BAB I

27
BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara adalah tumor maligna yang paling sering dijumpai pada wanita di seluruh dunia (Kim, 2009). Pada tahun 2009, sekitar 192.370 wanita Amerika didiagnosis dengan kanker payudara dan diperkirakan sebanyak 40.170 orang meninggal karena penyakit ini (Khan, 2010). Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker dengan insidens tertinggi no.2 dan terdapat kecenderungan jumlah kasusnya meningkat dari tahun ke tahun. Diperkirakan di Indonesia mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru pertahun (Peraboi, 2003). Kanker payudara dikenal sebagai penyakit yang heterogen, dengan karakteristik morfologi dan klinis yang bervariasi (Rakha et al, 2007). Dari pemeriksaan imunohistokimia dapat diketahui bahwa kanker payudara memiliki beberapa jenis reseptor, yaitu reseptor estrogen (ER), reseptor progesteron (PR), dan, human epidermal growth factor receptor-2 (HER2). Triple-Negative Breast Cancer kurang memiliki ekspresi dari reseptor estrogen (ER), reseptor progesteron (PR), dan tidak kelebihan ekspresi dari protein human epidermal growth factor receptor-2 (HER2) (Khan, 2010). Triple-Negative Breast Cancer bertanggung jawab atas 15% dari semua karsinoma mamma (Stead, 2009). Kanker ini lebih sering ditemukan pada wanita keturunan Afrika-Amerika dibandingkan dengan wanita kulit putih (Stead, 2009), dan wanita-wanita usia lebih muda (< 1

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker payudara adalah tumor maligna yang paling sering dijumpai pada wanita di seluruh

dunia (Kim, 2009). Pada tahun 2009, sekitar 192.370 wanita Amerika didiagnosis dengan kanker

payudara dan diperkirakan sebanyak 40.170 orang meninggal karena penyakit ini (Khan, 2010).

Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker dengan insidens tertinggi no.2 dan terdapat

kecenderungan jumlah kasusnya meningkat dari tahun ke tahun. Diperkirakan di Indonesia

mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru pertahun (Peraboi, 2003).

Kanker payudara dikenal sebagai penyakit yang heterogen, dengan karakteristik

morfologi dan klinis yang bervariasi (Rakha et al, 2007). Dari pemeriksaan imunohistokimia

dapat diketahui bahwa kanker payudara memiliki beberapa jenis reseptor, yaitu reseptor estrogen

(ER), reseptor progesteron (PR), dan, human epidermal growth factor receptor-2 (HER2).

Triple-Negative Breast Cancer kurang memiliki ekspresi dari reseptor estrogen (ER), reseptor

progesteron (PR), dan tidak kelebihan ekspresi dari protein human epidermal growth factor

receptor-2 (HER2) (Khan, 2010).

Triple-Negative Breast Cancer bertanggung jawab atas 15% dari semua karsinoma

mamma (Stead, 2009). Kanker ini lebih sering ditemukan pada wanita keturunan Afrika-

Amerika dibandingkan dengan wanita kulit putih (Stead, 2009), dan wanita-wanita usia lebih

muda (< 50 tahun) (Dolle, 2009). Pada kanker ini juga ditemukan pasien-pasien dengan mutasi

BRCA1 (Zhou, 2010).

Triple-Negative Breast Cancer diketahui memiliki sifat yang lebih agresif (Dolle, 2009),

kecenderungan untuk kambuh lebih besar (Zhou, 2010), kurangnya pilihan terapi (Khan, 2010),

dan prognosis yang lebih buruk (Zhou, 2010). Para peneliti saat ini sedang gencar melakukan

penelitian tentang faktor prognostik dan strategi terapi untuk Triple-Negative Breast Cancer.

