BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil PTPN IX ...€¦ · Tabel 4.1 Komoditas Unggulan...
Transcript of BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil PTPN IX ...€¦ · Tabel 4.1 Komoditas Unggulan...
27
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil PTPN IX
4.1.1. Profil Perusahaan
PTPN IX didirikan pada tanggal 11 Maret 1996 berdasarkan PP No. 14
Tahun 1996 yang merupakan peleburan dari PT. Perkebunan XV-XVI dan PT.
Perkebunan XVIII. PTPN IX merupakan perusahaan yang dimiliki oleh Negara
atau yang biasa disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan bergerak
dibidang perkebunan dan pengolahan hasil perkebunan. PTPN IX memiliki empat
komoditas utama yang dihasilkan, yaitu :
Tabel 4.1 Komoditas Unggulan PTPN IX
Komoditas Luasan (%) Kontribusi (%)
Karet 60 51,1
Kopi Robusta 20 25
Teh 10 20
Kakao 10 10
Sumber : Profil PT. Perkebunan Nusantara IX Tahun 2018
PTPN IX juga memiliki wilayah kebun yang tersebar di provinsi Jawa
Tengah, antara lain :
Tabel 4.2 Unit Usaha Kebun PTPN IX
No. Nama Kebun Lokasi Komoditas
1. Getas Pebelan – Kab. Semarang Karet, kopi
2. Ngobo Bergas – Kab. Semarang Karet, kopi,kakao
3. Batujamus Kerjo – Kab. Karanganyar Karet, kopi
4. Balong Keling – Kab Jepara Karet, kakao
5. Merbung Boja – Kab. Kendal Karet
6. Sukamangli Sukorejo – Kab.Kendal Karet, kopi
7. Siluwok Gringsing – Kab. Batang Karet
8. Blimbing Karanganyar - Kab. Pekalongan Karet
9. Jolotigo Talun – Kab. Pekalongan Karet, teh, kopi
10. Krumput Banyumas – Kab. Banyumas Karet
11. Kawung Cimanggu – Kab. Cilacap Karet
12. Warnasari Dayeuhluhur – Kab. Cilacap Karet
Sumber : Profil PT. Perkebunan Nusantara IX Tahun 2018
28
4.1.2. Visi dan Misi PTPN IX
Visi perusahaan adalah “Menjadi perusahaan agrobisnis yang berdaya
saing tinggi dan tumbuh berkembang bersama mitra”. Guna mencapai visi
tersebut, perusahaan menjalankan peran sesuai misi perusahaan yaitu :
1. Memproduksi dan memasarkan produk karet, teh, kopi, kakao, gula dan
tetes ke pasar domestic dan internasional secara professional untuk
menghasilkan pertumbuhan laba (profit growth) dan mendukung
kelestarian lingkungan.
2. Mengembangkan cakupan bisnis melalui diversifikasi usaha, yaitu produks
hilir, wisata agro, dan usaha lainnya untuk mendukung kinerja perusahaan.
3. Mengembangkan sinergi dengan mitra usaha strategis dan masyarakat
lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
4.1.3. Budaya Perusahaan
Berikut ini merupakan nilai luhur dan deskripsi dari budaya perusahaan
PTPN IX Kebun Ngobo yaitu :
1. Integrity (Integritas) yaitu keselarasan antara perkataan dan tindakan
dalam melaksanakan tanggungjawab.
2. Enthusiasm (Antusias) yaitu mampu menunjukkan semangat yang tinggi
dalam menjalankan setiap tugas dan kewajiban.
3. Teamwork (Kerja Tim) yaitu kemauan dan kemampuan untuk bekerja
sama dalam mencapai tujuan perusahaan.
4. Care (Peduli) yaitu merasakan dan menunjukkan empati serta sikap iklash
membantu terhadap seluruh stakeholders.
5. Innovation (Inovasi) yaitu cermat dalam membaca peluang dan mampu
mengembangkan langkah-langkah baru serta menciptakan iklim yang
kondusif untuk implementasi agar menghasilkan nilai tambah yang lebih
tinggi.
