Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri...

21
183 Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri Nelayan Dalam Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga Strategi Menyeimbangkan Kegiatan Domestik dan Kegiatan Publik Bagi kaum perempuan atau istri, sejarah mencatat bahwa sudah cukup lama mereka terlibat atau berpartisipasi pada kegiatan- kegiatan di ranah publik yang berorientasi ekonomi atau pendapatan, secara kultural religius, sosial maupun politik. Keterlibatan mereka pada kegiatan- kegiatan di ranah publik tidak serta merta mengabaikan atau meninggalkan kegiatan di ranah domestik seperti memasak, memelihara atau mengasuh anak, mengurus keperluan rumah tangga dan kegiatan sejenisnya atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kasur - sumur - dapur. Peran domestik lazimnya mencakup perempuan sebagai: (a) istri, (b) ibu dan (c) pengelola rumah tangga. Sedang peran atau kegiatan pada ranah publik mencakup perempuan sebagai: (a) tenaga kerja, (b) anggota masyarakat dan (c) orang yang terlibat dalam organisasi kemasyarakatan. Terkait dengan kedua jenis peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah bagaimana kaum perempuan atau istri khususnya atau rumah tangga pada umumnya mampu mengelola sehingga tidak menimbulkan masalah-masalah dalam rumah tangga. Dengan demikian pemecahannya adalah bagaimana memadukan atau menyeimbangkan kedua jenis peran tersebut.

Transcript of Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri...

Page 1: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

183

Bab 8

Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri Nelayan Dalam Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga

Strategi Menyeimbangkan Kegiatan Domestik dan Kegiatan Publik

Bagi kaum perempuan atau istri, sejarah mencatat bahwa sudah cukup lama mereka terlibat atau berpartisipasi pada kegiatan- kegiatan di ranah publik yang berorientasi ekonomi atau pendapatan, secara kultural religius, sosial maupun politik. Keterlibatan mereka pada kegiatan- kegiatan di ranah publik tidak serta merta mengabaikan atau meninggalkan kegiatan di ranah domestik seperti memasak, memelihara atau mengasuh anak, mengurus keperluan rumah tangga dan kegiatan sejenisnya atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kasur - sumur - dapur. Peran domestik lazimnya mencakup perempuan sebagai: (a) istri, (b) ibu dan (c) pengelola rumah tangga. Sedang peran atau kegiatan pada ranah publik mencakup perempuan sebagai: (a) tenaga kerja, (b) anggota masyarakat dan (c) orang yang terlibat dalam organisasi kemasyarakatan. Terkait dengan kedua jenis peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah bagaimana kaum perempuan atau istri khususnya atau rumah tangga pada umumnya mampu mengelola sehingga tidak menimbulkan masalah-masalah dalam rumah tangga. Dengan demikian pemecahannya adalah bagaimana memadukan atau menyeimbangkan kedua jenis peran tersebut.

Page 2: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

184

Pengelolaan kedua jenis kegiatan tersebut yakni ranah domestik dan ranah publik, terkait dengan pendekatan yang dilakukan kaum perempuan mensinergikan keduanya atau menyeimbangkan keduanya, sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi rumah-tangganya. Dengan demikian satu dan lain pihak mampu mencegah kemungkinan terjadinya dampak negatif dalam rumah tangga. Pendekatan atau strategi menyeimbangkan kegiatan di ranah domestik dan ranah publik nampaknya berbeda-beda diantara kaum perempuan tergantung banyak faktor, antara lain faktor budaya lokal dan yang penting adalah kerakteristik dari kegiatan publik yang dilakukan oleh kaum perempuan.

Setiap jenis pekerjaan memiliki karakteristik tertentu seperti hal-hal yang berkaitan dengan: (a) resiko, (b) kondisi yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tersebut, (c) curahan waktu yang dibutuhkan dan (d) ketersediaan bahan baku dan karakteristik yang lain.

Hunga dalam Candraningrum Dewi (2014), dalam pene-litiannya mengenai batik menunjukkan bahwa kaum perempuan mensinergikan kedua jenis kegiatan tersebut dengan cara mendekatkan kegiatan- kegiatan di ranah publik sebagai pekerja batik dengan kegiatan-kegiatan domestik. Kedua jenis kegiatan tersebut dilak-sanakan di rumah atau di tempat tinggalnya. Pendekatan atau strategi semacam itu juga ditemukan dari penelitian Mila Karmilah dkk dalam Candraningrum Dewi (2014) di Kasongan kaum perempuan yang mengerjakan kerajinan gerabah membawa pekerjaanya atau kegiatan ranah publik ke rumah atau tempat tinggalnya sehingga mereka masih dapat melakukan tugasnya untuk kegiatan-kegiatan domestik secara bersama-sama.

Berbeda dengan kedua jenis temuan penelitian di atas, penelitian ini menemukan strategi atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan kaum perempuan atau istri nelayan tradisional dalam menyeimbangkan kegiatan-kegiatan di ranah domestik dan di ranah publik. Karakteristik kegiatan yang dilakukan mereka atau para istri

Page 3: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

BAB 8 – STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA

185

nelayan tradisional lebih banyak melakukan kegiatan publik atau kegiatan produktif untuk mendapatkan pendapatan di lokasi dekat pantai atau dekat Tempat Pelelangan Ikan (TPI ) yang lokasinya tidak selalu berdekatan dengan lokasi rumah atau tempat tinggalnya. Yang dilakukan para istri nelayan dalam menyeimbangkan kegiatan domestik dan publik ialah dengan cara menyerahkan sebagian kegiatan di ranah domestik kepada anggota rumah tangga seperti anaknya, orang tuanya atau anggota rumah tangga yang lain, manakala istri nelayan tradisional yang bersangkutan berada di lokasi kegiatan publik. Selama istri nelayan masih berada di rumah atau tempat tinggalnya, mereka melakukan semua jenis kegiatan domestik. Menurut peneliti, kiranya masalahnya bukan terletak pada bagaimana pentingnya atau apapun bentuknya selama tidak menimbulkan dampak negatif pada: (a) kenyamanan atau harmonisasi dalam rumah tangga, (b) terjaga dan terjaminnya relasi antar anggota rumah tangga dan (c) terbangunnya saling pengertian semua anggota rumah tangga.

