bab 4 ok
-
Upload
wis-syahrul-n -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
description
Transcript of bab 4 ok
Dalam bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan potensi air
tanah dan prospek pengembangan air tanahnya berdasarkan ketersedian
atau potensi sumber daya air tanahnya.
4.1 Potensi Air Tanah
Dalam hidrogeologi pekerjaan Evalusi Potensi Air Tanah merupakan
kegiatan lanjutan setelah pengkajian hidrogeologi berskala regional, yakni
pemetaan hidrogeologi sistematis skala peta 1:250.000. Jika dalam
pemetaan hidrogeologi itu berbasis lembar peta, evaluasi potensi air
tanah berbasis cekungan air tanah dengan skala lebih besar. Oleh
karena itu, hasilnya harus sudah bersifat operasional dan dapat digunakan
sebagai acuan dalam perencanaan pengelolaan air tanah. Pedoman un-
tuk menghitung potensi air tanah sudah terseia panduannya, berupa Pe-
doman Teknis Evaluasi Potensi Air Bawah Tanah yang dibuat oleh Ke-
menterian Energi Dan Sumber Daya Mineral Tahun 2000.
Dalam pekerjaan study potensi air tanah, pekerjaan pengumpulan data
merupakan pekerjaan yang sangat menentukan. Data yang akan diper-
oleh akan sangat mempengaruhi hasil study yang dilakukan, makin
banyak ragam data dengan jumlah mencukupi tentu semakin akurat hasil-
nya.
Dalam proses analisis dan evalusi potensi air tanah penentuan Tingkat
Potensi Air Tanah merupakan pekerjaan yang penting karena hasilnya se-
lain disajikan dalam bentuk peta sebagai hasil akhir akan tetapi juga
berupa uraian tahapan dalam menentukan tingkat potensinya. Adapun
Bab 4 - 1
Bab 4
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN AIR TANAH
Tingkat potensi air tanah dalam cekungan air tanah ditentukan
berdasarkan kriteria sebagai berikut.
a. Kriteria Kuantitas
Kuantitas air tanah yang dapat ditentukan berdasarkan parameter akuifer
dan parameter sumur yang meliputi keterusan (T), debit jenis (Qs), dan
debit optimum (Qopt).
Kriteria kuantitas air tanah bergantung pada jenis peruntukannya (air
minum, industri, pertanian, dan keperluan lain). Untuk keperluan air
minum, berdasarkan kriteria kuantitasnya, akuifer pada cekungan air
tanah dibedakan menjadi tiga kelas sebagai berikut.
1) Besar jika Qopt setiap sumur lebih dari 10 liter/detik.
2) Sedang jika Qopt setiap sumur antara 2,0-10 liter/detik.
3) Kecil jika Qopt setiap sumur kurang dari 2,0 liter/detik.
Setiap kelas di atas perlu ditentukan jarak minimum antarsumur agar debit
optimum dapat dicapai.
b. Kriteria Kualitas
Kriteria kualitas bergantung pada jenis peruntukan, penentuan parameter
kunci, dan standar yang digunakan untuk menilai kualitas air tanah.
Pengelompokan kualitas air tanah untuk menentukan potensi air tanah
bagi keperluan air minum didasarkan atas parameter kimia dengan
mempertimbangkan (Tabel 4.1) :
- parameter kimia yang terkait dengan litologi akuifer, umumnya
mempunyai sebaran luas;
- biaya untuk pengolahan parameter kimia.
Unsur/senyawa kimia lainnya dan kandungan bakteriologi diberi
penjelasan dalam laporan penyelidikan.
Bab 4 - 2
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
Tabel 4.1 Parameter Kimia Penentu Kualitas Air Tanah untuk Air Minum
Parameter Kimia Satuan
Kadar/Nilai Maksimum yang Diperbolehkan
(PERMENKES NO. 907/MENKES/SK/VII/2002)
Cl
NO3
SO4
pH
TDS
mg/Liter
mg/Liter
mg/Liter
-
mg/Liter
250
50
250
6,5-8,5
1000
Berdasarkan kriteria kualitasnya, air tanah pada cekungan air tanah
dibedakan dua kelas sebagai berikut.
a) Baik jika kadar unsur/senyawa kimia penentu kualitas air tanah sesuai
dengan ketentuan pada Tabel 4.1.
b) Jelek jika kadar unsur/senyawa kimia penentu kualitas air tanah tidak
sesuai dengan ketentuan pada Tabel 4.1
4.1.1 Daerah/Wilayah Potensi Air Tanah
Berdasarkan kriteria kuantitas dan kualitasnya, daerah/wilayah potensi air
tanah dapat dibedakan menjadi empat kategori sebagai berikut (Tabel
4.2).
a) Tinggi jika setiap sumur yang dibuat dengan jarak antarsumur tertentu
menghasilkan Qopt lebih dari 10 liter/detik dengan kualitas air tanah
baik.
b) Sedang jika setiap sumur yang dibuat dengan jarak antarsumur
tertentu menghasilkan Qopt antara 2,0-10 liter/detik dengan kualitas air
tanah baik.
c) Rendah jika setiap sumur yang dibuat dengan jarak antarsumur
tertentu menghasilkan Qopt kurang dari 2,0 liter/detik dengan kualitas
air tanah baik.
d) Nihil jika setiap sumur yang dibuat menghasilkan air dengan kualitas
jelek.
Dalam suatu cekungan air tanah yang di dalamnya dijumpai dua sistem
akuifer, yakni sistem akuifer tak tertekan dan tertekan, tingkat potensi air
Bab 4 - 3
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
tanah di cekungan itu menjelaskan tingkat potensi pada setiap sistem
akuifer tersebut.