4.2. Gambaran Umum PTPN IX Kebun Ngobo
Perkebunan karet Kebun Ngobo dikelola oleh PTPN IX yang memiliki
luas ± 2 .257,44 ha yang dibagi menjadi empat Afdeling (sektor) yaitu afdeling
Setro, afdeling Jatirunggo, afdeling Klepu, dan afdeling Gebugan dengan ditanami
jutaan pohon karet yang produktif dengan hasil getah karet yang cukup tinggi dan
29
tanaman lain seperti kopi, dan pala. Dengan adanya perkebunan karet Kebun
Ngobo ini memiliki dampak positif bagi masyarakat sekitar dimana banyak
masyarakat sekitar menjadi pegawai sadap karet dan karyawan pabrik pengolahan
karet RSS (Ribbed Smoke Sheet) sebagai mata pencaharian. Perkebunan karet
Kebun Ngobo yang dikelola oleh PTPN IX ini menghasilkan produk karet
unggulan yaitu karet RSS (Ribbed Smoke Sheet). Pabrik karet Kebun Ngobo
terletak di Dusun Ngobo, Desa Wringin Putih, Kecamatan Bergas, Kabupaten
Semarang, kapasitas produksi yang ada di Pabrik Karet Ngobo ± 5 ton karet/hari.
Adapun struktur organisasi PTPN IX Kebun Ngobo adalah sebagai berikut ini :
Gambar 4.1. Struktur Organisasi PTPN IX Kebun Ngobo
Sumber :Profil PT. Perkebunan Nusantara IX, 2018
4.3. Karakteristik Responden
4.3.1. Karakteristik Umum Karyawan Pabrik Pengolahan Karet PTPN IX
Kebun Ngobo
Pada penelitian ini menggunakan 60 responden dimana responden adalah
karyawan pabrik pengolahan karet di PTPN IX Kebun Ngobo sebagai berikut:
30
Tabel 4.3 Karakteristik Responden
(Sumber: Analisis Data Primer, 2018)
Keterangan :
Gol I A : Golongan I A
HLT : Harian Lepas Teratur
HLB : Harian Lepas Borong
Status
Kepegaw
aian
Jumlah
(Orang)
Masa Kerja (Tahun) Jenis
Kelamin
Usia (Tahun)
Pendidikan
1-6 7-13 14-20 21-27 28-34 P L 16-22 23-29 30-36 37-43 44-50 51-57 SD SMP SMA
Gol I A
18
-
-
5
10
3
9
9
-
-
-
2
8
8
11
4
3
HLT
14
-
14
-
-
-
6
8
-
-
3
3
6
2
4
7
3
HLB
28
23
5
-
-
-
9
14
3
4
8
10
2
1
11
9
8
31
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa terdapat 18 orang karyawan
pabrik pengolahan karet di PTPN IX Kebun Ngobo yang berstatus kepegawaian
Golongan I A. Dengan masa kerja 14-20 tahun sebanyak 5 orang atau 27,77% ,
21-27 tahun sebanyak 10 orang atau 55,55% dan 28-34 tahun sebanyak 3 orang
atau 16,66%. Karyawan pabrik yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 9
orang atau 50% dan perempuan yaitu sebanyak 9 orang atau 50%. Selain itu,
dapat diketahui bahwa karyawan pabrik dengan golongan I A rata-rata termasuk
dalam usia produktif. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2017 rentang usia
produktif yaitu mulai usia 15 tahun sampai dengan usia 64 tahun. Karyawan
pabrik yang usia 37-43 yaitu sebanyak 2 orang atau 11,11%, usia 44-50 yaitu
sebanyak 8 orang atau 44,44%, dan usia 51-57 yaitu sebanyak 8 orang atau
44,44%. Mayoritas pendidikan terakhir yang ditempuh oleh karyawan pabrik
pengolahan karet golongan I A adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 11
orang atau 61,11%, kemudian pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu
sebanyak 4 orang atau 22,22% , dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu
sebanyak 3 orang atau 16,66%.