BAB II

1

Page 2: BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Kanker Payudara

1.1.1. Klasifikasi Histologi WHO

Untuk kanker payudara dipakai klasifikasi histologi berdasarkan :

- WHO Histological Classification on Breast Tumors

Malignant (Carcinoma)

- Non invasive carcinoma

o Non invasive ductal carcinoma

o Lobular carcinoma in situ

- Invasive carcinoma

o Invasive ductal carcinoma

Papillobular carcinoma

Solid-tubular carcinoma

Scirrhous carcinoma

o Special types

Mucinous carcinoma

Medullary carcinoma

Invasive lobular carcinoma

Adenoid cystic carcinoma

Squamous cell carcinoma

Spindle cell carcinoma

Apocrine carcinoma

Carcinoma with cartillagenous and or osseous metaplasia

Tubular carcinoma

Secretory carcinoma

Others

o Paget’s Disease

2

Page 3: BAB I

Seluruh kanker payudara kecuali tipe medulare harus dibuat gradasi histologisnya. Sistem

gradasi histologist yang direkomendasikan adalah menurut “The Nottingham combined

histologic grade”. Gradasinya adalah menurut sebagai berikut:

Gx : grading tidak dapat dinilai

G1 : low grade (rendah)

G2 : intermediate grade (sedang)

G3 : high grade (tinggi)

1.1.2. Klasifikasi Stadium TNM (UICC/AJCC) 2006

Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan TNM sistem dari UICC/AJCC

tahun 2006 adalah sebagai berikut:

T = ukuran tumor primer

TX : tumor primer tidak bisa diperiksa

T0 : tidak ada bukti tumor primer

Tis : Karsinoma in situ

Tis (DCIS) : Ductal carcinoma in situ

Tis (LCIS) : Lobular carcinoma in situ

Tis (Paget) : Penyakit Paget pada puting susu tanpa disertai massa tumor

T1 : tumor ukuran 2cm (3/4 inchi) atau kurang

T1mic : mikroinvasi 0,1 cm atau kurang

T1a : tumor ukuran > 0,1 cm tapi kurang dari 0,5 cm

T1b : tumor ukuran > 0,5 cm tapi kurang dari 1 cm

T1c : tumor ukuran >1 cm tapi kurang dari 2 cm

T2 : tumor ukuran lebih dari 2 cm tapi kurang dari 5 cm (2 inchi)

T3 : tumor ukuran lebih dari 5 cm

T4 : tumor dengan ukuran berapapun yang tumbuh di dalam dinding

dada atau kulit.

T4a : ekstensi ke dinding dada, tanpa mengikutsertakan otot pektoralis

T4b : edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara,

atau nodul satelit pada kulit payudara.

3

Page 4: BAB I

T4c : T4a ditambah T4b

T4d : Inflamatory breast cancer

N = Kelenjar getah bening regional

NX : KGB regional tidak bisa diperiksa (telah diambil sebelumnya)

N0 : kanker tidak menyebar ke kelenjar getah bening terdekat

N1 : kanker telah menyebar 1 sampai 3 kelenjar getah bening axillary

atau sebagian kecil kanker ditemukan pada kelenjar getah bening

internal mammary pada biopsi kelenjar getah bening sentinel

N2 : kanker telah menyebar 4 sampai 9 kelenjar getah bening axillary

atau kanker telah membesar pada kelenjar getah bening internal

mammary

N3 : salah satu dari kriteria dibawah ini:

o Kanker telah menyebar 10 atau lebih kelenjar getah bening axillary

o Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di bawah klavikula

(tulang collar)

o Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di atas klavikula

o Kanker telah melibatkan kelenjar getah bening axillary dan membesar

pada kelenjar getah bening internal mammary

o Kanker telah melibatkan 4 atau lebih kelenjar getah bening axillary atau

sebagian kecil kanker ditemukan pada kelenjar getah bening internal

mammary pada biopsi sentinel.

Metastasis (M)

MX : adanya penyebaran jauh tidak bisa diperiksa

M0 : tidak ada penyebaran jarak jauh

M1 : penyebaran ke organ jauh ada

Setelah kategori T, N dan M ditentukan maka informasi ini akan digabung untuk proses

dinamakan pengelompokan stadium (stage grouping). Kanker dengan stadium yang sama

4

Page 5: BAB I

cenderung memiliki prognosis sama dan sering diterapi sama. Stadium ditulis dengan angka

romawi dari I sampai IV. Kanker non invasif ditulis stadium 0.

