dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(Notoatmodjo,2003).

Apabila penerimaan perilaku baru/adopsi perilaku melalui proses

yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif maka,

perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaiknya apabila

perilaku itu tidak di dasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak 

akan berlangsung lama (Notoatmodjo,2003).

2.  Gambaran pengetahuan Ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang

vitamin A berdasarkan umur di Posyandu Margosari II di Desa Ledug

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 60/69

 

60 

Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Bulan Juli Tahun 2011.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang

berumur < 20 tahun sebagian besar memiliki pengetahuan kurang

sebanyak 4 responden (66,7%), berpengetahuan cukup sebanyak 2

responden (33,3%,), berpengetahuan baik tidak ada. Responden yang

berumur antara 20 – 35 tahun sebagian besar memiliki pengetahuan cukup

sebanyak 32 responden (47,1%), berpengetahuan baik sebanyak 8

responden (11,8%), berpengetahuan kurang sebanyak 28 responden

(41,2%). Responden yang berumur > 35 tahun sebagian besar memiliki

pengetahuan cukup sebanyak 8 responden (66,7%), berpengetahuan baik 4

responden (33,3%), berpengetahuan kurang tidak ada.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh

Notoatmodjo (2003) bahwa pengalaman merupakan salah satu faktor yang

dapat berpengaruh terhadap pengetahuan. Semakin tua umur seseorang

maka pengalamannya akan semakin bertambah. Hal ini ditunjukkan dari

hasil penelitian diatas bahwa umur ibu yang mempunyai anak umur 0-5

tahun semakin tua maka akan cenderung diikuti oleh meningkatnya

pengetahuan ibu, khususnya tentang vitamin A. Hal ini juga terkait dengan

pengalaman ibu yang semakin banyak seiring dengan bertambahnya umur

ibu.

Menurut teori yang disampaikan oleh Wdyastuti (2007) bahwa

Umur kurang dari 20 tahun merupakan masa remaja dimana mereka

masih mencari identitas diri, pada umur ini banyak pengetahuan yang

mereka dapatkan akan tetapi mereka belum bisa menyesuaikan diri dengan

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 61/69

 

61 

baik. Pada umur 20-35 tahun merupakan usia dewasa muda / masa

reproduksi sehat dimana mereka dapat memperoleh pengetahuan yang

bermakna sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan, pada umur ini

mereka sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan, keadaaan sekitar

karena pada usia ini merupakan puncak pencapaian pengetahuan tentang

kreatifitas, dan daya pikir (Widyastuti, 2007).

Hartanto (2004) menambahkan bahwa pada umur lebih dari 35

tahun adalah usia dewasa tua atau masa mendekati premenopause dimana

sistem kerja tubuh mulai berkurang atau menurun sehingga kemampuan

berpikir dan daya kreatifitasnya pun berkurang (Hartanto, 2004).

Pendapat Notoatmodjo (2003) juga menyatakan bahwa semakin

tinggi usia seseorang, maka orang tersebut akan selalu berusaha untuk 

meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dalam hidup yang salah

satunya menjaga kelangsungan hidup. Namun dari usaha tersebut

terkadang yang terjadi adalah sebaliknya. Hal ini di karenakan masing-

masing individu akan berbeda dalam berinteraksi dengan lingkungannya

sehingga menghasilkan tingkat pengetahuan yang berbeda pula.

3.  Gambaran pengetahuan Ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang

vitamin A berdasarkan pendidikan terakhir di Posyandu Margosari II di

Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Bulan Juli

Tahun 2011.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan

responden yang berpendidikan dasar sebagian besar memiliki pengetahuan

kurang baik yaitu sebanyak 29 responden (46,0%), berpengetahuan

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 62/69

 

62 

cukup sebanyak 28 responden (44,4%), berpengetahuan baik sebanyak 6

responden (9,5%). Responden yang berpendidikan menengah sebagian

besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 14 responden (63,6%),

berpengetahun baik sebanyak 5 responden (22,7%), berpengetahuan

kurang sebanyak 3 responden (13,6%). Responden yang berpendidikan

Perguruan Tinggi sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 1

responden (100,0%), responden dengan pengetahuan cukupdan Kurang

tidak ada.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan terakhir

berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan seseorang. Semakin tinggi

pendidikan yang dimiliki individu maka akan semakin mudah individu

tersebut menyerap ilmu yang diterimanya sehingga mampu merubah

perilaku individu tersebut.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Notoatmodjo

(2003) bahwa faktor pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan ibu

tentang sesuatu hal, sebab dengan pendidikan seseorang dapat lebih

mengetahui sesuatau hal tersebut. Seseorang yang mempunyai pendidikan

lebih tinggi akan lebih mudah menerima informasi yang disampaikan oleh

tenaga kesehatan. Artinya dia dapat mengadopsi informasi dengan cepat,

dibandingkan dengan ibu-ibu yang berlatarbelakang pendidikan rendah

yang cenderung sulit untuk mengetahui atau mengikuti info yang tersedia

dengan keterbatasan pengetahuan

Berdasarkan Undang  –  Undang RI No. 20 tahun 2003

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 63/69

 

