BAB I (2)

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terdiri dari ribuan pulau. Selain itu, Indonesia terdiri dari ribuan suku, budaya, dan adat. Karena terdiri dari berbagai suku dan budaya, Indonesia kaya akan perbedaan bahasa, budaya, adat istiadat, serta kebiasaan dalam masyarakatnya. Namun, Indonesia memiliki semboyan yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Sehingga, perbedaam bukanlah sesuatu yang menjadi penghalang untuk memajukan bangsa, namun perbedaan itulah yang menjadi pemersatu bangsa kita. Ada dua pendapat mengenai asal kata adat ini. Di satu pihak ada yang menyatakan bahwa adat diambil dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan. Sedangkan menurut Prof. Amura, istilah ini berasal dari Bahasa Sanskerta karena menurutnya istilah ini telah dipergunakan oleh orang Minangkabau kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Menurutnya adat berasal dari dua kata, a dan dato. A berarti tidak dan dato berarti sesuatu yang bersifat kebendaan. Adat merupakan hal yang melekat pada suatu bangsa Adat 1

description

makalah budaya kajang

Transcript of BAB I (2)

Page 1: BAB I (2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang terdiri dari ribuan pulau. Selain itu,

Indonesia terdiri dari ribuan suku, budaya, dan adat. Karena terdiri dari berbagai suku dan

budaya, Indonesia kaya akan perbedaan bahasa, budaya, adat istiadat, serta kebiasaan

dalam masyarakatnya. Namun, Indonesia memiliki semboyan yaitu “Bhinneka Tunggal

Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Sehingga, perbedaam bukanlah

sesuatu yang menjadi penghalang untuk memajukan bangsa, namun perbedaan itulah

yang menjadi pemersatu bangsa kita.

Ada dua pendapat mengenai asal kata adat ini. Di satu pihak ada yang menyatakan

bahwa adat diambil dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan. Sedangkan menurut Prof.

Amura, istilah ini berasal dari Bahasa Sanskerta karena menurutnya istilah ini telah

dipergunakan oleh orang Minangkabau kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Menurutnya

adat berasal dari dua kata, a dan dato. A berarti tidak dan dato berarti sesuatu yang

bersifat kebendaan.

Adat merupakan hal yang melekat pada suatu bangsa

Adat

Ada tadalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai

kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang

lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan

akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh

masyarakatsetempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang.

Asal kata adat

Menurut Jalaluddin Tunsam (seorang yang berkebangsaan Arab

yang tinggal di Aceh dalam tulisannya pada tahun 1660). "Adat"

berasal dari bahasa Arab عادات, bentuk jamak dari عاد*ة (adah), yang

1

Page 2: BAB I (2)

berarti "cara", "kebiasaan". Di Indonesia kata Adat baru digunakan

pada sekitar akhir abad 19. Sebelumnya kata ini hanya dikenal pada

masyarakat Melayu setelah pertemuan budayanya dengan agama

Islampada sekitar abad 15-an. Kata ini antara lain dapat dibaca pada

Undang-undang Negeri Melayu.

Kebudayaan

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki

bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke

generasi. Budayaterbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk

sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,

bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,

merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak

orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika

seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada

budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan

bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat

kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan

perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan

meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan mengapa

orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari

budaya lain terlihat dalam definisi budaya:

Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan

oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya

sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda

dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,

"keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan "kepatuhan kolektif"

2

Page 3: BAB I (2)

di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali

anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak

dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam

anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa

bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.Dengan demikian,

budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk

mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya

meramalkan perilaku orang lain.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville

J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala

sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan

yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu

adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun

temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian

disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan

mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu

pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan

lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang

menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan

keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan

kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai

anggota masyarakat.Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman

Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta

masyarakat.

3

Page 4: BAB I (2)

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian

mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi

tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang

terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-

hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan

kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia

sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda

yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan

hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya

ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan

bermasyarakat.

Peradaban

Peradabana dalah memiliki berbagai arti dalam kaitannya

dengan masyarakat manusia. Seringkali istilah ini digunakan untuk

merujuk pada suatu masyarakat yang "kompleks": dicirikan oleh

praktik dalam pertanian, hasil karya dan pemukiman, berbanding

dengan budaya lain, anggota-anggota sebuah peradaban akan disusun

dalam beragam pembagian kerja yang rumit dalam struktur hirarki

sosial.Istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang

lebih luas dari istilah "budaya" yang populer dalam kalangan

akademis.Dimana setiap manusia dapat berpartisipasi dalam sebuah

budaya, yang dapat diartikan sebagai "seni, adat istiadat, kebiasaan

/kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisi yang

merupakan sebuah cara hidup masyarakat".

Namun, dalam definisi yang paling banyak digunakan,

peradaban adalah istilah deskriptif yang relatif dan kompleks untuk

pertanian dan budaya kota. Peradaban dapat dibedakan dari budaya

lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial dan beragam kegiatan

ekonomi dan budaya.