Tabel 2.1 Pengelompokkan stadium kanker payudara

Sumber: UICC/AJCC, 2006

Stadium Tumor primer (T) Kelenjar getah bening (N) Metastasis (M)

0 Tis N0 M0

I T1 N0 M0

IIa T0 N1 M0

IIa T1 N1 M0

IIa T2 N0 M0

IIb T2 N1 M0

IIb T3 N0 M0

IIIa T0 N2 M0

IIIa T1 N2 M0

IIIa T2 N2 M0

IIIa T3 N1 M0

IIIa T3 N2 M0

IIIb T4 N0 M0

IIIb T4 N1 M0

IIIb T4 N2 M0

IIIc Salah satu dari T N3 M0

5

Page 6: BAB I

IV Salah satu dari T Salah satu dari N M1

1.1.3. Prosedur Diagnostik

1.1.3.1. Pemeriksaan Klinis

Anamnesis:

a. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya

a. Benjolan

b. Kecepatan tumbuh

c. Rasa sakit

d. Nipple discharge

e. Nipple retraksi dan sejak kapan

f. Krusta pada areola

g. Kelainan kulit: dimpling, peau d’orange, ulserasi, venektasi

h. Perubahan warna kulit

i. Benjolan ketiak

j. Edema lengan

b. Keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastatis, al:

a. Nyeri tulang (vertebra, femur)

b. Rasa penuh di ulu hati

c. Batuk

d. Sesak

e. Sakit kepala hebat, dll

c. Faktor-faktor risiko:

a. Usia penderita

b. Usia melahirkan anak pertama

c. Punya anak atau tidak

d. Riwayat menyusui

e. Riwayat menstruasi

6

Page 7: BAB I

i. Menstruasi pertama pada usia berapa

ii. Keteraturan siklus menstruasi

iii. Menopause pada usia berapa

f. Riwayat pemakaian obat hormonal

g. Riwayat keluarga sehubungan dengan kanker payudara atau

kanker lain

h. Riwayat pernah operasi tumor payudara atau tumor

ginekologik

i. Riwayat radiasi dinding dada

Pemeriksaan Fisik

a. Status generalis, cantumkan performance status

b. Status lokalis :

a. Payudara kanan dan kiri harus diperiksa

b. Massa tumor :

i. Lokasi

ii. Ukuran

iii. Konsistensi

iv. Permukaan

v. Bentuk dan batas tumor

vi. Jumlah tumor

vii. Terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar payudara, kulit,

m.pektoralis dan dinding dada

c. Perubahan kulit

i. Kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit

ii. Peau d’orange, ulserasi

d. Nipple

i. Tertarik

ii. Erosi

iii. Krusta

iv. Discharge

7

Page 8: BAB I

e. Status kelenjar getah bening

i. KGB aksila : jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir satu

sama lain atau jaringan sekitar

ii. KGB infra klavikula : idem

iii. KGB supraklavikula : idem

f. Pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasis

i. Lokasi organ (paru, tulang, hepar, otak)

1.1.3.2. Pemeriksaan Radiodiagnostik/pencitraan

a. Diharuskan (disarankan)

a. USG payudara dan mamografi untuk tumor Φ 3 cm

b. Foto toraks

c. USG abdomen (hepar)

b. Atas indikasi

a. Bone scanning atau dan bone survey (bilamana sitologi dan atau

klinis sangat mencurigai pada lesi › 5 cm.

b. CT scan

1.1.3.3. Pemeriksaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus – sitologi

Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologis curiga ganas.

Namun sebagai catatan, pemeriksaan ini belum merupakan Gold Standard.

Bila mampu, dianjurkan untuk diperiksa triple diagnostic.

1.1.3.4. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)

Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau

parafin. Bahan pemeriksaan histopatologi diambil melalui:

a. Core biopsy

b. Biopsi eksisional untuk tumor ukuran ‹ 3 cm

c. Biopsi insisional untuk tumor :

a. Operabel ukuran › 3 cm sebelum operasi definitif

8

Page 9: BAB I

b. Inoperabel

d. Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan KGB

e. Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, HER2, cathepsin-D, p53.

1.1.3.5. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai

dengan perkiraan metastasis.