Karyawan pabrik pengolahan karet dengan status kepegawaian Harian
Lepas Teratur (HLT) sebanyak 14 orang atau 100% dengan masa kerja 7-13
tahun. Karyawan pabrik yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8 orang atau
57,14% dan perempuan sebanyak 6 orang atau 42,85%. Rentang usia karyawan
pabrik HLT berada pada 30-36 tahun yaitu sebanyak 3 orang atau 21,42 %, 37-43
tahun yaitu sebanyak 3 orang atau 21,42 %, 44-50 tahun yaitu sebanyak 6 orang
atau 42,85%, dan 51-57 tahun yaitu sebanyak 2 orang atau 14,28%. Mayoritas
pendidikan terakhir yang ditempuh oleh karyawan pabrik pengolahan karet HLT
adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 4 orang atau 28,57%, kemudian pada
Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebanyak 7 orang atau 50% , dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 3 orang atau 21,42%.
Karyawan pabrik pengolahan karet dengan status kepegawaian Harian
Lepas Borong (HLB) sebanyak 28 orang. Dengan masa kerja 1-6 tahun yaitu
sebanyak 23 orang yaitu sebanyak 82,14% dan 7-13 tahun yaitu sebanyak 5 orang
atau 35,71%. Karyawan pabrik HLB yang berjenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 14 orang atau 77,77% dan perempuan yaitu sebanyak 9 orang atau
32
32,14%. Rentang usia karyawan pabrik HLB berada pada 16-22 tahun yaitu
sebanyak 3 orang atau 10,71%, 23-29 tahun yaitu sebanyak 4 orang atau 14,28%,
30-36 tahun yaitu sebanyak 8 orang atau 28,57%, 37-43 tahun yaitu sebanyak 10
orang atau 35,71%, 44-50 tahun yaitu sebanyak 2 orang atau 7,14%, dan 51-57
tahun sebanyak 1 orang atau 3,57%. Mayoritas pendidikan terakhir yang
ditempuh oleh karyawan pabrik pengolahan karet HLB adalah Sekolah Dasar
(SD) yaitu sebanyak 11 orang atau 39,28%, kemudian pada Sekolah Menengah
Pertama (SMP) yaitu sebanyak 9 orang atau 32,14% , dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) yaitu sebanyak 8 orang atau 28,57%.
4.3.2. Distribusi Skor Kinerja Karyawan (Y) Berdasarkan Variabel Bebas
(X)
Karakteristik umum responden dapat pula di tinjau dari segi skor kinerja.
Berikut ini adalah gambaran distribusi skor kinerja karyawan pabrik (Y) menurut
variabel bebas yang meliputi gaji (X1), tunjangan (X2), insentif (X3), fasilitas kerja
(X4), dan lingkungan kerja (X5).
4.3.2.1. Distribusi Skor Kinerja Karyawan (Y) Menurut Skor Variabel Gaji
(X1)
Deskripsi karakteristik responden dari distribusi skor kinerja karyawan
menurut skor variabel gaji disajikan sebagai berikut :
Tabel 4.4 Distribusi Skor Kinerja Karyawan Menurut Skor Variabel Gaji
Y
X1
Skor Kinerja Karyawan
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%) Skor
Variabel
Gaji 8-13 14-20 21-26 27-32 33-39 40-46
5 – 10 0 0 0 0 0 0 0 0
11 – 15 0 0 2 2 0 0 4 6,66
16 – 20 0 0 6 13 11 2 32 53,33
21 – 25 0 0 0 13 9 2 24 40
Jumlah 0 0 8 28 18 4 60 100
Jumlah 60 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dapat diketahui bahwa skor kinerja karyawan
menurut skor variabel gaji yang tertinggi yaitu berada pada interval skor variabel
gaji yaitu 16-20 dengan interval skor kinerja karyawan 27-32 yaitu 32 atau
53,33%. Hal ini menunjukkan bahwa skor variabel gaji cukup terdistribusi atau
33
tersebar merata pada berbagai skor kinerja karyawan sehingga semakin tinggi
gaji maka semakin tinggi atau baik kinerja karyawan pabrik pengolahan PTPN IX
Kebun Ngobo.
