BAB 4 rev - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00459-TIAS Bab 4.pdf · 16 Fine...
Transcript of BAB 4 rev - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00459-TIAS Bab 4.pdf · 16 Fine...
28
BAB 4
PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Data Teknis Crankshaft
Proses pengumpulan data teknis line 3 produksi crankshaft sunter meliputi part
crankshaft dan kondisi aktual lapangan produksinya.
4.1.1.1 General Crankshaft
Crankshaft merupakan salah satu unit komponen dari mesin motor bakar yang
memiliki fungsi sebagai pengubah dari gerak linier yang dihasilkan komponen piston
menjadi gerak putar pada proses bakar (combustion) secara kontinu pada sistem kerja
motor bakar. Dimana gerak putar motor ini akan dimanfaatkan untuk memutar roda
untuk menghasilkan gerak maju pada sepeda motor. Crankshaft memiliki dua bagian
yaitu crankshaft R dan crankshaft L akan tetapi unit ini pada produk akhirnya dari
satu line kontinu produksi yaitu berupa Crankshaft Comp. Dimana yang dimaksud
dari unit Crankshaft comp ini adalah crankshaft yang mengalami penggabungan
(assy) dengan komponen jadi lainnya (outplant) pada satu line produksi untuk
menghasilkan fungsi unit ini sendiri. Adapun Crankshaft comp terdiri dari komponen
berikut.
1 Crankshaft R
2 Crankshaft L
3 Bearing
4 Timing Sproket
5 Unit Con Rod
29
Gambar 4.1
Crankshaft Comp sebelum assy
Pada unit Crankshaft R dan L (1 dan 2 dari gambar 4.1) akan mengalami beberapa
proses machining sebelum di assy dengan unit lainnya menjadi crankshaft comp
dengan material dasar berupa blank forging crankshaft. Sedangkan komponen lainnya
merupakan komponen jadi dan hanya mengalami proses assy di line produksi
crankshaft.
4.1.1.2 Layout dan Flow Crankshaft
Adapun proses produksi dari crank shaft R atau L berupa continues line dimana
setiap mesin pada linenya memiliki karakter proses dan metode ukur yang berbeda.
Crankshaft R dan L secara proses permesinan memiliki flow masing-masing. Berikut
merupakan bagan gambaran flow proses karakter dan metode ukur yang digunakan.
1
2
3
3
5
4
30
Gambar 4.2 Layout aktual line Crankshaft
Dari gambar diatas didapat data produksi machining sebagai berikut secara
keseluruhan line crankshaft dapat dibagi ke dalam 3 kategori line yaitu :
1. Line structure & dimention forming dimana line ini merupakan dasar proses
pembentukan dari raw material (blank forging R dan L).
2. Line Finishing dimana line ini merupakan proses lanjutan dari line
sebelumnya dimana proses permesinannya berupa penyempurnaan dimensi
seperti penghalusan, perataan dan penandaan (mark).
3. Line assy dimana line ini merupakan tempat proses penggabungan (assy)
beberapa komponen jadi yang dibutuhkan untuk menjadi crank shaft comp.
Line finishing dan line assy sudah berupa fixed line dan ideal dimana posisi & flow
prosesnya tidak bisa dirubah lagi karena hasil dari setiap prosesnya merupakan basic
dari kelanjutan proses berikutnya. Dan awal proses kedua line ini bergantung pada
hasil dari line structure & dimention forming. Untuk line structure & dimention
forming ideal flownya adalah seperti pada gambar 4.1 yaitu sejak awal
31
pembentukkannya tahun 2000, hanya saja seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi maka dicoba untuk merubah layout dan flow dari line untuk
mendapatkan efisiensi lebih maksimal dengan melihat kemungkinan-kemungkinan
dari segi teknis yang lebih maju. Adapun data teknis umum sebagai pertimbangan
kapasitas dan balancing untuk efisiensi pada line crankshaft adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1
Data Teknis Crankshaft
No. Process Name Cycle Time
(sec)
Remarks Ct/Part
(sec)
Man
Power Ket
In WIP Out 1 Centering R/L 38 1 1 38 1 2 Lathe R 77 1 1 38.7 1 2Mc /MP 3 Lathe R 78 1 1 4 Lathe L 61 1 1 30.7 1 2Mc /MP 5 Lathe L 62 1 1 6 Involute R 20 1 1 20 0.5 7 Rough Boring R/L 31 1 1 31 1 8 Gun Drilling R 76 2 2 38 0.5 9 Oil Hole R 133 4 4 33.3 1 2Mc /MP
10 Keygroove Cut L 29 2 2 14.5 11 Hardening R 43 2 2 21.5 1 2Mc /MP 12 Hardening L 41 2 2 20.5 13 Grinding R 42 1 1 42 1 2Mc /MP 14 Grinding L 39.5 1 1 39.5 15 Rotary Milling R/L 30 1 5 1 30 1 16 Fine Boring R/L 36 1 1 36 1 17 3 Way Drilling R 167 4 4 41.8 1 18 Steel Ball R 10 1 1 10 1
3Mc /MP 19 Key Grind L 10 1 1 10 20 Thread Roll L 16 1 1 16 21 Crank Press R/L 25 1 1 25 1 22 Bearing TSP R/L 26 1 1 26 1 23 Run Out R/L 25 1 1 25 1
32
4.1.1.3 Data Ukur Crankshaft
Metode ukur pada line crankshaft dibagi kedalam 2 kategori umum yaitu :
- Non-Destructive test berupa pengukuran tanpa merusak atau menyebabkan
benda kerja tersebut cacat. Pengukuran ini hanya untuk mendapatkan ukuran
geometri dimensi dan standar permukaan contoh dengan mengunakan indera
(visual dan raba) dan juga alat bantu ukur (caliper, micrometer, cmm, master
gauge)
- Destructive test yaitu pengukuran yang menyebabkan benda kerja tersebut
rusak dan cacat. Dimana metode atau alat ukur yang digunakan memang
mengharuskan benda kerja dirusak. Contoh pengukuran tingkat kekerasan dan
spektro.
Dari segi waktu pengukuran sample pada crank shaft dibagi ke 2 kategori juga
yaitu :
- Pengukuran Periodik SOP yaitu pengukuran yang sesuai dengan periode atau
frekuensi kebutuhan standard operation production (SOP). Berdasarkan HES
(Standard Honda Jepang), ISO dan kapasitas berjalan.
- Pengukuran periode rutinitas pengkaliberasian mesin seperti dies, tool, jig,
consumable dan penggerak mesin. Dimana pada komponen-komponen mesin
memiliki waktu pengkalibrasian dan penggantian (consumable) dimana
komponen mempengaruhi proses dan kualitas dari permesinan benda kerja.
