BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI PERGERAKAN DI INDONESIA

20
BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI PERGERAKAN DI INDONESIA TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan organisasi pergerakan yang bersifat etnik kedaerahan; mendeskripsikan organisasi pergerakan yang bersifat keagamaan; mendeskripsikan organisasi pergerakan yang bersifat nasional; mengidentifikasi aktivitas organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia.

description

BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI PERGERAKAN DI INDONESIA. TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan organisasi pergerakan yang bersifat etnik kedaerahan; mendeskripsikan organisasi pergerakan yang bersifat keagamaan; - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI PERGERAKAN DI INDONESIA

Page 1: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI

PERGERAKAN DI INDONESIATUJUAN PEMBELAJARANDengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan organisasi pergerakan yang bersifat etnik kedaerahan; mendeskripsikan organisasi pergerakan yang bersifat keagamaan; mendeskripsikan organisasi pergerakan yang bersifat nasional; mengidentifikasi aktivitas organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia.

Page 2: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

PETA KONSEP

Page 3: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

BUDI UTOMO Organisasi pergerakan

yang bersifat etnik kedaerahan antara lain Budi Utomo.

Soetomo, Wahidin Sudirohusodo, dan M. Soeradji. Mereka adalah para pendiri Budi Utomo yang dikenal sebagai organisasi modern pertama di Indonesia. Bertujuan untuk memajukan kepentingan-kepentingan priyayi rendah.

Page 4: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

TRI KORO DARMO Karena Budi Utomo cenderung didominasi oleh

golongan tua, maka golongan muda mendirikan Tri Koro Darmo.

Tri Koro Darmo kemudian diubah namanya menjadi Jong Java.

Page 5: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

ORGANISASI PERGERAKAN BERSIFAT ETNIK

KEDAERAHAN Di beberapa daerah terdapat beberapa perkumpulan

pemuda. Pelajar Sumatra di bawah pimpinan Moh. Hatta

dan Moh. Yamin pada 9 Desember 1917 membentuk Jong Sumatranen Bond (JSB).

Pada awal tahun 1918, di berbagai daerah juga dibentuk Studerenden Vereniging Minahasa, Jong Ambon, Jong Pasundan, Jong Celebes, Jong Borneo (Kalimantan), dan Timorees Verband.

Sejak tahun 1920 berbagai perkumpulan yang masih bersifat kedaerahan itu lambat laun mulai bergabung dan bersifat nasional.

Puncak dari penggabungan perkumpulan pemuda itu terjadi pada tahun 1927, yaitu dengan dibentuknya Jong Indonesia yang bersifat nasional.

Page 6: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

SAREKAT DAGANG ISLAM

Tiga tahun setelah berdirinya Budi Utomo, di Surakarta didirikan Sarekat Dagang Islam (SDI).

Pendirinya adalah H. Samanhoedi. SDI memiliki ciri keislaman dan ekonomis.

Page 7: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

SAREKAT ISLAM Pada tahun 1911 di

Solo, berdiri Sarekat Islam (SI) oleh H.O.S. Tjokroaminoto sebagai kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam.

Dalam waktu singkat SI tumbuh menjadi organisasi massa yang besar.

Salah satu alasannya karena keanggotaannya terbuka untuk umum.

Page 8: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

SAREKAT ISLAM Dalam perkembangannya, Sarekat Islam mengalami

perpecahan. Tahun 1916, SI disusupi ideologi komunisme lewat cabangnya di

Semarang yang dipimpin oleh Semaun dan Darsono. Akhirnya, SI pecah menjadi SI yang dipimpin

Tjokroaminoto, H. Agus Salim, dan Abdul Muis (sering disebut SI Putih) dan SI yang sosialis/komunis pimpinan Semaun, Darsono, dan Tan Malaka (sering disebut SI Merah).

Dalam kongresnya di Madiun, SI berubah menjadi Partai Sarekat Islam (PSI).

