Bab i

24
Bab I Pendahuluan A. Latar belakang Masalah Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia yang diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas. Artinya, baik cara pengungkapan maupun bahasa yang dipergunakan untuk mengungkapkan berbagai persoalan hidup, atau biasa disebut gagasan adalah khas sastra, khas dalam pengertian yang lain dari pada yang lain. Artinya, pengungkapan dalam bahasa sastra berbeda dengan cara-cara pengungkapan bahasa selain sastra, yaitu cara-cara pengungkapan yang telah menjadi lazim. Dalam bahasa sastra lebih bernuansa keindahan daripada kepraktisan. Karakteristik tersebut juga berlaku dalam sastra anak. Sastra mengandung eksplorsi mengenai kebenaran kemanusiaan. Sastra juga menawarkan berbagai bentuk motivasi manusia untuk berbuat sesuatu yang dapat mengandung pembaca untuk 1

Transcript of Bab i

Page 1: Bab i

Bab I

Pendahuluan

A. Latar belakang Masalah

Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai

persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia yang

diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas. Artinya, baik cara

pengungkapan maupun bahasa yang dipergunakan untuk mengungkapkan

berbagai persoalan hidup, atau biasa disebut gagasan adalah khas sastra,

khas dalam pengertian yang lain dari pada yang lain. Artinya,

pengungkapan dalam bahasa sastra berbeda dengan cara-cara

pengungkapan bahasa selain sastra, yaitu cara-cara pengungkapan yang

telah menjadi lazim. Dalam bahasa sastra lebih bernuansa keindahan

daripada kepraktisan. Karakteristik tersebut juga berlaku dalam sastra

anak.

Sastra mengandung eksplorsi mengenai kebenaran kemanusiaan.

Sastra juga menawarkan berbagai bentuk motivasi manusia untuk berbuat

sesuatu yang dapat mengandung pembaca untuk mengidentifikasikannya.

Apalagi jika pembaca itu adalah anak-anak yang fantasinya baru

berkembang dan dapat menerima segala macam cerita terlepas dari cerita

itu masuk akal atau tidak.

Sastra anak diyakini memiliki kontribusi yang besar bagi

perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan. Sastra

diyakini mampu mempergunakan sebagai salah sarana untuk menanam,

memupuk, mengembangkan, dan bahkan melestarikan nilai-nilai yang

diyakini baik dan berharga oleh keluarga, masyarakat dan bangsa. Karena

adanya pewarisan nilai-nilai itulah eksistensi suatu masyarakat dan bangsa

1

Page 2: Bab i

dapat dipertahankan. Penanaman nilai-nilai dapat dilakukan sejak anak

masih belum dapat berbicara dan belum membaca. Nyanyian-nyanyian

yang biasa didendangkan seorang ibu untuk membujuk agar si buah hati

segera tidur atau sekadar untuk menyenangkan, pada hakikatnya juga

bernilai kesastraan dan sekaligus mengandung nilai yang besar bagi

perkembangan kejiwaan anak, misalnya nilai kasih sayang dan keindahan.

Anak tidak dapat tumbuh secara wajar tanpa dukungan kasih sayang dan

kasih sayang itu, antara lain: dapat diekspresikan lewat nyanyian yang

bernilai keindahan. Berbagai cerita yang dimaksudkan untuk

dikonsumsikan kepada anak dapat diperoleh dan diberikan, antara lain

lewat sastra anak (children literature). Anak memiliki potensi keindahan,

potensi yang bernilai seni dalam dirinya, baik dalam pengertian menikmati

maupun berekspresi. Dalam hal ini si ibulah yang mula-mula berjasa

menggali potensi itu, berjasa menanam dalam jiwa, menikmati dalam rasa

dan indera, dan mengekspresikan dalam bentuk tingkah laku verbal dan

nonverbal.

2

Page 3: Bab i

B. Rumusan masalah

Dari Latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Jelaskan Pengertian sastra anak?

2. Jelaskan perbedaan genre sastra anak dengan genre sastra dewasa?

3. Sebutkan dan jelaskan genre sastra anak, menurut Lukens?

4. Bagaimana cara perkembangan kontribusi sastra anak ke dalam

nilai personalia?

