BAB I

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Secara klinis terdapat 2 macam diabetes, DM tipe 1 yaitu Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan DM tipe 2 yaitu Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). DM tipe 1 adalah kekurangan insulin pankreas akibat destruksi autoimun sel B pankreas, berhubungan dengan HLA tertentu pada suatu kromosom 6 dan beberapa autoimunitas serologik dan cell mediated, DM yang berhubungan dengan malnutrisi dan berbagai penyebab lain yang menyebabkan kerusakan primer sel beta sehingga membutuhkan insulin dari luar untuk bertahan hidup. Infeksi virus pada atau dekat sebelum onset juga disebut-sebut berhubungan dengan pathogenesis diabetes. Diabetes tipe 2 tidak mempunyai hubungan dengan HLA, virus atau auto imunitas. Terjadi akibat resistensi insulin pada jaringan perifer yang diikuti produksi insulin sel beta pankreas yang cukup. DM tipe 2 sering memerlukan insulin tetapi tidak bergantung kepada insulin seumur hidup. Diagnosis DM didasarkan atas pemeriksaan kadar gula darah. Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dengan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala dan tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mereka yang tidak bergejala, yang mempunyai risiko DM. Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok dengan salah satu risiko DM sebagai berikut: 1.) Usia . 45 tahun, 2.)

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-

duanya. Secara klinis terdapat 2 macam diabetes, DM tipe 1 yaitu Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (IDDM) dan DM tipe 2 yaitu Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). DM tipe

1 adalah kekurangan insulin pankreas akibat destruksi autoimun sel B pankreas, berhubungan

dengan HLA tertentu pada suatu kromosom 6 dan beberapa autoimunitas serologik dan cell

mediated, DM yang berhubungan dengan malnutrisi dan berbagai penyebab lain yang

menyebabkan kerusakan primer sel beta sehingga membutuhkan insulin dari luar untuk

bertahan hidup. Infeksi virus pada atau dekat sebelum onset juga disebut-sebut berhubungan

dengan pathogenesis diabetes. Diabetes tipe 2 tidak mempunyai hubungan dengan HLA, virus

atau auto imunitas. Terjadi akibat resistensi insulin pada jaringan perifer yang diikuti produksi

insulin sel beta pankreas yang cukup. DM tipe 2 sering memerlukan insulin tetapi tidak

bergantung kepada insulin seumur hidup. Diagnosis DM didasarkan atas pemeriksaan kadar gula

darah. Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dengan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik

DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala dan tanda DM, sedangkan pemeriksaan

penyaring bertujuan untuk mereka yang tidak bergejala, yang mempunyai risiko DM.

Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok dengan salah satu risiko DM sebagai berikut:

1.) Usia . 45 tahun, 2.) Berat badan lebih: BBR >110% BB idaman atau IMT > 23 kg/m2, 3.)

Hipertensi >140/90 mmHg, 4.) Riwayat DM dalam garis keturunan, 5.) Riwayat abortus berulang,

melahirkan bayi cacat atau BB lahir bayi >4000 gram; 6.) Kolesterol HDL < 35 mg/dl dan atau

trigliserid > 250 mg/dl. Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas

berupa poliuria, polidipsi, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan

sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dapat dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan,

gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada pasien wanita. Jika

keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan

diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah

yang baru satu kali saja abnormal belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM.

Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik kadar

Page 2: BAB I

glukosa darah puasa > 126 mg/dl atau glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl pada hari lain atau

dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan >

200 mg/dl.

Terapi Modalitas diartikan sebagai suatu metode atau tehnik terapi dengan

menggunakan pendekatan secara spesifik yang didasarkan pada bangunan teori. Terapi

modalitas terdiri dari terapi kognitif, terapi seni, terapi kerja, terapi kelompok dan terapi

lingkungan, dan terapi kognitif perilaku (CBT-Cognitive Behavioral Therapy). Untuk itu

kelompok mengambil jurnal yang membahas tentang terapi kognitif perilaku (CBT-

Cognitive Behavioral Therapy) dengan judul “Cognitive Behavioral Therapy Reduces

Suicidal Ideation In Schizophrenia : Result From a Randomized Controlled Trial”.