4

Page 5: BAB I (2)

Dalam sebuah pemahaman lama tetapi masih sering

dipergunakan adalah istilah "peradaban" dapat digunakan dalam cara

sebagai normatif baik dalam konteks sosial di mana rumit dan budaya

kota yang dianggap unggul lain "ganas" atau "biadab" budaya, konsep

dari "peradaban" digunakan sebagai sinonim untuk "budaya (dan

sering moral) Keunggulan dari kelompok tertentu."

Dalam artian yang sama, peradaban dapat berarti "perbaikan

pemikiran, tata krama, atau rasa". masyarakat yang mempraktikkan

pertanian secara intensif; memiliki pembagian kerja; dan kepadatan

penduduk yang mencukupi untuk membentuk kota-kota.

"Peradaban" dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk

merujuk pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan

penyebarannya (peradaban manusia atau peradaban global). Istilah

peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya

manusia untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya. Maka, dalam

sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan dari tiga faktor yang

menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban. Ketiga faktor tersebut

adalah sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan IPTEK.

Perbedaan Adat,Kebudayaan,dan Peradaban

Peradaban (hadharah) adalah sekumpulan konsep (mafahim)

tentang kehidupan. Peradaban bisa berupa peradaban spiritual

ilahiyah (diniyah ilahiyyah) atau peradaban buatan manusia

(wadl’iyyah basyariyyah). Peradaban spiritual ilahiyah lahir dari sebuah

aqidah (dasar ideologi), seperti peradaban Islam yang lahir dari Aqidah

Islamiyah. Sedangkan peradaban buatan manusia bisa lahir dari

sebuah aqidah, seperti peradaban kapitalisme Barat, yang merupakan

sekumpulan konsep tentang kehidupan yang muncul dari aqidah

5

Page 6: BAB I (2)

sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan). Peradaban buatan

manusia bisa pula tidak lahir dari sebuah aqidah, semisal peradaban

Shinto, Yunani, Babilonia, dan Mesir Kuno. Peradaban-peradaban

tersebut sekedar merupakan sekumpulan konsep yang disepakati oleh

satu atau beberapa bangsa.

Jadi peradaban ini adalah sebuah sebuah peradaban yang

bersifat kebangsaan atau buatan manusia “ adat adalah kebiasaan

yang normatif ". Kalau adat dikatakan sebagai kebiasaan maka kata

adat dalam pengertian ini berasal dari bahasa arab yaitu “adat”.

Dalam ilmu kebudayaan dan kemasyarakatan konsep kebudayaan

sangat banyak sekali. Inventarisasi yang dilakukan oleh C. Kluckhohn

dan A. L Kroeber ahli atropologi pada tahun 1952 telah ditemukan

lebih kurang 179 defenisi.

Tetapi yang sifatnya dan banyak dipakai para ahli adalah

pendapat C. Kluckhohn yang memberikan batasan kebudayaan

sebagai berikut:“kebudayaan adalah keseluruhan dari gagasan,

tindakan, dan hasil karya manusia yang berupa satu sistem dalam

rangka kehidupan masyarakat yang dibiasakan oleh manusia dengan

belajar”.

Kata kebudayaan dalam istilah inggris adalah “culture” yang

berasal dari bahasa latin “colere”yang berarti mengolah, mengerjakan,

terutama mengolah tanah atau pertanian. Dari pengertian ini

kemudian berkembang menjadi “culture”. Istilah “culture” sebagai

istilah teknis dalam penulisan oleh ahli antropologi inggris yang

bernama Edwar B. Tylor mengatakan bahwa “culture” berarti “complex

whole of ideas and thinks produced by men in their historical

experlence”. Sesudah itu pengertian kultur berkembang terus

dikalangan antroplogi dunia. Sebagai istilah umum “culture”

6

Page 7: BAB I (2)

mempunyai arti, kesopanan, kebudayaan, pemeliharaan atau

perkembangan dan pembiakan.(affan/red)

Di dalam lingkungan masyarakat, perbedaan kebudayaan di masyarakat

menjadikan kekhasan tersendiri bagi suku tersebut. Dimulai dari adat pernikahan hingga

adat memperingati kematian merupakan suatu tradisi yang wajib dilakukan oleh

masyarakat adat tersebut. Namun, di beberapa daerah tidak lagi melakukan kegiatan atau

prosesi adat tersebut karena pengaruh arus modern yang masuk ke Indonesia. Tapi masih

ada beberapa suku yang sangat mempertahankan keaslian kebudayaan sukunya. Seperti

suku Minangkabau dan suku Bugis. Oleh karena itu, penulis ingin membuat makalah

mengenai perbedaan kebudayaan dari suku Minangkabau dan suku Bugis.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah kebudayaan suku Minangkabau?