- Pengukuran unpredictive yaitu pengukuran yang harus dilakukan akibat
adanya penyelesaian masalah pada mesin yang memungkinkan perubahan
33
proses. Pengukuran ini baru dilakukan jika memang terjadi masalah pada
mesin untuk mengantisipasi penyimpangan proses.
Untuk tempat pengukuran dibagi kedalam dua tempat yaitu
- Langsung : pengukuran ini dilakukan langsung oleh operator atau teknisi
ditempat (setelah proses selesai dari mesin). Alat yang digunakan biasanya
master gauge dan pengukur jarak seperti jangka sorong dan micrometer.
Secara umum pengukuran ini memiliki ciri :
o Frekuensi tinggi
o Toleransi rendah dan menengah
o Alat ukur sederhana dan berukuran kecil atau menggunakan indera
o Kritikal poin sederhana
o Dimensi ukur sederhana
- Tidak Langsung : pengukuran ini membutuhkan periode tertentu dan tempat
khusus di labotorium dimana pengukuran ini harus dilakukan oleh teknisi atau
QT lab. Pengukuran ini secara umum memiliki ciri:
o Alat ukur kompleks seperti CMM, Hardness dan spekto meter
o Toleransi menengah dan tinggi
o Multi dimensi
o Frekuensi medium dan rendah
o Posisi ukur yang kompleks dan rumit
34
Adapun frekuensi data ukur dari line crank shaft bersadasarkan SOP adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.2
Standar operasional pengukuran OP1.Centering
CRANK SHAFT, RIGHT
NO Bagian yang diperiksa Standard Alat ukur Frek
1 Panjang 144.4 ±0.15 Insp. jig & Block gauge 1/100
2 Kedalaman center 3.46 ±0.25 Depth gauge & Dial 1/50
3 Kedalaman center 3.46 ±0.05 Depth gauge & Dial 1/50
4 Run out Maks. 0.4 Center base & Dial 1/100 & new dies
5 Run out Maks. 0.3 Center base & Dial 1/100 & new dies
6 Run out Maks. 2.0 Insp. jig & Dial 1/100 & new dies
7 Spot face area Tdk ada step Visual Semua
CRANK SHAFT, LEFT
NO Bagian yang diperiksa Standard Alat ukur Frek
8 Panjang 106.9 ±0.15 Insp. jig & Block gauge 1/100
9 Kedalaman center 5.2 ±0.25 Depth gauge & Dial 1/50
10 Kedalaman center 3.46 ±0.05 Depth gauge & Dial 1/50
11 Run out Maks. 0.4 Center base & Dial 1/100 & new dies
12 Run out Maks. 0.3 Center base & Dial 1/100 & new dies
13 Run out Maks. 1.6 Insp. jig & Dial 1/100 & new dies
7 Spot face area Tdk ada step Visual Semua
35
Tabel 4.3
Standar operasional pengukuran OP2. Lathe
CRANK SHAFT, RIGHT
NO Bagian yang diperiksa Standard Alat ukur Frek
1 Diameter 98 0 Caliper 1/100 -0.3
Run out Maks. 0.08 Center base & Dial 1/100
2 Chamfer 2 +0.4 Contracer tester 0
3 Tebal 1.1 ±0.3 Insp. jig & Dial 1/100
4 Radius 2 0 Contracer tester -0.4
5 Tebal 15.5 +0.05 Snap gauge Semua -0.1
Run out Maks. 0.1 Center base & Dial 1/100
6 Sudut 10 ±1° 30' Contracer tester
7 Radius 2 0 Contracer tester -0.4
8 Tebal 1.1 ±0.3 Insp. jig & Dial 1/100
9 Radius 2 0 Contracer tester -0.4
10 Radius 1~1.4 Contracer tester
11 Diameter 22.2 +0.1 Snap Gauge 1/100 0
12 Sudut 25 ±1° 30' Contracer tester
13 Chamfer 0.1~0.3 Contracer tester
14 Radius 1.5~2 Contracer tester
15 Diameter 21.4 +0.1 Snap Gauge 1/100 0
16 Sudut 15 ±1° 30'
Contracer tester
17 Chamfer 0.1~0.3 Contracer tester
18 Radius 1.5~2 Contracer tester
19 Diameter 21.2 +0.1 Snap Gauge 1/100 0
20 Radius 0.5 0 Contracer tester -0.2
21 Diameter 20 0 Caliper 1/100 -0.3 Sudut grooving 120 ±1°
30' Contracer tester
Panjang grooving 3.34 +0.18 Contracer tester 0
36
22 Sudut 15 ±1° 30'
Contracer tester
23 Radius 1 0 Contracer tester -0.2
24 Diameter 20.4 0 Snap gauge 1/100 -0.3 Panjang 19.5 ±0.15 Contracer tester
25 Radius 1 0 Contracer tester -0.2
26 Sudut 15 ±1° 30'
Contracer tester
27 Diameter 21.2 +0.1 Snap Gauge 1/100 0 Jarak 82.15 +0.05 Distance gauge 1/100 0
28 Radius 0.5 0 Contracer tester -0.2
29 Diameter 20 0 Caliper 1/100 -0.3 Sudut grooving 120 ±1°
30' Contracer tester
Panjang grooving 3.34 +0.18 Contracer tester 0
30 Chamfer 0.1~0.3 Contracer tester
31 Radius 0.5 0 Contracer tester -0.2
32 Diameter 16.55 +0.1 Snap gauge 1/100 0 Panjang Maks. 1.9 Caliper 1/100
33 Diameter 16.16 ±0.01 Snap Gauge Semua Run out Maks. 0.02 Center base & Dial 1/100
34 Sudut 60 ±1° 30' Contracer tester
35 Radius 0.8 0 Contracer tester -0.2
36 Diameter 13.3 0 Snap gauge Semua -0.02
37 Sudut 60 ±1° 30' Contracer tester
38 Radius 0.8 0 Contracer tester -0.2
39 Diameter 12.2 +0.1 Snap Gauge 1/100 0 Jarak 128.9 ±0.15 Insp. jig & Dial 1/100
40 Sudut 60 ±1° 30' Contracer tester
CRANK SHAFT, LEFT
NO Bagian yang diperiksa Standard Alat ukur Frek
1 Diameter 98 0 Caliper 1/100 -0.3 Run out Maks. 0.08 Center base & Dial 1/100
37
