Bab 5 Hasil Pembahasan

download Bab 5 Hasil Pembahasan

of 19

description

ghg

Transcript of Bab 5 Hasil Pembahasan

BAB 5HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN5.1 Hasil Penelitian dan Analisis Data5.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Kampung Seraya adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Batu Ampar, Kota Batam dengan luas wilayah 1500 km2 dan jumlah penduduk 29.056 orang yang terdiri dari jumlah laki-laki sebanyak 14.917 orang dan perempuan sebanyak 13.183 orang dan jumlah balita sebanyak 956 orang. Pengguna posyandu di Kelurahan Kampung Seraya cenderung lebih sedikit dibandingkan kelurahan lainnya. Data kunjungan posyandu di Kampung Seraya sekitar 55%, Batu Merah 68%, Sei Jodoh 63% dan Tanjung sengkuang 72%. Kelurahan Kampung Seraya mempunyai 4 posyandu yaitu Mawar XIV, XV, XIV dan XX yang terletak di tengah perkotaan Kota Batam dengan jumlah kunjungan yang berbeda-beda.5.1.2 Karakteristik Responden

a. Karakteristik Pengguna Posyandu Menurut Usia

Responden dalam penelitian ini adalah pengguna posyandu. Pengguna posyandu merupakan sekelompok individu pengguna posyandu terutama ibu ibu yang memiliki balita. Ibu yang memiliki balita yang aktif berkunjung ke posyandu di Kelurahan Kampung Seraya tahun 2014. Jumlah responden yang terlibat adalah 92 orang.

Tabel 5.1 Karakteristik Pengguna Posyandu Menurut Usia

NoUsiaJumlahPersentase

120 29 tahun3336%

230 39 tahun4650%

340 49 tahun1314%

Total92 orang100%

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa usia responden pada rentang usia 20 29 tahun berjumlah 33 orang (36%), usia 30 39 tahun berjumlah 46 orang (50%), dan usia 40 49 tahun berjumlah 13 orang (14%).

b. Karakteristik Pengguna Posyandu Menurut Pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan memahami akan pentingnya pelaksanaan posyandu. Lawrance Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005) menjelaskan bahwa perilaku kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pengetahuan. Pengetahuan juga dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah pendidikan. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media masa. Semakin banyak informasi yang didapat makin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.Tabel. 5.2 Karakteristik Pengguna Posyandu Menurut PendidikanNoPendidikanJumlahPersentase

1SD3033%

2SMP2224%

3SMA3538%

4Perguruan Tinggi55%

Total92100%

Dari hasil penelitian, dilihat dari tingkat pendidikan, sebagian pengguna posyandu memiliki pendidikan yang lumayan tinggi yaitu SMA sebanyak 35 orang (38%). Selanjutnya pendidikan SD sebanyak 30 orang (33%), SMP sebanyak 22 orang ( 24%), Perguruan Tinggi sebanyak 5 orang (5%).c. Karakteristik Pengguna Posyandu Menurut Pekerjaan Kunjungan posyandu dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya pekerjaan. Ibu yang memiliki kegiatan lain diluar selain sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) cenderung kurang memiliki waktu luang untuk menghadiri posyandu. Walaupun posyandu dilakukan 1 bulan sekali, masih banyak juga ibu yang tidak bisa menyempatkan waktu untuk dating ke posyandu.Tabel. 5.3 Karakteristik Pengguna Posyandu Menurut Pekerjaan

NoPekerjaanJumlahPersentase

1IRT6874%

2Wiraswasta2426%

Total92 orang100%

Dari hasil penelitian, dilihat dari pekerjaan, sebagian besar pengunjung posyandu merupakan Ibu Rumah Tangga (IRT) dengan jumlah 68 orang (74%), sedangkan yang berprofesi sebagai Wiraswasta sebanyak 24 orang (26%).5.1.3 Analisis Univariata) Kinerja Kader Posyandu

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada kinerja kader dapat dilihat pada table berikut :

Tabel. 5.4 Karakteristik Kinerja Posyandu

KinerjaFrekuensiPersentase (%)