5. Apa saja nilai pendidikan kontribusi sastra anak yang sedang

dalam proses pertumbuhan?

C. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut .

1. Agar dapat mengetahui sastra anak

2. Agar dapat mengetahui apa perbedaan genre sastra anak dengan

genre sastra dewasa.

3. Agar dapat mengetahui macam-macam sastra anak menurut

Lukens.

4. Agar dapat mengetahui cara perkembangan kontribusi sastra anak

ke dalam nilai personalia.

5. Agar dapat mengetahui apa saja nilai pendidikan kontribusi sastra

anak.

3

Page 4: Bab i

Bab II

Pembahasan

1. Pengertian Sastra Anak

Disekolah Dasar, Pembelajaran Sastra dimaksudkan Untuk

meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra.

Menurut Huck (1987 : 630-623) bahwa pembelajaran sastra di SD

harus memberi pengalaman pada siswa yang akan berkontribusi pada

4 tujuan, yakni :

1. Pencarian kesenangan Pada buku

2. Menginterprestasikan bacaan sastra

3. Mengembangkan kesadaran bersastra

4. Mengembangkan apresiasi

Pembelajaran sastra di SD adalah Pembelajaran sastra anak. Sastra

anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-

anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak

yang berusia antara 6-13 tahun. Sastra anak menurut lukens (2003:9)

menawarkan dua hal utama, yaitu kesenangan dan pemahaman.

Sedangkan menurut Hunt (1995:61), sastra anak adalah sastra yang

menyangkut baik kehidupan manusia, binatang, tumbuhan, maupun

kehidupan yang lain. Namun, apapun isi kandungan cerita yang

dikisahkan mestilah berangkat dari sudut pandang anak, berada dalam

jangkauan pemahaman emosional dan pikiran anak.

4

Page 5: Bab i

Dari beberapa kutipan diatas disimpulkan bahwa sastra anak

adalah karya sastra yang dapat dipahami oleh anak, Sastra anak

bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang

dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan. Di dalam

buku sastra anak dapat mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta

memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi seorang anak. Jenis

sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi

dalam sastra anak sangat menonjol.

2. Perbedaan Genre Sastra Anak Dengan Genre Sastra Dewasa?

Perbedaan Genre sastra anak dengan sastra dewasa. Menurut

Lukens (2003:8) perbedaan antara keduanya bukan terdapat spesies

atau hakikat kemanusiaan, melainkan pada tingkat pengalaman dan

kematangan. Perbedaan antara sastra anak dan dewasa adalah terdapat

dal hal tingkatan pengalaman yang dikisahkan, bukan pada hakikat

kemanusiaan yang dikisahkan. Sama halnya dengan sastra dewasa,

sastra anak pun hadir untuk menawarkan kesenangan dan pemahaman.

Hanya saja sastra anak memiliki sejumlah keterbatasan baik yang

menyangkut pengalaman kehidupan yang dikisahkan maupun bahasa

yang dipergunakan untuk mengekspresikan. Pengalaman anak masih

terbatas, maka anak belum dapat memahami cerita yang melibatkan

pengalaman hidup yang kompleks. Bahasa sastra anak masih lebih

lugas, apa adanya, dan tidak terbelit. Alur cerita haruslah sederhana,

mudah dipahami, dan diimajinasikan.

Genre dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe

kesastraan yang memiliki seperangkat karakteristik umum (Lukens,

2003:13). Sedangkan menurut Mitchell (2003:5-6) genre menunjuk

pada pengertian tipe atau kategori pengelompokan karya sastra yang

5

Page 6: Bab i

biasanya berdasarkan atas stile, bentuk, atau isi. Pembicaraan tentang

genre sastra anak dengan perbedaan genre dalam sastra dewasa, yaitu

dalam tiga besar genre puisi, fiksi, dan drama dengan masing-masing

memiliki subgenre. Namun, gengre sastra anak faktanya tidak

sederhana itu, maka perbedaan genre kedalam tiga macam terseebut

sengaja dilakukan.

Di bawah ini dikemukakan genre sastra anak lukens (2003:14-

34). Perbedaan itu tampak berbeda dengan genre sastra dewasa, dan

juga berdasarkan tiga pemikiran perlunya pembicaraan genre di atas. Ia

terlihat lebih rinci, tetapi terjadi ketumpangtindihan di sana-sini karena

suatu cerita dapat dimasukkan ke dalam lebih dari satu subgenre

dengan kriteria yang berbeda.