2. Apakah kebudayaan suku Bugis?

3. Apakah perbedaan dari kebudayaan dari suku Kajang dan suku Kajang?

7

Page 8: BAB I (2)

BAB II

PEMBAHASAN

A. BUDAYA SUKU MINANGKABAU

Kebudayaan Minang

Budaya Minangkabau adalah sebuah budaya yang berkembang di Minangkabau serta

daerah rantau Minang. Budaya Minangkabau merupakan salah satu dari dua kebudayaan

besar di Nusantara yang sangat menonjol dan berpengaruh. Budaya ini memiliki sifat

egaliter, demokratis, dan sintetik. Hal ini menjadi anti-tesis bagi kebudayaan besar

lainnya, yakni Budaya Jawa yang bersifat feodal dan sinkretik. Sebelum kedatangan

bangsa-bangsa Barat di kawasan Nusantara ini, adat adalah satu-satunya sistem yang

mengatur masyarakat dan pemerintahan, terutama di kerajaan-kerajaan Melayu, mulai

dari Aceh, Riau, Malaka, Jawa, Banjar, Bugis, hingga Ambon dan Ternate. Agama Islam

pada umumnya terintagrasi dengan adat-adat yang dipakai di kerajaan-kerajaan tersebut.

Sistem religi atau keagamaan di Minangkabau

Kedatangan para reformis Islam dari Timur Tengah pada akhir abad ke-18, telah

menghapus adat budaya Minangkabau yang tidak sesuai dengan hukum Islam. Budaya

menyabung ayam, mengadu kerbau, berjudi, minum tuak, diharamkan dalam pesta-pesta

adat masyarakat Minang. Para ulama yang dipelopori oleh Haji Piobang, Haji Miskin,

dan Tuanku Nan Renceh mendesak kaum adat untuk mengubah pandangan budaya

Minang yang sebelumnya banyak berkiblat kepada budaya animisme dan Hindu-Budha,

untuk berkiblat kepada syariat Islam.

Reformasi budaya di Minangkabau terjadi setelah perang Paderi yang berakhir pada

tahun 1837. Hal ini ditandai dengan adanya perjanjian di Bukit Marapalam antara alim

ulama, tokoh adat, dan cadiak pandai (cerdik pandai). Mereka bersepakat untuk

mendasarkan adat budaya Minang pada syariah Islam. Hal ini tertuang dalam adagium

Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Syarak mangato adat mamakai (Adat

bersendikan kepada syariat, syariat bersendikan kepada Al-Quran). Sejak reformasi

budaya dipertengahan abad ke-19, pola pendidikan dan pengembangan manusia di

Minangkabau berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Sehingga sejak itu, setiap kampung

atau jorong di Minangkabau memiliki masjid, disamping surau yang ada di tiap-tiap

8

Page 9: BAB I (2)

lingkungan keluarga. Pemuda Minangkabau yang beranjak dewasa, diwajibkan untuk

tidur di surau. Di surau, selain belajar mengaji, mereka juga ditempa latihan fisik berupa

ilmu bela diri pencak silat.

Sistem Organisasi Masyarakat

Semenjak zaman kerajaan Pagaruyung, ada tiga sistem adat yang dianut oleh suku

Minangkabau yaitu :

1.        Sistem Kelarasan Koto Piliang

2.        Sistem Kelarasan Bodi Caniago

3.        Sistem Kelarasan Panjang

Dalam pola pewarisan adat dan harta, suku Minang menganut pola matrilineal yang mana

hal ini sangatlah berlainan dari mayoritas masyarakat dunia yang menganut pola

patrilineal. Terdapat kontradiksi antara pola matrilineal dengan pola pewarisan yang

diajarkan oleh agama Islam yang menjadi anutan orang Minang. Oleh sebab itu dalam

pola pewarisan suku Minang, dikenalah harta pusaka tinggi dan harta pusaka rendah.

Harta pusaka tinggi merupakan harta turun temurun yang diwariskan berdasarkan garis

keturunan ibu, sedangkan harta pusaka rendah merupakan harta pencarian yang

diwariskan secara faraidh berdasarkan hukum Islam.

o   Sistem Kelarasan Koto Piliang

Sistem adat ini merupakan gagasan adat yang digariskan oleh Datuk

Ketumanggungan. Ciri yang menonjol dari adat Koto Piliang adalah otokrasi atau

kepemimpinan menurut garis keturunan yang dalam istilah adat disebut sebagai

"menetes dari langit, bertangga naik, berjenjang turun" Sistem adat ini banyak dianut

oleh suku Minang di daerah Tanah Datar dan sekitarnya. Ciri-ciri rumah gadangnya

adalah berlantai dengan ketinggian bertingkat-tingkat.

o   Sistem Kelarasan Bodi Caniago

Sistem adat ini merupakan gagasan adat yang digariskan oleh Datuk Perpatih Nan

Sebatang. Sistem adatnya merupakan antitesis terhadap sistem adat Koto Piliang

dengan menganut paham demokrasi yang dalam istilah adat disebut sebagai "yang

membersit dari bumi, duduk sama rendah, berdiri sama tinggi". Sistem adat ini banyak

9

Page 10: BAB I (2)

dianut oleh suku Minang di daerah Lima Puluh Kota. Cirinya tampak pada lantai

rumah gadang yang rata.

o Sistem Kelarasan Panjang

Sistem ini digagas oleh adik laki-laki dari dua tokoh di atas yang bernama Mambang

Sutan Datuk Suri Dirajo nan Bamego-mego. Dalam adatnya dipantangkang

pernikahan dalam negara yang sama. Sistem ini banyak dianut oleh luhak Agam dan

sekitarnya.Namun dewasa ini semua sistem adat di atas sudah diterapkan secara

bersamaan dan tidak dikotomis lagi.