2 Chamfer 2 +0.4 Contracer tester 0 3 Tebal 1.1 ±0.3 Insp. jig & Dial 1/100 4 Radius 2 0 Contracer tester -0.4 5 Tebal 15.5 +0.05 Snap gauge Semua -0.1 Run out Maks. 0.1 Center base & Dial 1/100 6 Sudut 10 ±1° 30' Contracer tester 7 Radius 2 0 Contracer tester -0.4 8 Tebal 1.1 ±0.3 Insp. jig & Dial 1/100 9 Radius 2 0 Contracer tester -0.4
10 Radius 1~1.4 Contracer tester
11 Diameter 22.2 +0.1 Snap Gauge 1/100 0
12 Radius 1.5~2 Contracer tester
13 Diameter 22 0 Caliper 1/100 -0.3
14 Sudut 15 ±1° 30' Contracer tester
15 Chamfer 0.1~0.3 Contracer tester
16 Radius 1.5~2 Contracer tester
17 Diameter 21.75 +0.1 Snap gauge 1/100 0
18 Chamfer 0.1~0.3 Contracer tester
19 Sudut 25 ±1° 30' Contracer tester
20 Radius 1.5~2 Contracer tester
21 Diameter 21.2 +0.1 Snap gauge 1/100 0
22 Chamfer 0.1~0.3 Contracer tester
23 Radius 1.5 0 Contracer tester -0.4
24 Diameter taper 20.2 +0.1 Taper gauge 1/100 0
Jarak 57.4 +0.5 Taper & height gauge 1/100 0
25 Taper / Taper countact 1/5 Contracer tester
26 Chamfer 0.3~0.5 Contracer tester
27 Radius 1 0 Contracer tester -0.2
28 Diameter 11.32 +0.1 Snap gauge 1/100 0
Jarak 91.4 ±0.15 Insp. jig & Dial 1/100
29 Chamfer 0.5 +0.2 Contracer tester 0
38
Tabel 4.4
Standar operasional pengukuran OP3. Involute
CRANK SHAFT, RIGHT
NO Bagian yang diperiksa Standard Alat ukur Frek
1 Spesifikasi involute 17 x 22 x 0.75 Involute gauge Semua
2 Lebar Max 5.8 Caliper 1/100
3 Diameter over pin 15.57 ± 0.03 Ø 1,5 Ball Micrometer 1/100
4 Displacement 5.998 ± 0.15 Caliper 1/100
5 Diameter luar involute 17.2 +0.1 Ring gauge 1/100 0
6 Spesifikasi ulir M 14 x P1.0 Thread gauge 1/50
7 Diameter pitch 14 +0.304 Wire gauge & Micrometer 1/ Shift +0.184
8 Jarak ulir 104.4 +0 Height gauge 1/100 -1
9 Involute & Thread area Terperoses Visual Semua
Involute & Thread area Tdk ada retak Visual Semua
Tabel 4.5
Standar operasional pengukuran OP4. Rough Boring
CRANK SHAFT, RIGHT & CRANK SHAFT, LEFT
NO Bagian yang diperiksa Standard Alat ukur Frek
1 Diameter 24 +0.2 Plug gauge 1/100 -0.1
2 Jarak center 28.90 ± 0.1 CMM 1/ Shift
3 Selisih G - G' Maks. 0.8 Caliper 1/100
4 Rough boring area Tdk ada burrs Visual Semua
39
Tabel 4.6
Standar operasional pengukuran OP5. Gun Drilling
CRANK SHAFT, RIGHT
NO Bagian yang diperiksa Standard Alat ukur Frek
1 Diameter 6 +0.2 Depth plug gauge Semua 0
2 Kedalaman 116.5 +1 Depth plug gauge Semua 0
3 Selisih G - G' Maks. 0.3 Caliper 1/Shift
Tabel 4.7
Standar operasional pengukuran OP6. Oil Hole
CRANK SHAFT, RIGHT
NO Bagian yang diperiksa Standard Alat ukur Frek
1 Diameter 3 +0.15 Depth Plug gauge Semua 0
2 Kedalaman 3.5 +0.5 Depth Plug gauge Semua 0
3 Posisi 18.4 ± 0.15 Inspection jig 1/100
4 Chamfer 0.5 +0.2 Contracer tester 1/Shift 0
5 Diameter 2 +0.2 Through gauge Semua 0
6 Posisi 38.4 ± 0.15 Inspection jig 1/100
7 Posisi 74.9 ± 0.15 Inspection jig 1/100
8 Lebar chamfer 4.8 +0.2 Caliper 1/100 0
9 Sudut chamfer 120 ±1° 30' Contracer tester 1/Shift
10 Diameter 2.5 +0.2 Through gauge Semua 0
11 Posisi 101.9 ± 0.15 Inspection jig 1/100
12 Posisi 113.9 ± 0.15 Inspection jig 1/100
13 Through area Tdk ada burrs Visual Semua
40
Tabel 4.8
Standar operasional pengukuran OP7. Key Grooving
CRANK SHAFT, LEFT
NO Bagian yang diperiksa Standard Alat ukur Frek
1 Diameter 25.4 +0.6 CMM 1/Shift -0.2
2 Jarak 65.9 ± 0.15 CMM 1/Shift
3 Kedalaman 5.9 0 Inspection jig 1/100 -0.1
4 Sudut 0° ± 1° Inspection jig 1/100
5 Lebar 4 +0.005 Width gauge 1/100 -0.02
Tabel 4.9
Standar operasional pengukuran OP8. Hardening
CRANK SHAFT, RIGHT
NO Bagian yang diperiksa Standard Alat ukur Frek
1 Jarak 30 0 Caliper 1 / Shift -2
2 Panjang harden 17.5 +2 Caliper 1 / Shift 0
3 Kedalaman harden 0.6~1.6 Caliper 1 / Shift
4 Panjang harden 15.2 +2 Caliper 1 / Shift 0
5 Kedalaman harden 0.6~1.6 Caliper 1 / Shift
6 Kedalaman harden tepi 1.1~2.1 Caliper 1 / Shift
7 Panjang harden 8.5 +2 Caliper 1 / Shift 0
8 Kedalaman harden 0.6~1.6 Caliper 1 / Shift
2,4,7 Kekerasan HRC 45 - 60 Hardness Tester 1 / Shift
2,4,7 Area pembakaran Rata Visual Semua
2,4,7 Area pembakaran Tidak Retak Visual Semua
CRANK SHAFT, LEFT
NO Bagian yang diperiksa Standard Alat ukur Frek
1 Jarak 36.9 ±1 Caliper 1 / Shift
2 Panjang harden 35 ±1 Caliper 1 / Shift
41
Kedalaman harden 0.6~1.6 Caliper 1 / Shift
Kekerasan HRC 45 - 60 Hardness Tester 1/ Shift
Area pembakaran Rata Visual Semua
Area pembakaran Tidak Retak Visual Semua
Berikut data periodik penggantian suku cadang dan periodik maintenance mesin
Op8 Hardening dimana setiap penggantian atau dilakukannya setting mesin rutin
akan mempengaruhi kualitas hasil sehingga mengharuskan dilakukan pengukuran
ulang lagi untuk memastikan kualitas masih sesuai standar.
