Bab I
Click here to load reader
-
Upload
panji-pandu-sukma -
Category
Documents
-
view
302 -
download
0
Transcript of Bab I
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sayuran merupakan komoditi yang berprospek cerah, karena dibutuhkan
sehari hari dan permintaannya cenderung terus meningkat. Sebagaimana jenis
tanaman hortikultura lainnya, kebanyakan tanaman sayuran mempunyai nilai
komersial yang cukup tinggi. Kenyataan ini dapat dipahami sebab sayuran
senantiasa dikonsumsi setiap saat .
Selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman hortikultura yang
mempunyai nila gizi yang tinggi karena banyak mengandung vitamin A dan C
serta banyak mengandung unsur Ca dan P (Ashari, 1995). Adapun kandungan gizi
selada dapat kita lihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Kandungan Gizi Selada dalam 100 g SeladaNilai Gizi Komposisi
Kalori 15,00 kaloriProtein 1,20 gLemak 0,20 gKarbohidrat 2,90 gKalsium 22,00 mgFosfor 25,00 mgZat besi 0,50 mgVitamin A 540,00 SIVitamin B1 0,04 mgVitamin C 8,00 mgAir 94,80 g
Sumber : Food and Nutrition Research Centre. Handbook No. 1 Manila (1964)dalam Rahmat Rukmana (1994).
Selada yang mulai dibudidayakan dan dikembangkan saat ini adalah jenis
Crisphead lettuce atau selada krop. Disebut selada krop karena daunnya akan
bertangkup dan membentuk krop pada saat dewasa. Bagian krop inilah yang akan
1
2
dipanen dan dikonsumsi sebagai sayur atau lalap. Tanaman pada saat muda
memiliki daun yang bergelombang, tetapi selanjutnya akan membentuk krop
(Pranowo, 2009).
Di Indonesia selada belum membudaya pengembangannya tetapi prospek
ekonominya cukup cerah. Permintaan terhadap komoditas selada terus meningkat,
antara lain berasal dari pasar swalayan, restauran t-restaurant besar (Fast Food
Eropa dan Cina), hotal-hotel berbintang di kota-kota besar, serta konsumen dari
luar negeri yang menetap di Indonesia, s ehingga perlu adanya upaya peningkatan
produksi selada baik secara kuantitas maupun ku alitas melalui teknik budidaya
yang baik. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi
adalah masalah kesuburan tanah. Seperti halnya tanaman sayuran lainnya ,
tanaman selada memerlukan pemupukan yang bertujuan untuk menambah
ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan ole h tanaman,
Berdasarkan hasil analisis tanah sebelum percobaan, tanah yang digunakan
dalam penelitian ini termasuk ordo tanah Andisol (Balitsa) . Secara umum unsur
hara yang terdapat di dalamnya sudah cukup tinggi, namun kandungan unsur
nitrogen (N-total = 0,02), (Ca = 1,86), (Mg = 0,23), (Na = 0,14) sangat rendah,
dengan pH tanah masam (4,8). Kondisi tersebut dapat menghambat pertunbuh an
tanaman, padahal untuk pertum buhan selada yang baik dibutuhkan kondisi tanah
yang kaya akan nitrogen, bahan organic, dan pH yang netral. Akibat orientasi
tersebut perlu adanya penambahan unsur hara sampai batas-batas tertentu yang
masih menguntungkan secara ekonomis juga ramah terhadap lingkungan.
3
Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari
alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkand ung secara alami
(Musnamar, 2006). Peranan pupuk organik sangat besar dalam meningkatkan
kesuburan tanah, dan akan menentukan pr oduktivitas tanah. Peranan pupuk
organik tidak hanya berperan dalam penyediaan hara tanaman saja, namun yang
jauh lebih penting pupuk organik berperan terhadap perbaikan sifat fisik , pH
tanah, kapasiatas tukar kation, menetralisasi unsur yang meracuni tanaman atau
menghambat penyediaan hara seperti Fe, Al, Mn dan logam berat lainnya
termasuk menetralisasi terhadap insekti sida. Pupuk organik berperan dalam
memperbaiki struktur tanah melaui agregasi dan aerasi tanah, memperbaiki
kapasitas menahan air, mempermudah pengolahan tanah dan mening katkan
ketahanan tanah terhadap erosi. Pupuk organik juga berperan meningkatkan
aktivitas mikrobia dalam tanah . Dari hasil aktivitas mikrobia tersebut akan
terlepas berbagai zat pengatur tumbuh, dan vitamin yang akan berdampak positip
bagi pertumbuhan tanaman.
