BAB I

download BAB I

of 28

Transcript of BAB I

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Teknologi informasi saat ini sangat berpengaruh dalam perkembangan suatu perusahaan. Segala macam infrastruktur perusahaan hampir seluruhnya berbasis teknologi telekomunikasi. Salah satu teknologi yang diterapkan di suatu perusahaan khususnya pertelevisian berbasis telekomunikasi dalam penyiaran produk berita maupun non berita ke seluruh penjuru daerah-daerah yang dituju seperti contohnya di Indonesia. Sebagai stasiun televisi pertama dalam industri pertelevisian di Indonesia, Televisi Republik Indonesia (TVRI) memiliki sejarah pertelevisian pertama di Indonesia yang menggunakan peralatan telekomunikasi yang menunjang dalam penyiaran produknya . Melihat kenyataan tersebut, penerapan dan pengembangan skill di bidang teknik khususnya teknik elektro bisa diterapkan di TVRI yang terpusat di Jakarta dan memiliki banyak stasiun di tiap penjuru daerah Indonesia. Siaran utama dipancarkan dari TVRI stasiun Jakarta dan direlay olah stasiun lokal seperti TVRI Denpasar. Selain merelay siaran dari Jakarta, stasiun TVRI Denpasar juga memproduksi acara-acara lokal yang dapat dinikmati masyarakat sekitar Bali melalui pemancar-pemancar relay. Pemancar-pemancar relay tersebar di beberapa wilayah Bali untuk meningkatkan mutu dan kualitas siaran, salah satunya terdapat di bukit Bakung yang merupakan stasiun induk yang memancarkan ulang siaran ke stasiun relay di beberapa daerah Bali . Penerapan materi teoritis maupun praktek yang didapat selama masa perkuliahan sangat dibutuhkan sebelum nantinya terjun ke dunia kerja. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui dan mempelajari sistem transmisi pada TVRI stasiun Denpasar dari stasiun TVRI Denpasar Renon ke stasiun induk TVRI di bukit Bakung.

1.2 Tujuan Kerja Praktek1

Tujuan secara umum dalam pelaksanaan sistem pendidikan di IT Telkom, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memiliki pengetahuan secara teoritis di bidang teknologi dan informasi, namun juga pengalaman atau keterampilan sesudah menyelesaikan pendidikan, yang dapat diterapkan dalam dunia kerja. Melalui kerja praktek ini, setiap mahasiswa berkesempatan untuk dapat mengetahui serta memahami pekerjaan sesungguhnya di dunia kerja. Apabila dikemudian hari menemukan hal-hal yang belum jelas atau kurang dimengerti, dapat dikonsultasikan dengan pembimbing akademik. Adapun tujuan khusus kerja praktek ini adalah untuk mengetahui sistem transmisi dari TVRI stasiun Denpasar di Renon ke stasiun induk di Bukit Bakung Jimbaran meliputi Studio Transmitter Link (STL) gelombang mikro.

1.3 Batasan Masalah Batasan-batasan masalah di dalam penulisan laporan yaitu membahas tentang sistem transmisi dari TVRI stasiun Denpasar ke stasiun induk di Bukit Bakung Jimbaran meliputi prinsip kerja dari tiap peralatan sampai siaran dipancarkan ke pemancar bukit Bakung ke stasiun relay lainnya sehingga tercipta sistem siaran. 1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja praktek ini mengambil tempat Jalan Kapten Cokorda Agung Tresna, Niti Mandala Renon, Denpasar-Bali. Kerja praktek ini dilaksanakan mulai tanggal 20 Juni 2011 sampai dengan 20 Juli 2011. 1.5 Sistematika Penulisan Laporan kerja praktek ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang kerja praktek, tujuan kerja praktek, batasan masalah, tempat dan waktu pelaksanaan, dan sistematika penulisan.2

BAB II PROFIL TVRI BALI Bab ini berisi tentang sejarah PT Televisi Republik Indonesia Bali, visi-misi TVRI Bali, dan struktur organisasi secara keseluruhan . BAB III DASAR TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang mengenai sistem transmisi. BAB IV PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang sistem transmisi pada TVRI stasiun Denpasar mulai dari Studio Transmitter Link (STL), transmisi gelombang mikro sampai proses siarannya. BAB IV KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari isi laporan pada bab IV.