B. Rumusan Masalah

Apakah kegunaan menganalisis jurnal faktor-faktor risisko pasien diabetes

mellitus?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor risiko pasien diabetes melitus

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya kualitas dan aplikabilitas dari jurnal “faktor-faktor risiko

pasien diabetes melitus”.

b. Diketahuinya analisis metodologi penelitian dari jurnal “ faktor-faktor

risiko pasien diabetes mellitus”.

c. Untuk membandingkan teori dan praktek dilapangan terkait jurnal “faktor-

faktor risiko pasien diabetes melitus”.

d. Untuk membahas atau mengetahui tekhnik sampling : inklusi dan eksklusi.

Page 3: BAB I

e. Untuk mengetahui hasil dari jurnal peneltian termasuk metode analisis

yang digunakan dari jurnal “ faktor-faktor risiko pasien diabetes mellitus”.

Page 4: BAB I

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

CA (Critical Appraissal) digunakan untuk mengkaji kualitas,” Applicability”, dan

pentingnya suatu bukti penelitian yang dapat diterapkan pada klien atau pasien. CA adalah

suatu proses secara teliti dan sistematis menganalisa kebenaran dan keaslian suatu

penelitian, nilai-nilai dan konteks-konteks penelitian yang relevan. CA Terapi adalah suatu

proses secara teliti dan sistematis menganalisa kebenaran dan keaslian suatu penelitian yang

berkaitan dengan suatu intervensi atau terapi serta nilai-nilai dan konteks-konteks penelitian

yang relevan.

B. Teori

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).

Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang

disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan

insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

Secara klinis terdapat 2 macam diabetes, DM tipe 1 yaitu Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (IDDM) dan DM tipe 2 yaitu Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(NIDDM). DM tipe 1 adalah kekurangan insulin pankreas akibat destruksi autoimun sel B

pankreas, berhubungan dengan HLA tertentu pada suatu kromosom 6 dan beberapa

autoimunitas serologik dan cell mediated, DM yang berhubungan dengan malnutrisi dan

berbagai penyebab lain yang menyebabkan kerusakan primer sel beta sehingga

membutuhkan insulin dari luar untuk bertahan hidup. Infeksi virus pada atau dekat sebelum

onset juga disebut-sebut berhubungan dengan pathogenesis diabetes. Diabetes tipe 2 tidak

mempunyai hubungan dengan HLA, virus atau auto imunitas. Terjadi akibat resistensi insulin

pada jaringan perifer yang diikuti produksi insulin sel beta pankreas yang cukup. DM tipe 2

sering memerlukan insulin tetapi tidak bergantung kepada insulin seumur hidup.

Page 5: BAB I

Adapun etiologi dari diabetes adalah sebagai berikut :

Diabetes tipe I:

a. Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.

b. Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.

Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th

Prevalensi DM pada lanjut usia cenderung meningkat, hal ini dikarenakan DM pada

lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik.1 Umur

ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiri dalam pengaruhnya terhadap

perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa. Umumnya pasien diabetes dewasa 90%

termasuk diabetes tipe 2. Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60

tahun. Untuk menentukan diabetes usia lanjut baru timbul pada saat tua, pendekatan selalu

dimulai dari anamnesis, yaitu tidak adanya gejala klasik seperti poliuri, polidipsi atau

polifagi. Demikian pula gejala komplikasi seperti neuropati, retinopati dan sebagainya,

umumnya bias dengan perubahan fisik karena proses menua, oleh karena itu memerlukan