1.1.4. Skrining

Metoda :

- Perika payudara sendiri (SADARI) : dilaksanakan pada wanita usia subur, setiap

1 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir

- Pemeriksaan fisik

- Mamografi :

o Pada wanita diatas 35 tahun – 50 tahun : setiap 2 tahun

o Pada wanita diatas 50 tahun : setiap 1 tahun

Kelebihan mamografi;

o Dapat mendeteksi dini kanker payudara

Kekurangan mamografi:

o Tidak efektif digunakan pada wanita dengan payudara yang padat; usia

muda dan wanita yang menggunakan terapi pengganti hormon.

1.1.5. Prosedur terapi

- Modalitas terapi

o Operasi

BCS (Breast Conserving Therapy)

Simpel mastektomi

Radikal mastektomi modifikasi

Radikal mastektomi

9

Page 10: BAB I

o Radiasi

Primer

Adjuvan

Paliatif

o Kemoterapi

Harus kombinasi

Kombinasi yang dipakai

CMF

CAF, CEF

Taxane + Doxorubicin

Capecetabin

o Hormonal

Ablative : bilateral ovarektomi

Additive : Tamoxifen

Atas indikasi :

Aromatase inhibitor

GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), dsb.

- Terapi

Ad. 1 Kanker payudara stadium 0

Dilakukan : -BCS

-Mastektomi simpel

Terapi definitif pada T0 tergantung pada pemeriksaan blok parafin, lokasi

didasarkan pada hasil pemeriksaan pencitraan.

Indikasi BCS

o T : 3 cm

o Pasien menginginkan mempertahankan payudaranya

Syarat BCS

o Keinginan penderita setelah dilakukan informed consent

o Penderita dapat melakukan control rutin setelah pengobatan

o Tumor tidak terletak sentral

10

Page 11: BAB I

o Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup baik untuk

kosmetik pasca BCS

o Mamografi tidak memperlihatkan mikrokalsifikasi/tanda keganasan lain

yang difus (luas)

o Tumor tidak multipel

o Belum pernah terapi radiasi di dada

o Tidak menderita penyakit LE atau penyakit kolagen

o Terdapat sarana radioterapi yang memadai

Ad. 2 Kanker payudara stadium dini / operabel

Dilakukan : -BCS (harus memenuhi syarat di atas)

-mastektomi radikal

-mastektomi radikal modifikasi

Terapi adjuvan :

- Dibedakan pada keadaan : node (-) atau node (+)

- Pemberiannya tergantung dari:

o Node (-) / (+)

o ER / PR

o Usia pre menopause atau post menopause

- Dapat berupa :

o Radiasi

o Kemoterapi

o Hormonal terapi

Terapi adjuvant:

- Radiasi

Diberikan apabila ditemukan keadaan sbb :

o Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)

o Tepi sayatan dekat (T ≥ T2)/ tidak bebas tumor

11

Page 12: BAB I

o Tumor sentral/medial

o KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler

Acuan pemberian radiasi sbb:

o Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan aksila

beserta supraklavikula, kecuali:

Pada keadaan T ≤ T2 bila cN = 0 dan pN, maka tidak dilakukan

radiasi pada KGB aksila supraklavikula

Pada keadaan tumor di medial/sentral diberikan tambahan radiasi

pada mamaria interna

o Dosis lokoregional profilaksis adalah 50Gy, booster dilakukan sbb:

Pada potensial terjadi residif ditambahkan 10Gy (misalnya tepi

sayatan dekat tumor atau post BCS)

Pada terdapat massa tumor atau residu post op (mikroskopik atau

makroskopik) maka diberikan boster dengan dosis 20Gy kecuali

pada aksila 15Gy.