3

BAB II PROFIL PT TELEVISI REPUBLIK INDONESIA DAN DESKRIPSI KERJA SEKSI TEKNIK TRANSMISI

2.1 Sejarah TVRI Bali TVRI Bali beroperasi mulai tanggal 16 Juli 1978. Peresmiannya dilakukan oleh Sekretaris Jenderal Departemen Penerangan Republik Indonesia, Sukito Lukito Disastro. Dan sejak beroperasinya TVRI Stasiun Denpasar maka sebagian masyarakat Bali mulai bisa menyaksikan siaran televisi baik dari TVRI Stasiun Jakarta maupun siaran dari TVRI Stasiun Denpasar yang bermuatan lokal. Sejak berdirinya TVRI Stasiun Bali disebut TVRI Stasiun Denpasar, namun seirama dengan semangat otonomi daerah, maka pada tahun 2002, TVRI Stasiun Denpasar pun namanya dirubah menjadi TVRI Stasiun Bali. TVRI Stasiun Bali merupakan salah satu dari 27 buah TVRI Stasiun Daerah di

Indonesia. Tugasnya adalah untuk memancarluaskan siaran TVRI Nasional, memproduksi dan menyiarkan acara-acara dengan jangkauan siaran lokal. Selain itu, TVRI Bali juga bertugas memproduksi beberapa acara berita / non berita yang disiarkan melalui TVRI Nasional yang jangkauan siarannya meliputi seluruh wilayah Indonesia.4

Berdirinya

Stasiun TVRI di Bali tak bisa dilepaskan dari kekayaan dan keaneka

ragaman seni budaya serta keindahan alam pulau Bali. Selain itu Bali banyak dikunjungi wisatawan dan merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di dunia. Keberadaan TVRI Stasiun Bali diharapkan mampu menjadi media untuk melestarikan, mengembangkan seni budaya Bali, perekat sosial serta menjadi media pencerahan bagi masyarakat Bali. Dan sebagai Stasiun televisi yang berada di salah satu pusat pariwisata dunia maka TVRI Bali juga turut berperan dalam menyukseskan kepariwisataan Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya. Sebagai langkah operasional dari maksud tersebut maka program program TVRI Bali diprioritaskan pada materi acara yang bernuansakan seni budaya Bali. Televisi Republik Indonesia (TVRI) Bali berlokasi di Jalan Kapten Cokorda Agung Tresna, Renon, Denpasar - Bali dan dibangun di areal tanah seluas 2,5 hektar. Dalam melaksanakan tugas tugasnya TVRI Stasiun Bali didukung oleh 4 ruang studio yaitu 2 studio produksi (12 x 16 m), 1 studio berita ( 6,5 x 7,5 m) dan 1 studio penyiar. 2.2 Visi dan Misi TVRI Bali VISI Terwujudnya TVRI Bali sebagai televisi masyarakat Bali yang mendukung pelestarian budaya Bali, mendorong proses pendidikan dan mempromosikan pariwisata Indonesia.

MISI Mengembangkan TVRI Bali sebagai lembaga penyedia jasa yang inovatif siaran yang prima. Mengembangkan program-program siaran informasi, budaya, pendidikan yang menarik sebagai tontonan sekaligus tuntunan masyarakat Bali khususnya dan masyarakat International umumnya. Mengembangkan programa-2 sebagai saluran penyiaran pariwisata (Indonesian Tourism Channel)5

dan

memenuhi harapan masyarakat berdasarkan kearifan lokal dengan kredibilitas dan mutu

2.3 Reputasi TVRI Bali Nasional 1. 2. 3. Depan 4. 5. 6. 7. 8. Internasional 1. Tahun 2002 Nominator pada Ismelia Festival Film di Mesir untuk Paket Dokumenter Trunyan Pengalaman Kerjasama Produksi 1. 2. 3. Asia. 4. Beauties 5. 6. 7. 8. TV3; 2.4 Deskripsi Kerja Seksi Teknik Transmisi6

Tahun 1984 Juara III Lomba Gatra Kencana Budaya Tahun 1988 Juara Umum Lomba Gatra Kencana TVRI Tahun 1992 Juara I Lomba Gatra Kencana Budaya Warisan Masa Tahun 1999 Juara Umum Lomba Gatra Kencana TVRI Tahun 2000 Juara Umum Lomba Gatra Kencana TVRI Tahun 2002 2007 Tidak ada Lomba Gatra Kencana. Tahun 2008 Juara 1 Lomba Gatra Kencana Kategori Paket Pesona Tahun 2010 Juara 1 Lomba Gatra Kencana Kategori Paket Figura.

Budaya Nusantara.

Kerjasama dengan NHK dalam rangka Siaran Langsung acara Asia Live Kerjasama dengan NHK dalam rangka produksi paket Entertainment Kerjasama dengan Transtel dalam rangka produksi program Medicine in Kerjasama TVRI Bali dengan GuangXi TV memproduksi acara Asean NHK High Vision & ASIA LIVE dengan NHK; Close Circuit TV (CCTV) Demonstrasi Penanggulangan Bencana Alam. Pembukaan kejuaran atletik internasional (IAAF); Siaran Langsung Final GP Bulutangkis Kerjasama TVRI Bali dengan

Shower from Asia.

Tugas utama seksi teknik transmisi adalah

Mengoperasikan peralatan Teknik Transmisi dalam penyebar luasan siaran TVRI , agar kesinambungan siaran tetap terjaga.

