Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian
-
Upload
abu-hafidharwan-ciomas -
Category
Documents
-
view
250 -
download
6
Transcript of Bab 5 Investasi PPK di Wilayah Kajian
INVESTASI
PULAU-PULAU KECIL DI
WILAYAH STUDI BAB 5
5.1 PELAKSANAAN INVESTASI DI PULAU NIPAH, KOTA BATAM
5.1.1 Pelaksanaan Investasi di Kota Batam
Pelaksanaan investasi di Kota Batam yang terkait dengan pengembangan
investasi di pulau-pulau kecil ditemui pada sektor perikanan, kelautan dan
pertanian. Investasi tersebut harus memenuhi persyaratan untuk masing-
masing kegiatan sebagai berikut :
1. Usaha Penangkapan Ikan, Usaha Pengangkutan Ikan, Surat Izin
Penangkapan Ikan, Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), Surat Izin
Kapal Pengangkutan Ikan (SIKPI), Surat Izin Kapal Penangkapan dan
Pengangkutan Ikan (SIKPPI).
a. Mengisi Form Permohonan IUP
b. Foto copy KTP sebanyak 2 lembar
c. Foto copy NPWP bagi perusahaan
d. Pas foto ukuran 2x3 cm sebanyak 2 lembar
e. Akte Pendirian untuk Badan Hukum bagi perusahaan
f. Rencana Usaha bagi Perusahaan
g. Surat Pas Kecil
h. Surat Sertifikat Kesempurnaan Kapal
2. Usaha Budidaya Air Laut, Usaha Budidaya Air Tawar, Usaha Budidaya
Tambak, Usaha Penangkaran Ikan.
a. Mengisi Form Permohonan IUP
b. Foto copy KTP sebabyak 2 lembar
c. Foto copy NPWP bagi perusahaan
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 1
d. Pas foto ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 lembar
e. Akte Pendirian untuk Badan Hukum Bagi perusahaan
f. Rencana Usaha bagi perusahaan
g. Izin domisili dari kecamatan
h. Site Plan bagi perusahaan
i. Bersedia dilakukan survei lapangan
3. Usaha Pemasaran Ikan, Usaha Pengelolaan Ikan, Usaha
Pengumpulan Dan Pengecer Ikan, Usaha Pabrik Es, Cold Storage
Ikan, Usaha Pengepakan Komoditi Perikanan
a. Mengisi Form Permohonan IUP
b. Foto copy KTP sebabyak 2 lembar
c. Foto copy NPWP bagi perusahaan
d. Pas foto ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 lembar
e. Akte Pendirian untuk Badan Hukum Bagi perusahaan
f. Rencana Usaha bagi perusahaan
g. Izin domisili dari kecamatan
h. Site Plan bagi perusahaan
i. Bersedia dilakukan survei lapangan
4. Hatchery (Panti Pembenihan) Skala Perusahaan Perikanan, Hatchery
(Panti Pembenihan) Skala Rumah Tangga (HSRT)
a. Mengisi Form Permohonan IUP
b. Foto copy KTP sebanyak 2 lembar
c. Foto copy NPWP bagi perusahaan
d. Pas foto ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 lembar
e. Akte Pendirian untuk Badan Hukum Bagi perusahaan
f. Rencana Usaha bagi perusahaan
g. Izin domisili dari kecamatan
h. Site Plan bagi perusahaan
i. Bersedia dilakukan survei lapangan
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 2
A. Syarat Pengembangan Kegiatan :
1. Tanda Pencataan Kegiatan Perikanan (TPKP)
a. Fotocopy KTP 2 lembar
b. Pas foto 2 x 3 lembar
c. Surat Keterangan dari RT/RW
2. Surat Keterangan Produk Perikanan (SKPP) atau Surat Keterangan
Asal (SKA)
a. Data kapal
b. Data muatan (jenis ikan dan berat muatan)
c. Data pengirim dan penerima
3. Surat Log Book Perikanan (LBP) dan surat Laik
Operasi (SLO)
a. Untuk : Penagkapan, Pengangkutan
b. Foto copy Dokumen Kapal (SIUP, SIPI dan SIKPI)
c. Siap di cek kondisi kapal
4. Rekomendasi SIUP (SIKPI dan Sipi) untuk tingkat
propinsi
a. Mengisi Form Permohonan SIUP Prov.