Baik8996,7%

Buruk33,3%

Jumlah92100 %

Berdasarkan tabel diatas, dari 92 orang responden pengguna posyandu sebagian besar memilih kinerja kader posyandu tergolong baik yakni sebanyak 89 orang (96,7%), dan 3 orang (3,3%) responden memilih kinerja kader posyandu tergolong buruk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengguna posyandu merasa kinerja kader posyandu tergolong baik yaitu sebanyak 89 orang (96,7%).b) Kepuasan Pengguna Posyandu

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada pengguna posyandu dapat dilihat pada table berikut :

Tabel. 5.5 Kepuasan Pengguna Posyandu

KepuasanFrekuensiPersentase (%)

Memuaskan7379,3%

Kurang Memuaskan1920,7%

Tidak Memuaskan00

Jumlah92100%

Berdasarkan tabel diatas dari 92 responden sebanyak 73 orang (79,3%) responden pengguna posyandu merasa puas dengan kinerja kader posyandu, 19 orang (20,7%) responden pengguna posyandu merasa kurang puas dengan kinerja kader posyandu, sedangkan jumlah responden yang memilih tidak puas yaitu 0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari 92 orang responden posyandu sebagian besar banyak yang merasa puas dengan kinerja kader posyandu yaitu sekitar 73 orang (79,3%).5.1.4 Analisis Bivariat

a) Hubungan kinerja kader posyandu dengan kepuasan pengguna posyandu di Kelurahan Kampung Seraya tahun 2014

Hasil penelitian dari hubungan kinerja kader posyandu dengan kepuasan pengguna posyandu di Kelurahan Kampung Seraya tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel. 5.6 Hubungan Kinerja Kader Posyandu dengan Kepuasan Pengguna Posyandu di Kelurahan Kampung Seraya tahun 2014Kinerja KaderKepuasan Pengguna PosyanduTotalP Value

PuasKurang PuasTidak Puas

Baik73 (79,3%)16 (17,4%)0 (0%)89 (96,7%)0,008

Buruk0 (0%)3 (3,3%)0 (0%)3 (3,3%)

Total73 (79,3%)19 (20,7%)0 (0%)92(100%)

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa pengguna posyandu yang merasa puas dengan kinerja kader yang tergolong baik adalah sebanyak 73 orang (79,3%) responden, sedangkan pengguna posyandu yang merasa kurang puas dengan kinerja kader yang tergolong baik adalah sebanyak 16 orang (17,4%) responden. Untuk pengguna posyandu yang merasa tidak puas dengan kinerja kader yang tergolong baik adalah tidak ada atau 0 (0%) responden. Pengguna posyandu yang merasa puas dengan kinerja kader yang tergolong buruk adalah sebanyak 0 responden (0%), sedangkan pengguna posyandu yang merasa kurang puas dengan kinerja kader yang tergolong buruk adalah sebanyak 3 orang (3,3%) responden. Untuk pengguna posyandu yang merasa tidak puas dengan kinerja kader yang tergolong buruk adalah tidak ada atau 0 (0%) responden.

Berdasarkan hasil uji statistic chi squere diperoleh nilai p = 0,008. Hal ini menunjukan adanya perbedaan proporsi kinerja kader posyandu yang baik maupun buruk antar responden dengan kepuasan pengguna posyandu. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kinerja kader posyandu dengan kepuasan pengguna posyandu di Kelurahan Kampung Seraya tahun 2014.5.2Pembahasan Hasil PenelitianA. Analisa Univariat1. Karakteristik Respondena. Karakteristik Pengguna Posyandu berdasarkan umur

Responden dalam penelitian ini adalah pengguna posyandu. Pengguna posyandu merupakan kelompok individu yang berusia 20 tahun keatas. Pengguna posyandu yang aktif mengikuti kegiatan posyandu di wilayah binaan Puskesmas Sengkuang Kota Batam jumlah responden yang terlibat adalah 92 orang.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas usia responden berada pada rentang usia 20 29 tahun berjumlah 33 orang (36%), usia 30 39 tahun berjumlah 46 orang (50%), dan usia 40 49 tahun berjumlah 13 orang (14%).

