Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

88
5 - 1 Monitoring merupakan fungsi berkelanjutan yang menggunakan pengumpulan data secara sistematis berdasarkan indikator untuk memberikan informasi pada manajemen dan stakeholder yang berhubungan dengan kemajuan atau hasil yang diraih setelah menggunakan dana yang telah dialokasikan. 5.1. Monitoring P2KSN Batam 5.1.1. Realisasi Penyediaan Infrastruktur Program-program infrastruktur yang akan di monitoring dan evaluasi adalah program yang ada dalam RTR KSN BBK yang sedang berjalan ataupun yang sudah selesai pada tahun anggaran 2013. Program yang menjadi prioritas utama (Tahap I) pada KSN Batam dalam pembangunan

Transcript of Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

Page 1: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 1

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Monitoring merupakan fungsi berkelanjutan yang menggunakan

pengumpulan data secara sistematis berdasarkan indikator untuk

memberikan informasi pada manajemen dan stakeholder yang

berhubungan dengan kemajuan atau hasil yang diraih setelah

menggunakan dana yang telah dialokasikan.

5.1. Monitoring P2KSN Batam

5.1.1. Realisasi Penyediaan Infrastruktur

Program-program infrastruktur yang akan di monitoring dan evaluasi

adalah program yang ada dalam RTR KSN BBK yang sedang berjalan

ataupun yang sudah selesai pada tahun anggaran 2013. Program yang

menjadi prioritas utama (Tahap I) pada KSN Batam dalam pembangunan

Page 2: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 2

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

infrastruktur ke PU an, yaitu Sistem Transportasi Darat, Sistem

Transportasi Udara, Sistem Transportasi Laut, Sistem Jaringan

Telekomunikasi, Sistem Jaringan Energi dan Sistem Jaringan SDA. Untuk

sistem transportasi darat yang menjadi prioritas saat ini adalah

pengembangan jaringan jalan arteri primer , jaringan jalan kolektor primer

1, pengembangan jaringan jalan bebas hambatan, pengembangan

jembatan Bintan-Batam, pengembangan terminal bus di Telaga Punggur,

pengembangan kualitas prasarana perkeretaapian, pengembangan

pelabuhan penyeberangan di Batu Ampar, Batam Center, Sekupang,

Teluk Senimba dan Nongsapura.

Untuk sistem transportasi laut, program yang menjadi prioritas Monev di

tahun 2013 adalah pengembangan pelabuhan di Batu Ampar, Sekupang,

Kabil dan Nongsa. Untuk sistem transportasi udara adalah

pengembangan bandara Hang Nadim. Untuk sistem telekomunikasi

adalah pengembangan sistem telekomunikasi, baik itu sistem jaringan

tetap melalui sentral telekomunikasi maupun sistem jaringan bergerak

terestrial, selular dan satelit. Perwujudan program sistem jaringan sumber

daya air lebih dititik beratkan kepada program pengembangan sistem

jaringan sungai, zona danau/waduk dan prasarana sumber daya air

meliputi sistem pengendalian banjir berupa waduk dan sistem

pengamanan pantai pada pantai yang rawan abrasi, sedangkan program

prioritas perwujudan sistem jaringan prasarana perkotaan adalah

pengembangan jaringan air minum perpipaan, pengembangan dan

peningkatan unit air baku, pengembangan dan peningkatan sistem

jaringan drainase, pengembangan jaringan air limbah dan limbah B3 dan

sistem pengolahan persampahan.

Untuk dapat memantau kemajuan untuk kemudian mengevaluasi

program-program diatas, maka perlu diketahui kondisi eksisting dari

infrastruktur tersebut. Kondisi eksisting infrastruktur yang termasuk dalam

program RTR KSN Batam dapat dilihat pada Tabel 5.1 yang disajikan

pada halaman berikut.

Page 3: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 3

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Tabel 5. 1 : Kondisi Eksisting Program Infrastruktur KSN Batam, 2013

Indikasi

Program Utama Kondisi Eksisting Keterangan

A. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT

I.1 JARINGAN JALAN

Pengembangan jaringan jalan arteri primer

Kondisi jaringan jalan Arteri Primer di Kota Batam dalam

kondisi bagus dan terawat, jalan arteri primer di Kota Batam memiliki 2 jalur dengan masing-masing jalur memiliki lebar ± 8M. Masing-masing jalur di pisahkan

oleh RTH jalan dengan lebar RTH 2-4 M.

Program pengembangan dan

peningkatan jaringan jalan untuk tahap 1 di targetkan selesai di tahun 2014. Peningkatan dan pemeliharaan jaringan

jalan dilakukan dengan cara mengaspalan ulang dan penambalan jalan yang rusak.

Pengembangan jaringan jalan kolektor primer 1

Kondisi jaringan jalan kolektor primer di Kota Batam sebagian besar dalam kondisi baik, lebar jalan ± 8M

Pengembangan dan Peningkatan jaringan jalan bebas hambatan

Jaringan yang ada saat ini sudah cukup baik, butuh

pemeliharaan dan peninggkatan

Pengembangan dan peningkatan lalu lintas dan

angkutan jalan

Kondisi infrastruktur terminal barang di Batu Ampar, Kabil, Nongsa dan Sekupang dalam kondisi cukup baik.

Terminal penumpang tipe A yang di rencanakan pembangunannya di

Kecamatan Nongsa belum terealisasi. Lajur, jalur ataupun jalan untuk angkutan massal masih menggunakan

jaringan jalan yang ada.

I.2 SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI PENYEBERANGAN

Pengembangan, peningkatan dan

pemantapan pelabuhan penyeberangan

Kondisi pelabuhan penyeberangan lintas provinsi

ataupun internasional dan penyeberangan lintas antar kabupaten di Kota Batam dalam kondisi baik. dibeberapa lokasi di Kota Batam dalam keadaaan cukup

baik, dari

Kondisi pelabuhan lintas antar

kabupaten beberapa pelabuhan yang tersedia masih ada pelabuhan yang tidak memiliki lahan parkir untuk

pengunjung pelabuhan

1.3 PRASARANA PERKERETAAPIAN

Pengembangan dan

peningkatan sisten jaringan perkeretaapian perkotaan

Untuk sarana dan prasarana di Kota Batam belum tersedia

II. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI LAUT

II.1 PELABUHAN UMUM

Pengembangan dan peningkatan pelabuhan Batam

Kondisi terminal Batu Ampar, Terminal Kabil, Terminal Nongsa dan Terminal Sekupang dalam keadaan cukup

baik.

Pelabuhan Batu Ampar saat ini penambahan/pembangunan terminal

kenerangkatan untuk pelabuhan penumpang.

II.2 ALUR PELAYARAN

Pengembangan dan peningkatan alur pelayaran

Alur pelayaran dari dan menuju Kota Batam dapat dilihat

pada gambar (peta) yang mana alur pelayaran dari dan menuju Kota Batam masih menggunakan alur pelayaran yang telah ada.

Alur pelayaran masih menggunakan

alur pelayaran yang telah ada.

III. PERWUJUDAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI UDARA

BANDAR UDARA PUSAT PENYEBARAN SKALA PRIMER

Pengembangan dan Pemantapan Bandara

Pengumpul Dengan Skala Pelayanan Primer

Kondisi Bandara Hang Nadim yang berada di Kota Batam dalam kondisi baik, pemeliharaan infrastruktur,

sarana dan prasarana masih dilakukan oleh pihak penanggung jawab/pihak pengelola bandara.

IV. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN ENERGI

Page 4: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 4

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Indikasi

Program Utama Kondisi Eksisting Keterangan

IV.1 Jaringan Pipa Minyak dan Gas Bumi

Pengembangan dan Peningkatan

Fasilitas penyimpanan berupa depo minyak bumi

terdiri atas Depo Pertamina Kabil, Depo Pertamina Batu Ampar serta Depo dan refinery Janda Berias dalam kondisi baik.

IV.2 PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

Pengembangan dan penigkatan pembangkit tenaga listrik

Untuk memenuhi kebutuhan listrik Kota Batam, saat ini telah tersedia PLTU Tanjung Kasem, PLTG

Panaran I yang mana kondisi ke 2 pembangkit listrik tersebut dalam keadaaan baik

PLTG Tanjung Uncang dan Panaran II dalam tahap pembangunan dan PLTU

Sembulang, PLTU Pulau Galang Baru masih dalam tahap perencanaan.

IV.3 Jaringan Transmisi Tenaga Listrik

Pengembangan dan penigkatan SUTT (Saluran

Udara Tegangan Tinggi)

Jaringan listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) untuk Pulau Batam telah tersedia yang mana jaringan terssebut terhubung dengan GI

yang ada di Kota Batam, untuk Pulau Galang dan Pulau Galang Baru, SUTT belum ada, masyarakat yang berada di ke 2 pulau tersebut masih

menggunakan genset milik pribadi sebagai pembangkit listrik.

Pengembangan kabel melalui jembatan penghubung Kota Batam – Kabupaten Bintan dari GI Tanjung

Uban Menuju ke GI Batu Besar belum terealisasi

IV.4 Gardu Induk

Pengembangan dan

penigkatan GI

GI Batu Besar dan GI Sei Baloi dalam keadaan

baik

V. SISTEM JARINGAN TELEKOMUNKASI

V.1 Jaringan Terestrial dan Satelit

V.2 Sentra Telepon Otomat (STO)

Pengembangan dan penigkatan STO

Sentraln telepon otomat di Kota Batam telah tersedia.

kawasan-kawasan yang direncakan

untuk pembangunan STO pada tahun 2013 telah terealisasikan/terlaksanakan.

VI. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR

VI.1 Sistem Jaringan Sungai

Pengembangan dan peningkatan sungai

Sungai yang berada di Pulau Batam Kota Batam terawat dan kondisinya cukup baik, akan tetapi untuk sungai yang berada di Pulau Galang dan Pulau Galang Baru

belum ada peningkatan ataupun pemeliharaan.

VI.2 Waduk

Pengembangan dan peningkatan waduk

Meliputi waduk Sei Harapan, Waduk Sei Ladi, waduk

Nongsa, Waduk Muka kuning, Waduk Duriangkang dalam keadaan baik dan terawat.

Waduk Sei Tembesi Baru saat ini dalam tahap pembangunan tanggul pembatas antara waduk dan laut, untuk Waduk

Sungai Rempang, Waduk Sungai Cia, Waduk Sungai Galang, dan Waduk Sungai Gong belum ada peningkatan

ataupun pemeliharaan.

VI.3 Prasarana Sumber Daya Air

Pengembangan dan peningkatan

Sistem pengendalian air berupa waduk di Waduk Sei Harapan di Sungai Harapan, Waduk Sei Ladi di Sungai Ladi, Waduk Nongsa di Sungai Nongsa,

Waduk Muka Kuning di Sungai Muka Kuning, Waduk Duriangkang di Sungai Duriangkang, Sungai Beduk, Sungai Tongkong, Sungai Ngeden

dan Sungai Pacur, dalam keadaan baik. Waduk

Untuk Waduk Sungai Rampang di Sungai Rempang, Waduk Sungai Cia di Sungai Cia, Waduk Sungai

Galang di Sungai Langkai, Sungai Bengkong, sungai Rempang dan Sungai Galang serta Waduk

Sungai Gong di Sungai Gong

Page 5: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 5

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Indikasi

Program Utama Kondisi Eksisting Keterangan

durinagkan merupakan waduk terbesar di Kota

Batam. Sistem pengaman pantai pada pantai yang rawan

abrasi

belum ada peningkatan maupun

pemeliharaan. Pembangunan tanggul Waduk sei

Tembesi di Sungai Tembesi.

VII. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN PRASARANA PERKOTAAN

VII.1 Unit Air Baku

Pengembangan dan

peningkatan jaringan

perpipaan

Jaringan perpipaan unit air baku eksisting saat ini

dipasok dari waduk Sie Harapan, Waduk Sei Ladi,

Waduk Nongsa, Waduk Muka Kuning, Waduk

Duriangkang.

Untuk jaringan perpipaan yang

menghubungkan Waduk Sei Tembesi

Baru, Waduk Sungai Rempang, Waduk

Sungai Cia, Waduk Sungai Galang dan

Waduk Sungai Gong belum

terealisasikan.

VII.2 Unit Produksi (UP) Air Minum

Pengembangan dan

penigkatan Unit Produksi

Unitp Produksi Air Minum Kota Batam terdiri dari

Unit Produksi (UP) Air Minum Sei Harapan, UP Air

Minum Muka Kuning, UP Air Minum Duriangkang,

UP Air Minum Nongsa, UP Air Minum Sei Ladi, UP

Air Minum Baloi yang mana kondisi UP terawat

dengan baik, peningkatan dan pemeliharaan masih

dilakukan oleh pihak pengembang.

Rencana pembangunan UP Air Minum Tembesi,

UP Air Minum Sei Rempang, UP Air Minum Sei

Cia, UP Air Minum Sei Gong dan UP Air Minum Sie

Galang pada tahun 2013 belum terealisasikan.

Penyaluran air minum di Kota Batam

dibagi kedalam bebrapa tempat

penyaluran sesuai fungsinya, antara

lain penyaluran air minum ke daerah

Non Niaga seperti rumah tempat

tinggal dan instansi pemerintahan,

industri, badan sosial, rumah sakitdan

tempat peribadatan, niaga termasuk

hotel, serta pelabuhan

VII.3 Sistem Jaringan Drainase

Pengembagan dan

peningkatan sistem

jaringan drainase primer

Kondisi Drainase Kota Batam cukup baik, pada

daerah tertentu masih terdapat jaringan drainase

yang terputus ataupun jaringan drainase yang

tertimbun oleh tanah yang menyebapkan aliran air

pada drainase menjadi tidak lancar.

Program pengembangan dan

peningkatan jaringan drainase di Kota

Batam telah berjalan sekitar 30%

VII.4 Sistem Jaringan Air limbah

Pengembangan dan

peningkatan IPAL

Instalasi Pengolahan Air Limbah untuk Kota Batam

di rencanakan akan di bagun sebanyak 11 Unit,

akan tetapi untuk saat ini Kota Batam hanya

memiliki 1 unit instalasi pengolahan air limbah

(IPAL) yaitu IPAL Batam Center.

Pengembangan dan

peningkatan instalasi

pelolahan limbah B3 di

Kabil

Instalasi pengolahan limbah B3 yang berada pada

kawasan industri Kabil, peningkatan dan

pemeliharaan di kawasan pengelolaan limbah B3

masih berjalan.