Tabel 4.10
Standar penggantian suku cadang dan periodik maintenance OP8. Hardening
No. aktivitas Periode Jumlah
sampel min
Status
sampel keterangan
1 Center x 2 6 bulan 5x2 all std penggantian
2 Pin x 2 6 bulan 5x2 all std penggantian
3 Koil x 2 6 bulan 5x2 all std penggantian
4 Gear x 1 2 tahun 5x2 all std penggantian
5 Motor Servo 2 tahun 5x2 all std penggantian
6 Posisi dan RPM 6 bulan 5x2 all std Setting/kalibrasi
Unpredictive trouble atau masalah yang menyangkut pada kualitas keseharian
produksi maka untuk setiap selesai pengatasannya dan perbaikan dipastikan kualitas
hasil prosesnya dengan mengambil 5 sampel untuk diukur untuk memastikan
pengatasan tersebut telah telah mengembalikan kualitas sesuai standar.
42
4.2 Pengolahan Data
Dilihat kedalam 3 pembagi line yang ada secara keseluruhan untuk line finising
dan line assy metode ukurnya hanya berupa non-destructive test maka cost proses
yang terbuang akibat sample benda kerja yang digunakan untuk mengukur dengan
metode ini tidak ada. Pada line structure & dimention forming (Op1 – Op8) terdapat
dua metode ukur yang harus digunakan dalam menentukan qualitas benda kerja
selama proses berjalan dari station pertama (Op1) ke station brikutnya (OP8).
Dari data ukur diatas (table 4.9) terdapat pada Op8 untuk proses Hardening (mark
merah) merupakan data ukur yang harus didapat dengan metode destructive test yaitu
dengan jumlah 5 sample per shift baik untuk crankshaft R atau L. Sedangkan untuk
Op1-Op7 sebelumnya metode ukur yang digunakan keseluruhannya berupa Non-
Destructive Test.
Jadi dapat dilihat terdapat kejanggalan proses dimana seharusnya pada line ini
proses hardening sebisa mungkin diletakkan pada awal-awal line (bukan Op8) agar
saat dilakukan metode pengukuran destruktif tidak mengakibat biaya proses yang
berlebih dari Op1-Op7 karena sifat dari line crankshaft ini berupa continues line
dimana untuk crankshaft R maupun L diproses selalu mengikuti alur Operation
Plan(OP) yang ada secara terurut sesuai dengan design proses dan kapasitas awal.
Selanjutnya perlu di analisa untuk setiap basic process permesinnya agar dapat
diketahui sejauh mana Op8 dapat digeser lebih awal dengan memberikan beberapa
perubahan fisik dan teknis pada mesinnya.
43
Berikut tabel analisa process setiap OP pada line crankshaft.
Tabel 4.11
Analisa Flow dan Base proses permesin
Crank Shaft R
Op Nama Proses Base Proces visual Next Proces
Efect
1 Centering
(buat center depan
belakang)
Forging (Raw
Material)
-diameter bandul
-base bandul
Lathe,
Involute,
Rough
Boring,
Gundrilling,
Oil Hole,
Hardening
2 Lathe
(Bentuk diameter awal
keseluruhan shaft)
-center depan
-center belakang
(dari proses
Centering)
Involute,
Gundrilling,
Oil hole,
Hardening
3 Involute
(Pembentukan gear
shaft)
-center depan
-center belakang
(dari proses
centering)
-
4 Rough Boring
(Pembuatan lubang
bandul)
-center depan
-center belakang
(dari proses
centering)
-
5 Gundrilling
(Pembuatan lubang
shaft)
-center depan
-diameter bandul
(lathe)
-
44
6 Oil Hole -center depan
-diameter bandul
(lathe)
-
8 Hardening -center depan
-diameter shaft
(lathe)
-base bandul
-
Crank Shaft L
Op Nama Proses Base Proces visual Next Proces
Efect
1 Centering
(buat center depan
belakang)
Forging (Raw
Material)
-diameter bandul
-base bandul
Lathe,
Rough
Boring,
Key Groove,
Hardening
2 Lathe
(Bentuk diameter awal
keseluruhan shaft)
-center depan
-center belakang
(dari proses
Centering)
Hardening
4 Rough Boring
(Pembuatan lubang
bandul)
-center depan
-center belakang
(dari proses centering
-
7 Key Groove -center depan
-center belakang
-base bandul
-
8 Hardening -center depan
-diameter shaft
(lathe)
-base bandul
-
45
Dari table 4.11 diatas dilihat dari kemungkinan basic process dan proses
selanjutnya maka proses yang tidak bisa digeser lagi adalah centering dan lathe (Op1
dan Op2). Karena kedua proses ini menentukan basic dari proses-proses selanjutnya.
Maka dengan pertimbangan proses tersebut OP8 Hardening dapat diusahakan untuk
dimajukan prosesnya sebagai berikut.
Crankshaft R.
Untuk perubahan Op8 ke posisi diatas maka dilihat ke Op-Op berikutnya secara
teknis pengaruh perpindahan dan kemungkinannya terhadap prosesnya yaitu.
• Op3 Involute : merupakan proses forming area kerja dan prosesnya
membutuhkan permukaan dan kondisi ferro yang lunak dan elastic sesuai
standard. Sedangkan dengan pergeseran OP 8 maka permukaan setelah lathe
itu menjadi keras dan getas hal ini akan menyebabkan proses forming hancur.
Teknologi saat ini belum ditemukan proses forming untuk besi (ferro) keras
dan getas (tidak bisa digeser untuk proses sebelumnya).
• Op4 Rough Boring : merupakan proses pembuatan lubang pada area bandul.
Area kerjanya tidak dipengaruhi proses yang dihasilkan oleh Op8 hardening.
Hanya saja untuk Op8 guiden rotasi yang tadinya menggunakan hasil Op4
OP1 OP2 OP8 OP3 OP4 OP5 OP6
46
akan dipindahkan kesisi bawah bandul dengan merubah bentuk jig mesin Op8
(perubahan base jig dan ganti jig consumable Op8).
• Op5 Gundrilling : merupakan proses pembuatan lubang pada area tengah
shaft dan bandul. Area kerjanya tidak dipengaruhi proses yang dihasilkan oleh
Op8 Hardening. Perubahan jig pada mesin Op5 tetap (tanpa perubahan).
• Op6 Oil Hole : merupakan proses pembuatan lubang keluaran dari
gundrilling. Area kerja Op6 berubah menjadi lebih keras ketika proses harden
dipindahkan keposisi lebih awal tapi area kekerasan tersebut dapat diatasi
dengan penggantian tool yang sesuai (pertukaran spec tool consumable).
Dari data analisa diatas maka dilihat dari kemungkinan teknis didapat gambaran
flow yang maksimum dan memungkinkan untuk menggeser Op8 crankshaft R adalah
seperti berikut.