b. Foto copy KTP 2 lembar
c. Pas foto 4 x 6 cm latar biru 2 lembar
d. Materai 2 lembar
e. Foto copy Dokumen kapal (Akte Perusahaan, Surat Ukur, Pas
Tahunan dan Sertifikat Kelaikan
f. Cek Fisik Kapal
5. Surat Tanda Pendaftaran Usaha Bidang
Peternakan
a. Formulir Permohonan
b. Foto copy KTP
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 3
c. Foto copy SIUP
d. Foto copy Surat Domisili dari Camat
e. Pas foto 3 x 4 cm 2 lembar
6. Surat Tanda Pendaftaran Penjualan Daging
a. Formulir Permohonan
b. Foto copy KTP
c. Foto copy SIUP
d. Foto copy Surat Domisili dari Camat
e. Pas foto 3 x 4 cm 2 lembar
7. Rekomendasi Pemasukan Daging Unggas Beku
(Ayam, Itik, dan Merpati)
a. Formulir Permohonan
b. Foto copy KTP
c. Surat Keterangan Kesehatan Hewan dari Dinas (daerah) yang
mengeluarkan
d. Surat Pemeriksaan Laboratorium veteriner (Bebas penyakit unggas
menular terutama AT)
e. Surat dari Karantina Hewan setempat (daerah yang mengeluarkan
sebagai laporan ke DKP2)
8. Rekomendasi Pemasukan Hewan
Kesayangan/Burung Kicau
a. Formulir Permohonan
b. Foto copy KTP
c. Surat Keterangan Kesehatan Hewan dari Dinas Peternakan yang
mengeluarkan
d. Surat dari Karantina Hewan setemjpat (daerah yang mengeluarkan
sebagai laporan ke DKP2)
9. Rekomendasi Pemasukan Doc Broiler/Layer (Final
Stock/Parent Stock)
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 4
a. Formulir Permohonan
b. Foto copy KTP
c. Surat Keterangan Kesehatan Hewan dari Dinas Peternakan
setempat yang mengeluarkan
d. Surat Pemeriksaan Laboratorium veteriner (Bebas penyakit unggas
menular terutama A1)
10. Surat Kesehatan Hewan, Buah dan Hibah
a. Formulir Permohonan
b. Foto copy KTP
c. Pemeriksaan Hewan/ Ternak/ BAH oleh dokter Hewan Berwenang
Pemeriksaan Laboratorium Veteriner (jika diperlukan)
11. Izin Hak Pemanfaatan Hutan Lainnya (Arang
Bakau)
a. Surat Permohonan
b. Foto copy KTP
c. Pas foto ukuran 4 x 6 sebanyak 3 lembar
d. Realisasi Produksi Arang tahun lalu
e. Surat Pernyataan sanggup melaksanakan ketentuan-ketentuan
Bidang Kehutanan
f. Realisasi Peredaran Arang Bakau
g. Berita Acara Survei Lapangan
h. Berita Acara Pelaksanaan Penanaman
12. Izin Tempat Penimbunan Hasil
a. Surat Permohonan
b. Foto copy SIUP/TDP/SITU
c. Pas foto 4 x 6 sebanyak 3 lembar
13. Rekomendasi Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan
a. Foto copy KTP
b. Foto copy SIUP/TDP/SITU
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 5
c. Izin Domisili dari Camat
d. Pas foto 4 x 6 sebanyak 3 lembar
e. Peta Lokasi
B. Prosedur Pembuatan Izin
1. Perizinan Usaha Kehutanan
a. Pemohon mengisi form permohonan perizinan yang diambil di loket
OSS secara lengkap
b. Pemohon menyiapkan kelengkapan persayaratan sesuai dengan
kegiatan jenis izin yang diajukan
c. Petugas OSS mengecek kelengkapan administrasi persyaratan
permohonan berupa form permohonan, dokumen administrasi, dan
teknis.
d. Petugas OSS membuat bukti tanda terima berkas permohonan
untuk diproses dan diserahkan kepada dinas KP2 untuk proses
selanjutnya
e. Melakukan pengecekan terhadap kelengkapan teknis
f. Survei lapangan kemudian membuat berita acara survey lapangan
g. Proses selanjutnya adalah pencetakan izin
h. Surat izin yang telah ditandatangani dikembalikan kepada petugas
OSS untuk kemudian diserahkan kepada pemohon
i. Pemohon mengambil surat izin setelah menandatangani buku
tanda terima.
2. Perizinan Perusahaan Perikanan
a. Pemohon mengisi form permohonan perizinan yang diambil di loket
OSS secara lengkap
b. Pemohon menyiapkan kelengkapan persyaratan sesuai dengan
kegiatan/jenis izin yang diajukan.
c. Petugas OSS yang mengecek kelengkapan administrasi
persyaratan permohonan berupa form permohonan, dokumen
administrasi dan teknis.
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 6
d. Petugas OSS membuat bukti tanda terima berkas permohonan
untuk diproses dan diserahkan kepada dinas KP2 untuk proses
selanjutnya
e. Melakukan pengecekan terhadap kelengkapan teknis
f. Melakukan peninjauan lapangan dan selanjutnya membuat berita
acara peninjauan lapangan
g. Proses selanjutnya adalah pencetakan izin.
h. Surat izin yang telah ditandatangani dikembalikan kepada petugas
OSS untuk kemudian diserahkan kepada pemohon
i. Pemohon mengambil surat izin setelah menandatangani buku
tanda terima
3. Perizinan Usaha Peternakan
a. Pemohon mengisi form permohonan perizinan yang diambil di loket
OSS secara lengkap
b. Pemohon menyiapkan kelengkapan persyaratan sesuai dengan
kegiatan jenis izin yang diajukan
c. Petugas OSS yang mengecek kelengkapan administrasi
persyaratan permohonan berupa form permohonan, dokumen
administrasi dan teknis
d. Petugas OSS membuat bukti tanda terima berkas permohonan
untuk diproses dan diserahkan kepada dinas KP2 untuk proses
selanjutnya
e. Pemeriksaan kelengkapan teknis oleh dinas KP2. Jika tidak
lengkap, maka akan dikembalikan kepada OSS.
f. Jika lengkap maka akan dilakukan proses peninjauan lapangan
g. Jika rapat teknis memutuskan untuk tidak mengeluarkan surat izin,
maka akan dibuatkan dokumen penolakan. Jika disetujui maka
akan diterbitkan Surat TPKP dan Rekomendasi.
h. Surat TPKP dan rekomendasi yang telah ditandatangani
dikembalikan kepada petugas OSS untuk kemudian diserahkan
kepada pemohon.
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 7
i. Pemohon mengambil surat TPKP dan rekomendasi setelah
menandatangani buku tanda terima
C. Jangka Waktu Penertiban Izin
1. Perizinan Usaha Kehutanan
Surat Izin selesai dalam waktu 6 hari
2. Perizinan Usaha Perikanan
Surat Izin selesai dalam waktu 6 hari
3. Perizinan Usaha Peternakan
Surat Izin selesai dalam waktu 6 hari
5.1.2 Pelaksanaan Investasi di Pulau Nipa
Kewenangan pengelolaan Pulau Nipa adalah merupakan kewenangan
Pemerintah Pusat. Hal ini disebabkan karena Pulau Nipa merupakan
pulau terluar dari NKRI, dimana pulau ini adalah merupakan beranda
depan dari negara dan mempunyai fungsi strategis dalam bidang
pertahanan dan keamanan. Sampai saat ini belum ada investasi yang
masuk ke pulau ini. Adapun kebijakan pemerintah untuk menyiapkan agar
Pulau Nipa ini mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, Pemerintah Pusat
melakukan reklamasi untuk mempersiapkan pulau sesuai dengan konsep
rencana tata ruang yang telah dibuat.