Dalam suatu cekungan air tanah yang di dalamnya dijumpai dua sistem
akuifer, yakni sistem akuifer tak tertekan dan tertekan, tingkat potensi air
tanahnya akan menjelaskan pada setiap sistem akuifer tersebut
Tabel 4.2. Matriks Tingkat Potensi Air Tanah untuk Air Minum
Kuantitas
KualitasStandar Kualitas Air Minum
(Permenkes No. 429/Menkes/PER/IV/2010)Baik
(Memenuhi Syarat)Jelek
(Tidak Memenuhi Syarat)
Besar(Q>10 liter/detik) Tinggi
Nihil
Sedang(Q = 2-10 liter/detik) Sedang
Kecil(Q< 2 liter/detik) Rendah
4.1.2 Kriteria Parameter Akuefer
Dalam study potensi air tanah Provinsi Riau parameter akuifer
diperolah dari data primer berupa uji pempompaan (pumping
test) dan dari hasil metoda deduksi terhadap data hasil
pengukuran geolistrik (data jenis lithologi akuifer, ketebalan
akuifer, dan kedalaman akuifer). Parameter akuifer terhitung
dapat dilihatpada tablel dibawah ini
1. Kota Pekanbaru
HASIL UJI PEMOMPAAN DI KOTA PEKANBARUPROVINSI RIAU
NOSUMUR
DEBIT (Q)m3/hari
KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m
DEBITOPTIMUM
(Qopt) m3/hari
UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-RATA
1SB/P1
2SB/P2
3SB/P3
4SB/P4
79,49
133,06
311,04
82,94
74,6
26,10
277
22,3
16,5
11,1
-
20,2
74,55
18,60
277
21,25
61,11
15,25
227,06
17,42
128,93
118,05
456,37
123,16
Keterangan : SB = Sumur Bor
Bab 4 - 4
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
2. Kabupaten Kuantan Singingi
HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGIPROVINSI RIAU
NOSUMUR
DEBIT (Q)m3/hari
KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m
DEBITOPTIMUM
(Qopt) m3/hari
UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-RATA
5SG
6SB/P6
56,16
103,69
8,08
7,28
18,9
10,2
13,49
8,74
11,06
7,16
16,59
46,06
Keterangan : SB = Sumur Bor, SG = Sumur Gali
3. Kabupaten Siak
HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN SIAKPROVINSI RIAU
NOSUMUR
DEBIT (Q)m3/hari
KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m
DEBITOPTIMUM
(Qopt) m3/hari
UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-RATA
7SB/P8
SB2
71,71 52,7 13,9 33,30 27,30 135,66
Keterangan : SB = Sumur Bor
4. Kabupaten Bengkalis
HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN BENGKALISPROVINSI RIAU
NOSUMUR
DEBIT (Q)m3/hari
KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m
DEBITOPTIMUM
(Qopt) m3/hari
UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-
RATA
8SB/P11
9SB/P9
24SB
80,35
196,99
0,21
9,18
173
22,9
4,48
925
11,2
6,83
549
17,06
5,60
450
13,98
70,60
648
6,99
Keterangan : SB = Sumur Bor
5. Kabupaten Rokan Hilir
HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN ROKAN HILIRPROVINSI RIAU
NOSUMUR
DEBIT (Q)m3/hari
KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m
DEBITOPTIMUM
(Qopt) m3/hari
UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-
RATA
10SB/
P10
155,52
25,92
53,5
4,69
178
8,43
115,75
6,56
94,88
5,38
634,73
18,55
Bab 4 - 5
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
11SB/
P15
Keterangan : SB = Sumur Bor
6. Kabupaten Kampar
HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN KAMPARPROVINSI RIAU
NOSUMUR
DEBIT (Q)m3/hari
KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m
DEBITOPTIMUM
(Qopt) m3/hari
UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-
RATA
12SB/
P12
13SB/P7
8,64
60,48
0,26
13,1
0,33
52,2
0,30
32,65
0,25
26,76
0,27
264,41
Keterangan : SB = Sumur Bor
7. Kabupaten Rokan Hulu
HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN ROKAN HULUPROVINSI RIAU
NOSUMUR
DEBIT (Q)m3/hari
KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m
DEBITOPTIMUM
(Qopt) m3/hari
UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-
RATA
14SB/
P14
15SB/
P13
57,02
13.92
9,35
1,83
29,7
4,37
19,53
3,10
16,01
2,54
48,10
6,94
Keterangan : SB = Sumur Bor
8. Kabupaten Pelalawan
HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN PELALAWANPROVINSI RIAU
NOSUMUR
DEBIT (Q)m3/hari
KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m
DEBITOPTIMUM
(Qopt) m3/hari
UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-
RATA
16SB/
P16
17SB/
P17
127,01
144,29
49,3
36,9
178
212
113,65
124,45
93,16
102,01
108,06
187,70
Keterangan : SB = Sumur Bor
9. Kabupaten Indragiri Hilir
Bab 4 - 6
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIRPROVINSI RIAU
NOSUMUR
DEBIT (Q)m3/hari
KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m
DEBITOPTIMUM
(Qopt) m3/hari
UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-
RATA
18SB/P18
19SB/P19
126,14
25,92
26,30
19,40
26,3
138
26,6
78,70
21,80
64,51
218,90
62,57
Keterangan : SB = Sumur Bor
10. Kota Dumai
HASIL UJI PEMOMPAAN DI KOTA DUMAIPROVINSI RIAU
NOSUMUR
DEBIT (Q)m3/hari
KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m
DEBITOPTIMUM
(Qopt) m3/hari
UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-
RATA
20SB/293
21SB/58
0,67
0,27
8,83
5,62
2,11
5,12
5,47
5,37
4,48
4,40
111,55
9,46
Keterangan : SB = Sumur Bor
11. Kabupaten Indragiri Hulu
HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN INDRAGIRI HULUPROVINSI RIAU
NOSUMUR
DEBIT (Q)m3/hari
KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m
DEBITOPTIMUM
(Qopt) m3/hari
UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-
RATA
22SG/01
23SG/02
1
1
17,3
42,8
9,37
9,76
13,34
26,28
10,93
21,54
14,21
13,79
Keterangan : SB = Sumur Bor, SG = Sumur Gali
Hasil analisis parameter akuifer (keterusan T) dengan program
GWWW dapat dilihat di lampiran.