Dalam model system kesehatan (Health System Models) oleh Anderson (1974, dalam Notoatmodjo 2007) menyebutkan bahwa umur termasuk dalam faktor sosial demografis yang mempengaruhi seseorang untuk mencari pengobatan dan menggunakan pelayanan kesehatan. Menurut Hall dan Donan (1990) mengatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemilihan pelayanan kesehatan. Semakin dewasa maka semakin mengerti akan pemilihan pemanfaatan pelayanan kesehatan karena berhubungan dengan pola pikir.b. Karakteristik Pengguna Posyandu berdasarkan Pendidikan

Menurut Aman (1997) mengatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam kesehatan yang selanjutnya akan berdampak pada derajat kesehatan. Demikian juga pendapat Muzaham (1995) mengemukakan bahwa orang yang tidak berpendidikan atau golongan ekonomi rendah, kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia.Dari hasil penelitian, dilihat dari tingkat pendidikan, sebagian pengguna posyandu memiliki pendidikan yang lumayan tinggi yaitu SMA sebanyak 35 orang (38%). Selanjutnya pendidikan SD sebanyak 30 orang (33%), SMP sebanyak 22 orang ( 24%), Perguruan Tinggi sebanyak 5 orang (5%).Dari hasil penelitian ini menunjukan tidak adanya hubungan pendidikan dengan kunjungan posyandu pada ibu balita. Seharusnya Tingginya pendidikan berhubungan dengan pengetahuan orangtua karena mempengaruhi motivasi dan sikap seseorang untuk bertindak, bertindak disini terutama berkaitan dengan keinginan ibu untuk berkunjung ke posyandu. Dengan ini peneliti dapat mengasumsikan bahwa minoritas kurangnya kunjungan posyandu didapat dari ibu balita yang berpendidikan tinggi, hal ini dapat dikarenakan ibu yang tidak berkunjung ke posyandu tidak mengetahui tentang manfaat kunjungan posyandu, kurang peduli dengan kunjungan posyandu karena ibu sibuk dengan pekerjaannya, atau bahkan karena letak kampung seraya berada di perkotaan kota batam sehingga pola pikir mengenai kunjungan posyandu sudah terkalahkan dengan kunjungan ke praktek dokter pribadi.c. Karakteristik Pengguna Posyandu berdasarkan PekerjaanBerdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah Kampung Seraya dengan kategori pekerjaan (Ibu rumah tangga dan wiraswata), yang paling dominan adalah pekerjaan Ibu Rumah Tangga, Hal ini sesuai dengan teori Thomas dalam Nursalam (2003) yang mengatakan bahwa pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu bagi ibu-ibu yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarganya. Kemudian waktunya untuk berpartisipasi dalam posyandu mungkin sangat kurang bahkan tidak ada waktu sama sekali. sedangkan ibu rumah tangga memungkinkan mempunyai waktu untuk membawa anaknya ke posyandu. Ibu yang bekerja dan tidak bekerja berpengaruh terhadap kunjungan ke posyandu karena waktunya akan habis untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Dari hasil penelitian sebagian besar pengunjung posyandu merupakan Ibu Rumah Tangga (IRT) dengan jumlah 68 orang (74%), sedangkan yang berprofesi sebagai Wiraswasta sebanyak 24 orang (26%). Dengan hal tersebut peneliti dapat mengasumsikan bahwa mayoritas kurangnya kunjungan ke posyandu didapat dari ibu yang bekerja. Hal ini dikarenakan ibu tidak mempunyai waktu luang untuk membawa balitanya keposyandu karena sibuk dengan pekerjaannya yang didapat untuk menghidupi keluarganya, mungkin juga ditempat ibu balita bekerja waktu istirahatnya tidak memadai sehingga ibu tidak bisa pulang untuk membawa balitanya keposyandu.2. Gambaran Kinerja Kader