Oleh karena pulau ini merupakan kewenangan pusat dalam
pengelolaannya, maka pelaksanaan dan prosedur investasi untuk para
investor yang berlaku di pulau ini adalah mekanisme dan prosedur
investasi yang di keluarkan oleh BKPM. Investor dalam pengajuan
investasi untuk pulau ini harus dilakukan di pusat dengan diketahui oleh
pemerintah daerah.
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 8
Tabel 5.1 Standar Operasional Prosedur Perizinan
URAIAN PEMOHON LOKET OSS DINAS INDAQ BAPEDAKO
1. Pemohon mengisi form pemohonan perizinan yang diambil diloket OSS secara lengkap
2. Pemohon menyiapkan kelengkapan administrasi, dokumen teknis dan dokumen tambahan (jika diperlukan)
3. Petugas OSS mengecek status perizinan (baru, perubahan, pergantian atau hilang)serta mengecek kelengkapan pengisian form dan dokumen adm, teknis dan tambahan. Jika lengkap dibuat tanda pengembalian ke pemohon
4. Jika lengkap petugas OSS menyerahkan ke dinas indag untuk di proses
5. Petugas indag akan mengecek kembali kelengkapan dokumen yang masuk. Jika Tidak lengkap akan dikembalikan ke loket OSS.
6. Jika dokumen lengkap, maka akan dicek apakah memerlukan Advice Planning, jika tidak maka akan dilanjutkan proses dan jika memerlukan maka akan disampaikan surat permohonan dan dokumen pendukung untuk
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 9
Pengisian FormPendaftaran
Penyiapan Kelengkapan
Doc TeknisDoc Adm
Tanda Bukti Pengembalian
Dokumen
Tanda Bukti Penerimaan Doc
Tanda Bukti Serah Terima
Pengembalian
Tanda Terima
Surat Izin
Percetakan Bukti Penerimaaan
Bukti Penerimaan Dokumen
Pembuatan Bukti Pengembalian Doc
Percetakan Bukti Pengembalian Doc
Tanda Bukti Penerimaan Doc
Pendaftaran
Kelengkapan
Administrasi
Pembuatan Bukti Penerimaan Doc
Bukti Serah Terima Pengembalian
Tanda Terima
Pembuatan Bukti Serah Terima
Dokumen Perijinan
Bukti Penerimaan Dokumen
Surat Izin
Surat Izin
Bukti Penerimaan Dokumen
Pemeriksaan Dokumen dan Peruntukkan
Penerimaan Surat
Doc Adm
Surat Permintaan Advice Planning
Disetujui
Surat Persetujuan Advice Planning
Doc Teknis
Surat Penolakan Advice Planning
Doc Adm Bukti Penerimaan Dokumen
Doc Teknis Surat Permohonan
Pemeriksaan Dokumen
Butuh Advice
Planning
Pencatatan Berkas Masuk
BA hasil Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Disetujui ?
Surat untuk melengkapi atau
penolakan
Pembuatan surat pendekatan/melengkapi dan
pengembalian berkas
Peninjauan Lapangan dan
Penilaian Investasi
Input Data Data
Pembuatan Surat permohonan Advice
Planning
Surat Permohonan Advice Planning
Pemeriksaan Doc Perijinan
Penandatanganan Dokumen Perijinan
Orang
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Orang
Tidak
Ya
1 Hari 1 Hari
Ya
Tidak 1 Hari
1 Hari
1 Hari
Ya
Tidak
1 Hari
1 Hari
1 Hari
1 Hari
Tidak
Ya
1. Copy doc Perijinan2. Doc. Adm3. Doc. Teknis
mendapatkan advice planning dari BAPEDAKO
7. BAPEDAKO menerima surat permohonan advice planning dan dokumen pendukung dari dinas Indag
8. Jika sesuai dengan RTRW maka BAPEDAKO akan mengeluarkan surat advice planning dan disampaikan ke dinas Indag untuk diproses lebih lanjut, jika tidak maka akan dikeluarkan surat penolakan
9. Tim teknis akan turun mengecek secara langsung ke perusahaan pemohon dan melakukan penilaian, jika diterima maka akan diproses, jika tidak akan dikembalikan ke loket OSS sesuai administrasi
10. Proses penerbitan izin11. Penandatanganan
dokumen perizinan oleh Ka Dinas yang sebelumnya telah diparaf oleh kaSi dan kaBid
12. Surat izin yang telah ditandatangani dikembalikan kepada petugas OSS untuk kemudian diserahkan kepada pemohon
13. Pemohon mengambil surat izin setelah menandatangani buku tanda terima diserahkan ke OSS
Surat Izin selesai dalam waktu 7 – 10 Hari
Tabel 5.2 Standar Operasional Prosedur Perizinan Usaha Kehutanan
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 10
URAIAN PEMOHON LOKET OSS DINAS KP2
1. Pemohonan mengisi form pemohonan perizinan yang diambil di loket OSS secara lengkap.
2. Pemohon menyiapkan kelengkapan persyaratan sesuai dengan kegiatan jenis izin yang diajukan.
3. Petugas OSS mengecek kelengkapan administrasi persyaratan pemohonan berupa form pemohonan, dokumen adm, dan teknis.
4. Petugas OSS membuat bukti tanda terima berkas permohonan untuk diproses dan diserahkan kepada Dinas KP2 untuk proses selanjutnya.