Bab 4 - 7
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
TABEL 4.3 PARAMETER AKUIFER BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN GEOLISTRIK
KABUPATEN/KOTA
AKUIFER TEBAL(m)
KELULUSAN (k)m/hari
KETERUSAN (T)m2/hari
KAPASITAS JENIS (Qs)m3/hari/m
DEBIT OPTIMUM(l/dtk)
1. Siak Akuifer payau atau asin
- - - - -
2. Bengkalis
Pasir Kuarsa
Pasir Kuarsa
Pasir Kuarsa
Pasir Lempung
Pasir Kuarsa
5 (2-7)
9 (6-15)
8 (4-12)
12 (14-26)
6 (5-11)
12
12
12
2
12
60
108
96
24
72
26,56 2,23
3. Dumai
Pasir Lempungan
Pasir Lempungan
Pasir Lempungan
Pasir Kuarsa
Pasir Lempungan
19 (6-25)
7 (6-13)
4 (6-10)
5 (15-20)
10 (12-22)
2
2
2
12
2
38
14
8
60
20
10,66 Sedang = 3,18
Rendah = 0,45
4. Rokan Hilir
Pasir
Pasir Kuarsa
Pasir Lempungan
Pasir
Pasir Kuarsa
Pasir
8 (7-15)
30 (25-55)
35 (31-66)
17 (13-30)
8 (12-20)
7 (6-13)
12
12
2
12
12
12
96
360
70
204
96
84
78,65 5,07
Bab 4 - 8
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
KABUPATEN/KOTA
AKUIFER TEBAL(m)
KELULUSAN (k)m/hari
KETERUSAN (T)m2/hari
KAPASITAS JENIS (Qs)m3/hari/m
DEBIT OPTIMUM(l/dtk)
5. Rokan Hulu
Pasir Lempungan
Pasir Lempungan
Lempung Pasiran
2 (2-4)
40 (60-100)
2
2
0,5
120
4
20
18,03 0,6
6. Pelalawan
Pasir Kuarsa
Pasir
Pasir Kuarsa
Lampung Pasiran
Pasir Kuarsa
Lempung Pasiran
Pasir Lempungan
Pasir Kuarsa
Lempung Pasiran
Pasir Kuarsa
Lempung Pasiran
6 (9-15)
70 (50-120)
6 (16-22)
57 (70-125)
11 (14-25)
70 (85-155)
1 (2-3)
62 (53-115)
57 (73-130)
15 (10-25)
60 (60-120)
12
12
12
0,5
12
0.5
2
12
0,5
12
0,5
72
840
72
28,5
132
35
2
744
28,5
180
30
122,73 Sedang = 5,66
Rendah = 1,29
7. Kuantan
Singingi
Pasir Kuarsa
Pasir Kuarsa
Pasir Kuarsa
Pasir Kuarsa
Pasir Kuarsa
Pasir Kuarsa
19 (25-44)
18 (16-34)
15 (25-40)
11 (14-25)
19 (34-53)
26 (34-60)
12
12
12
12
12
12
128
216
180
132
128
312
86,72 2,60
Bab 4 - 9
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
KABUPATEN/KOTA
AKUIFER TEBAL(m)
KELULUSAN (k)m/hari
KETERUSAN (T)m2/hari
KAPASITAS JENIS (Qs)m3/hari/m
DEBIT OPTIMUM(l/dtk)
8. Kampar
Pasir
Pasir Lempungan
Pasir Lempungan
Pasir Lempungan
Pasir Lempungan
Pasir Kuarsa
Pasir Kuarsa Pasir
Kuarsa
Pasir Kuarsa
Pasir Lempungan
Pasir Lempungan
4 (6-10)
32 (38-70)
34 (36-70)
5 (8-13)
40 (60-100)
3 (5-8)
36 (34-70)
2 (7-5)
21 (29-50)
6 (9-15)
20 (30-50)
12
2
2
2
2
12
12
12
12
2
2
48
64
68
10
80
36
432
24
252
12
40
44,18 Sedang = 2,9
Rendah = 1,63
9. Pakanbaru Pasir
Pasir Kuarsa
Pasir Lempungan
Pasir Lempungan
Lempung Pasiran
Pasir Kuarsa
Pasir
Pasir Lempungan
Pasir Lempungan
32 (48-80)
5 (7-14)
20 (50-70)
3 (4-7)
15 (60-75)
23 (35-58)
11 (17-28)
35 (50-85)
30 (20-50)
12
12
2
2
0,5
12
12
2
2
384
60
40
6
7,5
276
132
70
60
227,06 Sedang = 5,48-7,81
Rendah = 2,17-1,48
Bab 4 - 10
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
KABUPATEN/KOTA
AKUIFER TEBAL(m)
KELULUSAN (k)m/hari
KETERUSAN (T)m2/hari
KAPASITAS JENIS (Qs)m3/hari/m
DEBIT OPTIMUM(l/dtk)
Pasir 40 (20-60) 12 480
10. Indragiri
HilirAkuifer payau atau asin
- - - -
11. Indragiri
Hulu
Pasir Kuarsa
Pasir Lempungan
Pasir Kuarsa
Pasir Lempungan
Pasir Lempungan
Pasir Lempungan
Pasir Kuarsa
Pasir Kuarsa
4 (6-10)
25 (20-45)
18 (14-32)
40 (60-100)
11 (7-18)
50 (50-100)
6 (7-13)
5 (6-13)
12
2
12
2
2
2
12
12
48
50
216
80
22
100
72
60
33,85 0,39
12. Kepulauan
MerantiAkuifer payau atau asin
- - - -
Bab 4 - 11
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
Parameter akuifer kelulusan (k) dihitung dengan metoda deduksi dengan
bepedoman pada harga kelulusan sudah teruji oleh berbagai cara oleh
para ahli terdahulu (Tabel 4.4).
Tabel 4.4 Harga Koefisien Kelulusan (k) Berbagai Macam Batuan
Material
k [m/day]
Morris & Johnsondalam Todd (1980)
Schoeller, 1962dalam Kruseman &de Ridder (1983)
Kerakal kasarKerakalKerikilPasir kasarPasir sedangPasir halusLanauLempungBatupasir halusBatupasir sedang-kasarBatugampingDolomitGosong pasir (dune sand)LoessGambutSekisSabakTufBasaltGabro lapukGranit lapuk
15027045045122.5
0,080,0002
0,23,1
0,940,001
200,008
5,70,2
0,000080,2
0,010,21,4
-1,0 - 1000
-1,0 - 200
-0,1 - 10
0.10,00001 – 0,0000001
-------------
Parameter akuifer (kelulusan/k dan keterusan/T) dihitung dengan cara
menghitung nilai rata-rata harmonik (harmonic mean) sistem akuifer
tersebut berdasarkan data pengukuran geolistrik Tabel 3, metoda deduksi
digunakan dengan melihat harga kelulusan pada Tabel 4 jika harga
kelulusan tidak tersedia.
Persamaan harmonik adalah sebagai berikut :
K (sistem) = k1xd1 + k2xd2 + k3xd3 + ...........Knxdn/D.
Dalam persamaan tersebut k1, k2, k3,.....kn adalah koefisien kelulusan
pada lapisan akuifer ke 1, 2, 3, dan seterusnya sampai pada lapisan ke n,
sedangkan d1, d2, d3,.... dn adalah ketebalan lapisan qkuifer ke 1, 2, 3,
dan ke n, sedangkan D adalah ketebalan sistem akuifer.
Bab 4 - 12
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
Perhitungan paramter akuifer dengan menggunakan persamaan harmonik
di Provinsi Riau adalah :
Dari 12 kabupaten/kota, sebanyak 3 kabupaten tidak dihitung karena dari
data pendugaan geolistrik, tidak dijumpai lapisan atau batuan bersifat
akuifer (pembawa air) atau jika ada bersifat asin atau payu. Ketiga
kabupaten tersebut adalah Kabupaten Siak, Kabupaten Indragiri Hilir, dan
Kabupaten Kepulauan Meranti. Sedangkan untuk kabupaten/kota yang
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan harmonik dan dengan
metoda deduksi untuk harga kelulusannya, adalah sebagai berikut ( lihat
Tabel 4.3 ) :
1. Kabupaten Bengkalis :
K = 4,05 m/hr ; T = 162 (rata-rata = 32,4) m2/hari ; Ketebalan akuifer (D) =
40 m
2. Kota Dumai :
K = 1,4 m/hr ; T = 65 (rata-rata = 13) m2/hari ; Ketebalan akuifer (D) = 45
m
3. Kabupaten Rokan Hilir
Untuk semua contoh air tanah tidak ada yang memenuhi syarat sebagai
air minum, yaitu kandungan Mn, Na, Cl, dan TDS melebihi ambang batas
yang dipersyaratkan.