Mengadakan pemeliharaan / perbaikan peralatan Teknik Transmisi seperti pemancar, microwave dan TV satelit receiver serta kelengkapannya di STL Denpasar dan Satuan satuan Transmisi, agar peralatan tetap dalam kondisi baik dan selalu siap pakai.

Tugas tambahan seksi teknik transmisi adalah

Mengadakan penyiapan, pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Teknik Transmisi ( FPU/SNG ) dalam rangka menunjang pelaksanaan kegiatan produksi acara dan siaran langsung dari luar studio.

Tugas berkala seksi teknik transmisi adalah

Membuat laporan berkala Mingguan, Bulanan dan Tahunan yang berkaitan dengan kondisi peralatan, jam kerja operasional peralatan dan merencanakan kebutuhan sukucadang Transmisi. atau peralatan Teknik Transmisi di STL dan dan Satuan - satuan

2.5 Struktur Organisasi TVRI Bali Berikut struktur organisasi TVRI Bali :

7

Gambar 2.1

8

BAB III DASAR TEORI 3.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi secara umum berfungsi untuk menyampaikan informasi dari pengirim ke penerima melewati suatu media yang bisa menghantarkan informasi. Informasi yang disampaikan terbagi menjadi :

Hubungan satu arah (simplex), contoh : siaran televisi Hubungan dua arah (duplex), ada full duplex contohnya hubungan telegrap dan

half duplex contohnya telepon. Media transmisi terbagi juga menjadi dua, yaitu : Media transmisi fisik Media transmisi non-fisik Yang akan dibahas lebih lanjut adalah media transmisi non-fisik terrestrial dan sistem komunikasi radio dan gelombang mikro. 3.1.1 Media transmisi non-fisik Media Transmisi Non Fisik Terestrial adalah media transmisi dalam bentuk gelombang radio yang perambatannya tidak jauh atau seolah-olah sejajar dengan bumi (tidak termasuk transmisi satelit). Pemakaian gelombang radio sebagai media transmisi biasanya ditentukan berdasarkan frekuensi panjang gelombang. Frekuensi adalah banyaknya getaran yang melewati titik tertentu dalam suatu interval waktu yang berlainan. Satuan frekuensi disebut : Heartz sesuai penemu gelombang elektromagnetik. Frekuensi ini berbanding terbalik dengan panjang gelombang sesuai dengan rumusnya : Frekuensi = kecepatan Cahaya(3x10^8) / panjang gelombang (m)9

berikut merupakan pembagian jenis frekuensi : Middle Frekuensi (MF) High Frekuensi (HF) Very High Frekeunsi (VHF) Ultra High Frekuensi (UHF) Super High Frekuensi (SFH) Extremely High Frekuensi (EHF) 3.1.2 Sistem Komunikasi Radio Tujuan Komunikasi radio adalah Mengirimkan informasi dari sumber ke tujuan (dapat berjauhanletaknya) dengan memanfaatkan media udara sebagai saluran transmisi, dapat digambarkan dalam bagan komunikasi radio secara umum , sebagai berikut : : 300 3.000 KHz : 3 30 MHz : 30 300 MHz : 300 3.000 MHz : 3 30 GHz : 30 300 GHz

Gambar 3.1 Untuk secara detail bagan Pemancar (Tx) secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.2

10

Sedangkan untuk bagan Penerima (Rx) secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.3 Jika diperhatikan lebih lanjut pada bagan Pemancar (Tx) maupun Penerima (Rx) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan fungsinya : a. Modulator berfungsi untuk memmodifikasi sinyal pembawa (carrier) dari oscillator sesuai sistem modulasi yang digunakan, untuk rangkaian modulator tergantung jenis modulasi yang digunakan. b. Demodulator berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan informasi yang terkandung dalam sinyal carrier termodulasi, untuk rangkaian demodulator tergantung pada jenis modulasi yang digunakan.

Gambar 3.4 c. Oscilator berfungsi sebagai pembangkit sinyal pembawa (Carrier) pada pemancar, adapun jenis-jenis oscilator seperti, umpan balik positif, pergeseran fase, LC ditala.

11

Gambar 3.5 d. Penguat (Amplifier) berfungsi memberikan penguat terhadap sinyal yang akan dikirim/diterima, kalau pada penerima berfungsi sebagai filter dikarenakan karakteristik response frequency mirip band pass filter, sedangkan pada pemancar berfungsi menghilangkan harmonisa dari rangkaian-rangkaian pemancar.

Gambar 3.6 e. Modulasi adalah teknik-teknik yang dipakai untuk memasukan informasi dalam suatu gelombang pembawa, biasanya berupa gelombang sinus. Suatu alat yang melakukan modulasi disebut modulator.

