BAB I
-
Upload
rizal-cavaleiro -
Category
Documents
-
view
228 -
download
0
Transcript of BAB I
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 1/69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Vitamin A essensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan
hidup. Menurut World Health Organization (WHO) (2008), diantara anak-
anak pra sekolah diperkirakan terdapat sebanyak 2-3 juta kasus baru
xeropthalmia tiap tahun, kurang lebih 10% diantaranya menderita kerusakan
kornea. Diantara yang menderita kerusakan kornea ini 60% meninggal dalam
waktu satu tahun, sedangkan yang hidup 25% menjadi buta dan 50-60%
setengah buta. Diperkirakan pada satu waktu, sebanyak dua juta anak
mengalami kebutaan akibat kekurangan vitamin A, dan sebanyak 20-40 juta
menderita kekurangan vitamin A pada tingkat lebih ringan tanpa kebutaan.
Perbedaan angka kematian antara anak yang kekurangan dan tidak
kekurangan vitamin A kurang lebih sebesar 30% (Almatsier, 2003).
Studi yang dilakukan Nutrition and Health Surveillance System (NHSS)
dan Departemen Kesehatan (2000) menunjukkan sekitar 50% anak Indonesia
usia 12-23 bulan tidak mengkonsumsi vitamin A dengan cukup dari makanan
sehari-hari. Himpunan Kesehatan Indonesia (HKI) mengatakan angka
kecukupan gizi (AKG) anak balita sekitar 350 Retinol Ekuivalen (RE). Angka
ini dihitung dari kandungan vitamin A dalam makanan nabati atau hewani
yang dikonsumsi (Depkes, 2001).
1
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 2/69
2
Penelitian di Jateng tahun 1988 menunjukkan bahwa Ibu-Ibu Balita
pada umumnya pernah tahu dan melihat kapsul vitamin A, salah mengerti
tentang guna vitamin A, namun secara garis besar ibu tidak tahu bahwa
vitamin A baik untuk kesehatan anak, lupa dan tak jelas tata cara pemberian
dan mendapatkan kapsul vitamin A, serta tak tahu harga vitamin A (Purjanto,
1994).
Pada studi tahun 1991 di Sumatera Barat, Jawa Tengah, Sulsel dan
NTB tahun 1991 menunjukkan 76,6% responden pernah mendengar kapsul
vitamin A dari jumlah tersebut 73,5%nya pernah memberikan kepada balita.
Diantara yang belum memberikan kapsul vitamin A sebanyak 38,7%
menyatakan anaknya belum cukup umur, 26,4% menyatakan alasan lain dan
19,9 % tak tahu apa perlu vitamin A untuk anak. Hal lain bahwa di posyandu
tak ada pelayanan kapsul vitamin A (9%) dan terlihat nyata di NTB 16,1%
(Purjanto, 1994).
Pemerintah melalui departemen kesehatan mencanangkan program
penanggulangan kekurangan vitamin A sejak tahun 1970-an hingga saat ini
masih berlanjut. Dilaksanakannya program ini diharapkan masyarakat
Indonesia tidak mengalami penyakit akibat kekurangan vitamin. Oleh karena
itu distribusi vitamin A bagi anak balita sangatlah diperlukan.
Hasil cakupan vitamin A pada tahun 2002 yang sangat terintegrasi
dengan Pekan Imunisasi Nasional Polio pada Agustus 2002 mencapai 83,6 %
pada bayi dan 85,1 % pada Balita. Hal ini cukup menggembirakan karena
telah melampaui 80% sebagai target nasional yang ditetapkan. Namun
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 3/69
3
cakupan tersebut menurun kembali pada bulan Februari dan Agustus tahun
2003 menjadi sebesar 56,63 % pada bayi dan 71,53 % pada Balita (Depkes,
2005).
Rendahnya cakupan pemberiaan vitamin A dipengaruhi oleh banyak
hal salah satunya yaitu tingkat pengetahuaan yang rendah, tingkat
pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
tingkat pendidikan, sosial ekonomi, budaya, informasi, pekerjaan, umur dan
paritas (Notoatmodjo, 2006). Pengetahuan seorang ibu yang mempunyai anak
umur 0-5 tahun dapat mempengaruhi status kesehatan anaknya. Semakin baik
pengetahuan ibu, maka semakin baik status kesehatan anaknya (Notoatmodjo,
2003).
Menurut hasil penelitian Syafruddin Nurdin (2002) dalam tesisnya yang
menjelaskan tentang faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kunjungan
Ibu ke posyandu terhadap cakupan imunisasi serta kapsul vitamin A di
wilayah kerja Puskesmas Bantimurung Kabupaten Maros tahun 2002
didapatkan hasil bahwa ada hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat
pemberian imunisasi dan pemberian kapsul vitamin A pada Balitanya dengan
kunjungan Ibu ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi dan kapsul vitamin
A. Dengan banyaknya Ibu-Ibu yang berkunjung ke Posyandu untuk
memberikan imunisasi dan kapsul vitamin A terhadap Balitanya maka
cakupan imunisasi dan kapsul vitamin A akan tinggi pula karena banyaknya
jumlah sasaran yang mendapatkan kapsul vitamin A dan imunisasi.
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 4/69
4
Pemberian makanan yang mengandung vitamin A dan pemberian
kapsul vitamin A tentunya harus didukung oleh pengetahuan ibunya tentang
manfaat dari pemberian tersebut. Tanpa adanya pengetahuan tentang itu,
maka mustahil ibu mau memberikan makanan yang mengandung cukup
vitamin A dan membawa anaknya ke Posyandu untuk diberikan kapsul
vitamin A. Oleh sebab itu ibu perlu mengetahui tentang pentingnya
pemberian vitamin A pada anak usia 1-5 tahun (Anonim, 2004).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Banyumas
tahun 2010 pada bulan januari tahun 2011 didapatkan distribusi vitamin A
terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Pekuncen, yaitu 4756 sasaran dan yang
terkecil di wilayah kerja Puskesmas Wangon II, yaitu 1356 sasaran. Distribusi
vitamin A menurut data tersebut sudah mencapai target 90% yakni 99% dari
jumlah ibu peserta posyandu yang hadir. Namun, berdasarkan data dari DKK,
dari 39 jumlah Puskesmas yang ada di Banyumas, sebanyak 20 Puskesmas
memiliki jumlah sasaran dibawah rata-rata yaitu 2867 sasaran, salah satunya
adalah puskesmas kembaran II yaitu 2680 sasaran. Jumlah ini menunjukkan
bahwa sasaran yang ada di puskesmas kembaran II masih rendah. Hal ini
disebabkan karena tingkat kehadiran ibu di Posyandu tidak menentu.
Jumlah Posyandu yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas Kembaran
II sebanyak 11 posyandu, salah satunya adalah Posyandu Margosari II yang
memiliki jumlah peserta posyandu tertinggi, sedangkan jumlah peserta
posyandu terendah adalah posyandu ……….. Berdasarkan data Puskesmas
Kembaran II Tingkat kehadiran ibu dalam kegiatan Posyandu diketahui sudah
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 5/69
5
cukup tinggi. Namun meskipun begitu masih banyak ibu- ibu yang
mempunyai anak umur 0-5 tahun tidak begitu mengetahui pentingnya vitamin
A sehingga mengabaikannya. Kehadiran mereka di posyandu hanya bila ada
pembagian makanan/sembako gratis dan obat-obatan dari kader.
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 22 Maret 2011 dengan
wawancara terhadap kader Posyandu Margosari II mengenai pelaksanaan
distribusi vitamin A mengatakan bahwa semua ibu yang mempunyai anak
umur 0-5 tahun yang hadir di posyandu sudah mendapatkan vitamin A, untuk
tingkat kehadiran mereka masih terhitung rendah karena terkadang tidak
datang sesuai jadwal posyandu, untuk pengetahuannya kader mangatakan
bahwa sebagian besar ibu yang aktif mengetahui pentingnya vitamin A bagi
anak mereka.
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 Maret 2011 di
Posyandu Margosari II Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas terhadap
10 orang ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun yang menjadi peserta
posyandu diperoleh data bahwa sebanyak 6 orang ibu mengetahui pentingnya
vitamin A untuk kesehatan dan perkembangan anak dengan menjawab
vitamin A penting bagi pertumbuhan anak sebanyak 2 orang, vitamin A bagus
buat mata anak sebanyak 2 orang, dan vitamin A bagus buat perkembangan
anak sebanyak 2 orang. Hal ini disebabkan karena mereka selalu aktif dalam
kegiatan penyuluhan di posyandu dan kebanyakan dari mereka berpendidikan
SMP atau SMA. Sedangkan 4 orang ibu lainnya tidak mengetahui pentingnya
vitamin A dengan menjawab ikut ke posyandu karena ikut-ikutan sebanyak 2
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 6/69
6
orang dan vitamin A tidak diperlukan anaknya lagi sebanyak 2 orang. Hal ini
disebabkan karena kebanyakan dari mereka berpendidikan terakhir Sekolah
Dasar (SD) yang memiliki pemahaman rendah dan kurang aktif dalam
kegiatan posyandu.
Kebanyakan dari ibu-ibu peserta posyandu masih kebingungan jika
diminta untuk menguraikan dan menyebutkan kenapa vitamin A itu penting
bagi anak. Dengan kata lain, kehadiran ibu di posyandu untuk mendapatkan
pelayanan vitamin A belum atas kesadaran sendiri. Disamping itu,
berdasarkan informasi yang diberikan oleh kader Posyandu Margosari II
bahwa masih banyak ibu-ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun yang
tidak mau berangkat ke posyandu.
Adapun alasan peneliti memilih Posyandu Margosari II di Desa Ledug
Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas sebagai tempat penelitian karena
dibandingkan dengan 10 Posyandu lainnya yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Kembaran II, Posyandu Margosari II memiliki jumlah ibu peserta
posyandu terbanyak yaitu 110 orang. Selain itu, ibu-ibu di desa ini pada
umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah, dan terdapat ibu-ibu
yang masih memiliki umur terlalu muda atau tua.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang
vitamin A di Posyandu Margosari II Kecamatan Kembaran II Kabupaten
Banyumas tahun 2011 ”.
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 7/69
7
B. RUMUSAN MASALAH
Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis membuat rumusan
masalah penelitian sebagai berikut: "Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan
Ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang Vitamin A di Posyandu
Margosari II Desa Ledug, Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas
Tahun 2011 ?."