K = 5,49 m/hr ; T = 576 (rata-rata = 96) m2/hari ; Ketebalan akuifer (D) =
105 m
4. Kabupaten Rokan Hulu :
K = 0,62 m/hr ; T = 66 (rata-rata = 22) m2/hari ; Ketebalan akuifer (D) =
102 m
5. Kabupaten Pelalawan :
K = 6,22 m/hr ;T = 1647 (rata-rata =149,73) m2/hari ;Ketebalan akuifer (D)
=265 m
6. Kabupaten Kuantan Singingi :
K = 5,88 m/hr ; T = 635 (rata-rata = 105,8) m2/hari; Ketebalan akuifer (D) =
108 m
Bab 4 - 13
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
7. Kabupaten Kampar :
K = 2,92 m/hr ; T = 635 (rata-rata = 53,9) m2/hari ; Ketebalan akuifer (D) =
203 m
8. Kota Pakanbaru :
K = 5,01 m/hr ; T = 1073 (rata-rata = 107,3) m2/hari ; Ketebalan akuifer
(D) = 214 m
9. Kabupaten Indragiri Hulu :
K = 2,13 m/hr ; T = 330 (rata-rata = 41,3) m2/hari ; Ketebalan akuifer (D) =
155 m
Dalam perhitungan tingkat potensi air tanah untuk masing-masing
kabupaten/kota, parameter akuifer dari hasil pemompaan uji digabungkan
dengan parameter akuifer dari hasil dari hasil data pengukuran geolistrik.
4.1.3 Kriteria Kualitas Air Tanah
Penilaian kualitas air tanah didasarkan pada 36 contoh air tanah yang
diambil di lapangan dengan ketentuan untuk setiap kabupaten/kota
diwakili oleh 3 contoh air tanah. Gambaran kualiats air tanah di masing-
masing kabupaten kota adalah sebagai berikut :
1. Kabupaten Siak
Kandungan Fe untuk 2 contoh air tanah melebihi batas ambang yang
dipersyaratkan.
2. Kabupaten Bengkalis
Kandungan Fe, Na, Cl, dan Zat Padat Terlarut (TDS) untuk 2 contoh air
tanah melebihi batas ambang yang dipersyaratkan.
3. Kota Dumai
Semua unsur yang dipersyaratkan tidak ada yang melebihi batas ambang
yang dipersyaratkan. Memenuhi syarat sebagai air minum.
4. Kabupaten Rokan Hilir
Untuk semua contoh air tanah tidak ada yang memenuhi syarat sebagai
air minum, yaitu kandungan Mn, Na, Cl, dan TDS melebihi ambang batas
yang dipersyaratkan.
Bab 4 - 14
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
5. Kabupaten Rokan Hulu
Kandungan Mn dan TDS untuk 2 contoh air tanah melebihi batas ambang
yang dipersyaratkan.
6. Kabupaten Pelalawan
Kandungan Fe untuk 1 contoh air tanah melebihi batas ambang yang
dipersyaratkan.
7. Kabupaten Kuantan Singingi
Kandungan Fe dan Mn untuk 1 contoh air tanah melebihi batas ambang
yang dipersyaratkan.
8. Kota Kampar
Semua unsur yang dipersyaratkan tidak ada yang melebihi batas ambang
yang dipersyaratkan. Memenuhi syarat sebagai air minum.
9. Kota Pekanbaru
Kandungan Fe untuk 1 contoh air tanah melebihi batas ambang yang
dipersyaratkan.
10. Kabupaten Indragiri Hilir
Kandungan Fe untuk 1 contoh air tanah melebihi batas ambang yang
dipersyaratkan.
11. Kabupaten Indragiri Hulu
Kandungan Fe untuk 2 contoh air tanah melebihi batas ambang yang
dipersyaratkan.
12. Kabupaten Kepulauan Meranti
Untuk semua contoh air tanah tidak ada yang memenuhi syarat sebagai
air minum, yaitu kandungan Fe, Na, Cl, dan TDS melebihi ambang batas
yang dipersyaratkan.
4.2 Pemanfaatan Air Tanah
4.2.1 Pemanfaatan Berdasarkan Kualitas Air Tanah
Pemanfaatan air tanah untuk berbagai keperluan, terutama untuk air
bersih penduduk harus dilihat dari 2 aspek, yaitu aspek ketersedian akan
air tanah itu sendiri (potensi air tanah) dan aspek kebutuhan atau manfaat.
Ketersedian air tanah di alam sangat tergantung kepada formasi geologi
Bab 4 - 15
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
yang ada, maka tidak semua tempat dapat menghasilkan air tanah sesuai
yang diharapkan, satu tempat dengan tempat lain dapat berbeda
potensinya.
Provinsi Riau yang terdiri dari berbagai formasi geologi tentunya
mempunyai potensi air tanah yang tidak sama. Di samping pengaruh
formasi geologinya pengaruh lainnya, seperti pengaruh linkungan pantai
dan rawa akan sangat berpengaruh terhadap kualitas air tanah.
Berikut ini hasil analisis dan evalusi pemanfaatan air tanah untuk Propinsi
Riau didasarkan atas kualitasnya :
1. Kabupaten Siak
Ditinjau dari topografinya Kabupaten Siak, wilayah timur merupakan
dataran rawa pantai. Pada daerah rawa pantai kualitas air tanah kurang
baik, terutama untuk air tanah dangkal dengan kedalaman kurang dari 100
meter. Kandungan unsur Cl, Fe, dan Mn cenderung akan tinggi. Litologi
batuan terutma terdiri auvlium muda (Qh), Endapan alluvium tua (Qp), dan
Formasi Minas (Qpmi).
Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 6 titik) menunjukkan bahwa untuk
wilayah Kota Siak Sri Indrapura lapisan pembawa air (akuifer) bersifat
payau, air tanah tidak dapat digunakan sebagai sumber air bersih. Air
tanah dengan kualitas baik dan kemungkinan dapat dikembangkan dapat
diperoleh di wilayah barat kabupaten. Uji kualitas 1 contoh air tanah yang
diambil di bagian barat menunjukkan memenuhi syarat untuk air minum.
2. Kabupaten Bengkalis
Ditinjau dari morfologinya Kabupaten Bengkalis mempunyai topografinya
menyerupai Kabupaten Siak, wilayah utara dan timur merupakan dataran
rawa pantai yang cenderung sulit memperoleh air tanah dengan kualitas
baik.
Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 7 titik) di wilayah Kabupaten
Bengkalis Bagian Utara, menunjukkan bahwa terdapat lapisan pembawa
air (akuifer) tawar bercampur payau, artinya bahwa disamping akuifer
payau yang lebih dominan masih dijumpai akuifer tawar. Air tanah
Bab 4 - 16
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
dengan kualitas baik (tawar) akan diperoleh dan kemungkinan dapat
dikembangkan dapat diperoleh di wilayah barat kabupaten. Uji kualitas 1
contoh air tanah yang diambil di bagian barat menunjukkan memenuhi
syarat untuk air minum.