3. Secara garis besar Lukens mengelompokan genre sastra anak ke

dalam enam macam, yaitu

1. Realisme

Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang

dikisahkan itu mungkin saja ada dan terjadi walau tidak harus

bahwa ia memang benar-benar ada dan terjadi. Peristiwa dan

jalinan pristiwa yang dikisahkan masuk akal, logis. Cerita

merepresentasikan berbagaia peristiwa, aksi dan interaksi, yang

seolah-olah memang benar, dan penyelesaiannya pun masuk akal

dan dapat dipercaya (plusibel). Jadi, karakteristik umum cerita

realisme adalah narasi fiksional yang menampilkan tokoh dengan

karakter yang menarik yang dikemas dalam latar tempat dan waktu

yang dimungkinkan. Ada, beberapa cerita yang dapat

dikategorikan ke dalam realisme yaitu cerita realistik, realisme

binatang, realisme historis, dan cerita olahraga.

6

Page 7: Bab i

2. Fiksi Formula

Genre ini sengaja disebut fiksi formula karena memiliki

pola-pola tertentu yang membedakanya dengan jenis yang lain.

Walau hal itu tidak mengurangi orisinalitas cerita yang dikreasikan

oleh penulis, keadaan itu mau tidak mau merupakan sesuatu yang

bersifat membatasi. Jenis sastra anak yang dapat dikategorikan

kedalam fiksi formula adalah cerita misteri dan detektif, cerita

romantis, dan novel serial.

3. Fantasi

Fantasi dapat dipahami sebagai “the willing suspension of

disbelief”, (Coleridge, via Lukens, 1999:20), cerita yang

menawarkan sesuatu yang sulit diterima. Cerita fantasi

dikembangkan lewat imajinasi yang lazim dan dapat diterima

sehingga sebagai sebuah cerita dapat diterima oleh pembaca. Jenis

sastra anak yang dapat dikelompokkan ke dalam fantasi ini adalah

cerita fantasi, fantasi tingkat tinggi, dan fiksi sain.

4. Sastra Tradisional

Istilah “Tradisional” dalam kesastraan (Traditional

literature atau folk literature). Sastra Tradisional adalah sastra

rakyat yang tidak jelas kapan penciptaannya dan tidak pernah

diketahui pengarangnya yang diwariskan secara turun-temurun

terutama lewat sarana lisan atau dalam tulisan (tangan).

Tampaknya ada banyak cerita tradisional yang bersifat “universal”,

dan itu menunjukan adanya universalitas keinginan dan kebutuhan

manusia. Kisah semacam Cinderella misalnya, dapat ditemukan di

berbagai belahan didunia dalam bentukyang mirip. Jenis cerita

yang dikelompokkan ke dalam genre ini adalah fabel, dongeng

rakyat, mitologi, legenda, dan epos.

7

Page 8: Bab i

5. Puisi

Puisi adalah bentuk sastra didalamnya terdapat

pendayagunaan berbagai unsur bahasa untuk mencapai efek

keindahan. Genre puisi anak dapat berwujud puisi-puisi lirik

tembang-tembang anak tradisional, lirik tembang-tembang

ninabobo, puisi naratif, dan puisi tradisional. Puisi personal adalah

puisi modern yang sengaja ditulis untuk anak-anak oleh penulis

dewasa maupun anak-anak. Puisi jenis ini dapat berbicara tentang

apa saja sepanjang yang menarik perhatiaan penulis. Misalnya,

berbicara tentang alam, keindahan alam, ibu dan kebaikan hati ibu,

adik baru, persahabatan, binatang piaraan, dan lain-lain

sebagaimana yang dapat dilihat misalnya, pada majalah anak-anak.

6. Nonfiksi

Bacaan nonfiksi yang sastra ditulis secara artistik sehingga

jika dibaca oleh anak , anak akan memperoleh pemahaman dan

sekaligus kesenangan. Ia akan membangkitkan pada diri anak

perasaan keindahan yang berwujud efek emosional dan intektual.