4.3.2.2. Distribusi Skor Kinerja Karyawan (Y) Menurut Skor Variabel
Tunjangan (X2)
Deskripsi karakteristik responden dari distribusi skor kinerja karyawan
menurut skor variabel tunjangan disajikan sebagai berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Skor Kinerja Karyawan Menurut Skor Variabel Tunjangan
Y
X2
Skor Kinerja Karyawan
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%) Skor
Variabel
Tunjangan
8-13 14-20 21-26 27-32 33-39 40-46
5 – 10 0 0 0 0 0 0 0 0
11 – 15 0 0 7 9 1 2 19 31,66
16 – 20 0 0 1 17 14 0 32 53,33
21 – 25 0 0 0 2 6 1 9 15
Jumlah 60 100
Sumber:Analisis Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 4.5, distribusi skor kinerja menurut skor variabel
tunjangan yang tertinggi yaitu 32 (53,33%) berada pada interval skor variabel
tunjangan 16-20 dengan interval skor kinerja karyawan 27-32. Dari tabel diatas
terlihat bahwa skor variabel tunjangan tidak tersebar merata atau mengumpul pada
satu titik sehingga menunjukkan bahwa semakin tinggi tunjangan maka kinerja
akan semakin menurun.
4.3.2.3. Distribusi Skor Kinerja Karyawan (Y) Menurut Skor Variabel
Insentif (X3)
Deskripsi karakteristik responden dari distribusi skor kinerja karyawan
menurut skor variabel insentif disajikan sebagai berikut :
34
Tabel 4.6 Distribusi Skor Kinerja Karyawan Menurut Skor Variabel Insentif
Y
X3
Skor Kinerja Karyawan
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%) Skor
Variabel
Insentif
8-13 14-20 21-26 27-
32
33-39 40-46
5 – 10 0 0 0 0 0 0 0 0
11 – 15 0 0 8 11 1 1 21 35
16 – 20 0 0 0 16 15 1 32 53,33
21 – 25 0 0 0 2 4 1 7 11,67
Jumlah 60 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 4.6, distribusi skor kinerja karyawan menurut skor
variabel insentif yang tertinggi yaitu pada total skor 32 (53,33%) berada pada
interval skor variabel insentif 16-20 dengan interval skor kinerja karyawan 27-32.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi insentif yang diberikan kepada
karyawan maka akan meningkatkan kinerja karyawan pabrik pengolahan PTPN
IX Kebun Ngobo.
4.3.2.4. Distribusi Skor Kinerja Karyawan (Y) Menurut Skor Variabel
Fasilitas Kerja (X4)
Deskripsi karakteristik responden dari distribusi skor kinerja karyawan
menurut skor variabel fasilitas kerja disajikan sebagai berikut :
Tabel 4.7 Distribusi Skor Kinerja Karyawan Menurut Skor Variabel Fasilitas
Kerja
Y
X4
Skor Kinerja Karyawan
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%) Skor Variabel
Fasilitas
Kerja
8-13 14-20 21-26 27-32 33-39 40-46
5 – 10 0 0 0 0 0 0 0 0
11 – 15 0 0 5 1 0 0 6 10
16 – 20 0 0 8 21 10 1 40 66,67
21 – 25 0 0 0 5 8 1 14 23,33
Jumlah 60 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 4.7, distribusi skor kinerja karyawan menurut skor
variabel fasilitas kerja yang tertinggi yaitu pada total skor 40 ( 66,67%) berada
pada interval skor variabel fasilitas kerja 16-20 dengan interval skor kinerja
karyawan 27-32. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran skor tidak merata atau
35
mengumpul pada satu titik sehingga semakin tinggi fasilitas kerja maka akan
menurunkan kinerja karyawan pabrik pengolahan PTPN IX Kebun Ngobo.
4.3.2.5. Distribusi Skor Kinerja Karyawan (Y) Menurut Skor Variabel
Lingkungan Kerja (X5)
Deskripsi karakteristik responden dari distribusi skor kinerja karyawan
menurut skor variabel lingkungan kerja disajikan sebagai berikut :
Tabel 4.8 Distribusi Skor Kinerja Karyawan Menurut Skor Variabel Lingkungan
Kerja
Y
X5
Skor Kinerja Karyawan
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%) Skor Variabel
Lingkungan
Kerja
8-13 14-20 21-26 27-32 33-39 40-46
5 – 10 0 0 0 0 0 0 0 0
11 – 15 0 0 0 0 0 0 0 0
16 – 20 0 0 6 8 4 0 18 30
21 – 25 0 0 2 23 15 2 42 70
Jumlah 60 100
Sumber:Analisis Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 4.15 diatas, distribusi skor kinerja karyawan menurut
skor variabel lingkungan kerja yang tertinggi yaitu pada total skor 42 (70%)
berada pada interval skor variabel lingkungan kerja 21-25 dengan interval skor
kinerja karyawan 27-32. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik lingkungan
kerja maka akan meningkatkan kinerja karyawan pabrik pengolahan karet PTPN
IX Kebun Ngobo.