Pada tahun 1927, berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).

SI sosialis kemudian berganti nama menjadi Sarekat Rakyat.

Sarekat Rakyat ini kemudian menjadi pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).

Page 9: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

MUHAMMADIYAH SDI dan SI didirikan dengan alasan utama kerja sama

ekonomi di kalangan umat Islam. K.H. Ahmad Dahlan melihat dari segi lain yang harus

diperbaharui dalam Islam. Segi itu adalah modernisasi serta pemurnian agama Islam

dari unsur-unsur non-Islam.

Page 10: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

NAHDATUL ULAMA (NU)

NU didirikan oleh Kyai Haji Hasjim Asjari pada tahun 1926.

Tujuan pendirian organisasi ini adalah untuk mempertahankan kepentingan kaum muslim tradisional.

Untuk itu, organisasi ini mendukung kemajuan sekolah-sekolah Islam tradisional, pemeliharaan kaum fakir miskin, dan usaha-usaha ekonomi.

Page 11: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

ORGANISASI PERGERAKAN YANG BERSIFAT NASIONAL Disebut organisasi pergerakan yang bersifat

nasional karena organisasi-organisasi ini lebih berani dan terang-terangan memperjuangkan kemerdekaan seluruh bangsa Indonesia.

Nama Indonesia juga dipakai sebagai pengganti nama Hindia.

Keanggotaan organisasi-organisasi ini tidak lagi dibatasi oleh sekat perbedaan daerah dan agama, tetapi bersifat nasional.

Perjuangannya juga tidak saja dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya, tetapi tegas-tegas memperjuangkan kepentingan politik dan kadang diperjuangkan dengan melawan pemerintah Belanda.

Page 12: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

INDISCHE PARTIJ Tingginya rasa kesadaran

nasional, melahirkan sebuah organisasi yang mempunyai tujuan menghapuskan diskriminasi orang Belanda murni dan kaum Indo.

Indische Partij (IP) didirikan pada tanggal 25 Desember 1912, atas prakarsa E.F.E. Douwes Dekker (Danudirdjo Setyaboedhi). Kemudian mendapat dukungan dari R.M. Suwardi Soerjaningrat dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo.

Page 13: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

PERHIMPUNAN INDONESIA

Pada 1908, sejumlah mahasiswa Indonesia di negeri Belanda, seperti Sutan Kasayangan, dan R.N. Noto Soeroto mendirikan perkumpulan yang mereka beri nama Indische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia).

Nama Indische ini dipakai sesuai dengan nama resmi untuk tanah jajahan Belanda di Nusantara.

Di bawah pimpinan Moh. Hatta dan A. Soebardjo, pada tahun 1922 mereka mengubah nama perkumpulan menjadi Perhimpunan Indonesia.

Sejak tahun 1925, mereka memakai nama Belanda, yaitu Indonesische Vereeniging dan juga nama Perhimpunan Indonesia.

Dengan memakai nama Indonesia, organisasi ini makin tegas berjuang dalam bidang politik untuk kemerdekaan Indonesia.

Page 14: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

PARA PENGURUS PERHIMPUNAN INDONESIA DI

BELANDA

Page 15: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

PARTAI KOMUNIS INDONESIA

Paham komunisme masuk ke Indonesia dibawa oleh orang Belanda yang bernama H.J.F.M. Sneevliet di Semarang.

Sneevliet bersama dengan J.A. Brandsteder dan P. Bergsma mendirikan organisasi yang bernama Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) (Perkumpulan Sosial Demokrat India) di Semarang.

Page 16: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

PARTAI KOMUNIS INDONESIA

Pada tahun 1916, para anggota ISDV masuk dan mempengaruhi Sarekat Islam di Semarang.

Akibatnya, para anggota SI terpecah antara kelompok H.O.S Tjokroaminoto yang anti komunis dan kelompok Semaun dan Darsono yang komunis.