VII.5 Sistem Pengolahan Persampahan

Pengembangan dan

peningkatan TPA

Kondisi TPA Telaga Punggur cukup baik, untuk

perencanaan TPA baru di Pulau Galang hingga

tahun 2013 belum terealisasikan

Tempat pembuangan akhir di Kota

Batam yaitu TPA Telaga Punggur, luas

TPA Telaga Punggur yaitu 48 Ha. Rata-

rrata sampah yang masuk TPA setiap

harinya mencapai 700 Ton/hari, jumlah

tersebut merupakan jumlah yang cukup

besar, sehingga jika tidak ada

pengembangn atau peningkatan TPAA

tersebut, maka kapasitas daya tampung

yang direncanakan sampai 10 tahun

tidak akan tercapai.

Sumber : Hasil Monitoring Lapangan, Tahun 2013

Page 6: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 6

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

A. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Darat

Kondisi jaringan jalan di kota Batam secara umum dalam kondisi baik.

Adapun jaringan jalan yang telah mengalami perkembangan dan

peningkatan adalah jaringan Jalan Simpang Franky. Sedangkan

jaringan jalan lainnya masih belum ada kegiatan pengembangan dan

peningkatan misal Simpang Kabil – Simpang Punggur – Bandar Udara

Hang Nadim – Batu Besar- Nongsa, Jalan Simpang Kabil – Simpang

Jam – Sei Harapan – Terminal Sekupang di Pelabuhan Batam, Jalan

Tembesi – Batu Aji – Tanjung Ucang, Jalan Simpang Jam – Terminal

Batu Ampar, serta Jaringan-jaringan jalan kolektor primer yang

terdapat di Kota Batam. Adapun pengembangan dan peningkatan

ruas jalan yang masih dalam tahap perencanaan adalah rencana jalan

bebas hambatan yang meliputi simpang tiga bundaran kabil – Pulau

Tanjung Sauh – Pulau Bintan. Untuk lebih jelasnya mengenai

pengembangan dan peningkatan jaringan jalan di Kota Batam dapat

dilihat pada gambar-gambar berikut ini.

Gambar 5.1 Peningkatan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Jaringan Jalan Arteri Primer

Page 7: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 7

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Gambar 5.2 Peningkatan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Jaringan Jalan Kolektor Primer

Gambar 5.3 Peningkatan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Jaringan Jalan Bebas Hambatan Non Tol

Gambar 5.4 Peningkatan dan Pemeliharaan Infrastriktur

Angkutan Massal

Page 8: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 8

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Walaupun belum dilakukannya kegiatan pengembangan dan

peningkatan lalu lintas dan angkutan jalan seperti yang terdapat pada

terminal penumpang tipe A Telaga Punggur, Terminal Barang Kabil,

dan Terminal Barang Nongsa.

Namun sudah direncanakan pembangunan Fly over Simpang Kabil

dan Fly Over Simpang Jam dengan panjang jembatan yaitu 630 m

dan lebar 9 m untuk rencana Fly Over SP.Kabil, penghubung antara

Kawasan Industri Kabil-Bandara Hang Nadim dengan Nagoya.

Sedangkan untuk rencana Fly Over SP.Jam adalah panjang jembatan

yaitu 475 m dan lebar 9 m, penghubung antara Kawasan industri Kabil

– Bandara Hang Nadim dengan Nagoya dan Pelabuhan Internasional

Sekupang. Lokasi Fly Over dapat dilihat pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5 Rencana Fly Over Sp.Kabil dan Fly Over Sp.Jam

Dalam kebijakan pengembangan infrastruktur jaringan transportasi

darat di Kota Batam, terdapat ruas jalan nasional pendukung kawasan

BBK di Kota Batam yang disajikan pada Tabel 5.2 dan Gambar 5.6.

Page 9: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 9

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Tabel 5.2 Ruas Jalan Nasional Pendukung Kawasan BBK di Kota Batam

No. Ruas Nama Ruas Panjang(Km) Kawasan BBK

008 - A

Jl. A. Yani (Batam Centre - Simp. Franky)

1,68 Pel. Batam Center , Daerah Perkantoran Batam Centre,

Kw.Industri Muka Kuning & Kw.Industri Panbil

Jl. A. Yani (Simp. Frangky - Sp. Kabil) 1,97

Jl. A. Yani (Sp. Kabil - Muka Kuning) 3,89

Jl. Letjen Suprapto (Muka Kuning - Tembesi)

5,00

Tembesi - Tanjung Berikat 7,92

008-K Tanjung Berikat - Simp. Sembulang 26,28 Pantai Melur,

Perkampungan Vietnam Simp. Sembulang - Pel. Galang 30,35

009

Jl. Jend. Sudirman (Sp. Kabil - Sp. Jam) 3,42

Perkantoran Pemko

Batam, Pel.Sekupang &

Kw.Industri Sekupang

Jl. Gajah Mada (Simp. Jam - Sei

Harapan) 8,96

Jl. Re Martadinata (Sei Harapan -

Sekupang) 4,29

010

Jl. Jend. Sudirman (Simp. Kabil - Simp. Punggur)

6,55 Kw. Wisata Nongsa, Bandara Hang Nadim,

Pel. International Nongsa

Jl. Hang Tuah (Simp. Punggur - Batu

Besar) 11,77

Jl. Hang Jebat, Jl Hang Lekiu (Batu Besar - Nongsa)

10,77

011 Jl. Hasanuddin (Sp. Punggur - Telaga

Punggur) 10,01

Pel. Domestik Punggur, dan Pel. Kabil

Kw.Industri Punggur dan Kw. Industri Kabil

012

Jl. Letjen Suprapto (Tembesi - Batu Aji) 5,90 Kawasan Industri

Tanjung Uncang Jl. Brigjen Katamso (Batu Aji - Tanjung Uncang)

9,40

Usulan

Jl. Yos Sudarso (Simp. Jam - Pelabuhan Batu Ampar)

6,50 Kw.Industri & Pel.Batu Ampar

Jl. Diponegoro (Simp. Sei Harapan - Simp. Base Camp Batu Aji)

8,00 Waterfront Marina City

Jl. Duyung (Pelabuhan Batu Ampar - Simp. Baloi Centre)

3,90 Kw.Industri & Pel.Batu Ampar

Baloi Centre - Simp. Sei Ladi (Uib) 1,60 Kw. Perdagangan dan

Jasa

Simp. Jam - Batam Centre (Masjid Agung)

3,00 Kw. Perdagangan dan Jasa

Jl. Hang Kesturi (Simp. Tiga Batu Besar - Simp. Industri Taiwan)

8,50 Kw. Industri Taiwan & Pel. Punggur

Sumber: Diolah Dari Berbagai Sumber, 2013

Page 10: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 10

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Page 11: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 11

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

B. Infrastruktur Jaringan Transportasi Laut

Secara umum program pengembangan dan peningkatan pelabuhan di

Kota Batam belum terealisasi sepenuhnya dilakukan. Untuk lebih

jelasnya mengenai program yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan

Kota Batam dapat dilihat pada Gambar 5.7.

Gambar: 5.7.

Peningkatan dan Pemeliharaan Infrastruktur Pelabuhan

Page 12: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 12

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

C. Infrastruktur Transportasi Udara

Bandar Udara Internasional Hang Nadim adalah sebuah bandar udara

internasional yang terletak di kelurahan Batu Besar, kecamatan

Nongsa, kota Batam, provinsi Kepulauan Riau. Bandar udara ini

mendapatkan nama dari Laksamana Hang Nadim yang termahsyur

dari Kesultanan Malaka. Bandara ini memiliki landas pacu sepanjang

4.025 meter yang menjadikan bandara ini sebagai pemilik landas pacu

terpanjang di Indonesia. Dengan kondisinya saat ini, Bandara Hang

Nadim dapat menampung 18-pesawat berbadan lebar dengan

jenis Boeing 767.

Penyebrangan feri telah menjadi metode transportasi utama untuk

bepergian ke pulau-pulau seberang, termasuk Singapura. Namun,

lama kelamaan, penyeberangan menggunakan feri mulai tidak efektif,

sehingga dibangunlah Bandara Hang Nadim. Bandara ini terbukti

cukup efektif dan awalnya dikembangkan sebagai alternatif Bandara

Internasional Changi yang diletak dari Singapura karena bandara ini

memiliki landas pacu yang cukup panjang untuk menampung

pesawat-pesawat jenis Boeing 747. Namun, bandara ini juga

mendapatkan persaingan yang cukup ketat dari bandara-bandara lain

di Wilayah Pertumbuhan Segitiga Sijori seperti: Bandar Udara

Internasional Senai yang diletak dari Johor Bahru (ibu kotanegara

bagian Johor) dari negara Malaysia & Bandar Udara Internasional

Changi yang diletak dari Singapura.

Menurut sejarah perkembangannya, pada era tahun 1980-1985 untuk

pertama kalinya melakukan perbaikan yaitu pembuatan runway

(Landasan Pacu) sepanjang 4.024 meter. Pada tahun 1985-1990

bandara Hang Nadim menjadi bandara nasional yang melayani

penerbangan domestik kemudian pada tahun 1990-sekarang status

bandara Hang Namin berubah menjadi Bandara Internasional. Untuk

lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting Bandara Hang Nadim saat

ini dapat dilihat pada Gambar 5.8 sebagai berikut.

Page 13: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 13

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Gambar : 5.8 Kondisi Bandara Hang Nadim Kota Batam

D. Infrastruktur Jaringan Energi

Sampai dengan triwulan I tahun 2008 perusahaan memiliki

pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang 111,3 MW yang

berasal dari 9 PLTD dengan 19 mesin dengan daya mampu netto

(DMN) sebesar 73,6 MW. Perusahaan juga melakukan kerja sama

dalam bentuk sewa genset dengan kapasitas terpasang 192 MW

dengan DMN 175,8 MW, sehingga pembangkit yang dikelola

perusahaan sampai dengan triwulan I tahun 2008 memiliki DMN

sistem mencapai 249,4 MW , dari daya terpasang keseluruhan

sebesar 303,4 MW.

Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting sarana dan prasaran

pembangkit dan jaringan listrik di Kota Batam dapat dilihat pada

Gambar 5.9 sebagai berikut:

Page 14: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 14

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Gambar : 5.9 Kondisi Eksisting Pembangkit dan Jaringan Listrik

Untuk proyek pembangunan jaringan interkoneksi Batam-Bintan

diperkirakan selesai pada pertengahan tahun 2014. Sehinga pada

pertengahan tahun itu, Bintan telah mendapat suplai listrik dari Batam

untuk memenuhi kebutuhan listriknya.

Page 15: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 15

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Saat ini PLTU Tanjung Kasam 2 x 55 MW telah beroperasi. Dengan

beroperasinya PLTU Tanjung Kasam tersebut, maka daya di Batam

bertambah dan sistem kelistrikan Batam menjadi lebih andal. Untuk

memaksimalkan daya yang dihasilkan pembangkit tersebut, maka

kelebihan daya di Batam akan disalurkan ke pulau sekitar seperti

Pulau Bintan dan Belakang Padang.

Selain pembangkit listrik, program peningkatan dan pemantapan

infrastruktur sumber daya energi adalah peningkatan pemantapan

depo berupa depo penyimpanan minyak bumi. untuk saat ini depo

penyimpanan minyak di Kota Batam berada di Kawasan Industri Kabil,

depo batu ampar dan depo janda berias. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar berikut.

Gambar : 5.10 Kondisi Eksisting Depo Penyimpanan Minyak Bumi

Page 16: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 16

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

E. Infrastruktur Telekomunikasi

Jaringan telekomunikasi adalah segenap perangkat telekomunikasi

yang dapat menghubungkan pemakainya (umumnya manusia)

dengan pemakai lainnya, sehingga kedua pemakai tersebut dapat

saling bertukar informasi (dengan cara bicara, menulis, menggambar

atau mengetik) pada saat itu juga.

Perkembangan infrastruktur telekomunikasi di Kota Batam berupa

pembangunan menara telekomunikasi (STO), perkembangan

pembangunan STO di Kota Batam berkembang dengan cepat, saat ini

hampir seluruh wilayah Kota Batam telah terlayani oleh jaringan

telekomunikasi, terkait dengan program RTR KSN Batam, untuk

program pengembangan dan peningkatan STO di Kota Batam telah

terealisasikan pada kawsan yang direncanakan. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada gambar 5.11 dan 5.12 sebagai berikut:

Gambar : 5.11. Kondisi Eksisting Jaringan Telekomunikasi

Page 17: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 17

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Page 18: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 18

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

F. Infrastruktur Sumber Daya Air

Sistem jaringan air minum di KSN BBK dapat ditinjau dari program-

program penanganan dan pengembangan jaringan air minum berupa

pengembangan dan peningkatan waduk, sumber air baku, dan

pelayanan PDAM.

Kebutuhan air bersih di Kota Batam, umumnya disuplai dan berasal

dari air waduk besar yang terletak di Pulau Batam dan Pulau

Rempang yaitu waduk Sie Harapan, Waduk Sei Ladi, Waduk Nongsa,

Waduk Muka Kuning, Waduk Duriangkang. Penyediaan air minum di

Kota Batam dilaksanakan oleh PT. Aditya Tirta (ATB) Batam yang

mengelola enam (6) buah waduk yang terdapat di Pulau Batam.

Selain itu, untuk kebutuhan air di wilayah Hinterland, juga terdapat

empat (4) buah waduk yang relatif kecil yang dikelola oleh UPT Air

Bersih. Keempat waduk tersebut adalah waduk Sekanak I & II, waduk

Pulau Pemping, dan waduk Pulau Bulang dengan total volume air

758,000 M3. Kesemua waduk tersebut cukup untuk konsumsi pabrik,

hotel, dan perumahan yang ada di Kota Batam.

Gambar 5.13 : Penanganan SDA di Kota Batam

Page 19: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 19

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Untuk waduk muka kuning, waduk duriangkang, dan waduk sungai

nongsa sampai kegiatan monev ini dilaksanakan belum dilakukan

program kegiatan pengembangan dan peningkatan waduk.

Sedangkan waduk sei harapan, waduk sei ladi, waduk sei tembesi

baru, waduk sungai rempang, waduk sungai cia, waduk sungai

galang, dan waduk sungai gong masih dalam perencanaan Termasuk

di dalamnya pengembangan dan peningkatan UP air minum yang

belum dilaksanakan. Untuk lebih jelasnya mengenai program

pengembangan dan peningkatan sungai, waduk dan UP Air Minum di

Kota Batam dapat dilihat pada Gambar 5.14 dan Gambar 5.15.

Gambar : 5.14. Kondisi Eksisting Sumberdaya Air di Kota Batam

G. Infrastruktur Sarana dan Prasaran Perkotaan

a. Sistem Jaringan Drainase dan Air Limbah

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang

sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan

merupakan kompenen penting dalam perencanaan kota

(perencanaan infrastruktur khususnya).

