Bab i

22
BAB I PENDAHULUAN Oleh : Sadriyah Mansur A. LATAR BELAKANG Konstitusi merupakan hukum tertinggi di dalam suatu Negara. Namun, tak jarang konstitusi itu dikesampingkan oleh aparaturnya. Sejatinya, konstitusi merupakan pedoman dalam mewujudkan tujuan dari Negara tersebut. Karena dalam konstitusi memuat muatan konstitusi yang berasas pada perwujudan masyarakat yang aman, damai dan sejahtera. Menurut C.F. Strong, materi muatan konstitusi ada 3 yaitu; pembatasan kekuasaan, jaminan hak-hak warga Negara dan pelaksanaan kedaulatan rakyat. Jika materi muatan konstitusi ini telah terpenuhi di dalam pelaksanaan Negara demokrasi konstitusional, maka Negara telah memiliki konsep yang jelas untuk dikatakan sebagai Negara demokrasi konstitusional. Dalam rangka mewujudkan Negara demokrasi konstitusional, maka supremasi konstitusi juga harus

description

 

Transcript of Bab i

Page 1: Bab i

BAB I

PENDAHULUAN

Oleh : Sadriyah Mansur

A.    LATAR BELAKANG

Konstitusi merupakan hukum tertinggi di dalam suatu

Negara. Namun, tak jarang konstitusi itu dikesampingkan oleh

aparaturnya. Sejatinya, konstitusi merupakan pedoman dalam

mewujudkan tujuan dari Negara tersebut. Karena dalam konstitusi

memuat muatan konstitusi yang berasas pada perwujudan masyarakat

yang aman, damai dan sejahtera.

Menurut C.F. Strong, materi muatan konstitusi ada 3 yaitu;

pembatasan kekuasaan, jaminan hak-hak warga Negara dan pelaksanaan

kedaulatan rakyat. Jika materi muatan konstitusi ini telah terpenuhi di

dalam pelaksanaan Negara demokrasi konstitusional, maka Negara telah

memiliki konsep yang jelas untuk dikatakan sebagai Negara demokrasi

konstitusional.

Dalam rangka mewujudkan Negara demokrasi konstitusional,

maka supremasi konstitusi juga harus ditegakkan. Agar tercipta

keseimbangan dan keselarasan di dalam Negara tersebut.

B.     RUMUSAN MASALAH

Adapun batasan masalah dalam makalah ini yaitu :

1.      Apakah yang dimaksud supremasi konstitusi ?

Page 2: Bab i

2.      Bagaimanakah supremasi konstitusi di Indonesia ?

C.     TUJUAN MAKALAH

Adapun yang menjadi tujuan makalah ini yaitu :

1.      Dapat memahami hakikat supremasi konstitusi

2.      Menjadi bahan kajian tehadap supremasi konstitusi di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN SUPREMASI KONSTITUSI

Memahami supremasi konstitusi, terlebih dahulu harus

memahami konstitusi itu sendiri. Menurut asal katanya, kostitusi berasal

dari kata Yunani Kuno yaitu politeia dan bahasa latin yaitu constitution

yang juga berkaitan dengan kata ius.

Istilah konstitusi berasal dari bahasa perancis “constituer”

yang berarti membentuk. Dalam konteks ketatanegaraan istilah

konstitusi maksudnya ialah pembentukan suatu Negara atau menyusun

dan menyatakan suatu Negara.[1][1]

Menurut K.C. Wheare, mengartikan konstitusi sebagai

keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu Negara berupa kumpulan

peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah dalam

pemerintahan suatu Negara. [2][2]

[1]

[2]

Page 3: Bab i

Suatu Konstitusi mencerminkan kehidupan politik dari

Negara tersebut. Olehnya itu suatu konstitusi minimal harus memiliki

muatan konstitusi diantaranya yaitu :

1.      Adanya jaminan terhadap HAM dan warga negaranya

2.      Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu Negara yang bersifat

fundamental

3.      Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang bersifat

fundamental.