4.4. Distribusi Kompensasi Finansial dan Nonfinansial Kepada Karyawan
Pabrik
Tabel 4.9. Distribusi Kompensasi Finansial dan Nonfinansial Kepada Karyawan
Pabrik
Status
Kepegawaian
Kompensasi
Finansial Nonfinansial
Gaji Tunjangan Insentif Fasilitas Kerja Lingkungan Kerja
Golongan IA √ √ √ √ √
HLT √ √ √ - √
HLB √ - √ - √
36
Berikut merupakan rincian kompensasi yang diberikan oleh pihak
manajemen PTPN IX Kebun Ngobo kepada karyawan pabrik pengolahan karet:
1. Karyawan pabrik pengolahan dengan status kepegawaian Harian Lepas
Borong (HLB) akan menerima gaji yang jumlahnya dihitung secara harian
namun dapat diambil perbulan pada tanggal tertentu dan mendapatkan
uang lembur
2. Harian Lepas Teratur (HLT) status kepegawaiannya lebih tinggi dari pada
HLB. Kompensasi yang diterima pegawai HLT adalah gaji dengan
patokan tertentu yang diambil setiap bulan, tunjangan hari raya, bingkisan
hari raya lebaran, bonus tahunan, serta asuransi jiwa.
3. Sesuai dengan ketentuan PTPN IX pegawai PTPN memiliki beberapa
golongan dari golongan I-IV. Namun, untuk karyawan pabrik pengolahan
sendiri hanya ada hingga golongan IA. Golongan IA menerima
kompensasi dari berupa gaji, THR, bonus tahunan, asuransi jiwa, seragam
kerja, jatah untuk mengambil cuti, dana pensiun.
4.5. Uji Instrumen Data
4.5.1. Hasil Uji Validitas
Melalui uji validitas, variabel gaji (X1), tunjangan (X2), insentif (X3),
fasilitas kerja (X4), dan lingkungan kerja (X5) memiliki nilai Corrected Item-Total
Correlation > 0, 250 sehingga dinyatakan valid.
Tabel 4.10 Uji Validitas
No Variabel Indikator rhitung rtabel Keterangan
1. Gaji(X1)
-item 1
-Item 2
-item 3
-item 4
-item 5
0,361 0,250 Valid
0,638 0,250 Valid
0,862 0,250 Valid
0,873 0,250 Valid
0,926 0,250 Valid
2. Tunjangan (X2)
-item 1
-item 2
-item 3
-item 4
-item 5
0,855 0,250 Valid
0,841 0,250 Valid
0,836 0,250 Valid
0,857 0,250 Valid
0,849 0,250 Valid
3. Insentif (X3)
-item 1
-item 2
-item 3
-item 4
-item 5
0,938 0,250 Valid
0,886 0,250 Valid
0,927 0,250 Valid
0,698 0,250 Valid
0,833 0,250 Valid
37
4 Fasilitas Kerja (X4)
-item 1
-item 2
-item 3
-item 4
-item 5
0,953 0,250 Valid
0,264 0,250 Valid
0,319 0,250 Valid
0,277 0,250 Valid
0,267 0,250 Valid
5 Lingkungan Kerja
(X5)
-item 1
-item 2
-item 3
-item 4
-item 5
0,693 0,250 Valid
0,831 0,250 Valid
0,844 0,250 Valid
0,826 0,250 Valid
0,559 0,250 Valid
6
Kinerja Buruh
Pabrik Pengolahan
Karet (Y)
-item 1
-item 2
-item 3
-item 4
-item 5
-item6
-item7
-item8
0,783 0,250 Valid
0,803 0,250 Valid
0,796 0,250 Valid
0,801 0,250 Valid
0,756 0,250 Valid
0,479 0,250 Valid
0,775 0,250 Valid
0,709 0,250 Valid
4.5.2. Hasil Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dari item pertanyaan dilakukuan dengan
menggunakan teknik analisis Cronbach Alpha dengan jumlah sampel 60
responden.