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai anak
umur 0-5 tahun tentang vitamin A di Posyandu Margosari II Desa Ledug
Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur
0-5 tahun tentang vitamin A berdasarkan pendidikan terakhir di
Posyandu Margosari II Desa Ledug, Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas Tahun 2011.
b. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur
0-5 tahun tentang vitamin A berdasarkan umur di Posyandu
Margosari II Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten
Banyumas Tahun 2011.
c. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur
0-5 tahun tentang vitamin A berdasarkan sumber informasi di
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 8/69
8
Posyandu Margosari II Desa Ledug Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas Tahun 2011.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Puskesmas Kembaran II
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
puskesmas untuk dapat meningkatkan partisipasi ibu yang mempunyai
anak umur 0-5 tahun dalam kegiatan pelaksanaan pemberian vitamin A
bagi bayi dan balita di wilayah kerja puskesmas kembaran II.
2. Bagi STIKES Harapan Bangsa Purwokerto
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi ilmiah tentang gambaran
pengetahuan ibu tentang vitamin A.
b. Dapat dijadikan acuan untuk perbandingan dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
Dapat menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan mengenai
tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian vitamin A pada anak umur 0-
5 tahun dan menambah pengalaman bagi peneliti dalam melakukan
penelitian.
E. KEASLIAN PENELITIAN
Penulis menemukan beberapa karya ilmiah yang sejenis dengan yang
teliti namun penulis mencatumkan satu karya tulis ilmiah yang paling mirip
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 9/69
9
dengan yang penulis teliti. Berikut penulis cantumkan beberapa persamaan
dan perbedaan karya ilmiah terdahulu dengan yang sekarang.
Tabel 1.1
Persamaan dan perbedaan
karya tulis ilmiah terdahulu oleh Rizki Mulyandestika (2010)
dengan karya tulis yang dilakukan oleh Siska Wulandari (2011)
Persamaan Perbedaan
Penelitian terdahulu Penelitian sekarang
Ruang lingkup
materi tentang
vitamin A
Judul: gambaran
pengetahuan ibu nifas
tentang vitamin A di
BPS Ny. Dwi Eni Desa
Karanggintung,
Kecamatan Sumbang,
Kabupaten Banyumas
Tahun 2010
Oleh: Rizki
Mulyandestika
Judul : gambaran
pengetahuan ibu yang
mempunyai anak umur 0-
5 tahun tentang vitamin
A di Posyandu Margosari
II, Kecamatan Kembaran,
kabupaten Banyumas
Tahun 2011
Oleh: Siska Wulandari
Jenis penelitian
deskriptif
kuantitatif
Respondennya adalah
ibu nifas
Respondennya adalah ibu
yang mempunyai anak
umur 0-5 tahun
Instrumen
quesioner
Jumlah responden: 163
ibu nifas
Jumlah responden: 86 ibu
yang mempunyai anak
umur 0-5 tahun
Variabel tunggal Variabel penelitian:
pengetahuan ibu nifas
tentang vitamin A
Variabel penelitian:
pengetahuan ibu yang
mempunyai anak umur 0-
5 tahun
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 10/69
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengertian menurut Notoatmodjo (2003) merupakan hasil dari
“tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi mulai pasca indra manusia
yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba.
Pengetahuan sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang atau
over behavior atau pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi
awal bagi seseorang dalam berperilaku. Namun perubahan pengetahuan
tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku.
Menurut Rogers (dalam Notoatmodjo, 2003) sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan yaitu :
1) Awareness/Kesadaran, yaitu individu mengetahui dan menyadari
tentang adanya stimulus (objek) terlebih dahulu.
2) Interest, yaitu orang mulai tertarik dan menarik perhatian kepada
objek.
10
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 11/69
11
3) Evaluation, yaitu memberikan penilaian dengan menimbang-
nimbang ada dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, dalam hal
ini sikap responden sudah harus lebih baik lagi.
4) Trial, yaitu orang telah mencoba memakai atau berperilaku baru.
5) Adoption, yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Makna pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
segala sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang diketahui
berkenaan hal (mata pelajaran). Pengetahuan tersebut dapat diperoleh
melalui pendidikan formal maupun informal (Alwi, 2000).
b. Tingkatan Pengetahuan
Analisis Taksonomi Bloom yang telah disampaikan oleh
Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yang mencakup kompetisi,
keterampilan, intelektual dari yang sederhana (tingkat pengetahuan)
sampai domain yang paling komplek (evaluasi). Enam tingkatan
pengetahuan tersebut adalah :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu yang telah dipelajari
sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang
dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
dan menyatakan.
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 12/69
12
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan objek yang
dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang
sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi
yang lain.
4) Analisa (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur
organisasi tersebut dan masih terkait satu sama lain. Kemampuan
analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
5) Sintesis (Sintesys)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 13/69
13
yang baru, misalnya : dapat menyusun, merencanakan, meringkas,
menyesuaikan teori yang sudah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria
yang telah ada.
c. Pengukuran pengetahuan
Menurut teori Lawrence Green (dalam Notoatmodjo, 2003),
perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh
pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi sebagai faktor predisposisi
disamping faktor pendukung seperti lingkungan, fisik, prasarana dan
faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lainnya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan dalam domain kognitif.
Sumber pengetahuan diperoleh manusia lewat kemampuan berfikir
rasional dan melalui pengalaman yang konkrit yaitu berasal dari
seminar, penyuluhan, pendidikan formal dan non formal.
Kemudian nilai presentase yang diperoleh dimasukkan ke dalam
standar kriteria obyektif (Arikunto, 2006), yaitu:
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 14/69
14
d. Baik : jika skor total jawaban benar >75%
e. Cukup : jika skor total jawaban benar 60-75%
f. Kurang : jika skor total jawaban benar <60%.
g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2006), terdapat berbagai macam faktor
yang mempengaruhi pengetahuan seseorang diantaranya:
1) Faktor Internal
a) Umur
Menurut Notoatmodjo (2003), umur adalah lama waktu
hidup atau sejak dilahirkan. Usia adalah umur individu yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Dalam penelitian ini umur dikategorikan menjadi tiga,
yaitu kurang dari 20 tahun yang merupakan usia reproduksi
awal, 20 sampai 35 tahun merupakan usia reproduksi sehat
dan lebih dari 35 tahun merupakan usia reproduksi akhir
(Hartanto, 2004).
Umur kurang dari 20 tahun merupakan masa remaja
dimana mereka masih mencari identitas diri, pada umur ini
banyak pengetahuan yang mereka dapatkan akan tetapi
mereka belum bisa menyesuaikan diri dengan baik. Pada umur
20-35 tahun merupakan usia dewasa muda / masa reproduksi
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 15/69
15
sehat dimana mereka dapat memperoleh pengetahuan yang
bermakna sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan, pada
umur ini mereka sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan,
keadaaan sekitar karena pada usia ini merupakan puncak
pencapaian pengetahuan tentang kreatifitas, dan daya pikir
(Widyastuti, 2007).
Sedangkan pada umur lebih dari 35 tahun adalah usia
dewasa tua atau masa mendekati premenopause dimana sistem
kerja tubuh mulai berkurang atau menurun sehingga
kemampuan berpikir dan daya kreatifitasnya pun berkurang
(Hartanto, 2004).
Pada umumnya usia lebih tua cenderung mempunyai
pengalaman dalam hal yang berkaitan dengan pengetahuan
dibandingkan dengan berusia muda, hal ini disebabkan
kurangnya pemahaman yang diakibatkan keadaan kondisi
psikologis yang cenderung malu-malu sehingga
memungkinkan kurang menerima dan menyerap informasi.
Umur Ibu peserta posyandu sangat berpengaruh terhadap
keaktifan seorang ibu dalam memanfaatkan kegiatan di
Posyandu, dimana semakin tua umur seorang peserta
Posyandu maka kesiapan peserta Posyandu dalam
memanfaatkan Posyandu khususnya dalam pemanfaatan disaat
berada di meja penyuluhan dapat berjalan dengan baik,
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 16/69
16
menjadi lebih berpengalaman, karena umur seseorang
sedemikian besarnya akan mempengaruhi kinerja, karena
semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih bertanggung
jawab, lebih tertib, lebih bermoral, lebih berbakti daripada usia
muda (Notoatmodjo, 2003).
b) Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan
sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
Faktor pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan ibu
tentang sesuatu hal, sebab dengan pendidikan seseorang dapat
lebih mengetahui sesuatau hal tersebut. Seseorang yang
mempunyai pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah
menerima informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan.
Artinya dia dapat mengadopsi informasi dengan cepat,
dibandingkan dengan ibu-ibu yang berlatarbelakang
pendidikan rendah yang cenderung sulit untuk mengetahui
atau mengikuti info yang tersedia dengan keterbatasan
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan
dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah
(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah
pertama (SMP) dan Madrasah Aliyah (MTs), atau bentuk lain
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 17/69
17
yang sederajat. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah
Menengah Atas berbentuk (SMA), Madrasah Aliyah (MA),
Sekolah Menengah Kejurusan (SMK), atau bentuk lain yang
sederajat. Pendidikan Tinggi (PT) merupakan jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah yang tercakup
program pendidikan diploma, sarjana magister, spesialis, dan
doctor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi ( undang-
undang RI Nomor 20 tahun 2003)
Bahwa pendidikan dapat menentukan pola dalam
pengambilan keputusan tersebut sesuai dengan jenjang
pendidikan formal (DepDikNas, 2000) yang dimiliki oleh ibu
peserta posyandu, yaitu:
i. Sekolah Dasar (SD/MI) dan pendidikan yang sederajat.
Pada kelompok ini dalam keaktifannya di posyandu
cenderung dipengaruhi oleh orang lain atau lingkungan
bukan atas pengetahuannya sendiri, apabila lingkungannya
banyak yang rutin mengikuti kegiatan posyandu maka dia
pun akan selalu datang ke posyandu.
ii. Sekolah lanjutan Tingkat pertama (SLTP) dan pendidikan
yang sederajat. Pada kelompok ini tidak jauh berbeda
dengan yang berpendidikan SD, apabila lingkungannya
banyak yang rutin mengikuti kegiatan posyandu maka dia
pun akan selalu datang ke posyandu.