5. Melakukan pengecekan terhadap kelengkapan teknis.
6. Survei lapangan kemudian membuat Berita Acara Survei Lapangan.
7. Proses selanjutnya adalah pencetakan izin.
8. Surat izin yang telah ditandatangani dikembalikan kepada petugas OSS untuk kemudian diserahkan kepada pemohon.
9. Pemohon mengambil Surat Izin setelah menandatangani buku tanda terima.
Surat Izin selesai dalam waktu 6 Hari.
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 11
Dokumen Administrasi
Blanko Form Pendaftaran
Tanda Terima
Surat Izin
Tanda Terima
Doc Adm
Apakah DIsetujui?
Penerimaan Dokumen
Doc Adm
Doc Teknis
1 Hari
1
Pengisian Form Pendaftaran
Penyiapan Kelengkapan
Dokumen
Tanda Terima Pengembalian
Dokumen
Tanda Terima Penerimaan
Dokumen
Tanda Terima
Pendaftaran
Kelengkapakapan Administrasi
Tanda Terima
Pembuatan Tanda Terima
Penolakan Dokumen
Tanda Terima
Pembuatan Tanda Terima
Surat Penolakan
Pembuatan Bukti Tanda Terima Dokumen untuk di
Proses
Tanda Bukti Penolakan Dokumen
Surat Izin
Forum Pendaftaran
Pembuatan Tanda Bukti Penolakan Dokumen
Tanda Bukti Penolakan Dokumen
Surat IzinPenerbitan Surat Izin
Berite Acara Survei Lapangan
Berita Acara Survei Lapangan
Survei Lapangan Kelengka
pan Teknis
1 Hari7
Tidak
Ya2
Hari
Tidak
Ya
81Harii
Hari
9
3
4
56
2
Tidak
Tabel 5.3 Standar Operasional Prosedur Perizinan Usaha Perikanan
URAIAN PEMOHON LOKET OSS DINAS KP2
1. Pemohonan mengisi form pemohonan perizinan yang diambil di loket OSS secara lengkap.
2. Pemohon menyiapkan kelengkapan persyaratan sesuai dengan kegiatan jenis izin yang diajukan.
3. Petugas OSS mengecek kelengkapan administrasi persyaratan permohonan berupa form permohonan, dokumen adm, dan teknis.
4. Petugas OSS membuat bukti tanda terima berkas permohonan untuk diproses dan diserahkan kepada Dinas KP2 untuk proses selanjutnya.
5. Melakukan pengecekan terhadap kelengkapan teknis.
6. Melakukan Peninjauan Lapangan dan selanjutnya membuat Berita Acara Peninjauan Lapangan.
7. Proses selanjutnya adalah pencetakan izin.
8. Surat izin yang telah ditandatangani dikembalikan kepada petugas OSS untuk kemudian diserahkan kepada pemohon.
9. Pemohon mengambil Surat Izin setelah menandatangani buku tanda
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 12
Dokumen Administrasi
Blanko Form Pendaftaran
Tanda Terima
Surat Izin
Tanda Terima
Doc Adm
Apakah DIsetujui?
Penerimaan Dokumen
Doc Adm
Doc Teknis
1 Hari
1
Pengisian Form Pendaftaran
Penyiapan Kelengkapan
Dokumen
Tanda Terima Pengembalian
Dokumen
Tanda Terima Penerimaan
Dokumen
Tanda Terima
Pendaftaran
Kelengkapakapan Administrasi
Tanda Terima
Pembuatan Tanda Terima
Penolakan Dokumen
Tanda Terima
Pembuatan Tanda Terima
Surat Penolakan
Pembuatan Bukti Tanda Terima Dokumen untuk di
Proses
Tanda Bukti Penolakan Dokumen
Surat Izin
Forum Pendaftaran
Pembuatan Tanda Bukti Penolakan Dokumen
Tanda Bukti Penolakan Dokumen
Surat IzinPenerbitan Surat Izin
Berita Acara Peninjauan Lapangan
Berita Acara Peninjauan Lapangan
Peninjauan Lapangan
Kelengkapan
Teknis
1 Hari7
Tidak
Ya
Tidak
Ya
81Harii
Hari
9
3
4
5 62
Tidak
Ya
1 Hari
2 Hari
terima (6 Hari)
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 13
5.2 PELAKSANAAN INVESTASI DI PULAU GEBE, KABUPATEN
HALMAHERA TENGAH
5.2.1 Pelaksanaan Investasi di Kabupaten Halmahera Tengah
Pelaksanaan investasi di Kabupaten Halmahera Tengah yang terkait dengan
pengembangan investasi di pulau-pulau kecil ditemui pada sektor perikanan
dan pertambangan adalah sebagai berikut :
1. Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Tengah No. 15 Tahun 2003
tentang Perizinan Usaha Perikanan
Peraturan daerah tentang perizinan usaha perikanan meliputi jenis usaha
perikanan yakni Usaha Penangkapan Ikan dan Usaha Pembudidayaan
Ikan. Usaha pembudidayaan ikan meliputi jenis kegiatan diantaranya
pembudidayaan ikan di air tawar, pembudidayaan ikan di air payau,
pembudidayaan ikan di laut, kegiatan penampungan hasil perikanan dan
kegiatan pengangkutan hasil perikanan.
Kegiatan usaha perikanan hanya boleh dilakukan oleh perorangan warga
negara RI atau Badan Hukum Indonesia termasuk Koperasi. Dalam
melakukan usaha perikanan tidak dibenarkan : (a) menentang hukum
adat dan kebiasaan setempat sepanjang hukum adat dan kebiasaan
tersebut tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku (b)
menggunakan alat penangkapan ikan yang dilarang penggunaannya
sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, (c) menangkap
ikan atau hasil perairan lainnya yang dilarang untuk dimanfaatkan sesuai
peraturan yang berlaku dan (d) menggunakan bahan atau alat-alat
perikanan yang dapat merusak sumber hayati perikanan dan lingkungan
hidup.