63 

menyebutkan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan

dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar

berbentuk sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk 

lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan Madrasah

Aliyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah

berbentuk Sekolah Menengah Atas berbentuk (SMA), Madrasah Aliyah

(MA), Sekolah Menengah Kejurusan (SMK), atau bentuk lain yang

sederajat. Pendidikan Tinggi (PT) merupakan jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah yang tercakup program pendidikan diploma, sarjana

magister, spesialis, dan doctor yang diselenggarakan oleh pendidikan

tinggi

4.  Gambaran pengetahuan Ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang

vitamin A berdasarkan sumber informasi di Posyandu Margosari II di

Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Bulan Juli

Tahun 2011.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan

responden yang mendapatkan informasi melalui media massa sebagian

besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 3 responden (60,0%),

berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 2 responden (40,0%),

berpengetahuan cukuptidak ada. Responden yang mendapatkan informasi

melalui media elektronik sebagian besar memiliki pengetahuan kurang

yaitu sebanyak 9 responden (50,0%), berpengetahuan cukup yaitu

sebanyak 8 responden (44,4%), berpengetahuan baik yaitu sebanyak 1

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 64/69

 

64 

responden (5,6%). Responden yang mendapatkan informasi melalui tenaga

kesehatan sebagian besar memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 31

responden (55,4%), berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 19 responden

(33,9%), berpengetahuan baik yaitu sebanyak 6 responden (10,7%).

Responden yang mendapatkan informasi melalui kerabat dekat sebagian

besar memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 3 responden

(42,9%), berpengetahuan baik yaitu sebanyak 2 responden (28,6%),

berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 2 responden (28,6%).

Menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa seseorang yang

mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas. Hal di atas menunjukan bahwa sebagian

besar ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun yang pertama kali

mengetahui informasi tentang vitamin A dari tenaga kesehatan memiliki

pengetahuan cukup yaitu sebanyak 31 responden (55,4%). Disamping itu,

faktor pengalaman yang dimiliki responden dalam pergaulan atau interaksi

sosial yang berlangsung sehari-harinya dengan kerabat dekat dan teman

sejawat mereka, sehingga memudahkan ibu mendapatkan informasi yang

lebih jelas dan bisa diterima dengan mudah sesuai dengan kemampuan

mereka.

Sedangkan responden yang mendapatkan informasi dari media

elektronik sebagian besar memiliki pengetahun kurang. Hal ini sesuai

dengan teori yang disampaikan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa sumber

informasi seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang bermacam-

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 65/69

 

65 

macam misalnya diperoleh dari media massa seperti koran, majalah,

baleho dan selebaran, media elektronik seperti radio, televisi (TV),

DVD/VCD, dan internet, petugas kesehatan seperti perawat/mantri, bidan

desa, dan dokter, dan kerabat dekat seperti keluarga, tetangga dan teman

sejawat. Sedangkan sumber informasi yang paling baik adalah tenaga

kesehatan karena lebih fokus pada pokok permasalahan yang diteliti.

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 66/69

 

66 

BAB V

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1.  Pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A

di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten

Banyumas bulan Juli 2011 sebagian besar pada kategori cukup yaitu

sebanyak 42 responden (48,8%).

2.  Pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A

berdasarkan umur di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan

Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011 diketahui bahwa ibu

yang berumur < 20 tahun sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang

yaitu sebanyak 4 responden (66,7%), ibu yang berumur 20-35 tahun

sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 32 responden

(47,1%), ibu yang berumur > 35 tahun sebagian besar memiliki

pengetahuan cukup sebanyak 8 responden (66,7%).

3.  Pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A

berdasarkan pendidikan terakhir di Posyandu Margosari II di Desa Ledug

Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011 diketahui

bahwa pengetahuan ibu berpendidikan dasar sebagian besar memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 29 responden (46,0%), ibu yang

 

66

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 67/69

 

67 

berpendidikan menengah sebagian besar memiliki pengetahuan cukup

sebanyak 14 responden (63,6%), ibu yang berpendidikan Perguruan Tinggi

sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 1 responden

(100,0%).

4.  Pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A

berdasarkan umur di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan

Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011 diketahui bahwa

pengetahuan ibu yang mendapatkan informasi melalui media massa

sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 3 responden

(60,0%), ibu yang mendapatkan informasi melalui medis elektronik 

sebagian besar memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 9 responden

(50,0%), ibu yang mendapatkan informasi melalui tenaga kesehatan

sebagian besar memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 31 responden

(55,4%), ibu yang mendapatkan informasi melalui kerabat dekat memiliki

pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 3 responden (42,9%).

B.  SARAN

1.  Bagi Ibu yang Mempunyai Anak Umur 0-5 Tahun

Ibu diharapkan perlu meningkatkan pengetahuannya tentang

vitamin A sehingga dapat mendorong ibu untuk memberikan asupan

vitamin A kepada anaknya, baik yang berasal dari petugas kesehatan atau

sumber-sumber makanan yang mengandung vitamin A secara teratur.

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 68/69

 

68 

2.  Bagi institusi pesndidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dipublikasikan sebagai referensi

ilmiah yang dapat dimanfaatkan bagi pihak yang berkepentingan.

3.  Bagi pelayanan kesehatan

Diharapkan dapat melaksanakan program penyuluhan kesehatan

ibu dan anak, khususnya tentang konsumsi vitamin A pada anak umur 1-5

tahun yang lebih intensif untuk memastikan seluruh anak mengkonsumsi

vitamin A sesuai dengan tahap perkembangannya.

4.  Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut dengan

menganalisis faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap pengetahuan

tentang asupan makanan yang mengandung vitamin A.

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 69/69

 

69