Gambar 3.7

12

f. Antenna berfungsi meradiasikan gelombang elektromagnetik terbimbing pada saluran ke udara bebas. Masing-masing bentuk antenna punya pola pancaran (radiasi) yang berbeda.

Gambar 3.8 g. Saluran Transmisi, agar daya sinyal dapat dipancarkan secara maksimal maka impedansi output rangkaian pemancar dengan impedansi karakteristik saluran transmisi, serta impedansi beban harus sama (match), jika tidak sama akan terjadi gelombang pantul dan bila komunikasi radio dipandang dalam konteks saluran transmisi, maka dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.9

13

3.1.3 Sistem Komunikasi Gelombang Mikro Pada dasarnya sistem komunikasi gelombang mikro sama dengan sistem komunikasi gelmbang radio. Bedanya adalah pada sistem komunikasi gelombang mikro, jenis-jenis frekuensi yang digunakan sebagai berikut:

Gambar 3.10 L-Band (Long Band) memiliki range 1-2 GHz dan biasanya digunakan untuk komunikasi satelit. S-Band (Short Band) memiliki range 3-4 GHz digunakan pada radar cuaca, komunikasi satelit dan radio gelombang mikro. C-Band (Compromise Band) yang range-nya 4-8 GHz digunakan untuk komunikasi satelit televisi, penyiaran dan komunkasi radio gelombang mikro. Satelit Telkom menggunakan frekuensi pada range C-Band. X-Band memiliki range 8-12 GHz untuk X-Band radar dan radio gelombang mikro. K-Band (Kurz yang berarti pendek dalam bahasa Jerman) memiliki range dan Ka-Band (Kurz above Band) biasanya digunakan untuk komunikasi satelit uplink dan downlink. 3.2 Modulasi AM dan FM Pada sistem analog, modulasi terbagi menjadi dua yaitu modulasi AM dan modulasi FM, adapun penjelasannya sebagai berikut :

14

3.2.1

Modulasi Amplitudo Modulasi amplitudo adalah proses memodulasi isyarat frekuensi rendah pada

gelombang frekuensi tinggi dengan mengubah-ubah amplitudo gelombang frekuensi tinggi tanpa mengubah frekuensinya. Frekuensi rendah ini disebut isyarat pemodulasi dan frekuensi tinggi adalah pembawa. Metode ini dipakai dalam transmisi radio AM untuk memungkinkan frekuensi audio dipancarkan ke jarak yang jauh, dengan cara superimposisi frekuensi audio pada pembawa frekuensi radio yang dapat dipancarkan melalui antena. Frekuensi radio adalah frekuensi yang dipakai untuk radiasi energi elektromagnetik koheren yang berguna untuk maksud-maksud komunikasi. Frekuensi radio terendah adalah sekitar 10 kHz dan jajarannya merentang hingga ratusan GHz. Pembawa yang termodulasi terdiri dari tiga frekuensi yang semuanya RF, yaitu fc Pembawa. fc + fm Frekuensi samping atas. fc fm Frekuensi samping bawah. Jika pembawa digambarkan oleh ec = Asinct disini disini dan isyarat pemodulasi oleh em = Asinmt

maka amplitudo pembawa termodulasi dapat dinyatakan sebagai kalau hal ini diuraikan, maka diperoleh

adalah pembawa

adalah frekuensi samping bawah

adalah frekuensi

samping atas Jika pembawa dimodulasi oleh bentuk gelombang kompleks, maka akan timbul bermacam-macam frekuensi yang membentuk jalur-jalur samping atas dan bawah. Dalam radio AM, karena oleh persetujuan internasional saling dipisahkan 9 kHz, frekuensi modulasi maksimum adalah 4,5 kHz. Kedua jalur samping dipancarkan meskipmun hanya salah satu yang didemodulasi dalam pesawat penerima. AM juga dipakai dalam transmisi isyarat video dalam televisi. AM adalah sistem yang sederhana, murah, dan hanya membutuhkan lebar jalur

15

kecil. Tetapi sistem ini buruk dalam perfomansi isyarat terhadap derau bila dibandingkan dengan metode lain misalnya modulasi frekuensi dan modulasi kode pulsa. 3.2.2 Modulasi Frekuensi Modulasi frekuensi adalah suatu metode untuk mengirimkan isyarat frekuensi rendah dengan cara memodulasi frekuensi gelombang pembawa berfrekuensi tinggi. Kecepatan sudut pembawa () dibuat berubah-ubah dengan amplitudo isyarat pemodulasi.