Syarat pemegang Ijin Usaha Perikanan :
- Rencana usaha
- Ijin lokasi dari pemerintah daerah
- Kartu Tanda Penduduk
- Kapal perikanan yang digunakan harus dilengkapi dengan
Surat Penangkapan Ikan (SPI)
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 14
Syarat-Syarat Surat Penangkapan Ikan (SPI) :
- Telah memiliki Izin usaha perikanan
- Menyampaikan Tanda Pendaftaran Kapal
- Menyampaikan Surat Ukur Kapal
- Menyampaikan Sertifikat Kesempurnaan
Izin usaha perikanan dan Surat penangkapan ikan untuk ruang lingkup
penangkapan ikan atas wilayah perairan daerah yang berdomisili di
wilayah Kabupaten, yang menggunakan kapal perikanan tidak bermotor,
kapal perikanan bermotor luar dan kapal perikanan bermotor dalam yang
berukuran tidak lebih dari 10 GT dan atau mesinnya berkekuatan tidak
lebih dari 30 Daya Kuda dan berpangkalan berkekuatan administrasinya
serta tidak menggunakan modal dan atau tenaga asing.
2. Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Tengah No. 05 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan Umum.
Ruang lingkup pengelolaan usaha pertambangan umum meliputi :
pencadangan dan penetapan wilayah usaha pertambangan, pemberian
kuasa pertambangan, pemberian perizinan pertambangan rakyat,
pelaksanaan perjanjian kerjasama usaha pertambangan dalam bentuk
kontrak karya (KK) dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan
batubara (PKP2B), pengevaluasian dan pelaporan kegiatan, pembinaan
dan pengawasan, pemberian rekomendasi, penetapan tata cara
pelaksanaan izin pertambangan umum di daerah dan wilayah laut sampai
dengan 4 mil dan pengelolaan informasi geologi, potensi bahan galian
dan informasi pertambangan umum di daerah.
Usaha pertambangan umum dapat dilaksanakan apabila telah mendapatkan
Kuasa Pertambangan (KP), Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batu Bara dari Kepala Daerah. Usaha
pertambangan umum dapat diberikan kepada perusahaan negara,
perusahaan daerah, koperasi, perusahaan swasta nasional dan perorangan.
Selain berupa Kuasa Pertambangan, investasi bidang pertambangan juga
dapat dilakukan dalam bentuk Kontrak Karya (KK). Kontrak Karya adalah
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 15
perjanjian antara pemerintah dan atau pemerintah daerah dengan perseroan
terbatas berbadan hukum Indonesia.
Usaha pertambangan umum dikelompokan atas enam golongan :
Pertambangan logam
Pertambangan mineral non logam
Pertambangan Batu bara, gambut dan Batumen Padat
Pertambangan Panas Bumi
Pertambangan Air Bawah Tanah
Pertambangan Mineral Industri
Tata cara memperoleh kuasa pertambangan :
Mengajukan permohonan tertulis ditujukan ke Kepala Daerah
melalui Kepala Dinas Pertambngan dan Energi
Melampirkan syarat yang ditetapkan
Syarat ditetapkan oleh kepala daerah sesuai undang-undang
yang berlaku.
Wajib menyetor uang jaminan kesanggupan
Uang jaminan kesanggupan berdasarkan luas wilayah kuasa
pertambangan penyelidikan umum dan atau Kuasa
Pertambangan eksplorasi.
Luas wilayah yang dapat diberikan untuk satu wilayah kuasa pertambangan
(KP) penyelidikan umum maksimal 5000 (lima ribu) hektar. Luas wilayah yang
dapat diberikan untuk satu wilayah kuasa pertambangan (KP) ekspolarasi
maksimal 2000 (dua ribu) hektar. Luas wilayah yang dapat diberikan untuk
satu wilayah kuasa pertambangan (KP) eksploitasi maksimal 1000 (seribu)
hektar dan Luas wilayah yang dapat diberikan untuk Kontrak Karya dan
Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) diatur
sesuai dengan Perjanjian/Kontrak.
5.2.2 Pelaksanaan Investasi Pulau Gebe
Sampai tahun 2004, investasi terbesar yang ada di P. Gebe adalah usaha
pertambangan nikel yang dilakukan oleh PT. Aneka Tambang Tbk. Melalui PT.
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 16
Weda Bay Nickel, usaha pertambangan nikel ini dilakukan berdasarkan
kontrak karya, bukan kuasa pertambangan.
Setelah penutupan usaha pertambangan, wilayah P. Gebe direncanakan
untuk dijadikan kawasan industri perikanan. Namun, belum ada investor yang
sudah mendapatkan persetujuan untuk mengembangkan kawasan tersebut.
5.3PELAKSANAAN INVESTASI DI KEPULAUAN BUNAKEN, KOTA
MANADO
5.3.1 Pelaksanaan Investasi di Kota Manado
Dalam mewujudkan Sulawesi Utara sebagai daerah tujuan investasi utama di
Kawasan Timur Indonesia, maka Provinsi Sulawesi Utara telah mulai
mengadopsi sistem Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu sesuai dengan
Keppres 29 Tahun 2004. Untuk mengaplikasikan sistem tersebut, Pemerintah
Provinsi Sulawesi Utara telah mulai menyiapkan perangkat-perangkat yang
diperlukan, salah satunya adalah dengan membentuk Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Pelayanan Perizinan Satu Atap berdasarkan Peraturan Gubernur
Sulawesi Utara Nomor 28 Tahun 2005. Lembaga ini berfungsi sebagai wadah
koordinasi instansi-instansi pemerintah terkait dalam memberikan pelayanan
perizinan kepada para investor baik dalam negeri maupun asing.