- Kemoterapi

Kemoterapi : Kombinasi CAF (CEF), CMF, AC

Kemoterapi adjuvant : 6 siklus

Kemoterapi paliatif : 12 siklus

Kemoterapi neoadjuvan : -3 siklus pra terapi primer ditambah

-3 siklus pasca terapi primer

o Kombinasi CAF

Dosis C : Cyclosphosfamide 500 mg/m2 hari 1

Dosis A : Adriamycin = Doxorubicin 50 mg/m2 hari 1

Dosis F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2 hari 1

Interval : 3 minggu

o Kombinasi CEF

12

Page 13: BAB I

Dosis C : Cyclosphosfamide 500 mg/m2 hari 1

Dosis E : Epirubicin 50 mg/m2 hari 1

Dosis F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2 hari 1

Interval : 3 minggu

o Kombinasi CMF

Dosis C : Cyclosphosfamide 100 mg/m2 hari 1 s/d 14

Dosis M : Metotrexate 40 mg/m2 iv hari 1 & 8

Dosis F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2 iv hari 1

& 8

Interval : 4 minggu

o Kombinasi AC

Dosis A : Adriamicin

Dosis C : Cyclosphosfamide

o Optional

Kombinasi Taxane + Doxorubicin

Capecitabine

Gemcitabine

- Hormonal terapi

Macam terapi hormonal:

o Additive : pemberian tamoxifen

o Ablative : bilateral oophorectomi (ovarektomi bilateral)

Dasar pemberian : 1.pemeriksaan reseptor (ER,PR)

2.status hormonal

Additive : apabila ER (-) PR (+), ER (+) PR (-) (menopause tanpa pemeriksaan

ER dan PR)

Ablative : apabila:

13

Page 14: BAB I

o Tanpa pemeriksaan reseptor

o Premenopause

o Menopause 1-5 tahun dengan efek estrogen (+)

o Perjalanan penyakit slow growing & intermediated growing

Ad.3 Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)

Ad.3.1 Operable Locally advanced

Simple mastektomi/mrm + radiasi kuratif + kemoterapi adjuvant + hormonal

terapi

Ad.3.2 Inoperable Locally advanced

o Radiasi kuratif + kemoterapi + hormonal terapi

o Radiasi + operasi + kemoterapi + hormonal terapi

o Kemoterapi neo adj + operasi + kemoterapi + radiasi + hormonal terapi

Ad.4 Kanker payudara lanjut metastase jauh

Prinsip :

- Sifat terapi paliatif

- Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan hormonal terapi)

- Terapi lokoregional (radiasi & bedah) apabila diperlukan

1.1.6. Rehabilitasi dan Follow Up

- Rehabilitasi

o Pra operatif

Latihan pernapasan

Latihan batuk efektif

o Pasca operatif

Hari 1-2

Latihan lingkup gerak sendi untuk siku dan pergelangan

tangan dan jari lengan yang dioperasi

Untuk sisi yang sehat latihan lingkup gerak sendi lengan

secara penuh

14

Page 15: BAB I

Untuk lengan atas bagian operasi latihan isometric

Latihan relaksasi otot leher dan toraks

Aktif mobilisasi

Hari 3-5

Latihan lingkup gerak sendi untuk bahu sisi operasi

(bertahap)

Latihan relaksasi

Aktif dalam sehari-hari dimana sisi operasi tidak dibebani

Hari 6 dan seterusnya

Bebas gerakan

Edukasi untuk mempertahankan lingkup gerak sendi dan

usaha untuk mencegah/menghilangkan timbulnya

lymphedema.

- Follow up

o Tahun 1 dan 2 : kontrol tiap 2 bulan

o Tahun 3 s/d 5 : kontrol tiap 3 bulan

o Setelah tahun 5 : kontrol tiap 6 bulan

o Pemeriksaan fisik : tiap kali kontrol

o Thorax foto : tiap 6 bulan

o Lab, marker : tiap 2-3 bulan

o Mamografi kontra lateral : tiap tahun atau ada indikasi

o USG abdomen/lever : tiap 6 bulan atau ada indikasi

o Bone scanning : tiap 2 tahun atau ada indikasi

1.2. Triple-Negative Breast Cancer

1.2.1. Definisi

Triple-Negative Breast Cancer adalah kanker payudara yang kurang memiliki ekspresi

reseptor untuk estrogen, progesteron, dan human epidermal growth factor (HER2) (Khan,

2010).

15

Page 16: BAB I

1.2.2. Reseptor pada kanker payudara

Reseptor adalah struktur yang terdapat pada permukaan sel. Ketika substansi tertentu

dalam tubuh seseorang berikatan dengan reseptor tertentu, hal itu akan mencetuskan

reaksi dalam sel tersebut. Pada kanker payudara, ketika dicetuskan, reseptor estrogen,

reseptor progesteron, dan reseptor HER2, semuanya akan membuat kanker payudara

bertumbuh. Estrogen berikatan dengan reseptor estrogen. Progesteron berikatan dengan

reseptor progesteron. HER2 berikatan dengan reseptor HER2. Kanker payudara memiliki

1 atau lebih reseptor-reseptor ini. Triple-Negative Breast Cancer kurang memiliki

ketiganya.