Sistem Pengetahuan dan teknologi

Masyarakat akademik adalah masyarakat yang dalam berbagai kegiatan sosial

budayanya menggunakan berbagai macam penanda keilmuan, misalnya;penggunaan

angka-angka, dan penggunaan bahasa.Dan menurut kajian sosiologi, disebutkan bahwa

masyarakat demikian adalah masyarakat yang berpikir pragmatis, egaliter dan

metropolis.Artinya, mereka terbuka menerima sesuatu yang baru tanpa kehilangan

identitas dirinya. Berdasarkan kajian sosio-lingustik dan sosiologi tersebut, masyarakat

Minangkabau secara umum dapat dikatakan sebagai masyarakat akademis.

Beberapa indikasi untuk itu adalah sebagai berikut :

1)      Penggunaan angka-angka.

Angka-angka bagi masyarakat Minangkabau tidak hanya sebagai penghitung dan

pembatas sebuah bilangan atau penjumlahan, tetapi sekaligus juga sebagai

pembedamyang satu dengan yang lain.Orang Minang mengenal sistim perimbangan

dengan angka-angka yang genap; dua, empat, delapan, duapuluh dstnya.Bilangan empat

merupakan perimbangan antara dua dan dua. Hal ini banyak ditemukan dalam sistem adat

dan bahasa yang mereka pakai sampai sekarang; koto nan ampek (untuk tempat), urang

nan ampek (untuk fungsi manusia), kato nan ampek (untuk bahasa dan hukum), indak

tahu dinan ampek (untuk etika dan moral), sahabat nan ampek (untuk agama), langkah

ampek (untuk silat), pakok ampek (untuk musik, saluang), dan banyak lagi.Sesuatu yang

empat terdiri dari suatu keseimbangan 2 dan 2. Siang dan malam akan berimbang dan

pagi dan sore.Hilir dan mudik berimbang dengan ateh dan baruah.

2)      Dalam penggunaan bahasa

10

Page 11: BAB I (2)

Dalam sistim komunikasi, diplomasi, perundingan dan pembicaraan umum,masyarakat

Minangkabau lebih mementingkan kesamaan pengertian untuk setiap kata (vocabulary).

Mereka menyadari, bila pengertian untuk satu kata berbeda untuk masing-masing pihak

yang sedang berkomunikasi apalagi dalam suatu perundingan, akan dapat menyebabkan

kesalahan-kesalahan pengertian, maksud dan tujuan. Hal semacam itu dapat disimak

dalam pidato-pidato adat atau pasambahan. Setiap kata selalu diberikan batasan yang

jelas. Seperti misalnya, orang Minang tidak mengenal kata biru dalam kamus bahasanya,

mereka mengenal kata hijau.

Untuk biru laut, mereka harus menjelaskan dengan sebutan “ijau lauik”, hijau

seperti warna laut, ijau daun (untuk warna daun), ijau pucuak (untuk warna hijau muda),

dsbnya. Memberikan batasan yang jelas terhadap suatu kata, dalam kehidupan

masyarakat modern ditemukan saat mereka menyiapkan naskah perundang-undangan,

perjanjian-perjianjian, pernyataan-pernyataan, kertas kerja ilmiah.

Sistem sosial

Selain dua faktor di atas, masih ada beberapa kondisi sosial masyarakat Minang

yang mempercepat mereka menyerap dan mengembangkan pengetahuan, ilmu dan

teknologi. Sejarah telah mengantarkan informasi yang sangat berharga sekali kepada kita.

Orang Minang adalah masyarakat yang sangat mementingkan informasi. Selalu mereka

bertanya kepada seseorang yang datang .Bagaimana khabar. Bukan sapaan; alah makan.

Dalam sejarahnya, masyarakat Minangkabau dikenal sebagai masyarakat yang lebih dulu

mengenal dan menerbitkan surat kabar di Indonesia. Surat kabar terbanyak yang terbit di

Indonesia, adalah di Minangkabau.

Begitu juga penerbitan buku-buku.Pembuatan senjata dan mesiu, merupakan

home industri terbesar Minangkabau . Catatan Raffles terhadap masyarakat di pedalaman

Minangkabau terhadap hal ini dapat dipelajari kembali. Menghancurkan home industri

inilah yang pertama dilakukan Belanda sebelum mereka merajalela di Minangkabau.