Menyeimbangkan kegiatan domestik dan publik mencakup banyak aspek kehidupan dalam rumah tangga, antara kepentingan anggota rumah tangga, dalam pemenuhan kebutuhan, pemenuhan kesenangan atau hobi masing-masing anggota rumah tangga, termasuk kerja atau kegiatan untuk memperoleh pendapatan dan kehidupan rumah tangga. Hal ini terkait dengan kehidupan para istri nelayan tradisional dalam dua ranah yakni ranah publik (work) dan ranah domestik (live). Secara konseptual, keseimbangan kerja (work) dan rumah tangga (live) dikenal sebagai “Work – Live Balance : WLB”.

Greenbalt (2002) menyatakanWork-Live Balance as the absence of unacceptable levels of conflict between work and non-work demands. Jadi Work-Live Balance sebagai ketiadaan konflik antara bekerja (work) dengan non bekerja (live) atau kehidupan rumah tangga.

Definisi lain tentang Work-Live Balance disampaikan Clark (2000) yakni Work-Live Balance as satisfaction and good functioning at

Page 4: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

186

work and at home with a minimum of role conflict. Hal ini mengandung arti bahwa Work-Live Balance sebagai kondisi kepuasan kerja dan rumah tangga dengan kondisi konflik yang minimum.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka pada dasarnya menyeimbangkan kegiatan domestik dan publik bagi rumah tangga bukanlah merupakan kondisi yang sulit untuk dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan baik bila anggota rumah tangga yang bersangkutan memahami akan konsekuensi dalam setiap melakukan kegiatan- kegiatan domestik maupun publik. Dengan demikian diperlukan sikap dan perilaku serta memperhatikan budaya dan karakteristik dari kedua kegiatan tersebut.

Strategi Menguatkan Peran Istri Nelayan dalam Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga

Analisis FGD dilakukan untuk memetakan seluruh strategi yang dapat dilakukan dalam rangka menguatkan peran istri nelayan tradisional dalam meningkatkan ekonomi rumah tangga. Terdapat empat hal yang perlu dikaji yakni aspek fisik dan finansial, aspek manajemen, aspek SDM, dan aspek kebijakan. Pada masing-masing aspek juga terdiri dari beberapa alternatif program yang lebih bersifat breakdown dari masing-masing aspek.

Dalam penelitian ini, seluruh aspek dan strategi teknis diperoleh dari survey awal yang dilakukan di lapangan. Survey awal berupa diskusi dengan seluruh key persons dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait seperti aparat pemerintah desa, dinas terkait, masyarakat nelayan tradisional, istri nelayan tradisional hingga akademisi. Kemudian dihasilkan serangkaian upaya berdasarkan intisari dari hasil FGD tersebut. Tabel 8.1 di bawah menunjukan masing-masing strategi dalam rangka penguatan peran istri nelayan tradisional dalam kehidupan ekonomi rumah tangga.

Page 5: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

BAB 8 – STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA

187

Tabel 8.1 Serangkaian Strategi Menguatkan Peran Istri Nelayan Tradisional

Berdasarkan Hasil FGD

Kriteria Alternatif Aspek Fisik dan Finansial Pemberian bantuan peralatan teknis (timbangan,

cool box, ember, penjemur ikan dan lainnya) Pemberian pinjaman lunak kepada istri nelayan

yang bergerak di sektor UMKM kenelayanan

Aspek Manajemen Pelatihan pengelolaan manajemen modern Menguatkan peran manajemen kelembagaan (KUD,

kelompok usaha istri nelayan tradisional dan lainnya)

Pendampingan dari lembaga terkait kepada istri nelayan tradisional untuk menjalankan usaha berbasis manajemen modern

Aspek SDM Program pemberdayaan wanita pesisir (penyuluhan, motivasi, dukungan psikologis, dan lainnya)

Mengubah pola pikir istri nelayan yang masih sederhana

Pendidikan informal melalui pelatihan teknis (inovasi produksi, inovasi pemasaran, inovasi usaha, diversifikasi produksi, dan lainnya)

Pendampingan berkala kepada istri nelayan

Aspek Kebijakan Peningkatan alokasi anggaran daerah untuk pemberdayaan istri nelayan

Merancang program pemberdayaan yang bersifat bottom up, aspiratif dan berbasis pada pemetaan kondisi kewilayahan

Penyusunan program dan merancang kebijakan yang koordinatif antara elemen terkait yakni Pemda, Pemerintah Desa, Penyuluh, Akademisi, dan lainnya

Keseluruhan kriteria dan alternatif tadi merupakan intisari dari hasil musyawarah FGD. Tujuan dari musyawarah adalah mencari jawaban dari permasalahan dengan lebih komprehensif. Harapannya akan diperoleh informasi-informasi yang holistik. Pemahaman akan

Page 6: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

188

peran istri nelayan dalam kehidupan ekonomi rumah tangga perlu untuk dikaji secara mendalam dan lebih luas.