Page 20: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 20

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Page 21: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 21

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol

kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana

drainase merupakan salah satu cara pembuangan kelebihan air

yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta cara-cara

penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.

Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur

dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam

rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan

sehat.

Di Kota Batam terdapat 2 (dua) jenis drainase, yaitu drainase

terbuka dan drainase tertutup, rata-rata lebar drainase yang berada

di jalan utama Kota Batam berkisar antara 1m – 2m dengan

kedalaman 0,5m – 1m. Permasalahan yang ditemukan saat

melakukan survei yaitu masih terdapat di beberapa titik jaringan

drainase yang terputus, baik itu karena infrastruktur yang buruk

maupun karena pendangkalan karena sampah dan tanah yang

longsor ke arah drainase dan lain sebagainya. Hal ini tentunya

akan mengganggu aliran air limbah rumah tangga yang mengalir

pada drainase.

Khusus untuk Air limbah adalah air yang telah mengalami

penurunan kualitas karena pengaruh manusia. Air limbah perkotaan

biasanya dialirkan di saluran air kombinasi atau saluran sanitasi,

dan diolah di fasilitas pengolahan air limbah atau septic tank. Air

limbah yang telah diolah dilepaskan ke badan air penerima melalui

saluran pengeluaran. Air limbah, terutama limbah perkotaan, dapat

tercampur dengan berbagai kotoran seperti feses maupun urin.

Untuk mengolah air limbah tersebut dibutuhkan suatu sistem

pembuangan air. Sistem pembuangan air adalah infrastruktur fisik

yang mencakup pipa, pompa, penyaring, kanal, dan sebagainya

yang digunakan untuk mengalirkan air limbah dari tempatnya

Page 22: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 22

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

dihasilkan ke titik di mana ia akan diolah atau dibuang. Sistem

pembuangan air ditemukan di berbagai tipe pengolahan air limbah,

kecuali septic tank yang mengolah air limbah di tempat.

Sedangkan yang dimaksud dengan Instalasi pengolahan air

limbah (IPAL) (wastewater treatment plant, WWTP), adalah sebuah

struktur yang dirancang untuk membuang limbah

biologis dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut

untuk digunakan pada aktivitas yang lain. Fungsi dari IPAL

mencakup:

Pengolahan air limbah pertanian, untuk membuang kotoran

hewan, residu pestisida, dan sebagainya dari

lingkungan pertanian.

Pengolahan air limbah perkotaan, untuk membuang limbah

manusia dan limbah rumah tangga lainnya.

Pengolahan air limbah industri, untuk mengolah limbah cair dari

aktivitas manufaktur sebuah industri dan komersial, termasuk

juga aktivitaspertambangan.

Untuk pembangunan

IPAL saat ini sedang

dilaksanakan di Kota

Batam (bantuan luar

negeri dari Pemerintah

Korea) dengan total

biaya diperkirakan

sebesar Rp. 511,5

Milyar. Adapun lokasi

WTTP dapat dilihat

pada gambar berikut.

Sedangkan untuk mengolah limbah B3, pemerintah Kota Batam

telah memiliki instalasi pengolahan limbah B3 di Kawasan

Perindustrian Kabil, kondisi instalasi pengolahan limbah B3 dalam

Page 23: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 23

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

keadaan baik. Fasilitas pengolahan limbah B3 di Kota Batam yaitu:

Incinerator, Destilasi, Waste Water Treatment Plant, Metal

Recovery, Cooper Slag dan Karbid, Oil and Sludge Treatment,

Daur Ulang Limbah Cair dan Pengolahan Plastik, sedangkan untuk

fasilitas TDLI B3 berupa gudang tertutup seluas 390 m2 sebanyak 2

unit dan gudang terbuka seluas 840 m2. Luas total kawasan

pengolahan limbah industri (KPLI-B3) adalah 19,7 Ha dimana

dalam pengembangannya dilakukan dalam 2 (dua) tahap, pada

pengembangan tahap 1 dilakukan pengembangan seluas 9,7 ha

dan pada tahap ke 2 (dua) dilakukan pengembangan seluas 10 ha.

Untuk fasilitas jaringan pipa dan manhole terdiri dari jaringan pipa

200mm s/d 800mm dengan panjang 11.833 m, rumah pompa dan

lift pump sebanyak 5 unit dan manhole 73 buah. Untuk lebih

jelasnya terkait kondisi eksisting drainase dan instalasi pengolahan

air limbah di Kota Batam dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.

Gambar : 5.16. Kondisi Eksisting Sistem Drainase, IPAL

dan Kawasan Pengolahan Limbah B3 Kota Batam

Page 24: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 24

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

b. Sistem Persampahan

Tempat pembuangan akhir di Kota Batam yaitu TPA Telaga

Punggur, luas TPA Telaga Punggur yaitu 48 Ha. Rata-rrata sampah

yang masuk TPA setiap harinya mencapai 700 Ton/hari, jumlah

tersebut merupakan jumlah yang cukup besar, sehingga jika ditak

ada pengembangn atau peningkatan TPAA tersebut, maka

kapasitas daya tampung yang direncanakan sampai 10 tahun tidak

akan tercapai.

Kondisi sampah di TPA Telaga Punggur yang semakin meningkat

menuntut untuk segera dilakukannya kegiatan pengembangan dan

peningkatan TPA baru di Pulau Galang dalam Rencana Tata

Riuang KSN BBK TPA Pulau Galang direncanakan selesai di akhir

tahun 2019. Untuk lebih jelasnya mengenai program

pengembangan dan peningkatan TPA Tegal Punggur dan TPA

Pulau Galang di Kota Batam dapat dilihat pada Gambar 5.17

Gambar : 5.17. Kondisi Eksisting TPA Telaga Punggur Kota Batam

Secara keseluruhan rencana dan realisasi penyediaan infrastruktur

bidang Cipta Karya di wilayah Kota Batam dapat dilihat pada gambar

berikut.

Page 25: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 25

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Page 26: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 26

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

5.1.2. Realisasi Pemanfaatan Ruang KSN Batam

Berkembangnya kegiatan perekonomian di wilayah KSN Batam telah

berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang wilayah ini. Adapun realisasi

pemanfaatan ruang di Kota Batam, diuraikan sebagai berikut :

Kawasan Permukiman.

Di kota Batam terdapat kawasan permukiman dengan tingkat

kepadatan tinggi, sedang, dan rendah. Saat ini kegiatan peningkatan

dan pengembangan kawasan permukiman baik itu permukiman dengan

kepadatantinggi, sedang danrendah masih terus berjalan. Untuk lebih

jelasnya mengenai pengembangan, rehabilitasi dan revitalisasi fungsi

kawasan peruntukan permukiman kepadatan tinggi dan kepadatan

sedang dan kepadatan rendah dapat dilihat pada Gambar 5.19.

Gambar 5.19 : Kawasan Permukiman Kota Batam

Page 27: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 27

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Kawasan Industri.

Batam Dikenal sebagai Pulau Industri, pulau yang berbentuk

kalajengking ini diibaratkan Singapura yang kedua di indonesia.

Menurut sejarah perkembangan kawasan industri di Kota Batam, pada

awal 1990, Kota Batam menjadi pusat industri elektronik dengan

berdirinya Kawasan Industri Batamindo disusul dengan kawasan lain

yang konsen pada elektronik. Kemudian secara perlahan industri di

Kota Batam bergeser ke galangan kapal dan penunjang perminyakan

lepas pantai, Saat ini industri galangan kapal menjadi yang terbesar di

Indonesia mengalahkan kawasan Surabaya Jawa Timur.

Jumlah galangan kapal di Batam lebih dari 100 perusahaan dan terus

bertambah. Lebih dari 100 perusahaan yang menyampaikan keinginan

berinvestasi di Batam, rata-rata bergerak dalam sektor perkapalan.

Untuk kedepannya BP Batam mengalokasikan lahan 150 hektar di

Kawasan Bandara Internasional Hang Nadim Batam khusus untuk

pembangunan MRO (Maintenance Repair And Overhaul) atau yang

dikenal dengan sebutan industri perawatan dan perbaikan pesawat.

Untuk saat ini pemanfaatan ruang kawasan industri Kota Batam masih

terpusat di Pulau Batam dimana kawasan yang diperuntukan sebagai

kawasan industri masih dalam tahap pengembangan adapun kawasan

industri yang masih dalam tahap proses pengembangan adalah

Kawasan Industri Kabil dan Lubuk Baja . Untuk lebih jelasnya

mengenai kawasan peruntukan industri padat modal dan industri padat

teknologi dapat dilihat pada Gambar 5.20.

Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa memiliki fungsi antara lain

memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar

masyarakat yang membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang

menjual jasa (sisi penawaran) dan menyerap tenaga kerja di perkotaan

dan memberikan kontribusi yang dominan terhadap PDRB.

Page 28: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 28

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Gambar 5.20 : Kawasan Industri Kota Batam

Page 29: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 29

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Kawasan perdagangan dan jasa di Kota Batam terus mengalami

peningkatan dan perkembangan. Seperti halnya yang terdapat di

kawasan perdagangan jasa sagulung, Nongsa, BatuAji, Batu Ampar,

Lubuk Baja dan Batam Kota. Untuk lebih jelasnya mengenai

pengembangan dan peningkatan fungsi pusat kegiatan perdagangan

dan jasa dapat dilihat pada Gambar 5.21.

Gambar 5.21 : Kawasan Perdagangan dan Jasa Kota Batam

Pengembangan dan Peningkatan Kawasan Pariwisata

Jenis kegiatan wisata di Kota Batam dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu

wisata alam dan wisata niaga. Dalam Rencana Tata Ruang KSN

Page 30: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 30

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Batam, Pengembangan dan peningkatan kawasan wisata dilakukan di

Pantai Nongsa, Pantai Tanjungpinggir, Pantai Sembulang yang mana

kondisi ke 3 lokasi pantai tersebut belum ada peningkatan begitu juga

dengan Kawasan Wisata Jodoh. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi

eksisting lokasi/kawasan wisata di Kota Batam dapat dilihat pada

gambar sebagai berikut.

Gambar 5.22 : Kawasan Wisata Kota Batam

Page 31: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 31

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Realisasi Pemanfaatan Ruang VS SK.463/Menhut-II/2013

Dengan telah diterbitkannya SK.463/Menhut-II/2013 pada tanggal 27

Juni 2013 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan, Perubahan

Fungsi Kawasan Hutan dan Perubahan Bukan Kawasan Hutan di

Provinsi Kepulauan Riau, beberapa kawasan hutan di Kota Batam ikut

mengalami perubahan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara SK

tersebut terhadap hasil kajian yang telah direkomendasikan oleh Tim

Terpadu Kementerian Kehutanan pada tanggal 03 Desember 2012.

Tabel 5.3 : Rekomendasi Timdu untuk Kws. Hutan di Kota Batam

FUNGSI TGHK UPDATE

USULAN RTRWP

REKOM TIMDU SK MENHUT

LUAS % LUAS % LUAS % LUAS %

KPA 2.206 2,14 864 0,84 892 0,87 4.916 14,49

TB 15.571 15,13 2.145 2,08 2.630 2,56 902 0,88 HL 12.821 12,45 14.173 13,77 18.943 18,40 4.846 14,42

HPT 14.205 13,80 4.566 4,43 9.299 9,03 3.125 12,75 HP - - 2.164 2,10 2.443 2,37 913 0,89

Kawasan Hutan Tetap

44.803 43,52 23.912 23,23 34.207 33,23 4.701 43,42

HPK 30.537 29,66 118 0,11 4.131 4,01 2.021 21,39

Luas Kawasan Hutan Total

75.340 73,18 24.030 23,34 38.338 37,24 6.722 64,81

Sumber : Bappeda Kota Batam, 2013 KETERANGAN :

KPA : Kawasan Hutan Pariwisata Alam (Hutan Konservasi)

TB : Taman Buru (Hutan Konservasi)

HL : Hutan Lindung

HPT : Hutan Produksi Terbatas

HP : Hutan Produksi

HPK: Hutan Produksi yang Dapat dikonversi

APL : Alokasi Penggunaan Lain

Air : Badan Air (waduk dll)

Dari data di atas terlihat bahwa pada Rekomendasi Timdu untuk

Kawasan Hutan di Kota Batam direncanakan seluas 37% (34.204

Hektar) yang terdiri dari 33% Hutan Tetap dan 4% HPK, namun hasil

SK Menhut menentukan bahwa Kawasan hutan di Kota Batam seluas

64% (66.722 Hektar) yang terdiri dari 43% Hutan Tetap dan 22% HPK.

Page 32: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 32

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Jika dibandingkan dengan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK)

Provinsi Riau Tahun 1986,SK Menhut tersebut hanya mengakomodir

pelepasan kawasan hutan di Kota Batam sebesar 10%.

a) Pulau Batam

Di Pulau Batam terdapat kawasan hutan yang pelepasannya melalui

proses DPCLS (akan dilepaskan bila disetujui DPR RI), berada di

beberapa titik kampung tua di Nongsa; Pusat Perkantoran di Batam

Centre (termasuk Kantor Walikota Batam, BP Batam, BI, Kantor

bersama dll; Area Coastarina dan Bengkong, Pertokoan Nagoya dan

Tanjung Uma; Tiban Kampung, Marina Waterfront City; Beberapa

industri shipyard Tg, Uncang dan Sagulung, Permukiman Batu Aji;

Rusunawa Muka Kuning; TPA Punggur dan Kapling Sinjulung dan

permukiman Pertamina Tongkang dll. Pada sebagian wilayah ini telah

terbit HPL dan Sertifikat dari BPN.