Berikut list perubahan yang terjadi per mesinnya :
Nama Mesin Kebutuhan perubahan Keterangan
Op8 Hardening Consumable pin guide rotation di rubah
dari menggunakan basic hasil rough
boring pindah ke bandul bawah crankshaft
Change & design
jig consumable
Op4 Rough Boring Tidak ada perubahan -
Op5 Gun Drilling Tidak ada perubahan -
OP1 OP2 OP8 OP3 OP4 OP5 OP6
47
Op6 Oil Hole Change spec tool dari HSS untuk baja
lunak HRC < 48 ke K10 untuk baja keras
HRC >55
Ubah spec cutting
tool
CRANK SHAFT L.
Untuk perubahan Op8 ke posisi diatas maka dilihat ke Op-Op berikutnya secara
teknis pengaruh perpindahan dan kemungkinannya terhadap prosesnya yaitu:
o Op4 Rough Boring : merupakan proses pembuatan lubang pada area bandul.
Area kerjanya tidak dipengaruhi proses yang dihasilkan oleh Op8 hardening.
Hanya saja untuk Op8 guiden rotasi yang tadinya menggunakan hasil Op4
akan dipindahkan kesisi bawah bandul dengan merubah bentuk jig mesin Op8
(perubahan base jig dan ganti jig consumable Op8).
o Op7 Key Groove : merupakan proses pembuatan lubang groove pada crank
shaft L. Area kerja Op7 berubah menjadi lebih keras ketika proses hardening
dipindahkan ke posisi lebih awal tapi area kekerasan tersebut dapat diatasi
dengan penggantian tool yang sesuai (pertukaran spec tool consumable).
Dari data analisa diatas maka dilihat dari kemungkinan teknis didapat gambaran
flow yang sudah maksimum dan memungkinkan untuk menggeser Op8 crankshaft L
seperti gambar alur diatas. Berikut list perubahan yang terjadi per mesinnya :
OP1 OP2 OP8 OP4 OP7
48
Nama Mesin Kebutuhan perubahan Keterangan
Op8 Hardening Consumable pin guide rotation di rubah
dari menggunakan basic hasil rough boring
pindah ke bandul bawah crank shaft
change design jig
consumable
Op4 Rough Boring Tidak ada perubahan -
Op7 Key Groove Change spec tool dari HSS untuk baja
lunak HRC < 48 ke K10 untuk baja keras
HRC >55
Ubah spec cutting
tool
4.3 Analisis Data
4.3.1 Pengaruh terhadap Balancing Line Man Power dan Kapasitas
Untuk penempatan mesin dapat mempengaruhi proses pergerakan ergonomic kerja
operator maka dengan mempertimbangkan hal ini maka posisi perubahan mesin
dirancang agar tidak mengubah peta kerja operator sesuai dengan kondisi aktualnya.
Dari tabel 4.1 didapat gambaran data pembagian operator dari Op1 sampai dengan
Op8 adalah sebagai berikut.
49
Gambar 4.3 Peta kerja operator Op1-Op8 aktual
Maka dengan mempertimbangkan peta kerja diatas maka dirancang pergeseran
mesin Op8 L dan R yang efektif mengikuti alur (flow process) ekonomis yang telah
dianalisa dan juga peta kerja operator yaitu sebagai berikut.
Gambar 4.4 Peta kerja operator Op1-Op8 setelah relayout
50
Untuk kapasitas dari keseluruhan line produksi crankshaft line 3 hasil dari
pergeseran Op8 dan perubahan teknis dalam mesin tidak mempengaruhi cycle time
tiap mesinnya sehingga bottle neck masih berada pada proses Op9 Gerinding R.
Maka secara kapasitas tidak ada perubahan yaitu total efektif waktu produksi : waktu
bottle neck line.
4.3.2 Perhitungan Ekonomi dan Finansial
Dengan mempertimbangkan cost proses per unit yang dimana disetiap proses
permesinannya dari satu unit raw material mengalami nilai tambah maka dapat dilihat
berapa nilai yang terbuang ketika destructive test pada hardening dilakukan.
Berdasarkan depresiasi mesin dan jig ditambah konsumsi harian angin, air,
coolant, oli hidrolik dan listrik untuk mesin didapat cost per detik. Perhitungan harian
normal berdasarkan rata-rata 1 bulan = 22 hari produksi kerja dimana pada 1 hari
kerjanya terdapat 3 shift adalah.
1 hari = 24 jam = 86.400 detik
Effiensi (cost r) 1 hari = 85%
waktu istirahat 1 hari (3shift) = 3 x 1jam = 10800 detik
waktu pergantian per shift I hari = 2 x 12 menit = 1440 detik
Total efektif produksi per hari = 86.400 det x cos r – (waktu istirahat + pergantian)
= 86400 x 0.85 – (10800+1440)
= 61200 detik
51
Maka nilai cost untuk per proses atau mesin yang didapat berdasarkan depresiasi
mesin dan jig ditambah konsumsi harian mesin dapat menggunakan total efektif
produksi per hari yaitu 61200 detik.
Tabel 4.12
Data biaya depresiasi dan kosumsi harian per unit
Nama Mesin a
biaya/detik
Depresiasi
mesin dan jig
(Rp)
b
biaya/detik
Kosumsi harian
mesin
(Rp)
c
cycle Time/Unit
(Detik)
d
biaya per Unit
(Rp)
= (a+b) x c
Op1 Centering 14,28 8.03 38 847.78
Op2 Lathe R 6.46 7.6 38.7 544.12
Op2 Lathe L 6.46 7.6 30.7 431.64
Op3 Involute 6.46 8.72 20 303.60
Op4 Rough Boring 27.32 9.11 31 1129.33
Op5 Gun Drilling 14.12 10.31 38 928.34
Op6 Oil Hole 16.57 7.32 33.3 795.54
Op7 Key Groove 8.33 6.96 14.5 221.71
Op8 Hardening R 17.33 22.76 21.5 861.94
Op8 Hardening L 17.33 22.76 20.5 821.84
Ada pun cost per unit dari setiap mesin untuk konsumsi proses yang sudah ada
berdasarkan lifetime per satu partnya yaitu penggunaan cutting tool, holder dan jig
consumable. Artinya disini sudah masa berapa kali proses per part konsumsinya.
Adapun daftar cost per unitnya sebagai berikut.