Dalam menjalankan tugasnya secara teknis, UPT Pelayanan Perizinan Satu
Atap difasilitasi dengan bangunan sendiri, di mana terdapat perwakilan
masing-masing instansi teknis pemerintah yang berwenang dalam
memberikan perizinan. Dengan demikian, diharapkan pelayanan akan
semakin cepat dan memudahkan para investor dalam mengurus perizinan.
Meskipun demikian, hingga tahun 2007 ini sistem pelayanan terpadu satu atap
ini belum dapat dilaksanakan secara optimal, karena belum efektifnya
Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 28 Tahun 2005 tersebut.
Beberapa instansi teknis masih enggan untuk bergabung dan masih
memberikan perizinan secara parsial. Dengan kata lain, UPT Pelayanan
Perizinan Satu Atap belum memiliki kewenangan yang penuh dalam hal
memberikan pelayanan perizinan secara terpadu.
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 17
Untuk mensosialisasikan sistem sistem tersebut, Badan Koordinasi
Penanaman Modal dan Kerjasama Regional telah menyusun profil Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu yang dapat diakses oleh berbagai pihak.
Kelompok pelaku usaha dan investor yang mendapatkan pelayanan dan
rekomendasi dari Unit Pelayanan Perizinan Satu Atap adalah :
1. Kelompok Fasilitas; yang menggunakan fasilitas dari pemerintah seperti
bea masuk, PPN, pertanahan, insentif dan mudahan lainnya.
Perizinannya diterbitkan oleh Institusi Penanaman Modal di tingkat
pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
2. Kelompok Non Fasilitas; yang tidak memanfaatkan fasilitas dari
pemerintah. Perizinan diterbitkan oleh Departemen Teknis di tingkat
pusat dan provinsi.
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 18
Prosedur perizinan pada UPT Pelayanan Perizinan Satu Atap
1. Kelompok Fasilitas
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 19
Pemohon/ Investor
Persetujuan Penanaman Modal
Perizinan
BPKM
APITRPTKRekomendasi VisaIMTAPerpanjangan IMTAPerpanjangan IMTA
lebih dari 1 propinsi Fasilitas
pembebasan/keringanan bea masuk BM/BBP
IUT/Izin perluasan
Propinsi
Perpanjangan IMTA untuk TKA di wilayah
Kab/Kota
Kab/Kota
Izin Lokasi Sertifikat HATIMBUUG/HO
Perubahan lokasi proyekBidang Usaha/produksiPerubahan/penambahan TKAPerubahan Investasi dan Sumber Pembiayaan Perubahan kepemilikan saham perusahaan PMA/PMDN atau non PMA/PMDNPerpanjangan JWPPPerubahan status perusahaan PMA menjadi PMDNPerubahan Status Perusahaan PMDN/non PMDN/PMA menjadi PMAPerpanjangan waktu penyelesaian proyekPenggabungan perusahaan
BKPM
SP PMDN
SP PMA
Model I & II PMDN
Model I & II PMDN
Gambar 5.4 Prosedur Persetujuan dan Perizinan Penanaman Modal “Fasilitas”
2. ”Non Fasilitas”
Bidang investasi yang termasuk dalam kelompok Non Fasilitas adalah : Unsur I
o Perikanan dan Kelautan o Peternakan o Kehutanan dan Perkebunan
Urusan IIo Perhubungan o Sumberdaya Airo Prasarana dan Pemukiman o Pariwisata
Urusan IIIo Perindustrian dan perdagangan o Koperasi o Tenaga Kerja
Urusan IVo Pertambangan dan Energio Ketenagalistrikan
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 20
Sumber : diadopsi dari BKPMKR Provinsi Sulawesi Utara, 2007
6
5
4
3
2
1
Front OfficeMenerima Berkas/dokumen Meneliti berkasMemberi informasi
Back OfficeVerifikasi berkasPeninjauan lapangan / BAPMembuat SK, Retribusi,
Sertifikat perizinan
Pemohon/ Investor
Bank Sulut Kas Daerah
(Penerimaan Pembayaran
Retribusi)
Penandatangan SK(Kepala Dinas yang
berwenang)
Gambar 5.5. Prosedur Persetujuan dan Perizinan Penanaman Modal “Non Fasilitas”
5.3.2 Pengelolaan Taman Nasional Bunaken
Pengelolaan objek wisata di Kawasan Taman Nasional Bunaken, khususnya
Pulau Bunaken telah dilakukan sejak lama oleh pemerintah daerah. Dan
semenjak dibentuknya Dewan Pengelola Taman Nasional Bunaken tahun
2000 yang merupakan kolaborasi dari berbagai pihak mulai dari pemerintah,
pihak swasta, akademisi dan masyarakat, pengelolaan TNB dilakukan oleh
lembaga tersebut. Berdasarkan Perda no 14 tahun 2000 dan no 9 tahun 2002
tentang sistem tarif masuk Taman Nasional Bunaken, setiap wisatawan
mancanegera yang berkunjung ke TNB dikenakann tarif masuk sebesar Rp
150.000 per tahun (dalam bentuk pin/tagging) atau Rp 50.000 per hari (dalam
bentuk karcis). Sementara untuk wisatawan nusantara dikenakan tarif masuk
sebesar Rp 2.500 per orang untuk setiap kali kunjungan.