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 18/69
18
iii. Sekolah Menengah Umum (SMU/MA) dan pendidikan
yang sederajat. Pada kelompok ini cara berpikirnya sudah
lebih terbuka, sebelum memutuskan sesuatu biasanya
mereka akan mencari informasi terlebih duhulu apakah hal
itu merupakan hal yang terbaik atau tidak, termasuk dalam
mengikuti program posyandu, biasanya mereka akan
mencari informasi apa saja yang dilakukan di posyandu
dan apa manfaatnya bagi mereka.
iv. Perguruan Tinggi. Pada kelompok yang berpendidikan
tinggi akan lebih banyak mencari informasi lewat berbagai
media atau berkonsultasi langsung ke dokter spesialis atau
tenaga medis lainnya, sehingga ketika mereka mengikuti
kegiatan posyandu mereka sudah melalui berbagai
pertimbangan yang matang.
c) Sumber Informasi
Sumber informasi seseorang biasanya diperoleh dari
pengalaman yang bermacam-macam misalnya diperoleh dari
media massa seperti koran, majalah, baleho dan selebaran,
media elektronik seperti radio, televisi (TV), DVD/VCD, dan
internet, petugas kesehatan seperti perawat/mantri, bidan desa,
dan dokter, dan kerabat dekat seperti keluarga, tetangga dan
teman sejawat. Sedangkan sumber informasi yang paling baik
adalah tenaga kesehatan karena lebih fokus pada pokok
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 19/69
19
permasalahan yang diteliti. Seseorang yang mempunyai
sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas. (Notoatmodjo, 2003).
d) Sosial ekonomi
Sosial ekonomi mempengaruhi pengetahuan dan perilaku
seseorang dibidang kesehatan sehubungan dengan kesempatan
memperoleh informasi karena adanya fasilitas atau media
informasi. Banyak wanita menengah dan golongan atas
walaupun menjadi ibu dan pengatur rumah tangga tetapi tidak
mau aktif, tergantung dan tidak berkorban secara tradisional
(Erick dalam Nursalam, 2003).
e) Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari
nafkah. Semakin tinggi pendidikan dan derajat pekerjaannya
maka semakin tinggi pula pengetahuannya. Kriteria pekerjaan
antara lain : ibu rumah tangga, buruh, swasta, Pegawai Negeri
Sipil (PNS) (Notoatmodjo, 2003).
2) Faktor eksternal
a) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b) Sosial budaya
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 20/69
20
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.
2. Vitamin A
a. Pengertian Vitamin A
Sesuai dengan namanya, vitamin A adalah vitamin yang
pertama kali ditemukan diantara vitamin yang lainnya. Di awal tahun
1900-an diketahui bahwa ada substansi di dalam lemak hewan dan
minyak ikan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan hewan yang masih
muda. Para ilmuwan kemudian menjulukinya sebagai substansi zat
larut lemak A karena terdapat pada lemak hewan atau animal. Di
kemudian hari diperbaharui menjadi vitamin A (Nurasih, 2010).
Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak, dan
merupakan vitamin yang essensial untuk pemeliharaan kesehatan dan
kelangsungan hidup (Almatsier, 2003). Vitamin A adalah suatu zat
gizi yang sangat penting bagi manusia, karena zat gizi ini tidak
dibuat oleh tubuh, jadi harus dipenuhi dari luar tubuh berupa
makanan yang dikonsumsi (Hassan, 2002). Vitamin A juga
merupakan vitamin yang berfungsi bagi pertumbuhan sel – sel
epitel, dan sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan
mata. (Notoatmodjo, 2003)
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu
pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia,
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 21/69
21
hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan
aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat memperbesar peluang
tubuh kita terkena penyakit. Sumber vitamin A meliputi susu, ikan,
sayuran berwarna hijau dan kuning, hati, buah-buahan warna merah
dan kuning (cabe merah, wortel, pisang, pepaya, dan lain-lain);
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin A meliputi
rabun senja, katarak, infeksi saluran pernapasan, menurunnya daya
tahan tubuh, kulit yang tidak sehat, dan lain-lain. (Notoatmodjo,
2003)
Jenis vitamin berdasarkan kelarutannya di dalam air :
1) Vitamin yang larut di dalam air : Vitamin B dan Vitamin C
2) Vitamin yang tidak larut di dalam air : Vitamin A, D, E, dan K
atau disingkat Vitamin ADEK.
b. Manfaat Vitamin A
1) Penglihatan
Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada
cahaya remang. Bila kita berada di cahaya terang kemudian
memasuki ruangan yang remang-remang, maka kecepatan mata
beradaptasi setelah terkena cahaya terang. Hal ini berhubungan
langsung dengan vitamin A yang tersedia di dalam darah. Tanda
pertama kekurangan vitamin A adalah rabun senja. Suplementasi
vitamin A dapat memperbaiki penglihatan yang kurang bila itu
disebabkan karena kekurangan vitamin A.
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 22/69
22
Menurut Nurasih (2010), manfaat vitamin A terutama
mempunyai peran yang berhubungan dengan kemampuan mata
untuk bisa melihat dalam keadaan gelap. Metabolisme vitamin A
dikombinasi dengan beberapa protein tertentu akan membuat
pigmen visual yang membantu mata dalam mengatur penglihatan
dari kondisi terang (banyak cahaya) ke cahaya temaram. Proses
tersebut membutuhkan banyak support dari vitamin A. Jika
vitamin A tidak terpenuhi maka rabun senja akan menjadi
jackpot nya.
2) Pertumbuhan dan Perkembangan
Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel
epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada
kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan
bentuk tulang tidak normal. Pada anak – anak yang kekurangan
vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhannya. Dimana
vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat.
3) Reproduksi
Pembentukan sperma pada hewan jantan serta
pembentukan sel telur dan perkembangan janin dalam kandungan
membutuhkan vitamin A dalam bentuk retinol. Hewan betina
dengan status vitamin A rendah mampu hamil akan tetapi
mengalami keguguran atau kesukaran dalam melahirkan.
Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 23/69
23
dan kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga
akan berpengaruh dalam pencegahan kanker kulit, tenggorokan,
paru-paru, payudara dan kandung kemih.
4) Fungsi Kekebalan
Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh
pada manusia. Dimana kekurangan vitamin A dapat menurunkan
respon antibody yang bergantung pada limfosit yang berperan
sebagai kekebalan pada tubuh seseorang (Almatsier, 2003).
Nurasih (2010) menambahkan bahwa Vitamin A secara normal
disimpan dalam hati yang berfungsi penting dalam sistem
kekebalan tubuh. Bila pertahanan tubuh rusak karena kekurangan
vitamin A maka anak akan menjadi lebih rentan terhadap infeksi
dan jika telah mengalami infeksi maka kondisinya akan menjadi
lebih berat.
5) Melindungi keutuhan sel epitel kulit.
Menjaga kulit dan selaput membran sehat. Membran sehat
akan tetapi basah (lembab) dan tahan terhadap serangan yang
bersifat merusak. Kelembaban akan mencegah bakteri dan virus
untuk “mendarat” dan menginfeksi tubuh kita. Sel yang sehat
juga lebih tahan terhadap serangan cacar, bahkan kanker.
6) Melindungi mulut bagian dalam
7) Menjaga sistem pencernaan
8) Menjaga sistem pernafasan
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 24/69
24
9) Mencegah stroke
Menurut Nurasih (2010), asupan vitamin A bisa mencegah
penyakit stroke jika dikonsumsi cukup. Memakan cukup buah-
buahan dan sayur-sayuran adalah pertahanan yang bagus untuk
melawan stroke dan komplikasinya
c. Sumber-Sumber Vitamin A
Vitamin A yaitu karoten terdapat dalam berbagai macam
makanan, seperti daging merah hati, susu, full cream, keju, mentega
merupakan makanan yang tinggi retinol. Sayur dan buah-buahan
berwarna hijau dan kuning seperti wortel, sayur hijau seperti daun
singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis,
tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak, jeruk, buah pir,
alpokat dan minyak sayur, yaitu minyak kelapa sawit yang berwarna
merah merupakan makanan yang tinggi karoten (Hidayat, 2005).
Vitamin A terdapat baik dalam makanan yang berasal dari
tumbuhan maupun hewan. Vitamin ini diproduksi dari dua senyawa
yang berbeda, di dalam tubuh diubah menjadi vitamin A. Dalam
sumber makanan hewani, vitamin A tersedia dalam bentuk retinol,
sedangkan dalam sumber makanan tumbuhan dalam bentuk karoten.
Dari sumber tumbuhan, sayur-sayuran dan buah-buahan
merupakan pembawa vitamin A terbanyak. Sebagian besar makanan
yang mengandung vitamin A adalah yang berwarna cerah (meskipun
tidak semua makanan yang berwarna cerah mengandung vitamin A).
Sayuran yang kaya akan vitamin A adalah wortel, ubi, labu kuning,
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 25/69
25
bayam, dan melon. Susu murni, keju mentega, margarin, susu skim,
dan telor juga mengandung vitamin A. Selain itu ternyata daun
singkong juga mengandung vitamin A yang tinggi.
Hati adalah sumber vitamin A, tetapi para ahli menyarankan
agar mengonsumsinya cukup sekali atau dua kali dalam sebulan
dengan mempertimbangkan kandungan racun yang terdapat dalam
hati. Namun, patut diingat kebanyakan sumber vitamin A tersebut
kecuali susu skim juga mengandung lemak tinggi juga kolesterol
tinggi (kecuali margarin). Selain hati, kuning telor, keju, susu murni,
mentega, susu skim dan margarin, minyak buah merah dan minyak
hati ikan juga tak kalah kaya dengan vitamin A. Satu sendok minyak
hati ikan cod mengandung lebih dari 12.000 international unit (IU)
dua kali lebih banyak dari yang dibutuhkan orang dewasa dalam
sehari (Nurasih, 2010).
Tingginya kandungan lemak dan kolesterol yang terdapat pada
makanan sumber vitamin A membuatnya sangat potensial
mengakibatkan overdosis. Untuk itu disarankan tidak
mengonsumsinya terlalu banyak, asal cukup memenuhi kebutuhan
vitamin A yang dibutuhkan saja. Ada baiknya asupan vitamin A
terdiri dari retinol (dari hewan) dan separuh karotin (dari tumbuhan)
(Nurasih, 2010).
d. Kebutuhan Vitamin A
Pemenuhan kebutuhan vitamin A sangat penting untuk
pemeliharaan kelangsungan hidup secara normal. Kebutuhan tubuh
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 26/69
26
akan vitamin A untuk orang Indonesia telah dibahas dan ditetapkan
dalam Widyakarya Nasional pangan dan Gizi (2007) dengan
mempertimbangkan faktor-faktor khas dari kesehatan tubuh orang
Indonesia.