52
Tabel 4.13
Data biaya tool dan jig consumable per unit
Nama Mesin e
biaya per unit
cutting tool
(Rp)
f
biaya per unit
holder + jig
cosumable
(Rp)
g
Total
biya per unit
(Rp)
= e+f
Op1 Centering R 181.1 45.35 226.45
Op1 Centering L 264.9 45.35 310.25
Op2 Lathe R 222.4 55.6 278
Op2 Lathe L 167.9 55.6 223.5
Op3 Involute 497.4 15.5 512.9
Op4 Rough Boring R 113.9 28.4 142.3
Op4 Rough Boring L 113.9 28.4 142.3
Op5 Gun Drilling 2250.1 375.2 2625.3
Op6 Oil Hole 86 21.5 107.5
Op7 Key Groove 12.5 18.7 31.2
Op8 Hardening R - 5.7 5.7
Op8 Hardening L - 5.7 5.7
Dengan cost per detik untuk man power sebesar Rp 8.2 per detik maka didapat
cost per unit berdasarkan data teknis pada table 4.1
53
Tabel 4.14
Data biaya man power per unit
Nama Mesin
h
Cycle Time
(sec)
i
Man Power
(org)
j
biaya per unit MP
(Rp)
= Rp 8.2 x h x i
Op1 Centering R/L 38 1 311.6
Op2 Lathe R 77 0,5 315.7
Op2 Lathe L 61 0.5 250.1
Op3 Involute R 20 0.5 82
Op4 Rough Boring R/L 31 1 254.2
Op5 Gun Drilling R 76 0.5 311.6
Op6 Oil Hole R 133 0.5 545.3
Op7 Keygroove Cut L 29 0.5 118.9
Op8 Hardening R 43 0.5 176.3
Op8 Hardening L 41 0.5 168.1
Jadi dapat dihitung dari tabel-tabel diatas total cost proses per unit yang ada
dari setiap mesinnya adalah
Crank Shaft R
Table 4.15
data biaya per unit mesin R
Nama Mesin d g j Total cost per unit
(Rp)
Op1 Centering 847.78 226.45 311.6 1385.83
54
Op2 Lathe 544.12 278 315.7 1137.82
Op3 Involute 303.60 512.9 82 898.5
Op4 Rough Boring 1129.33 142.3 254.2 1525.83
Op5 Gun Drilling 928.34 2625.3 311.6 3865.24
Op6 Oil Hole 795.54 107.5 545.3 1448.34
Op8 Hardening 861.94 5.7 176.3 1043.94
Dari data diatas didapat bahwa cost proses yang terbuang untuk untuk
pengambilan 1 sampel destructive Op8 Hardening Crankshaft R aktual adalah :
Total cost loss R = Cost( Op1 + Op2 + Op3 + Op4 + Op5 + Op6 + Op8 )
= Rp. 1385.83 + Rp. 1137.82 + Rp. 898.5 + Rp. 1525.83
+ Rp. 3865.24 + Rp. 1448.34 + Rp. 1043.94
= Rp. 11305.5
Total cost loss R after relayout :
= Cost( Op1 + Op2 + Op3 + Op8 )
= Rp. 1385.83 + Rp. 1137.82 + Rp. 898.5 + Rp. 1043.94
= Rp. 4466.09
Total penghematan per 1 sample crankshaft R adalah (cost efisiensi R):
= Before (actual) – After (improvement)
= Rp. 11305.5 - Rp. 4466.09
= Rp. 6839.41
55
Persentase biaya turun = Rp. 6839.41 : Rp. 11305.5 x100%
= 60.5%
Crank Shaft L
Table 4.15
Data cost per unit mesin L
Nama Mesin d g j Total cost per unit
(Rp)
Op1 Centering 847.78 310.25 311.6 1469.63
Op2 Lathe 431.64 223.5 250.1 905.24
Op4 Rough Boring 1129.33 142.3 254.2 1525.83
Op7 Key Groove 221.71 31.2 118.9 371.81
Op8 Hardening 821.84 5.7 168.1 995.64
Total Cost Loss L = Cost( Op1 + Op2 + Op4 + Op7 + Op8 )
= Rp. 1469.63 + Rp. 905.24 + Rp. 1525.83 + Rp. 371.81
+ Rp. 995.64
= Rp. 5268.15
Total cost loss L after relayout :
= Cost( Op1 + Op2 + Op8 )
= Rp. 1469.63 + Rp. 905.24 + Rp. 995.64
= Rp. 3370.51
56
Total penghematan per 1 sample crankshaft L adalah (cost efisiensi L) :
= Before (actual) – After (improvement)
= Rp. 5268.15 - Rp. 3370.51
= Rp. 1897.64
Persentase biaya turun = Rp. 1897.64 : Rp. 5268.15 x100%
= 39.5%
Dengan nilai penghematan cost proses untuk 1 sampel R atau L pada saat
pengukuran destructive crankshaft yaitu
Crankshaft R = Rp. 6839.41
Crankshaft L = Rp. 1897.64
Maka dapat diukur penghematan 1 tahun normalnya berdasarkan :
1. Periodik SOP tabel 4.9:
Jumlah sampel part 1 hari (3shift) = 3 part x 2 (2 jig per mesin)
= 6 part
1 Bulan rata-rata 22 hari kerja normal = 22 x 6 part
= 132 part
Maka 1 tahunnya didapat sampel masing-masing R dan L = 12 x 132 part
= 1584 part
57
2. Periodik penggantian sparepart dan maintenance table 4.10:
Table 4.16
Data sampel penggantian sparepart dan maintenance hardening
No. aktivitas Periode Jumlah
sampel minSampel 1 tahun
1 Center x 2 6 bulan 5x2 5x2x2 = 20
2 Pin x 2 6 bulan 5x2 5x2x2 = 20
3 Koil x 2 6 bulan 5x2 5x2x2 = 20
4 Gear x 1 2 tahun 5x2 5x2x0.5 = 10
5 Motor Servo 2 tahun 5x2 5x2x0.5 = 10
6 Posisi dan RPM 6 bulan 5x2 5x2x2 = 20
Total masing-masing R dan L 1 tahun 120 part
3. Unpredictive sampel
Berikut rekap trouble pada Op8 Hardening line 3 crankshaft Sunter tahun 2007
dan 2008 (data keseluruhan terlampir) dimana tiap masalah yang diselesaikan harus
mengambil masing-masing 5 sample untuk memastikan kualitas.