Gambar 5.23 : SK Menhut dan Realisasi Pemanfaatan Ruang di P. Batam

Page 33: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 33

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

b) Beberapa Pulau Rencana Investasi

Di Beberapa Pulau yang direncanakan dan sedang dilakukan

pengembangan ekonomi dan investasi masih ditunjuk sebagai

kawasan hutan (HPK dan HPT) antara lain :

P. Janda Berhias : seluruh pulau masih ditetapkan sebagai HPK

(sebagiam telah memiliki sertifikat BPN);

P. Air Manis : seluruh pulau masih ditunjuk sebagai HPK (telah

memiliki sertiffikat BPN);

P. Lumba : seluruh pulau masih ditunjuk sebagai HPK dan HPT;

P. Pemping : masih sebagai HPK (perkampungan lama telah

dilepaskan, namun jalur gas yang telah memiliki sertifikat BPN

masih HPK);

P. Bulan : seluruh pulau masih ditunjuk sebagai HPK dan HPT

(telah memiliki HGU dari BPN);

P. Ngenag dan P. Tanjung Sauh : masih ditunjuk sebagai HPK

bahkan ada kawasan yang ditingkatkan dari HPK menjadi HP

(permukiman lama di P. Ngenang disetujui dilepaskan);

P. Karang Nipah : Pada kawasan pengembangan investasi

dibidang jasa (tank storage) masih ditunjuk sebagai HPK,

sedangkan pada lahan untuk Hankam disetujui dilepaskan.

c) P. Rempang dan pulau disekitarnya

Di P. Rempang dan pulau-pulau disekitarnya masih di tunjuk

sebagai kawasan hutan antara lain :

P. Rempang : Masih ditunjuk sebagai Hutan Konservasi , namun

terjadi perubahan jenis yang semula keseluruhan P. Rempang

seluas 15.571 Ha sebagai Hutan Taman Buru, didalam SK 463

terjadi penurunan yang sangat signifikan yaitu mejadi 902 Ha,

sedangkan lahan lainnya seluas ± 13.000 Ha berubah menjadi

Hutan Taman Wisata Alam. Sedangkan beberapa titik

permukiman lama (kampung tua) disetujui untuk dilepas namun

menggunakan skema DPCLS (harus melelui persetujuan DPR).

Page 34: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 34

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

P. Subang Mas : masih ditunjuk sebagai HPK (termasuk

permukiman masyarakat)

P. Kinun : masih ditunjuk sebagai HPK (permukiman masyarakat

dilepaskan)

P. Jemara : masih ditunjuk sebagai HPK (Kampung masyarakat

dilepaskan)

P. Setokok : Sebagian besar kawasan disetujui pelepasan

kawasan hutannya

P. Air Raja : Sebagian besar kawasan yang merupakan lahan

program transmigrasi disetujui pelepasan kawasan hutannya .

d) P. Galang, P. Galang Baru dan Pulau Sekitar kawasan hutan

antara lain :

1. P. Galang : Masih ditunjuk sebagai HPT dan HPK, bahkan

dibeberapa kawasan ditingkatkan dari HPK menjadi HL (Hutan

Lindung). Kawasan yang disetujui dilepaskan (APL) hanya

berada pada kawasan pengungsian Vietnam dan sekitar Pantai

Mirota, sedangkan sebagian permukiman dan pelabuhan

Sijantung masih ditunjuk sebagai HPT.

2. P. Galang Baru : Masih ditunjuk sebagai HPT dan HPK, bahkan

dibeberapa kawasan ditingkatkan dari HPK menjadi HL (Hutan

Lindung). Kawasan yang disetujui dilepaskan (APL) hanya

berada pada kawasan permukiman lama Kampung Baru dan Air

Lingke.

3. P. Karas : masih ditunjuk sebagai HPK (sebagian permukiman

masyarakat dilepaskan)

4. P. Nguan : seluruhnya masih ditunjuk sebagai HPK (termasuk

Kampung masyarakat)

5. P. Sembur, P. Tanjung Dahan, P. Batu Belobang, P. Korek

Busung : seluruhnya masih ditunjuk sebagai HPK (termasuk

Kampung masyarakat)

6. P. Petong : seluruhnya masih ditunjuk sebagai HPT (termasuk

Kampung masyarakat)

Page 35: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 35

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

7. P. Abang Besar, P. Abang Kecil, P. Dedap dan P. Pengelap :

seluruhnya masih ditunjuk sebagai HPK (termasuk puast

kelurahan, Kampung masyarakat).

Gambar 5.24 SK Menhut dan Realisasi Pemanfaatan Ruang

Di Pulau Galang dan Pulau Galang Baru

Page 36: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 36

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

e) Hal-Hal Yang Perlu Mendapat Perhatian Dengan Dikeluarkannya

SK Menhut 463 /2013 Terhadap Situasi dan kondisi di kota Batam.

Terjadinya Stagnasi Pembangunan

Kemungkinan terjadinya stagnasi dalam pengembangan

pembangunan di Kota Batam karena terbatasnya ketersediaan

lahan yang dapat dikembangkan untuk kegiatan masyarakat,

pembangunan dan investasi (yang bukan kawasan hutan).

Rencana pembangunan di Kawasan Rempang-Galang yang

telah ditetapkan sebagai kawasan FTZ tidak akan dapat

dikembangkan.

Permasalahan Kepastian Hukum

Dengan adanya Kawasan DPCLS di Pulau Batam yang

pelepasan hutannya harus dilakukan dengan persetujuan DPR

RI, diperkirakan akan memakan waktu yang lama dan sulit

diperkirakan hasilnya. Sementara itu pada sebagian besar

kawasan DPCLS ini telah memperoleh perizinan dan telah

dilakukan pembangunan, telah memiliki sertifikat dari BPN, serta

telah dikembangkan oleh investor baik dalam negeri maupun

PMA. Beberapa kawasan DPCLS yang telah dibangun di Pulau

Batam antara lain : Kantor Walikota Batam, Kantor Otorita

Batam, Costarina, Marina City, Nagoya dan Tanjung Uma,

Sebahagian Kawasan Industri di Tanjung Uncang dan beberapa

kawasan lainnya.

Timbulnya Gejolak di Masyarakat

Pada beberapa kawasan permukiman yang telah terbangun

(Kawasan Batu Aji, Kabil, Bengkong, dan Batu Ampar) dan telah

dihuni serta memiliki sertifikat dari BPN tidak dapat diagunkan

untuk medapatkan pembiayaan dari perbankan.

Sinkronisasi Rencana Tata Ruang Wilayah

Implementasi Rencana Tata Ruang (termasuk RTR Batam,

Bintan dan Karimun) akan menjadi produk yang tidak

Page 37: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 37

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

memberikan jaminan kepastian hukum karena menerapkan

konsep kawasan Holding zone. Hal ini dikhawatirkan akan

mempengaruhi iklim investasi di Kota Batam.

Proses perizinan akan terkendala

Penerapan DPCLS dan Kawasan Holding zone akan

menyebabkan penundaan perizinan yang diterbitkan oleh

Pemerintah Kota Batam, bahkan dapat memberikan citra buruk

kepada Pemerintah Kota Batam karena dianggap menghambat

perizinan untuk kawasan yang telah mendapatkan

pengalokasian lahan dan sertifikasi dari BPN.

Rencana Investasi pada Pulau-pulau strategis tidak dapat

direalisasikan

Rencana dan pelaksanaan pembangunan pada kawasan pulau-

pulau strategis seperti di P. Janda Berhias, P. Air Manis, P.

Tanjung Sauh, P. Ngenang, P. Abang, dan pulau-pulau lainnya

terancam tidak dapat direalisasikan. Bila akan dilaksanakan akan

membutuhkan prosedur yang memakan waktu dan jalur birokrasi

yang cukup panjang (tidak dapat diselesaikan di daerah dan

harus melanjutkan perizinan pelepasan hutan di Kementerian

Kehutanan).

5.1.3. Realisasi Investasi di KSN Batam

Investasi di Kota Batam selama kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir terus

mengalami peningkatan, walaupun peningkatan investasi Kota Batam tidak

signifikan. Investasi di Kota Batam berasal dari Penanaman Modal Asing

dan Penanaman Modal Dalam Negeri, dimana jumlah investasi dari PMA

terbesar terjadi pada tahun 2012 sebesar ± Rp. 6,7 Trilyun, dan paling

rendah terjadi pada tahun 2006 dengan jumlah investasi sebesar ± Rp. 4,4

Trilyun. Sedangkan untuk investasi dari Penanaman Modal Dalam Negeri

tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar ± Rp. 5,8 Trilyun dan terendah

yaitu sebesar ± Rp. 5,5 Trilyun pada tahun 2006. Secara lebih lanjut

mengenai realisasi investasi Kota Batam dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Page 38: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 38

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Page 39: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 39

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Tabel 5.4. : Realisasi Investasi dan Tenaga Kerja Di Kota Batam Tahun 2006 - 2012

No Tahun Status Investasi

(USD Milyar) Keterangan

Tenaga Kerja (%)

1 2006 PMA 4,47 Naik

4,54 PMDN 5,50 Naik

2 2007 PMA 4,76 Naik

4,84 PMDN 5,71 Naik

3 2008 PMA 5,18 Naik

8,39 PMDN 5,71 Tetap

4 2009 PMA 5,60 Naik

1,88 PMDN 5,72 Naik

5 2010 PMA 5,94 Naik

7,40 PMDN 5,73 Naik

6 2011 PMA 6,02 Naik

1,12 PMDN 5,73 Tetap

7 2012 PMA 6,78 Naik

2,02 PMDN 5,82 Naik

Sumber: Badan Pengusahaan Kota Batam, 2013

5.2. Monitoring P2KSN Bintan

5.2.1. Realisasi Penyediaan Infrastruktur

KSN Bintan merupakan kawasan strategis nasional yang berada di Pulau

Bintan. KSN Bintan memiliki 2 (dua) wilayah administrasi KSN, yaitu

Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang yang mana lokasi kawasan

strategis nasional tersebut tersebar dibeberapa lokasi (enclave). Sama

halnya dengan KSN Batam, program infrastruktur yang di monitoring dan

evaluasi di KSN Bintan pun merupakan program ke-PU-an yang sedang

berjalan atau telah selesai pada tahun anggaran 2013.

Dengan kondisi lokasi kawasan strategis nasional yang berbentuk enclave

di wilayah KSN Bintan, maka salah satu program kegiatan yang paling

prioritas di KSN Bintan adalah peningkatan jaringan jalan arteri primer,

peningkatan dan pemeliharan pelabuhan dan bandara untuk

mempermudah akses mobilitas angkutan barang. Jaringan jalan utama di

di Kabupaten Bintan adalah Jaringan jalan arteri primer yang

Page 40: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 40

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

menghubungkan pelabuhan kijang – sei enam – perbatasan Kota

Tanjungpinang. Jaringan jalan ini memiliki beberapa titik jalan yang

mengalami kerusakan, selain itu di Pulau Bintan juga terdapat jaringan

jalan strategis nasional, jalan ini menghubungkan Simpang Gesek –

Tanjung Uban. Sedangkan jaringan jalan yang berfungsi sebagai jaringan

jalan arteri primer di Kota Tanjungpinang adalah Jalan yang

menghubungkan Pelabuhan Sri Bintan Pura dengan jalan Adi Sucipto

dan jalan Gesek kemudian Jalan/simpang Adi Sucipto dengan

jalan/simpang Dompak Lama dari jalan/simpang Dompak Lama terhubung

dengan jalan/simpang Wacopek kemudian diakhiri di Perbatasan antara

Kabupaten Bintan dengan Kota Tanjungpinang.

Kondisi pelabuhan di KSN Bintan yang sudah beroperasi dalam keadaan

baik, baik itu pelabuhan bongkar muat barang (Barang) dan pelabuhan

penumpang, hanya saja untuk kedepannya perlu dilakukan perbaikan dan

pemeliharaan untuk prasarana pendukung pelabuhan. Untuk lebih

jelasnya mengenai kondisi eksisting program infrastruktur di wilayah KSN

Bintan dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut.

Tabel 5.5 Kondisi Eksisting Program Infrastruktur KSN Kabupaten Bintan

INDIKASI PROGRAM UTAMA KETERANGAN

I. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT I.1 Jaringan Jalan

Pengembangan jaringan jalan arteri primer

Jln. Pelabuhan Kijang – Sei Enam – Perbatasan Kota Tanjungpinang merupakan jaringan jalan arteri primer yang menjadi prioritas utama dalam program pembanguan infrastruktur di KSN Kabupaten Bintan, peningkatan jalan dilakukan dengan penambalan bagian jalan yang rusak. Kondisi jaringan jalan arteri di Kota Tanjungpinang dalam keadaan baikl, peningkatan dan pemantapan dilakukan dengan penambalan bagian jalam yang rusak.

Pengembangan jaringan jalan kolektor primer 1

Kondisi jaringan jalan Kolektor primer 1 di Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpiang yang termasuk kedalam program pembangunan KSN BBK dalam keadaan baik, secara umum program peningkatan jaringan jalan di KSN Bintan sudah terealisasikan.

Pengembangan dan Peningkatan jaringan jalan bebas hambatan

Jaringan jalan bebas hambatan di Kabupaten Bintan berupa Jembatan meliputi jembatan yang menghubungi Pulau Bintan dengan Pulau Tanjung Sauh dan Simpang Tiga Bundaran Kabil di Pulau Batam. Untuk program pembangunan ini sampai saat monev di lakukan belum ada peningkatan.

Pengembangan dan peningkatan jaringan jalan strategis nasional

Kondisi jaringan jalan nasional yang menghubungkan Jalan Simpang Gesek dengan Tanjung Uban dalam keadaan bagus, jaringan jalan ini baru selesai di bangun secara keseluruhan di tahun 2013, saat ini masih ada pemeliharaan di beberapa titik/lokasi, seperti pemeliharaan jalan di setiap sambungan antara jembatan dengan infrastruktur jaringan jalan.

Page 41: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 41

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

INDIKASI PROGRAM UTAMA

KETERANGAN

Pengembangan dan peningkatan lalu lintas dan angkutan jalan

Untuk Lajur, jalur ataupun jaringan jalan dan halthe khusus angkutan jalan belum terealisasikan, kecuali di kawasan wisata lagoi.

Terminal penumpang tipe A Terminal Sri Tri Buana Simpang Lagoi di Kecamatan Teluk Sebong dalam kondisi terawat dan bagus, hanya saja terminal belum berfungsi sebagai mana mestinya, saat ini terminal lebih di manfaatkan sebagai lahan parkir bagi kendaraan milik warga yang tinggal disekitar terminal.

Terminal barang Pelabuhan Bandar Sri Udana berada di Kawasan Berikat Lobam, kondisi pelabuhan dalam keadaan baik , begitu jugan dengan Pelabuhan Tanjung Uban, Pelabuhan Sei Kolak Kijang (Sri Bayi Intan) dan Pelabuhan Tanjung Berakit, secara umum kondisi pelabuhan yang berada di Kabupaten Bintan dalam keadaan baik/bagus.

I.2 Sistem Jaringan Transportasi Penyeberangan

Pengembangan dan peningkatan pelabuhan penyeberangan

Kondisi pelabuhan penyeberangan lintas antar provinsi dan antar negara di pelabuhan Bandar Bintan Telani, Pelabuhan Bandar Sri Udana dan Pelabuhan Gisi Bandar Seri Bentan dalam keadaan baik, hingga saat ini peningkatan dan pemeliharaan terus dilakukan oleh pengelola ataupun penanggung jawab pelabuhan.