Carl Schmit menganggap konstitusi sebagai keputusan politik

tertinggi dari suatu Negara, oleh karena di dalamnya mengatur hal-hal

yang mendasar bagi eksistensi Negara. Itulah alasan utama sehingga

konstitusi mempunyai supremasi dalam suatu Negara. Maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa Supremasi konstitusi yaitu dimana konstitusi

mempunyai kedudukan tertinggi dalam tertib hukum suatu Negara.

B.     SUPREMASI KONSTITUSI DI INDONESIA

1.      Supremasi Konstitusi dan Negara Hukum

Ide negara hukum sesungguhnya telah lama dikembangkan oleh

para filsuf dari zaman Yunani Kuno sejalan dengan perkembangan

pemahaman konstitusi itu sendiri. Plato, dalam bukunya “the Statesman”

dan “the Law”  menyatakan bahwa negara hukum merupakan bentuk

paling baik kedua (the second best) guna mencegah kemerosotan

kekuasaan seseorang adalah pemerintahan oleh hukum. Konsep negara

hukum modern di Eropa Kontinental dikembangkan dengan

menggunakan istilah Jerman yaitu “rechtsstaat” antara lain oleh

Page 4: Bab i

Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte, dan lain-lain.

Sedangkan dalam tradisi Anglo Amerika konsep negara hukum

dikembangkan dengan sebutan “The Rule of Law” yang dipelopori oleh

A.V. Dicey. Selain itu, konsep negara hukum juga terkait dengan istilah

nomokrasi (nomocratie) yang berarti bahwa penentu dalam

penyelenggaraan kekuasaan negara adalah hukum.[3][3]

Prinsip-prinsip negara hukum senantiasa berkembang sesuai

dengan perkembangan masyarakat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta semakin kompleksnya kehidupan masyarakat di era

global, menuntut pengembangan prinsip-prinsip negara hukum. Dua isu

pokok yang senantiasa menjadi inspirasi perkembangan prinsip-prinsip

negara hukum adalah masalah pembatasan kekuasaan dan perlindungan

HAM.

Saat ini, paling tidak dapat dikatakan terdapat dua belas prinsip

negara hukum, yaitu Supremasi Konstitusi (supremacy of law),

Persamaan dalam Hukum (equality before the law), Asas Legalitas (due

process of law), Pembatasan Kekuasaan (limitation of power), Organ

Pemerintahan yang Independen, Peradilan yang Bebas dan Tidak

Memihak (independent and impartial judiciary), Peradilan Tata Usaha

Negara (administrative court), Peradilan Tata Negara (constitutional

court), Perlindungan Hak Asasi Manusia, Bersifat Demokratis

(democratische-rehtsstaats), Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan

[3]

Page 5: Bab i

Tujuan Bernegara (Welfare Rechtsstaat), serta Transparansi dan Kontrol

Sosial.[4][4]

Dalam suatu negara hukum, mengharuskan adanya pengakuan

normatif dan empirik terhadap prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa

semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi.

Pengakuan normatif mengenai supremasi hukum terwujud dalam

pembentukan norma hukum secara hirarkis yang berpuncak pada

supremasi konstitusi. Sedangkan secara empiris terwujud dalam perilaku

pemerintahan dan masyarakat yang mendasarkan diri pada aturan

hukum.

Dengan demikian, segala tindakan pemerintahan harus

didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis.

Peraturan perundang-undangan tersebut harus ada dan berlaku terlebih

dulu atau mendahului perbuatan yang dilakukan. Dengan demikian,

setiap perbuatan administratif harus didasarkan atas aturan atau rules

and procedures.

Namun demikian, prinsip supremasi hukum selalu diiringi

dengan dianut dan dipraktekkannya prinsip demokrasi atau kedaulatan

rakyat yang menjamin peran serta masyarakat dalam proses

pengambilan keputusan kenegaraan, sehingga setiap peraturan

perundang-undangan yang diterapkan dan ditegakkan mencerminkan

perasaan keadilan masyarakat. Hukum dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku tidak boleh ditetapkan dan diterapkan secara

sepihak oleh dan/atau hanya untuk kepentingan penguasa.