Begitu juga dengan adanya institusi merantau, telah menyebabkan orang Minang

menjadi sangat terbuka, menerima berbagai perkembangan keilmuan. Karenanya, sampai

sekarang “rantau” bagi orang Minang adalah “jembatan” bagi mereka untuk

11

Page 12: BAB I (2)

menyalurkan berbagai ilmu dan pengetahuan bagi masyarakatnya yang berada di

negerinya (nagari). Dari apa yang dibentangkan seperti di atas dapat dijadikan sebagai

indikator bahwa masyarakat Minangkabau adalah masyarakat yang “sesungguhnya”

adalah masyarakat yang selalu berjalan di depan dalam menyerap dan pengembangkan

pengetahuan, ilmu dan teknologi.

Bahasa

Bahasa Minangkabau merupakan salah satu anak cabang bahasa Austronesia.

Walaupun ada perbedaan pendapat mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan

bahasa Melayu, ada yang menganggap bahasa yang dituturkan masyarakat ini sebagai

bagian dari dialek Melayu, karena banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk tuturan di

dalamnya, sementara yang lain justru beranggapan bahasa ini merupakan bahasa mandiri

yang berbeda dengan Melayu serta ada juga yang menyebut bahasa Minangkabau

merupakan bahasa proto-Melayu. Selain itu dalam masyarakat penutur bahasa Minang itu

sendiri juga sudah terdapat berbagai macam dialek bergantung kepada daerahnya masing-

masing.

Pengaruh bahasa lain yang diserap ke dalam Bahasa Minang umumnya dari Sanskerta,

Arab, Tamil, dan Persia. Kemudian kosakata Sanskerta dan Tamil yang dijumpai pada

beberapa prasasti di Minangkabau telah ditulis menggunakan bermacam aksara di

antaranya Dewanagari, Pallawa, dan Kawi. Menguatnya Islam yang diterima secara luas

juga mendorong masyarakatnya menggunakan Abjad Jawi dalam penulisan sebelum

berganti dengan Alfabet Latin.

Meskipun memiliki bahasa sendiri orang Minang juga menggunakan Bahasa

Melayu dan kemudian bahasa Indonesia secara meluas. Historiografi tradisional orang

Minang, Tambo Minangkabau, ditulis dalam bahasa Melayu dan merupakan bagian sastra

Melayu atau sastra Indonesia lama. Suku Minangkabau menolak penggunaan bahasa

Minangkabau untuk keperluan pengajaran di sekolah-sekolah Bahasa Melayu yang

dipengaruhi baik secara tata bahasa maupun kosakata oleh bahasa Arab telah digunakan

untuk pengajaran agama Islam. Pidato di sekolah agama juga menggunakan bahasa

Melayu. Pada awal abad ke-20 sekolah Melayu yang didirikan pemerintah Hindia

Belanda di wilayah Minangkabau mengajarkan ragam bahasa Melayu Riau, yang

12

Page 13: BAB I (2)

dianggap sebagai bahasa standar dan juga digunakan di wilayah Johor, Malaya. Namun

kenyataannya bahasa yang digunakan oleh sekolah-sekolah Belanda ini adalah ragam

yang terpengaruh oleh bahasa Minangkabau.

Guru-guru dan penulis Minangkabau berperan penting dalam pembinaan bahasa

Melayu Tinggi. Banyak guru-guru bahasa Melayu berasal dari Minangkabau, dan sekolah

di Bukittinggi merupakan salah satu pusat pembentukan bahasa Melayu formal. Dalam

masa diterimanya bahasa Melayu Balai Pustaka, orang-orang Minangkabau menjadi

percaya bahwa mereka adalah penjaga kemurnian bahasa yang kemudian menjadi bahasa

Indonesia itu.

B. BUDAYA SUKU BUGIS

Suku Bugis atau to Ugi’ adalah salah satu suku di antara sekian banyak suku di

Indonesia. Mereka bermukim di Pulau Sulawesi bagian selatan. Namun, dalam

perkembangannya, saat ini komunitas Bugis telah menyebar luas ke seluruh Nusantara.

Ugi bukanlah sebuah kata yang memiliki makna. Tapi merupakan kependekan dari La

Satumpugi, nama seorang raja yang pada masanya menguasai sebagian besar wilayah

Provinsi Sulawesi Selatan. La Satumpugi terkenal baik dan dekat dengan rakyatnya.

Rakyatnya pun menyebut diri mereka To Ugi, yang berarti Orang Ugi atau Pengikut Ugi.

Dalam perjalanannya, seiring gerakan ke-Indonesiaan, Ugi dibahasa-Indonesiakan

menjadi Bugis dan diidentifikasikan menjadi salah satu suku resmi dalam lingkup negara

Republik Indonesia.