Selanjutnya dari keempat aspek ini akan dikaji secara mendalam berdasarkan informasi yang diperoleh dari key persons. Dari hasil analisis FGD dapat dinyatakan bahwa aspek fisik dan financial merupakan salah satu hal yang paling prioritas dalam upaya penguatan peran istri nelayan tradisional untuk mendukung ekonomi rumah tangga. Aspek fisik dan finansial menjadi prioritas utama antara lain karena merupakan permasalahan klasik istri nelayan tradisional dalam melakukan kegiatan produktif. Karena selama ini kendala utama adalah kekurangan modal dan sarana penunjang produksi. Selanjutnya aspek utama yang lain dalam rangka penguatan peran istri nelayan tradisional adalah aspek manajemen. Sistem manajemen usaha yang masih tradisional dan konvensional dirasakan menjadi hambatan dalam mengembangkan kegiatan produktif yang dijalankan oleh para istri nelayan. Aspek lain yang tidak dapat ditinggalkan dalam rangka menguatkan peran istri nelayan tradisional adalah SDM. Berikut disajikan paparan lebih lanjut untuk setiap aspek.

Aspek Fisik dan Finansial

Dalam penelitian ini, aspek fisik dan financial adalah salah satu elemen terpenting. Mengacu pada hasil FGD, terdapat dua alternatif program dalam aspek ini yakni: pemberian bantuan peralatan teknis seperti timbangan, cool box, ember, penjemur ikan, serta alternatif kedua yaitu pemberian pinjaman lunak kepada istri nelayan tradisional yang bergerak di sektor UMKM kenelayanan. Kedua hal ini yang menurut seluruh key persons dianggap sangat penting dalam penguatan peran istri nelayan guna mendukung ekonomi rumah tangga.

Para istri nelayan tradisional menganggap bahwa, bantuan fisik dan finansial merupakan dua hal yang sama-sama penting dan sangat dibutuhkan. Selama ini, masyarakat sangat tergantung pada pinjaman dari lembaga keuangan konvensional untuk memenuhi kebutuhan

Page 7: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

BAB 8 – STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA

189

modal mereka, terlebih bila kebutuhan modal sangat mendesak. Kebutuhan yang sangat mendesak biasanya dipenuhi istri nelayan dari lembaga keuangan non resmi yang disebut Bank Tongol. Lembaga keuangan kebanyakan berbadan hukum sebagai unit Koperasi Simpan Pinjam (KSP), para istri nelayan tradisional tidak akan kesulitan untuk mencari pinjaman karena Bank Tongol akan sangat mudah ditemukan di kampung pesisir.

Keberadaan Bank Tongol cukup membantu para istri nelayan yang sering mengalami kekurangan modal harian. Bank Tongol juga banyak memberikan pinjaman modal kepada para nelayan. Kebutuhan modal harian rumah tangga nelayan lebih cepat dan lebih mudah dipenuhi oleh Bank Tongol. Tapi, di sisi lain, tingkat bunga yang ditetapkan relatif tinggi. Skim pinjaman dengan bunga tinggi dianggap memberatkan rumah tangga nelayan. Masyarakat nelayan tradisional sebenarnya sangat menyadari hal ini, namun mereka tidak memiliki pilihan lain untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak.

Kesadaran akan hal inilah yang membuat para istri nelayan tradisional memandang permodalan merupakan aspek yang terpenting dalam rangka menguatkan kapasitas usaha mereka. Istri nelayan tradisional membutuhkan pinjaman dengan skim yang ringan. Lembaga keuangan konvensional yang resmi dianggap mampu memberikan dukungan kepada istri nelayan tradisional. Pemerintah perlu untuk mengambil peran dalam hal ini. Memang perlu disadari bahwa kemampuan anggaran pemerintah daerah juga terbatas. Oleh karena itu, aspek penyediaan modal tidak harus dipenuhi oleh pemerintah. Pemerintah dapat mengambil tugas atau wewenang sebagai fasilitator dan evaluator serta pendamping. Untuk penyediaan dana segar, pemerintah dapat menggandeng pihak terkait seperti lembaga keuangan konvensional seperti Bank Pembangunan Daerah dan lembaga lain yang terkait.

Selain permodalan, pemberian bantuan teknis berupa peralatan-peralatan yang menunjang kegiatan produksi merupakan hal-hal yang diperlukan oleh para istri nelayan tradisional dalam menjalankan kegiatan usahanya. Selama ini, peralatan yang dimiliki

Page 8: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

190

masih tradisional. Belum ada peralatan modern yang dapat menunjang aktivitas istri nelayan dalam melakukan kegiatan produktif. Selama ini, peralatan dipenuhi dengan cara membeli sendiri. Banyak keluhan dari hasil diskusi dan observasi yang memperlihatkan bahwa peralatan yang dimiliki masih sangat tradisional dan banyak yang sudah rusak. Hal inilah yang menjadi penyebab bahwa hasil produksi belum higienis serta efisiensi kegiatan usaha jauh dari kata optimal.

Maka dari itu, bantuan pemberian peralatan untuk menunjang teknis kegiatan usaha mutlak perlu diberikan. Peralatan teknis seperti ember, cool box, dan lain sebagainya perlu untuk terus diberikan kepada istri nelayan tradisional untuk menunjang kegiatan produktif mereka.

Aspek Manajemen Aspek selanjutnya dalam penelitian ini adalah aspek

manajemen. Dalam aspek manajemen sendiri terdapat tiga alternatif di dalamnya yaitu: pelatihan pengelolaan manajemen modern, meningkatkan peran manajemen kelembagaan seperti KUD, kelompok usaha istri nelayan tradional dan lainnya dan pendampingan dari lembaga terkait kepada istri nelayan tradisional untuk melakukan kegiatan produktif berbasis manajemen modern.