Untuk kepentingan praktis, bacaan nonfiksi dapat dikelompokan ke

dalam subgenre buku informasi dan biografi.

7. Pembagian Genre yang Diusulkan

Pembagian genre sastra anak berdasarkan analogi

pembagian genre sastra dewasa dengan masih memanfaatkan

pembagian lukens. Genre sastra anak cukup dibedakan ke dalam

fiksi, nonfiksi, puisi, sastra tradisional, dan komik dengan

masing-masing memiliki subgenre. Dasar pembagiannya adalah

bentuk pengungkapan dan isi yang diungkapkan, namun juga

mempertimbangkan adanya sastra tradisional. Sebagaimana

Lukens dan dengan argumentasi yang sama, genre drama

sementara tidak dimasukan dalam pembagian genre ini.

8

Page 9: Bab i

4. Nilai Personal

a. Perkembangan Emosional

Anak usia dini yang belum dapat berbicara atau baru berada

dalam tahap perkembangan bahasa satu kata atau kalimat dalam

dua-tiga kata ikut tertawa-tawa ketika diajak bernyanyi bersama

sambil bertepuk tangan. Hal itu dapat dipahami bahwa sastra lisan

yang berwujud puisi-lagu tersebut dapat merangsang kegembiraan

anak, merangsang emosi anak untuk bergembira, bahkan ketika

anak masih berstatus bayi.

Dalam perkembangan selanjutnya setelah anak dapat

memahami cerita, baik diperoleh lewat pendengaran, misalnya

diceritai atau dibacakan, maupun lewat kegiatan membaca sendiri,

anak akan memperoleh demonstrasi kehidupan sebagaimana yang

diperagakan oleh para tokoh cerita akan bertingkah laku baik

secara verbal maupun nonverbal yang menunjukan sikap

emosionalnya, seperti ekspresi gembira, sedih, takut, terharu,

simpati dan empati, benci dan dendam, memaafkan dan lain-lain

secara kontekstual sesuai dengan alur cerita.

b. Perkembangan Intektual

Lewat cerita, anak tidak hanya memperoleh “kehebatan”

kisah yang menyenangkan dan memuaskan hatinya. Cerita

menampilkan urutan kejadian yang mengandung logika

pengurutan, logika pengaluran. Logika pengaluran memperlihatkan

hubungan antarperistiwa yang diperani oleh tokoh baik protagonis

maupun antagonis. Hubungan yang dibangun dalam

pengembangan alur pada umumnya berupa hubungan sebab akibat.

Artinya, suatu peristiwa terjadi akibat atau mengakibat terjadinya

9

Page 10: Bab i

peristiwatersebut yang lain. Untuk dapat memahami cerita itu, anak

harus mengikuti logika hubungan tersebut.

Hal itu berarti secara langsung atau tidak langsung anak

“mempelajari” hubungan yang terbangun itu, dan bahkan juga ikut

mengkritiskannya. Mungkin saja anak mempertanyakan alasan

tindakan lain yang lebih bernuansa “mengapa”-nya. Jadi, lewat

bacaan yang dihadapinya itu aspek intektual anak ikut aktif, ikut

berperan, dalam rangka pemahaman dan pengkritisan cerita yang

bersangkutan. Dengan kata lain, dengan kegiatan membaca cerita

itu, aspek intektual ank juga ikut terkembangkan.

c. Perkembangan Imajinasi

Berhadapan dengan sastra, baik itu yang berwujud suara

maupun tulisan, sebenarnya kita lebih berurusan dengan masalah

imajinasi, sesuatu yang abstrak yang berada di dalam jiwa, sedang

secara fisik sebenarnya tidak terlalu berarti. Dengan membaca

bacaan cerita sastra imajinasi anak dibawa berpetualang ke

berbagai penjuru dunia melewati batas waktu dan tempat, tetapi

tetap berada di tempat, dibawa untuk mengikuti kisah cerita yang

dapat menarik seluruh kedirian anak. Lewat cerita itu anak akan

memperoleh pengalaman yang luar biasa (vicarious experince)

yang setengahnya mustahil diperoleh dengan cara-cara selain

membaca sastra.

d. Pertumbuhan Rasa Etis dan Religius

Selain menunjang pertumbuhan dan perkembangan unsur

emosional, intektual, imajinasi, dan rasa sosial, bacaan cerita sastra

juga berperan dalam pengembangan aspek personalitas yang lain,

yaitu rasa etis dan religius. Nilai-nilai sosial, moral, etika, dan

religius perlu ditanamkan kepada anak sejak dini secara efektif

lewat sikap dan perilaku hidup keseharian. Contoh sikap dan

perilaku tokoh cerita yang diberikan kepada anak, lewat cerita ibu

10

Page 11: Bab i

(pencerita) atau membaca sendiri jika sudah bisa, dapat dipandang

sebagai salah satu cara penanaman nilai-nilai tersebut kepada anak.