Tabel 2.1 Daftar Kecukupan Vitamin AGolongan Umur Kebutuhan Vitamin A
(RE)Bayi0 – 6 bulan
7 – 12 bulanBalita1 – 3 tahun4 – 6 tahun7 – 9 tahunPria
10 – 12 tahun13 – 15 tahun16 – 19 tahun
20 – 45 tahun46 – 59 tahun>60 tahun
Wanita10 – 12 tahun13 – 15 tahun 16 – 19 tahun20 – 45 tahun46 – 59 tahun>60 tahunHamil Menyusui0 – 6 bulan7 – 12 bulan
350
350
350460400
500600700700700600
500500500500500500+ 200+ 350+ 300
Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2007).
e. Akibat Kekurangan Vitamin A
Vitamin A juga berperan sebagai antioksidan yang mampu
menyingkirkan radikal bebas yang terdapat di dalam membran lemak
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Penyebab primer adalah
kekurangan vitamin A dan pembentukan vitamin A dalam pengaturan
makanan sehari-hari. Penyebab sekundernya adalah terjadinya
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 27/69
27
kegagalan dalam penggunaan vitamin A (Almatsier, 2003). Penyakit
yang timbul akibat kekurangan vitamin A adalah Xeropthalmia yaitu
keadaan selaput ikat mata yang kering akibat kekurangan vitamin A
(Notoadmojo, 2003).
Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam
satu sampai dua minggu. Dianjurkan bila diagnosa defisiensi vitamin
A ditegakkan maka berikan vitamin A 200.000 IU peroral dan pada
hari kesatu dan kedua. Belum ada perbaikan maka diberikan obat yang
sama pada hari ketiga. Biasanya diobati gangguan protein kalori mal
nutrisi dengan menambah vitamin A, sehingga perlu diberikan
perbaikan gizi. Kekurangan vitamin A banyak ditemukan dibeberapa
daerah seperti asia tenggara (Indonesia salah satunya) (Nurasih 2010).
Tanda dan Gejala Kekurangan Vitamin A menghambat
pengangkutan vitamin A. Kulit dan lapisan paru-paru, usus, dan
saluran kemih bisa mengeras. Katarak dan penurunan daya tahan
tubuh mengintai jika asupan vitamin A dalam tubuh berkurang.
Kekurangan vitamin A sering terjadi pada anak balita.
Gangguan pada mata dapat terjadi dalam beberapa tahap, tergantung
berat ringannya defisiensi vitamin A, terganggunya kemampuan untuk
beradaptasi dan melihat dalam kondisi gelap, hingga akhirnya
mengalami kebutaan. Kornea mata terpengaruh secara dini oleh
kekurangan vitamin A. kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan
air mata sehingga terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 28/69
28
kornea dengan tanda pemburaman. Pelapisan sel epitel kornea yang
akhirnya berakibat melunaknya dan bisa pecah yang menyebabkan
kebutaan total. Beberapa tanda dan gejala lain jika kekurangan
vitamin A adalah kelelahan yang sangat, anemia, kulit menjadi kering,
gatal dan kasar. Pada rambut dapat terjadi kekeringan dan gangguan
pertumbuhan rambut dan kuku (Almatsier, 2003).
Menurut Nurasih (2010), Gejala awal kekurangan vitamin A
biasanya adalah rabun senja. Jika dibiarkan berlanjut maka akan
timbul pengendapan berbusa (bintik bitot) dalam bagian putih mata
(sklera) dan kornea bisa mengeras lalu terbentuk jaringan parut,
umumnya disebut gejala penyakit xeroftalmia yang bisa menyebabkan
kebutaan permanen. Kekurangan vitamin A adalah penyebab utama
kebutaan di dunia. Anak-anak dengan xeroftalmia ringan mempunyai
risiko lebih tinggi sebesar 2 - 3 kali untuk menderita penyakit infeksi
saluran pernafasan dan diare, serta 3 – 6 kali untuk risiko kematian.
Kekurangan vitamin A juga menyebabkan peradangan kulit
(dermatitis) dan menyebabkan kemungkinan terkena infeksi. Beberapa
penderita bahkan bisa mengalami anemia (Nurasih, 2010).
Pencegahan dan pengobatan di kutip berdasarkan keterangan
dari brosur suplementasi vitamin A kapsul yang terdiri dari:
1) Kapsul vitamin A berwarna biru (100.000 IU)
Tiap kapsul mengandung vitamin A palmitat 1,7 juta IU 64.7059
mg (setara dengan vitamin A 100.000 IU) dengan dosis
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 29/69
29
a) Pencegahan bayi umur 6 bulan – 11 bulan : 1 kapsul
b) Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia : Saat ditemukan segera
beri 1 kapsul, Hari berikutnya 1 kapsul, 4 minggu berikutnya 1
kapsul
c) Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi
lainnya diberi 1 kapsul.
2) Kapsul vitamin A berwarna merah (200.000 IU)
Tiap kapsul vitamin A mengandung palmitat 1,7 juta IU 129.5298
mg (setara dengan vitamin A 200.000 IU) dengan dosis :
a) Pencegahan bayi umur 1 tahun – 3 tahun : 1 kapsul
b) Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia : Saat ditemukan segera
beri 1 kapsul, Hari berikutnya 1 kapsul, 4 minggu berikutnya 1
kapsul.
c) Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi
dan infeksi lainnya diberi 1 kapsul ( Siswono, 2004 ).
f. Efek Samping dari Penggunaan Vitamin A yang Berlebihan
Pemberian vitamin A dengan dosis yang terlalu tinggi dan terjadi
dalam waktu yang lama dapat menjadi toksin (racun) bagi tubuh.
Hipervitaminosis A banyak dijumpai pada anak-anak dengan tanda-
tanda cengeng, bengkak disekitar tulang-tulang yang panjang, kulit
kering dan gatal. Hipervitaminosis A dapat terjadi dalam 2 tingkat :
1) Hipervitaminosis A akut, yaitu jika anak usia 1 tahun – 5 tahun
mengkonsumsi lebih tinggi (300.000 IU) dosis tunggal, mungkin
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 30/69
30
akan menderita mual, sakit kepala dan anoreksia (tidak nafsu
makan). Penonjolan ubun-ubun juga dapat terjadi pada balita < 1
tahun dan akan hilang dalam waktu 1 hari – 2 hari. Terjadi akibat
pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat besar atau
pemberian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih
termasuk dosis besar karena di konsumsi dalam periode 1 hari – 2
hari; Pengobatannya dilakukan dengan cara pemberian vitamin A
dan pengobatan simptomatis.
2) Hipervitaminosis A kronis, yaitu jika bayi dan balita
mengkonsumsi > 25.000 IU tiap hari selama > 3 bulan atau
beberapa tahun baik yang berasal dari makanan maupun dari
pemberian vitamin A dosis tinggi. Biasanya hanya terjadi pada
orang dewasa. Pada anak usia muda dan bayi biasanya dapat
menyebabkan anoreksia, kulit kering, gatal-gatal serta kemerahan
di kulit, peningkatan intracranial, bibir pecah-pecah, tungkai dan
lengan lemah dan bengkak; Pengobatannya sama dengan
hipervitaminosis A akut.
Nurasih (2010) menambahkan akibat dari Kelebihan vitamin
A dapat menyebabkan keracunan, baik itu terjadi dari satu kali
pemberian (keracunan akut) ataupun dalam jangka waktu yang
lama (keracunan kronis).
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 31/69
31
a) Keracunan akut :
Keracunan akut bisa mengakibatkan seseorang mengantuk,
mudah tersinggung, sakit kepala, dan muntah akibat
mengonsumsi vitamin A yang terlalu banyak. Tablet yang
mengandung vitamin A sebanyak 20 kali dosis harian yang
dianjurkan, yang digunakan untuk pencegahan dan
meringankan penyakit kulit, kadang menyebabkan gejala
serupa.
b) Keracunan kronis :
Keracunan vitamin A dapat terjadi pada bayi dalam beberapa
minggu. Keracuanan kronis pada anak-anak yang lebih besar
dan dewasa biasanya merupakan akibat dari mengonsumsi
vitamin A dosis tinggi (10 kali dosis harian yang dianjurkan)
selama berbulan-bulan. Gejala awal dari keracunan kronis
adalah:
a) Rambut yang jarang dan kasar
b) Kerontokan pada sebagian bulu mata
c) Bibir yang pecah-pecah
d) Kulit yang kering dan kasar
Sakit kepala hebat, peningkatan tekanan dalam otak, dan
kelemahan umum terjadi kemudian. Pertumbuhan tulang dan
nyeri sendi juga sering terjadi terutama pada anak-anak.
Diagnosis keracunan vitamin A ditegakkan berdasarkan gejala
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 32/69
32
dan tingginya kadar vitamin A dalam darah. Gejala akan
menghilang dalam empat minggu setelah penghentian
pemakaian vitamin A tambahan.
g. Jadwal dan Waktu Pemberian Dosis Vitamin A
Anak-anak yang mengalami gizi kurang mempunyai resiko yang
tinggi untuk mengalami kebutaan sehubungan dengan defisiensi
vitamin A, karena alasan ini vitamin A dosis tinggi harus diberikan
secara rutin untuk semua anak yang mengalami gizi kurang pada hari
pertama, kecuali bila dosis yang sama telah diberikan pada bulan yang
lalu. Dosis tersebut adalah sebagai berikut: 50.000 IU untuk bayi
berusia < 6 bulan, 100.000 IU untuk bayi berumur 6 - 12 bulan , dan
200.000 IU untuk anak berusia > 12 bulan. Pemberian vitamin A
biasanya dilakukan melalui kegiatan Posyandu pada waktu yang sudah
ditentukan oleh Program pemerintah yaitu bulan Februari dan
Agustus, sasaran dari kegiatan posyandu tersebut adalah anak dengan
umur 1 – 5 tahun.
Jika terdapat tanda klinis dari defisiensi vitamin A (seperti rabun
senja, xerosis konjungtiva dengan bitot’s spot , xerosis kornea atau
ulceration, atau ketomalasia) maka dosis yang tinggi harus diberikan
untuk dua hari pertama diikuti dosis ketiga sekurang-kurangnya 2
minggu kemudian (Arisman, 2004).