Berdasarkan diskusi FGD diketahui bahwa alternatif berupa pendampingan dari lembaga terkait kepada istri nelayan tradisional untuk melakukan kegiatan produktif berbasis manajemen modern menjadi prioritas utama. Istri nelayan tradisional yang melakukan kegiatan produktif selama ini dengan sistem manajemen yang seder-hana sehingga perlu untuk diberikan pendampingan dari lembaga terkait.

Selama ini, kegiatan produktif yang dilakukan para istri nelayan tradisional dengan pola manajemen yang masih tradisional. Para istri nelayan belum mengenal pengelolaan yang modern, mereka belum dapat memisahkan antara uang pribadi dengan uang untuk

Page 9: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

BAB 8 – STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA

191

kegiatan produktif. Banyak pengeluaran rumah tangga yang dibiayai dari uang modal usaha. Mereka belum menyadari berapa sebenarnya keuntungan yang diperoleh. Tetapi seluruh keperluan rumah tangga dibiayai dari uang yang sebenarnya adalah modal berjalan. Sistem pembukuan juga belum dijalankan dengan benar. Bahkan banyak istri nelayan yang tidak memiliki pembukuan sama sekali.

Kegiatan produktif yang dijalankan para istri nelayan tradisional juga belum mengaplikasikan pola pemasaran modern. Pemasaran dijalankan dengan sangat konvensional. Produk dibuat, setelah jadi dijual kepada pembeli yang kebanyakan adalah pedagang-pedagang komoditas hasil laut. Tidak ada kuasa untuk menentukan harga, tidak ada inovasi dalam mendiferensiasi pasar. Inovasi dalam promosi hampir dikatakan tidak ada. Para istri nelayan menjual langsung produk mereka. Jika ada pembeli maka akan langsung dijual, apabila tidak ada pembeli maka barang akan disimpan hingga ada pembeli. Praktis tidak ada konsumen baru. Pasar yang digarap pun bukan konsumen akhir.

Maka dari itu, pelatihan pengelolaan usaha yang berbasis sistem manajemen modern menjadi penting. Para istri nelayan yang melakukan kegiatan produktif perlu untuk dilatih agar mampu menjalankan kegiatan usahanya dengan lebih baik. Mereka perlu dilatih tentang sistem administrasi modern, sehingga tidak akan ada pencampuradukan antara pendapatan dan modal. Masyarakat perlu dilatih agar mampu menerapkan sistem manajemen modern. Dengan mengenal sistem manajemen modern maka masyarakat secara sadar atau secara tidak langsung akan mampu mengenal konsep tabungan serta mampu merancang pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dengan lebih baik.

Pelatihan manajemen modern tidak hanya barhenti pada pengelolaan administrasi dan pembukuan saja. Pelatihan tentang pemasaran perlu untuk memberikan pemahaman kepada para istri nelayan bahwa pemasaran produk perikanan tidak hanya dilakukan secara tradisional. Pemasaran dapat dikembangkan dengan mendife-

Page 10: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

192

rensiasi pasar yang baru. Mendiferensiasi pasar yang baru tidak berarti harus membuat produk sendiri yang unik. Mendiferensiasi pasar dapat pula dilakukan dengan memberikan variasi dalam pengemasan produk yang dihasilkan.

Meningkatkan peran manajemen kelembagaan seperti KUD, kelompok usaha istri nelayan tradisional dan lainnya, adalah upaya selanjutnya. Kemudian alternatif ketiga dari hasil penelitian ini adalah Pelatihan pengelolaan manajemen modern. Peran kelembagaan istri nelayan dirasakan masih belum optimal. Sebenarnya kelompok istri nelayan tradisional di Kecamatan Rowosari telah terbentuk, tetapi kurang berjalan dengan baik. Fakta ini menarik karena peran kelembagaan secara teoritis dianggap penting karena mampu memberikan wadah penyalur aspirasi, advokasi serta sarana komunikasi yang intens. Akan tetapi, masyarakat cenderung belum memahami urgensi dari organisasi istri nelayan tradisional. Kegiatan yang dijalankan oleh para istri nelayan yang melakukan kegiatan produktif terkesan berjalan sendiri-sendiri, padahal media organisasi mutlak diperlukan untuk mengakomodir segala macam hal yang terkait dengan kegiatan produktif mereka.

Rendahnya kesadaran untuk berorganisasi terjadi bukan tanpa sebab. Tidak adanya sosok pendamping dan motivator menjadi salah satu alasannya. Latar belakang pendidikan yang rendah, mental dan kemampuan berkomunikasi yang masih lemah juga menjadi alasan tersendiri. Para istri nelayan tradisional juga memandang bahwa organisasi tidaklah menjadi sesuatu yang penting. Para istri nelayan tradisional memandang bahwa organisasi istri nelayan tradisional tidak memberikan manfaat langsung terhadap mereka.

Mengacu pada fenomena empiris di atas maka peran lembaga kelompok istri nelayan tradisional sebagai organisasi formal perlu untuk dikembangkan. Banyak lembaga yang dapat lebih berperan. Revitalisasi Koperasi Istri nelayan memang perlu untuk dikembangkan kembali. Kendala mengenai akses permodalan, bantuan peralatan, ban-

Page 11: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

BAB 8 – STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA

193

tuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari serta dukungan untuk pemasaran produk yang dihasilkan kepada istri nelayan tradisional dapat dilakukan melalui koperasi istri nelayan tradisional. Lembaga formal lain seperti organisasi kelompok istri nelayan tradisional juga perlu untuk direvitalisasi. Perlu ditunjuk leader yang bisa membawa organisasi menjadi berkembang dan mampu menyadarkan istri nelayan tradisional akan pentingnya organisasi.