Kebudayaan Suku Bugis

Budaya–budaya Bugis sesungguhnya yang diterapkan dalam kehidupan sehari–

hari mengajarkan hal–hal yang berhubungan dengan akhlak sesama, seperti mengucapkan

tabe’ (permisi) sambil berbungkuk setengah badan bila lewat di depan sekumpulan

orang-orang tua yang sedang bercerita, mengucapkan iyé’ (dalam bahasa Jawa nggih),

jika menjawab pertanyaan sebelum mengutarakan alasan, ramah, dan menghargai orang

yang lebih tua serta menyayangi yang muda. Inilah di antaranya ajaran–ajaran suku Bugis

13

Page 14: BAB I (2)

sesungguhnya yang termuat dalam Lontara‘ yang harus direalisasikan dalam kehidupan

sehari–hari oleh masyarakat Bugis.

Suku Bugis juga kental dengan adat yang khas: adat pernikahan, adat bertamu,

adat bangun rumah, adat bertani, prinsip hidup, dan sebagainya. Meskipun sedikit

banyaknya telah tercampur dengan ajaran Islam. Adat sendiri yang dimiliki Suku Bugis

menandakan satu hal: Suku Bugis pada masanya memiliki peradaban yang luar biasa

hebatnya. Nenek moyang Suku Bugis adalah orang-orang pintar yang mampu

menciptakan dan mewariskan ilmu pengetahuan.

Umumnya rumah orang Bugis berbentuk rumah panggung dari kayu berbentuk

segi empat panjang dengan tiang-tiang yang tinggi memikul lantai dan atap. Konstruksi

rumah dibuat secara lepas-pasang (knock down) sehingga bisa dipindahkan dari satu

tempat ke tempat lain.

Orang Bugis memandang rumah tidak hanya sekedar tempat tinggal tetapi juga

sebagai ruang pusat siklus kehidupan. Tempat manusia dilahirkan, dibesarkan, kawin,

dan meninggal. Karena itu, membangun rumah haruslah didasarkan tradisi dan

kepercayaan yang diwarisi secara turun temurun dari leluhur. Konstruksi berbentuk

panggung yang terdiri atas tingkat atas, tengah, dan bawah diuraikan yaitu :

Tingkat atas digunakan untuk menyimpan padi dan benda-benda pusaka. Tingkat tengah,

yang digunakan sebagai tempat tinggal, terbagi atas ruang-ruang untuk menerima tamu,

tidur, makan dan dapur. Tingkat dasar yang berada di lantai bawah diggunakan untuk

menyimpan alat-alat pertanian, dan kandang ternak. Rumah tradisional bugis dapat juga

digolongkan berdasarkan status pemiliknya atau berdasarkan pelapisan sosial yang

berlaku.

SISTEM RELIGI

Pada mulanya, agama Suku Bugis adalah animisme yang diwariskan secara turun-

temurun. Masyarakat di sini merupakan pengikut aliran kepercayaan sure galigo, yaitu

sebuah kepercayaan pada dewa tunggal yang sering mereka sebut dengan Patoto E.

14

Page 15: BAB I (2)

Bahkan, sampai saat ini masih ada masyarakat Bugis yang mempercayai aliran ini.

Namun animisme itu terkikis sejak ulama asal Sumatera bernama Datuk Di Tiro

menyebarkan ajaran Islam di Sulawesi Selatan. Islam kemudian menjadi agama utama

Suku Bugis hingga kini. Islam masuk ke daerah Suku Bugis sekitar abad ke 17, melalui

para pedagang Melayu. Ajaran Islam yang mudah diterima oleh masyarakat setempat

membuat agama ini menjadi pilihan di antarakeberagaman agama lainnya. Mereka bisa

menerima Islam dengan baik karena menurut mereka ajaran Islam tidak mengubah nilai-

nail, kaidah kemasyarakatan dan budaya yang telah ada.

Walaupun demikian, beberapa komunitas Suku Bugis tidak mau meninggalkan

animisme. Ketika Pemerintah Indonesia menawarkan kepada mereka lima agama untuk

dianut, mereka lebih memilih agama Budha atau Hindu yang mereka anggap menyerupai

animisme mereka. Maka jangan heran kalau ada orang Bugis yang menunjukkan KTP-

nya bertuliskan agama Budha atau Hindu.

SISTEM ORGANISASI KEMASYARAKATAN

Suku Bugis merupakan suku yang menganut sistem patron klien atau sistem

kelompok kesetia kawanan antara pemimpin dan pengikutnya yang bersifat menyeluruh.

Salah satu sistem hierarki yang sangat kaku dan rumit. Namun, mereka mempunyai

mobilitas yang sangat tinggi, buktinya dimana kita berada tak sulit berjumpa dengan

manusia Bugis. Mereka terkenal berkarakter keras dansangat menjunjung tinggi

kehormatan, pekerja keras demi kehormatan nama keluarga.

Sedangkan sistem kekerabatan orang Bugis disebut assiajingeng yang mengikuti

sistem bilateral atau sistem yang mengikuti pergaulan hidup dari ayah maupun dari pihak

ibu. Garis keturunan berdasarkan kedua orang tua sehingga seorang anak tidak hanya

menjadi bagian dari keluarga besar ayah tapi juga menjadi bagian dari keluarga besar ibu.