3. Kota Dumai
Menyerupai wilayah Kabupaten Siak dan Bengkalis, topografi Kota Dumai
juga merupakan daerah dataran pantai. Hanya secara ketinggian tempat
dan keadaan geologi agak berbeda dengan wilayah Kabupaten Siak,
Bengkalis, dan Rokan Hilir. Formasi geologi yang berumur lebih tua dan
bukan endapan pantai memungkinkan ditemukan akuifer tawar.
Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 5 titik) di wilayah Kota Dumai,
menunjukkan bahwa terdapat lapisan pembawa air (akuifer) tawar
bercampur payau, artinya bahwa disamping akuifer payau dijumpai
akuifer tawar. Air tanah dengan kualitas baik (tawar) akan diperoleh dan
kemungkinan dapat dikembangkan dapat diperoleh . Hasil uji kualitas air
untuk 3 contoh air tanah menunjukkan kesemuanya memenuhi syarat
untuk air minum. Dari berbagai data sekunder beberapa air tanah tawar
dapat diperoleh dengan debit sumur dapat mencapai 2 sampai 5 liter/detik
pada kedalaman 80 meter sampai 120 meter.
Adanya akuifer tawar dan payau memang agak menyulitkan dalam
pemanfaatkan air tanahnya. Kontruksi sumur bor yang tepat akan dapat
memisahkan antara akuifer tawar dan payau akan tetapi jika tidak akuifer
tawar dan payau akan bercampur. Oleh karena itu pengalaman personil
pemboran sangat menentukan di samping pelaratan bor yang memadai.
4. Kabupaten Rokan Hilir
Keadaan morfologi dan geologi hampir menerupai morfologi dan geologi
di wilayah Kabupaten Bengkalis, Siak, dan Kota Dumai. Bagian utara di
wilayah kabupaten ini umumnya air tanahnya payau.
Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 6 titik) di wilayah Kecamatan Bagan
Sinemba, Bagan Batu, Kabupaten Rokan Hilir menunjukkan bahwa ham-
pir keseluruhan lapisan pembawa air bersifat, hanya terdapat 1 lapisan ak-
Bab 4 - 17
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
ifer bersifat payau. Air tanah dengan kualitas baik (tawar) akan diperoleh
dan kemungkinan dapat dikembangkan dapat diperoleh di wilayah bagian
selatan kabupaten, seperti di wilayah Bagan Batu, Kecamatan Bagan
Sinemba. Uji kualitas 3 contoh air tanah, menunjukkan tidak memenuhi
syarat untuk air minum. Untuk 2 contoh yang diambil di bagian utara
kabupaten, bersifat payau karena kandungan unsur Cl melebihi baku
mutu (baku mutu Cl 250 mg/l), sedangkan untuk contoh air tanah yang
dambil di bagian selatan (Bagan Batu) menunjukkan hanya kandungan Fe
yang melebihi baku mutu yang umum terjadi di wilayah Provinsi Riau,
sedangkan untuk kandungan unsur klorida di bawah baku mutu. Menun-
jukkan makin ke arah selatan kemungkinan akan dijumpai air tanah tawar.
5. Kabupaten Rokan Hulu
Wilayah Kabupaten Rokan Hulu baik secara geologi maupun morfologinya
jauh berbeda dengan wialyah kabupaten/kota sebelumnya (wilayah Kabu-
paten Siak, Bengkalis, Kota Dumai, dan Rokan Hilir). Ditinjau dari mor-
fologi wilayahnya berbukit, wilayah dataran terutama pada dataran banjir
Sungai Rokan sedangkan secara geologinya wilayah Kabupaten Rokan
Hulu ditempati oleh batuan berumur tua dari
Formasi Minas, Qpmi (kerikil, kerakal, pasir, dan lempung)
Formasi Petani, Tup (batulumpur, lignit, sedikit batulanauan, dan
batupasir)
Formasi Telisa, Tmt (batulumpur gampingan abu-abu, batugamping
tipis, batulanau, sedikit batupasir)
Formasi Sihapas, Tms (batupasir konglomeratan dan batulanau)
Formasi Kelantan, Puku (filit, serpih muscovit, dan batugamping
tipis)
Secara hidrogeologi hanya Formasi Minas yang berpotensi mengandung
air tanah. Sedangkan untuk lapisan batuan atau formasi yang berpotensi
sebagai akuifer adalah dari endapan aluvium muda di sepanjang kiri dan
kanan Sungai Rokan yang terdiri dari karikil, pasir, dan lempung.
Bab 4 - 18
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 6 titik) di wilayah Kecamatan
Rambah Samo, sebelah timur Kota Pasir Pangaraian, pada Formasi
Petani, menunjukkan bahwa terdapat lapisan pembawa air (akuifer)
tawar bercampur payau, artinya bahwa disamping akuifer payau dijumpai
akuifer tawar. Air tanah dengan kualitas baik (tawar) akan diperoleh
terutama pada endapan aluvium. Hasil uji kualitas air untuk 3 contoh air
tanah menunjukkan 2 diantaranya kualitasnya kurang baik, kandungan
Mn dan TDS tidak memenuhi syarat untuk air minum akan tetapi
kandungan Cl masih di bawah baku mutu.
Secara hidrogeologi batuan yang berpotensi mengandung air tanah
adalah dari endapan aluvium (Qh) dan endapan aluvium tua (Qp).
Sedangkan batuan berumur tua umumnya mempunyai potensi air tanah
kecil.
6. Kabupaten Pelalawan
Secra umum wilayah Kabupaten Pelalawan mempunyai morfologi
bergelombang yang makin ke arah timur makin mendatar. Sedangkan
secara geologi terdiri dari berbagai formasi :
Endapan auvlium muda/permukaan muda (Qh) terdiri dari kerikil,
pasir, dan lempung. Merupakan batuan berpotensi sebagai lapisan
akuifer.
Endapan aluvium tua/permukaan tua (Qp), terdiri dari kerikil, pasir,
dan lempung bersifat agak padu. Merupakan batuan berpotensi
sebagai lapisan akuifer.
Formasi Minas (Qpmi) terdiri dari kerikil, kerakal, pasir, dan
lempung bersifat setengah padu. Dapat menjadi lapisan akuifer
walupun tidak sebaik endapan aluvium.
Formasi Kerumutan (Qtke), terdiri dari lempung tufaan dan pasir
bersifat setengah padu. Merupakan batuan berpotensi sebagai
lapisan akuifer.
Formasi Petani, Tup (batulumpur, lignit, sedikit batulanauan, dan
batupasir) tidak berpotensi menjadi akuifer.