Lembaga istri nelayan tradisional juga dapat mendukung peran advokasi para istri nelayan. Pelatihan dan pendidikan adalah sebuah keharusan. Pendidikan formal yang rendah harus segera diantisipasi dengan memberikan bekal keterampilan dan pendidikan informal.

Pelatihan dan pendampingan adalah dua hal yang harus berjalan seiring terkait dengan upaya meningkatkan peran manajemen kelembagaan. Para istri nelayan tradisional tidak harus dipaksa dengan pendidikan formal. Untuk menutupi rendahnya pendidikan formal maka mereka membutuhkan ilmu yang sifatnya terapan, dapat diaplikasikan langsung dalam kehidupan atau kegiatan produktif, tujuannya agar inovasi dapat selalu ditingkatkan, adaptasi terhadap dinamisasi pasar juga terus berkembang. Muara dari permasalahan ini semua adalah peningkatan kesejahteraan rumah tangga nelayan tradisional agar usaha mereka berkembang. Pendidikan informal dengan model sekolah lapangan atau masyarakat serta pelatihan dengan pendekatan pendampingan secara langsung diiringi evaluasi, mutlak menjadi hal yang penting.

Paradigma berpikir juga harus diubah. Lembaga tidak hanya berfungsi dasar sebagai wadah penyalur aspirasi, dan wahana sosial. Lembaga dapat mengambil peran dan menjadi sarana pendidikan dan pelatihan kepada istri nelayan untuk dapat mengembangkan diri. Melalui lembaga, segala upaya untuk mengembangkan istri nelayan menjadi lebih mudah karena sudah ada wadah yang menjadi tempatnya.

Page 12: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

194

Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam aspek SDM terdapat empat alternatif, sebagai berikut:

Program pemberdayaan perempuan pesisir seperti penyuluhan, motivasi, dukungan psikologis, dan lainnya. Mengubah cara pandang istri nelayan tradisional yang masih berpola pikir sederhana dengan pendidikan informal melalui pelatihan teknis seperti inovasi produk, inovasi pemasaran, inovasi usaha, diversifikasi produksi, dan lainnya serta pendampingan berkala kepada istri nelayan tradisional.

Pendidikan informal melalui pelatihan teknis dianggap menjadi hal yang terpenting dalam upaya menguatkan peran istri nelayan tradisional dalam mendukung ekonomi rumah tangga. Selama ini, para istri nelayan tradisional sangat menyadari bahwa inovasi yang dilakukan masih sangat minim. Berangkat dari fakta tersebut maka pendidikan informal menjadi pilihan yang paling utama untuk mengembangkan istri nelayan tradisional dari aspek SDM.

Sejalan dengan prioritas pada aspek sebelumnya tentang peran kelembagaan dalam mendukung pendidikan informal, maka pada aspek SDM ini lebih ditekankan lagi mengingat sulit untuk menumbuhkan jiwa kreativitas di kalangan para istri nelayan tradisional, yang nyaris tidak ada perubahan dalam hal produk yang dihasilkan, dan metode pengolahan hasil laut. Rendahnya inovasi juga berimplikasi pada minimnya kreasi produk dan tidak adanya efisiensi dalam melakukan kegiatan produktif. Faktor pendidikan adalah salah satu alasan utamanya. Namun para istri nelayan justru menganggap bahwa sesuatu yang baru akan membuat mereka keluar dari zona nyaman. Para istri nelayan tradisional beranggapan bahwa pendidikan akan membawa konsekuensi logis berupa perubahan dalam pola melakukan kegiatan produktif yang berarti kesulitan baru akan didapat. Para istri nelayan tradisional juga kebanyakan berpikir bahwa pengetahuan yang didapat tidak akan banyak bermanfaat bagi kehidupan mereka.

Pandangan ini yang harus diluruskan. Para istri nelayan tradisional harus disadarkan dahulu bahwa pendidikan adalah hal

Page 13: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

BAB 8 – STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA

195

yang penting dan mereka harus mendapatkannya. Namun, para istri nelayan tradisional tidak bisa dipaksa untuk mendapatkan pendidikan akademis, dan teoritis. Pengetahuan yang sesuai dengan mereka adalah pengetahuan yang sifatnya terapan, langsung mereka aplikasikan. Setelah hal ini diketahui bersama, maka langkah selanjutnya adalah merancang metode pembelajaran dan materi yang sesuai dengan kemampuan serta kebutuhan mereka.

Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dengan masyarakat pesisir, jenis pendidikan yang berupa pelatihan berkala menjadi hal penting. Selama ini para istri nelayan jarang sekali mendapatkan pelatihan, padahal mereka menganggap hal itu sangat efektif , setidak-nya mengurangi kejenuhan karena aktivitas sehari-hari yang sifatnya monoton. Pelatihan yang ada selama ini tidak berjalan secara berkala. Hal itu diakui sendiri oleh stakeholders yang dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal yang menyatakan program pelatihan kebanyakan hanya dilakukan setiap tahun sekali, dan itupun tidak rutin. Mengingat keterbatasan anggaran dan beberapa instansi lain juga melakukan pelatihan dengan masyarakat sasaran yang sama. Adapun pelatihan yang pernah dilakukan untuk para istri nelayan pesisir di Kecamatan Rowosari biasanya berupa pelatihan pengolahan ikan dan hasil laut atau masih terbatas pada aspek hulu saja.

Akan tetapi, pihak pemberi pelatihan yang dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan juga mengalami banyak kendala dalam mem-berikan pelatihan kepada para istri nelayan tradisional. Mulai dari semangat belajar mereka yang lemah, sehingga tidak efektifnya program pelatihan dan pemberian bantuan. Banyak ditemukan bahwa setelah program pelatihan dijalankan para istri nelayan tradisional tidak mengaplikasikan ilmunya langsung, hingga lingkungan sosial sekitar yang sangat tidak mendukung, sehingga bantuan peralatan usaha yang tidak terpakai, hanya disimpan dan menjadi rusak tidak terawat.

