BAB I

10
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang  Nifas atau purperium ada lah periode waktu ata u masa di mana orga n -organreproduksi kembali ke keadaan tidak hamil (Forner, 1999 : 225) Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding  perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul sempit,  primigravida, janin besar dan berharga. a. Plasenta previa sentralis dan lateral is.  b. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil. c. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of the twins), distosia karena tumor, gawat janin da n sebagainya. d. Partus lama. e. Partus tidak maju. f. Pre-eklamsia dan hipertensi. g. Distosia serviks 2. Tujuan  Tujuan Umum Memberikan asuhan pada ibu nifas yang mengalami pasca operasi.  Tujuan Khusus y Mengetahui bahaya terjadi komplikasi pada ibu nifas. y Mengetahui cara perawatan pada ibu nifas. y Bagaimana cara memberi pelayanan pada pasien yang mengalami Post Sc.

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

5/7/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559abaa5b9cd9 1/10

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang

 Nifas atau purperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organreproduksi

kembali ke keadaan tidak hamil (Forner, 1999 : 225)

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding

  perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin

dari dalam rahim.

Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul sempit,

 primigravida, janin besar dan berharga.

a.  Plasenta previa sentralis dan lateralis.

 b.  Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil.

c.  Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertama letak 

lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of the twins), distosia

karena tumor, gawat janin dan sebagainya.

d.  Partus lama.

e.  Partus tidak maju.

f.  Pre-eklamsia dan hipertensi.

g.  Distosia serviks

2.  Tujuan

  Tujuan Umum

Memberikan asuhan pada ibu nifas yang mengalami pasca operasi.

  Tujuan Khusus

y  Mengetahui bahaya terjadi komplikasi pada ibu nifas.

y  Mengetahui cara perawatan pada ibu nifas.

y  Bagaimana cara memberi pelayanan pada pasien yang mengalami Post Sc.

Page 2: BAB I

5/7/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559abaa5b9cd9 2/10

 

3.  Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambahkan pengetahuan tentang cara member pelayanan kepada ibu nifas yang

mengalami Post Sc.

2. Bagi Tenaga Bidan

Untuk memperdalam ilmu pengetahuan dalam memberikan perawatan pada ibu

nifas Post Sc.

Page 3: BAB I

5/7/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559abaa5b9cd9 3/10

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

1.  Perawatan Nifas

Pengertian Masa Nifas

1.  Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6

minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).

2.  Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul

Bari,2000:122).

3.  Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang

meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke

keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).

4.  Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan

untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12

minggu. ( Ibrahim C, 1998).

2.  Cara perawatan nifas

a. 

Mobilisasi karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat,tidur terlentangselama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring - miring ke kanan dan ke

kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli.Pada hari ke 2

diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan - jalan, hari ke 4 atau ke 5 sudah diperbolehkan

  pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi

 persalinan, nifas dan sembuhnya luka - luka.

 b.  Diet makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan - makanan

yang mengandung protein, banyak cairan, sayur -sayuran dan buah - buahan.

c.  Miksi hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang - kadang

wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan

spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena

adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Kandung kemih penuh

dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan katererisasi.

Page 4: BAB I

5/7/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559abaa5b9cd9 4/10

 

d.  Defekasi buang air besar harus dilakukan 3 - 4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit

 buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksons

 per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.

e.  Perawatan payudara (mammae) telah dimulai sejak wanita hamilsupaya punting

susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila

  bayi meninggal laktasi harus dihentikan dengan cara pembalutan mammae sampai

tertekan. Pemberian obat esterogen seperti tablet lynoral. Dianjurkan sekali

supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.

f.  Laktasi untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan

telah terjadi perubahan - perubahan pada kelenjar mammae yaitu proliferasi jaringan

  pada kelenjar - kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah,keluar cairan susu

  jolong dari duktus laktiferus disebut kolostrum bewarna kuning - kuning susu,

hipervasularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana vena - vena berdilatasi

sehingga tampak jelas.

3.  Tindakan apabila terjadi konflikasi pada ibu nifas

KETUBAN PECAH SEBELUMWAKTUNYA 

Ketuban Pecah Sebelum Waktunya ( KPSW ) adalah pecahnya selaput berisi

cairan ketuban yang terjadi 1 jam atau lebih sebelum terjadinya kontraksi.

Dulu, jika terjadi KPSW selalu dilakukan tindakan untuk segera melahirkan

  bayi guna mencegah infeksi yang bisa terjadi pada bayi maupun ibunya. Tetapi

 pendekatan ini sudah tidak perlu dilakukan lagi karena resiko terjadinya infeksi bisa

dikurangi dengan mengurangi frekuensi pemeriksaan dalam. 1 kali pemeriksaan

dengan bantuan spekulum bisa membantu dokter dalam memastikan pecahnya selaput

ketuban, memperkirakan pembukaan  serviks (leher rahim) dan mengambil contoh

cairan ketubah dari vagina.