Bab 4 - 19
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 6 titik) di wilayah komplek Pemda
Kabupaten Pelalawan, pada endapan aluvium tua, menunjukkan bahwa
terdapat lapisan pembawa air (akuifer) tawar yang potensial. Demikian
pula untuk kualitasnya, dari contoh air yang diambil 1 contoh mempunyai
Fe melebihi baku mutu. Secara umum kandungan Fe memang cenderung
tinggi di seluruh Provinsi Riau akan tetapi secara teknologi kandungan Fe
dapat ditunkan dengan cara sederhana. Secara umum daerah kabupaten
yang tersusun dengan aluvium muda, aluvium tua, dan batuan Formasi
Minas akan mempunyai potensi tinggi.
7. Kabupaten Kuantan Singingi
Wilayah Kabupaten Kuantan Singingi mempunyai morfologi
bergelombang rendah sampai sedang ke arah selatan. Sedangkan
secara geologi dapat dibagi 2 kelompok berdasarkan sifat fisik
batuannya.. Kelompok pertama terdiri dari gabungan batuan yang
berpotensi menjadi akuifer seperti endapan aluvium (Qh), Formasi
Palembang Atas (Qtpu), dan endapan undak sungai (Qs) merupakan
kelompok batuan yang berpotensi menjadi akuifer. Kelompok lain yang
tidak berpotensi menjadi akuifer adalah terdiri dari Formasi Kuantan Atas
(Pckq), Formasi Kuantan, Anggota Filit dan Serpih (Pcks), Fomasi
Kuantan Anggota Batugampin (Pckl), Formasi Palembang Anggota
Tengah (Tpm), Formasi Palembang Bawah (Tpl), Formasi Telisa,
Anggota Atas (Tmtu), Formasi Telisa, Anggota Bawah (Tmtl), dan Formasi
Tuhur (TRts). Kelompok ini terdiri dari batuan padu dan mempunyai
kelulusan rendah dan tidak berpotensi menjadi akuifer.
Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 6 titik) di wilayah Kecamatan
Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi, pada Formasi Palembang
Atas (tufa asam batuapung dan batupasir tufaan) menunjukkan bahwa
lapisan pembawa air (akuifer) bersifat tawar. Demikian pula untuk
kualitasnya, dari contoh air yang diambil 1 contoh mempunyai Fe dan Mn
melebihi baku mutu. Secara umum kandungan Fe memang cenderung
Bab 4 - 20
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
tinggi di seluruh Provinsi Riau akan tetapi secara teknologi kandungan Fe
dan Mn dapat diturunkan dengan cara sederhana.
8. Kabupaten Kampar
Wilayah Kabupaten Kampar mempunyai morfologi bergelombang.
Sedangkan secara geologi dapat dibagi 2 kelompok berdasarkan sifat fisik
batuannya.. Kelompok pertama terdiri dari gabungan batuan yang
berpotensi menjadi akuifer seperti endapan aluvium (Qh), endapan
aluvium tua (Qp), dan Formasi Minas (Qpmi) merupakan kelompok
batuan yang berpotensi menjadi akuifer. Kelompok lain yang tidak
berpotensi menjadi akuifer adalah terdiri dari : Formasi Bahorok (Pub),
Formasi Kuantan (Pckq dan Pukt), Formasi Pematang (Tpe), Foramasi
Petani (Tup), Formasi Sihapas (Tms), Formasi Telisa (Tmt), Granit Pulau
Gadang (Mpipg), dan Granit Ulak (Mpiul). Kelompok ini terdiri dari batuan
padu dan mempunyai kelulusan rendah dan tidak berpotensi menjadi
akuifer.
Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 6 titik) di wilayah Kecamatan
Kampar, Kabupaten Kampar, pada endapan aluvium (Qh) dan endapan
aluvium tua (Qp) menunjukkan bahwa terdapat beberapa lapisan
pembawa air (akuifer) tawar yang potensial. Hasil uji kualitas air untuk 3
contoh air tanah menunjukkan kesemuanya memenuhi syarat untuk air
minum. Secara umum wilayah Kabupaten Kampar dengan batuan dari
endapan aluvium, endapan aluvium tua, dan Formasi Minas merupakan
daerah dengan potensi air tanah menjanjikan.
9. Kota Pekanbaru
Wilayah Kota Pekanbaru dan sekitarnya mempunyai morfologi
bergelombang lemah. Sedangkan secara geologi dapat dibagi 2 kelompok
batuan berdasarkan sifat fisik batuannya. Kelompok pertama, terdiri dari
gabungan batuan yang berpotensi menjadi akuifer, menempati sebagian
besar wilayah, seperti endapan aluvium (Qh), endapan aluvium tua (Qp),
dan Formasi Minas (Qpmi) merupakan kelompok batuan yang berpotensi
menjadi akuifer. Kelompok lain yang tidak berpotensi menjadi akuifer
Bab 4 - 21
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
adalah Kelompok Formasi Petani (Tup) terdiri dari batulumpur, lignit,
sedikit batulanauan, dan batupasir, tidak berpotensi menjadi akuifer.
Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 7 titik) di wilayah Kecamatan
Rumbai, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pakanbaru, pada endapan
aluvium (Qh) dan endapan aluvium tua (Qp) menunjukkan bahwa terdapat
beberapa lapisan pembawa air (akuifer) tawar yang potensial. Demikian
pula untuk kualitasnya, dari contoh air yang diambil 1 contoh mempunyai
Fe melebihi baku mutu. Secara umum kandungan Fe memang cenderung
tinggi di seluruh Provinsi Riau akan tetapi secara teknologi kandungan Fe
dapat diturunkan dengan cara sederhana. Secara umum wilayah Kota
Pakanbaru dan sekitarnya berdasarkan susunan batuan dan kualitas air
tanahnya merupakan daerah dengan potensi air tanah menjanjikan.
10. Kabupaten Indragiri Hilir
Secara umum Morfologi Kabupaten Indragiri Hilir merupakan dataran,
terutama di wilayah wilayah timur yang merupakan dataran rawa pantai.
Sedangkan litologinya terdiri dari endapan aluvium pantai dan endapan
aluvium rawa yang terdiri dari kerikil, pasir, dan lempung. Daerah rawa
pantai seperti ini akan berpengaruh terhadap kualitas air tanahnya yang
cenderung kurang baik, terutama untuk air tanah dangkal dengan
kedalaman kurang dari 100 meter. Walaupun hasil analisis contoh air
tanah 2 contoh memenuhi syarat sebagai air minum akan tetapi secara
umum pengaruh endapan rawa pantai akan menyebabkan , terutama
unsur Cl akan tinggi pada air tanah, terutama air tanah dangkal.
Akuifer tawar dapat ditemukan pada endapan aluvium pantai yang
umumnya bersifat pasiran walaupun kemungkinan masih dapat ditemukan
lapisan payau pada lapisan bersifat lempungan.
Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 5 titik) di wilayah Kecamatan
Tembilah Kota dan Kecamatan Tembilahan Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir
tidak dijumpai akuifer tawar, artinya keseluruhan endapan rawa pantai
sudah merupakan endapan transisi sehingga unsur Cl dan Na merupakan
unsur kimia yang dominan. Secara setempat memang masih
Bab 4 - 22
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
memungkinkan dijumpai air tanah tawar yang merupakan air tanah
terperangkap pada lensa-lensa pasir.