Tabel 4.11 Uji Reliabilitas
Variabel Koefisien Alpha Keterangan
Gaji (X1) 0,792 Reliabel
Tunjangan (X2) 0,816 Reliabel
Insentif(X3) 0,814 Reliabel
Fasilitas Kerja (X4) 0,630 Reliabel
Lingkungan Kerja (X5) 0,792 Reliabel
Kinerja Karyawan Pabrik Pengolahan
Karet (Y) 0,778
Reliabel
4.6. Hasil Analisis Data
4.6.1. Analisis Regresi Linier Berganda
Pada penelitian ini, analisis regresi linear berganda dengan bantuan
software SPSS versi 20.0 dengan tujuan untuk membuktikan hipotesis mengenai
pengaruh kompensasi finansial dan nonfinansial secara parsial maupun secara
bersama-sama terhadap kinerja karyawan pabrik pengolahan karet di PTPN IX
Kebun Ngobo. Hasil analisis regresi berganda ini sudah lolos uji validitas dan
reliabilitas serta uji asumsi klasik yaitu: uji normalitas, uji autokorelasi, uji
38
multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Uji asumi klasik dapat dilihat pada
lampiran. Hasil dari pengolahan data dengan program SPSS adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.12 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel Independen Koefisien t-hitung Sig. Kesimpulan
Intersep 2,656 0,645 0,522
Gaji (X1) 0,436* 2,369 0,021 Berpengaruh
Tunjangan (X2) 0,183ns
1,039 0,304 Tidak berpengaruh
Insentif (X3) 0,415* 2,223 0,030 Berpengaruh
Fasilitas Kerja (X4) -0,031ns
-0,455 0,651 Tidak Berpengaruh
Lingkungan Kerja (X5) 0,0443* 2,348 0,023 Berpengaruh
DW test = 2,122
R2 = 0,506
Adj R2 = 0,460
F hitung = 11,047
Keterangan: * Nyata pada taraf kesalahan 5%
Ns (Non Significant) pada taraf kesalahan 5%
Sumber : Analisis Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 4.16 diatas, maka persamaan regresi pengaruh X1, X2,
X3, X4, dan X5 terhadap kinerja sebagai berikut :
Y = 2,656 + 0,436X1 + 0,183 X2 + 0,415 X3 − 0,031X4 + 0,043X5
Dari persamaan diatas dapat di interpretasikan sebagai berikut :
1. Skor b0 = konstanta 2,656 menunjukkan jika variabel bebas gaji (X1),
tunjangan (X2), insentif (X3), fasilitas kerja (X4), dan lingkungan kerja (X5)
diabaikan atau diasumsikan nol besar maka (Y) adalah 2,656 yang artinya
sebelum atau tanpa adanya variabel bebas dalam perusahaan maka
besarnya kinerja karyawan pabrik pengolahan karet sebesar 2,656 satuan.
2. Skor b1 = 0,436 artinya apabila setiap penambahan satu satuan gaji maka
akan mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan pabrik pengolahan
karet sebesar 0,436 satuan.
3. Skor b2 = 0,183 artinya apabila setiap penambahan satu satuan tunjangan
akan mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan pabrik pengolahan
karet sebesar 0,183 satuan.
39
4. Skorb3= 0,415 artinya apabila setiap penambahan satu satuan insentif akan
mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan pabrik pengolahan karet
sebesar 0,415 satuan.
5. Skor b4 = -0,031 artinya apabila setiap penambahan satu satuan fasilitas
kerja maka akan menurunkan kinerja karyawan pabrik pengolahan karet
sebesar -0,031 satuan.
6. Skor b5 = 0,043 artinya apabila setiap penambahan satu satuan lingkungan
kerja maka akan mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan pabrik
pengolahan karet sebesar 0,043 satuan.