Jika hasil analisa cairan ketuban menunjukkan bahwa paru-paru bayi sudah

cukup matang, maka dilakukan induksi persalinan (tindakan untuk memulai proses

 persalinan) dan bayi dilahirkan. Jika paru-paru bayi belum matang, persalinan ditunda

sampai paru-paru bayi matang.

Page 5: BAB I

5/7/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559abaa5b9cd9 5/10

 

Pada 50% kasus, persalinan bisa ditunda hanya dengan melakukan tirah baring

dan mendapatkan cairan infus; beberapa kasus lainnya memerlukan obat yang bisa

mencegah kontraksi rahim (misalnya magnesium sulfat yang diberikan melalui infus,

suntikan atau tablet terbutalin dan kadang diberikan ritodrin melalui infus). Ibu

dirawat di rumah sakit dan menjalani tirah baring, tetapi masih diperbolehkan ke

kamar mandi. Suhu tubuh dan denyut nadinya diukur 2 kali/hari. Peningkatan suhu

tubuh bisa merupakan pertanda terjadinya infeksi. Jika terjadi infeksi, dilakukan

induksi persalinan dan bayi dilahirkan.

Jika cakran ketuban tidak keluar lagi dan kontraksi berhenti, ibu

diperbolehkan pulang ke rumah, tetapi tetap menjalani tirah baring dan memeriksakan

dirinya 1 kali/minggu.

PERSALINAN PREMATUR  

Persalinan Prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan

mencapai 37 minggu. Biasanya persalinan terjadi pada saat usia kehamilan mencapai

37-42 minggu.

Persalinan prematur bisa merupakan suatu proses normal yang dimulai terlalu

dini atau dipicu oleh keadaan tertentu, seperti infeksi rahim atau infeksi cairan

ketuban, sebagian besar kasus persalinan prematur penyebabnya tidak diketahui

secara pasti.

Faktor resiko terjadinya persalinan prematur:

y  Pernah mengalami persalinan prematur pada kehamilan terdahulu.

y  Kehamilan ganda (kembar 2 atau 3)

y  Pernah mengalami aborsi.

y  Memiliki serviks yang abnormal.

y  Memiliki rahim yang abnormal.

y  Menjalani pembedahan perut pada saat hamil.

y  Menderita infeksi berat pada saat hamil.

y  Pernah mengalami perdarahan pada trimester kedua atau ketiga.

y  Berat badan kurang dari 50 kg.

y  Pernah memakai  DE S (dietilstilbestrol )

Page 6: BAB I

5/7/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559abaa5b9cd9 6/10

 

y  Merokok sigaret atau makakai kokain.

y  Tidak memeriksakan kehamilan.

Persalinan prematur bisa menyebabkan kelahiran prematur. Jika dilahirkan

terlalu dini, serorang bayi bisa mengalami kelainan. Bisa terjadi penyakit yang serius

atau kematian karena bayi belum siap untuk hidup mandiri. Oleh karena itu, dokter 

akan mencoba menghentikan persalinan prematur.

Pada beberapa kasus, jika diketahui akan terjadi persalinan prematur,

kelahiran bayi bisa dicegah atau ditunda. Penundaan ini akan memberikan tambahan

waktu bagi bayi untuk tumbuh dan berkembang. Bahkan beberapa haripun bisa

menghasilkan bayi yang lebih sehat.

Jika perdarahan sulit dihentikan atau jika selaput ketuban telah pecah, makasulit untuk menghentikan persalinan prematur. Jika tidak terjadi perdarahan dan

selaput ketuban masih ututh, biasanya dianjurkan untuk menjalani tirah baring dan

cairan diberikan melalui infus. Tetapi jikapembukaan telah mencapai lebih dari 5 cm,

 biasanya kontraksi terus terjadi sampai bayi akhirnya lahir.

Magnesium sulfat melalui infus bisa menghentikan kontraksi pada 80% kasus,

tetapi memiliki efek samping seperti denyut jantung yang cepat pada ibu, bayi atau

keduanya. Bisa juga diberikan suntikan terbutalin. Setelah persalinan prematur 

 berhasil dihentikan, diberikan kortikosteroid (misalnya betametason) untuk membantu

membukan paru-paru bayi dan mengurangi resiko gangguan pernafasan pada bayi

setelah dia dilahirkan nanti ( sindroma gawat pernafasan pada bayi baru lahir ).

KEHAMILAN POST-MATUR 

Kehamilan Post-matur adalah persalinan yang berlangsung sampai lebih dari

42 minggu. Postmaturitas adalah suatu sindroma dimana plasenta mulai berhenti

 berfungsi secara normal pada kehamilan post-matur dan hal ini membahayakan janin.