[4]

Page 6: Bab i

Hukum tidak dimaksudkan untuk hanya menjamin kepentingan

beberapa orang yang berkuasa, melainkan menjamin kepentingan

keadilan bagi semua orang. Dengan demikian negara hukum yang

dikembangkan bukan absolute rechtsstaat, melainkan democratische

rechtsstaat.

Berdasarkan prinsip negara hukum, sesungguhnya yang

memerintah adalah hukum, bukan manusia. Hukum dimaknai sebagai

kesatuan hirarkis tatanan norma hukum yang berpuncak pada konstitusi.

Hal ini berarti bahwa dalam sebuah negara hukum menghendaki adanya

supremasi konstitusi. Supremasi konstitusi disamping merupakan

konsekuensi dari konsep negara hukum, sekaligus merupakan

pelaksanaan demokrasi karena konstitusi adalah wujud perjanjian sosial

tertinggi.

2.      Konstitusi Sebagai Hukum Tertinggi

Penempatan konstitusi sebagai sumber hukum tertinggi karena

konstitusi merupakan bentuk kesepakatan seluruh rakyat (general

agreement) terkait dengan bagunan negara yang diidealkan. General

agreement yang menjamin tegaknya konstitusionalisme bersandar pada

tiga elemen kesemakatan yaitu:

1.      Kesepakatan tentang tujuan dan cita-cita bersama

2.      Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan penyelenggaraan

Negara

3.      Kesepakatan tentang bentukinstitusi dan prosedur ketatanegaraan.[5] [5]

[5]

Page 7: Bab i

Dengan demikian, landasan keberlakuan konstitusi sebagai hukum

tertinggi adalah kedaulatan rakyat itu sendiri.

Rakyat adalah pemilik constituent power yang produknya bukan

hukum biasa, tetapi hukum tertinggi atau constituent act. Yang diberi

wewenang untuk menjalankan constituent power adalah MPR. Oleh

karena itu, MPR tetap dipandang sebagai penjelmaan rakyat, tetapi

hanya pada saat MPR menjalankan wewenang untuk mengubah dan

menetapkan UUD, sedangkan sebagai lembaga, kedudukan MPR tetap

sama dengan lembaga tinggi negara yang lain.[6][6]

Supremasi konstitusi mengharuskan setiap lembaga

penyelenggara negara dan segenap warga negara melaksanakan UUD

1945. Jika UUD 1945 telah dilaksanakan sesuai dengan wewenang dan

fungsi masing-masing, tentu tidak perlu terjadi pertentangan dalam

penyelenggaraan negara. Kalaupun hal itu terjadi, UUD 1945 telah

menentukan mekanisme penyelesaiannya, yaitu melalui MK.

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Supremasi konstitusi yaitu dimana konstitusi mempunyai

kedudukan tertinggi dalam tertib hukum suatu Negara. Supremasi

konstitusi disamping merupakan konsekuensi dari konsep negara hukum,

[6]

Page 8: Bab i

sekaligus merupakan pelaksanaan demokrasi karena konstitusi adalah

wujud perjanjian sosial tertinggi.

Konstitusi merupakan General agreement yang menjamin

tegaknya konstitusionalisme. Olehnya itu, Supremasi konstitusi

mengharuskan setiap lembaga penyelenggara negara dan segenap warga

negara melaksanakan UUD 1945.

B.     SARAN

Terkait dengan masalah supremasi hukum, penulis berharap

dikemudian hari ada wacana khusus yang diberikan kepada mahasiswa

mengenai penegakan supremasi konstitusi dalam mewujudkan Negara

domokrasi konstitusional.

Page 9: Bab i

Standar Kompetensi3. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi.

Kompetensi Dasar3.1. Medeskripsikan pengertian, fungsi dan peran srta perkembangan pers di

Indonesia.3.2. Menganalisis  pers yang bebas dan bertanggungjawab sesuai kode etik

jurnalistik dalam masyarakat demokratis di Indonesia.3.3. Mengevaluasi kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media

massa dalam masyarakat demokratis di Indonesia.I. PENGERTIAN PERS

A. Istilah pers berasal dari kata persen bahasa Belanda atau press bahasa Inggris, yang berarti menekan yang merujuk pada mesin cetak kuno yang harus ditekan dengan keras untuk menghasilkan karya cetak pada lembaran kertas. 

