bab 4 ok

43
Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi Riau Dalam bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan potensi air tanah dan prospek pengembangan air tanahnya berdasarkan ketersedian atau potensi sumber daya air tanahnya. 4.1Potensi Air Tanah Dalam hidrogeologi pekerjaan Evalusi Potensi Air Tanah merupakan kegiatan lanjutan setelah pengkajian hidrogeologi berskala regional, yakni pemetaan hidrogeologi sistematis skala peta 1:250.000. Jika dalam pemetaan hidrogeologi itu berbasis lembar peta, evaluasi potensi air tanah berbasis cekungan air tanah dengan skala lebih besar. Oleh karena itu, hasilnya harus sudah bersifat operasional dan dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan pengelolaan air tanah. Pedoman untuk menghitung potensi air tanah sudah terseia panduannya, berupa Pedoman Teknis Evaluasi Potensi Air Bawah Tanah yang dibuat oleh Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Tahun 2000. Bab 4 - 1 Bab 4 POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN AIR TANAH

description

study potensi air se - provinsi riau

Transcript of bab 4 ok

Page 1: bab 4 ok

Dalam bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan potensi air

tanah dan prospek pengembangan air tanahnya berdasarkan ketersedian

atau potensi sumber daya air tanahnya.

4.1 Potensi Air Tanah

Dalam hidrogeologi pekerjaan Evalusi Potensi Air Tanah merupakan

kegiatan lanjutan setelah pengkajian hidrogeologi berskala regional, yakni

pemetaan hidrogeologi sistematis skala peta 1:250.000. Jika dalam

pemetaan hidrogeologi itu berbasis lembar peta, evaluasi potensi air

tanah berbasis cekungan air tanah dengan skala lebih besar. Oleh

karena itu, hasilnya harus sudah bersifat operasional dan dapat digunakan

sebagai acuan dalam perencanaan pengelolaan air tanah. Pedoman un-

tuk menghitung potensi air tanah sudah terseia panduannya, berupa Pe-

doman Teknis Evaluasi Potensi Air Bawah Tanah yang dibuat oleh Ke-

menterian Energi Dan Sumber Daya Mineral Tahun 2000.

Dalam pekerjaan study potensi air tanah, pekerjaan pengumpulan data

merupakan pekerjaan yang sangat menentukan. Data yang akan diper-

oleh akan sangat mempengaruhi hasil study yang dilakukan, makin

banyak ragam data dengan jumlah mencukupi tentu semakin akurat hasil-

nya.

Dalam proses analisis dan evalusi potensi air tanah penentuan Tingkat

Potensi Air Tanah merupakan pekerjaan yang penting karena hasilnya se-

lain disajikan dalam bentuk peta sebagai hasil akhir akan tetapi juga

berupa uraian tahapan dalam menentukan tingkat potensinya. Adapun

Bab 4 - 1

Bab 4

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN AIR TANAH

Page 2: bab 4 ok

Tingkat potensi air tanah dalam cekungan air tanah ditentukan

berdasarkan kriteria sebagai berikut.

a. Kriteria Kuantitas

Kuantitas air tanah yang dapat ditentukan berdasarkan parameter akuifer

dan parameter sumur yang meliputi keterusan (T), debit jenis (Qs), dan

debit optimum (Qopt).

Kriteria kuantitas air tanah bergantung pada jenis peruntukannya (air

minum, industri, pertanian, dan keperluan lain). Untuk keperluan air

minum, berdasarkan kriteria kuantitasnya, akuifer pada cekungan air

tanah dibedakan menjadi tiga kelas sebagai berikut.

1) Besar jika Qopt setiap sumur lebih dari 10 liter/detik.

2) Sedang jika Qopt setiap sumur antara 2,0-10 liter/detik.

3) Kecil jika Qopt setiap sumur kurang dari 2,0 liter/detik.

Setiap kelas di atas perlu ditentukan jarak minimum antarsumur agar debit

optimum dapat dicapai.

b. Kriteria Kualitas

Kriteria kualitas bergantung pada jenis peruntukan, penentuan parameter

kunci, dan standar yang digunakan untuk menilai kualitas air tanah.

Pengelompokan kualitas air tanah untuk menentukan potensi air tanah

bagi keperluan air minum didasarkan atas parameter kimia dengan

mempertimbangkan (Tabel 4.1) :

- parameter kimia yang terkait dengan litologi akuifer, umumnya

mempunyai sebaran luas;

- biaya untuk pengolahan parameter kimia.

Unsur/senyawa kimia lainnya dan kandungan bakteriologi diberi

penjelasan dalam laporan penyelidikan.

Bab 4 - 2

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 3: bab 4 ok

Tabel 4.1 Parameter Kimia Penentu Kualitas Air Tanah untuk Air Minum

Parameter Kimia Satuan

Kadar/Nilai Maksimum yang Diperbolehkan

(PERMENKES NO. 907/MENKES/SK/VII/2002)

Cl

NO3

SO4

pH

TDS

mg/Liter

mg/Liter

mg/Liter

-

mg/Liter

250

50

250

6,5-8,5

1000

Berdasarkan kriteria kualitasnya, air tanah pada cekungan air tanah

dibedakan dua kelas sebagai berikut.

a) Baik jika kadar unsur/senyawa kimia penentu kualitas air tanah sesuai

dengan ketentuan pada Tabel 4.1.

b) Jelek jika kadar unsur/senyawa kimia penentu kualitas air tanah tidak

sesuai dengan ketentuan pada Tabel 4.1

4.1.1 Daerah/Wilayah Potensi Air Tanah

Berdasarkan kriteria kuantitas dan kualitasnya, daerah/wilayah potensi air

tanah dapat dibedakan menjadi empat kategori sebagai berikut (Tabel

4.2).

a) Tinggi jika setiap sumur yang dibuat dengan jarak antarsumur tertentu

menghasilkan Qopt lebih dari 10 liter/detik dengan kualitas air tanah

baik.

b) Sedang jika setiap sumur yang dibuat dengan jarak antarsumur

tertentu menghasilkan Qopt antara 2,0-10 liter/detik dengan kualitas air

tanah baik.

c) Rendah jika setiap sumur yang dibuat dengan jarak antarsumur

tertentu menghasilkan Qopt kurang dari 2,0 liter/detik dengan kualitas

air tanah baik.

d) Nihil jika setiap sumur yang dibuat menghasilkan air dengan kualitas

jelek.

Dalam suatu cekungan air tanah yang di dalamnya dijumpai dua sistem

akuifer, yakni sistem akuifer tak tertekan dan tertekan, tingkat potensi air

Bab 4 - 3

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 4: bab 4 ok

tanah di cekungan itu menjelaskan tingkat potensi pada setiap sistem

akuifer tersebut.