Menentukan apakah kehamilan telah lewat dari 42 minggu tidak selalu mudah,

karena saat terjadinya pembuhan tidak selalu dapat ditentukan secara pasti. Kadang

saat pembuahan tidak dapat ditentukan karena siklus menstruasi yang tidak teratur.

Pada awal kehamilan bisa dilakukan pemeriksaan USG untuk membantu menentukan

usia kehamilan. Pemeriksaan USG berikutnya dilakukan sebelum usia kehamilan

Page 7: BAB I

5/7/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559abaa5b9cd9 7/10

 

mencapai 32 minggu (antara 18-22 minggu) untuk mengukur diameter kepala janin;

hal ini bisa membantu memastikan usia kehamilan.

Jika kehamilan berlangsung sampai lebih dari 42 minggu dari hari pertama

menstruasi terakhir, dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui tanda-tanda

  postmaturitas pada ibu dan janin, yaitu penciutan rahim dan berkurangnya gerakan

  janin. Pemeriksaan bisa dimulai pada usia kehamilan 41 minggu, untuk menilai

gerakan dan denyut jangung janin serta jumlah cairan ketuban (yang menurun secara

drastis pada kehamilan post-matur).

Untuk memperkuat diagnosis postmaturitas, bisa dilakukan amniosentesis 

(pengambilan dan analisa cairan ketuban). Salah satu tanda dari postmaturitas adalah

air ketuban yang berwarna kehijauan yang berasal dari mekonium (tinja fetus yang

 pertama); hal ini menunjukkan keadaan gawat janin.

Selama hasil pemeriksaan tidak menunjukkan tanda-tanda postmaturitas, maka

kehamilan post-matur masih mungkin dilanjutkan. Tetapi jika hasil pemeriksaan

menunjukkan adanya tanda-tanda postmaturitas, maka segera dilakukan induksi

  persalinan dan bayi dilahirkan. Jika serviks belum dapat dilalui oleh janin, maka

dilakukan operasi sesar.

Page 8: BAB I

5/7/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559abaa5b9cd9 8/10

 

BAB III

TINJAUAN KASUS

I.  Data Subjektif 

Identitas Pasien

  Nama : Misdawati

Umur : 26 Tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Alamat : Simpang Kiri

Pekerjaan : IR T 

  Nama : Santoso

Umur : 29 Tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Alamat : Simpang Kiri

Pekerjaan : Kapel PT. Simpang Kiri

Anamnesa

Pada tanggal 18 juni 2011

Gs: Datang dengan keluhan asi tidak keluar/belum keluar.

II.  Data Objektif 

1.  Keadaan Umum : Pucat, Lemas

2.  Vital sigh

TD : 100/60 mmHg

Pois : 80/ x/i

RR : 20 x/i

3.  Inspeksi

Muka : Pucat

Payudara : Aslinya tak keluar 

Page 9: BAB I

5/7/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559abaa5b9cd9 9/10

 

4.  Palpasi

Abdomen: Nyeri

Mamae: Bengkak, karena asli tidak keluar, terasa nyeri

III.  Asasment

Dasar Ny Misdawati berumur 26 tahun dengan Post Sc/Pasca operasi, ibu

lemas, pucat

Masalah : Asinya tidak keluar, payudara membengkak.

Kebutuhan : Ibu memerlukan perawatan payudara ( Breascare), memeras payudara dan

harus selalu di hisap oleh bayi.

IV.  Planning

  Ibu harus merawat payudaranya dengan baik.

  Berikan konseling kepada ibu tentang perawatan payudara dan genetalia.

  Kerap memberikan asi kepada anaknya agar tidak membengkak.

  Berikan terapi sesuai intruksi dokter.

V.  Penatalaksanaan

  Menganjurkan kepada ibu payudaranya di pijat agar merangsang payudara

untuk mengeluarkan asi.  Menganjurkan ibu minum obat teratur.

  Memberikan terapi sesuai instruksi dokter.

VI.  Evaluasi

  Ibu sudah mengerti tentang apa yang di anjurkan bidan.

  Ibu mau melaksanakan apa yang dianjurkan bidan

  Pembekakan pada payudara mulai berkurang.

Page 10: BAB I

5/7/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559abaa5b9cd9 10/10

 

10

BAB 1V

PENUTUP

1.  Kesimpulan

Ibu Misdawati sudah menjalani perawatan yang baik di RSCM Langsa dan di

  berikan terapi sesuai dengan instruksi dokter. Semua pasien yang baru di Sc atau

sebelum di Sc dilakukan pemasangan infuse dan menjaga personal hygiene dan vulva

hygiene sebelum dan setelah Sc terutama pada alat genetalia dan pada luka jahitan

akibat operasi. Karena jika tidak bersih masih banyak kuman bisa mengalibatkan

infeksi, bahkan lama masa penyembuhannya.

2.  Saran

a.  Ibu harus istirahat total tidak boleh banyak bergerak.

 b.  Bidan harus mengamati keadaan pasien.