Hubungan kekerabatan atau assiajingeng ini dibagi dua yaitu siajing mareppe(kerabat

dekat) dan siajing mabella (kerabat jauh). Kerabat dekat atau siajing mareppe adalah

penentu dan pengendali martabat keluarga. Siajing mareppe inilah yang akan menjadi tu

masiri’ (orang yang malu) bila ada perempuan anggota keluarga mereka yang ri lariang

15

Page 16: BAB I (2)

(dibawa lari oleh orang lain). Mereka punya kewajiban untuk menghapus siri’ atau malu

tersebut.

Anggota siajing mareppe didasarkan atas dua jalur, yaitu reppe mereppe atau

anggota kekeluargaan berdasarkan hubungan darah dan siteppang mareppe(sompung

lolo) atau anggota kekeluargaan berdasarkan hubungan perkawinan.

SISTEM PENCAHARIAN

Wilayah Suku Bugis terletak di dataran rendah dan pesisir pulau Sulawesibagian

selatan. Di dataran ini, mempunyai tanah yang cukup subur, sehingga banyak masyarakat

Bugis yang hidup sebagai petani. Selain sebagai petani, SukuBugis juga di kenal sebagai

masyarakat nelayan dan pedagang. Meskipun mereka mempunyai tanah yang subur dan

cocok untuk bercocok tanam, namun sebagian besar masyarakat mereka adalah pelaut.

Suku Bugis mencari kehidupan dan mempertahankan hidup dari laut.Tidak sedikit

masyarakat Bugis yang merantau sampai ke seluruh negeri dengan menggunakan Perahu

Pinisi-nya. Bahkan, kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi samudra cukup dikenal

luas hingga luar negeri, di antara wilayah perantauan mereka, seperti Malaysia, Filipina,

Brunei, Thailand, Australia, Madagaskar dan Afrika Selatan. Suku Bugis memang

terkenal sebagai suku yang hidup merantau. Beberapa dari mereka, lebih suka berkeliaran

untuk berdagang dan mencoba melangsungkan hidup di tanah orang lain. Hal ini juga

disebabkan oleh faktor sejarah orang Bugis itu sendiri di masa lalu.

SISTEM TEKNOLOGI DAN PERALATAN

Dengan terciptanya peralatan untuk hidup yang berbeda, maka secaraperlahan tapi

pasti, tatanan kehidupan perorangan, dilanjutkan berkelompok,kemudian membentuk

sebuah masyarakat, akan penataannya bertumpu pada sifat-sifat peralatan untuk hidup

tersebut. Peralatan hidup ini dapat pula disebut sebagaihasil manusia dalam mencipta.

Dengan bahasa umum, hasil ciptaan yang berupaperalatan fisik disebut teknologi dan

proses penciptaannya dikatakan ilmupengetahuan dibidang teknik.Sejak dahulu, suku

Bugis di Sulawesi Selatan terkenal sebagai pelautyang ulung. Mereka sangat piawai

16

Page 17: BAB I (2)

dalam mengarungi lautan dan samudera luas hingga ke berbagai kawasan di Nusantara

dengan menggunakan perahu Pinisi.

1. Perahu Pinisi

Perahu Pinisi termasuk alat transportasi laut tradisional masyarakat Bugisyang

sudah terkenal sejak berabad-abad yang lalu. Menurut cerita di dalamnaskah

Lontarak I Babad La Lagaligo, Perahu Pinisi sudah ada  sekitar abad ke-14M.

Menurut naskah tersebut, Perahu Pinisi pertama kali dibuat olehSawerigading,

Putra Mahkota Kerajaan Luwu. Bahan untuk membuat perahutersebut diambil dari

pohon welengreng (pohon dewata) yang terkenal sangatkokoh dan tidak mudah rapuh.

Namun, sebelum pohon itu ditebang, terlebih dahulu dilaksanakan upacara khusus 

agar  penunggunya  bersedia  pindah ke pohon lainnya. Hingga saat ini, Kabupaten

Bulukumba masih dikenal sebagai produsen Perahu Pinisi.

2. Sepeda dan Bendi

Sepeda ataupun Dokar, koleksi Perangkat pertanian Tadisional ini adalahbukti

sejarah peradaban bahwa sejak jaman dahulu bangsa indonesia khususnyamasyarakat

Sulawesi Selatan telah dikenali sebagai masyarakat yang bercocok tanam. Mereka

menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian terutamatanaman padi sebagai bahan

makanan pokok.

3. Koleksi peralatan menempa besi dan hasilnya

Jika anda ingin mengenali lebih jauh tentang sisi lain dari kehidupan masalampau

masyarakat Sulawesi Selatan, maka anda dapat mengkajinya melaluikoleksi trdisional

menempa besi, Hasil tempaan berupa berbagai jenis senjatatajam, baik untuk

penggunan sehari – hari maupun untuk perlengkapan upacaraadat.