Dimana

adalah frekuensi tengah pembawa. Dan fm=

adalah frekuensi

isyarat pemodulasi dengan integrasi:

16

BAB IV SISTEM TRANSMISI TVRI STASIUN DENPASAR 4.1 Proses Siaran Ada dua jenis siaran yang diproduksi oleh TVRI stasiun Denpasar dalam melayani masyarakat, yaitu : 1. Siaran Relay yaitu siaran yang dihasikan dari TVRI stasiun pusat Jakarta. 2. Siaran Lokal yaitu siaran yang dihasilkan oleh TVRI stasiun Denpasar. Pada proses ini TVRI Denpasar didukung oleh peralatan sistem transmisi yaitu : Television Receiver Only (TVRO) yaitu suatu peralatan berupa parabola

yang hanya mampu menerima siaran dari stasiun pusat TVRI Jakarta Microwave Transmitter yang berfungsi untuk memancarkan gelombang

mikro ke pemancar bukit bakung. 4.1.1 Siaran Relay Pada siaran relay prosesnya adalah sebagai berikut : TVRO yang berbentuk parabola di stasiun TVRI Denpasar mempunyai jangkauan frekuensi dari 46 Hz s/d 950 MHz. siaran yang diterima TVRO kemudian diubah menjadi sinyal audio dan video yang selanjutnya dikirim ke unit master control untuk dikoreksi kemudian dikirim kembali ke STL untuk dipancarkan melalui microwave transmitter ke bukit Bakung. Kemudian dari pemancar bukit Bakung akan dipancarkan ulang ke seluruh Bali dengan bantuan stasiun pemancar lainnya yang tersebar di beberapa wilayah strategis di Bali. Blok diagram proses siaran relay adalah sebagai berikut : Dari TVRI Jakarta TVRO

STL

MASTER CONTROL17

Pemancar Bukit Bakung

MICROWAVE TRANSMITTER

Gambar 4.1 4.1.2 Siaran Lokal Siaran lokal merupakan siaran yang diproduksi TVRI stasiun Denpasar. Proses produksi siaran lokal ini dapat diproduksi dari Continuity Studio (CST) dan Production Studio (PST) kemudian Bakung. Blok diagram proses siaran lokal adalah sebagai berikut : PST dapat direkan pada Video Tape Recorder (VTR) atau disiarkan langsung dan ditransmisikan melalui STL dan dipancarkan oleh pemancar microwave ke stasiun Bukit

CST1

MASTER CONTROL

STL

Ke

Pemancar

Bukit Bakung

CST 2 Gambar 4.2 4.2 Transmitter Link (STL) Studio Transmitter Link (STL) merupakan sub bagian dalam sistem transmisi yang ada di TVRI stasiun Denpasar dan sistem televisi pada umumnya. Siaran dari stasiun TVRI Jakarta diterima oleh TVRO yang selanjutnya akan diteruskan ke master control untuk diperbaiki kualitas sinyal, level dan sinkronisasi. Setelah melalui master control, sinyal yang telah diperbaiki diteruskan lagi ke STL untuk dipancarkan lewat microwave transmitter yang sebelumnya telah dikuatkan ke penerima di stasiun induk bukit Bakung. STL juga bertugas memonitor kualitas siaran yang diterima maupun yang akan dipancarkan ke bukit Bakung.

18

STL sistem ada enam buah di Indonesia yaitu di Tanjung Karang, Denpasar, Mataram, Ambon dan Jaya Pura. Letak transmitter yang berada di bukit Bakung berjarak kurang lebih 20 km dari stasiun produksi TVRI Denpasar. Pada TVRI stasiun Denpasar sendiri channel yang digunakan adalah ch.29 UHF dan ch.8 VHF.

4.2.1 Transmisi Gelombang Mikro Setelah mengalami proses koreksi dan perbaikan level, sinyal audio dan video diteruskan ke STL. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sinyal tersebut siap ditransmisikan ke stasiun induk bukit Bakung. Sistem transmisi yang digunakan agar siaran sampai di bukit Bakung adalah sistem transmisi gelombang mikro. Sistem transmisi gelombang mikro terbagi menjadi pemacar di stasiun TVRI Denpasar dan penerima di stasiun induk bukit Bakung. 4.2.2 Transmitter Gelombang Mikro Berikut merupakan data-data awal konfigurasi gelomang mikro pada transmitter stasiun TVRI Denpasar : A. Transmitter No 1. 2. 3. 4.

Transmitter output Local Osilator Spurius output Transmitter input

30 dBm +/- 50% / - 20 % +/- 50 ppm - 60 dBm atau lebih +4 dBm +/- 1 dB/ 75 ohm

B. Modulator No 1. 2.

IF Frekuensi Modulator output level

70 MHz +4 dBm +/- 1 dB/ 75 ohm19

3. 4. 5.