Berdasarkan hasil pengolahan software SPSS nilai F hitung adalah 11,047
dan F tabel adalah 1,945 sehingga 11,047 > 1,945 yang berarti seluruh variabel
independen (gaji, tunjangan, insentif, fasilitas kerja, dan lingkungan kerja)
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (kinerja) dengan nilai
signifikansi 0,00 < 0,05. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai koefisien
determinasi sebesar 0,460 yang berarti bahwa variabel gaji, tunjangan, insentif,
fasilitas kerja, dan lingkungan kerja mempengaruhi kinerja karyawan pabrik
pengolahan karet sebesar 46%, sedangkan sisanya 54% dipengaruhi variabel lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.6.2. Pengaruh Gaji (X1) terhadap Kinerja Karyawan (Y)
Variabel gaji diwakili oleh lima pertanyaan mengenai jumlah yang
diterima sesuai dengan kebutuhan, ketepatan waktu dalam pembayaran gaji, gaji
lembur yang diberikan, kesesuaian gaji yang diterima dengan jam bekerja serta
kesesuaian gaji dengan jabatan atau golongan. Melalui uji validitas kelima
pertanyaan mengenai gaji memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation >
0,250 sehingga dinyatakan valid. Melalui uji reliabilitas variabel gaji
mendapatkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,792 sehingga di nyatakan reliabel.
Pada dasarnya gaji diberikan perusahaan sebagai bentuk penghargaan
kepada karyawan pabrik karena kinerja yang diberikan oleh karyawan pabrik.Gaji
menjadi sebuah alasan mengapa para karyawan pabrik bekerja. Dalam hal gaji,
PTPN IX Kebun Ngobo memberikan gaji yang berbeda-beda kepada karyawan
pabrik pengolahan sesuai dengan status kepegawaian. Tentunya gaji karyawan
40
pabrik dengan golongan IA lebih tinggi daripada karyawan pabrik Harian Lepas
Teratur/Borong.
Secara statistik gaji (X1) berpengaruh signifikan terhadap kinerja (Y)
dengan nilai thitung (2,369) > ttabel (2,001). Hal ini berarti bahwa gaji berpengaruh
signifikan. Semakin tinggi gaji maka kinerja akan semakin baik begitupun
sebaliknya. Gaji yang baik akan membuat pekerja memberikan yang terbaik
dalam kinerjanya sehingga memberikan dampak positif terhadap kemajuan
perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Umar (2012) yang menyatakan
bahwa gaji berpengaruh signifikan terhadap kinerja.
Gaji menjadi suatu harapan atau alasan bagi pekerja untuk bekerja seperti
yang dikatakan oleh Umar (2012) bahwa pekerja menerima imbalan dari pemberi
kerja atas pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
yang harus dipenuhi dan dengan bekerja mereka dapat memenuhi kebutuhan
mereka. Pendapatan perbulan dan uang lembur yang selama ini diberikan oleh
pihak perusahaan ternyata cukup memenuhi kebutuhan karyawan pabrik
pengolahan karet di PTPN IX unit kerja Kebun Ngobo. Hal ini dikuatkan dengan
tabel distribusi skor kinerja karyawan pabrik pengolahan karet menurut skor gaji
yang tersebar merata pada skor kinerja karyawan sehingga pola yang terbentuk
sudah tampak.
Dalam hal penerimaan gaji setiap karyawan pabrik pengolahan karet di
PTPN IX Kebun Ngobo memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan gaji
yang lebih tinggi dengan kenaikan golongan atau status kepegawaian.Setiap
golongan memiliki kompensasi yang berbeda.
4.6.3. Pengaruh Tunjangan (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y)
Variabel tunjangan diwakili oleh lima pertanyaan mengenai pemberian
tunjangan yang dapat memberikan kepercayaan diri, apakah tunjangan telah
sesuai dengan harapan, apakah tunjangan sebagai motivasi kerja, apakah
tunjangan memberikan rasa aman serta tunjangan sebagai peningkatan kinerja.
Melalui uji validitas kelima pertanyaan mengenai tunjangan memiliki nilai
Corrected Item-Total Correlation > 0,250 sehingga dinyatakan valid. Melalui uji
reliabilitas variabel tunjangan mendapatkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,816
sehingga di nyatakan reliabel.
41
Tunjangan adalah pemberian atau balas jasa yang diterima oleh karyawan
pabrik yang orientasinya untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan pabrik.
Tunjangan berupa jaminan sosial yaitu tunjangan yang diberikan agar karyawan
pabrik mendapatkan jaminan kehidupan sosial yang layak. Asuransi jiwa adalah
tunjangan yang diberikan kepada karyawan pabrik yang mengalami kematian.