Page 6: BAB I

konfirasi pemeriksaan fisik, kalau perlu pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik,

pasien diabetes yang timbul pada usia lanjut kebanyakan tidak ditemukan adanya kelainan-

kelainan yang sehubungan dengan diabetes seperti misalnya kaki diabetik, serta tumbuhnya

jamur pada tempat-tempat tertentu. Kriteria diagnosis DM dapat mengacu pada

rekomendasi ADA (American Diabetes Association) yang tidak menunjukkan adanya

pertimbangan spesifik umur. Diagnosis DM dibuat setelah dua kali pemeriksaan gula darah

puasa > 126 mg/dl (dengan sebelumnya puasa paling sedikit 8 jam). Pasien perlu dipastikan

tidak dalam kondisi infeksi aktif atau sakit akut dalam pemeriksaan ini. Atau gula darah acak

> 200 mg/dl dengan gejala-gejala diabetes. Pengukuran hemoglobin terglikosilasi (HbA1c )

tidak direkomendasikan sebagai alat diagnostik, tetapi dipakai secara luas untuk memantau

efektifitas pengobatan.

b. Obesitas

c. Riwayat keluargad. stress

Page 7: BAB I

BAB III

JURNAL PENELITIAN

Page 8: BAB I

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Analisis

1. Judul penelitian

Judul penelitian merupakan pencerminan dari tujuan penelitian. Oleh karena tujuan penelitian itu dirumuskan dari masalah penelitian, atau dengan kata lain, tujuan penelitian merupakanjawaban sementara dari pertanyaan-pertanyaan penelitian, maka judul penelitian itu mencerminkan masalah penelitian.

Secara umum, syarat judul yang baik adalah sebagai berikut :

a. Menarik minat peneliti

b. Mampu dilaksanakan oleh peneliti

c. Mengandung kegunaan praktis dan penting untuk diteliti

d. Tersedia cukup data

e. Hindari duplikasi dengan judul lain

f. Berisi variabel yang akan diteliti

g. Berupa kalimat pernyataan.

h. Jelas, singkat dan tepat

Judul dari jurnal ini adalah Faktor-faktor risiko pasien diabetes mellitus.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan rangkaian berfikir deduktif berdasarkan identifikasi

masalah yang telah dikumpulkan dari berbagai data empiris serta landasan teori yang

berkaitan dengan masalah yang hendak diteliti sehingga akhirnya dapat disimpulkan

menjadi sebuah pusat masalah. Dalam menuliskan rumusan masalah hendaknya memiliki

konsekuensi terhadap relevansi maksud dan tujuan dari penelitian, kegunaan penelitian,

metode penelitian. Penulisan rumusan masalah dapat berupa pernyataan masalah atau

juga dapat berupa pertanyaan masalah. Pernyataan masalah pada umumnya adalah hasil

identifikasi masalah yang ada berupa asumsi dasar dan nilai yang ada dalam penelitian

“faktor-faktor apa sajakah yang dapat menimbulkan terjadinya diabetes melitus?”

Page 9: BAB I

3. Tujuan

Tujuan penelitian adalah suatu indikasi ke arah mana, atau data(informasi) apa yang akan dicari melalui penelitian ituTujuan Umum :

Diketahuinya faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejaian diabetes melitus

Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan antara faktor umur dengan kejadian diabetes

mellitus

b. Diketahuinya hubungan antara riwayat keluaraga dengan diabetes mellitus

dengan kejadian diabetes mellitus

c. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan tentang diabetes mellitus

dengan kejadian diabetes mellitus

d. Diketahuinya hubungan antara pola makan dengan kejadian diabetes

mellitus

e. Diketahuinya hubungan antara tipe kepribadian dengan kejadian diabetes

melitus

4. Jenis Penelitian

Jenis penelitian menjelaskan penelitian yang diusulkan tersebut ke dalam jenis

atau metode yag mana tentang penelitian yang diusulkan tersebut.Jenis penelitian dari

jurnal penelitian ini adalah jenis penelitian analitik observasional adalah penelitian yang

dilakukan dengan mengobservasi faktor-faktor risisko yang ingin diteliti kemudian

dianalisis hubungan dari faktor-faktor tersebut kaitannya dengan suatu variabel.