Table 4.17
Rekap jumlah kasus/trouble hardening 2007/2008
Bulan 2007 2008
R L R L
Januari - 1 1 3
Februari 2 - 2 1
58
Maret - 3 3 1
April 3 - 1 -
Mei 1 1 - 1
Juni - - - 1
Juli - 2 1 1
Agustus - 2 2 2
September 3 - - -
Oktober 1 - - -
November 1 1 - -
Desember 1 - - -
Total 12 10 10 10
Dari data kasus trouble 2007-2008 diatas didapat rata-rata kasus trouble per tahun
R = (total 2007 + total2008)/2
= (12 + 10 )/2 = 11 trouble
L = (total 2007 + total2008)/2
= (10 + 10 )/2 = 10 trouble
Jika target pengurangan masalah 1 tahun 20% maka diharapkan Op8 hardening
ditahun berikutnya mempunyai batas maksimal masalah
R = 11 x 0.8 = 8.8 ~ 9 masalah
L= 10 x 0.8 = 8 masalah
59
Maka sampel yang diperkirakan terbuang maksimal 1 tahun ke depan akibat masalah
tak terduga (unpredictive) adalah:
R = 9 x 5 = 45 part
L = 8 x 5 = 40 part
Dari 3 alasan pengambilan sampel pengukuran tersebut maka total sampel yang dapat
di hemat biaya prosesnya dalam 1 tahun adalah:
Crank shaft R = Periodik SOP + Periodik Sparepart & Maintenance + Unpredictive
= 1584 + 120 + 45
= 1749 part
Crank shaft L = Periodik SOP + Periodik Sparepart & Maintenance + Unpredictive
= 1584 + 120 + 40
= 1744 part
Total Cost yang dapat dihemat 1 Tahun dari sampel akibat pergeseran Op.8
Hardening (relayout) adalah
R cost = total sampel R x cost efficiency R
= 1749 x Rp. 6839.41
= Rp 11,962,128.09
L cost = total sampel L x cost efficiency L
= 1745 x Rp. 1897.64
= Rp 3,311,381.8
Total cost yang dihemat dari sampel 1 tahun untuk crankshaft R dan Crankshaft L :
= R cost + L cost
60
= Rp 11,962,128.09 + Rp 3,311,381.8
= Rp. 15,273,509.89
Dalam merelayout terjadi perubahan dan perpindahan mesin yang membutuhkan
rincian proses dan alat sebagai berikut.
- Equipment & tool movement : Dongkrak, Pallet, Crane, Pull, dll.
(Semua kebutuhan diatas tersedia di inplant jadi tidak ada biaya pengadaan)
- Utilities (pipa, selang, kabel) re-use + new spare + equipment
Estimasi cost Rp. 3,000,000
- Man Power
Dalam prakteknya relayout dilaksanakan pada hari diluar kegiatan produksi
selama 2 hari (overtime).
Hari ke-1 : pergeseran/perpindahan (1shift)
Hari ke-2 : setting mesin (1 shift)
Untuk kegiatan tersebut dibutuhkan rincian Man Power :
Supervisor : 1 Orang
Teknisi : 2 Orang
Operator/eksekutor : 4 Orang
Dengan standard rata-rata upah lembur per shift adalah :
Supervisor : Rp. 700,000.
Teknisi : Rp. 500,000.
Operator : Rp. 300,000.
Maka total biaya relayout untul tenaga kerja adalah
61
= Σ (upah x jumlahMP x hari)
= Rp. (700,000x2) + (500,000x2x2) + (300.000x4x2)
= Rp. 5,800,000
Perubahan Internal Mesin
- Jig Op.8 Hardening : modifikasi piringan bawah rumah pin dari proses Op.4
Rough Boring. Perubahan ini menyebabkan hanya penggantian consumable
pin dengan dua baut hexagonal standard. Sedangkan base jig (piringan
bawah) dimodifikasi dengan melepas pin rough boring dan menambah 2
lubang ulir untuk rumah baut.
Perubahan biaya pada mesin Op.8 Hardening yaitu consumable pin yang
seharga Rp 120,000 dengan life time 6 bulan diganti dengan 2 baut hexagonal
standard seharga Rp 26,000 per pcs dengan life time 2 tahun.
Disini terjadi penghematan biaya dimana dengan rincian
Aktual
per tahun consumable pin = 2 pcs x 2 (jumlah jig/ mesin) x 2 (R & L) = 8
Harga 1 pin consumable = Rp. 120,000
Total = Rp. 120,000 x 8
= Rp. 960,000
After
per tahun consumable baut = 2 pcs x 2 (jumlah jig/ mesin) x 2 (R & L) = 8
Harga 1 pin consumable = Rp. 26,000
62
Total = Rp. 26,000 x 8
= Rp. 208,000
Penghematan biaya per tahun untuk modifikasi pin consumable
= Rp. 960,000 - Rp. 208,000
= Rp. 752,000
- Ganti spec tool Op.6 Oil Hole R dan Op.7 Key Groove L yaitu penggantian
spec tool dari HSS ke K10.
Perincian biaya proses Tool Op.6 Oil Hole
Aktual
- D6 HSS harga Rp. 40,000 life time 1700x biaya/unit= Rp.23.5
- D3 HSS harga Rp. 30,000 life time 1500x biaya/unit= Rp.20
- D2.5 HSS harga Rp. 25,000 life time 1000x biaya/unit= Rp.25
- D2 HSS harga Rp. 23,000 life time 1000x biaya/unit= Rp.23
Setelah Relayout
- D6 K10 harga Rp. 120,000 life time 5100x biaya/unit= Rp.23.5
- D3 K10 harga Rp. 90,000 life time 4500x biaya/unit= Rp.20
- D2.5 K10 harga Rp. 75,000 life time 3000x biaya/unit= Rp.25
- D2 K10 harga Rp. 69,000 life time 3000x biaya/unit= Rp.23
63
Tool Op.7 Key Groove
Aktual
- Mill D25,4 HSS Harga Rp 400,000 life time 8000x
Cost/Unit = Rp. 50
Setelah Relayout
- Mill D25,4 K10 Harga Rp 800,000 Life time 16000x
Cost/Unit = Rp. 50
4.3.2.1 Cash Flow
1. Perubahan Biaya Internal Mesin
a. OP 8 Hardening
- Aktual per 6 bulan consumable cost (tabel 4.16)
Rp. 960,000 / 2 = Rp. 480,000
-Setelah Relayout Per 6 bulan consumable
Rp. 208,000 / 2 = Rp. 104,000
-cost reduction per 6 bulan = Rp. 480,000 – Rp. 104,000
= Rp. 376,000
Rp. 480,000
1 2 3 4 5 6 11 12
Rp. 480,000 Rp. 480,000
Rp. 104,000
1 2 3 4 5 6 11 12
Rp. 104,000 Rp. 104,000
64
b. OP 6 Oil Hole dan OP 7 Key Grooving
Dengan total efektif waktu prodeuksi sehari adalah 61200 detik dan bottle
neck line crankshaft adalah OP 9 Grinding R adalah 42 detik (tabel 4.1).