Penerimaan dari tarif masuk tersebut, sebagian digunakan untuk berbagai
keperluan pengelolaan TNB dan sebagian lainnya masuk ke dalam kas
daerah. Berdasarkan Peraturan Gubernur No 22 tahun 2007 proporsi distribusi
penerimaan dari tarif masuk tersebut adalah 20 % untuk pendapatan
pemerintah dengan rincian 5 % untuk pemerintah pusat, 7,5 % untuk
pemerintah provinsi Sulawesi Utara, dan 3 % untuk pemerintah kota Manado
dan masing-masing 1,5 % untuk pemerintah Kabupaten Minahasa, Kabupaten
Minahasa Utara, dan Kabupaten Minahasa Selatan. Sementara 80 % dari
total penerimaan dikelola oleh Dewan Pengelola TNB untuk pengelolaan TNB
yang mencakup program konservasi dan pengembangan masyarakat.
Pihak swasta dan masyarakat pada dasarnya dapat diberi hak untuk
mengelola industri wisata sebagai pendukung aktifitas pariwisata di Kawasan
Taman Nasional Bunaken, selama kegiatan usaha tersebut tidak merusak dan
tidak melebih carrying capacity dari kawasan tersebut. Meskipun demikian,
karena kendala permodalan, industri wisata lebih banyak dikelola oleh pihak
swasta. Saat ini industri wisata yang dikelola oleh pihak swasta di Pulau
Bunaken adalah homestay/cottage dan resort, diving centre dan jasa perahu
kaca (catamaran). Masyarakat lebih banyak berperan sebagai pekerja industri
wisata dan penjual souvenir.
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 21
Mekanisme dan prosedur investasi bagi pihak swasta mengacu pada
mekanisme yang dikeluarkan oleh BKPM dan BKPMD. Investasi di Pulau
Bunaken dan pulau-pulau kecil di Kota Manado cukup mendapat perhatian
pemerintah daerah, sehingga setiap izin yang diajukan melalui pembahasan di
tingkat pemerintah daerah. Kebijakan pemerintah daerah untuk membatasi
kegiatan pembangunan sarana wisata yang bersifat permanen menjadi
pertimbangan utama dalam memberikan izin investasi di Pulau Bunaken.
5.4PELAKSANAAN INVESTASI DI PULAU BIDADARI, KABUPATEN
MANGGARAI BARAT
5.4.1 Pelaksanaan Investasi di Kabupaten Manggarai Barat
Penunjang di bidang perekonomian akan sangat dipengaruhi oleh tujuan
pengembangan wilayah kabupaten Manggarai Barat secara umum. Dalam hal
ini berdasarkan pengembangan wilayah yang menekankan pada pemerataan
dengan terus mengerjar pertumbuhan, maka beberapa kebijaksanaan yang
perlu diperhatikan adalah :
1. Pengembangan struktur perekonomian wilayah yang lebih seimbang
dengan meningkatkan diversifikasi ekonomi dan mengurangi
ketergantungan pada beberapa komoditas utama saja, sekaligus
perluasan pasarnya
2. Pemanfaatan potensi sumber daya alam yang selama ini belum
dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan sektor atau
subsektor strategis terutama melalui perkembangan infrastruktur,
insentif dan disinfektif bagi investasi swasta.
Kebijakan pengembangan ekonomi yang berkaitan dengan dengan keruangan
akan berakibat timbal balik, dimana kebijaksanaan ekonomi akan dapat
menjadi salah satu cara untuk mempengaruhi perwujudan struktur tata ruang
dan sebaliknya. Ada beberapa kebijakan investasi yang digunakan oleh
pemerintah daerah Manggarai Barat baik untuk PMDN dan PMA, yaitu :
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 22
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 76 tahun 2007
tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup
dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman modal
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 tahun 2007
tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup
dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal
Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor
57/SK/2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penananaman
Modal yang didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan
Penanaman Modal Asing
Kebijakan dasar penanaman modal adalah untuk mendorong terciptanya iklim
usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya
saing perekonomian nasonal dan mempercepat peningkatan penanaman
modal. Arahan struktur tata ruang dapat menggiring kepada pengembangan
ekonomi daerah secara lebih pesat.
Dari sejumlah investasi yang telah dilaksanakan di Kabupaten Manggarai
Barat, investasi di bidang pariwisata termasuk sektor yang paling diunggulkan,
terutama untuk dilaksanakan di kawasan pulau – pulau kecil di kabupaten ini.
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 23
Gambar 5.6
Prosedur perizinan Investasi Bidang Pariwisata
Per Persyaratan Persyaratan
Syarat – syarat yang harus dilampirkan untuk penerbitan dan perpanjangan
izin usaha atau rekomendasi usaha bidang pariwisata adalah :
Salinan akte pendirian perusahaan PT / Koperasi / Perorangan
(kecuali rumah makan)
Salinan IMB
Salinan izin undang – undang gangguan (HO)
Salinan studi AMDAL atau UKL
Pas Photo 4x6 Berwarna : 4 lembar
Photo Copy KTP : 2 lembar
Photo copy surat pernyataan dukungan dari tetangga sekitar yang
ditandatangani oleh ketua RT setempat (falkutatif)
Surat rekomendasi dari kelurahan / kepala desa setempat
Surat keterangan dukungan dari Kecamatan
Copy surat keterangan izin tempat usaha dari Bupati Manggarai
Barat
Photo copy NPWP Perusahaan
Photo copy surat rekomendasi dari ASITA (Khusus Biro Perjalanan)
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 24
Aplikasi Model II PMDN
Investor
DinasPariwisata
Aplikasi Model I PMDN
Pemeriksaan Dokumen
Penandatanganan surat pernyataan aturan - aturan Dalam izin usaha didalam
izin usaha / Rekomendasi UsahaDisertai bukti pajak & Biaya rekomendasi
Penerbitan Surat Persetujuan Untuk PMA atau PMDN oleh BKPM
Memiliki surat izin keramaian dari Polres Manggarai Barat (khusus
wisata tirta)
5.4.2 Pelaksanaan Investasi di Pulau Bidadari
Perizinan investasi di Pulau Bidadari ini merupakan kewenangan pusat, dan
pengelolaannya diberikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai.