Video input level Pre-emphasis Frekuensi rms deviasi

14 dB untuk TV 625 lines Video 8 MHz p-p/ 1 vpp dengan Pilot (8,5 MHz) 282

audio sub carrier 300 kHz KHz p-p

C. Sound Modulator No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Sub Carrier Frekensi Modulasi T Audio input level Frekuensi deviasi

6800 KHz dan 7500 KHz FM +6 dBm/ 600 ohm 100 KHz rms pada

keadaan nominal Frekuensi deviasi pada IF 300 kHz rms carrier input dan RF Pilot frekuensi Pilot level 31 KHz rms carrier -20 dBm

Adapun blok diagram transmitter gelombang mikro yang terdapat di STL terdapat pada lampiran A. Setiap bagian yang ada pada blok diagram akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Video hybrid unit Video hybrid berfungsi sebagai pembagi sinyal input video dari studio dan master control yang mempunyai level sinyal 1 volt peak to peak. Kemudian dibagi menjadi dua bagian yang besar levelnya 0,25 vpp. Output pertama menjadi masukan untuk transmitter base band sub carrier no.1, sedangkan output kedua menjadi masukan bagi transmitter base band sub carrier no.2. 2. Audio hybrid unit20

Audio hybrid unit berfungsi sebagai pembagi sinyal input audio dari studio yang mempunyai level 6 dBm. Kemudian dibagi menjadi dua bagian yang masing-masing memiliki level 7 dBm. Output berfrekuensi carrier 6800 KHz menjadi input audio modulator no.1 dan output frekuensi carrier 7500 KHz menjadi input audio modulator no.2. 3. Sub Carrier Combiner Sub carrier combiner berfungsi untuk menggabungkan modulasi audio yang keluarannya dari audio hybrid 1 dan audio hybrid 2. 4. Transmitter base band dan Sub carrier (T.BSC) Transmitter base band dan sub carrier berfungsi untuk menggabungkan audio sub carrier yang keluar dan audio sub carrier combiner dengan sinyal video. Output dari transmitter base band sub carrier berupa sinyal video dengan level sinyal 1 volt peak to peak (2,2 dBm) dan sub carrier sebanyak 0,075 volt peak to peak (vpp) sebesar -20,3 dBm. 5. Transmitter pilot oscillator Transmitter pilot oscillator berguna untuk membangkitkan frekuensi oscillator 8,5 MHz dan frekuensi ini akan digabungkan dengansinyal video dan sinyal audio dari transmitter base band sub carrier sehingga frekuensi deviasi yang dihasilkan menjadi 8,5 MHz. Transmitter pilot oscillator ini mempunyai output 0,25 vpp. 6. Modulator amplifier Merupakan penguat sinyal compound (video + audio + sub carrier) dari level 0,25 vpp menjadi level 1 vpp. Unit ini dilengkapi dengan circuits pre emphasis untuk TV 625 garis. 7. Modulator (MOD TV)

21

Merupakan suatu FM modulator yang menggunakan komponen sebuah diode varactor yang memodulasi sinyal IF dengan sinyal compound keluaran dari modulator amplifier. Modulator TV menggunakan sebuah rangkaian AFC dengan rangkaian delay equalizer untuk memperoleh sinyal IF berfrekuensi 70 MHz. level keluaran frekuensi IF sebesar 4 dBm. Jika level sinyal IF rendah maka alarm akan berbunyi.

8. Transmitter Sinyal IF 70 MHz merupakan input ke transmitter yang diperkuat lagi sesuai level yang ditentukan. Terdapat transmitter mixer pada unit ini yang berfungsi untuk mendapatkan konversi sinyal IF dilakukan pencampuran dengan frekuensi carrier oleh oscillator lokal. 9. Band Pass Filter Fungsi Band Pass Filter (BPF) adalah untuk melewatkan band frekuensi kanal tertentu dan menekan harmonisa-harmonisa yang tidak diinginkan. Karena pada unit sebelumnya dilakukan penguatan berulang kali, maka akan timbul noise yang mengganggu sinyal oleh karena itulah dibutuhkan BPF. 10. Local oscillator Merupakan oscillator lock loop pada mixer transmitter yang mempunyai level output 16 dBm. 11. Alarm frekuensi tinggi Alarm ini merupakan peringatan bahwa daya yang disuplai untuk peralatan besarnya dibawah 4 dB dan lock alarm terjadi jika frekuensi oscillator tidak stabil. 12. Output RF22

Merupakan output dari transmitter yang dihubungkan dengan RF branching. Daya output transmitter gelombang pendek sebesar 1 watt, menggunakan antenna parabola dengan diameter 2,4 meter dan frekuensi kanal yang digunakan 3b-7603 MHz sedangkan frekuensi kanal 17b-7701 MHz. 4.2.3 Receiver Gelombang Mikro Receiver gelombang mikro terdapat di stasiun induk bukit Bakung. Fungsinya menerima siaran dari stasiun TVRI Renon Denpasar kemudian dikoreksi dan diperkuat lagi sehingga dapat dipancarkan ke stasiun pemancar relay seluruh Bali. Data awal untuk konfigurasi dapat dilihat sebagai berikut :