5. Nilai Pendidikan

a. Eksplorasi dan Penemuan

Ketika membaca cerita, pada hakikatnya anak dibawa

untuk melakukan sebuah eksplorasi, sebuah penjelajahan,

sebuah pertualangan imajinatif, ke sebuah dunia relatif yang

belum dikenalnya yang menawarkan berbagai pengalaman

kehidupan.

Dalam penjelajahan secara imajinatif itu anak dibawa

dan dikritiskan untuk mampu melakukan penemuan-

penemuanprediksi bagaiman solusi ditawarkan. Misalnya ikut

menebak sesuatu seperti dalam cerita detektif dan misterius,

menemukan bukti-bukti, alasan bertindak, menemukan jalan

keluar kesulitan yang dihadapi tokoh, dan lain-lain temasuk

memprediksikan bagaiman penyelesaian kisahnya. Beerpikir

secara logis dan kritis yang demikian dapat dibiasakn atu

dilatihkan lewat eksplorasi dan penemuan-penemuan dalam

bacaan cerita sastra.

b. Pengembangan Bahasa

Bahasa digunakan untuk memahami dunia yang

ditawarkan, tetapi sekaligus sastra juga berfungsi

meningkatkan kemampuan berbahasa anak, baik menyimak,

membaca, berbicara, maupun menulis. Anak akan belajar cepat

karena bahasa yang diperolehnya langsung berada dalam

konteks pemakaian yang sesungguhnya. Disamping itu, dalam

akuisisi bahasa itu anak akan mengerahkan seluruh aspek

11

Page 12: Bab i

personalitasnya, sikap dan egonya terbuka lebar. Hal itu akan

sulit diulangi pmbelajar bahasa dewasa karena sikap egonya

sudah ikut berbicara dan cenderung menutup diri.

c. Pengembangan nilai keindahan

Ketika anak berusia 1-2 tahun dininabobokkan dengan

nyanyina, dengan kata-kata yang bersajak dan berirama indah,

anak sebenarnya belum dapat memahami makna di balik kata-

kata itu, tetapi sudah dapat merasakan keindahan. Hal itu dapat

dilihat dan reaksi anak, misalnya yang berupa ekspresi wajah

yang ceria dan tertawa-tawa, atau gerakan anggota tubuh yang

lain. Barangkali perlu disepakati bahwa berbagai aktivitas yang

menunjang pertumbuhan dan perkembangan bahasa anak

tersebut dapat dikategorikan sebagai tahap awal pengenalan

sastra kepada anak, pengenalan dan pemicu bakat dan apresiasi

keindahan kepada anak.

Sebagai salah satu bentuk karya seni, sastra memiliki

aspek keindahan. Keindahan itu dalam genre puisi antara lain

dicapai dengan permainan bunyi, kata, dan makna. Keindahan

dalam genre fiksi antara lain dicapai lewat penyajian cerita

yang menarik dan diungkap lewat bahasa yang tepat. Artinya,

aspek bahasa itu mampu mendukung hidupnya cerita,

mendukung ekspresi, sikap dan prilaku tokoh, mendukung

gagasan tentang dunia yang disampaikan, dan dari aspek

bahasa, stuktur dan ungkapanyang tepat. Cerita menjadi indah

karena isi kisahnya mengharukan dan dikemas dalam bahasa

yang menyenangkan.

d. Penanaman Wawasan Multikultural

Lewat sastra dapat dijumpai berbagai sikap dan

perilaku hidup yang mencerminkan budaya suatu masyarakat

yang berbeda dengan masyarakat yang lain. Misalnya,

12

Page 13: Bab i

perbedaan invisible culture di antara berbagai kelompok sosial

mengundang konflik jika kita tidak pandai-pandai

menempatkan diri dalam bersikap ketika berhadapan dengan

warga dari kultur lain. Tingkah laku dan sikap seseorang dapat

dibentuk dan diajarkan lewat pendidikan, lewat pembelajaran

pemahaman antarbudaya dan salah satunya lewat bacaan sastra.