5. Desain Penelitian

Desain yang penelitian yan digunakan dalam penelitian ini adalah desain

penelitian kasus control yaitu penelitian analitik observasional untuk mempelajari

hubungan antara penyakit DM dengan beberapa faktor risiko. Metode penelitian yang

digunakan oleh peneliti dalam jurnal penelitian ini sudah tepat, sebab tujuan dari

penelitian ini hanya untuk mengetahui hubungan beebrapa faktor (umur, riwayat

Page 10: BAB I

keluarga, pengetahuan tentang DM, pola makan, dan tipe kepribadian) terhadap kejadian

DM.

6. Sample

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini. dari hasil perhitungan diperoleh hasil bahwa jumlah sampel minimal yang diperoleh berdasarkan perhitungan adalah 79 orang untuk kelompok kasus dan 75 orang untuk kelompok control.

7. Tehnik Sampling

Teknik sampling tekning dalam pengambilan sampel sehingga sampel tersebut

sedapat mungkin mewakili populasinya.

Dalam jurnal penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling purposive

sampling yaitu suatu teknik pengambilan sample dengan menyesuaikan criteria tertentu

(inclusion criteria) berdasarkan tujuan penelitian, dari hasil perhitungan diperoleh hasil

bahwa jumlah sampel minimal yang diperoleh berdasarkan perhitungan adalah 79 orang

untuk kelompok kasus dan 75 orang untuk kelompok control.

8. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampe.

Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah :

1. Klien dengan diabetes mellitus

2. Berusia 21-79 tahun

3. Bersedia menjadi responden

4. Pasien bisa baca tulis

5. Pasien kelolaan

9. Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel.

Keriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :a. Menolak menjadi responden.

Page 11: BAB I

b. Pasien tidak bisa baca tulis

10. Hipotesis

Hiptesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian patokan uga,

atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini hipotesis yang tepat adalah :

f. Adanya hubungan antara faktor umur dengan kejadian diabetes mellitus

g. Adanya hubungan antara riwayat keluaraga dengan diabetes mellitus

dengan kejadian diabetes mellitus

h. Adanya hubungan antara pengetahuan tentang diabetes mellitus dengan

kejadian diabetes mellitus

i. Adanya hubungan antara pola makan dengan kejadian diabetes mellitus

j. Adanya hubungan antara tipe kepribadian dengan kejadian diabetes

melitus

11. Analisis Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan

mengubah data menjadi informasi. Dalam statistic, informasi yang diperoleh

dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis.

Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus di tempuh,

diantaranya:

1. Editing

Yang dimaksud dengan editing adalah mengkaji dan melihat data yang telah

terkumpul apakah sudah baik dan sudah dapat dipersiapkan untuk proses berikutnya.

Dalam hal ini adalah data terkumpul dan selanjutnya dilakukan pengecekan terhadap

angket apakah ada penulisan yang kurang jelas sehingga dapat mengganggu dalam

pengolahan data, bila ada penulisan yang kurang jelas maka perlu dilakukan

konfirmasi pada responden.

2. Coding

Page 12: BAB I

Yang dimaksud dengan coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari responden,

dan memberikan code pada masing-masing jawaban

3. Data entry

Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master

table atau database computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau

dengan dengan membuat table kontingensi.

4. Melakukan teknik analisis

Analisis data terhadap data penelitian dilakukan dengan menggunakan ilmu statistic

terapan yang sesuai.

Dalam penelitian ini analisa data menggunakan uji korelasi spearman rho

untuk melihat hubungan antar variabel.