1.2.3. Faktor Prognosis

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa basal-like breast cancer memiliki beberapa

marker yang diharapkan memiliki makna klinis yang signifikan terhadap prognosis dari

Triple-Negative Breast Cancer. Jun Mo Kim, et al, meneliti ekspresi basal marker

(CK5/6, EGFR, vimentin, c-kit, p63, dan P-cadherin), dan menemukan bahwa EGFR dan

c-Kit berhubungan dengan rendahnya overall survival (OS) dan disease-free survival

(DFS). Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengetahui hubungan

antara marker dengan prognosis kanker payudara (Kim, 2009).

1.2.4. Epidemiologi

Sekitar satu juta kasus kanker payudara didiagnosis tiap tahunnya di seluruh dunia, dan

kira-kira 170.000 kasus merupakan triple-negative breast cancer. Dari seluruh kasus

triple-negative ini, 75% merupakan subtipe “basal-like” (Khan, 2010).

Sebuah studi di Amerika tahun 2006 menemukan bahwa Triple-Negative Breast

Cancer lebih sering terjadi pada wanita Afrika-Amerika daripada wanita Amerika kulit

putih, dengan perbandingan 39%:15% secara berurutan (Khan, 2010). Para peneliti

belum tahu pasti penyebabnya. Secara keseluruhan, kanker payudara sebenarnya jarang

terjadi pada wanita Afrika-Amerika dibandingkan dengan wanita kulit putih (Stead,

2009). Perbedaan ini mungkin disebabkan karena wanita Afrika-Amerika memiliki gaya

hidup yang serupa, atau ada hubungannya dengan genetik. Atau mungkin keduanya.

16

Page 17: BAB I

Kanker ini juga ditemukan pada pasien-pasien premenopause (< 50 tahun) (Dolle,

2009). Pada kanker ini juga ditemukan pasien-pasien dengan mutasi BRCA1 (Zhou,

2010).

1.2.5. Gambaran Klinis dan Prognosis

Xin Zhou, et al, melakukan sebuah penelitian pada tahun 2009 mengenai karakteristik

patologi klinik dari Triple-Negative Breast Cancer, dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Ada 69 kasus Triple-Negative Breast Cancer dari 629 pasien kanker payudara. Pasien

premenopause, ditemukan sebanyak 49/69 pada Triple-Negative Breast Cancer, memiliki

angka yang lebih banyak daripada Non Triple-Negative Breast Cancer (p<0,05).

Diameter tumor pada Triple-Negative Breast Cancer rata-rata adalah 4,1 cm, lebih besar

daripada Non Triple-Negative Breast Cancer (p<0,05). Triple-Negative Breast Cancer

dengan metastasis ke limfe nodi ada sebanyak 21 kasus, dan angka kejadian metastasis ke

limfe nodi lebih rendah daripada Non Triple-Negative Breast Cancer (p<0,05). Triple-

Negative Breast Cancer dengan marker p53 positif ada sebanyak 44,9%, dan respon

keseluruhan (complete remission + partial remission) adalah 72,9%. Tidak ada

perbedaan statistik yang ditemukan antara ekspresi p53 positif dan respon keseluruhan

diantara Triple-Negative Breast Cancer dan Non Triple-Negative Breast Cancer (Zhou,

2010).

Dari sudut pandang seorang patologis, sifat agresif Triple-Negative Breast Cancer

dapat diperkirakan dari absennya reseptor hormon, ukuran tumor lebih besar dan grading

lebih tinggi. Pasien dengan Triple-Negative Breast Cancer menunjukkan waktu bertahan

hidup lebih singkat daripada pasien dengan non-TNBC (Kim, 2009). Prognosis yang

buruk tersebut penyebabnya masih belum jelas apakah hal ini karena sifat agresifnya atau

karena resistensi terhadap terapi sistemik (Dolle, 2009).