  B. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pers berarti: 1) alat cetak untuk mencetak buku atau surat kabar, 2) alat untuk menjepit atau memadatkan, 3) surat kabar dan majalah yang berisi berita, 4) orang yang bekerja di bidang persurat kabaran.

  C. Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

II. FUNGSI PERS       Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, disebutkan dalam pasal 3 fungsi pers

adalah sebagai berikut :       A. Sebagai Media Informasi, ialah perrs itu memberi dan menyediakan informasi

tentang peristiwa yang terjadi  kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena memerlukan informasi.

       B. Fungsi Pendidikan, ialah pers itu sebagi sarana pendidikan massa (mass Education), pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasannya.

       C. Fungsi Menghibur, ialah pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan karikatur.

       D. Fungsi Kontrol Sosial, terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

       1. Social particiption yaitu keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan.       2. Socila responsibility yaitu pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat.       3. Socila support yaitu dukungan rakyat terhadap pemerintah.       4. Social Control yaitu kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah.       E. Sebagai Lembaga Ekonomi, yaitu pers adalah suatu perusahaan yang bergerak

dibidang pers dapat memamfaatkan keadaan disekiktarnya sebagai nilai jual sehingga pers sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil prodduksinya untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri.

III. PERANAN PERS       Menurut pasal 6 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, perana pers adal;ah sebagai

berikut :       1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui.

Page 10: Bab i

       2. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, hak asasi manusia, serta menhormati kebhinekaan.

       3. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar.

       4. Melakukan pengawasan,kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum.

       5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.IV. PERKEMBANGAN PERS DI INDONMESIA       A. Di Masa Penjajahan Belanda dan Jepang                        Penjajah Belanda sangat mengetahui pengaruh surat kabar terhadap

masyarakat indonesia, karena itu mereka memandang perlu membuat UU untuk membendung pengaruh pers Indonesia karena merupakan momok yang harus diperangi.  Menuru Suruhum pemerintah mengeluarkan selain KUHP tetapi belanda mengeluarkan  atruan yang bernama Persbreidel Ordonantie, yang memberikan hak kepada pemerintah Hindia Belanda untuk menghentikan penerbitan surat kabar atau majalah Indonesia yang dianggap berbahaya.  Kemudian belanda juga mengeluarkan Peraturan yang bernama Haatzai Artekelen, yautu berisi pasal-pasal yang mengancam hukuman terhadap siapapun yang menyebarkan perasaan permusuhan, kebencian, serta penghinaan terhadap pemerintah Nederland dan Hindia Belanda, serta terhadap sesutu atau sejumlah kelompok penduduk Hindia Belanda.

                        Demikian halnya pada pendudukan Jepang yang totaliter dan pasistis, dimana orang-orang surat kabar (pers) Indonesia banyak yang berjuang tidak dengan ketajaman penanya melainkan dengan jalan lain seperti organisasi keagamaan , pendidikan, politik.  Hal ini menunjukkan bahwa di masa Jepang pers Indonesia tertekan.

                        Walaupun pers tertekan dimasa Jepang namun ada beberapa keuntungan antara lain :

       1. Pengalaman yang diperoleh  para karyawan pers indonesia bertambah.  Terutama dalam penggunaan alat cetak yang canggih ketimbang Zaman belanda.

       2. Penggunaan bahasa Indonesia dalam pemberitaan makin sering dan luas.       3. Adanya pengajaran untuk rakyat agar berpikir kritis terhadap berita yang

disajikanoleh sumber-sumber resmi Jepang.       B. Di Masa Orde Lama                        Pers di masa demokrasi liberal (1949-1959) landasan kemerdekaan

pers adalah konstitusi RIS 1949 dan UUD Sementara 1950, yaitu Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat.  Isi pasal ini kemudian dicantumkan dalam UUD Sementara 1950.  Awl pembatasan pers adalah efek samping dari keluhan wartawan terhadap pers Belanda dan Cina, namun pemerintah tidak membatasi pembreidelan pers asing saja tetapi terhadap pers nasional.