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 33/69
33
h. Risiko Kehilangan Vitamin A saat Pengolahan Makanan
Vitamin A tahan terhadap panas, cahaya, dan alkali (kondisi
basa), tetapi tidak tahan terhadap asam dan oksidasi. Pada cara
memasak yang biasa tidak banyak vitamin A yang hilang. Namun,
suhu tinggi saat menggoreng dapat merusak vitamin ini, demikian
juga jika kita menggoreng dengan minyak yang tengik (akan terjadi
oksidasi). Pengeringan buah di bawah sinar matahari dan cara
dihidrasi (pengeringan atau menghilangkan kadar air di dalamnya)
lain menyebabkan hilangnya sebagian vitamin A (Nurasih, 2010).
Produk-produk hewani seperti daging atau telur sebaiknya
dimasak sampai matang, karena kondisi setengah matang atau kurang
matang akan menimbulkan ancaman keamanan pangan. Telur mentah
atau setengah matang misalnya, mengandung zat antigizi (avidin)
yang menghambat penyerapan vitamin A. Buah-buahan yang
dibekukan juga akan mengalami penyusutan vitamin A sekitar 30%
apabila buah dikalengkan, penyusutan vitaminnya bisa 2 – 3 kali lebih
banyak (Nurasih, 2010).
3. Balita
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang
perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa
Anak merupakan pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi
(0-1 tahun), usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun),
usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja (11-18 tahun). Pada anak
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 34/69
34
terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu
rentang cepat dan lambat. Dalam berkembang anak memiliki ciri fisik,
kognitif, konsep diri, pola koping, dan perilaku sosial (Hidayat, 2005).
Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang
sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian
juga halnya perkembangan kognitif juga mengalami perkembangan yang
tidak sama. Pada masa bayi perilaku sosial pada anak sudah dapat dilihat
seperti bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak
dengan menunjukkan keceriaan (tidak menangis) (Hidayat, 2005).
Respons emosi terhadap penyakit sangat bervariasi tergantung pada
usia dan pencapaian tugas perkembangan anak. Seperti pada masa bayi
mempunyai respons emosi yang berbeda dalam menghadapi masalah
seperti perpisahan dengan orang tua, maka respon anak akan menangis,
berteriak, menarik diri, dan menyerah pada situasi yaitu diam. Apabila
tubuh merasakan nyeri, reaksi yang akan dialami pada si anak adalah
menangis dan reaksi tubuh untuk immobilitas (tidak mau bergerak sama
sekali) (Hidayat, 2005).
Masa balita mempunyai respons emosi terhadap penyakit atau
situasi yang tidak menyenangkan, akan terjadi reaksi seperti menangis
sambil mencari ibunya, berhenti bicara, kehilangan ketrampilan baru
yang dimilkinya. Apabila terjadi perubahan rutinitas dan ritual dalam
dirinya maka anak akan mempunyai reaksi seperti menyerang dan
menunjukkan tingkah laku protes (Hidayat, 2005).
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 35/69
35
B. KERANGKA TEORI
Kerangka teori pada dasarnya adalah ringkasan dari tinjauan pustaka
yang digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti
(Arikunto, 2006).
Bagan 2.1 Kerangka Teori
(Sumber : modifikasi Almatsier 2003, Notoatmodjo 2003, dan Nurasih 2010)
Kebutuhan vitamin A : pada bayi dan balita umur 0-9
tahun 350-400 RE, pria umur 10 - >60 tahun 500-600
RE, wanita umur 10-12 500 RE, ibu hamil menyusui
membutuhkan tambahan 200 RE, 0-6 bulan kehamilan
0-6 bulan +350 RE, 7-12 bulan kehamilan +300 RE
Akibat Kekurangan Vitamin A: Kekurangan vitamin A
Gangguan pada xerophthalmia, kebutaan, katarak,
penurunan daya tahan tubuh, kulit kering, anemia.
Sumber-sumber Vitamin A: Daging merah hati,
susu, keju, mentega, sayuran hijau, kuning telur dsb
Manfaat Vitamin A : Penglihatan,Pertumbuhan
dan Perkembangan, Reproduksi, Fungsi
Kekebalan
Pengetian Vitamin A : vitamin larut dalam
lemak, yang esensial untuk pemeliharaan
kesehatan dan kelangsungan hidupPengetahuan merupakanhasil dari “tahu” dan ini
terjadi setelah orang
melakukan en inderaan
Faktor yang mempengaruhi
1. Faktor internal
a. Tingkat Pendidikan
b. Umur
c. Informasi
d. Pekerjaane. Sosial ekonomi
2. Faktor eksternal
a. Lingkungan
b. Sosial budaya
Tingkatan
Pengetahuan :
1. Tahu (Know)
2. Memahami
(Comprehension) 3. Aplikasi
(Aplication)
4. Analisis (Analisis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi
(Evaluation)
Vitamin APengetahuan ibu mengenai
vitamin A
Kelebihan vitamin A : keracunan akut, dan keracunan
kronik
Cara pengolahan
makanan sumber
vitamin A
Jadwal dan waktu
pemberian vitamin A
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 36/69
36
C. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep merupakan model koseptual yang berkaitan dengan
bagaimana peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2007).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan:1. Umur
2. Pendidikan
3. Sumber
informasi
Pengetahuan ibu tentang
Vitamin A :
1.
Pengertian vitamin A2. Manfaat vitamin A
3. Sumber-sumber
Vitamin A
4. Akibat kekurangan
vitamin A
5. Akibat kelebihan
vitamin A
6. Jadwal dan waktu
pemberian vitamin A
7. Cara pengolahan
makanan sumbervitamin A
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 37/69
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu
suatu metode pendekatan penelitian untuk memperoleh gambaran dan hasilnya
ditunjukan dalam jumlah angka. Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan secara objektif. Kuantitatif yaitu data yang
berhubungan dengan angka-angka yang diperoleh dari hasil pengukuran
(Notoatmodjo, 2003). Penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan
pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A.
Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan one shot
yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data pada
suatu saat (Arikunto, 2010). Data penelitian dikumpulkan pada satu waktu
yaitu dikumpulkannya kelompok yang menjadi responden yang ada pada saat
dilaksanakan posyandu di Margosari II pada tanggal 06 Juli 2011 lalu
diminta mengisi kuesioner dan surat pernyataan menjadi responden.,
sedangkan pengambilan data pada responden yang tidak hadir pada saat
posyandu dilaksanakan satu kali kunjungan rumah pada hari berikutnya yaitu
tanggal 07 Juli 2011 dan diminta mengisi kuesioner dan surat pernyataan
menjadi responden.
37
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 38/69
38
B. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Menurut Notoatmodjo (2005), populasi adalah keseluruhan objek
penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu yang memiliki anak umur 0-5 tahun di Posyandu Margosari II
Desa Ledug Kecamatan Kembaran II Kabupaten Banyumas pada tanggal
06 – 10 Juli 2011. Adapun jumlah populasi ibu adalah 110 orang.
2. Sampel
Sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi adalah sampel (Notoatmodjo, 2002).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling (acak sederhana). Menurut Sugiyono (2010),
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan cirri
ata siafat-sifat yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2002).
Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling
dimaksudkan bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi menjadi sampel. Mula – mula
peneliti mengidentifikasi semua krakteristik populasi dengan mengadakan
studi pendahuluan/dengan mempelajari berbagai hal yang berhubungan
dengan populasi kemudian peneliti menetapkan sampel berdasarkan
pertimbangannya, sebagian dari anggota populasi menjadi sampel
penelitian diambil dengan menggunakan rumus, sehingga teknik
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 39/69
39
pengambilan sampel secara purposive ini didasarkan pada pertimbangan
pribadi peneliti sendiri. Pada saat dilaksanakan penelitian di Posyandu
Margosari II responden yang datang kurang dari sampel yang dibutuhkan
yaitu 86 responden, yang datang hanya sejumlah 60 responden, untuk
melengkapi jumlah sampel yang dibutuhkan maka peneliti melakukan
kunjungan rumah berdasarkan kepada responden yang dipilih berdasarkan
pertimbangan peneliti, yaitu jarak rumah responden yang dekat dengan
rumah kader, responden yang pada saat dilakukan kunjungan rumah
berada di rumah, responden bersedia menjadi responden dalam penelitian
ini, dan responden yang bisa membaca dan menulis. Bila dikehendaki derajat kepercayaan sampel terhadap populasi
95% dengan tingkat kepercayaan 0,05 dan populasi penelitian lebih kecil
dari 10.000 maka ketepatan atau besarnya sampel perlu diperhitungkan.
Adapun formula pengambilan sampel yang digunakan adalah
sebagai berikut :
)(12
d N
N n
)05,0(1101
1102
n
275,01
110
n
27,86n
86n
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 40/69
40
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat Kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
(Sumber : Notoatmodjo, 2005)
Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
86 orang ibu.
a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target dan jangkauan yang diteliti (Nursalam, 2003). Kriteria
inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun.
2) Ibu yang bersedia menjadi responden.
3) Ibu yang berdomisili di Desa Ledug Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas.
4) Ibu yang datang ke posyandu, jika tidak datang maka peneliti akan
akan melakukan kunjungan rumah.
b. Kriteria eksklusi berarti menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,
2003). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Ibu yang tidak ada di tempat saat dilakukan penelitian.
2) Ibu yang tidak mampu membaca dan menulis.
3)
Ibu yang anaknya sedang sakit.
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 41/69
41
C. JENIS DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambil
data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari
(Saryono, 2009). Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui
pembagian kuesioner kepada responden.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh
oleh peneliti dari subyek penelitiannya (Saryono, 2009). Data
sekunder dalam penelitian ini adalah data yang di peroleh dari Dinas
Kesehatan Kota Purwokerto, data distribusi vitamin A dan daftar
posyandu Desa Ledug yang diperoleh dari Puskesmas Kembaran II,
daftar nama peserta posyandu Margosari II di peroleh dari ketua kader
posyandu Margosari II.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data pertama
di Puskesmas Kembaran II kemudian peneliti menentukan tempat
penelitian di Posyandu Margosari II, di Posyandu Margosari II peneliti
mendapatkan data tentang jumlah peserta posyandu. Setelah itu peneliti
menentukan sampel berdasarkan populasi yang didapatkan. Pada tanggal
06 Juli 2011 peneliti melakukan penelitian dengan membagikan lembar
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 42/69
42
kuesioner sesuai jadwal pelaksanaan posyandu Margosari II di Desa
Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Kuesioner dibagikan
kepada ibu yang memiliki anak umur 0-5 tahun yang mengikuti kegiatan
Posyandu pada waktu itu. Pada penelitian ini, kuesioner dibagikan kepada
responden setelah responden diberi penjelasan cara pengisian dan mengisi
lembar persetujuan menjadi responden. Responden diberi batas waktu
untuk mengisi kuesioner dan setelah jawaban terisi semua, kuesioner
dikumpulkan kembali kepada peneliti.