Maka didapat kapasitas rata-rata harian = total efektif waktu / bottle neck line
= 61200 / 42
= 1400 proses
Untuk 1 bulan produksi proses dapat dilakukan = 22 hari x 1400
= 30800 proses
Aktual
Biaya tool per bulan (total proses per bulan : life time) x Harga tool
OP6 Oil Hole
D6 HSS 30800/1700 x Rp. 40,000 = Rp. 724,700
D3 HSS 30800/1500 x Rp. 30,000 = Rp. 616,000
D2.5 HSS 30800/1000 x Rp. 25,000 = Rp. 770.000
D2 HSS 30800/1000 x Rp. 23,000 = Rp. 708.400
OP7 Key Grooving
Mill D25,4 HSS 30800/16000 x Rp 800.000 = Rp 1,540,000
Total biaya tool per bulan setelah relayout:
= Rp.724,700+Rp.616,000+Rp.770.000+Rp.708.400+Rp 1,540,000
Rp. 104,000
1 2 3 4 5 6 11 12
Rp. 104,000 Rp. 104,000
Rp. 376,000 Rp. 376,000 Rp. 376,000
65
= Rp. 4,359,100
Pengadaan stock tool per 3 bulan maka besar biaya awal keluar untuk
pembelian tool = 3 x Rp. 4,359,100 = Rp. 13,077,300
Maka didapat cash flow
Setelah Relayout
Biaya tool per bulan (total proses per bulan : life time) x Harga tool
OP6 Oil Hole
D6 K10 30800/5100 x Rp. 120,000 = Rp. 724,700
D3 K10 30800/4500 x Rp. 90,000 = Rp. 616,000
D2.5 K10 30800/3000 x Rp. 75,000 = Rp. 770.000
D2 K10 30800/3000 x Rp. 69,000 = Rp. 708.400
OP7 Key Grooving
Mill D25,4 K10 30800/8000 x Rp 400.000 = Rp 1,540,000
Total biaya tool per bulan setelah relayout:
= Rp.724,700+Rp.616,000+Rp.770.000+Rp.708.400+Rp 1,540,000
= Rp. 4,359,100
Dengan pengadaan stock tool yang sama yaitu 3 bulan didapat cash flow yang
sama.
Rp. 13,077,300
1 2 3 4 5 9 10 11
Rp. 13,077,300
6
Rp. 13,077,300
7 8 12
Rp. 13,077,300 Rp. 13,077,300
66
Cash flow aktual proyek (Tool, consumable, dan sampel) :
Biaya sampel 1 tahun : R sampel = 1749 x Rp. 11,305.5 = Rp. 19,773,319.5
L sampel = 1744 x Rp. 5,268.15 = Rp. 9,187,653.6
Maka 1 bulan = (Rp. 19,773,319.5 + Rp. 9,187,653.6)/12
= Rp. 2,413,414.425
Cash flow relayout proyek (Tool, consumable, sampel dan pengeluaran
untuk perindahan) :
Biaya sampel 1 tahun : R sampel = 1749 x Rp. 4466.09 = Rp. 7,811,191.41
L sampel = 1744 x Rp. 3370.51= Rp. 5,878,169.44
Maka 1 bulan = (Rp. 7,811,191.41 + Rp. 5,878,169.44)/12
= Rp. 1,140,780.071
Rp. 13,077,300
1 2 3 4 5 9 10 11
Rp. 13,077,300
6
Rp. 13,077,300
7 8 12
Rp. 13,077,300 Rp. 13,077,300
Tool Rp. 13,077,300
1 2 3 4 5 9 10 116 7 8 12
Csmble Rp 480,000
sampel Rp. 2,413,414
Tool Rp. 13,077,300 Tool Rp. 13,077,300 Tool Rp. 13,077,300
Csmble Rp 480,000
Tool Rp. 13,077,300
Csmble Rp 480,000
sampel Rp. 2,413,414 sampel Rp. 2,413,414 sampel Rp. 2,413,414
67
Pengeluaran :
- Perlengkapan Utilities baru : Rp 3,000,000
- Man Power : Rp 5,800,000
Total : Rp 8,800,000
Cash flow Penghematan (Aktual – Relayout)
- Sampel = aktual proyek – relayout proyek
= Rp. 2,413,414.425 - Rp. 1,140,780.071= Rp. 1,272,792.5
- Consumable = Rp. 480,000 – Rp. 104,000 = Rp. 376,000
Tool Rp. 13,077,300
1 2 3 4 5 9 10 116 7 8 12
Csmble Rp 104,000
sampel Rp. 1,140,780.
Tool Rp. 13,077,300 Tool Rp. 13,077,300
Pengeluaran
Rp. 8,800,000
Tool Rp. 13,077,300 Csmble Rp 104,000
Tool Rp. 13,077,300 Csmble Rp 104,000
sampel Rp. 1,140,780. sampel Rp. 1,140,780. sampel Rp. 1,140,780.
Tool Rp. 13,077,300
1 2 3 4 5 9 10 116 7 8 12
Csmble Rp 104,000
sampel Rp. 1,140,780.
Tool Rp. 13,077,300 Tool Rp. 13,077,300
Pengeluaran
Rp. 8,800,000
Tool Rp. 13,077,300 Csmble Rp 104,000
Tool Rp. 13,077,300 Csmble Rp 104,000
sampel Rp. 1,140,780. sampel Rp. 1,140,780. sampel Rp. 1,140,780.
Csmble Rp 376,000
Csmble Rp 376,000 Csmble Rp 376,000
sampel Rp. . 1,272,792.5. sampel Rp. . 1,272,792.5.
68
Maka didapat cash flow perubahan antara aktual dan relayout 1 tahun
4.3.2.2 Pay Back Periode
Tabel 4.18
Pay back periode
n
(bulan)
Arus Kas
Bulanan
Arus Kas
Kumulatif
Waktu
(bulan)
Io - (Rp. 8,800,000 – Rp 376.000)
1 Rp. 1,272,792.5 (Rp. 7,151,207.5) 1
2 Rp. 1,272,792.5 (Rp. 5,878,415) 1
3 Rp. 1,272,792.5 (Rp. 4,605,622.5) 1
4 Rp. 1,272,792.5 (Rp. 3,332,830) 1
5 Rp. 1,272,792.5 (Rp. 2,060,037.5) 1
6 Rp. 1,648,792.5 (Rp. 411,245) 1
7 Rp. 411,245 0,3
Total Rp. 8,424,000 6,3
Rp. 1,272,792.5 Rp. 1,272,792.5
Rp. 1,272,792.5Rp. 1,272,792.5
Rp. 1,272,792.5Rp. 1,272,792.5 Rp. 1,272,792.5
Rp. 1,272,792.5
1 2 3 4 5 6 11 12
Rp. 376,000 Rp. 376,000
Rp. 376,000
Rp. 8,800,000
69
Pada uraian n = 7 didapat
T = Rp. 411,245/Rp. 1,335,495.2 = 0.3 bulan
Maka dari data di atas didapat waktu pengembalian selama 6,3 bulan.
4.3.2.3 Return Of Investment (ROI)
ROI merupakan indentifikasi profitibilitas dari suatu investasi terhadap pemasukan
yang terjadi. ROI dapat di hitung dengan rumus:
= Rp. 1,335,495.2/ Rp. 8,424,000 x100%
= 16.2%
Maka didapat besarnya profitibilitasny adalah 16,2% per bulan
T = I
A
A = ((Rp. 1,272,792.5 x12)+ (Rp. 376,000x2))/12 A = Rp. 1,335,459.2
x 1 bln
ROI = Pemasukan rata-rata
Investasi x 100%