Maka mekanisme dan prosedur investasi untuk para investor yang berlaku di
pulau ini adalah mekanisme dan prosedur investasi yang di keluarkan oleh
BKPM. Investor dalam pengajuan investasi untuk pulau ini harus dilakukan di
Pusat dengan diketahui oleh pemerintah daerah.
Ernest Lewandowsky adalah seorang berkewarganegaraan asing (WNA)
Inggris, yang menjabat sebagai Direktur PT. Reefseekers Kathernest Lestari
yang kegiatan investasinya berawal di Lombok Barat Propinsi NTB bidang
usaha tirta berdasarkan Surat Izin Tetap Usaha Wisata Tirta yang diterbitkan
oleh Menteri negara / badan Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha
Milik Negara Nomor : 364/T/Parseni/2000, tanggal 16 Juni 2000.
Ernest Lewandowsky sendiri tinggal di pulau tersebut bersama istrinya sejak
lama. Dia mengaku telah membeli pulau tersebut dari warga lokal Haji Yusuf
Mahmud seharga Rp 459 juta. Dia menolak warga lokal khususnya nelayan
untuk mendekati pulau tersebut. Salah satu dasar hukum diizinkannya warga
asing menguasai sebuah pulau adalah PP Nomor 41/1996 tentang Pemilikan
Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di
Indonesia. Namun PP ini hanya mengizinkan warga asing memiliki rumah
tempat tinggal atau hunian tidak lebih lama dari 25 tahun. Kalaulah
diperpanjang, tidak lebih lama dari 20 tahun.
Pada tahun 2001 terjadi perluasan usaha ke wilayah Kabupaten Manggarai
berdasarkan Surat Persetujuan Perluasan Penanaman Modal Asing Yang
diterbitkan oleh BKPM Nomor : 111/II/PMA/2001, tanggal 18 April 2001
dengan bidang Jasa Akomodasi (Hotel / Bungalow, Wisata Tirta dan Biro
Perjalanan Wisata)
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 25
Ernest Lewandowski juga mendapatkan rekomendasi dari Pemkab Manggarai
No 599/160/BKPMD/X/2002 tentang konservasi pantai. Juga ada izin dari
Pemkab Manggarai tentang perluasan perhotelan selama 35 tahun.
Sertifikat yang diberikan Pemerintah daerah pada tanggal 25 Januari 2006
dalam bentuk HGM yang berlaku sesuai peraturan perundang – undangan
yang berlaku di Indonesia. Hal ini sesuai dengan undang – undang pokok
Agraria Nomor 5 tahun 1960, dan undang – undang Nomor 1 tahun 1667
tentang penanaman modal
Dengan diterbitkan sertifikat HGB oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Manggarai Barat untuk PT. Reefseekers Kathernest Lestari maka Transaksi
Jual beli yang dilakukan sebelumnya oleh Ernest Lewandowsky dan H. Yusuf
Mahmud tidak berlaku lagi atau tidak mempunyai nilai hukum dikarenakan
tidak diketahui oleh Pemerintah Daerah.
5.5PELAKSANAAN INVESTASI DI PULAU MANGGUDU, KABUPATEN
SUMBA TIMUR
5.5.1 Pelaksanaan Investasi di Kabupaten Sumba Timur
Pemerintah Kabupaten Sumba Timur belum menetapkan peraturan daerah
tertentu yang terkait dengan penanaman modal di Kabupaten Sumba Timur.
Hingga saat ini, penentuan persetujuan permohonan penanaman modal
dilakukan di tingkat provinsi dan tingkat pusat. Sedangkan pemerintah
kabupaten berwenang mengelola perizinan yang terkait dengan tempat usaha
yang akan digunakan, seperti Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
AMDAL, dan beberapa bentuk perizinan lainnya. Jika permohonan
penanaman modal telah disetujui, maka Badan Koordinasi Penanaman Modal
Daerah (BKPMD) akan mencatatkannya. Akan tetapi, pihak pemerintah
kabupaten berwenang untuk mengawasi dan mengontrol kegiatan usaha yang
telah disetujui, agar tetap sesuai dengan kontrak yang disepakati dan tidak
merugikan pihak manapun.
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 26
4.5.2 Pelaksanaan Investasi di Pulau Manggudu
Pulau Manggudu termasuk ke dalam kategori pulau terluar di Indonesia. Oleh
karena itu, pemerintah pusat memiliki wewenang untuk mengelola pulau
tersebut. Namun selain statusnya sebagai pulau terluar, Pulau Manggudu juga
termasuk ke dalam wilayah adat. Secara turun temurun, wilayah adat ini
dikuasai oleh keluarga bangsawan Sumba Timur. Kini, kekuasaan wilayah
adat ini berada di tangan keturunan bangsawan bernama Umbu Yadar.
Investasi pariwisata di P. Manggudu dilakukan oleh Umbu Yadar melalui PT.
Cahaya Matahari Terbit dengan membangun enam buah cottage bermaterial
kayu. Namun, saat membangun cottage tersebut, PT. Cahaya Matahari Terbit
belum melengkapi izin usaha secara hukum. Secara operasional, kegiatan
pariwisata di P. Manggudu dilakukan dengan cara bekerja sama dengan
beberapa operator wisata yang akan membawa turis dari Kalala ke P.
Manggudu melalui P. Salura untuk melakukan kegiatan diving atau snorkeling.
Saat ini, PT. Cahaya Matahari Terbit sedang mengurus perubahan izin
penanaman modal dari bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
menjadi bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) karena investor yang berniat
menanamkan modal melalui PT. Cahaya Matahari Terbit adalah warga
Irlandia.
Studi Pola Investasi Pulau-Pulau Kecil V - 27