Responden yang hadir pada waktu posyandu berjumlah 60 orang.
Sisa responden yang dibutuhkan sebagai sampel adalah 26 orang. Pada
waktu dilaksanakan penelitian banyak peserta posyandu yang tidak hadir.
Untuk mencukupi jumlah sampel yang dibutuhkan maka peneliti
melakukan kunjungan rumah kepada ibu peserta yang tidak hadir dengan
dibantu oleh kader yang menunjukkan alamat rumah responden.
Responden melakukan pengisian kuesioner setelah diberi penjelasan cara
pengisian dan mengisi lembar persetujuan menjadi responden. Pengisian
kuesioner dilakukan dirumah responden sendiri dan didampingi oleh
peneliti serta satu orang kader.
D. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah atribut dari subjek atau objek yang akan
diteliti, bervariasi antara satu subjek atau subjek yang satu dengan yang
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 43/69
43
lain dan merupakan anggota sebuah konsep (Arikunto, 2006). Variabel
dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu yang
mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A meliputi umur,
pendidikan ibu, dan sumber informasi.
2. Definisi Operasional
Definisi Operasional variabel merupakan pedoman bagi peneliti
untuk mengukur / memanipulasi variabel penelitian, sehingga
memudahkan pengumpulan data dan menghindarkan perbedaan
interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel (Saryono, 2009).
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Parameter Skala
1. Pengeta
huan
tentangvitamin
A
Kemampuan responden yang
mempunyai anak umur 0-5
tahun yang mampumenjawab isi kuesioner pada
saat penelitian tentang
vitamin A meliputi
pengertian vitamin A,
manfaat vitamin A, sumber
vitamin A, tanda dan gejala
kekurangan vitamin A,
dampak kekurangan vitamin
A, dampak kelebihan vitamin
A, waktu pemberian vitamin
A, dan cara pengolahanmakanan sumber vitamin A
Baik (> 75 %)
Cukup (60 % - 75 %)
Kurang (< 60 %)
Ordinal
2. Umur Lamanya hidup responden
dihitung dari sejak lahir
sampai dilakukan penelitian
Remaja : < 20 tahun
Dewasa muda : 20-35
tahun
Dewasa tua : > 35 tahun
Ordinal
3. Pendidikan
terakhir ibu
Jenjang pendidikan yang
ditempuh oleh responden
dalam memperoleh ijasah
terakhir sebagai bukti
kelulusan pada saat
dilakukan penelitian
Pendidikan dasar
(SD/MI atau SMP/MTS)
Pendidikan menengah
atas
(SMA/SMK/MA)
Ordinal
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 44/69
44
Pendidikan Tinggi
Diploma/Sarjana/Magister/Doktor/Spesialis)
4 Sumber
informasi
Sumber informasi yang
pertama kali diketahui
responden mengenai vitamin
A
Media massa
(koran, majalah, baleho,
dan selebaran)
Media elektronik
(radio, TV, DVD/VCD,
internet)
Tenaga kesehatan
(perawat/mantra, bidan
desa, dan dokter)
Kerabat dekat
(keluarga, tetangga, dan
teman sejawat)
Nominal
E. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket pertanyaan
(kuesioner) yang diujicobakan pada populasi. Bentuk kuesioner yang
digunakan pada penelitian ini adalah bentuk pertanyaan tertutup. Pertanyaan
tertutup yaitu pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilihnya (Arikunto, 2006).
Kuesioner yang akan dibagikan mempunyai 2 alternatif jawaban
“benar” atau “salah”. Untuk pertanyaan yang bersifat positif jawab “benar”
diberi nilai 1 dan jawaban yang “salah” diberi nilai 0 dimana responden
memilih dua alternatif jawaban ” benar ” dinilai 1 ( satu ) dan untuk jawaban
”salah” diberi nilai 0 ( nol ). Sedangkan untuk pertanyaan yang negatif
jawaban “benar” diberi nilai 0 dan jawaban “salah” diberi nilai 1.
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 45/69
45
Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner pengetahuan
No Variabel Jumlahsoal
NoSoal
Pertanyaan(-)
Pertanyaan(+)
1 Pengertian vitamin A 5 1-5 3,5 1,2,4
2 Manfaat vitamin A 7 6-12 6,9,11 7,8,10,12
3 Sumber vitamin A 6 13-18 13,15,18 14,16,17
4 Tanda dan gejala
kekurangan vitamin A
6 19-24 22,23 19,20,21,24
5 Akibat kekurangan
vitamin A
6 25-31 26,27,28,30,
31
25,29
6 Dampak kelebihan
vitamin A
5 32-36 33,35 32,34,36
7 Waktu pemberian
vitamin A
5 37-41 37,39,40 38,41
8 Cara mendapatkan
vitamin A
5 42-45 42,43 44,45
9 Jumlah 45 1-45 22 23
Sebelum kuesioner diajukan pada responden dilakukan uji validitas
dan uji reliabilitas terlebih dahulu.
1. Uji Validitas
Validitas (kesahihan) adalah suatu pengukuran merujuk kepada suatu
keasaan dimana alat ukur mengukur karakteristik yang diukur oleh
penelitinya (Arikunto, 2006). Untuk mengetahui apakah kuesioner mampu
mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi
antara skor tiap-tiap item dengan skor total kuesioner. Notoatmodjo (2005)
menambahkan agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati
normal, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20
orang.
Uji validitas telah dilakukan pada tanggal 16 – 23 Juni 2011 di
wilayah Posyandu Margosari I Desa Ledug Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas dengan alasan peserta Posyandu Margosari I
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 46/69
46
mempunyai karakteristik yang sama memiliki anak umur 0-5 tahun dan
sesuai dengan lokasi penelitian yang berada dalam wilayah kerja
Puskesmas Kembaran II, dan berlokasi di Desa Ledug.
Jumlah ibu yang mempunyai anak umur 0-5 sebanyak 80 orang, dari
keseluruhan populasi diambil sebanyak 20 orang ibu untuk menjadi
responden ataau 25% dari popualsi. Pengambilan sampel dengan cara acak
mendatangi rumah responden (door to door ) yang bersedia menjadi
responden pada saat dilakukan uji validitas tersebut. Teknik
pengumpulannya yaitu peneliti mendata jumlah peserta posyandu yang ada
di Margosari I kemudian peneliti bekerjasama dengan kader Posyandu
Margosari I untuk mencari informasi tentang rumah ibu peserta posyandu
yang mempunyai anak umur 0-5 yang menjadi responden dalam uji
validitas ini, kader membantu peneliti untuk menunjukkan rumah
responden untuk mengisi kuesioner.
Sebelum kuesioner diisi, peneliti menjelaskan cara pengisian dan
meminta responden untuk mengisi surat persetujuan menjadi responden.
Kuesioner dikumpulkan 3 hari setelahnya yaitu pada tanggal 19 Juni 2011.
Setelah data terkumpul kemudian diolah dengan bantuan SPSS V. 16 pada
tanggal 20 Juni 2011. Pada tanggal 23 Juni 2011 data selesai diolah.
Uji validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan validitas
internal, yaitu kesesuaian antara bagian-bagian instrument dengan
instrument secara keseluruhan. Pengujian validitas internal ini dilakukan
dengan analisa butir yaitu mengkorelasikan antara skor item instrument
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 47/69
47
dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah rumus Pearson Product
Moment (Arikunto, 2006).
Adapun rumus yang digunakan untuk menguji validitas, yaitu :
)()()(2(
))((
22
N y N x N x N
y x xy N r
Keterangan :
r : Korelasi produk momen
N : Jumlah sampel
X : Skor variabel X
Y : Skor variabel Y
XY : Skor variabel X dikalikan Y
Uji validitas data ini telah dianalisa dengan menggunakan bantuan
program SPSS for Windows Versi 16. Nilai r tabel yang digunakan adalah
0,444 dengan taraf signifikansi 0,05. Suatu butir akan dinyatakan valid
apabila didapatkan
Berdasarkan analisa didapatkan hasil bahwa dari jumlah soal 45 butir
sebanyak 38 butir pertanyaan yang valid karena memiliki nilai korelasi
yang positif dan nilai rhitung > rtabel (0,444), dan sebanyak 7 butir pertanyaan
yang tidak valid karena rhitung < rtabel (0,444), yaitu soal nomor 2, 10, 29,
30, 37, 41, dan 45 dengan rhitung masing-masing, yaitu : 0.406, 0.405,
0.277, 0.404, 0.298, 0.330, dan 0.298 lebih kecil dari r tabel 0,444. Untuk 7
pertanyaan yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian.
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 48/69
48
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Arikunto, 2006).
Rumus koefisiensi realibilitas Alfa cronbach :
1
11
k
k r
St
St 2
1
Keterangan :
r : reliabilitas instumen
k : banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal
2St : jumlah varian butir
St2
: varian total (Notoatmodjo, 2002)
Hasil penghitungan akan dibandingkan dengan table product
moment, jika ralpha < rtabel maka pernyataan tersebut tidak reliabel. Uji
reliabilitas data kuesioner dihitung dengan menggunakan program SPSS
for Windows Versi 16. Setelah dilakukan uji reliabilitas dengan program
SPSS for Windows Versi 16 terhadap kuesioner pengetahuan disimpulkan
bahwa kuesioner yang reliable ralpha (0,950) > rtabel (0,444), artinya
kuesioner dapat dipercaya sebagai instrument penelitian sehingga dapat
digunakan untuk melakukan pengambilan data pada penelitian ini.
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 49/69
49
F. LOKASI, WAKTU PENELITIAN, DAN WAKTU PENGAMBILAN
DATA
1. Lokasi
Lokasi penelitian dilaksanakan dari pertama pengambilan data di
Puskesmas Kembaran II sampai Pengambilan data terakhir di Posyandu
Margosari II Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 06 - 10 Juli 2011
3. Waktu Pengambilan Data
Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan 22 Januari sampai
penelitian dilaksanakan pada tanggal 06 Juli Tahun 2011.
G. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
1. Pengolahan Data
Data yang telah diisi responden dikumpulkan, kemudian dikoreksi
apakah jawaban telah diisi semua. Apabila telah terisi, selanjutnya
dilakukan pengolahan data melalui langkah-langkah sebagai beikut:
a. Editing
Editing adalah memeriksa data hasil kuesioner yang terkumpul,
dan memeriksa kelengkapan data serta memperbaiki kualitas dan
menghilangkan keraguan data (Narbuko, 2005). Pada penelitian ini
editing dilakukan dengan cara memeriksa hasil kuesioner yang telah
disebarkan pada seluruh responden yang termasuk dalam sampel
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 50/69
50
penelitian, meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, dan
konsistensi dari setiap jawaban.
b. Scoring
Yang dimaksud dengan scoring adalah memberikan skor pada
semua hasil jawaban kuesioner yang sudah terkumpul (Arikunto,
2006). Pada penelitian ini, scoring dilakukan dengan cara memberikan
nilai sebagai beikut; bentuk pertanyaan yang bersifat positif jawaban
“benar” diberi nilai 1 dan jawaban yang “salah” diberi nilai 0 dimana
responden memilih dua alternatif jawaban ” benar ” dinilai 1 ( satu )
dan untuk jawaban ”salah” diberi nilai 0 ( nol ). Sedangkan untuk
pertanyaan yang bersifat negatif jawaban “benar” diberi nilai 0 dan
jawaban “salah” diberi nilai 1.
c. Tabulating
Tabulating adalah pengelompokkan data dan memasukkan data
tersebut kedalam sebuah tabel untuk meringkas data sesuai dengan
masing-masing sifat yang dimiliki dan mudah dibaca (Arikunto, 2002).
Pada penelitian ini hasil penilaian tersebut dimasukkan kedalam table
distribusi frekuensi yang meliputi pengetahuan responden tentang
vitamin A, umur responden, pendidikan terakhir responden, dan
sumber informasi.
2. Analisis data
Dalam penelitian ini menggunakan Analisis Univariat, yaitu
menganalisis terhadap tiap variabel dari hasil penelitian yang telah
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 51/69
51
dilakukan (Sugiyono, 2006). Untuk mengukur pengetahuan ibu yang
mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A, penulis menggunakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
N : Tingkat pengetahuan
Sp : Jawaban benar
Sm : Jumlah item soal (Arikunto, 2006)
Analisis data berdasarkan total prosentase pengetahuan ibu yang
mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A di Posyandu
Margosari II Desa Ledug Kecamatan Kembaran kemudian dikategorikan
sebagai berikut (Arikunto, 2006):
a. Baik : jika jawaban benar >75%
b. Cukup : jika jawaban benar 60%-75%
c. Kurang : jika jawaban benar <60%
Kemudian dihitung untuk mengetahui frekuensi pengetahuan ibu
berdasarkan umur, pendidikan terakhir, dan sumber informasi pertama kali
yang diketahui responden tentang vitamin A dengan menggunakan rumus
(Budiarto, 2002):
N = Sp x 100%
Sm
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 52/69
52
Keterangan :
P : prosentase
F : jumlah frekuensi kejadian dari karakteristik
N : jumlah sampel
H. ETIKA PENELITIAN
Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian, mengingat penelitian berhubungan langsung dengan manusia.
maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2009).
1. Informed consent
Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
2. Anonymity
Anonimity merupakan masalah etika dalam penelitian dengan tidak
memberikan .nama responden pada lembar alat ukur, hanya menuliskan
kode pada lembar kuesioner.
3. Confidentiality
Confidentiality merupakan masalah etika dengan menjamin
kerahasiaan dari hasil penelitian. Semua informasi yang telah
dikumpulkan pada peneliti dijamin kerahasiaannya.
P = F x 100%
N
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 53/69
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai
anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A di posyandu Margosari II di Desa
Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas dilaksanakan pada tanggal
06 – 10 Juli 2011. Jumlah ibu yang menjadi sampel sebanyak 86 responden.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang
diperoleh dari sumber pertama atau perseorangan yaitu hasil pengisian
kuesioner langsung kepada responden tanpa melalui pihak lain dengan hasil
sebagai berikut.
1. Gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang
vitamin A di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas pada bulan juli tahun 2011.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Ibu Yang
Mempunyai Anak Umur 0-5 Tahun Tentang Vitamin A di
Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011.
Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
Baik ( > 75%)
Cukup (60%-75%)
Kurang ( < 60%)
12
42
32
14.0
48.8
37.2
Total 86 100.0
53
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 54/69
54
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan bahwa pengetahuan ibu sebagian
besar cukup sebanyak 42 responden (48,8%), berpengetahuan kurang
sebanyak 32 responden (37,2%) dan berpengetahuan baik sebanyak 12
responden (14,0%).
2. Gambaran umur ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun di Posyandu
Margosari II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas
bulan Juli tahun 2011.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Yang Mempunyai Anak Umur 0-
5 Tahun di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011.
Umur Frekuensi (F) Persentase (%)
Remaja (< 20 tahun) 6 7.0
Dewasa Muda (20-35 tahun) 68 79.1
Dewasa Tua (> 35 tahun) 12 14.0
Total 86 100.0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki umur 20-35 tahun atau dewasa muda yaitu sebanyak
68 responden (79,1%).
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 55/69
55
3. Gambaran Pendidikan Terakhir ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun
di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten
Banyumas bulan Juli tahun 2011.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Ibu Yang Mempunyai
Anak Umur 0-5 Tahun di Posyandu Margosari II di Desa Ledug
Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011.
Pendidikan Terakhir Frekuensi (F) Persentase (%)
Pendidikan Dasar 63 73.3
Pendidikan Menengah 22 25.6
Perguruan Tinggi 1 1.2
Total 86 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan dasar yaitu sebanyak 63 responden (73,3%).
4. Gambaran Sumber Informasi yang pertama kali diketahui ibu yang
mempunyai anak umur 0-5 tahun di Posyandu Margosari II di Desa Ledug
Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli tahun 2011.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Ibu Yang Mempunyai
Anak Umur 0-5 Tahun di Posyandu Margosari II di Desa Ledug
Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011.
Sumber Informasi Frekuensi (F) Persentase (%)
Media Massa 5 5.8
Media Elektronik 18 20.9
Tenaga Kesehatan 56 65.1Kerabat Dekat 7 8.1
Total 86 100.0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden menggunakan sumber informasi dari tenaga kesehatan yaitu
sebanyak 56 responden (65,1%).
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 56/69
56
5. Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak Umur 0-5 Tahun
Tentang Vitamin A Berdasarkan Umur di Posyandu Margosari II di Desa
Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas periode Juli tahun
2011.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak
Umur 0-5 Tahun Tentang Vitamin A Berdasarkan Umur di
Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011.
Umur RespondenPengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
N % n % n % n %
Remaja (< 20 tahun) 0 0,0 2 33,3 4 66,7 6 100,0
Dewasa muda (20-35
tahun)8 11,8 32 47,1 28 41,2 68 100,0
Dewasa tua (> 35
tahun)4 33,3 8 66,7 0 0,0 12 100,0
Total 12 14,0 42 48,8 32 37,2 86 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan bahwa pengetahuan responden
yang berumur < 20 tahun sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang
yaitu sebanyak 4 responden (66,7%), responden yang berumur 20-35
tahun sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 32 responden
(47,1%), responden yang berumur > 35 tahun sebagian besar memiliki
pengetahuan cukup sebanyak 8 responden (66,7%).
6. Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak Umur 0-5 Tahun
Tentang Vitamin A Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Posyandu
Margosari II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas
periode Juli tahun 2011.
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 57/69
57
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak
Umur 0-5 Tahun Tentang Vitamin A Berdasarkan Pendidikan
Terakhir di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011.
Pendidikan Terakhir
PengetahuanTotal
Baik Cukup Kurang
n % n % n % n %
Pendidikan Dasar 6 9,5 28 44,4 29 46,0 63 100,0
Pendidikan Menengah 5 22,7 14 63,6 3 13,6 22 100,0
Perguruan Tinggi 1 100 8 66,7 0 0,0 1 100,0
Total 12 14,0 42 48,8 32 37,2 86 100,0
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa pengetahuan responden
berpendidikan dasar sebagian besar memiliki pengetahuan kurang baik
sebanyak 29 responden (46,0%), ibu yang berpendidikan menengah
sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 14 responden
(63,6%), responden yang berpendidikan Perguruan Tinggi sebagian besar
memiliki pengetahuan baik sebanyak 1 responden (100,0%).
7. Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak Umur 0-5 Tahun
Tentang Vitamin A Berdasarkan Sumber Informasi di Posyandu Margosari
II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas periode Juli
tahun 2011.
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 58/69
58
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Anak
Umur 0-5 Tahun Tentang Vitamin A Berdasarkan Sumber
Informasi di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011.
Sumber Informasi
PengetahuanTotal
Baik Cukup Kurang
n % n % n % n %
Media Massa 3 60,0 0 0,0 2 40,0 5 100,0
Media Elektronik 1 5,6 8 44,4 9 50,0 18 100,0
Tenaga Kesehatan 6 10,7 31 55,4 19 33,9 56 100,0
Kerabat Dekat 2 28,6 3 42,9 2 28,6 7 100,0Total 12 14,0 42 48,8 32 37,2 86 100,0
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa pengetahuan responde
yang mendapatkan informasi melalui media massa sebagian besar
memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 3 responden (60,0%),
responden yang mendapatkan informasi melalui medis elektronik sebagian
besar memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 9 responden (50,0%),
responden yang mendapatkan informasi melalui tenaga kesehatan sebagian
besar memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 31 responden (55,4%),
responden yang mendapatkan informasi melalui kerabat dekat memiliki
pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 3 responden (42,9%).
B. Pembahasan
1. Gambaran pengetahuan Ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang
vitamin A di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas Bulan Juli Tahun 2011. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu
yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A sebagian besar
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 59/69
59
pada kategori cukup yaitu sebanyak 42 responden (48,8%), dan sebagian
kecil pada kategori baik sebanyak 12 responden (14,0%).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai
pengetahuan dengan kategori cukupdan baik memiliki keaktifan dalam
mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Posyandu Margosari II dan
mampu menyerap ilmu yang disampaikan pada saat penyuluhan. Serta
melalui berbagai interaksi dengan petugas kesehatan dan kader yang ada di
Posyandu Margosari II.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh
Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu
indera penglihatan, indera penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan
dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
(Notoatmodjo,2003).