12. Instrumen

Instrumen adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data.Dalam jurnal

penelitian ini peneliti menggunakan instrument kuesioner untuk mengukur usia, riwayat

keluarga dan pola makan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sudah tepat.

2. Analisa Hasil Penelitian

1. Analisis terhadap variabel usia, gambaran kisaran usia pada kelompok kasus adalah 54,95

tahun, sedangkan pada kelompok kasus adalah 45,35 tahun, dengan demikian sebagian

besar subjek penelitian sebagaian besar berada pada usia lebih dari 45 tahun dilihat dari

presentasinya bahwa pada kelompok kasus sebesar 88,61% dan kelompok control

54,67%, secara statistic dengan menggunakan rumus spearman’s rho terdapat hubungan

yang bermakna antara umur dengan kejadian DM (p = 0,000), adapun perhitungannya

odds rationya adalah sebagai berikut :

OR = AD = 70.34 = 6,45

BC 41.9

Sehingga probabilitas kejadian DM usia <45 tahun berbanding usia >45tahun adalah 1:6

Dari perhitungan population attributable risk (PAR) diperoleh hasil bahwa 84% kasus

DM dapat dicegah dengan memperhatikan faktor risiko umur.

2. analisis terhadap riwayat keluarga, secara statistic dengan menggunakan rumus

spearman’s rho terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga menderita DM

Page 13: BAB I

dengan kejadian DM (p = 0,001), adapun perhitungannya odds rationya adalah sebagai

berikut:

OR = AD = 31.64 = 1984 = 3,7

BC 11.48 528

Sehingga probabilitas kejadian DM pada orang yang tidak memiliki riwayat keluarga DM

berbanding dengan yang memiliki riwayat DM adalah 1 : 4, dan perhitungan population

attributable risk (PAR) diperoleh nilai sebesar 0,73 yang artinya sebesar 73% dapat

dicegah dengan memperhatikan faktor risiko adanya riwayat keluarga menderita DM

3. Analisis terhadap pengetahuan, secara statistic dengan menggunakan rumus spearman’s

rho diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

kejadian DM (p = 0,000), adapun perhitungan odds rationya adalah sebagai berikut :

OR = AD = 4.51 = 204 = 0,13

BC 24.75 1800

Jadi probabilitas terjadinya DM pada orang dengan pengetahuan yang baik terhadap DM

dengan pengetahuan yang kurang adalah 0:1, sedangkan dari nilai population attributable

risk diperoleh hasil -6,7 yang berarti bahwa pengetahuan hanyalah sebagai faktor

protektif, didalam penelitian ini telah dijelaskan bahwa bias yang terjadi pada variabel ini

cukup tinggi sebab, pasien yang sudah mengalami DM biasanya akan jauh lebih paham

tentang penyakit DM karena mereka sudah mengalaminya sendiri.

4. Analisis terhadap pola makan

OR = AD = 68.11 = 748 = 1,06

BC 64.11 704

Jadi probabilitas untuk kejadian DM pada orang dengan pola makan tidak sehat

berbanding dengan pola makan sehat adalah sama 1:1, sehingga diketahui bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna secara statistic antara pola makan dengan kejadian

DM (0,896).sedangkan diperoleh dari nilai population attributable risk (PAR) hasilnya

adalah 0,06 yang berarti sekitar 6% kasus DM dapat dicegah dengan menghilangkan

faktor risiko adanya pola makan yang sehat.

5. Analisis terhadap pola kepribadian, berdasarkan perhitungan secara statistic dengan

menggunakan spearman rho diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna

Page 14: BAB I

antara pola kepribadian dengan kejadian DM (p=0,479), dari perhitungan odds ratio

diperoleh hasil sebagai berikut :

OR = AD = 32.74 = 2368 = 50,4

BC 47.1 47

Dapat disimpulkan bahwa probabilitas terjadinya DM pada orang dengan tipe

kepribadian A/B dan B dan A adalah 1:50, dari perhitungan PAR nya diperoleh hasil

0,98, yang berarti sekitar 98% kasus DM dapat dicegah dengan menghilangkan faktor

risisko adanya pola kepribadian tipe A.