Kinerja adalah keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Dalam hal ini kinerja dapat diukur berdasarkan uraian tugasnya baik pada saat pelaksanaan posyandu maupun diluar hari pelaksanaan posyandu (Depkes,2011). Kader merupakan motor penggarak posyandu, pengelolaan sebuah posyandu dikatakan berhasil sangat ditentukan oleh kinerja kader. Berdasarkan hasil penelitian, dari 92 responden pengguna posyandu sebagian besar memilih kinerja kader posyandu tergolong baik yakni sebanyak 89 orang (96,7%), dan 3 orang (3,3%) responden memilih kinerja kader posyandu tergolong buruk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengguna posyandu merasa kinerja kader posyandu tergolong baik yaitu sebanyak 89 orang (96,7%), hal ini menunjukkan bahwa nilai mendekati nilai tertinggi. Dari hasil tersebut menggambarkan bahwa mayoritas pengguna posyandu menyatakan bahwa kinerja kader posyandu baik karena nilai rata-rata dari seluruh responden mendekati nilai tertinggi. Sikap menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Notoadmojo, 2005). Sikap kader kesehatan merupakan domain yang sangat penting sebagai dasar kader kesehatan dalam melakukan keaktifannya dalam meningkatkan posyandu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa ada hubungan antara sikap kader dengan kinerja kader dalam melaksanakan posyandu (Drajot,2011).Salah satu faktor yang menjadi salah satu tolak ukur kinerja kader dapat dilihat dari usaha yang dilakukan kader (Mathis, 2009) usaha tersebut dapat meliputi kegiatan yang dilakukan kader dalam melaksanakan serta meningkatkan pelayanan di posyandu tersebut. Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan nyata dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan dari puskesmas (Effendy, 1998). Kegiatan diposyandu menjadi tolak ukur bagaimana para kader dalam memberikan pelayanan kepada pengujung sehingga kader merasakan kepuasaan terhadap kinerja yang diberikan, sesuai dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa kegiatan dan pelayanan kader merupakan salah satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasaan ibu di posyandu (Kurniawati 2008).Kader dalam pelaksanaanya juga memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Hal ini sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja kader dalam melaksanakan tugasnya menjadi lebih baik, mengingat bahwa kader melaksanakan tugasnya secara sukarela. Dukungan tokoh masyarakat, petugas puskesmas dapat meningkatkan kepercayaan diri kader dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja kader bisa lebih baik lagi (Puspasari 2008)Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja kader sangat penting dalam pelaksanakaan posyandu, sikap serta pelayanan yang diberikan kader menunjukkan kinerja kader. Dalam penelitian mengatakan bahwa sikap kader yang ramah serta kegiatan kader yang aktif membuat pengguna merasakan kenyamanan dalam pelaksanakan posyandu, sehingga kinerja kader dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai kepuasan pengguna yang merasakan jasa/pelayanan posyandu.

3. Kepuasan Pengguna Posyandu

Kepuasan adalah hasil penilaian konsumen bahwa pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau kurang (Irawa, 2002). Kepuasaan yang dirasakan terhadap posyandu merupakan suatu bentuk evaluasi terhadap kinerja suatu posyandu dan sebagai bentuk penilaian terhadap pelayanan yang dirasakan.

Berdasarkan hasil penelitian dari 92 responden sebanyak 73 orang (79,3%) responden pengguna posyandu merasa puas dengan kinerja kader posyandu, 19 orang (20,7%) responden pengguna posyandu merasa kurang puas dengan kinerja kader posyandu, sedangkan jumlah responden yang memilih tidak puas yaitu 0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari 92 orang responden posyandu sebagian besar banyak yang merasa puas dengan kinerja kader posyandu yaitu sekitar 73 orang (79,3%).