Dalam suatu cekungan air tanah yang di dalamnya dijumpai dua sistem

akuifer, yakni sistem akuifer tak tertekan dan tertekan, tingkat potensi air

tanahnya akan menjelaskan pada setiap sistem akuifer tersebut

Tabel 4.2. Matriks Tingkat Potensi Air Tanah untuk Air Minum

Kuantitas

KualitasStandar Kualitas Air Minum

(Permenkes No. 429/Menkes/PER/IV/2010)Baik

(Memenuhi Syarat)Jelek

(Tidak Memenuhi Syarat)

Besar(Q>10 liter/detik) Tinggi

Nihil

Sedang(Q = 2-10 liter/detik) Sedang

Kecil(Q< 2 liter/detik) Rendah

4.1.2 Kriteria Parameter Akuefer

Dalam study potensi air tanah Provinsi Riau parameter akuifer

diperolah dari data primer berupa uji pempompaan (pumping

test) dan dari hasil metoda deduksi terhadap data hasil

pengukuran geolistrik (data jenis lithologi akuifer, ketebalan

akuifer, dan kedalaman akuifer). Parameter akuifer terhitung

dapat dilihatpada tablel dibawah ini

1. Kota Pekanbaru

HASIL UJI PEMOMPAAN DI KOTA PEKANBARUPROVINSI RIAU

NOSUMUR

DEBIT (Q)m3/hari

KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m

DEBITOPTIMUM

(Qopt) m3/hari

UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-RATA

1SB/P1

2SB/P2

3SB/P3

4SB/P4

79,49

133,06

311,04

82,94

74,6

26,10

277

22,3

16,5

11,1

-

20,2

74,55

18,60

277

21,25

61,11

15,25

227,06

17,42

128,93

118,05

456,37

123,16

Keterangan : SB = Sumur Bor

Bab 4 - 4

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 5: bab 4 ok

2. Kabupaten Kuantan Singingi

HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGIPROVINSI RIAU

NOSUMUR

DEBIT (Q)m3/hari

KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m

DEBITOPTIMUM

(Qopt) m3/hari

UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-RATA

5SG

6SB/P6

56,16

103,69

8,08

7,28

18,9

10,2

13,49

8,74

11,06

7,16

16,59

46,06

Keterangan : SB = Sumur Bor, SG = Sumur Gali

3. Kabupaten Siak

HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN SIAKPROVINSI RIAU

NOSUMUR

DEBIT (Q)m3/hari

KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m

DEBITOPTIMUM

(Qopt) m3/hari

UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-RATA

7SB/P8

SB2

71,71 52,7 13,9 33,30 27,30 135,66

Keterangan : SB = Sumur Bor

4. Kabupaten Bengkalis

HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN BENGKALISPROVINSI RIAU

NOSUMUR

DEBIT (Q)m3/hari

KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m

DEBITOPTIMUM

(Qopt) m3/hari

UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-

RATA

8SB/P11

9SB/P9

24SB

80,35

196,99

0,21

9,18

173

22,9

4,48

925

11,2

6,83

549

17,06

5,60

450

13,98

70,60

648

6,99

Keterangan : SB = Sumur Bor

5. Kabupaten Rokan Hilir

HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN ROKAN HILIRPROVINSI RIAU

NOSUMUR

DEBIT (Q)m3/hari

KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m

DEBITOPTIMUM

(Qopt) m3/hari

UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-

RATA

10SB/

P10

155,52

25,92

53,5

4,69

178

8,43

115,75

6,56

94,88

5,38

634,73

18,55

Bab 4 - 5

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 6: bab 4 ok

11SB/

P15

Keterangan : SB = Sumur Bor

6. Kabupaten Kampar

HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN KAMPARPROVINSI RIAU

NOSUMUR

DEBIT (Q)m3/hari

KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m

DEBITOPTIMUM

(Qopt) m3/hari

UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-

RATA

12SB/

P12

13SB/P7

8,64

60,48

0,26

13,1

0,33

52,2

0,30

32,65

0,25

26,76

0,27

264,41

Keterangan : SB = Sumur Bor

7. Kabupaten Rokan Hulu

HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN ROKAN HULUPROVINSI RIAU

NOSUMUR

DEBIT (Q)m3/hari

KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m

DEBITOPTIMUM

(Qopt) m3/hari

UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-

RATA

14SB/

P14

15SB/

P13

57,02

13.92

9,35

1,83

29,7

4,37

19,53

3,10

16,01

2,54

48,10

6,94

Keterangan : SB = Sumur Bor

8. Kabupaten Pelalawan

HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN PELALAWANPROVINSI RIAU

NOSUMUR

DEBIT (Q)m3/hari

KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m

DEBITOPTIMUM

(Qopt) m3/hari

UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-

RATA

16SB/

P16

17SB/

P17

127,01

144,29

49,3

36,9

178

212

113,65

124,45

93,16

102,01

108,06

187,70

Keterangan : SB = Sumur Bor

9. Kabupaten Indragiri Hilir

Bab 4 - 6

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 7: bab 4 ok

HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIRPROVINSI RIAU

NOSUMUR

DEBIT (Q)m3/hari

KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m

DEBITOPTIMUM

(Qopt) m3/hari

UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-

RATA

18SB/P18

19SB/P19

126,14

25,92

26,30

19,40

26,3

138

26,6

78,70

21,80

64,51

218,90

62,57

Keterangan : SB = Sumur Bor

10. Kota Dumai

HASIL UJI PEMOMPAAN DI KOTA DUMAIPROVINSI RIAU

NOSUMUR

DEBIT (Q)m3/hari

KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m

DEBITOPTIMUM

(Qopt) m3/hari

UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-

RATA

20SB/293

21SB/58

0,67

0,27

8,83

5,62

2,11

5,12

5,47

5,37

4,48

4,40

111,55

9,46

Keterangan : SB = Sumur Bor

11. Kabupaten Indragiri Hulu

HASIL UJI PEMOMPAAN DI KABUPATEN INDRAGIRI HULUPROVINSI RIAU

NOSUMUR

DEBIT (Q)m3/hari

KETERUSAN / T (m2/hari) KAPASITASJENIS (Qs)m3/hari/m

DEBITOPTIMUM

(Qopt) m3/hari

UJI SURUTAN UJI PULIHAN RATA-

RATA

22SG/01

23SG/02

1

1

17,3

42,8

9,37

9,76

13,34

26,28

10,93

21,54

14,21

13,79

Keterangan : SB = Sumur Bor, SG = Sumur Gali

Hasil analisis parameter akuifer (keterusan T) dengan program

GWWW dapat dilihat di lampiran.