Pelabuhan penyeberangan lintas antar kabupaten/kota di Pelabuhan Sri Bayi Intan dan Pelabuhan Tanjung Uban dalam keadaan baik.

1.3 Prasarana Perkeretaapian Pembangunan jaringan kereta api

Untuk program pengembangan dan peningkatan sistem jaringan perkereta apian di KSN Bintan belum terealisasikan.

II. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI LAUT II.1 Pelabuhan Umum

Pengembangan dan peningkatan pelabuhan

Kondisi pelabuhan umum di KSN Bintan rata-rata dalam keadaan baik, seperti kondisi Pelabuhan Bandar Sri Udana, Pelabuhan Sei Kolak Kijang (Sri Bayi Intan), Pelabuhan Tanjung Berakit dan Pelabuhan Tanjung Uban yang berada di Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Bintan Timur dan Kecamatan Teluk Sebong di Kabupaten Bintan dan pelabuhan Batu Enam, Pelabuhan Sri Bintan Pura dan pelabuhan Tanjung Moco di Kota Tanjungpinang. Untuk masa yang akan datang disarankan untuk melakukan perbaikan sarana penunjang pelabuhan seperti perbaikan atau merenovasi lahan parkir dan akses keluar masuk pelabuhan. Untuk pelabuhan Tanjung Berakit saat ini belum berfungsi atau belum ada aktivitas keberangkatan ataupun kedatangan penumpang.

II.2 ALUR PELAYARAN

Pengembangan dan peningkatan alur pelayaran

Alur pelayaran nasional yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Berakit dan Pelabuhan Tanjung Uban dengan pelabuhan nasional lainnya dan Alur pelayaran internasional yang menghubungkan Pelabuhan Sei Kolak Kijang (Pelabuhan Sri Bayi Intan) dengan alur pelayaran di Selat Malaka Dan Selat Singapura masih menggunakan alur pelayaran yang telah ada

III. PERWUJUDAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI UDARA Bandar Udara Pusat Penyebaran Skala Primer Pengembangan dan Pemantapan Bandara Pengumpul Dengan Skala Pelayanan Primer

Bandara Raja Haji Fisabilillah secara administrasi berada di Kota Tanjungpinang, bandara Raja Haji Fisabilillah melayani penerbangan dari dan yang akan keluar dari Pulau Bintan, kondisi bandara saat ini masih dalam tahap pengembangan.

IV. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN ENERGI IV.1 Jaringan Pipa Minyak dan Gas Bumi

Pengembangan dan peningkatan jaringan gas bumi

Fasilitas penyimpanan berupa depo minyak bumi tanjung uban dalam keadaan baik.

Jaringan Pipa Gas Bumi, berupa: Jaringan pipa gas hulu perpipaan bawah laut yang terhubung

meneruskan antara Natuna, Kawasan BBK dan Pulau Sumatera. Jaringan pipa gas transmisi perpipaan bawah laut yang terhubung

menerus antara Pulau Sumatera, Kawasan BBK, Kawasan Johor Baru-Malaysia dan Negara singapura

Page 42: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 42

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

INDIKASI PROGRAM UTAMA

KETERANGAN

IV.2 Pembangkit Tenaga Listrik

Pengembangan dan penigkatan pembangkit tenaga listrik

PLTU Sungai Lekop sampai saat ini belum beroperasi dan di lokasi PLTU Sungai Lekop belum ada aktivitas pekerja.

PLTU Galang Batang saat ini telah beroperasi sebagai pembangkit listrik di Kabupaten Bintan, kondisi PLTU dalam keadaan baik hanya saja fasilitas pendukung di lokasi PLTU seperti kantor dan pos jaga keamanan perlu perbaikaan dan pembangunan pagar serta pengaspalan jalan menuju lokasi PLTU, hingga saat ini jalan menuju PLTU masih jalan tanah.

IV.3 Jaringan Transmisi Tenaga Listrik

Pengembangan dan penigkatan SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi)

Pengembangan kabel melalui jembatan penghubung Kota Batam – Kabupaten Bintan dari GI Tanjung Uban Menuju ke GI Batu Besar belum terealisasi.

Pengembangan jaringan SUTT yang menghubungkan GI Air Raja dengan GI Simpang Lagoi KM 66 dan GI Simpang Lobam belum terealisasikan.

IV.4 Gardu Induk Pengembangan dan penigkatan GI

GI KM 66 Simpang Lagoi masih dalam tahap pembebasan lahan. GI Simpang Lobam dan GI Air Raja masih dalam tahap pembangunan.

V. SISTEM JARINGAN TELEKOMUNKASI Pengembangan dan penigkatan STO

Pengembangan jaringan STO di Lokasi yang direncanakan telah terealisasikan.

VI. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR VI.2 Waduk

Pengembangan dan peningkatan waduk

Waduk Sui pulai dalam keadaan baik, penigkatan diwaduk ini berupa pengecoran bibir waduk supaya tidak longsor.

Waduk Galang Batang belum ada peningkatan, waduk masih berbentuk waduk alami.

Waduk Sungai Gesek sedang dalam tahap pengerjaan Waduk Sungai Kawal belum ada peningkatan. Kondisi Waduk Lagoi dalam kedaan baik Waduk Aculai belum ada peningkatan Waduk Kangboi belum ada peningkatan Waduk Sekuning dalam keadaan baik, akan tetapi peningkatan ataupun

pemeliharaan di waduk ini belum ada. Waduk Sungai Jago-Lepan belum ada penigkatan Waduk Tanjung Uban dalam keadaan baik peningkatan di waduk ini belum

ada. Waduk Estuary Dompak masih dalam tahap pengerjaan

VI.3 Prasarana Sumber Daya Air

Pengembangan dan peningkatan prasarana sumber daya air

Sistem pengendalian Banjir berupa waduk di Waduk Sei Pulai, Waduk Sungai Kawal, Waduk Lagoi, Waduk Anculai, Waduk Sekuning dan Waduk Tanjung Uban berupa dam dan pintu air. Kondisi pintu air di waduk ini dalam keadaan baik.

Untuk waduk sungai Gesek masih dalam tahap pembangunan VII. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN PRASARANA PERKOTAAN VII.1 Unit Air Baku Pengembangan dan peningkatan jaringan perpipaan

Pengembangan dan peningkatan jaringan perpipaan berupa unit air baku yang dipasok dari Waduk Sei Pulai, Waduk Lagoi, Waduk Anculai, Waduk Sekuning, Waduk, dan Waduk Tanjung Uban dalam keadaan baik

VII.2 Unit Produksi (UP) Air Minum Pengembangan dan penigkatan Unit Produksi

Unit Produksi (UP) Air Minum Lagoi dalam keadaan baik begitu juga dengan UP Air Minum Sei Pulai.

VII.3 Sistem Jaringan Drainase

Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan drainase

Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan drainase berupa saluran drainase primer dilakukan Kecamatan Tanjung Uban, kondisi drainase dalam keadaan baik, begitu juga dengan jaringan drainase yang terdapat di Kota Tanjungpinang.

VII.4 Sistem Jaringan Air Limbah Pengembangan dan peningkatan IPAL

Pengembangan maupun peningkatan IPAL di Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang belum terealisasikan.

Page 43: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 43

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

INDIKASI PROGRAM UTAMA

KETERANGAN

VII.5 Sistem Pengolahan Limbah B3

Pengembangan dan

peningkatan instalasi

pengelolaan limbah B3

Untuk program pengembangan dan peningkatan instalasi pengolahan limbah

B3 belum terealisasikan di tahun 2013.

VII.6 Sistem Pengolahan Persampahan

Pengembangan dan

peningkatan TPA

Tempat Pembuangan Akhir (TPA), KSN Bintan Bintan masih di layani oleh

TPA yang berada di Bintan Timur , di tahun 2013 peningkatan yang

dilakukan oleh pihak pengelola berupa pembangunan sarana pos jaga dan

garasi untuk alat berat (escapator) dan garasi untuk mobil yang

mengangkut sampah.

Untuk perencanaan TPA di Bintan Utara belum terealisasikan.

Sumber : Hasil Survey 2013

Dari hasil survey yang termuat pada tabel diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa untuk pengembangan dan peningkatan jaringan jalan hampir

semua program telah terealisasikan dan kondisi jaringan jalan dalam

keadaan baik, begitu juga dengan program pengembangan dan

peningkatan pelabuhan dan jaringan telekomunikasi. Program

peningkatan dan pengembangan sumber daya air di tahun 2013 belum

terealisasikan sepenuhnya, menurut target atau jadwal pelaksanaan yang

tertuang dalam Indikator Kerja RTR KSN BBK, di Kabupaten Bintan

pengembangan dan peningkatan sumber daya air berupa pengembangan

dan peningkatan waduk harus selesai di akhir tahun 2019, karena secara

teknis program ini masuk kedalam program pelaksanaan tahap I dan

Tahap II.

A. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Darat

Kegiatan pengembangan dan peningkatan jaringan jalan yang

dilakukan di KSN Bintan secara umum telah dilaksanakan diantaranya

pada ruas jalan arteri primer yaitu jalan Pelabuhan Kijang sampai

dengan Sei Enam, Sei Enam sampai dengan Perbatasan Kota

Tanjung Pinang, kemudian jaringan jalan yang menghubungkan jalan

simpang Adi sucipto dengan simpang dompak lama kemudian

simpang wacopek dan berakhir di perbatasan yang menghubungkan

antara kabupaten dengan kota.

Page 44: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 44

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Untuk jaringan jalan kolektor primer, secara umum program

pengembangan dan peningkatan jaringan jalan juga sudah

dilaksanakan, seperti pada jalan simpang senggarang di kota

Tanjungpinang. Jaringan jalan strategis nasional yang pada saat ini

dalam tahap peningkatan adalah ruas jalan Simpang Gesek sampai

dengan Tanjung Uban yang telah mencapai 90% tahap pengerjaan.

Selain itu juga terdapat jaringan jalan yang belum dilakukan kegiatan

pengembangan yaitu pada Jalan KM 16 Gesek sampai dengan

Korindo.

Hal lain yang dilakukan di Kabupaten Bintan adalah Pengembangan

dan peningkatan lalu lintas dan angkutan jalan yang telah dilakukan di

Kabupaten Bintan seperti Terminal tipe A Terminal Sri Tri Buana

Simpang Lagoi, dan halte. Untuk terminal tipe B di Kota

Tanjungpinang belum ada peningkatan, saat ini terminal di Kota

Tanjungpinang belum berfungsi sebagaimana mestinya.

Infrastruktur terminal yang masih dalam tahap perencanaan

diantaranya terminal barang Bandar Sri Udana, Pelabuhan Tanjung

Uban, Pelabuhan Sei Kolak Hijau, Pelabuhan Tanjung Berakit dan

pelabuhan Tanjung Mocho.

Untuk lebih jelasnya mengenai pengembangan dan peningkatan lalu

lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan dan

Dinas Bina Marga Kabupaten Bintan dapat dilihat pada gambar dan

tabel berikut ini.

Jln. Pelabuhan Kijang-Sei Enam-Perbatasan Kota Tanjungpinang

Page 45: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 45

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Jalan Pelabuhan Sri Bintan Pura-Adisucipto-Gesek

Jln. Sp Adi Sucipto-Dompak Lama-Sp. Wacopek-Perbatasan Kabupaten

Jln Sp. Senggarang-Pusat Pemerintahan Senggarang

Jln. Tanjung Uban-Lowe-Gesek

Page 46: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 46

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Jln KM 16 Gesek-Korindo-Pelabuhan Kijang

Jln. Malang Rapat-Lowe

Jln Korindo-Kawal

Jln Gesek-Kawal-Malamg Rapat-Tanjung Beraki

Gambar 5.26 : Kondisi Eksisting Jaringan Jalan KSN Bintan

Page 47: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 47

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Page 48: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 48

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Tabel 5.6 Ruas Jalan Nasional Pendukung Kawasan BBK di Kabupaten Bintan

No. Ruas

Nama Ruas Panjang

(Km) Kawasan BBK

003 JL. SP. WACOPEK – SEI ENAM 7,844 Kw. Perkebunan & PDAM

004

JL. BERDIKARI 0,137

Pel. Bongkar Muat Sri Bayintan

JL. KEBUN NENAS 0,480

JL. TANAH KUNING 0,710

JL. BAREK BETAWI 0,355

JL. HANG JEBAT 0,463

JL. HANG TUAH 0,131

JL. SRIBAYINTAN - PELABUHAN 0,592

Usulan

KM 16 (BATAS KOTA) - KM 16 (LINTAS BARAT) - SP. GESEK - SP. GESEK - TOAPAYA - KM 46 - SEI KECIL - KP. BARU - PELABUHAN RORO TANJUNG UBAN

79,100

Pusat Pemerintahan Kabupaten Bintan, Kw. Industri Lobam, Kw. Pariwisata Lagoii dan Pel. Roro Tg. Uban

SP. GESEK - KANGKA - SP. SIALANG - PELABUHAN BERAKIT

45,00 Kw. Wisata Pantai Trikora & Pel. Internasional Berakit

Sumber: Dinas PU Provinsi Kepulauan Riau, 2013

B. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Laut

Pengembangan dan Peningkatan pelabuhan di KSN Bintan telah

dilakukan di beberapa lokasi diantaranya pelabuhan penyeberangan

lintas antar provinsi dan antarnegara yang berada di Kabupaten

Bintan yaitu pelabuhan Bandar Bintan Telani, dan pelabuhan Bandar

Sri Udana, Serta Tanjung Berakit. Sedangkan pelabuhan yang belum

dilakukan kegiatan peningkatan adalah Pelabuhan Tanjung Uban, dan

Pelabuhan Sei Kolak.

Untuk pelabuhan di Kabupaten Bintan melayani rute pelayaran

domestik antar pulau di Provinsi Kepulauan Riau dan juga melayani

rute pelayanan internasional menuju Singapura. Selain pelabuhan

penumpang, ada juga pelabuhan barang yang beroperasi hanya untuk

transportasi barang.

Di Kota Tanjungpinang, pengembangan dan peningkatan pelabuhan

dilakukan di Pelabuhan Dompak. Kondisi pelabuhan dalam keadaan

baik, hanya saja akses/jalan menuju pelabuhan masih berupa jalan

tanah (belum di aspal), untuk Pelabuhan Tanjung Mocho saat ini

Page 49: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 49

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

masih dalam tahap pembangunan, sedangkan di Pelabuhan Sri Bintan

Pura dan Pelabuhan Barang Batu Enam belum ada peningkatan akan

tetapi kondisi pelabuhan dalam keadaan baik.

