Pergerakan Dan Perkembangan Aliran Islam Kontemporer Di Indonesia

download Pergerakan Dan Perkembangan Aliran Islam Kontemporer Di Indonesia

of 19

description

about some Islamic groups in Indonesia

Transcript of Pergerakan Dan Perkembangan Aliran Islam Kontemporer Di Indonesia

  • Pergerakan dan Perkembangan Aliran Islam Kontemporer di

    Indonesia

    Anis Malik Thoha

  • Overview

    Asal-usul

    Teori al-Ashari (Maqalat: 1-2):

  • Overview

  • Overview

    Teori Al-Shahrastani (al-Milal wa al-Nihal: 3):

  • Overview

    (al-Milal wa al-Nihal: 7):

  • Overview

    Al-Shahrastanis typology of the Islamic trends of thought: 4 typologies (al-Milal wa al-Nihal: 5-6) :

    1.

    2.

    3.

  • Overview

    4.

    Typology al-Shahrastani ini sangat membantu dalam memetakan berbagai aliran yang sangat beragam.

    Menurutnya, semua aliran yang keluar dari kebenaran berasal atau kembali pada sumber yang satu dan sama: shubhat Iblis atau tyranny of opinion ( ).

  • Aliran Islam di Indonesia

    Kehadiran Perkembangan. Seiring dengan kehadiran

    penyebaran Islam. Typology:

    (i) pra-abad ke-20 (ii) abad ke-20 sampai kini (kontemporer)

    Ada beberapa model typology aliran Islam di Indonesia yang dibuat oleh para peneliti dan pengamat Islam Indonesia, e.g., Bachtiar Effendy, Fachry Ali, Syafii Anwar, Zuly Qodir, H.M. Fiderspiel, Greg Barton, dll.

  • Aliran Islam di Indonesia

    Secara umum bisa disederhanakan sbb: Tradisionalisme

    Modernisme

    Neo-Modernisme

    Post-Modernisme

    Liberalisme

    Typology model ini sejatinya tidak mampu atau gagal memberikan pengertian yang jelas dan obyektif tentang warna-warni aliran Islam yang ada.

  • Aliran Islam di Indonesia

    Tradisionalisme, misalnya, tidak jelas arah rujukannya. Kemana?

    Apa makna tradisi yang dimaksud di sini? Adat-istiadat? ? ?

    Sekadar gambaran, Seyyed H. Nasr mengklaim beraliran tradisional, padahal sosok pemikiran dan dasar-dasarnya lebih dekat dengan liberal.

    Belum lagi jika tradisi ini yang dimaksud adalah akan menimbulkan kekacauan yang luar biasa.

    Di sini kita mesti cerdik dalam menyikapi statement al-Ghazali: .

  • Aliran Islam di Indonesia

    Modernisme, Neo-Modernisme, Post-Modernisme, dan Liberalisme juga memunculkan masalah yang sama peliknya jika dipakai untuk memahami, menganalisis, membedah, menginterpretasi fenomena yang terjadi dalam Islam.

    Liberalisme, sebagai contoh lain, telah dipaksa oleh pihak-pihak tertentu untuk dijadikan label atau pola aliran-aliran tertentu dalam Islam.

  • Aliran Islam di Indonesia

    Charles Kurzman dengan Liberal Islamnya, Leonard Binder dengan Islamic Liberalismnya, sekelompok anak muda di Jl. Utan Kayu dengan deklarasi JILnya, dll., sengaja atau tidak, telah memberikan kontribusi besar terhadap kerancuan atau kekaburan makna selama ini.

    Semuanya ini kalau ditelisik dan dirunut dengan seksama akan kita temukan akarnya yang berhulu pada masalah konsep, yang secara epistemologis berkait dan berkelindan dengan worldview.

  • Aliran Islam di Indonesia

    Unfortunately, fenomena perusakan atau penggerusan konsep ini banyak luput dari kepekaan radar kesadaran kebanyakan dari kita, sehingga kita tidak hanya merasa aman, tapi bahkan bangga dan gagah ikut menyukseskannya, .

    Anehnya dan ironisnya, kebanyakan mereka ini sering dikaitkan dengan type kelompok Islam tradisional, dengan cara eksploitasi jargon:

  • Aliran Islam di Indonesia

    War of ideas dengan dana yang nyaris tak terbatas, telah cukup berhasil memporak-porandakan bangunan konsep keislaman.

    Bahkan saking hancurnya, Muslim tidak dapat mengenali jati-diri sendiri. Justeru orang lain (outsiders) yang harus membantu mendefinisikan dirinya. Super aneh!

    Salah satu contoh, siapa/apa Muslim moderat itu?

    Angel Rabasa, Cheryl Benard, Lowell H. Schwartz, dan Peter Sickle (para peneliti di RAND Corporation), membantu memberikan definisi dengan mengidentifikasi karakter-karakter utamanya.

  • Aliran Islam di Indonesia

    Dalam monograph yang ditulis Angel Rabasa, et al., (2007) yang berjudul: Building Moderate Muslim Networks, halaman 66-68, mereka menjabarkan poin-poin yang ditegaskan berikut ini (hlm. 66):

    For purposes of this study, moderate Muslims are those who share the key dimensions of democratic culture. These include support for democracy and internationally recognized human rights (including gender equality and freedom of worship), respect for diversity, acceptance of nonsectarian sources of law, and opposition to terrorism and other illegitimate forms of violence.

  • Aliran Islam di Indonesia

    Ini pula yang sebetulnya telah ditegaskan Angel Rabasa 2 tahun sebelumnya (November 3, 2005) dalam Testimony-nya, berjudul Radical and Moderate Islam, di hadapan Committee on Armed Services, Defense Review Terrorism and Radical Islam Gap Panel, United States House of Representatives.

    Dia menyatakan sbb. (hlm. 2):

  • Aliran Islam di Indonesia

    In our analysis, we have developed a framework to differentiate Muslim religious and political currents according to their overarching ideologies; their preferred forms of government (do they seek to establish an Islamic state or are they willing to accept secular forms of government?); their political and legal orientation (do they insist on the application of Islamic or sharia law, or do they accept other sources of law?); their attitudes toward the rights of women and religious minorities (do they deny women equal rights, including the right to political participation? Do they support the education and advancement of women? Would they allow freedom of worship?).

  • Aliran Islam di Indonesia

    Tentu, ini semua tidak menafikan in toto sisi positif gerakan liberalisasi yang dapat dirasakan dan dimanfaatkan oleh kelompok aliran-aliran yang lain (Islam/non-Islam).

    Aliran-aliran ini bercambah bak cendawan di musim hujan.

    Tak ketinggalan pula, kelompok dari aliran-aliran yang sering dilabeli radikal juga meraup berkah.

    Sehingga muncullah logika koplak dari kalangan liberal: Mau menikmati buah demokrasi/liberalisasi, tapi tak mau menerima/mengakui sistemnya.

    Koplak!!!

  • Wassalam