Keandalan, empati dan kenyataan merupakan aspek dimensi untuk kepuasan konsumen. Dimensi keandalan merupakan penilaian mengenai kemampuan dalam memberikan pelayanan secara tepat dan terpercaya, dalam dimensi ini dapat dilihat dua aspek yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang akurat atau tidak error (Irawan, 2002).Keandalan dan kenyataan dalam penelitian ini meliputi pernyataan yang menggambarkan kemampuan kader dalam melakukan pelayanan serta kegiatan pada saat posyandu serta fasilitas dan kegiatan yang dirasakan dalam pelaksanaan posyandu. Faktor-faktor tersebut diintrepetasikan dalam pernyataan kader yang menggambarkan bagaimana kader dalam melakukan pelayanan, kecepatan kader dalam menanggapi keluhan, cara kader dalam memprioritaskan dalam memberikan pelayanan, informasi-informasi yang diberikan kader terkait kesehatan serta kondisi yang dirasakan terhadap posyandu seperti kenyamanan, kebersihan posyandu serta fasilitas yang didapat ibu pengguna pada saat pelaksanaan posyandu.Empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain. Empati meliputi komunikasi serta perhatian yang diberikan kepada pengguna serta kenyataan adalah wujud nyata, bukti langsung yang dilihat dan dirasakan oleh pengguna (ilyas,2000). Empati dalam penelitian ini merupakan aspek yang berpengaruh dalam kinerja, empati disini meliputi pernyataan yang menggambarkan bagaimana kader memberikan perhatian kepada pengguna dalam kegiatan posyandu, sikap ramah sera cara kader berkomunikasi kepada pengguna, serta pernyataan kader yang menggambarkan tentang cara kader dalam memperhatikan kesehatan, sehingga merasa empati yang kader berikan dan pengguna pun merasa nyaman dan puas dengan kinerja yang dilakukan kader.B. Analisis bivariat

1. Hubungan antara kinerja kader posyandu terhadap kepuasan pengguna posyandu di kelurahan kampung seraya Kota Batam. Hasil penelitian dari hubungan kinerja kader posyandu dengan kepuasan pengguna posyandu di Kelurahan Kampung Seraya menunjukan bahwa pengguna posyandu yang merasa puas dengan kinerja kader yang tergolong baik adalah sebanyak 73 orang (79,3%) responden, sedangkan pengguna posyandu yang merasa kurang puas dengan kinerja kader yang tergolong baik adalah sebanyak 16 orang (17,4%) responden. Untuk pengguna posyandu yang merasa tidak puas dengan kinerja kader yang tergolong baik adalah tidak ada atau 0 (0%) responden. Pengguna posyandu yang merasa puas dengan kinerja kader yang tergolong buruk adalah sebanyak 0 responden (0%), sedangkan pengguna posyandu yang merasa kurang puas dengan kinerja kader yang tergolong buruk adalah sebanyak 3 orang (3,3%) responden. Untuk pengguna posyandu yang merasa tidak puas dengan kinerja kader yang tergolong buruk adalah tidak ada atau 0 (0%) responden. Hasil uji statistik antara kinerja kader posyandu terhadap kepuasan pengguna posyandu menggunakan metode chi square dengan p value = 0,008 demikian hipotesis penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kinerja kader posyandu terhadap kepuasan pengguna posyandu di kampung seraya kota batam. Tjiptono (2008) menjelaskan bahwa kepuasan seseorang ditentukan oleh beberapa faktor yaitu kinerja, keandalan, kesesuaian, estetika dan kualitas. Kinerja dalam hal ini adalah karakteristik yang telah diterima dan sangat berpengaruh pada kepuasan yang dirasakan, wujud dari kinerja adalah kecepatan, kemudahan dan kenyamanan bagi kader dalam memberikan jasa posyandu. Faktor komunikasi verbal dan non verbal dalam pelayanan posyandu merupakan faktor kunci utama yang menentukan keberhasilan pelayanan dan kepuasan seseorang. Petugas kader mempunyai tanggung jawab moral dalam memberikan tanggapan yang cepat dan akurat dan dilandasi empati. Sikap seperti ini memberikan nilai tambah (added value) untuk kepuasan pengguna posyandu dan juga akan menjamin partisipasi aktif mereka.

Kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan kerja seseorang. Dengan demikian kinerja seseorang dapat diukur dari hasil kerja, hasil tugas atau hasil kegiatan dalam kurun waktu tertentu. Kinerja sangat mempengaruhi kepuasan ibu, pada saat penelitian 80% ibu mengatakan cukup nyaman serta puas dengan kader dalam pelaksanaannya, karena kader sangat aktif dalam kegiatan serta bersikap ramah sehingga ibu sangat puas dengan kinerja yang telah kader lakukan. Kepuasan pengguna posyandu dipengaruhi oleh perilaku, tanggapan dan perhatian kader terhadap keluhan ibu, sehingga perhatian kader memiliki peranan penting dalam meningkatkan kepuasan pengguna posyandu.