Ketersediaan pelabuhan sangat penting di Provinsi Kepri dikarenakan

karekteristik wilayahnya yang berbentuk kepulauan, sehingga dapat

mempengaruhi perkembangan wilayah dan kegiatan ekonomi. Untuk

lebih jelasnya mengenai pengembangan dan peningkatan pelabuhan

di Kabupaten Bintan dapat dilihat pada gambar berikut.

Pelabuhan Tanjung Berakit

Pelabuhan Bandar Bintan Telani

Pelabuhan Penumpang Sei Kolak (Sri Bayiintan)

Page 50: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 50

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Pelabuhan Penumpang Tanjung Uban

Pelabuhan Terminal Barang Sei Kolak (Sri Bayiintan)

Pelabuhan PenyeberanganTanjung Uban

Pelabuhan Sri Udana

Page 51: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 51

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Pelabuhan Sri Bintan Pura

Pelabuhan Batu Enam

Pelabuhan Tanjung Mocho

Gambar 5.28 : Kondisi Pelabuhan Di Kabupaten Bintan

C. Infrastruktur Jaringan Transportasi Udara

Angkutan udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan

pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos

untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar

udara yang lain atau beberapa bandar udara. Untuk saat ini

pelayanan transportasi udara di KSN Bintan masih mengandalkan

Bandara Raja Haji Fisabilillah yang berada di Kota Tanjungpinang.

Page 52: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 52

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Page 53: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 53

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Kondisi Bandara saat ini masih dalam keadaan baik dan masih dalam

tahap pembangunan. Program pengembangan bandara ini berupa

pembangunan gedung baru untuk aktivitas chek in penumpang dan

fasilitas pendukung lainya, pembangunan/penambahan panjang

landasan pacu pesawat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 5.30.

Gambar 5.30 : Kondisi Eksisting Bandara Raja Haji Fisabilillah

D. Infrastruktur Jaringan Energi

Program pembangunan infrastruktur jaringan energi di Kabupaten

Bintan berupa depo penyimpanan minyak bumi, pembangkit tenaga

listrik dan jaringan listrik berupa jaringan SUTT yang

menghubungkang GI induk yang ada di Kabupaten Bintan dan GI Batu

Besar Batam, untuk kondisi depo penyimpanan minyak yang berada di

tanjung uban dalam keadaan baik.

Saat ini pembangkit listrik yang telah beroperasi di Kabupaten Bintan

adalah PLTU Galang Batang, kondisi infrastruktur PLTU Galang

Batang dalam kondisi baik, hanya saja untuk fasilitas pendukung

Page 54: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 54

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

memerlukan perbaikan atau peningkatan seperti peningkatan dan

pemantapan infrastruktur pos jaga, dan kantor administrasi dan yang

lebih penting adalah peningkatan dan pemantapan infrastruktur

jaringan jalan menuju PLTU, sedangkan di PLTU Sei Lekop hingga

saat ini belum ada aktivitas, kondisi di PLTU Sei Lekop sebagian

besar masih berupa lahan kosong. Untuk pengembangan jaringan

SUTT yang menghubungkan Gardu Induk (GI) Tanjung Uban dengan

GI Batu Besar Kota Batam belum terealisasikan karena jembatan

yang menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Bintan belum di

bangun, begitu juga dengan rencana pembangunan GI KM 66

Simpang Lagoi, dimana rencana ini masih dalam tahap pembebasan

lahan dan untuk rencana pembangunan GI Simpang Lobam sudah

ada actionnya dimana GI ini masih dalam tahap pembangunan, begitu

juga dengan GI yang ada di Kota Tanjungpinang, dimana GI tersebut

masih dalam tahap pembagunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Gambar 5.31 sebagai berikut.

PLTU Galang Batang

PLTU Sei Lekop

Page 55: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 55

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

GI Simpang Lobam

Kondisi Pintu Masuk Depo Tanjung Uban

GI Air Raja

Gambar : 5.31 : Kondisi Eksisting Infrastruktur Jaringan Energy

E. Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi

Pengembangan dan peningkatan sistem telekomunikasi KSN Bintan

berupa penigkatan dan pemantapan jaringan terestrial dan satelit dan

pengembangan dan peningkatan STO di Bandar Seri Bintan, STO

Kijang, STO Dompak dan STO Tanjungpinang Kota. Dari kedua

program tersebut hanya program pengembangan dan peningkatan

STO yang telah berjalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 5.32 sebagai berikut.

Page 56: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 56

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

STO Dompak dan STO Tanjung Pinang Kota

STO Kijang dan STO Seri Bintan

Gambar 5.32 Pengembangan dan Peningkatan STO di KSN Bintan

F. Infrastruktur Jaringan Sumber Daya Air

Pengembangan dan peningkatan Waduk telah dilakukan di Waduk

Sungai Gesek yang saat ini sedang dalam tahap pembangunan.

Sedangkan waduk Galang Batang, waduk Sungai Kawal, waduk

sungai anculai, waduk sungai kangboi, waduk sekuning, waduk sungai

jago lepan, waduk tanjung uban masih belum ditingkatkan.

Sedangkan Sungai dan Waduk yang telah dilakukan kegiatan

pengembangan dan peningkatan di Kota Tanjungpinang adalah

Waduk Sei Pulai yang berasal dari Sungai Pulai. Peningkatan yang

dilakukan berupa pelebaran dan pengerukan. Selain Waduk Sungai

Pulau, juga terdapat Waduk Estuary Dompak yang saat ini sementara

dalam tahap pembangunan.

Page 57: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 57

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Page 58: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 58

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Untuk lebih jelasnya mengenai program pengembangan dan

peningkatan sungai dan waduk di Kabupaten Bintan dapat dilihat

pada Gambar 5.34.

Waduk Galang Batang

Waduk Sei Gesek dan unit air baku sei gesek

Page 59: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 59

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Unit Air Baku dan Waduk Sei Pulai

Waduk Sei Kuning dan sistem pengendalian banjir

Waduk Lagoi dan pengendalian banjir di waduk lagoi

Gambar 5.34

Pengembangan dan Peningakatan Waduk di KSN Bintan

Penanganan potensi sumber daya air di wilayah Pulau Bintan di

laksanakan oleh BWSS. Adapun potensi sumberdaya air yang belum

ditangani :

Waduk Anculai (500 lt/det)

Waduk Kangboi (300 lt/det)

Waduk Galang Batang (465 lt/det)

Waduk Kawal (500 lt/det)

Page 60: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 60

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Waduk/Kolong Enam (75 lt/det)

Estuari/Dam Dompak (200 lt/det)

Waduk/Kolong Nyirih (20 lt/det)

Waduk/Kolong Katen (75 lt/det)

Estuari/Dam Busung (5.500 lt/det)

Untuk lebih jelasnya mengenai potensi sumberdaya air di Pulau

Bintan, dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 5.35 : Potensi Sumberdaya Air di Pulau Bintan

Ketersediaan air minum yang sehat sangat dibutuhkan oleh

masyarakat, pada tahun 2011 ada 2 (dua) perusahaan PDAM Tirta

Kepri cabang Kijang dan PDAM Tirta Kepri Cabang Uban yang

melayani masing-masing kecamatan (Bintan Timur dan Bintan Utara)

dimana jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor tersebut

sebanyak 28 (dua puluh delapan) orang dan 2 perusahaan tersebut

melayani 2.565 pelanggan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai

jumlah perusahaan, tenaga kerja, pelanggan, serta jumlah kapasitas

Page 61: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 61

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

produksi air di Kabupaten Bintan disajikan dalam Tabel seperti di

bawah ini.

Tabel 5.7 Jumah Perusahaan, Pelanggan, dan Produksi Air Minum di

Kabupaten Bintan Tahun 2011

No Uraian Satuan Jumlah

1 Jumlah Perusahan Unit 2

2 Jumlah Tenaga Kerja Orang/Jiwa 28

3 Jumlah Pelanggan Unit 2.565

4 Kapasitas Produksi Air Liter/Detik 50

5 Pengguna Air Minum M3 1.009.076

Sumber: Kabupaten Bintan Dalam Angka, 2011

Untuk memenuhi kebutuhan airbersih bagi masyarakat

KotaTanjungpinang di kelola oleh Perusahaan Daerah Air

Minum(PDAM) Tirta Janggi Tanjungpinang. Produksinya air bersih

tahun 2011 mencapai 5,31 juta m³ mengalami kenaikan

dibandingkan tahun sebelumnya. Selengkapnya dapat dilihat pada

Tabel 5.8.

Tabel 5.8 Ketersediaan Air Minum di Kota Tanjung Pinang Tahun 2011

No Uraian Satuan Jumlah

1 Tenaga Kerja Orang 116

2 Pelanggan RumahTangga 15.502

3 Produksi M3 5.314.897

4 Distribusi M3 5.129.393

Sumber: Tanjung Pinang Dalam Angkat, 2012

G. Infrastruktur Perkotaan

1) Sistem Jaringan Drainase dan Air Limbah

Program pengembangan dan peningkatan jaringan drainase di

KSN Kota Tanjung Pinang telah berjalan, seperti yang terdapat

Page 62: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 62

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

pada jaringan drainase yang berada di tepi jalan menuju Bandar

udara Aji Fiisabilillah dan di sekitar kawasan permukiman warga di

Kota Tanjung Pinang. Di Kabupaten Bintan, program

pengembangan dan peningkatan jaringan drainase telah berjalan

sekitar 30%, dimana pengembangan dan peningkatan drainase

dilakukan dengan cara pengecoran. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 5.36 sebagai berikut.

Kondisi Drainase Kota Tanjungpinang

Kondisi Drainase Kabupaten Bintan

Gambar 5.36 : Kondisi Eksisting Drainase di Kabupaten Bintan

Pengembangan dan peningkatan Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) Di KSN Bintan belum ada peningkatan, IPAL KSN Bintan

eksisting berada di Kota Tanjungpinang yaitu IPAL Air Raja. Kondisi

IPAL tersebut kurang terawat dan untuk lebih jelsnyanya mengenai

kondisi IPAL Air Raja dapat dilihat pada gambar sebagai Berikut.

Page 63: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 63

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Gambar 5.37 : Kondisi IPAL di KSN Bintan

2) Sistem Persampahan

Ketersediaan sarana persampahan di KSN Bintan berada di Sei

Enam Kabupaten Bintan yaitu Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Kijang. Luas lahan TPA Kijang mencapai ± 5 Ha, dengan luas zona

land fill 1 seluas ± 0,6 Ha dan zona land fill 2 seluas ± 0,8 Ha dan

TPA Ganet yang berada di Kota Tanjungpinang. Luas TPA Ganet

mencapai 10,82 Ha, namun luas yang terpakai sampai saat ini

seluas 1,5 Ha dan luas lahan kosong sebesar 2 Ha. Selain itu 6 Ha

lahan yang tersedia di TPA Ganet merupakan lahan yang tidak aktif

dengan kapasitas layanan mencapai ± 200.000 m3 yang terbagi

kedalam 3 (tiga) zona.

Rata-rata jumlah sampah per hari sampah yang masuk ke TPA

Kijang sebanyak 512 m3/hari, dan daya tampung TPA Kijang yaitu

untuk 15 (lima belas) tahun. Dikarenakan belum ada sistem

pengolahan sampah di TPA Kijang, sehingga kapasitas daya

tampung tersebut bisa berkurang seiring dengan semakin

banyaknya produksi sampah di Kabupaten Bintan, dan rata-rata

sampah yang masuk ke TPA Ganet mencapai 11.000 m3/hari, rata-

rata sampah yang masuk selama 1 (satu) bulan mencapai 350.400

m3 dan luas landfill yaitu 0,45 Ha.

Untuk lebih jelasnyanya mengenai kondisi eksisting TPA tersebut

dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Page 64: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 64

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Gambar 5.38 : Kondisi Eksisting TPA KSN Bintan

5.2.2. Realisasi Pemanfaatan Ruang KSN Bintan

Realisasi pemanfaatan ruang di wilayah KSN Bintan merupakan

perwujudan dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah

ditetapkan. Berikut diuraikan realisasi pemanfaatan ruang di wilayah KSN

Bintan.

A. Kawasan Permukiman

Pemanfaatan ruang yang dilakukan di KSN Bintan yaitu

pengembangan, rehabilitasi, dan revitalisasi kawasan peruntukan

permukiman kepadatan sedang. Seiring dengan peningkatan jumlah

penduduk kebutuhan akan tempat tinggal juga akan mengalami

peningkatan oleh karena itu perlu adanya pengembangan, rehabilitasi

dan revitalisasi fungsi kawasan permukiman kepadatan sedang di

KSN Bintan (Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang) yang saat ini

sedang berjalan.

Page 65: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 65

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Gambar 5.39 : Kawasan Permukiman KSN Bintan

B. Kawasan Industri

Pusat industri di KSN Bintan berada di seluruh Kawasan Industri

Galang Batang, Kawasan Industri Maritim, Pulau Lobam, serta

sebagian dari wilayah Kota Tanjung Pinang yang meliputi kawasan

industri Senggarang dan kawasan industri Dompak Darat. untuk

kawasan industri di Kabupaten Bintan belum ada peningkatan

infrastruktur sedangkan untuk kawasan industri di Kota Tanjungpinang

masih dalam tahap pengerjaan.

Gambar 5.40 : Kawasan Perindustrian KSN Bintan

Page 66: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 66

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

C. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa

Perkembangan investasi yang ada di Kabupaten bintan ternyata

mempengaruhi kegiatan ekonomi sehingga perlu adanya kawasan

ekonomi yang nantinya juga akan mempengaruhi kegiatan sosial,

pertahanan keamanan Negara serta transportasi. Pelaksanaan

kegiatan peruntukan ekonomi meliputi kegiatan perdagangan dan jasa

yang sedang berjalan di Kecamatan Teluk Bintan. Sedangkan

kawasan pertahanan keamanan Negara masih belum ada kegiatan

pengembangan dan peningkatan kawasan.

Untuk kawasan perdagangan dan jasa Kota Tanjungpinang masih

terpusat di Bintan Center dan di Kawasan Kecamatan Bukit Bestari

menuju Dompak, kawasan ini telah tumbuh dan berkembang seiring

berjalannya waktu, didalam program kerja RTR KSN Bintan untuk

Kota Tanjungpinang, disebutkan bahwa kawasan senggarang

merupakan calon kawasan perdagangan dan jasa yang baru untuk

Kota Tanjungpinang, akan tetapi sampai saat ini kawasan senggarang

belum ada peningkatan ataupun pembangunan, begitu juga dengan

Kawasan Perdagangan Tanjung Uban yang diperuntukan sebagai

Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kabupaten Bintan.

Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting kawasan

perdagangan dan jasa di KSN Bintan dapat dilihat pada gambar

sebagai berikut.

Page 67: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 67

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Gambar 5.41 : Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa KSN Bintan

D. Kawasan Pengembangan dan Peningkatan Pusat Kegiatan

Pariwisata

Kawasan wisata eksisting di KSN Bintan berada di Kecamatan

Tanjungpinang Barat, Kecamatan Teluk Sebong dan Kecamatan

Gunung Kijang dengan jenis wisata yaitu wisata alam, budaya dan

wisata religi.

Di Kabupaten Bintan terdapat Kawasan Wisata Lagoi dan Kawasan

Wisata Tri Kora, untuk Kawasan Wisata Lagoi telah berkembang

menjadi Kawasan Wisata bertaraf International di Provinsi Kepulauan

Riau, sedangkan Kawasan Wisata Pantai Trikora belum ada

peningkatan. Untuk kawasan wisata di Kota Tanjungpinang berada di

Pulau Penyengat. Di Pulau Penyengat terdapat objek wisata sejarah

dan kebudayaan melayu, adapun obyek wisata yang ada di Pulau

Penyengat yaitu Masjid Sultan Riau, Makam Raja Ali Haji, Perigi

Putrid an Benteng Bukit Kursi. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi

eksisting kawasan wisata yang ada di KSN Bintan dapat dilihat pada

gambar sebagai berikut.

Page 68: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 68

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Gambar 5.42 : Kondisi Obyek Wisata di KSN Bintan

5.2.3. Realisasi Investasi di KSN Bintan

Perkembangan investasi di Kabupaten Bintan dalam kurun waktu 8

(delapan) tahun terakhir mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008

dapat dikatakan mengalami perubahan yang cenderung dinamis pada

setiap tahunnya.

investasi di Kabupaten Bintan meliputi Penanaman Modal Asing (PMA)

dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Jumlah Penanaman Modal

Asing mengalami penambahan pada setiap tahunnya, terbukti pada tahun

2005 sebanyak 67 (enam puluh tujuh) perusahaan yang berinvestasi

menjadi 130 perusahaan pada tahun 2013.

Pantai Trikora

Pantai Lagoi

Page 69: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 69

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Page 70: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 70

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Page 71: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 71

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki

ketertarikan yang sangat tinggal untuk berinvestasi di Kabupaten Bintan.

Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri hanya berjumlah 11

(sebelas) perusahaan pada tahun 2005 dan hanya 14 (empat belas)

perusahaan pada tahun 2013 yang berinvestasi di Kabupaten Bintan.

Kenaikan realisasi investasi Penanaman Modal Asing yang paling tinggi

dialami pada tahun 2010 dengan kenaikan sebesar 79,18 % dan

penurunan investasi PMA paling tinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar -

8,34 %. Sedangkan untuk Penanaman Modal Dalam Negeri mengalami

peningkatan investasi yang paling tinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar

287,75 % peningkatan dari tahun sebelumnya, dan penurunan paling

tinggi dari PMDN terjadi pada tahun 2010 sebesar -30,66 % dari tahun

sebelumnya.

Tabel 5.9 Perkembangan Investasi Perusahaan PMA/PMDN

di Kabupaten Bintan Periode Tahun 2005 s/d Bulan Mei Tahun 2013

TAHUN STATUS JUMLAH

PERUSAHAAN

INVESTASI (US $ / Rp. )

Dalam ribuan (000)

TENAGA KERJA

(jiwa) PROSENTASE

(%) KET.

RENCANA REALISASI TKI TKA

1 2 3 4 5 6 7 8 9

2005 PMA 67 $ 565.027 $ 349.353 21.123 491 6,00% Naik

PMDN 11 Rp 649.443.000 Rp 86.365.000 3.408 20 -12,62% Turun

2006 PMA 70 $ 570.912 $ 320.208 21.704 477 -8,34% Turun

PMDN 10 Rp 197.193.000 Rp 74.532.000 3.380 18 -13,70% Turun

2007 PMA 67 $ 732.094 $ 303.981 19.019 450 -5,07% Naik

PMDN 11 Rp 437.193.577 Rp 64.282.400 3.412 18 -13,75% Turun

2008 PMA 95 $ 1.561.213 $ 394.485 21.429 456 29,77% Naik

PMDN 8 Rp 378.963.577 Rp 59.918.400 1.604 - -6,79% Turun

2009 PMA 111 $ 1.654.113 $ 415.763 24.512 472 5,39% Naik

PMDN 9 Rp 415.763.577 Rp 96.718.400 3.696 - 61,42% Naik

2010 PMA 121 $ 1.613.877 $ 744.948 20.630 609 79,18% Naik

PMDN 8 Rp 577.388.077 Rp 67.068.400 1.585 - -30,66% Turun

2011 PMA 121 $ 1.462.112 $ 852.355 12.260 339 14,42% Naik

PMDN 10 Rp 850.128.148 Rp 235.529.650 2.958 - 251,18% Naik

2012 PMA 127 $ 1.477.287 $ 902.606 13.909 326 21,16% Naik

PMDN 11 Rp 1.087.799.956 Rp 428.517.081 2.972 - 287,75% Naik

MEI 2013 PMA 130 $ 1.483.687 $ 902.754 12.634 326 5,91% Naik

PMDN 14 Rp 1.087.799.956 Rp 475.257.923 3.172 - 19,84% Naik Sumber: BPMPD Kabupaten Bintan, 2013

Khusus untuk Kota Tanjungpinang, hingga saat ini belum ada realisasi

investasi. Kegiatan investasi masih terpusat di wilayah Kabupaten Bintan.

Page 72: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 72

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

5.3. Monitoring P2KSN Karimun

5.3.1. Realisasi Penyediaan Infrastruktur

Pulau karimun terletak di sebelah barat Singapura dan Batam, Kepulauan

Karimun berada di jalur pelayaran yang sibuk yaitu Selat Malaka. Sama

halnya dengan Batam dan Bintan, Kepulauan Karimun merupakan bagian

dari Zona Perdagangan Bebas Batam-Bintan-Karimun yang kini sedang

giat-giatnya dikembangkan menjadi kawasan industri dan pariwisata serta

kawasan dengan fungsi lainnya.

Mengembangkan kawasan Karimun menjadi kawasan yang memiliki

kualitas pelayanan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan

bebas kelas dunia, membutuhkan ketersediaan infrastruktur yang mapan.

Kawasan permukiman bagi para pekerja dibangun dengan dukungan

fasilitas seperti jaringan listrik, jalan,drainase, limbah, persampahan yang

terintegrasi dengan baik. Dengan menerapkan pendekatan pembangunan

berbasiskan pulau, diharapkan Kawasan Pengusahaan Karimun, lebih

luasnya Pulau Karimun Besar memiliki daya tarik tersendiri terhadap

manajemen infrastruktur Pulau. Jaringan jalan, air bersih, persampahan,

limbah harus dapat dikelola dengan menerapkan pola-pola yang

aman,nyaman, bersih dan bersahabat dengan lingkungan.

Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting program infrastruktur di

wilayah KSN Karimun dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut.

Tabel 5.10 Kondisi Eksisting Program Infrastruktur KSN Karimun

Indikasi Program Utama

Kondisi Eksisting

I. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT

Pengembangan jaringan jalan kolektor primer 1

Kondisi jaringan jalan di KSN Karimun secara umum dalam keadaan baik. Peningkatan dan pengembangan jaringan jalan di KSN Karimun masih sama dengan peningkatan

yang dilakukan di KSN Batam dan Bintan, untuk penigkatan dilakukan dengan cara pengaspalan dan penambalan bagian jalan yang rusak, sedangkan jaringan jalan yang menghubungkan Pelabuhan RORO dengan kawasan industri meral dibangun oleh BP Kawasan Karimun.

Pengembangan dan peningkatan lalu lintas dan angkutan jalan

Untuk Lajur, jalur atau jalan khusus angkutan massal di KSN Karimun belum tersedia begitu juga dengan terminal penumpang tipe A.

Pengembangan dan peningkatan pelabuhan penyeberangan

Pelabuhan penyeberangan lintas antar provinsi dan antar negara meliputi pelabuhan Tanjung Balai Karimun dalam keadaan baik begitu juga dengan pelabuhan Parit Rempak di Kecamatan Meral

Page 73: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 73

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Indikasi Program Utama

Kondisi Eksisting

Pengembangan dan peningkatan sisten jaringan perkeretaapian perkotaan

Untuk sarana dan prasarana serta jaringan perkereta apiaan di Kabupaten Karimun belum tersedia, program pengembangan dan peningkatan sistem perkereta apian belum terlaksana.

II. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI LAUT Pengembangan dan peningkatan pelabuhan

Kondisi Pelabuhan dan Terminal Parit Rempak dalam keadaan baik, pengembangan dan peningkatan masih dilakukan di pelabuhan ini dan untuk pelabuhan dan terminal Malarko masih dalam tahap pembangunan.

Pengembangan dan peningkatan alur pelayaran

Alur pelayaran yang menghubungkan pelayaran tingkata nasional dan internasional masih menggunakan alur pelayaran yang sudah ada/tersedia.

III. PERWUJUDAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI UDARA Pengembangan dan Pemantapan Bandara

Bandara Sei Beti berfungsi sebagai bandara pengumpul tersier. Kondisi Bandar Udara Sei Bati dalam keadaan bagus, hanya saja kegiatan penerbangan di bandara ini belum produktif.

IV. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN ENERGI Pengembangan dan peningkatan jaringan gas bumi

Program pembangunan dan pemantapan fasilitas penyimpanan berupa depo minyak bumi di KSN Karimun belum terealisasi.

IV.2 PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

Pengembangan dan penigkatan pembangkit tenaga listrik

PLTU Meral dalam tahap pembagunan

PLTU Tanjung Sebatak dalam kondisi bagus dan PLTU ini telah beroperasi dan merupakan pembangkit listrik yang sangat di andalkan di KSN Karimun, tapi walaupun demikian PLTU Tanjung Sebatak belum optimal beroperasi sehingga masih dilakukan pemadaman listrik bergilir di Kabupaten Karimun.

IV.3 Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Pengembangan dan penigkatan SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi).

Pengembangan dan penigkatan SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) meliputi SUTT yang menghubungkan tiap-tiap GI di Pulau belum terealisasikan sepenuhnya

IV.4 Gardu Induk Pengembangan dan penigkatan GI

GI Tanjung Balai Karimun dalam keadaan baik, gardu induk ini telah terkoneksi/tersambung dengan PLTU Tanjung Sebatak sedangkan Pembangunan GI Pulau Parit Belum terealisasikan.

V. SISTEM JARINGAN TELEKOMUNKASI Pengembangan dan penigkatan STO

Untuk pengembangan dan peningkatan menara STO di lokasi perencanaan sudah terlaksana/sudah terealisasikan.

VI. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR VI.1 Sistem Jaringan Sungai

Pengembangan dan peningkatan sungai

Sungai Sei Bati Sungai Pongkar Sungai Gunung Jantan Sungai Ambat

VI.2 Waduk

Pengembangan dan peningkatan waduk

Waduk Sungai Gunung Jantan dalam keadaan baik dan di waduk ini belum terlihat ada peningkatan ataupun pemeliharaan.

Waduk Sungai Pongkar dalam keadaan baik, di waduk ini telah di bangun pintu air untuk pengendalian banjir.

Di Waduk Sei Bati telah tersedia infrastruktur pengolahan air dan infrastruktur pengendalian banjir. Waduk Sei Sentani dalam keadaan kuran baik jika dibandingkan dengan waduk sebelumnya, pada

waduk ini belum terlihat adanya peningkatan. VI.3 Prasarana Sumber Daya Air Pengembangan dan peningkatan prasarana sumber daya air

Sistem pengendalian Banjir berupa waduk di Waduk Sungai Jantan, Waduk Sungai Pongkar, Waduk Sei Bati di Sungai Sei Bati dan Waduk Sentani di Sungai Ambat

Sistem pengaman pantai pada pantai yang rawan abrasi

VII. PERWUJUDAN SISTEM JARINGAN PRASARANA PERKOTAAN

Pengembangan dan peningkatan jaringan perpipaan dan unit produksi air minum.

Pengembangan dan peningkatan jaringan perpipaan berupa unit air baku yang dipasok dari waduk Sei Bati, kondisi jaringan perpipaan dalam keadaan baik begitu juga dengan instalasi pengolahan airnya. Saat inikebutuhan air bersih KSN Karimun di pasok dari instalasi pengolahan air yang berada di Sei Bati, sedangkan pada waduk Sei Pongkar, Sei Gunung Jantan dan Sei Sentani belum ada pningkatan ataupun pembangunan instalasi pengolahan air bersih.

Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan drainase

Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan drainase berupa saluran drainase primer pada KSN Karimun di beberapa lokasi sudah ada peningkatan, secara umum kondisi jaringan drainase di KSN Karimun dalam keadaan cukup baik hanya saja untuk kedepannya perlu dilakukan perawatan seperti pengerukan drainase yang tersumbat oleh longsoran tanah dan lain sebagainya.

Pengembangan dan peningkatan IPAL

Untuk saat ini KSN Karimun belum memiliki IPAL.

Pengembangan dan peningkatan TPA

TPA KSN Karimun berada di Kecamatan Meral, kondisi TPA lumayan bagus.

Sumber : Hasil Survey 2013

Page 74: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 74

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Sama halnya dengan kawasan strategis nasional yang berada di pulau

batam dan pulau bintan, pembangunan, peningkatan dan pemantapan

infrastruktur di KSN Karimun masih terkonsentrasi pada jaringan jalan dan

pelabuhan, untuk lebih jelasnya berikut ini akan di uraikan hasil

pengamatan saat dilapangan.

A. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Darat

Pengembangan dan peningkatan jaringan jalan di Kabupaten Karimun

telah dilakukan, namun masih terdapat beberapa ruas jalan yang

sementara dalam tahap pengembangan seperti pada ruas jalan Meral

sampai dengan Parit Rempak, untuk penigkatan dilakukan dengan

cara pengaspalan dan penambalan bagian jalan yang rusak,

sedangkan jaringan jalan yang menghubungkan Pelabuhan RORO

dengan kawasan industri meral dibangun oleh BP Kawasan Karimun.

Untuk program pengembangan dan peningkatan sistem jaringan

perkeretaapian kerkotaan di Kabupaten Karimun masih dalam tahap

perencanaan. Lebih jelasnya mengenai pengembangan dan

peningkatan jaringan jalan di Kabupaten Karimun dapat dilihat pada

tabel dan gambar berikut ini.