Semaun dan Darsono kemudian mengubah ISDV menjadi Partai Komunis Indonesia. Semaun menjadi ketua, Darsono menjadi wakil ketua, Bergsma sekretaris, dan H.W. Dekker bendahara.

Setelah berhasil menghimpun kekuatan, serta PKI merasa menjadi partai terbesar. PKI mulai melancarkan pemberontakan pada tanggal 13 November 1926.

Namun, pemberontakan yang dilakukan PKI dalam waktu singkat ini dapat dengan mudah ditumpas oleh pemerintah Belanda.

Page 17: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

PARTAI NASIONAL INDONESIA

Ir. Soekarno dengan sejumlah temannya mendirikan partai politik yang bernama Partai Nasional Indonesia.

Berdirinya Partai Nasional Indonesia bermula dari Algemene Studie Club (Kelompok Studi Umum).

Rapat pembentukan Perserikatan Nasional Indonesia dihadiri oleh Soekarno, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrohadisoerjo, Mr. Moediarto dan Mr. Soenarjo (ketiganya bekas anggota PI).

PNI bersifat nonkooperatif. Artinya, PNI tidak mau bekerja sama dengan Belanda. PNI tidak mau duduk dalam dewan-dewan yang diadakan oleh pemerintah Belanda.

Dalam kongres pertama PNI yang diadakan di Surabaya, diputuskan untuk mengganti kata perserikatan menjadi partai, sehingga menjadi Partai Nasional Indonesia.

Page 18: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

PARTAI NASIONAL INDONESIA

Pemerintah Belanda sangat kuatir bahwa pengaruh Soekarno akan mendorong rakyat menuntut kemerdekaan.

Dalam rapat di Yogyakarta tanggal 29 Desember 1929, Soekarno dan teman-temannya ditangkap dan dibawa ke pengadilan Bandung.

Dalam sidang pengadilan itu, Soekarno menyampaikan pidato pembelaan yang terkenal dengan sebutan “Indonesia Menggugat.”

Page 19: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

AKTIVITAS ORGANISASI PERGERAKAN KEBANGSAAN

INDONESIA Walaupun pusat kegiatan organisasi-organisasi

ini berada pada suatu daerah tertentu, pada umumnya mereka juga memiliki cabang-cabang di daerah lain.

Melalui cabang-cabang ini, organisasi-organisasi pergerakan menyebarkan ide-idenya tentang kesejahteraan dan kemerdekaan bangsa kepada masyarakat.

Lambat laun kesadaran berbangsa di kalangan masyarakat Indonesia semakin berkembang dan melunturkan sekat-sekat kedaerahan dan agama.

Dari kesadaran inilah muncul perjuangan bersama untuk memerdekaan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Page 20: BAB 5 PERKEMBANGAN ORGANISASI  PERGERAKAN DI INDONESIA

KARAKTERISTIK PERIODE PERKEMBANGAN NASIONALISME DI

INDONESIA Periode Awal Perkembangan. Gerakan nasionalisme di

Indonesia diwarnai dengan perjuangan untuk memperbaiki situasi sosial dan budaya. (Budi Utomo, Sarekat Dagang Islam, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah).

Periode Nasionalisme Politik. Gerakan nasionalisme di Indonesia telah mulai menyinggung bidang politik untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. (Indische Partij dan Gerakan Pemuda).

Periode Radikal. Gerakan nasionalisme di Indonesia ditujukan untuk mencapai kemerdekaan. Namun, dengan cara nonkooperasi atau tidak mau bekerja sama dengan kaum penjajah. (Perhimpunan Indonesia, PKI, dan PNI).

Periode Bertahan. Gerakan nasionalisme di Indonesia lebih moderat dan penuh perhitungan. Pada periode ini, diwarnai dengan sikap pemerintah Belanda yang sangat reaktif sehingga organisasi-organisasi pergerakan lebih berorientasi bertahan agar tidak dibubarkan pemerintah Belanda.