A. Receiver No 1. Receiver noise figure 4 dB atau yang lebih baik 2. Local oscillator frequency +/- 50 ppm 3. 4. 5. 6. stability Nominal receiver level Receiving band width IF output level AGC characteristic -31 dBm 53 MHz + 4dBm +/- 1 dB/ 75 ohm IF output variasinya lebih kecil dari 1 dB dan untuk RF input variasinya dari 83 s/d -25 dBm

B. Demodulator No 1. IF input level 2. Video output level 3. 4. 5. Video monitoring level De-emphasis 8,5 MHz pilot detecting

+4 dBm/ 75 ohm 1 vpp 75 ohm 1 vpp/ high 12 dB untuk TV 625 garis -6 dB +/- 0,5 dB23

C. Sound Demodulator No 1. Sub carrier frequency 6800 KHz dan 7500 KHz 2. Audio output level +6 dBm/ 600 ohm 3. 31 KHz pilot detecting +6 dBm +/- 0,5 dB Untuk blok diagram receiver dapat dilihat pada lampiran B. Blok diagram tersebut merupakan representasi umum dari receiver bukit Bakung. Penjelasan blok diagram tersebut adalah sebagai berikut :

1. Receiver Unit Sinyal RF yang diterima akan diteruskan ke branching section dan difilter. Sinyal yang telah difilter ini akan menjadi input ke sistem receiver. Sinyal yang sampai di receiver akan masuk ke rangkaian Low Noise Amplifier (LNA) kemudian diperkuat hingga 18 dB. Kemudian sinyal masuk ke BPF dengan frekuensi 7 GHz yang bertujuan untuk mendapat sinyal yang sama dengan sinyal awal. Setelah melewati BPF, sinyal masuk ke mixer receiver yang didalamnya terdapat oscillator lokal agar didapat frekuensi IF 70 MHz. 2. Amplifier Equalizer Alat ini berfungsi untuk memperbaiki cacat group delay IF yang disebabkan oleh frekuensi radio BPF atau yang disebabkan oleh unsur lain. Sinyal IF diperkuat hingga 4 dB dan memiliki dua keluaran sinyal yaitu IF1 dan IF2. Amplifier ini dilengkapi dengan Automatic Gain Control (AGC). 3. Receiver local oscillator24

Alat ini menggunakan oscillator phase lock loop yang menggunakan crystal oscillator sebagai pembangkit frekuensinya dan harus sama dengan frekuensi di transmitter local oscillator. Daya output alat ini antara 11 dBm s/d 13 dBm. 4. Alarm control Alarm akan menyala dan berwarna merah jika level sinyal input lebih rendah dari -81 dBm dan frekuensi oscillator tidak stabil. 5. Satu dari dua sinyal keluaran IF dihubungkan ke terminal IF pada unit demodulator TV Pada unit ini sinyal IF akan didemodulasikan dengan tipe FM discriminator. Sinyal yang didemodulasi merupakan gabungan dari audioaudio + audio program. Kemudian sinyal dijadikan 1 vpp kembali oleh DLA TV yang selalu mendeteksi sinyal pilot sebesar 8,5 MHz. 6. Sinyal compound dipecah Sinyal compound yang terdiri dari video dan audio sub carrier dipecah menjadi dua bagian dengan menggunakan rangkaian hybrid yang terdapat pada Receiver Base Band Circuit (RSBC). Sinyal video dihubungkan dengan rangkaian clamping dan sinyal audio sub carrier dihubungkan dengan sub carrier separator (SCS). Sinyal video clamp 1 dan clam 2 akan masuk video switch yang berfungsi sebagai pemilih sinyal video kualitas terbaik antara hasil dari clamp1 dan clamp2. 7. Sinyal audio yang masuk ke SCS. Sinyal audio sub carrier yang merupakan pecahan sinyal compound merupakan sinyal termodulasi dengan frekuensi 6800 KHz dan 7500 KHz. Setelah masuk SCS maka sinyal-sinyal tersebut akan demodulator sesuai dengan frekuensi carriernya. Pada demodulator 1 dan 2 akan didemodulasi menjadi sinyal audio program dengan level +7 dBm. Setelah itu sinyal audio25

dihubungkan dengan audio switch baik untuk ch.1 dan ch.2. Pada audio switch akan dipilih sinyal yang kualitasnya paling bagus yang kemudian diteruskan ke audio-audio.