Tabel 5.11 Ruas Jalan Nasional Pendukung Kawasan BBK Kab. Karimun No.

Ruas Nama Ruas

Panjang (Km)

Kawasan BBK

013- K TG. BALAI - MERAL 3,350 Pel.Domestik/Internasional Tg. Balai Karimun & Kw. Perdagangan

014 – K MERAL - PARIT RAMPAK 6,706 Kw. Perdagangan dan Pemukiman

015- K PARIT RAMPAK - PELABUHAN RORO

3,160 Pel. Domestik Roro – Kaw.Industri, rencana PLTU

016- K PARIT RAMPAK - PARIT BENUT 2,485 Kw. Pemukiman

017 – K PARIT BENUT - SP. JELETUNG 1,416 Kw. Pemukiman

018 - K SP. JELUTUNG - PASIR PANJANG 9,524 Kw.Industri / Granit

Usulan

TANJUNG BALAI - BANDARA SEI BATI

11,050 Kw. Pariwisata (Coastal Area) & Bandara

PARIT RAMPAK - PT.SAIPEM 4,700 Kw. Industri

PT. SAIPEM - PT. KDH 1,980 Kw. Industri

PT. KDH - PT. SEMBAWANG 2,560 Kw. Industri

PT. SEMBAWANG - PASIR PANJANG

4,450 Kw. Industri

Sumber: Diolah Dari Berbagai Sumber, 2013

Page 75: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 75

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Jln. Tanjung Balai-Meral-Parit Rempak-Parit Benut-Sp. Jelutung-Pasir Panjang

Jln Sungai Pasir-Teluk Ranai-Teluk Sitimbut

Jln. Pasir Panjnag-Pelambung-Mentuda-Tanjung Balai

Jln. Parit Rempak-Pelabuhan Roro

Page 76: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 76

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Jln. Sp Jelutung-Teluk Ranai

Gambar 5.45 : Kondisi Eksisting Jaringan Jalan KSN Karimun

B. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Laut

Pelabuhan yang tedapat di Kabupaten Karimun diantaranya adalah

Pelabuhan Tanjung Balai karimun, Pelabuhan Parit Rempak. Kegiatan

peningkatan dan pengembangan belum dilakukan pada kedua

pelabuhan ini. Sedangkan Pelabuhan Malarko dan tanjung Tiram

masih dalam tahap perencanaan. Untuk lebih jelasnya mengenai

program pengembangan dan peningkatan pelabuhan yang dilakukan

oleh Dinas Perhubungan pada Kabupaten Karimun dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

Pelabuhan Tanjung Balai Karimun

Pelabuhan Parit Rempak

Page 77: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 77

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Kondisi Lokasi Pembangunan Pelabuhan Malarko

Gambar 5.46 : Kondisi Eksisting Pelabuhan KSN Karimun

C. Infrastruktur Jaringan Trasnportasi Udara

Untuk transportasi udara di Kabupaten Karimun dilayani oleh Bandara

Sei Beti yang berada di Kecamatan Tebing yang mana fungsi bandara

ini adalah bandara pengumpul tersier. Kondisi bandara dalam

keadaan baik hanya saja kegiatan penerbangan di bandara ini belum

produktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai

berikut.

Gambar 5. 47 : Kondisi Eksisting Bandara Sei Beti di KSN Karimun

Page 78: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 78

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

D. Infrastruktur Jaringan Energi

Program pengembangan dan peningkatan jaringan energy di KSN

Karimun berupa pengembangan dan peningkatan pembangkit tenaga

listrik yang di kembangkan di daerah Kecamatan Meral dan Tebing,

pengembangan dan peningkatan SUTT yang menghubungkan tiap-

tiap Gardi Induk (GI) di Kabupaten Karimun dan peningkatan Gardu

Induk.

Untuk program pengembangan pembangkit tenaga listrik yaitu PLTU

di Kecamatan Meral masih dalam tahap pembangunan sedangkan

PLTU yang berada di Kecamatan Tebing yaitu PLTU Tanjung Sebatak

telah beroperasi, untuk jaringan SUTT di Kabupaten Karimun belum

sepenuhnya terealisasi. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi

jaringan listrik dapat dilihat pada Gambar sebagai berikut.

Gambar 5.48 : Kondisi Eksisting Pembangkit Tenaga Listrik Karimun

E. Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi

Program pengembangan jaringan telekomunikasi di KSN Karimun

berupa pengembangan dan peningkatan jaringan terrestrial dan satelit

Page 79: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 79

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

dan pengembangan dan penigkatan STO, untuk pengembangan dan

peningkatan STO direncanakan di daerah Kecamatan Karimun dan

Kecamatan Tebing yang mana program tersebut telah

terealisasikan/dilaksanakan, sedangkan program pengembangan dan

penigkatan jaringan terestrial dan satelit masih dalam tahap

perencanaan. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting

jaringan STO yang ada di Kabupaten Karimun dapat dilihat pada

Gamabar sebagai berikut.

Gambar 5.49 : Kondisi Eksisting STO di Kabupaten Karimun

F. Infrastruktur Jaringan Sumber Daya Air

Program pengembangan dan peningkatan sumber daya air di KSN

Karimun meliputi pengembangan dan penigkatan waduk Sungai

Gunung Jantan, Waduk Sungai Pongkar, Waduk Sei Bati dan Waduk

Sei Sentani.

Secara umum program pengembangan dan peningkatan waduk di

KSN Karimun belum berjalan, kondisi eksisting waduk rata-rata dalam

keadaan baik dan masih berbentuk waduk alami, untuk Waduk

Pongkar dan Waduk Sei Bati telah dibangun pintu air dan untuk

infrastruktur pengolahan air berada di Wadu Sei Bati.

Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting waduk dan

infrastruktur pengolahan air di Kabupaten Karimun dapat dilihat pada

Gambar sebagai berikut.

Page 80: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 80

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Waduk Sei Bati dan Instalasi Pengolahan Air Sei Bati

Waduk Pongkar

Waduk Sei Sentani

Gambar 5.50 : Kondisi Eksisting Sumber Daya Air Di Kab. Karimun

Page 81: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 81

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Di Kabupaten Karimun terdapat tiga perusahaan air minum, yaitu Unit

Usaha Air Minum (UUAB) Tanjung Balai Karimun, UUAB Tanjung

Batu, dan UUAB Moro. Pada tahun 2012, jumlah air yang disalurkan

mencapai 1.353.943 m3 dengan nilai mencapai Rp. 4.535.578.700,-.

Jumlah pelanggan PDAM terbanyak adalah untuk non niaga yaitu

rumah tangga dan instansi pemerintah mencapai 69 persen dari total

pelanggan. Lebih jelas mengenai ketersediaan air minum di

Kabupaten Karimun dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12 Ketersediaan Air Minum di Kabupaten Karimun Tahun 2012

No Nama Perusahaan Air

Minum Jumlah Produksi yang

Disalurkan (m3) Jumlah Pelanggan

1 UUAB Tg. Balai Karimun 1.109.634 4.315

2 UUAB Tg. Batu 104.483 594

3 UUAB Moro 139.826 588

Jumlah 1.353.943 5.497 Sumber: Karimun Dalam Angka, 2012

Penanganan potensi sumberdaya air di wilayah Kabupaten Karimun,

belum dilaksanakan oleh BWSS dikarenakan cakupan wilayah

penanganannya belum

termasuk wilayah Karimun.

Untuk itu perlu dilakukan

pengembangan penanganan-

nya hingga wilayah Karimun.

Adapun potensi sumberdaya

air di wilayah Kabupaten

Karimun, dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

G. Infrastruktur Perkotaan

Sistem Jaringan Drainase dan Air Limbah

Program pengembangan dan peningkatan jaringan drainase di

Kabupaten karimun telah berjalan namun masih belum berjalan

Gambar 5.51 Penanganan SDA di Kab. Karimun

Page 82: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 82

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

secara menyeluruh, untuk program pengembangan dan

peningkatan IPAL di Kabupaten Karimun masih belum dilakukan

karena masih dalam tahap perencanaan. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.52 : Kondisi Eksisting Jaringan Drainase Kab. Karimun

Sistem Persampahan

Tempat Pembuang Akhir (TPA) Kabupaten Karimun berada di

Kecamatan Meral tepatnya di Desa Pangke. TPA ini melayani

sampah yang di hasilkan oleh masyarakat yang berada di Pulau

Karimun, kondisi infrastruktu TPA cukup baik akan tetapi program

peningkatan dan pemantapan TPA seperti yang tertuang dalam

RTR KSN BBK untuk KSN Karimun belum terealisasikan.

Gambar 5.53 : Kondisi Eksisting TPA Kabupaten Karimun

Page 83: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 83

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

5.3.2. Realisasi Pemanfaatan Ruang KSN Karimun

Berdasarkan hasil survey terhadap realisasi pemanfaatan ruang di wilayah

KSN Karimun, diperoleh informasi-informasi sebagai berikut :

A. Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman KSN Karimun saat ini tumbuh dan berkembang

mengikuti jaringan jalan (Linier) dan di bibir pantai. Untuk program

pemanfaatan pola ruang di Kabupaten Karimun yaitu pengembangan,

rehabilitasi, dan revitalisasi kawasan peruntukan permukiman

kepadatan tinggi dan kepadatan sedang, akan tetapi sampai saat ini

program tersebut belum berjalan. Untuk mengenai kondisi eksisting

kawasan permukiman di Kabupaten Karimun dapat dilihat pada

Gambar berikut ini.

Gambar 5.54 : Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Kab. Karimun

B. Kawasan Industri

Kawasan Industri di Kabupaten Karimun berada di Kecamatan Meral

dan sebagian wailayah Kecamatan Tebing, saat ini sudah ada

Page 84: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 84

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

beberaapa industri yang sudah beroperasi dikawasan tersebut,

program pengembangan dan peningkatan masih berjalan di

Kabupaten Karimun, hal ini di tandai dengan adanya pembangunan

industri yang sedang berlangsung/berjalan di kawasan tersebut.

Industri yang telah beroperasi di kawsan industri karimun diantaranya

PT Saipem Indonesia, PT Aquabis Riau, PT Kinaka Shipyard, PT

Karimun Marine Shipyard, dan industri galangan kapal. Untuk lebih

jelasnya mengenai kondisi eksisting kawasan industri di Kabupaten

Bintan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 5.55 : Kondisi Eksisting Kawasan Industri Kab. Karimun

C. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa

Pengembangan pusat perdagangan dan jasa di Kabupaten Karimun

direncanakan di kembangkan di Kawasan CBD Tebing dan Kawasan

Perdagangan dan Jasa Malarko Barat yang mana ke 2 (dua) kawasan

tersebut belum dikembangkan, saat ini pusat perdagangan dan jasa di

Kabupaten Karimun tumbuh dan berkembang di sekitar kawsan

Page 85: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 85

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

Pelabuhan Tanjung Balai karimun atau di Kecamatan Tanjung Balai

Karimun. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting kawasan

perdagangan dan jasa di Kabupaten Karimun dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

Gambar 5.56 : Kondisi Eksisting Kawasan Perdagangan dan Jasa

D. Kawasan Pariwisata.

Indikasi program utama yang tertuang dalam Peraturan Presiden

Nomor 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan

Strategis Batam, Bintan dan Karimun dijelaskan bahwa untuk

kawasan pariwisata di KSN Karimun di kembangkan di Kawasan

Pariwisata Pantai Pongkar dan Pantai Pelalawan. Kondisi kawasan

wisata pantai Pongkor dalam keadaan baik akan tetapi

pengembangan dan peningkatan belum terealisasi pada ke 2 (dua)

kawasan tersebut, saat ini selain wisata bahari, Kabupaten Karimun

juga memiliki satu kawasan wisata alam yang berada di Kecamatan

Tebing tepatnya di Desa Pongkar, yaitu wisata air terjung. Pada

kawasan wisata ini telah dilengkapi fasilitas pusat penjualan oleh-oleh,

Page 86: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 86

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

akan tetapi fasilitas tersebut tidak berfungsi dan kawasan wisata ini

juga terkesan kumuh karena tidak adanya perhatian dari pemerintah

Kabupaten Karimun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar

berikut ini.

Pusat Penjualan Oleh-oleh Di Kawasan Wisata Air Terjun

Akses Menuju Kawasan Wisata Air Terjun

Kawasan Wisata Air Terjun

Gambar 5.57 : Kondisi Eksisting Kawasan Pariwisata di Kab. Karimun

5.3.3. Realisasi Investasi di KSN Karimun

Realisasi investasi untuk Kabupaten Karimun pada 4 (empat) tahun

terakhir terus mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan, namun

Page 87: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 87

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur

dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa perkembangan investasi

di Kabupaten Karimun memiliki potensi yang cukup baik. Jumlah investasi

Penanaman Modal Asing di Kabupaten Karimun pada Tahun 2009

sebesar ± Rp. 3,8 Trilyun sampai tahun 2012 terus mengalami

peningkatan mencapai jumlah ± Rp. 5,2 Trilyun. Sama halnya untuk

Penanaman Modal Dalam Negeri, juga mengalami peningkatan investasi

setiap tahunnya, pada tahun 2009 investasi PMDN sebesar ± Rp. 500

Milyar sampai dengan tahun 2012 investasi mencapai angka ± Rp. 3

Trilyun.

Jumlah penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Karimun dihitung

berdasarkan masing-masing perusahaan yang berinvestasi di Kabupaten

Karimun, jumlah penyerapan tenaga kerja terbesar berada di PT. SAIPEM

INDONESIA dengan jumlah tenaga kerja mencapai 5000 (lima ribu) jiwa,

sedangkan penyerapan tenaga kerja terendah berada di PT. SARANA

RUSEL VICTORY sebanyak 2 (dua) jiwa.

Secara lebih jelas mengenai realisasi investasi di Kabupaten Karimun

disajikan pada tabe di bawah ini:

Tabel 5.13 Realisasi Investasi Kabupaten Karimun Tahun 2009 – 2012

No Tahun Status Jumlah Investasi (Rp) Keterangan

1 2009 PMA 3.887.500.000.000 -

PMDN 545.542.482.189 -

2 2010 PMA 3.932.500.000.000 Naik

PMDN 2.473.092.482.189 Naik

3 2011 PMA 3.970.216.000.000 Naik

PMDN 2.904.082.000.000 Naik

4 2012 PMA 5.291.984.133.537 Naik

PMDN 3.004.092.000.000 Naik

Sumber: Badan Pengusahaan Kab. Karimun, 2013

Page 88: Bab 5 monitoring ketersediaan infrastruktur (monev ksn bbk final)

5 - 88

Final Report Bab 5 : Monitoring Ketersediaan Infrastruktur