Terkait dengan intensitas pelatihan, para istri nelayan tradisional di Kecamatan Rowosari juga mengkonfirmasi hal yang sama. Selama ini, sangat jarang ada program pelatihan yang ditujukan

Page 14: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

196

kepada mereka. Jikalau ada maka intensitasnya hanya sesekali saja. Program pelatihan yang diberikan tidaklah berkala, sehingga bisa dipastikan tidak ada evaluasi dan pendampingan di dalamnya. Bantuan yang diberikan juga dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dalam pendampingan diperlukan pemetaan yang jelas mengenai apa kebutuhan istri nelayan tradisional pada masing-masing daerah. Belum tentu hal yang diinginkan oleh para istri nelayan merupakan sesuatu yang benar-benar mereka butuhkan. Belum tentu juga apa yang diberikan oleh pemerintah dan semua pihak terkait yang memberikan pelatihan akan efektif membantu para istri nelayan. Pemetaan tentang apa yang menjadi kebutuhan harus bedasarkan aspirasi dan aplikasi teknologi tepat guna.

Dalam hal materi dan intensitas pelatihan pun demikian. Materi pelatihan yang diberikan hendaknya melibatkan pihak-pihak lain yang lebih ahli seperti perguruan tinggi, perusahaan, dan lembaga-lembaga terkait sehingga kualitas pelatihan akan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan karena pemateri memang ahlinya. Kreativitas istri nelayan tradisional memang tidak perlu diciptakan sendiri, tapi bisa dipancing melalui pelatihan. Inovasi mulai diperkenalkan dalam materi pelatihan. Pelatihan yang diberikan tidak hanya pengolahan dan variasi produk saja. Pelatihan tentang pengemasan produk, promosi, dan pemasaran juga harus selalu diberikan. Tidak lupa dengan dorongan untuk selalu meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.

Selanjutnya, pendampingan berkala kepada istri nelayan serta mengubah cara pandang istri nelayan yang masih berpola pikir seder-hana adalah faktor yang tak dapat ditinggalkan. Terakhir adalah program pemberdayaan perempuan pesisir. Pendampingan dalam hal ini dapat diberikan oleh seluruh pihak yang akan memberi pelatihan. Perguruan tinggi, Dinas Kelautan dan Perikanan, Perusahaan, Maha-siswa dan seluruh pihak lain dapat mengambil peran dalam hal ini.

Intensitas pelatihan tidak dapat dijalankan sesekali saja. Pelatihan harus dijalankan secara berkala, dengan maksud apabila pelatihan berlangsung secara rutin maka akan terjadi proses pendam-

Page 15: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

BAB 8 – STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA

197

pingan di sana. Para istri nelayan tidak dapat dibiarkan berjalan sendiri setelah pelatihan, mereka perlu untuk terus didampingi,karena dengan proses pendampingan maka diharapkan budaya belajar dan inovatif akan terus tumbuh. Proses pendampingan juga menyebabkan adanya evaluasi di setiap tahap kegiatan, sehingga setiap kendala, kemajuan yang didapat akan selalu tercatat.

Proses pendampingan yang berkala akan membuat para istri nelayan memiliki pamong dalam berkarya. Kesulitan yang dihadapi para istri nelayan akan dapat langsung dikonsultasikan. Pendamping juga dapat membantu merumuskan strategi pengembangan istri nelayan dalam mendukung ekonomi rumah tangga. Pelatihan yang berkala juga akan menciptakan nuansa kekeluargaan yang akrab, sehingga budaya ewuh pakewuh akan selalu terjaga.

Kegiatan pelatihan tidak terbatas pada hal-hal teknis saja. Pendamping harus selalu memberikan motivasi dan dukungan moral. Hubungan yang dibangun tidak sebatas pada hal professional saja, hubungan juga perlu dibangun dengan nuansa kekeluargaan. Selama ini, salah satu kendala utama yang dihadapi adalah rendahnya semangat dan motivasi dari para istri nelayan. Oleh karena itu, motivasi perlu selalu diberikan. Tokoh masyarakat perlu lebih berperan untuk membantu, karena masyarakat pedesaan cenderung memiliki rasa hormat yang lebih kepada tokoh masyarakat.

Aspek Kebijakan

Aspek kebijakan menjadi penutup dalam peta strategi peningkatan peran istri nelayan tradisional guna menguatkan ekonomi rumah tangga. Terdapat tiga alternatif pada aspek kebijakan, yaitu; (a) peningkatan alokasi anggaran daerah untuk pemberdayaan istri nelayan, (b) merancang program pemberdayaan yang bersifat bottom up, aspiratif dan berbasis pada pemetaan kondisi kewilayahan dan; (c) penyusunan program dan merancang kebijakan yang koordinatif antara elemen atau pihak-pihak terkait seperti Pemda, Pemerintah Desa, Penyuluh, Akademisi, dan lainnya.

Page 16: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

198

Merancang program pemberdayaan yang bersifat bottom up menjadi elemen utama berdasarkan diskusi FGD. Selanjutnya prioritas kedua adalah peningkatan alokasi anggaran untuk pemberdayaan istri nelayan. Alternatif ketiga yang menjadi prioritas adalah penyusunan program dan merancang kebijakan yang koordinatif antara elemen terkait seperti Pemda, Pemerintah Desa, Penyuluh, Akademisi, dan pihak-pihak lainnya.