Saat ini ada beberapa jenis pupuk organik sebagai pupuk alam .
Berdasarkan bahan dasarnya, yaitu pupuk kandang, kascing, kompos, humus,
pupuk hijau, dan pupuk mikroba (Musnamar, 2006). Ditinjau dari bentuknya ada
pupuk organik cair dan ada pupuk organik padat.
Kascing yaitu tanah bekas pemeliharaan cacing. Kascing m erupakan
produk samping dari budidaya cacing t anah berupa pupuk organik yang sangat
cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapa t meningkatkan kesuburan tanah
dan akan menjaga produktivitas tanah. Kascing mengandung berbagai bahan yang
4
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu hormon seperti giberellin, sitokinin
dan auxin, mengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta Azotobacter sp
yang merupakan bakteri penambat N non -simbiotik yang akan membantu
memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman (Krishnawati, 2003). Pupuk
kascing memiliki keunggulan dibandingk an dengan pupuk organik lainnya. Pupuk
kascing memiliki kemampuan untuk mengikat air dan unsur hara tanah lebih
tinggi dibanding pupuk kompos lainnya, pupuk kascing mengandung enzim yang
membantu dalam proses sintesis nutrisi dalam kascing, sehingga dapat langsung
terserap oleh tanaman, mengandung mikroba tanah yang berguna meningkatkan
kesehatan tanah dan tanaman, juga menjadi sumber nutrisi bagi mikroba tanah.
Jumlah pupuk organik (pupuk kandang) yang dibutuhkan dalam sistem
produksi pertanian cukup banyak. Untuk itu perlu adanya suatu upaya untuk
meningkatkan kandungan hara pada pupuk kandang, dengan mengolahnya
menjadi pupuk organik cair. Pupuk organik cair adalah pupuk organik berbentuk
cairan. Pupuk cair umumnya hasil ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan
dengan pelarut seperti air, alkohol, atau minyak (Musnamar, 2006). Pupuk cair
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk cair kotoran ayam (biokultur).
Menyadari dampak negatif pada tanah dari pertanian yang diakibatkan
oleh penggunaan pupuk kimia yang terus menerus , maka berkembanglah pada
akhir-akhir ini konsep pertanian organik, yang salah satu langkah untuk
pemeliharaan kesuburan tanahnya, adalah dengan penggunaan kembali pupuk
organik. Walaupun penggunaan pupuk organik sudah bukan bahan yang baru lagi,
namun mengingat betapa pentingnya pupuk organik dalam menunjang
5
produktivitas tanaman dan sekaligus mempert ahankan kondisi lahan yang
produktif dan berkelanjutan. Maka penelitian mengenai pengaruh kombinasi dosis
pupuk kascing dan dosis pupuk cair kotoran ayam terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman selada Varietas Brando perlu dilakukan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang , dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut :
1. Apakah kombinasi dosis pupuk kascing dan pupuk cair kotoran ayam
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada.
2. Kombinasi dosis pupuk kascing dan pupuk cair kotoran ayam manakah
yang berpengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
selada.
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pengaruh kombinasi dosis pupuk
kascing dan pupuk cair kotoran ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
selada.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber informasi bagi
masyarakat luas khususnya bagi petani mengenai penggunaan pupuk kascing dan
pupuk cair kotoran ayam yang tepat, sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam usaha peningkatan hasil tanaman selada.
6
1.4 Kerangka Pemikiran
Dalam teknik budidaya tanaman sayuran, harus diperhatikan faktor-faktor
yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhannya, salah satunya adalah
faktor tanah. Tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman, juga merupakan
suatu bentuk ekosistem dinamis yang tersusun atas berbagai komponen penting
seperti air, unsur mineral, bahan organik , mikroorganisme serta udara.