                        Pers di masa demokrasi terpimpin (1956-1966), tindakan tekanan terhadap pers terus berlangsung yaitu pembreidelan terhadap harian Surat Kabar Republik, Pedoman, Berita Indonesia dan Sin Po di Jakarta.  Upaya untuk pembatasan kebebasan pers tercermin  dari pidato Menteri Muda penerangan RI yaitu Maladi yang menyatakan .....Hak kebebasan individu disesuaikan denga hak kolektif seluruh bangsadalam melaksanakan kedaulatan rakyat.  Hak berpikir, menyatakan pendapat, dan memperoleh penghasilan sebagaimana yang dijamin UUD 1945 harus ada batasnya yaitu keamanan negara, kepentingan bangsa, moraldan kepribadian indonesia, serta tanggung jawab kepada Tuhan YME. 

Page 11: Bab i

       C. PERS DI MASA ORDE BARU                        Pada awal kepemimpinan orde baru menyatakan bahwa membuang jauh

praktik demokrasi terpimpin diganti dengan demokrasi Pansasila, hal ini mendapat sambutan positif dari semua tokoh dan kalangan, sehingga lahirlah istilah pers Pancasila.  Menurut sidang pleno ke 25 Dewan Pers bahwa Pers Pancasila adalah pers Indonesia dalam arti pers yang orientasi, sikap, dan tingkah lakunya didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.  Hakekat pers Pancasila adalah pers yang sehat, pers yang bebas dan bertanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai penyebar informasi yang benar dan objektif, penyalur aspirasi rakyat, dan kontrol sosial yang konstruktif.

                        Masa kebebasan ini berlangsung selama delapan tahun disebabkan terjadinya pristiwa malari (Lima Belas Januari 1974) sehingga pers kembali seperti zaman orde lama.  Dengan peristiwa malari beberapa surat kabar dilarang terbit termasuk Kompas.  Pers pasca peristiwa malari cenderung pers yang mewakili kepentingan penguasa, pemerintah atau negara.  Pers tidak pernah melakukan kontrol sosial disaat itu.  Pemerintah orde baru menganggap bahwa pers adalah institusi politik yang harus diatur dan dikontrol sebagaimana organisasi masa dan partai politik.

       D. PERS DI ERA REFORMASI                         Kalngan pers kembali bernafas lega karena pmerintah mengeluarkan UU

No. 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi manusia dan UU no. 40 tahun 1999 tentang pers. Dalam UU Pers tersebut dengan tegas dijamin adanya kemerdekaan pers sebagai Hak azasi warga negara (pasal 4) dan terhadap persnasioal tidak lagi diadakan penyensoran, pembreidelan, dan pelarangan penyiaran (pasal 4 ayat 2).  Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan memiliki hak tolak agar wartawan dapat melindungi sumber informasi, dengan cara menolak menyebutkan identitas sumber informasi, kecuali hak tolak gugur apabila demimkepentingan dan ketertiban umum, keselamatan negara yang dinyatakan oleh pengadilan.    

V. PERS YANG BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB SESUAI KODE ETIK JURNALISTIK

       A. Landasan Hukum Pers Indonesia            1. Pasal 28 UUD 1945, berbunyi kemerdekaan berserikat dan berkumpul,

mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.

            2. Pasal28 F UUD 1945, berbunyi setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

            3. Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Azasi Manusia pada pasal 20 dan 21 yang bebunyi :

       -Pasal 20 : Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi di lingkungan sosialnya.

       -Pasal 21 : Setiap orang berhak untuk mencari,            memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

            4. UU N0. 39 tahun 2000 pasal 14 ayat 1 dan 2 :       -Ayat 1 yaitu Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi

untuk mengembangkan pribadi di lingkungan sosialnya.