Bab 4 - 7

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 8: bab 4 ok

TABEL 4.3 PARAMETER AKUIFER BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN GEOLISTRIK

KABUPATEN/KOTA

AKUIFER TEBAL(m)

KELULUSAN (k)m/hari

KETERUSAN (T)m2/hari

KAPASITAS JENIS (Qs)m3/hari/m

DEBIT OPTIMUM(l/dtk)

1. Siak Akuifer payau atau asin

- - - - -

2. Bengkalis

Pasir Kuarsa

Pasir Kuarsa

Pasir Kuarsa

Pasir Lempung

Pasir Kuarsa

5 (2-7)

9 (6-15)

8 (4-12)

12 (14-26)

6 (5-11)

12

12

12

2

12

60

108

96

24

72

26,56 2,23

3. Dumai

Pasir Lempungan

Pasir Lempungan

Pasir Lempungan

Pasir Kuarsa

Pasir Lempungan

19 (6-25)

7 (6-13)

4 (6-10)

5 (15-20)

10 (12-22)

2

2

2

12

2

38

14

8

60

20

10,66 Sedang = 3,18

Rendah = 0,45

4. Rokan Hilir

Pasir

Pasir Kuarsa

Pasir Lempungan

Pasir

Pasir Kuarsa

Pasir

8 (7-15)

30 (25-55)

35 (31-66)

17 (13-30)

8 (12-20)

7 (6-13)

12

12

2

12

12

12

96

360

70

204

96

84

78,65 5,07

Bab 4 - 8

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 9: bab 4 ok

KABUPATEN/KOTA

AKUIFER TEBAL(m)

KELULUSAN (k)m/hari

KETERUSAN (T)m2/hari

KAPASITAS JENIS (Qs)m3/hari/m

DEBIT OPTIMUM(l/dtk)

5. Rokan Hulu

Pasir Lempungan

Pasir Lempungan

Lempung Pasiran

2 (2-4)

40 (60-100)

2

2

0,5

120

4

20

18,03 0,6

6. Pelalawan

Pasir Kuarsa

Pasir

Pasir Kuarsa

Lampung Pasiran

Pasir Kuarsa

Lempung Pasiran

Pasir Lempungan

Pasir Kuarsa

Lempung Pasiran

Pasir Kuarsa

Lempung Pasiran

6 (9-15)

70 (50-120)

6 (16-22)

57 (70-125)

11 (14-25)

70 (85-155)

1 (2-3)

62 (53-115)

57 (73-130)

15 (10-25)

60 (60-120)

12

12

12

0,5

12

0.5

2

12

0,5

12

0,5

72

840

72

28,5

132

35

2

744

28,5

180

30

122,73 Sedang = 5,66

Rendah = 1,29

7. Kuantan

Singingi

Pasir Kuarsa

Pasir Kuarsa

Pasir Kuarsa

Pasir Kuarsa

Pasir Kuarsa

Pasir Kuarsa

19 (25-44)

18 (16-34)

15 (25-40)

11 (14-25)

19 (34-53)

26 (34-60)

12

12

12

12

12

12

128

216

180

132

128

312

86,72 2,60

Bab 4 - 9

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 10: bab 4 ok

KABUPATEN/KOTA

AKUIFER TEBAL(m)

KELULUSAN (k)m/hari

KETERUSAN (T)m2/hari

KAPASITAS JENIS (Qs)m3/hari/m

DEBIT OPTIMUM(l/dtk)

8. Kampar

Pasir

Pasir Lempungan

Pasir Lempungan

Pasir Lempungan

Pasir Lempungan

Pasir Kuarsa

Pasir Kuarsa Pasir

Kuarsa

Pasir Kuarsa

Pasir Lempungan

Pasir Lempungan

4 (6-10)

32 (38-70)

34 (36-70)

5 (8-13)

40 (60-100)

3 (5-8)

36 (34-70)

2 (7-5)

21 (29-50)

6 (9-15)

20 (30-50)

12

2

2

2

2

12

12

12

12

2

2

48

64

68

10

80

36

432

24

252

12

40

44,18 Sedang = 2,9

Rendah = 1,63

9. Pakanbaru Pasir

Pasir Kuarsa

Pasir Lempungan

Pasir Lempungan

Lempung Pasiran

Pasir Kuarsa

Pasir

Pasir Lempungan

Pasir Lempungan

32 (48-80)

5 (7-14)

20 (50-70)

3 (4-7)

15 (60-75)

23 (35-58)

11 (17-28)

35 (50-85)

30 (20-50)

12

12

2

2

0,5

12

12

2

2

384

60

40

6

7,5

276

132

70

60

227,06 Sedang = 5,48-7,81

Rendah = 2,17-1,48

Bab 4 - 10

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 11: bab 4 ok

KABUPATEN/KOTA

AKUIFER TEBAL(m)

KELULUSAN (k)m/hari

KETERUSAN (T)m2/hari

KAPASITAS JENIS (Qs)m3/hari/m

DEBIT OPTIMUM(l/dtk)

Pasir 40 (20-60) 12 480

10. Indragiri

HilirAkuifer payau atau asin

- - - -

11. Indragiri

Hulu

Pasir Kuarsa

Pasir Lempungan

Pasir Kuarsa

Pasir Lempungan

Pasir Lempungan

Pasir Lempungan

Pasir Kuarsa

Pasir Kuarsa

4 (6-10)

25 (20-45)

18 (14-32)

40 (60-100)

11 (7-18)

50 (50-100)

6 (7-13)

5 (6-13)

12

2

12

2

2

2

12

12

48

50

216

80

22

100

72

60

33,85 0,39

12. Kepulauan

MerantiAkuifer payau atau asin

- - - -

Bab 4 - 11

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 12: bab 4 ok

Parameter akuifer kelulusan (k) dihitung dengan metoda deduksi dengan

bepedoman pada harga kelulusan sudah teruji oleh berbagai cara oleh

para ahli terdahulu (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Harga Koefisien Kelulusan (k) Berbagai Macam Batuan

Material

k [m/day]

Morris & Johnsondalam Todd (1980)

Schoeller, 1962dalam Kruseman &de Ridder (1983)

Kerakal kasarKerakalKerikilPasir kasarPasir sedangPasir halusLanauLempungBatupasir halusBatupasir sedang-kasarBatugampingDolomitGosong pasir (dune sand)LoessGambutSekisSabakTufBasaltGabro lapukGranit lapuk

15027045045122.5

0,080,0002

0,23,1

0,940,001

200,008

5,70,2

0,000080,2

0,010,21,4

-1,0 - 1000

-1,0 - 200

-0,1 - 10

0.10,00001 – 0,0000001

-------------

Parameter akuifer (kelulusan/k dan keterusan/T) dihitung dengan cara

menghitung nilai rata-rata harmonik (harmonic mean) sistem akuifer

tersebut berdasarkan data pengukuran geolistrik Tabel 3, metoda deduksi

digunakan dengan melihat harga kelulusan pada Tabel 4 jika harga

kelulusan tidak tersedia.

Persamaan harmonik adalah sebagai berikut :

K (sistem) = k1xd1 + k2xd2 + k3xd3 + ...........Knxdn/D.

Dalam persamaan tersebut k1, k2, k3,.....kn adalah koefisien kelulusan

pada lapisan akuifer ke 1, 2, 3, dan seterusnya sampai pada lapisan ke n,

sedangkan d1, d2, d3,.... dn adalah ketebalan lapisan qkuifer ke 1, 2, 3,

dan ke n, sedangkan D adalah ketebalan sistem akuifer.