4. Koleksi Peralatan Tenun Tradisional

Dari koleksi Peralatan Tenun Tradisional ini, dapat diketahui bahwabudaya

menenun di Sulawesi Selatan diperkirakan berawal dari jaman prasejarah,yakni

17

Page 18: BAB I (2)

ditemukan berbagai jenis benda peninggalan kebudayaan dibeberapa daerahseperti

leang – leang kabupaten maros yang diperkirakan sebagai pendukung pembuat

pakaian dari kulit kayu dan serat – serat tumbuhan-tumbuhan. Ketika pengetahuan

manusia pada zaman itu mulai Berkembang mereka menemukan cara yang lebih baik

yakni alat pemintal tenun dengan bahan baku benang kapas. Dari sinilah mulai

tercipta berbagai jenis corak kain saung dan pakaian tradisional.

BAHASA DAN LITERATUR

Dalam kesehariannya hingga saat ini orang bugis masih menggunakan bahasa

“Ugi” yang merupakan bahasa keluarga besar dari bahasa Austronesia Barat. Selain itu,

orang Bugis juga memilikis aksara sendiri yakni aksara lontara yang berasal dari huruf

Sansekerta. Bahkan uniknya, logat bahasa Bugis berbeda di setiap wilayahnya; ada yang

kasar dan ada yang halus. Bahasa, yang dimiliki Suku Bugis menandakan satu hal: Suku

Bugis pada masanya memiliki peradaban yang luar biasa hebatnya. Nenek moyang Suku

Bugis adalah orang-orang pintar yang mampu menciptakan dan mewariskan ilmu

pengetahuan.

C. PERBEDAAN ANTARA SUKU KAJANG DAN SUKU BUGIS

Budaya Minangkabau adalah sebuah budaya yang berkembang di Minangkabau

serta daerah rantau Minang. Budaya Minangkabau merupakan salah satu dari dua

kebudayaan besar di Nusantara yang sangat menonjol dan berpengaruh. Budaya ini

memiliki sifat egaliter, demokratis, dan sintetik. Hal ini menjadi anti-tesis bagi

kebudayaan besar lainnya, yakni Budaya Jawa yang bersifat feodal dan sinkretik.

Sebelum kedatangan bangsa-bangsa Barat di kawasan Nusantara ini, adat adalah satu-

satunya sistem yang mengatur masyarakat dan pemerintahan, terutama di kerajaan-

kerajaan Melayu, mulai dari Aceh, Riau, Malaka, Jawa, Banjar, Bugis, hingga Ambon

dan Ternate. Agama Islam pada umumnya terintagrasi dengan adat-adat yang dipakai di

kerajaan-kerajaan tersebut.

18

Page 19: BAB I (2)

Sedangkan, Suku Bugis atau to Ugi’ adalah salah satu suku di antara sekian banyak suku

di Indonesia. Mereka bermukim di Pulau Sulawesi bagian selatan. Namun, dalam

perkembangannya, saat ini komunitas Bugis telah menyebar luas ke seluruh Nusantara.

Ugi bukanlah sebuah kata yang memiliki makna. Tapi merupakan kependekan dari La

Satumpugi, nama seorang raja yang pada masanya menguasai sebagian besar wilayah

Provinsi Sulawesi Selatan. La Satumpugi terkenal baik dan dekat dengan rakyatnya.

Rakyatnya pun menyebut diri mereka To Ugi, yang berarti Orang Ugi atau Pengikut Ugi.

Dalam perjalanannya, seiring gerakan ke-Indonesiaan, Ugi dibahasa-Indonesiakan

menjadi Bugis dan diidentifikasikan menjadi salah satu suku resmi dalam lingkup negara

Republik Indonesia.

19

Page 20: BAB I (2)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Suku Bugis atau to Ugi’ adalah salah satu suku di antara sekian banyak suku di

Indonesia. Mereka bermukim di Pulau Sulawesi bagian selatan

2. Suku Minangkabau adalah sebuah suku yang berkembang di Minangkabau serta

daerah rantau Minang.

3. Suku Bugis atau to Ugi’ adalah salah satu suku di antara sekian banyak suku di

Indonesia. Mereka bermukim di Pulau Sulawesi bagian selatan. Suku

Minangkabau adalah sebuah suku yang berkembang di Minangkabau serta daerah

rantau Minang.

20

Page 21: BAB I (2)

DAFTAR PUSTAKA

file:///E:/hukum%20laut/puss%20blog%20%20makalah%20kebudayaan%20minangkabau

%28softskill%29.htm

file:///E:/hukum%20laut/Kebudayaan%20Suku%20Bugis%20_%20zulfaworld.htm

file:///E:/hukum%20laut/Pengertian%20Dan%20Perbedaan%20Adat,%20Kebudayaan,%20dan

%20Peradaban%20_%20HIMMABA.htm

21