Analisa PICO

P : Masyarakat yang menderita DM yang dirawat di RSUD Arifin Achmad Provinsi

Riau. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah sebesar 154 pasien yang

dirawat di rumah sakit umum daerah Arifin Achmad Provinsi Riau, dengan

kelompok kasus sebanyak 79 orang dan kelompok control sebanyak 74 orang.

I : Pada setiap sampel dari penelitian ini tidak dilakukan intervensi tertentu pada

kasus dan control karena penelitian ini merupakan penelitian analitik

observasional dimana hanya ingin mengetahui hubungan antara penyakit DM

dengan beberapa faktor risisko.

C : Membandingkan kekerapan paparan faktor risiko umur, riwayat keluarga,

pengetahuan, pola makan, dan pola kepribadian pada kelompok kasus dan

kelompok control.

O : hasil yang diperoleh dari penelitian pada jurnal adalah ada hubungan yeng

bermakna antara umur dengan kejadian DM,dengan nilai probabilitas lebih kurang

1:6 dengan asumsi kasus DM dapat dicegah sebesar 84% dengan memperhatikan

faktor umur.ada hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga menderita DM

dengan kejadian DM, dengan nilai probabilitas untuk terjadinya DM pada orang

dengan tidak ada riwayat keluarga menderita DM dan ada riwayat keluarga adalah

1:4, dengan asumsi 73% kasus DM dapat dicegah dengan memperhatikan faktor

risiko adanya riwayat keluarga menderita DM. adanya hubungan yang bermakana

antara pengetahuan tentang DM dengan kejadian DM, asumsi probabilitasnya

adalah terjadinya DM pada orang dengan pengetahuan DM baik dengan

Page 15: BAB I

pengetahuan kurang baik adalah 1:0, dengan nilai PAR -6,7(pengetahuan sebagai

faktor protektif). Tidak ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan

kejadian DM, dengan asumsi probabilitas adalah untuk kejadian DM pada orang

dengan pola makan sehat dan dengan orang pola makan tidak sehat adalah 1:1,

dan 6% kasus dapat dicegah dengan memperhatikan pola makan yang sehat.

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola kepribadian dengan kejadian

DM, asumsi probabilitas kejadian DM pada orang dengan tipe kepribadian A/b

dan B dan A adalah 1:50, 98% kejadian DM dapat dicegah dengan menghilangkan

faktor risiko adanya pola kepribadian tipe A

Page 16: BAB I

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari analisa yang telah dilakukan oleh kelompok maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Bahwa jurnal tentang judul ini “faktor-faktor risisko pasien diabetes melitus”. sudah

berkualitas.

2. Faktor-faktor risiko yang telah dikemukakan pada jurnal “faktor-faktor risiko pasien

diabetes mellitus” dapat digunakan untuk mencegah timbulnya kejadian diabetes

mellitus di Indonesia.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa lebih memahami tentang analisis jurnal dengan

Critical Apraissal (CA), terutama tentang Critical Apraissal (CA) etiology .

2. Bagi Perawat

Diharapkan perawat terus mampu meningkatkan pengetahuannya melalui

jurnal dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan menerapkan hasil dari

jurnal-jurnal terbaru yang telah dianalisis dengan critical Apraissal (CA).

3. Bagi Dunia Keperawatan

Diharapkan jurnal ini dapat terus ditingkatkan kekurangannya sehingga

dapat menambah pengetahuan yang lebih baik bagi dunia keperawatan, serta dapat

diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi

Page 17: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo,T. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Gulo,W. 2010. Metodelogi Penelitian. Grasindo. Jakarta

Ikram, A. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga. FKUI. Jakarta

Smeltzer, Dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih

bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. EGC. jakarta