Bab 4 - 12

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 13: bab 4 ok

Perhitungan paramter akuifer dengan menggunakan persamaan harmonik

di Provinsi Riau adalah :

Dari 12 kabupaten/kota, sebanyak 3 kabupaten tidak dihitung karena dari

data pendugaan geolistrik, tidak dijumpai lapisan atau batuan bersifat

akuifer (pembawa air) atau jika ada bersifat asin atau payu. Ketiga

kabupaten tersebut adalah Kabupaten Siak, Kabupaten Indragiri Hilir, dan

Kabupaten Kepulauan Meranti. Sedangkan untuk kabupaten/kota yang

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan harmonik dan dengan

metoda deduksi untuk harga kelulusannya, adalah sebagai berikut ( lihat

Tabel 4.3 ) :

1. Kabupaten Bengkalis :

K = 4,05 m/hr ; T = 162 (rata-rata = 32,4) m2/hari ; Ketebalan akuifer (D) =

40 m

2. Kota Dumai :

K = 1,4 m/hr ; T = 65 (rata-rata = 13) m2/hari ; Ketebalan akuifer (D) = 45

m

3. Kabupaten Rokan Hilir

Untuk semua contoh air tanah tidak ada yang memenuhi syarat sebagai

air minum, yaitu kandungan Mn, Na, Cl, dan TDS melebihi ambang batas

yang dipersyaratkan.

K = 5,49 m/hr ; T = 576 (rata-rata = 96) m2/hari ; Ketebalan akuifer (D) =

105 m

4. Kabupaten Rokan Hulu :

K = 0,62 m/hr ; T = 66 (rata-rata = 22) m2/hari ; Ketebalan akuifer (D) =

102 m

5. Kabupaten Pelalawan :

K = 6,22 m/hr ;T = 1647 (rata-rata =149,73) m2/hari ;Ketebalan akuifer (D)

=265 m

6. Kabupaten Kuantan Singingi :

K = 5,88 m/hr ; T = 635 (rata-rata = 105,8) m2/hari; Ketebalan akuifer (D) =

108 m

Bab 4 - 13

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 14: bab 4 ok

7. Kabupaten Kampar :

K = 2,92 m/hr ; T = 635 (rata-rata = 53,9) m2/hari ; Ketebalan akuifer (D) =

203 m

8. Kota Pakanbaru :

K = 5,01 m/hr ; T = 1073 (rata-rata = 107,3) m2/hari ; Ketebalan akuifer

(D) = 214 m

9. Kabupaten Indragiri Hulu :

K = 2,13 m/hr ; T = 330 (rata-rata = 41,3) m2/hari ; Ketebalan akuifer (D) =

155 m

Dalam perhitungan tingkat potensi air tanah untuk masing-masing

kabupaten/kota, parameter akuifer dari hasil pemompaan uji digabungkan

dengan parameter akuifer dari hasil dari hasil data pengukuran geolistrik.

4.1.3 Kriteria Kualitas Air Tanah

Penilaian kualitas air tanah didasarkan pada 36 contoh air tanah yang

diambil di lapangan dengan ketentuan untuk setiap kabupaten/kota

diwakili oleh 3 contoh air tanah. Gambaran kualiats air tanah di masing-

masing kabupaten kota adalah sebagai berikut :

1. Kabupaten Siak

Kandungan Fe untuk 2 contoh air tanah melebihi batas ambang yang

dipersyaratkan.

2. Kabupaten Bengkalis

Kandungan Fe, Na, Cl, dan Zat Padat Terlarut (TDS) untuk 2 contoh air

tanah melebihi batas ambang yang dipersyaratkan.

3. Kota Dumai

Semua unsur yang dipersyaratkan tidak ada yang melebihi batas ambang

yang dipersyaratkan. Memenuhi syarat sebagai air minum.

4. Kabupaten Rokan Hilir

Untuk semua contoh air tanah tidak ada yang memenuhi syarat sebagai

air minum, yaitu kandungan Mn, Na, Cl, dan TDS melebihi ambang batas

yang dipersyaratkan.

Bab 4 - 14

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 15: bab 4 ok

5. Kabupaten Rokan Hulu

Kandungan Mn dan TDS untuk 2 contoh air tanah melebihi batas ambang

yang dipersyaratkan.

6. Kabupaten Pelalawan

Kandungan Fe untuk 1 contoh air tanah melebihi batas ambang yang

dipersyaratkan.

7. Kabupaten Kuantan Singingi

Kandungan Fe dan Mn untuk 1 contoh air tanah melebihi batas ambang

yang dipersyaratkan.

8. Kota Kampar

Semua unsur yang dipersyaratkan tidak ada yang melebihi batas ambang

yang dipersyaratkan. Memenuhi syarat sebagai air minum.

9. Kota Pekanbaru

Kandungan Fe untuk 1 contoh air tanah melebihi batas ambang yang

dipersyaratkan.

10. Kabupaten Indragiri Hilir

Kandungan Fe untuk 1 contoh air tanah melebihi batas ambang yang

dipersyaratkan.

11. Kabupaten Indragiri Hulu

Kandungan Fe untuk 2 contoh air tanah melebihi batas ambang yang

dipersyaratkan.

12. Kabupaten Kepulauan Meranti

Untuk semua contoh air tanah tidak ada yang memenuhi syarat sebagai

air minum, yaitu kandungan Fe, Na, Cl, dan TDS melebihi ambang batas

yang dipersyaratkan.

4.2 Pemanfaatan Air Tanah

4.2.1 Pemanfaatan Berdasarkan Kualitas Air Tanah

Pemanfaatan air tanah untuk berbagai keperluan, terutama untuk air

bersih penduduk harus dilihat dari 2 aspek, yaitu aspek ketersedian akan

air tanah itu sendiri (potensi air tanah) dan aspek kebutuhan atau manfaat.

Ketersedian air tanah di alam sangat tergantung kepada formasi geologi

Bab 4 - 15

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 16: bab 4 ok

yang ada, maka tidak semua tempat dapat menghasilkan air tanah sesuai

yang diharapkan, satu tempat dengan tempat lain dapat berbeda

potensinya.

Provinsi Riau yang terdiri dari berbagai formasi geologi tentunya

mempunyai potensi air tanah yang tidak sama. Di samping pengaruh

formasi geologinya pengaruh lainnya, seperti pengaruh linkungan pantai

dan rawa akan sangat berpengaruh terhadap kualitas air tanah.

Berikut ini hasil analisis dan evalusi pemanfaatan air tanah untuk Propinsi

Riau didasarkan atas kualitasnya :

1. Kabupaten Siak

Ditinjau dari topografinya Kabupaten Siak, wilayah timur merupakan

dataran rawa pantai. Pada daerah rawa pantai kualitas air tanah kurang

baik, terutama untuk air tanah dangkal dengan kedalaman kurang dari 100

meter. Kandungan unsur Cl, Fe, dan Mn cenderung akan tinggi. Litologi

batuan terutma terdiri auvlium muda (Qh), Endapan alluvium tua (Qp), dan

Formasi Minas (Qpmi).

Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 6 titik) menunjukkan bahwa untuk

wilayah Kota Siak Sri Indrapura lapisan pembawa air (akuifer) bersifat

payau, air tanah tidak dapat digunakan sebagai sumber air bersih. Air

tanah dengan kualitas baik dan kemungkinan dapat dikembangkan dapat

diperoleh di wilayah barat kabupaten. Uji kualitas 1 contoh air tanah yang

diambil di bagian barat menunjukkan memenuhi syarat untuk air minum.

2. Kabupaten Bengkalis

Ditinjau dari morfologinya Kabupaten Bengkalis mempunyai topografinya

menyerupai Kabupaten Siak, wilayah utara dan timur merupakan dataran

rawa pantai yang cenderung sulit memperoleh air tanah dengan kualitas

baik.

Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 7 titik) di wilayah Kabupaten

Bengkalis Bagian Utara, menunjukkan bahwa terdapat lapisan pembawa

air (akuifer) tawar bercampur payau, artinya bahwa disamping akuifer

payau yang lebih dominan masih dijumpai akuifer tawar. Air tanah

Bab 4 - 16

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 17: bab 4 ok

dengan kualitas baik (tawar) akan diperoleh dan kemungkinan dapat

dikembangkan dapat diperoleh di wilayah barat kabupaten. Uji kualitas 1

contoh air tanah yang diambil di bagian barat menunjukkan memenuhi

syarat untuk air minum.

3. Kota Dumai

Menyerupai wilayah Kabupaten Siak dan Bengkalis, topografi Kota Dumai

juga merupakan daerah dataran pantai. Hanya secara ketinggian tempat

dan keadaan geologi agak berbeda dengan wilayah Kabupaten Siak,

Bengkalis, dan Rokan Hilir. Formasi geologi yang berumur lebih tua dan

bukan endapan pantai memungkinkan ditemukan akuifer tawar.

Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 5 titik) di wilayah Kota Dumai,

menunjukkan bahwa terdapat lapisan pembawa air (akuifer) tawar

bercampur payau, artinya bahwa disamping akuifer payau dijumpai

akuifer tawar. Air tanah dengan kualitas baik (tawar) akan diperoleh dan

kemungkinan dapat dikembangkan dapat diperoleh . Hasil uji kualitas air

untuk 3 contoh air tanah menunjukkan kesemuanya memenuhi syarat

untuk air minum. Dari berbagai data sekunder beberapa air tanah tawar

dapat diperoleh dengan debit sumur dapat mencapai 2 sampai 5 liter/detik

pada kedalaman 80 meter sampai 120 meter.

Adanya akuifer tawar dan payau memang agak menyulitkan dalam

pemanfaatkan air tanahnya. Kontruksi sumur bor yang tepat akan dapat

memisahkan antara akuifer tawar dan payau akan tetapi jika tidak akuifer

tawar dan payau akan bercampur. Oleh karena itu pengalaman personil

pemboran sangat menentukan di samping pelaratan bor yang memadai.

4. Kabupaten Rokan Hilir

Keadaan morfologi dan geologi hampir menerupai morfologi dan geologi

di wilayah Kabupaten Bengkalis, Siak, dan Kota Dumai. Bagian utara di

wilayah kabupaten ini umumnya air tanahnya payau.

Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 6 titik) di wilayah Kecamatan Bagan

Sinemba, Bagan Batu, Kabupaten Rokan Hilir menunjukkan bahwa ham-

pir keseluruhan lapisan pembawa air bersifat, hanya terdapat 1 lapisan ak-

Bab 4 - 17

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 18: bab 4 ok

ifer bersifat payau. Air tanah dengan kualitas baik (tawar) akan diperoleh

dan kemungkinan dapat dikembangkan dapat diperoleh di wilayah bagian

selatan kabupaten, seperti di wilayah Bagan Batu, Kecamatan Bagan

Sinemba. Uji kualitas 3 contoh air tanah, menunjukkan tidak memenuhi

syarat untuk air minum. Untuk 2 contoh yang diambil di bagian utara

kabupaten, bersifat payau karena kandungan unsur Cl melebihi baku

mutu (baku mutu Cl 250 mg/l), sedangkan untuk contoh air tanah yang

dambil di bagian selatan (Bagan Batu) menunjukkan hanya kandungan Fe

yang melebihi baku mutu yang umum terjadi di wilayah Provinsi Riau,

sedangkan untuk kandungan unsur klorida di bawah baku mutu. Menun-

jukkan makin ke arah selatan kemungkinan akan dijumpai air tanah tawar.

5. Kabupaten Rokan Hulu

Wilayah Kabupaten Rokan Hulu baik secara geologi maupun morfologinya

jauh berbeda dengan wialyah kabupaten/kota sebelumnya (wilayah Kabu-

paten Siak, Bengkalis, Kota Dumai, dan Rokan Hilir). Ditinjau dari mor-

fologi wilayahnya berbukit, wilayah dataran terutama pada dataran banjir

Sungai Rokan sedangkan secara geologinya wilayah Kabupaten Rokan

Hulu ditempati oleh batuan berumur tua dari

Formasi Minas, Qpmi (kerikil, kerakal, pasir, dan lempung)

Formasi Petani, Tup (batulumpur, lignit, sedikit batulanauan, dan

batupasir)

Formasi Telisa, Tmt (batulumpur gampingan abu-abu, batugamping

tipis, batulanau, sedikit batupasir)

Formasi Sihapas, Tms (batupasir konglomeratan dan batulanau)

Formasi Kelantan, Puku (filit, serpih muscovit, dan batugamping

tipis)

Secara hidrogeologi hanya Formasi Minas yang berpotensi mengandung

air tanah. Sedangkan untuk lapisan batuan atau formasi yang berpotensi

sebagai akuifer adalah dari endapan aluvium muda di sepanjang kiri dan

kanan Sungai Rokan yang terdiri dari karikil, pasir, dan lempung.

Bab 4 - 18

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 19: bab 4 ok

Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 6 titik) di wilayah Kecamatan

Rambah Samo, sebelah timur Kota Pasir Pangaraian, pada Formasi

Petani, menunjukkan bahwa terdapat lapisan pembawa air (akuifer)

tawar bercampur payau, artinya bahwa disamping akuifer payau dijumpai

akuifer tawar. Air tanah dengan kualitas baik (tawar) akan diperoleh

terutama pada endapan aluvium. Hasil uji kualitas air untuk 3 contoh air

tanah menunjukkan 2 diantaranya kualitasnya kurang baik, kandungan

Mn dan TDS tidak memenuhi syarat untuk air minum akan tetapi

kandungan Cl masih di bawah baku mutu.

Secara hidrogeologi batuan yang berpotensi mengandung air tanah

adalah dari endapan aluvium (Qh) dan endapan aluvium tua (Qp).

Sedangkan batuan berumur tua umumnya mempunyai potensi air tanah

kecil.

6. Kabupaten Pelalawan

Secra umum wilayah Kabupaten Pelalawan mempunyai morfologi

bergelombang yang makin ke arah timur makin mendatar. Sedangkan

secara geologi terdiri dari berbagai formasi :

Endapan auvlium muda/permukaan muda (Qh) terdiri dari kerikil,

pasir, dan lempung. Merupakan batuan berpotensi sebagai lapisan

akuifer.

Endapan aluvium tua/permukaan tua (Qp), terdiri dari kerikil, pasir,

dan lempung bersifat agak padu. Merupakan batuan berpotensi

sebagai lapisan akuifer.

Formasi Minas (Qpmi) terdiri dari kerikil, kerakal, pasir, dan

lempung bersifat setengah padu. Dapat menjadi lapisan akuifer

walupun tidak sebaik endapan aluvium.

Formasi Kerumutan (Qtke), terdiri dari lempung tufaan dan pasir

bersifat setengah padu. Merupakan batuan berpotensi sebagai

lapisan akuifer.