Selama ini, para istri nelayan tradisional memandang pemerintah belum banyak memberikan dukungan kepada mereka dalam melakukan kegiatan produktif. Tidak hanya pemerintah, banyak elemen yang sebenarnya bisa mengambil peran dalam memberdayakan istri nelayan tradisional. Sebaliknya, pemerintah memiliki argumen bahwa keterbatasan anggaran dan kendala dari masyarakat sendirilah yang menjadi faktor penghambat. Harus diakui bahwa memang program yang dibangun selama ini tidak berdasarkan aspirasi dari bawah. Program disusun lebih berdasarkan kepada kegiatan yang seringkali dilaksanakan dari tahun ke tahun. Padahal inovasi perlu diberikan, pemerintah juga dianggap kurang banyak menyapa masyarakat pesisir. Ketika ada kondisi tertentu saja pemerintah turun ke bawah misalnya terjadi perubahan iklim yang mengakibatkan nelayan tradisional tidak dapat melaut, bencana alam dan sebagainya.

Namun di lain pihak para istri nelayan tradisional juga tidak dapat memberikan aspirasi terkait apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Sikap hidup yang apatis serta ketiadaan wadah dianggap menjadi kendala. Semua itu dilengkapi dengan keterbatasan dalam pengetahuan atau pendidikan yang rendah. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa kebijakan yang disusun hendaklah bersifat aspiratif. Pendampingan rutin senantiasa diberikan mengingat banyak program yang sudah digalakkan pemerintah dan elemen lain ternyata tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga masyarakat perlu didekati dengan pendampingan. Agar mereka tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan, dan bukan apa yang mereka inginkan, dengan memperhatikan potensi yang dimilki dan kekurangan yang ada pada mereka.

Page 17: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

BAB 8 – STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA

199

Pemerintah tidak dapat dipaksa mengucurkan sejumlah besar dana dari anggarannya untuk pemberdayaan istri nelayan tradisional, anggaran negara juga terbatas. Prioritas anggaran pun tidak hanya untuk pemberdayaan perempuan pesisir. Oleh karena itu, dengan anggaran yang terbatas pemerintah harus mampu mengalokasikan anggarannya tersebut agar dapat dipergunakan untuk membiayai program-program terkait pemberdayaan istri nelayan tradisional dengan efektif, sehingga sangat bijak apabila program yang dijalankan memperoleh hasil maksimal. Anggaran yang terbatas juga dikeluhkan oleh dinas terkait bahwa mereka tidak dapat membiayai semua program dan tidak dapat memberdayakan seluruh istri nelayan tradisional.

Pemerintah dalam hal ini sebenarnya perlu dibantu oleh pihak terkait untuk menyelenggarakan program pemberdayaan istri nelayan tradisional. Paradigma yang dibangun bukanlah menambah alokasi anggaran. Hal itu tentu saja akan sulit dipenuhi mengingat fokus pemerintah berbeda-beda, alokasi anggaran juga harus mengacu pada rencana strategis daerah pada jangka waktu tertentu. Paradigma yang dibangun adalah dengan membangun sistem kemitraan bersama dengan institusi lain. Perguruan tinggi memiliki skim anggaran untuk pemberdayaan masyarakat. Maka menggandeng perguruan tinggi dirasakan mampu menjadi salah satu alternatif. Terlebih sumber daya di peruruan tinggi juga dianggap mampu untuk memberikan dukungan kepada pemerintah dalam memberdayakan istri nelayan melalui kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Selain Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Koordinasi Penyuluh yang disingkat Bakorluh, dinas pemberdayaan perempuan, lembaga keuangan daerah dan beberapa instansi pemerintah lain juga memiliki concern pada pemberdayaan istri nelayan tradisional atau perempuan secara umum. Mekanisme sharing dana dan joint program lintas departemen perlu untuk diaplikasikan. Nantinya, pemberdayaan istri nelayan tradisional bukan lagi menjadi tanggung jawab Dinas Kelautan dan Perikanan saja, tetapi semua dinas yang berkepentingan

Page 18: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

200

akan dapat mengambil peran. Peran yang dapat diambil terlebih dahulu harus ditetapkan atau disepakati bersama dalam bentuk program pembangunan daerah yang berbasis partisipasi.

Pihak perusahaan swasta, lembaga keuangan dan Lembaga Swadaya Masyarakat juga dapat diberikan peran. Selama ini, akumulasi modal banyak terdapat di sektor swasta dan lembaga keuangan, sehingga bentuk partnership antara pemerintah dan swasta serta masyarakat dengan pola kemitraan merupakan salah satu pola yang paling ideal. Swasta dapat memberikan bantuan dalam berbagai bentuk. Dapat berupa bantuan sosial melalui Coorporate Sosial Responsibility yang disingkat CSR, atau kemitraan yang sifatnya memberikan daya dukung untuk masing-masing pihak. Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai organisasi sosial sudah saatnya diberikan ruang untuk ikut dapat berkontribusi dalam bidang bantuan pendampingan dan advokasi kepada masyarakat dan para istri nelayan.

Dalam penelitian ini disajikan kompilasi strategi prioritas untuk semua alternatif dari masing-masing aspek. Dari urutan alternatif secara keseluruhan maka dapat dilihat bahwa pemberian bantuan peralatan teknis berupa timbangan, cool box, ember dan peralatan lain adalah alternatif yang paling prioritas. Hal ini berarti bantuan teknis dianggap menjadi hal yang paling penting dalam upaya untuk penguatan peran istri nelayan tradisional dalam mendukung ekonomi rumah tangga. Selanjutnya dengan persentase prioritas sama adalah pemberian pinjaman lunak kepada istri nelayan tradisional yang bergerak di sektor UMKM.