Page 12: Bab i

       -Ayat 2 yaitu Setiap orang berhak untuk mencari,         memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

            5. UU No. 40 Tahun 1999 tentang pers pasal 2 dan pasal 4 ayat 1 :       -Pasal 2 berbunyi Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat

yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.       -pasal 4 ayat 1 berbunyi Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi

warganegara.       B. DEWAN PERS                        Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang pers pada pasal 15 ayat 1

menyatakan Dewan Pers yang independen dibentuk dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional.  Fungsi-fungsi dewan pers adalah :

       1. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain.       2. Melaksanakan pengkajian untuk pengembangan pers.       3. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik.       4. Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan

masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers.       5. Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah.       7. Memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyususn peraturan  di bidang

pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan.       8. Mendata perusahaan pers (Pasal 15 ayat 2).       C.  ANGGOTA DEWAN PERS                         Keangotaan dewan pers terdiri dari :       1. Wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan       2. Pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh orhganisasi perusahaan pers.       3. Tokoh masyarakat, ahli bidang pers atau komunikasi  dan bidang lainnya yang

dipilih oleh arganisasi perusahaan  pers;       4. ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh anggoata.       5. Keanggotaan dewan pers ditetapkan dengan keputusan Presiden.       6. Masa Jabatan anggota tiga tahun dan dapat dilpilih kembali untuk satu periode.       D. LANDASAN PERS NASIONAL :       1. Landasan idiil adalah Falsafah Pancasila (Pembukaan UUD 1945).       2. Landasan Konstitusi adalah UUD 1945       3. Landasan Yuridis adalah UU Pokok Pers yaitu UU No. 40 tahun 1999.       4. Landasan Profesional adalah Kode Etik Jurnalistik       6. Landasan Etis adalah tata nilai yang berlaku di masyarakat.VI. KEBEBASAN PERS                        Kebebasan pers di Indonesia merupakan hal yang baru  sehingga rawan

gangguan.  Secara umum ada  dua macam gangguan :       1. Pengendalian kebebasan pers yaitu masih ada pihak-pihak yang tidak suka

dengan adanya kebebasan pers, sehingga mereka ingin meniadakan kebebasan pers.

       2. Penyalahgunaan kebebasan pers yaitu insan pers memamfaatkan kebebasan yang dimilikinya untuk melakukan kegiatan Jurnalistik yang bertentangan dengan fungsi dan peranan yang diembannya.  Oleh karena itu tantangan terberat bagi wartwan adalah kebebasan pers itu sendiri.

       Ad 1 Pengendalian Kebebasan Pers : ada 4 faktor ayng menyebabkan terjadinya pengendalian kebebasan pers, yaitu :

Page 13: Bab i

       a. Distorsi peraturan perundang-undangan, contoh dalam UUD 1945 pasal 28 sudah sangat jelas menjamin kebebasan pers, tidak ada sensor, tidak ada breidel, setiap warganegar dapat malakukan perusahaan pers (UU No. 11 tahun 1966).  Namun muncul UU No. 21 tahun 1982 tentang pokok pers.  Di dalamnya mengatur tentang Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) serta menteri penerangan dapat membatalkan SIUPP walaupun tidak menggunakan istilah breidel.

       b. Perilaku Aparat, yaitu perilaku aparat dengan cara menelpon redaktur, mengirimkan teguran tertulis ke redaksi media massa, membreidel surat kabar dan majalah, kekerasan fisik pada wartawan, menangkap, memenjarakan, bahkan membunuh wartawan.

       c. Pengadilan Massa, Ketidak puasan atau merasa dirugikan atas suatu berita dapat menimbulkan pengadilan massa dengan menghukum menurut caranya sendiri, menteror, penculikan pengrusakan kantor media massa, dll.

       d. Perilaku pers sendiri, perolehan laba menjadi lebih utama daripada penyajian berita yang berkualitas dan memenuhi standar etika jurnalistik, karena iming-iming keuntungan yang lebih besar.

       Ad.2. Penyalahgunaan Kebebasan Pers, seperti penyajian berita atau informasi yang tidak akurat, tidak objektif, bias, sensasional, tendensius, menghina, memfitnah, menyebarkan kebohongan, fornografi, menyebarkan permusuhan, mengeksploitasi kekerasan, dll.