Formasi Petani, Tup (batulumpur, lignit, sedikit batulanauan, dan

batupasir) tidak berpotensi menjadi akuifer.

Bab 4 - 19

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 20: bab 4 ok

Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 6 titik) di wilayah komplek Pemda

Kabupaten Pelalawan, pada endapan aluvium tua, menunjukkan bahwa

terdapat lapisan pembawa air (akuifer) tawar yang potensial. Demikian

pula untuk kualitasnya, dari contoh air yang diambil 1 contoh mempunyai

Fe melebihi baku mutu. Secara umum kandungan Fe memang cenderung

tinggi di seluruh Provinsi Riau akan tetapi secara teknologi kandungan Fe

dapat ditunkan dengan cara sederhana. Secara umum daerah kabupaten

yang tersusun dengan aluvium muda, aluvium tua, dan batuan Formasi

Minas akan mempunyai potensi tinggi.

7. Kabupaten Kuantan Singingi

Wilayah Kabupaten Kuantan Singingi mempunyai morfologi

bergelombang rendah sampai sedang ke arah selatan. Sedangkan

secara geologi dapat dibagi 2 kelompok berdasarkan sifat fisik

batuannya.. Kelompok pertama terdiri dari gabungan batuan yang

berpotensi menjadi akuifer seperti endapan aluvium (Qh), Formasi

Palembang Atas (Qtpu), dan endapan undak sungai (Qs) merupakan

kelompok batuan yang berpotensi menjadi akuifer. Kelompok lain yang

tidak berpotensi menjadi akuifer adalah terdiri dari Formasi Kuantan Atas

(Pckq), Formasi Kuantan, Anggota Filit dan Serpih (Pcks), Fomasi

Kuantan Anggota Batugampin (Pckl), Formasi Palembang Anggota

Tengah (Tpm), Formasi Palembang Bawah (Tpl), Formasi Telisa,

Anggota Atas (Tmtu), Formasi Telisa, Anggota Bawah (Tmtl), dan Formasi

Tuhur (TRts). Kelompok ini terdiri dari batuan padu dan mempunyai

kelulusan rendah dan tidak berpotensi menjadi akuifer.

Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 6 titik) di wilayah Kecamatan

Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi, pada Formasi Palembang

Atas (tufa asam batuapung dan batupasir tufaan) menunjukkan bahwa

lapisan pembawa air (akuifer) bersifat tawar. Demikian pula untuk

kualitasnya, dari contoh air yang diambil 1 contoh mempunyai Fe dan Mn

melebihi baku mutu. Secara umum kandungan Fe memang cenderung

Bab 4 - 20

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 21: bab 4 ok

tinggi di seluruh Provinsi Riau akan tetapi secara teknologi kandungan Fe

dan Mn dapat diturunkan dengan cara sederhana.

8. Kabupaten Kampar

Wilayah Kabupaten Kampar mempunyai morfologi bergelombang.

Sedangkan secara geologi dapat dibagi 2 kelompok berdasarkan sifat fisik

batuannya.. Kelompok pertama terdiri dari gabungan batuan yang

berpotensi menjadi akuifer seperti endapan aluvium (Qh), endapan

aluvium tua (Qp), dan Formasi Minas (Qpmi) merupakan kelompok

batuan yang berpotensi menjadi akuifer. Kelompok lain yang tidak

berpotensi menjadi akuifer adalah terdiri dari : Formasi Bahorok (Pub),

Formasi Kuantan (Pckq dan Pukt), Formasi Pematang (Tpe), Foramasi

Petani (Tup), Formasi Sihapas (Tms), Formasi Telisa (Tmt), Granit Pulau

Gadang (Mpipg), dan Granit Ulak (Mpiul). Kelompok ini terdiri dari batuan

padu dan mempunyai kelulusan rendah dan tidak berpotensi menjadi

akuifer.

Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 6 titik) di wilayah Kecamatan

Kampar, Kabupaten Kampar, pada endapan aluvium (Qh) dan endapan

aluvium tua (Qp) menunjukkan bahwa terdapat beberapa lapisan

pembawa air (akuifer) tawar yang potensial. Hasil uji kualitas air untuk 3

contoh air tanah menunjukkan kesemuanya memenuhi syarat untuk air

minum. Secara umum wilayah Kabupaten Kampar dengan batuan dari

endapan aluvium, endapan aluvium tua, dan Formasi Minas merupakan

daerah dengan potensi air tanah menjanjikan.

9. Kota Pekanbaru

Wilayah Kota Pekanbaru dan sekitarnya mempunyai morfologi

bergelombang lemah. Sedangkan secara geologi dapat dibagi 2 kelompok

batuan berdasarkan sifat fisik batuannya. Kelompok pertama, terdiri dari

gabungan batuan yang berpotensi menjadi akuifer, menempati sebagian

besar wilayah, seperti endapan aluvium (Qh), endapan aluvium tua (Qp),

dan Formasi Minas (Qpmi) merupakan kelompok batuan yang berpotensi

menjadi akuifer. Kelompok lain yang tidak berpotensi menjadi akuifer

Bab 4 - 21

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 22: bab 4 ok

adalah Kelompok Formasi Petani (Tup) terdiri dari batulumpur, lignit,

sedikit batulanauan, dan batupasir, tidak berpotensi menjadi akuifer.

Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 7 titik) di wilayah Kecamatan

Rumbai, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pakanbaru, pada endapan

aluvium (Qh) dan endapan aluvium tua (Qp) menunjukkan bahwa terdapat

beberapa lapisan pembawa air (akuifer) tawar yang potensial. Demikian

pula untuk kualitasnya, dari contoh air yang diambil 1 contoh mempunyai

Fe melebihi baku mutu. Secara umum kandungan Fe memang cenderung

tinggi di seluruh Provinsi Riau akan tetapi secara teknologi kandungan Fe

dapat diturunkan dengan cara sederhana. Secara umum wilayah Kota

Pakanbaru dan sekitarnya berdasarkan susunan batuan dan kualitas air

tanahnya merupakan daerah dengan potensi air tanah menjanjikan.

10. Kabupaten Indragiri Hilir

Secara umum Morfologi Kabupaten Indragiri Hilir merupakan dataran,

terutama di wilayah wilayah timur yang merupakan dataran rawa pantai.

Sedangkan litologinya terdiri dari endapan aluvium pantai dan endapan

aluvium rawa yang terdiri dari kerikil, pasir, dan lempung. Daerah rawa

pantai seperti ini akan berpengaruh terhadap kualitas air tanahnya yang

cenderung kurang baik, terutama untuk air tanah dangkal dengan

kedalaman kurang dari 100 meter. Walaupun hasil analisis contoh air

tanah 2 contoh memenuhi syarat sebagai air minum akan tetapi secara

umum pengaruh endapan rawa pantai akan menyebabkan , terutama

unsur Cl akan tinggi pada air tanah, terutama air tanah dangkal.

Akuifer tawar dapat ditemukan pada endapan aluvium pantai yang

umumnya bersifat pasiran walaupun kemungkinan masih dapat ditemukan

lapisan payau pada lapisan bersifat lempungan.

Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 5 titik) di wilayah Kecamatan

Tembilah Kota dan Kecamatan Tembilahan Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir

tidak dijumpai akuifer tawar, artinya keseluruhan endapan rawa pantai

sudah merupakan endapan transisi sehingga unsur Cl dan Na merupakan

unsur kimia yang dominan. Secara setempat memang masih

Bab 4 - 22

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 23: bab 4 ok

memungkinkan dijumpai air tanah tawar yang merupakan air tanah

terperangkap pada lensa-lensa pasir.

11. Kabupaten Indragiri Hulu

Wilayah Kabupaten Indragiri Hulu mempunyai morfologi bergelombang

rendah sampai sedang ke arah selatan. Sedangkan secara geologi dapat

dibagi 2 kelompok berdasarkan sifat fisik batuannya.. Kelompok pertama

terdiri dari gabungan batuan yang berpotensi menjadi akuifer seperti

endapan aluvium (Qh), endapan kipas aluvium (Qf), endapan rawa (Qa),

dan endapan undak sungai (Qt) merupakan kelompok batuan yang

berpotensi menjadi akuifer. Kelompok lain yang tidak berpotensi menjadi

akuifer adalah terdiri dari Formasi Kasai (Qtk), Formasi Kerumutan

(Qtke), Fomasi Muara Enim (Tmpm), Formasi Palembang Anggota

Tengah (Tpm), Formasi Tualang (Tmt), Formasi Lakat (Toml), Anggota

Atas (Tmtu), Formasi Air Benakat (Tma), dan Formasi Mentulu (Pcm).

Kelompok ini terdiri dari batuan padu dan mempunyai kelulusan rendah

dan tidak berpotensi menjadi akuifer.

Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 5 titik) di wilayah Kecamatan

Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, pada endapan undak sungai (Qt)

menunjukkan bahwa terdapat beberapa lapisan pembawa air (akuifer)

tawar. Hasil uji kualitas air untuk 3 contoh air tanah menunjukkan 2 contoh

mempunyai kandungan Fe di atas baku mutu akan memang umum

kandungan Fe cenerung tinggi di wilayah Provinsi Riau. Secara umum

wilayah Kabupaten Indragiri Hulu dengan batuan dari endapan aluvium,

endapan kipas aluvium, endapan rawa, dan endapan undak sungai

merupakan daerah dengan potensi air tanah menjanjikan.

12. Kabupaten Kepulauan Meranti

Morfoloi Kabupaten Meranti berupa dataran pulau sedangkan geologinya

terdiri dari endapan aluvium (Qh) dan endapan aluvium tua (Qp), yang

terdiri campuran endapan lepas terutama berupa kerikil, pasir, dan

lempung.

Bab 4 - 23

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 24: bab 4 ok

Hasil pengukuran geolistrik (sebanyak 5 titik) di Kecamatan Tebing Tinggi,

Kabupaten Kepulauan Meranti, tidak dijumpai akuifer tawar, artinya

keseluruhan endapan rawa pantai sudah merupakan endapan transisi

sehingga unsur Cl dan Na merupakan unsur kimia yang dominan.

Hasil analisis terhadap 3 cotoh air tanah, menunjukkan kesemua tidak

memenuhi syarat sebagai air minum karena kandungan Na, Cl, dan TDS

di atas ambang baku mutu yang dipersyaratkan. Secara setempat

memang masih memungkinkan dijumpai air tanah tawar yang merupakan

air tanah terperangkap pada lensa-lensa pasir. Berdasarkan sejarah

geologi daerah sepanjang pantai timur Provinsi Riau telah terjadi proses

pengendapan laut dangkal dan daratan yang bergantian relatif cepat yang

menyebabkan tebentuknya akuifer payau dan akuifer tawar. Perselingan

ini umumnya berbentuk menjari (iterfengering), dimana akuifer tawar akan

menebal ke arah daratan dan menipis kearah laut. Hasil penyelidikan

hidrogeologi dan hasil pengukuran geolistrik terdahulu menunjukkan

bahwa perselingan antara akuifer tawar dan akuifer payau umum

dijumpai.

Akuifer tawar juga dapat ditemukan pada lensa-lensa pasir pada endapan

aluvium tua akan tetapi umumnya dalam jumlah terbatas dan umumnya

merupakan air tanah tidak tertekan dangkal.

4.2.2 Pemanfaatan Berdasarkan Potensi Air Tanah

Pemanfaatan air tanah tidak hanya didasarkan pada kualitas air tanah

yang ada akan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah jumlah atau

potensi air tanah ada. Berdasarkan hasil analisis dan eveluasi study

potensi air tanah di seluruh Provinsi Riau yang didasarkan pada jumlah

keterdapatan atau potensi air tanahnya dapat dibagi menjadi 3 kelompok.

Kelompok pertama

Merupakan kelompok wilayah dengan potensi air tanah sedang

yang memungkingkan untuk pemanfaatan air tanah dalam jumlah

terbatas dan penggunaan untuk mencukpi kebutuhan air bersih

rumah tangga.

Bab 4 - 24

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 25: bab 4 ok

Wilayah ini meliputi Kabupaten Pelalawan Bagian Barat, Wilayah

Kota Pakanbaru, dan Wilayah Kabupaten Kampar Bagian Timur.

Kelompok ke dua

Merupakan kelompok wilayah dengan potensi air tanah rendah

yang kurang memungkingkan untuk pemanfaatan air tanah. Air

tanah hanya digunaan untuk mencukpi kebutuhan air bersih

rumah tangga untuk masing-masing warga.

Wilayah ini meliputi sebagian wilayah Kabupaten Kuantan Singingi

dan sebagian wilayah Kabupaten Rokan Hulu.

Kelompok ke tiga

Merupakan kelompok wilayah potensi air tanah dengan kualitas

tidak menenuhi syarat sebagai air minum untuk di sebagian

wilayah.

Wilayah ini meliputi Kabupaten Rokan Hilir Bagian Utara, di

Sebagian Kota Dumai, di Wilayah Kabupaten Bengkalis Bagian

Utara, di Sebagian Besar Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti,

di Bagian Timur Wilayah Kabupaten Siak, di Sebagian Wilayah

Kabupaten Indragiri Hilir, dan di Sebagian Wilayah Kabupaten

Indragiri Hulu.

Pemanfaatan air tanah di bagian wilayah dengan kualitas air tanah

baik masih memungkinkan dalam sekala kecil akan tetapi terbatas

untuk keperluan air bersih penduduk.