Keinginan untuk mendapatkan hasil lebih tinggi agar diperoleh
keuntungan maksimal mendoron g tindakan campur tangan manusia, sehingga
tanaman harus tumbuh lebih baik dan memberikan hasil lebih banyak dengan
kualitas lebih tinggi. Akibat orientasi tersebut penambahan unsur hara harus
dilakukan sampai batas-batas tertentu yang masih menguntungkan secara
ekonomis. Di Indonesia, sejak tahun 1968 terjadi peningkatan kebutuhan pupuk
buatan secara tajam. Penggunaan pupuk buatan berkonsentrasi tinggi yang tidak
proporsional, akan berdampak pada penimpangan status hara dalam tanah
(Notohadiprawiro, 1989), sehingga akan memungkinkan terjadinya kekahatan
hara lain. Selain itu, akan berdampak pada penyusutan kandungan bahan organik
tanah yang mengakibatkan penurunan kualitas dan kesehatan tanah.
Memahami tentang keberhasilan pemupukan, menurut Lingga (1995)
perlu menguasai tiga hal yang berkaitan dengan pemupukan, yaitu : tanah,
tanaman dan pupuk. Beberapa faktor pada tanah yang dapat mempengaruhi
kesuburan tanaman adalah struktur tanah, pH dan kelengkapan hara. Faktor
tanaman berhubungan dengan kemampuan men yerap hara secara maksimal dan
mengekspresikanya secara maksimal pula. Penentu keberhasilan pemupukan
7
adalah dosis dan jenis pupuk yang diaplikasikanya , sehingga dengan demikian
kebutuhan tanaman akan pupuk dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat.
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri
atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan hewan yang telah melalui
proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk menyuplai
bahan organik dalam tanah. Pupuk organik di samping berpengaruh terhadap
pasokan hara tanah juga tidak kalah pentingnya berpengaruh terhadap sifat fisik,
biologi dan kimia tanah lainnya. Keadaa n fisik tanah yang baik dapat menjamin
pertumbuhan akar tanaman dan sebagai tempat aerasi tanah yang baik. Peran
pupuk organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi : struktur,
konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak kalah penting adalah
peningkatan ketahanan terhadap erosi.
Pupuk organik merupakan salah satu baha n pembentuk agregat tanah,
yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu
menjadi agregat tanah, sehingga pupuk organik penting dalam pembentukan
struktur tanah. Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap struktur tanah sanga t
berkaitan dengan tekstur tanah yang diperlakukan. Pada tana h yang banyak
mengandung pasir pupuk organik dapat diharapkan merubah struktur tanah dari
berbutir tunggal menjadi bentuk gumpal, sehingga meningkatkan derajat struktur
dan ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari halus menjadi sed ang
atau kasar (Scholes et al., 1994).
Pengaruh penambahan pupuk organik terhadap pH tanah dapat
meningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan pupuk
8
organik yang kita tambahkan dan jenis tanahnya. Penambahan pupuk organik
yang belum masak (misal pupuk hijau) atau pupuk organik yang masih
mengalami proses dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH
tanah, karena selama proses dekomposisi akan melepaskan asam -asam organik
yang menyebabkan menurunnya pH tanah. Namun apabila diberikan pada tanah
yang masam dengan kandungan Al tertukar tinggi, akan menyebabkan
peningkatan pH tanah, karena asam -asam organik hasil dekomposisi akan
mengikat Al membentuk senyawa komplek, sehingga Al-tidak terhidrolisis lagi.
Menurut (Suntoro, 2001; Cahyani , 1996; dan Dewi, 1996). bahwa
penambahan pupuk organik pada tanah masam, antara lain inseptisol, ultisol dan
andisol mampu meningkatkan pH tanah dan mampu menurunkan Al tertukar
tanah. Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita
tambahkan telah terdekomposisi lanjut ( matang), karena bahan organik yang telah
termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation -kation basa.
Peran pupuk organik terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas
dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses pero mbakan
bahan organik. Dalam proses mineralisasi , bahan organik sumber nitrogen
(protein) pertama-tama akan mengalami peruraian menjadi asam -asam amino
yang dikenal dengan proses aminisasi, yang selanjutnya oleh sejumlah besar
mikrobia heterotrofik mengura i menjadi amonium yang dikenal sebagai proses
amonifikasi. Amonifikasi ini dapat berlangsung hampir pada setiap keadaan,
sehingga amonium dapat merupakan bentuk nitrogen anorganik (mineral) yang
utama dalam tanah (Tisdel dan Nelson, 1974). Amonium dapat se cara langsung
9
diserap dan digunakan tanaman untuk pertumbuhannya, atau oleh mikroorganisme
untuk segera dioksidasi menjadi nitrat yang disebut dengan proses nitrifikasi.