Hasil penelitian menunjukan mayoritas responden menyatakan bahwa kader bersikap baik saat pelayanan posyandu, memberikan perhatian terhadap ibu, ramah serta mengajak ibu berkomunikasi. Hal ini menunjukan bahwa pengguna posyandu merasa puas dengan kinerja kader posyandu. Sejalan dengan pendapat muninjaya (2004) bahwa informasi yang tepat dan jelas merupakan faktor yang dominan untuk menentukan seseorang itu puas atau tidak terhadap suatu pelayanan. Betapa pentingnya peran petugas kesehatan sebagai konsultan yang menjadi sumber informasi (tempat bertanya) bagi klien dan keluarga tentang sesuatu yang berhubungan dengan masalah kesehatan.

Peneliti menganalisa bahwa hubungan yang erat terdapat pada sikap dan empati, hal inipun dibuktikan pada saat melakukan penelitian, bahwa sikap yang ramah serta empati kepada ibu menjadi point penting bagi ibu untuk merasakan kenyamanan pada saat pelaksaan posyandu. Empati terhadap kesehatan serta selalu memberikan informasi menjadikan ibu merasa diberikan perhatian oleh kader. Empati yang dirasakan oleh pengguna posyandu yaitu seperti cara kader bersikap dan berkomunikasi, tidak membiarkan ibu jenuh menunggu terlalu lama. Memberi dukungan kepada ibu pengguna posyandu tentang kesehatan ibu dan anak serta bagaimana kader menempatkan perioritas pada pelaksanaan posyandu jika ada ibu yang memerlukan bantuan .

Faktor keandalan menyatakan mayoritas responden sangat percaya dan cepat pada kinerja yang kader lakukan dalam melakukan kegiatan dan memberikan pelayanan ketika kegiatan posyandu berlangsung sesuai dengan kebutuhan dan cepat. Bukti nyata dalam posyandu sangat dirasakan seperti kebersihan tempat, fasilitas yang diberikan kader dalam segala kegiatan serta kenyamanan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian joeharno, dkk (2008) melaporkan bahwa terdapat hubungan ketanggapan petugas terhadap perwujudan dan mutu pelayanan yang cukup memberi indikasi bahwa sebagai upaya peningkatan kemampuan kerja dan respon semangat kerja kepada petugas perlu mendapat perhatian dengan melakukan pelatihan dalam pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan ibu pengguna posyandu.

Variabel kepuasan yang terbentuk menjadi tiga faktor yaitu keandalan, empati dan kenyataan menunjukan hubungan terhadap kegiatan/pelayanan. Ketiganya sangat erat mempengaruhi kegiatan/pelayanan yang diberikan oleh kader, sebab keandalan kader dalam menanggapi keluhan pengguna posyandu secara cepat sangat dirasakan oleh ibu pengguna posyandu pada saat penelitian berlangsung, empati kader serta kenyataan yang dirasakan terhadap fasilitas dalam kegiatan yang diberikan kader membuat ibu pengguna posyandu sangat merasakan kader memberikan kegiatan/pelayanan yang baik dalam pelaksanaan posyandu.

Tingkat kepuasan ibu pengguna posyandu dipengaruhi oleh kinerja kader. Menurut tjiptono (2008) ada tiga macam kondisi kepuasan yang dirasakan oleh ibu pengguna posyandu berkaitan dengan perbandingan antara harapan dan kenyataan. Yang pertama, jika harapan suatu kebutuhan sama dengan layanan yang diberikan maka klien akan merasa puas. Kedua, jika layanan yang diberikan kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan atau harapan maka klien menjadi tidak puas. Ketiga, kepuasan klien merupakan perbandingan anatara harapan yang dimiliki oleh klien dengan kenyataan yang diterima oleh klien pada saat menerima jasa dan mengkonsumsi produk.

Dapat disimpulkan bahwa kinerja dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai kepuasan ibu pengguna posyandu yang merasakan pelayanan yang kader berikan. Kepuasan yang dirasakan oleh ibu pengguna posyandu merupakan suatu harapan dan kenyataan yang dirasakan terhadap apa yang didapatkannya didalam kegiatan posyandu yang dilaksanakan oleh kader.