Bantuan teknis dan permodalan selama ini menjadi kendala utama para istri nelayan tradisional yang melakukan kegiatan produk-tif, sehingga wajar apabila dalam kacamata permasalahan di atas diketa-hui bahwa pemberian bantuan peralatan teknis dan pinjaman lunak adalah hal-hal yang sangat penting dan prioritas. Adapun yang menjadi prioritas ketiga adalah pendampingan teknis kepada istri nelayan tradi-sional untuk melakukan kegiatan produktif. Istri nelayan tradisional tidak boleh dibiarkan berjuang sendiri. Pengetahuan dan daya inovasi yang rendah dianggap menjadi faktor penghambat kemajuan mereka.

Page 19: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

BAB 8 – STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA

201

Prioritas selanjutnya adalah pendampingan kepada istri nelayan tradisional dari lembaga terkait. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa pemberdayaan istri nelayan tidak akan berhasil apabila semua pihak yang terkait masih menggunakan pola penyuluhan yang temporer saja. Masyarakat menyadari bahwa mereka perlu untuk didampingi dalam melakukan kegiatan produktif, sehingga dengan pendampingan maka kegiatan, supervisi dan evaluasi akan dapat berjalan dengan baik. Istri nelayan tradisional tidak dilepas sendiri dalam melakukan kegiatan produktif. Pendampingan ini sendiri dapat diberikan melalui program pelatihan teknis tentang inovasi pengolahan hasil ikan, pengelolaan manajemen dan administrasi usaha yang lebih modern, serta pelatihan tentang pemasaran produk yang dihasilkan. Dengan demikian kegiatan pelatihan-pelatihan tadi tidak hanya dilaksanakan sesekali saja namun secara berkala dapat terus diberikan.

Mengenai kendala pemerintah yakni sulit untuk menambah anggaran guna merutinkan kegiatan pelatihan. Beberapa langkah yang dapat diambil adalah menggandeng pihak-pihak terkait yang memiliki kepentingan dan kepedulian tentang pemberdayaan istri nelayan tradisional agar mampu berkontribusi terhadap ekonomi rumah tangga. Institusi akademik, perusahaan swasta, dan lembaga swadaya masyarakat tentu saja dapat diberikan ruang dan peranan dalam hal ini.

Kemudian beberapa alternatif yang menjadi prioritas terakhir antara lain merancang program pemberdayaan yang bersifat bottom up, peningkatan alokasi anggaran untuk pemberdayaan istri nelayan serta penyusunan program dan merancang kebijakan yang koordinatif. Hal-hal di atas sebenarnya penting bagi upaya pemberdayaan istri nelayan dalam kaitannya dengan upaya penguatan peran mereka dalam mendukung ekonomi rumah tangga. Namun, sesuatu yang bersifat kebijakan seperti di atas aplikasinya tidak dapat dilaksanakan secara cepat, efek yang ditimbulkan juga tidak dapat langsung dirasakan, sehingga diperlukan program yang sifatnya teknis dan cepat dalam rangka pemberdayaan istri nelayan tradisional.

Page 20: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

202

Rangkuman

Gambar 8.1

Visualisasi Strategi Menguatkan Peran Istri Nelayan dalam Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga

Manajemen Fisik dan finansial

SDM Kebijakan

- Bantuan peralatan teknis

- Pinjaman lunak kepada istri nelayan

- Program pember-dayaan wanita pesisir

- Mengubah mind-set istri nelayan

- Pendidikan informal melalui pelatihan

- Pendampingan

- Pelatihan pengelolaan manajemen modern

- Peningkatan peran manajemen kelembagaan

- Peningkatan alokasi anggaran daerah

- Merancang program bottom up berbasis pada pemetaan kewilayahan

- Penyusunan program yang koordinatif

- Support permodalan’

- Mengurangi ketergantungan akan LK non resmi

Modernisasi sistem

Hulu Hilir

- Peningkatan ketrampilan

- Perubahan paradigma masyarakat

Kebijakan yang konstruktif

Perbaikan kinerja usaha istri nelayan

Kualitas usaha Peningkatan pendapatan

Sistem pengelolaan tradisional

Ketergantungan yang tinggi akan LK non resmi

Rendahnya pendidikan dan ketrampilan

Dukungan kelembagaan belum maksimal

Strategi peningkatan peran istri nelayan dalam bekerja

Jenis pekerjaan

alasan konsekuensi manfaat

Kerja pendapatan

Peran istri nelayan

Kerja rumah tangga

Page 21: Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/9/D_902009007_BAB VIII.pdf · peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah

BAB 8 – STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA

203

Istri nelayan tradisional memegang peranan sentral dalam rumah tangga nelayan tradisional, tidak hanya peran domestik sebagai istri yang mengurus rumah tangga, menjalankan aktivitas rutin kerumahtanggaan. Namun lebih daripada itu, istri nelayan tradisional juga banyak memberikan kontribusi dalam struktur pendapatan rumah tangga nelayan. Tidak semua istri nelayan tradisional memilih kegiatan atau pekerjan produktif dengan berbagai alasan. Akan tetapi, hal ini cukup menjawab sebuah pertanyaan bahwa peran istri nelayan tradisional dalam kehidupan rumah tangga telah bertambah penting, sehingga dapat menekan kemiskinan atau tidak memperparah kemiskinan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa para istri nelayan tradisional di Rowosari mampu menyeimbangkan antara kegiatan publik atau kegiatan produktif yakni kegiatan untuk memperoleh pendapatan dengan kegiatan domestik atau kegiatan yang berkaitan dengan kasur-sumur-dapur. Hal ini nampak bahwa kehidupan rumah tangga nelayan tradisional tetap terjaga kenyamanannya atau harmonisasi, terjaminnya relasi antar anggota rumah tangga dan terbangunnya saling pengertian di antara para anggota rumah tangga.