4.3 Proses Pengubahan Sinyal SHF menjadi sinyal VHF Pemancar microwave TVRI stasiun Denpasar memancarkan gelombang Super High Frequency (SHF) dengan frekuensi channel 3b 7603 MHz dan channel 17b 7701 MHz. Daya yang digunakan untuk output sebesar 1 watt. Sinyal audio dan video termodulasi secara FM (frequency modulation) pada pemancar ini. Sinyal SHF dikirim dari pemancar TVRI Denpasar ke stasiun induk bukit Bakung. Kemudian sinyal SHF diubah menjadi sinyal Very High Frequency (VHF) pada channl 8 dengan range frekuency 203,25 s/d 208,75 MHz serta memiliki daya pancar 5 KW. Pada pemancar ini sinyal video dimodulasi secara AM dan sinyal suara dimodulasi secara FM. Untuk memancarkan sinyal digunakan antenna tipe dipole array yang pola pancarnya omnidirectional. Wilayah Bali merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan, sehingga pada daerah-daerah tertentu memerlukan pemancar-pemancar relay untuk meneruskan siaran ke daerah yang belum terjangkau. Adapun frequency dan channel yang digunakan tiap stasiun pemancar relay, stasiun induk dan TVRI stasiun Denpasar daftarnya terlampir pada lampiran konfigurasi jaringan TVRI Bali Proses pengubahan sinyal SHF menjadi VHF adalah sebagai berikut : Sinyal audio dan video yang diterima dipisahkan. Untuk sinyal video menjadi input Syncronous Clamping agar dapat

dikoreksi sinkronisasi video tersebut. Setelah sinkronisasi video dicek, sinyal masuk ke Video Corrector yang berfungsi mengkoreksi kualitas sinyal video agar level sinyal video menjadi 1 vpp. Kemudian masuk ke Video Modulator agar dimodulasikan secara AM menggunakan frekuensi26

carrier 38,9 MHz dari Oscillator. Setelah sinyal video termodulasi dan merupakan sinyal IF, maka selanjutnya diteruskan ke IF Detector agar IF video didapat sesuai dengan response yang diinginkan. Tahap selanjutnya adalah penggabungan dengan sinyal audio oleh combiner. Untuk sinyal audio menjadi input Audio Amplifier agar sinyal audio

diperkuat kembali setelah mendapat distorsi. Setelah sinyal diperkuat, sinyal diteruskan ke Audio Modulator agar termodulasi secara FM dengan frekuensi carrier 33,4 MHz dari Oscillator Audio. Output Audio Modulator berupa sinyal IF yang diteruskan ke IF corrector agar sinyal IF audio terkoreksi sesuai dengan level yang diinginkan. Selanjutnya sinyal IF audio masuk ke combiner untuk digabungkan dengan sinyal IF video. Proses sinyal audio dan video diatas berlangsung bersamaan. Setelah digabung di Combiner, kemudian diteruskan ke Video and Audio Corrector untuk mengkoreksi sinyal yang telah digabungkan. Hasil dari koreksi masuk ke Up Converter agar IF video dan IF audio menjadi sinyal VHF. Dengan bantuan oscillator maka didapat sesuai frekuensi channel yang di gunakan. Sinyal VHF yang didapat adalah 242,15 MHz dengan menggunakan persamaan fosc = fIF + fRF Setelah didapat sinyal VHF, kemudian sinyal diperkuat di Driver Amplifier dengan daya pancar yang didapat hingga 100 watt. Setelah itu diperkuat lagi di Final Amplifier dengan daya pancar hingga 5 kilowatt. Untuk blok diagram proses pengubahan sinyal SHF menjadi SHF dapat dilihat di lampiran C.

BAB V PENUTUP27

5.1 Kesimpulan Hal-hal yang dapat disimpulkan dari kerja praktek yang telah dilakukan adalah : 1. Dalam suatu perusahaan terdapat beberapa divisi yang saling menyokong satu sama lain agar visi perusahaan yang telah dirumuskan dapat terwujud. 2. Seperti salah satunya Unit Teknik Transmisi di TVRI stasiun Denpasar yang memiliki peranan menjaga kualitas siaran hingga pelosok daerah-daerah di wilayah Bali. 3. Sistem transmisi yang digunakan oleh stasiun TVRI Bali berbasis sistem komunikasi gelombang mikro yang memakai frekuensi 7603 dan 7701 MHz. 4. Stasiun pemancar induk TVRI di Bali ternyata bukan bertempat di Denpasar melainkan di Bukit Bakung Jimbaran karena letaknya yang strategis untuk memancarkan siaran ke seluruh pelosok daerah Bali. 5.2 Saran Berikut beberapa saran yang disampaikan penulis terkait kerja praktek yang telah dilakukan:1. Semakin berkembangnya teknologi, dapat dikatakan teknologi pertelevisian di TVRI

agak tertinggal dibandingkan dengan perusahaan TV swasta lainnya. Oleh karena itu TVRI yang dimiliki pemerintah harusnya mendapat perhatian lebih dari segi peralatan yang saat ini masih dipakai di TVRI Denpasar.2. Untuk segi peralatan, ada baiknya menggunakan teknologi IP microwave sebagai

jaringan backhaulnya. IP microwave merupakan teknologi gelombang mikro berbasis IP yang telah banyak digunakan di luar negeri mengingat era yang saat ini diduduki adalah era 4G.

28