Apabila penerimaan perilaku baru/adopsi perilaku melalui proses
yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif maka,
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaiknya apabila
perilaku itu tidak di dasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak
akan berlangsung lama (Notoatmodjo,2003).
2. Gambaran pengetahuan Ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang
vitamin A berdasarkan umur di Posyandu Margosari II di Desa Ledug
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 60/69
60
Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Bulan Juli Tahun 2011.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang
berumur < 20 tahun sebagian besar memiliki pengetahuan kurang
sebanyak 4 responden (66,7%), berpengetahuan cukup sebanyak 2
responden (33,3%,), berpengetahuan baik tidak ada. Responden yang
berumur antara 20 – 35 tahun sebagian besar memiliki pengetahuan cukup
sebanyak 32 responden (47,1%), berpengetahuan baik sebanyak 8
responden (11,8%), berpengetahuan kurang sebanyak 28 responden
(41,2%). Responden yang berumur > 35 tahun sebagian besar memiliki
pengetahuan cukup sebanyak 8 responden (66,7%), berpengetahuan baik 4
responden (33,3%), berpengetahuan kurang tidak ada.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh
Notoatmodjo (2003) bahwa pengalaman merupakan salah satu faktor yang
dapat berpengaruh terhadap pengetahuan. Semakin tua umur seseorang
maka pengalamannya akan semakin bertambah. Hal ini ditunjukkan dari
hasil penelitian diatas bahwa umur ibu yang mempunyai anak umur 0-5
tahun semakin tua maka akan cenderung diikuti oleh meningkatnya
pengetahuan ibu, khususnya tentang vitamin A. Hal ini juga terkait dengan
pengalaman ibu yang semakin banyak seiring dengan bertambahnya umur
ibu.
Menurut teori yang disampaikan oleh Wdyastuti (2007) bahwa
Umur kurang dari 20 tahun merupakan masa remaja dimana mereka
masih mencari identitas diri, pada umur ini banyak pengetahuan yang
mereka dapatkan akan tetapi mereka belum bisa menyesuaikan diri dengan
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 61/69
61
baik. Pada umur 20-35 tahun merupakan usia dewasa muda / masa
reproduksi sehat dimana mereka dapat memperoleh pengetahuan yang
bermakna sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan, pada umur ini
mereka sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan, keadaaan sekitar
karena pada usia ini merupakan puncak pencapaian pengetahuan tentang
kreatifitas, dan daya pikir (Widyastuti, 2007).
Hartanto (2004) menambahkan bahwa pada umur lebih dari 35
tahun adalah usia dewasa tua atau masa mendekati premenopause dimana
sistem kerja tubuh mulai berkurang atau menurun sehingga kemampuan
berpikir dan daya kreatifitasnya pun berkurang (Hartanto, 2004).
Pendapat Notoatmodjo (2003) juga menyatakan bahwa semakin
tinggi usia seseorang, maka orang tersebut akan selalu berusaha untuk
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dalam hidup yang salah
satunya menjaga kelangsungan hidup. Namun dari usaha tersebut
terkadang yang terjadi adalah sebaliknya. Hal ini di karenakan masing-
masing individu akan berbeda dalam berinteraksi dengan lingkungannya
sehingga menghasilkan tingkat pengetahuan yang berbeda pula.
3. Gambaran pengetahuan Ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang
vitamin A berdasarkan pendidikan terakhir di Posyandu Margosari II di
Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Bulan Juli
Tahun 2011.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan
responden yang berpendidikan dasar sebagian besar memiliki pengetahuan
kurang baik yaitu sebanyak 29 responden (46,0%), berpengetahuan
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 62/69
62
cukup sebanyak 28 responden (44,4%), berpengetahuan baik sebanyak 6
responden (9,5%). Responden yang berpendidikan menengah sebagian
besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 14 responden (63,6%),
berpengetahun baik sebanyak 5 responden (22,7%), berpengetahuan
kurang sebanyak 3 responden (13,6%). Responden yang berpendidikan
Perguruan Tinggi sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 1
responden (100,0%), responden dengan pengetahuan cukupdan Kurang
tidak ada.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan terakhir
berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan seseorang. Semakin tinggi
pendidikan yang dimiliki individu maka akan semakin mudah individu
tersebut menyerap ilmu yang diterimanya sehingga mampu merubah
perilaku individu tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Notoatmodjo
(2003) bahwa faktor pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan ibu
tentang sesuatu hal, sebab dengan pendidikan seseorang dapat lebih
mengetahui sesuatau hal tersebut. Seseorang yang mempunyai pendidikan
lebih tinggi akan lebih mudah menerima informasi yang disampaikan oleh
tenaga kesehatan. Artinya dia dapat mengadopsi informasi dengan cepat,
dibandingkan dengan ibu-ibu yang berlatarbelakang pendidikan rendah
yang cenderung sulit untuk mengetahui atau mengikuti info yang tersedia
dengan keterbatasan pengetahuan
Berdasarkan Undang – Undang RI No. 20 tahun 2003
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 63/69
63
menyebutkan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar
berbentuk sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk
lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan Madrasah
Aliyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah
berbentuk Sekolah Menengah Atas berbentuk (SMA), Madrasah Aliyah
(MA), Sekolah Menengah Kejurusan (SMK), atau bentuk lain yang
sederajat. Pendidikan Tinggi (PT) merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang tercakup program pendidikan diploma, sarjana
magister, spesialis, dan doctor yang diselenggarakan oleh pendidikan
tinggi
4. Gambaran pengetahuan Ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang
vitamin A berdasarkan sumber informasi di Posyandu Margosari II di
Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Bulan Juli
Tahun 2011.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan
responden yang mendapatkan informasi melalui media massa sebagian
besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 3 responden (60,0%),
berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 2 responden (40,0%),
berpengetahuan cukuptidak ada. Responden yang mendapatkan informasi
melalui media elektronik sebagian besar memiliki pengetahuan kurang
yaitu sebanyak 9 responden (50,0%), berpengetahuan cukup yaitu
sebanyak 8 responden (44,4%), berpengetahuan baik yaitu sebanyak 1
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 64/69
64
responden (5,6%). Responden yang mendapatkan informasi melalui tenaga
kesehatan sebagian besar memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 31
responden (55,4%), berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 19 responden
(33,9%), berpengetahuan baik yaitu sebanyak 6 responden (10,7%).
Responden yang mendapatkan informasi melalui kerabat dekat sebagian
besar memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 3 responden
(42,9%), berpengetahuan baik yaitu sebanyak 2 responden (28,6%),
berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 2 responden (28,6%).
Menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa seseorang yang
mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas. Hal di atas menunjukan bahwa sebagian
besar ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun yang pertama kali
mengetahui informasi tentang vitamin A dari tenaga kesehatan memiliki
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 31 responden (55,4%). Disamping itu,
faktor pengalaman yang dimiliki responden dalam pergaulan atau interaksi
sosial yang berlangsung sehari-harinya dengan kerabat dekat dan teman
sejawat mereka, sehingga memudahkan ibu mendapatkan informasi yang
lebih jelas dan bisa diterima dengan mudah sesuai dengan kemampuan
mereka.
Sedangkan responden yang mendapatkan informasi dari media
elektronik sebagian besar memiliki pengetahun kurang. Hal ini sesuai
dengan teori yang disampaikan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa sumber
informasi seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang bermacam-
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 65/69
65
macam misalnya diperoleh dari media massa seperti koran, majalah,
baleho dan selebaran, media elektronik seperti radio, televisi (TV),
DVD/VCD, dan internet, petugas kesehatan seperti perawat/mantri, bidan
desa, dan dokter, dan kerabat dekat seperti keluarga, tetangga dan teman
sejawat. Sedangkan sumber informasi yang paling baik adalah tenaga
kesehatan karena lebih fokus pada pokok permasalahan yang diteliti.
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 66/69
66
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A
di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten
Banyumas bulan Juli 2011 sebagian besar pada kategori cukup yaitu
sebanyak 42 responden (48,8%).
2. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A
berdasarkan umur di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011 diketahui bahwa ibu
yang berumur < 20 tahun sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang
yaitu sebanyak 4 responden (66,7%), ibu yang berumur 20-35 tahun
sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 32 responden
(47,1%), ibu yang berumur > 35 tahun sebagian besar memiliki
pengetahuan cukup sebanyak 8 responden (66,7%).
3. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A
berdasarkan pendidikan terakhir di Posyandu Margosari II di Desa Ledug
Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011 diketahui
bahwa pengetahuan ibu berpendidikan dasar sebagian besar memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 29 responden (46,0%), ibu yang
66
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 67/69
67
berpendidikan menengah sebagian besar memiliki pengetahuan cukup
sebanyak 14 responden (63,6%), ibu yang berpendidikan Perguruan Tinggi
sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 1 responden
(100,0%).
4. Pengetahuan ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun tentang vitamin A
berdasarkan umur di Posyandu Margosari II di Desa Ledug Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas bulan Juli 2011 diketahui bahwa
pengetahuan ibu yang mendapatkan informasi melalui media massa
sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 3 responden
(60,0%), ibu yang mendapatkan informasi melalui medis elektronik
sebagian besar memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 9 responden
(50,0%), ibu yang mendapatkan informasi melalui tenaga kesehatan
sebagian besar memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 31 responden
(55,4%), ibu yang mendapatkan informasi melalui kerabat dekat memiliki
pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 3 responden (42,9%).
B. SARAN
1. Bagi Ibu yang Mempunyai Anak Umur 0-5 Tahun
Ibu diharapkan perlu meningkatkan pengetahuannya tentang
vitamin A sehingga dapat mendorong ibu untuk memberikan asupan
vitamin A kepada anaknya, baik yang berasal dari petugas kesehatan atau
sumber-sumber makanan yang mengandung vitamin A secara teratur.
5/14/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a757f2b8823 68/69
68
2. Bagi institusi pesndidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dipublikasikan sebagai referensi
ilmiah yang dapat dimanfaatkan bagi pihak yang berkepentingan.
3. Bagi pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat melaksanakan program penyuluhan kesehatan
ibu dan anak, khususnya tentang konsumsi vitamin A pada anak umur 1-5
tahun yang lebih intensif untuk memastikan seluruh anak mengkonsumsi
vitamin A sesuai dengan tahap perkembangannya.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut dengan
menganalisis faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap pengetahuan
tentang asupan makanan yang mengandung vitamin A.