11. Kabupaten Indragiri Hulu
Wilayah Kabupaten Indragiri Hulu mempunyai morfologi bergelombang
rendah sampai sedang ke arah selatan. Sedangkan secara geologi dapat
dibagi 2 kelompok berdasarkan sifat fisik batuannya.. Kelompok pertama
terdiri dari gabungan batuan yang berpotensi menjadi akuifer seperti
endapan aluvium (Qh), endapan kipas aluvium (Qf), endapan rawa (Qa),
dan endapan undak sungai (Qt) merupakan kelompok batuan yang
berpotensi menjadi akuifer. Kelompok lain yang tidak berpotensi menjadi
akuifer adalah terdiri dari Formasi Kasai (Qtk), Formasi Kerumutan
(Qtke), Fomasi Muara Enim (Tmpm), Formasi Palembang Anggota
Tengah (Tpm), Formasi Tualang (Tmt), Formasi Lakat (Toml), Anggota
Atas (Tmtu), Formasi Air Benakat (Tma), dan Formasi Mentulu (Pcm).
Kelompok ini terdiri dari batuan padu dan mempunyai kelulusan rendah
dan tidak berpotensi menjadi akuifer.
Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 5 titik) di wilayah Kecamatan
Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, pada endapan undak sungai (Qt)
menunjukkan bahwa terdapat beberapa lapisan pembawa air (akuifer)
tawar. Hasil uji kualitas air untuk 3 contoh air tanah menunjukkan 2 contoh
mempunyai kandungan Fe di atas baku mutu akan memang umum
kandungan Fe cenerung tinggi di wilayah Provinsi Riau. Secara umum
wilayah Kabupaten Indragiri Hulu dengan batuan dari endapan aluvium,
endapan kipas aluvium, endapan rawa, dan endapan undak sungai
merupakan daerah dengan potensi air tanah menjanjikan.
12. Kabupaten Kepulauan Meranti
Morfoloi Kabupaten Meranti berupa dataran pulau sedangkan geologinya
terdiri dari endapan aluvium (Qh) dan endapan aluvium tua (Qp), yang
terdiri campuran endapan lepas terutama berupa kerikil, pasir, dan
lempung.
Bab 4 - 23
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 5 titik) di Kecamatan Tebing Tinggi,
Kabupaten Kepulauan Meranti, tidak dijumpai akuifer tawar, artinya
keseluruhan endapan rawa pantai sudah merupakan endapan transisi
sehingga unsur Cl dan Na merupakan unsur kimia yang dominan.
Hasil analisis terhadap 3 cotoh air tanah, menunjukkan kesemua tidak
memenuhi syarat sebagai air minum karena kandungan Na, Cl, dan TDS
di atas ambang baku mutu yang dipersyaratkan. Secara setempat
memang masih memungkinkan dijumpai air tanah tawar yang merupakan
air tanah terperangkap pada lensa-lensa pasir. Berdasarkan sejarah
geologi daerah sepanjang pantai timur Provinsi Riau telah terjadi proses
pengendapan laut dangkal dan daratan yang bergantian relatif cepat yang
menyebabkan tebentuknya akuifer payau dan akuifer tawar. Perselingan
ini umumnya berbentuk menjari (iterfengering), dimana akuifer tawar akan
menebal ke arah daratan dan menipis kearah laut. Hasil penyelidikan
hidrogeologi dan hasil pengukuran geolistrik terdahulu menunjukkan
bahwa perselingan antara akuifer tawar dan akuifer payau umum
dijumpai.
Akuifer tawar juga dapat ditemukan pada lensa-lensa pasir pada endapan
aluvium tua akan tetapi umumnya dalam jumlah terbatas dan umumnya
merupakan air tanah tidak tertekan dangkal.
4.2.2 Pemanfaatan Berdasarkan Potensi Air Tanah
Pemanfaatan air tanah tidak hanya didasarkan pada kualitas air tanah
yang ada akan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah jumlah atau
potensi air tanah ada. Berdasarkan hasil analisis dan eveluasi study
potensi air tanah di seluruh Provinsi Riau yang didasarkan pada jumlah
keterdapatan atau potensi air tanahnya dapat dibagi menjadi 3 kelompok.
Kelompok pertama
Merupakan kelompok wilayah dengan potensi air tanah sedang
yang memungkingkan untuk pemanfaatan air tanah dalam jumlah
terbatas dan penggunaan untuk mencukpi kebutuhan air bersih
rumah tangga.
Bab 4 - 24
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
Wilayah ini meliputi Kabupaten Pelalawan Bagian Barat, Wilayah
Kota Pakanbaru, dan Wilayah Kabupaten Kampar Bagian Timur.
Kelompok ke dua
Merupakan kelompok wilayah dengan potensi air tanah rendah
yang kurang memungkingkan untuk pemanfaatan air tanah. Air
tanah hanya digunaan untuk mencukpi kebutuhan air bersih
rumah tangga untuk masing-masing warga.
Wilayah ini meliputi sebagian wilayah Kabupaten Kuantan Singingi
dan sebagian wilayah Kabupaten Rokan Hulu.
Kelompok ke tiga
Merupakan kelompok wilayah potensi air tanah dengan kualitas
tidak menenuhi syarat sebagai air minum untuk di sebagian
wilayah.
Wilayah ini meliputi Kabupaten Rokan Hilir Bagian Utara, di
Sebagian Kota Dumai, di Wilayah Kabupaten Bengkalis Bagian
Utara, di Sebagian Besar Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti,
di Bagian Timur Wilayah Kabupaten Siak, di Sebagian Wilayah
Kabupaten Indragiri Hilir, dan di Sebagian Wilayah Kabupaten
Indragiri Hulu.
Pemanfaatan air tanah di bagian wilayah dengan kualitas air tanah
baik masih memungkinkan dalam sekala kecil akan tetapi terbatas
untuk keperluan air bersih penduduk.
4.3 Neraca
4.3.1 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air bersih untuk setiap orang berdasarkan ketentuan dari WHO
untuk negara berkembang kurang lebih sebesar 120 l/hari sedangkan
untuk negara yang belum berkembang (miskin) kurang lebih 90 l/hari. Di
Indonesia mengacu kepada standar air bersih menurut Direktorat Jenderal
Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum (1988) membagi beberapa
kriteria berdasarkan besarnya kota, seperti pada Tabel 4.5
Bab 4 - 25
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
Tabel 4. 5 : Standar Kebutuhan Air Bersih Untuk Rumah Tangga (Dit.Jen. Cipta Karya, 1988)
KATEGORI KOTA JUMLAH PENDUDUK(jiwa)
KEBUTUHAN AIR BERSIH
(l/orang/hari)
I Metropolitan > 1.000.000 190
II Besar 500.000 – 1.000.000 170
III Sedang 100.000 – 500.000 150
IV Kecil 20.000 – 100.000 130
V Kecamatan 3.000 – 20.000 100
4.3.2 Kebutuhan Air Bersih
Berdasarkan kriteria pada Tabel 4.5 tersebut standar kebutuhan air bersih
untuk penduduk Provinsi Riau secara umum dimasukkan dalam kategori
II (kecil), artinya bahwa untuk setiap penduduk Provinsi Riau
membutuhkan kurang lebih 130 liter/hari air bersih untuk berbagai
keperluan. Kebutuhan ini dianggap sebagai kebutuhan maksimal air
bersih untuk saat ini akan tetapi di masa mendatang seiring dengan
perkembangan di berbagai sektor akan meningkat pula kebutuhan akan
air bersih sehingga untuk tahun-tahun mendatang sangat memungkinkan
kebutuhan air bersih akan meningkat menjadi katagori III atau II.