2. Pembahasan aspek dimensi kepuasan

Menilai suatu mutu aspek pelayanan kesehatan dapat dilihat dari proses serta output yang dirasakan oleh pengguna jasa (muninjaya, 2011), dalam hal ini, ibu pengguna posyandu yang dapat menilai dan merasakan apakah pelayanan yang diberikan posyandu sesuai dengan harapan atau tidak. Menilai suatu kepuasan pengguna jasa pada sebagian peneliti meninjau pada aspek teori lima komponen mutu pelayanan yang disebut juga service quality. Kelima aspek tersebut meliputi aspek responsivennes (cepat tanggap), reliability ( bukti nyata ), assurance ( jaminan), empati dan tangible (keandalan) (tjiptono, 1997) aspek tersebut sering digunakan untuk menjadikan indikator kepuasan disegala jenis pelayanan termasuk pelayanan kesehatan.

Peneliti pada penelitian ini menggunakan aspek service quality dalam menilai kepuasan ibu pengguna posyandu terhadap kinerja kader. Teori pasuraman dkk ini, mengatakan bahwa kelima indikator ini merupakan indikator yang sangat berpengaruh dalam menilai mutu pelayanan serta kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini hanya indikator empati, tangible dan reliability yang sangat mempengaruhi kepuasan ibu pengguna posyandu menyebutkan bahwa komponen tersebut tidak mutlak mempengaruhi kepuasan diberbagai pelayanan. Teori service quality ini lebih menekankan secara luas kepada kepuasan pelanggan pada mutu pelayanan yang diberikan sehingga jika penelitian ini membatasi pada aspek kepuasan terhadap kinerja hanya beberapa aspek yang sangat mempengaruhi kepuasan pengguna jasa tersebut.

Aspek assurance (jaminan) dalam penelitian ini tidak mempengaruhi sebab jaminan ini lebih menekankan kepada bagaimana petugas kesehatan memberikan kepercayaan kepada pengguna pelayanan dalam melakukan tindakan agar pengguna jasa merasa ancaman maupun resiko yang dapat terjadi pada tindakan yang dilakukan. Pada penelitian ini kader tidak memiliki aspek tersebut karena kader lebih banyak melakukan atau memberikan bantuan kepada petugas kesehatan dan secara tidak langsung memberikan tindakan. Aspek cepat tanggap juga indikator yang tidak mempengaruhi karena kader dalam hal ini hanya membantu petugak kesehatan dalam pemeriksaan kesehatan.

Kepuasan merupakan tanggapan pelanggan terhadap kesesuaian tingkat kepentingan atau harapan (espektasi) sebelum mereka menerima jasa pelayanan dan sesuadah pelayanan yang mereka terima. Kepuasan yang dirasakan akan berbeda-beda setiap individu tergantung pada aspek apa yang dinilai sehingga menghasilkan kepuasan (tjiptono, 2003)

Peneliti menyimpulkan komponen service quality ini tidak efektif pada semua penelitian karena dalam praktiknya terkadang hanya 2 atau 3 komponen yang mempengaruhi sehingga perlu melakukan penilaian terlebih dahulu atau memodifikasi pernyataan sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

5.3Keterbatasan penelitiDalam penelitian ini, peneliti sadar bahwa masih menemukan keterbatasan, diantaranya :1. Keterbatasan dalam pengumpulan data karena pengguna posyandu tiap bulan tidak sama dan kebanyakan yang terdaftar tidak aktif menjadi pengunjung posyandu2. Ada ibu pengguna posyandu yang tidak mau menjadi responden sehingga peneliti harus melakukan pendekatan sehingga pengguna dapat memahami secara jelas tujuan pengisian responden3. Ada beberapa responden yang tidak bisa membaca dan menulis sehingga peneliti harus membacakan pertanyaan quesioner kepada semua responden sehingga dikhawatirkan dapat mempengaruhi responden dalam menjawab pertanyan dan bias pada hasil jawaban4. Kurangnya literatur serta penelitian yang terkait dengan penelitian sehingga dalam pembahasan peneliti masih kurang mengeksplor faktor-faktor yang ada dalam penelitian.5. Waktu yang terbatas, sehingga peneliti tidak dapat meneliti faktor-faktor lain yang berhubugan dengan kurangnya kunjungan pengguna ke posyandu.