4.3 Neraca

4.3.1 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air bersih untuk setiap orang berdasarkan ketentuan dari WHO

untuk negara berkembang kurang lebih sebesar 120 l/hari sedangkan

untuk negara yang belum berkembang (miskin) kurang lebih 90 l/hari. Di

Indonesia mengacu kepada standar air bersih menurut Direktorat Jenderal

Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum (1988) membagi beberapa

kriteria berdasarkan besarnya kota, seperti pada Tabel 4.5

Bab 4 - 25

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 26: bab 4 ok

Tabel 4. 5 : Standar Kebutuhan Air Bersih Untuk Rumah Tangga (Dit.Jen. Cipta Karya, 1988)

KATEGORI KOTA JUMLAH PENDUDUK(jiwa)

KEBUTUHAN AIR BERSIH

(l/orang/hari)

I Metropolitan > 1.000.000 190

II Besar 500.000 – 1.000.000 170

III Sedang 100.000 – 500.000 150

IV Kecil 20.000 – 100.000 130

V Kecamatan 3.000 – 20.000 100

4.3.2 Kebutuhan Air Bersih

Berdasarkan kriteria pada Tabel 4.5 tersebut standar kebutuhan air bersih

untuk penduduk Provinsi Riau secara umum dimasukkan dalam kategori

II (kecil), artinya bahwa untuk setiap penduduk Provinsi Riau

membutuhkan kurang lebih 130 liter/hari air bersih untuk berbagai

keperluan. Kebutuhan ini dianggap sebagai kebutuhan maksimal air

bersih untuk saat ini akan tetapi di masa mendatang seiring dengan

perkembangan di berbagai sektor akan meningkat pula kebutuhan akan

air bersih sehingga untuk tahun-tahun mendatang sangat memungkinkan

kebutuhan air bersih akan meningkat menjadi katagori III atau II.

Untuk

Berdasarkan Tabel 4.6, jumlah penduduk tahun 2014 seluruh Provnsi

Riau sebesar 6.129.624 jiwa, jika setiap orang membutuhkan 130 l/hari,

maka air bersih yang dibutuhkan 796.851.120 l/hari atau kurang lebih

252,42 x 106 m3/tahun. Perhitungan tersebut hanya untuk kebutuhan hidup

rumah tangga sehari-hari, belum termasuk untuk kebutuhan

lainnya,rumah sakit, hotel, kantor, dll., maka jumlahnya akan bertambah.

Bab 4 - 26

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 27: bab 4 ok

Tabel 4. 6 : Jumlah Kebutuhan Air Bersih Untuk Setiap Kabupaten

KABUPATEN JUMLAHTahun 2014

(jiwa)

KEBUTUHAN AIR BERSIH

(m3/tahun)

PENGEMBANGANAIR TANAH

Bengkalis543.786 25,45 x 106 Di Sebagian

Wilayah

Dumai280.027 12,71 x 106 Di Sebagian

Wilayah

Indragiri Hilir685.530 32,08 x 106 Di Sebagian

Wilayah

Indragiri Hulu412.865 19,32 x 106 Di Sebagian

Wilayah

Kampar766.351 35,87 x 106 Di Sebagian Besar

Wilayah

KepulauanMeranti183.912 8,61 x 106 Di Sebagian Kecil

Wilayah

KuantanSingingi306.718 14,35 x 106 Di Sebagian

Wilayah

Pekanbaru999.031 46,75 x 106 Di Semua Wilayah

Pelalawan367.715 17,21 x 106 Di Sebagian Besar

Wilayah

RokanHilir618.355 28,94 x 106 Di Sebagian

Wilayah

RokanHulu543.857 25,45 x 106 Di Sebagian

Wilayah

Siak421.477 19,73 x 106 Di Sebagian

WilayahTOTAL 6.129.624 252,42 x 106

Secara keseluruhan hampir di sebagian besar wilayah air tanah tidak da-

pat dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan air bersih karena beber-

apa faktor, antara lain :

Faktor potensi air tanahnya yang kurang mencukupi, baik karena

kualitasnya maupun kuantitasnya.

Faktor penyebaran sumber air tanah yang tidak merata untuk

setiap wilayah kabupaten/kota.

Guna mencukupi kekurangan sumber air bersih di berbagai wilayah

potensi sumber daya air lain perlu dipikirkan. Sumber air bersih selain air

tanah ialah sumber air permukaan (sungai) yang potensinya tidak kalah

dengan sumber air tanah. Secara geografi Provinsi Riau mempunyai 4

sungai besar beserta anak-anak sungainya, yaitu Sungai Rokan, Sungai

Bab 4 - 27

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 28: bab 4 ok

Siak, Sungai Kampar, dan Sungai Indragiri. Ke empat sungai ini

merupakan sungai perennial atau sungai yang mengalir sepanjang tahun

yang dapat digunakan sebagai sumber air bersih. Hanya memang perlu

pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai sumber air

bersih. Pengolahan air sungai inilah yang kadang-kadang memerlukan

dana yang cukup mahal jika dibandingkan dengan pengolahan air tanah.

4.4 Prospek Pendayagunaan Air Tanah

Secara keseluruhan hampir di sebagian besar wilayah, air tanah tidak

dapat dikembangkan/didayagunakan untuk mencukupi kebutuhan air

bersih karena beberapa faktor, antara lain :

Faktor potensi air tanahnya yang kurang mencukupi, baik karena

kualitasnya maupun kuantitasnya.

Faktor penyebaran sumber air tanah yang tidak merata untuk

setiap wilayah kabupaten/kota.

Pendayagunakan air tanah untuk wilayah Provinsi Riau hanya dapat

dilakukan pada wilayah tertentu saja, yaitu wilayah dengan potensi air

tanah sedang. Pada wilayah ini, pendayagunaan utama untuk keperluan

air bersih rumah tangga, sedangkan untuk keperluan industri (pabrik,

hotel, dan kantor) dapat dilakukan secara terbatas. Untuk pendayagunaan

dalam sekala besar yang membutuhkan volume air tidak sedikit tidak

disarankan. Untuk wilayah dengan potensi air tanah rendah pendagunaan

terbatas untuk keperluan air bersih rumah tangga sedangkan untuk

keperluan industri tidak disarankan, kecuali untuk industri masyarakat

kecil (pabrik tempe, tahu, dll) masih memungkinkan. Untuk daerah dengan

potensi air tanah nihil penggunaan air tanah umumnya dimanfaatkan

untuk air bersih rumah saja dalam jumlah terbatas.

Guna mencukupi kekurangan sumber air bersih di berbagai wilayah,

potensi sumber daya air lain perlu dipikirkan. Sumber air bersih selain air

tanah ialah sumber air permukaan (sungai) yang potensinya tidak kalah

dengan sumber air tanah. Secara geografi Provinsi Riau mempunyai 4

Bab 4 - 28

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau

Page 29: bab 4 ok

sungai besar beserta anak-anak sungainya, yaitu Sungai Rokan, Sungai

Siak, Sungai Kampar, dan Sungai Indragiri. Ke empat sungai ini

merupakan sungai perennial atau sungai yang mengalir sepanjang tahun

yang dapat digunakan sebagai sumber air bersih. Hasil perhitungan

simpanan air pada ke empat daerah aliran sungan (Tabel 2.9

Penambahan simpanan air tahun 2005 di DAS Riau) menunjukkan bahwa

penambahan simpanan air cukup besar untuk menambah cadangan air

tanah.

Kendala dalam pengolahan air permukaan untuk air bersih memang tidak

semudah dalam pengolahan air tanah. Pengolahan air sungai inilah yang

kadang-kadang memerlukan dana yang cukup mahal jika dibandingkan

dengan pengolahan air tanah karena secara umum air permukaan (air

sungai) kualitasnya tidak sebaik air tanah. Dilihat potensinya, untuk

Provinsi Riau air permukaan lebih menjanjikan sebagai sumber air besih

jika dibandingkan dengan air tanah.

Bab 4 - 29

Studi Potensi Air Tanah Se-Provinsi

Riau