VII. TEORI-TEORI TENTANG PERS         1.Teori pers otoritarian : Teori ini menganggap Negara sebagai ekspresi tertinggi

dari pada kelompok manusia, yang   mengungguli masyarakat dan individu. Negara adalah hal yang sangat penting yang dapat membuat manusia menjadi manusia seutuhnya anpa Negara manusia menjadi primitif tidak mencapai tujuan hidupnya.  Oleh karena itu pers adalat alat penguasa untuk menyampaikan                    keinginannya kepada rakyat.            Prinsip-prinsipnya :            a. Media selamanya tunduk pada penguasa                          b. Sensor dibenarkan  tak dapat diterima.            c. Kecaman terhadap penguasa dan penympangannya kebijakannya                                 d. Wartawan tidak memiliki kebebasannya                                  2. Teori Pers Libertarian : Teori menganggab bahwa pers merupakan sarana penyalur hati nurani rakyat untuk  mengawasi dan menetukan sikap terhadap kebijakan pemerintah.  Pers berhadapan dengan pemerintah Pers bukanlah alat kekuasaan pemerintah. Teori ini menganggab sensor sebagai hal yang Inkonstitusional.Tugas-tugasnya :            a. Melayani kebutuhan ekonomi (iklan)            b. Melayani kehidupan politik               c. Mencari keuntungan (kelangsungan hidupnya)                   d. Menjaga hak warga Negara (control social)                        e. Memberi hiburan.                Ciri-cirinya :             a. Publikasi bebas dari penyensoran              b.Tidak memerlukan ijin penerbitan, pendistribusian               c. Kecaman terhadap pejabat, partai politik tidak dipidana

Page 14: Bab i

d.Tidak adak kewajiban untuk mempublikasikan segala hal           .                                                e. Publikasi kesalahan dilindungi sama dengan publikasi kebenaran sepanjang     menyangkut opini dan keyakinan.            f.  Tidak ada batas hukum dalam mencari berita                   g.  Wartawan mempunyai otonomi professional.

       3. Pers Tanggung Jawab Sosial, mengemukakan bahwa kebebasan pers harus disertai dengan tanggung jawab kepada masyarakat, kebebasan pers perlu dibatasi oleh dasar moral, etika dan hati nurani insan pers sebab kemerdekaan pers itu harus disertai tanggung jawab kepada masyarakat.

       4. Teori Pers komunis, menyatakan pers adalah alat pemerintah atau partai yang berkuasa dan bagian integral dari negara sehingga pers itu tunduk kepada negara.  Ciri-ciri pers Komunis adalah :

       a. Media dibawah kendali kelas pekerja karena pers melayani kelas tersebut.       b. Media tidak dimiliki secara pribadi.       c. Masyarakat berhak melakukan sensor.VIII. KODE ETIK JURNALISTIK                                                     

          Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.       Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalisti:

Pasal 1Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.Penafsiran

a.     Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.

b.     Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi. c.      Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara. d.     Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk

menimbulkan kerugian pihak lain.  Pasal 2

Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Penafsiran Cara-cara yang profesional adalah:a.      menunjukkan identitas diri kepada narasumber; b.     menghormati hak privasi; c.      tidak menyuap;

Page 15: Bab i

e.    menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;

f.     menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;

g.    tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;

h.     penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.

Pasal 3Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Penafsiran

a.      Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu.

b.      Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.

c.      Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.

d.      Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang. Pasal 4

Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Penafsiran

a.      Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

b.      Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.

c.      Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan. d.      Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara,

grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi. e.      Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu

pengambilan gambar dan suara.  Pasal 5

Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

Penafsiran a.     Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang

memudahkan orang lain untuk melacak. b.     Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.

Pasal 6Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.  Penafsiran

a.         Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum.

Page 16: Bab i

b.        Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.

Pasal 7Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan. Penafsiran

a.      Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya.

b.      Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber.

c.      Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.

d.      “Off the record” adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.

Pasal 8Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

Penafsiran a.      Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum

mengetahui secara jelas. b.     Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.

Pasal 9Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.

Penafsiran a.     Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati. b.     Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain

yang terkait dengan kepentingan publik. Pasal 10

Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. Penafsiran

a.      Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar.

b.      Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok. Pasal 11

Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Penafsiran

Page 17: Bab i

a.     Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

b.     Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.

c.     Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.

Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi

wartawan dan atau perusahaan pers