Triple-negative breast cancer memiliki sifat yang agresif; walaupun ada beberapa

laporan yang menyatakan bahwa kanker ini memiliki respon yang baik terhadap

kemoterapi, namun prognosisnya tetap buruk (Khan, 2010).

1.2.6. Penatalaksanaan

17

Page 18: BAB I

Seperti kanker payudara jenis lain, penatalaksanaan Triple-Negative Breast Cancer

adalah operasi, radiasi, dan atau kemoterapi (Winer, 2008). Tatalaksana kemoterapi

utama untuk Triple-Negative Breast Cancer biasanya adalah kombinasi dari obat-obat

kemoterapi. Kombinasi ini harus mengikutsertakan tipe obat kemoterapi yang disebut

anthracycline (doxorubicin atau epirubicin) dan cyclophosphamide (Khan, 2010).

Belum ada kombinasi kemoterapi tertentu yang dapat direkomendasikan karena

Triple-Negative Breast Cancer adalah sebuah penemuan baru, para peneliti masih

mencari kombinasi kemoterapi yang terbaik.

The Triple Negative Trial (TNT) dibuat untuk para wanita dengan Triple-Negative

Breast Cancer yang sudah menyebar ke bagian lain dari tubuh. Percobaan ini

membandingkan obat kemoterapi carboplatin dan docetaxel. Percobaan ini akan

berlangsung selama 6 tahun, jadi butuh waktu lama untuk mengetahui obat mana yang

bekerja lebih baik (CancerHelp, 2009).

Terapi Adjuvan Lain

Pilihan terapi kanker payudara baru-baru ini tergantung pada karakterisasi dari reseptor

hormon estrogen, progesteron, dan protein human epidermal growth factor (HER2)

(Dolle, 2009). Beberapa terapi yang sering digunakan pada kanker payudara seperti terapi

hormon atau herceptin tidak dapat bekerja pada Triple-Negative Breast Cancer. Terapi

jenis ini perlu menempel pada reseptor tertentu, dan Triple-Negative Breast Cancer tidak

punya reseptor yang benar.

Peneliti saat ini sedang mencoba terapi biologis untuk Triple-Negative Breast

Cancer. Pada sebuah studi, monoclonal antibody bevacizumab (Avastin) dan kemoterapi

paclitaxel (Taxol) tampaknya dapat mengontrol kanker payudara lanjut selama beberapa

waktu pada beberapa wanita dengan Triple-Negative Breast Cancer (Khan, 2010).

BAB III

18

Page 19: BAB I

KESIMPULAN

Kanker payudara adalah tumor maligna yang paling sering dijumpai pada wanita di

seluruh dunia. Kanker payudara dikenal sebagai penyakit yang heterogen, dengan

karakteristik morfologi dan klinis yang bervariasi. Triple-Negative Breast Cancer adalah

kanker payudara yang kurang memiliki ekspresi reseptor untuk estrogen, progesteron,

dan human epidermal growth factor (HER2). Triple-Negative Breast Cancer bertanggung

jawab atas 15% dari semua karsinoma mamma invasif. Kanker ini kebanyakan ditemukan

pada wanita keturunan Afrika-Amerika, dan wanita-wanita usia lebih muda

(premenopause). Kanker jenis ini diketahui memiliki sifat yang lebih agresif,

kecenderungan untuk kambuh lebih besar, kurangnya pilihan terapi, dan prognosis yang

lebih buruk. Telah ditemukan bahwa kanker yang memiliki marker EGFR dan c-Kit

positif berhubungan dengan rendahnya overall survival (OS) dan disease-free survival

(DFS). Penatalaksanaan Triple-Negative Breast Cancer adalah operasi, radiasi, dan atau

kemoterapi. Penelitian terbaru menyatakan bahwa Triple-Negative Breast Cancer

mungkin lebih sensitif terhadap kemoterapi tipe tertentu daripada kanker payudara jenis

lain. Belum ada kombinasi kemoterapi tertentu yang dapat direkomendasikan karena

Triple-Negative Breast Cancer adalah sebuah penemuan baru, para peneliti masih

mencari kombinasi kemoterapi yang terbaik.

19