Untuk
Berdasarkan Tabel 4.6, jumlah penduduk tahun 2014 seluruh Provnsi
Riau sebesar 6.129.624 jiwa, jika setiap orang membutuhkan 130 l/hari,
maka air bersih yang dibutuhkan 796.851.120 l/hari atau kurang lebih
252,42 x 106 m3/tahun. Perhitungan tersebut hanya untuk kebutuhan hidup
rumah tangga sehari-hari, belum termasuk untuk kebutuhan
lainnya,rumah sakit, hotel, kantor, dll., maka jumlahnya akan bertambah.
Bab 4 - 26
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
Tabel 4. 6 : Jumlah Kebutuhan Air Bersih Untuk Setiap Kabupaten
KABUPATEN JUMLAHTahun 2014
(jiwa)
KEBUTUHAN AIR BERSIH
(m3/tahun)
PENGEMBANGANAIR TANAH
Bengkalis543.786 25,45 x 106 Di Sebagian
Wilayah
Dumai280.027 12,71 x 106 Di Sebagian
Wilayah
Indragiri Hilir685.530 32,08 x 106 Di Sebagian
Wilayah
Indragiri Hulu412.865 19,32 x 106 Di Sebagian
Wilayah
Kampar766.351 35,87 x 106 Di Sebagian Besar
Wilayah
KepulauanMeranti183.912 8,61 x 106 Di Sebagian Kecil
Wilayah
KuantanSingingi306.718 14,35 x 106 Di Sebagian
Wilayah
Pekanbaru999.031 46,75 x 106 Di Semua Wilayah
Pelalawan367.715 17,21 x 106 Di Sebagian Besar
Wilayah
RokanHilir618.355 28,94 x 106 Di Sebagian
Wilayah
RokanHulu543.857 25,45 x 106 Di Sebagian
Wilayah
Siak421.477 19,73 x 106 Di Sebagian
WilayahTOTAL 6.129.624 252,42 x 106
Secara keseluruhan hampir di sebagian besar wilayah air tanah tidak da-
pat dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan air bersih karena beber-
apa faktor, antara lain :
Faktor potensi air tanahnya yang kurang mencukupi, baik karena
kualitasnya maupun kuantitasnya.
Faktor penyebaran sumber air tanah yang tidak merata untuk
setiap wilayah kabupaten/kota.
Guna mencukupi kekurangan sumber air bersih di berbagai wilayah
potensi sumber daya air lain perlu dipikirkan. Sumber air bersih selain air
tanah ialah sumber air permukaan (sungai) yang potensinya tidak kalah
dengan sumber air tanah. Secara geografi Provinsi Riau mempunyai 4
sungai besar beserta anak-anak sungainya, yaitu Sungai Rokan, Sungai
Bab 4 - 27
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
Siak, Sungai Kampar, dan Sungai Indragiri. Ke empat sungai ini
merupakan sungai perennial atau sungai yang mengalir sepanjang tahun
yang dapat digunakan sebagai sumber air bersih. Hanya memang perlu
pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai sumber air
bersih. Pengolahan air sungai inilah yang kadang-kadang memerlukan
dana yang cukup mahal jika dibandingkan dengan pengolahan air tanah.
4.4 Prospek Pendayagunaan Air Tanah
Secara keseluruhan hampir di sebagian besar wilayah, air tanah tidak
dapat dikembangkan/didayagunakan untuk mencukupi kebutuhan air
bersih karena beberapa faktor, antara lain :
Faktor potensi air tanahnya yang kurang mencukupi, baik karena
kualitasnya maupun kuantitasnya.
Faktor penyebaran sumber air tanah yang tidak merata untuk
setiap wilayah kabupaten/kota.
Pendayagunakan air tanah untuk wilayah Provinsi Riau hanya dapat
dilakukan pada wilayah tertentu saja, yaitu wilayah dengan potensi air
tanah sedang. Pada wilayah ini, pendayagunaan utama untuk keperluan
air bersih rumah tangga, sedangkan untuk keperluan industri (pabrik,
hotel, dan kantor) dapat dilakukan secara terbatas. Untuk pendayagunaan
dalam sekala besar yang membutuhkan volume air tidak sedikit tidak
disarankan. Untuk wilayah dengan potensi air tanah rendah pendagunaan
terbatas untuk keperluan air bersih rumah tangga sedangkan untuk
keperluan industri tidak disarankan, kecuali untuk industri masyarakat
kecil (pabrik tempe, tahu, dll) masih memungkinkan. Untuk daerah dengan
potensi air tanah nihil penggunaan air tanah umumnya dimanfaatkan
untuk air bersih rumah saja dalam jumlah terbatas.
Guna mencukupi kekurangan sumber air bersih di berbagai wilayah,
potensi sumber daya air lain perlu dipikirkan. Sumber air bersih selain air
tanah ialah sumber air permukaan (sungai) yang potensinya tidak kalah
dengan sumber air tanah. Secara geografi Provinsi Riau mempunyai 4
Bab 4 - 28
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau
sungai besar beserta anak-anak sungainya, yaitu Sungai Rokan, Sungai
Siak, Sungai Kampar, dan Sungai Indragiri. Ke empat sungai ini
merupakan sungai perennial atau sungai yang mengalir sepanjang tahun
yang dapat digunakan sebagai sumber air bersih. Hasil perhitungan
simpanan air pada ke empat daerah aliran sungan (Tabel 2.9
Penambahan simpanan air tahun 2005 di DAS Riau) menunjukkan bahwa
penambahan simpanan air cukup besar untuk menambah cadangan air
tanah.
Kendala dalam pengolahan air permukaan untuk air bersih memang tidak
semudah dalam pengolahan air tanah. Pengolahan air sungai inilah yang
kadang-kadang memerlukan dana yang cukup mahal jika dibandingkan
dengan pengolahan air tanah karena secara umum air permukaan (air
sungai) kualitasnya tidak sebaik air tanah. Dilihat potensinya, untuk
Provinsi Riau air permukaan lebih menjanjikan sebagai sumber air besih
jika dibandingkan dengan air tanah.
Bab 4 - 29
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi
Riau