Menurut Norton & Norton (1994:355), aktivitas

pembacaan buku sastra komparatif merupakan cara dan sumber

penting pembelajaran wawasan multikultural karena ia akan

memberanikan anak untuk mengidentifikasi dan mengapresiasi

kemiripan dan perbedaan litas dan budaya.

e. Penanaman Kebiasaan Membaca

Kata-kata bijak yang mengatakan bahwa buku adalah

jendela ilmu pengetahuan. Tetapi, penyakit malas membaca ini

menjangkiti siapa saja, sejak dari anak-anak sekolah,

mahasiswa, guru dan dosen. Sungguh keadaan ironis dan

memperhatikan. Pentingnya budaya membaca huga telah

ditegaskan Taufik Ismail (2003). Dalam tulisanya yang

berjudul “Agar Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak

Pincang Mengarang” (2003:9), ia mengatakan peradaban

bangsa ditentukan oleh penanaman literasi buku di sekolah.

Misalnya, dengan penyediaan buku bacaan yang baik dan

menarik di sekolah.

13

Page 14: Bab i

Penutup

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sastra anak

adalah karya sastra yang sangat penting bagi seorang anak. Karena

sastra anak dapat memberikan suatu pemahaman dan kesenangan bagi

seorang anak. Didalam buku sastra anak dapat mengembangkan

imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan

praktis bagi seorang anak. Anak juga dapat mengetahui apa saja

perbedaan-perbedaan antara genre sastra anak dengan genre dewasa.

Misalnya, perbedaan antara genre sastra anak dengan genre sastra

dewasa dilihat dari pengalaman dan kematang. Sastra anak memiliki

keterbatasan baik yang menyangkut pengalaman kehidupan yang

dikisahkan maupun bahasa yang dipergunakan untuk megekspresikan.

Pengalaman anak masih terbatas, maka anak belum dapat memahami

cerita yang melibatkan pengalaman hidup yang kompleks. Sedangkan

sastra dewasa lebih banyak sebuah pengalaman dibandingkan sastra

anak karena tingkat penalaran, pemahaman , pemikiran lebih luas

kematangannya. Sastra anak diyakini memiliki kontribusi yang besar

bagi perkembangan kepribadiaan anak dalam proses pertumbuhan

menuju kedewasaan itu dapat dilihat dari nilai personal dan nilai

pendidikan. Tahap perkembangan nilai personal antara lain

perkembangan emosional, perkembangan intektual, perkembangan

imajinasi, pertumbuhan rasa etis dan religius. Sedangkan nilai-nilai

pendidikan sastra anak antara lain eksplorasi, perkembangan bahasa,

pengembangan nilai keindahan, penanaman wawasan multikultural

dan penanaman kebiasaan membaca.

14

Page 15: Bab i

B. Saran

1. Sastra anak sangatlah penting terutama bagi seorang anak, karena

dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang hal-hal

yang berkaitan dengan sastra anak.

2. Sastra anak juga dapat mengembangkan imajinasi dan kreativitas,

serta dapat memberikan pengetahuan keterampilan praktis bagi

seorang anak.

3. Sastra anak dapat memberikan suatu pemahaman dan kesenangan

bagi seorang anak. Oleh karena itu, baca dan pahamilah buku

sastra anak.

15

Page 16: Bab i

Daftar Pustaka

Ismail,Taufik.2003.”Agar Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincnag

Mengarang”,Yogyakarta: Pidato Penganugerahan Gelar Kehormatan

Doktor Honoris Causa di Bidang Pendidikan Sastra, di Universitas Negeri

Yogyakarta.

Nurgiantoro,Burhan.2005.Pengantar Pemahaman Dunia Anak.Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Mula,Harahap.2007.Tentang Sastra Anak.blogspot.com.diakses 16-04-2007.

www.wahidin.com/Hakikat anak/2009/18/03/apresiasi.html.

16