Nitrifikasi adalah proses bertahap yaitu proses nitritasi yang dilakukan oleh
bakteri Nitrosomonas dengan menghasilkan nitrit, yang segera diikuti oleh proses
oksidasi berikutnya menjadi nitrat yang dilakukan oleh bakteri Nitrobacter yang
disebut dengan nitratasi. Nitrat merupakan hasil proses mineralisasi yang banyak
disukai atau diserap oleh sebagian besar tanaman budidaya. Namun nitrat ini
mudah tercuci melalui air drainase dan menguap ke atmosfer dalam bentuk gas
(pada drainase buruk dan aerasi terbatas) (Killham, 1994).
Menurut Musnamar (2006) penambahan kascing pada media tanaman
akan mempercepat pertumbuhan, meningkatkan tinggi dan bobot tanaman. Jumlah
optimal kascing yang dibutuhkan untuk mendapa tkan hasil positif hanya 10% -
20% dari volume media tanam. Kascing mempunyai struktur remah, sehingga
dapat mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah (Masnur, 2001). Pemberian
kascing pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah, struktur tanah, porositas,
permeabilitas, dan meningkatkan kemampuan untuk menahan air. Di samping itu
kascing dapat memperbaiki sifat kimia tanah seperti meningkatkan kemampuan
untuk menyerap kation sebagai sumber hara makro dan mikro, meningkatkan pH
pada tanah asam dan sebagainya (Nick, 2008).
Selain mampu menyumbangkan unsur hara, menurut Mulat (2003) kascing
juga mengandung banyak mikroba da n hormon perangsang pertumbuhan
tanaman, seperti giberelin 2,75%, sit okinin 1,05% dan auksin 3,80%. Jumlah
mikroba yang banyak dan aktifitasnya yang tinggi bisa mempercepat mineralisasi
10
atau pelepasan unsur-unsur hara dari kotoran cacing menjadi bentuk yang tersedia
bagi tanaman.
Menurut hasil penelitian Sylvia Fransisca (2009) pemberian pupuk kascing
dan pupuk organik cair meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sawi. Hal
ini diduga karena kascing mengandung asam humat yang berperan terhadap
sejumlah reaksi kompleks baik secara langsung maupun ti dak langsung yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian Irawan (2005)
pemberian pupuk kascing berpengaruh terhadap jumlah daun, tinggi tanaman,
bobot basah dan bobot kering tanaman selada. Penambahan pupuk kascing ke
dalam media tanam diduga dapat meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman,
sehingga mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Musnamar (2006) yang menyatakan bahwa kascing
mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman.
Menurut hasil penelitian Deli (2010) pemberian pupuk kascing pada dosis
300 g polybag-1 dan pupuk organik cair dengan konsentrasi 2 ml L -1 berpengaruh
meningkatkan tinggi tanamn, jumlah klorofil, dan produksi tanaman selada. Hal
ini diduga karena pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair dapat
membuat tanah menjadi subur dan gembur sehingga akar tanaman dapat
menyerap hara dengan mudah. Dengan tercukupinya unsur hara, maka proses
pertumbuhan tanaman tidak akan terganggu. Hal ini diperkuat oleh hasil
penelitian Nurmawati (2000) bahwa pemberian kascing pada tanaman selada
dapat meningkatkan hasil. Pemberian pupuk organik cair mampu meningkatkan
status unsur nitrogen dari sangat rendah menjadi tinggi. Hal ini senada dengan
11
penyataan Jones cit. Engelstad (1997), bahwa hasil analisis jaringan daun dengan
kategori hara tinggi untuk unsur nitrogen dapat menghasilkan persentase hasil
maksimum pada tanaman sayuran.
Pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair harus memperhatikan
dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Dari beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran, dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
1. Kombinasi dosis pupuk kascing dan pupuk cair kotoran ayam berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada.
2. Terdapat salah satu kombinasi dosis pupuk kascing dan pupuk cair kotoran
ayam yang berpengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman selada.