Perawatan kesehatan adalah tunjangan yang diberikan agar karyawan pabrik
mendapatkan kemudahan dalam perawatan kesehatan selain itu adapula tunjangan
hari raya dan tunjangan hari tua jika butuh pabrik telah mengalami pensiun.
Secara statistik tunjangan (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja (Y) dengan nilai thitung (1,039) < ttabel (2,001). Hal ini berarti bahwa
tunjangan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pabrik
pengolahan karet.
Pemberian tunjangan kinerja bukan berdasarkan pada pencapaian kerja,
selain itu tanpa tunjangan kinerja mereka sudah mendapatkan penghasilan yang
dinilai cukup.
Hasil distribusi atau persebaran skor kinerja karyawan pabrik pengolahan
karet menurut skor variabel tunjangan menunjukkan bahwa pola yang terbentuk
sama dan mengumpul pada satu titik sehingga menyebabkan tidak signifikan
terhadap kinerja karyawan pabrik pengolahan karet di PTPN IX Kebun Ngobo
senada dengan Mondy (2008) yang menyatakan bahwa tunjangan tidak
berhubungan dengan produktivitas karyawan, dengan demikian meskipun
tunjangan penting dalam merekrut dan mempertahankan para karyawan namun
belum tentu memberi motivasi untuk peningkatan kinerja.
4.6.4. Pengaruh Insentif (X3) terhadap Kinerja Karyawan (Y)
Variabel insentif diwakili oleh lima pertanyaan mengenai kesesuaian
insentif dengan kualitas pekerjaan, kesesuaian insentif dengan tanggungjawab
pekerjaan, apakah insentif yang diberikan sesuai dengan masa kerja, insentif
sebagai motivasi kerja serta kesetaraan insentif dengan perusahaan sejenis
lainnya. Melalui uji validitas kelima pertanyaan mengenai insentif memiliki nilai
Corrected Item-Total Correlation > 0,250 sehingga dinyatakan valid. Melalui uji
reliabilitas variabel insentif mendapatkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,814
sehingga di nyatakan reliabel.
42
Insentif adalah upah tambahan sebagai balas jasa yang diberikan kepada
karyawan pabrik atas bentuk-bentuk aktivitas diluar jam kerja aktif dan proaktif
yang dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Insentif berupa komisi yaitu
pemberian pendapatan diluar gaji pokok berdasarkan hasil bagi karyawan pabrik
dengan perusahaan.
Secara statistik insentif (X3) berpengaruh signifikan terhadap kinerja (Y)
dengan nilai thitung (2,223) > ttabel (2,001). Hal ini berarti bahwa insentif
berpengaruh signifikan. Semakin tinggi insentif maka kinerja akan semakin baik
begitupun sebaliknya. Insentif yang baik akan membuat pekerja memberikan yang
terbaik dalam kinerjanya sehingga memberikan dampak positif terhadap kemajuan
perusahaan.
Bentuk pemberian kompensasi finansial berupa insentif telah diterapkan
pada PTPN IX unit kerja Kebun Ngobo pada setiap karyawan pabrik pengolahan
berupa uang bonus, dan uang tambahan lainnya di luar gaji pokok sebagai bentuk
balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik pengolahan karet, hal ini sesuai
dengan tabel distribusi skor kinerja karyawan pabrik pengolahan karet menurut
skor insentif yang polanya sudah nampak atau terlihat tidak mengumpul pada satu
titik.
Selain itu, beberapa karyawan pabrik di dalam melakukan aktivitas
kerjanya merasa tidak cukup dengan pemberian gaji yang diterimanya, sehingga
mereka merasa bersyukur dengan adanya pemberian insentif yang
diberikan.Pemberian insentif yang dimaksudkan adalah pemberian gaji tambahan
berdasarkan adanya aktivitas kerja yang memperoleh hasil kerja yang dibagi
sesuai dengan kebijakan pimpinan PTPN IX Kebun Ngobo berdasarkan tingkat
golongan kepegawaian. Adanya pemberian insentif ini tentu akan meringankan
beban kebutuhan pribadi dan keluarga karyawan pabrik pengolahan karet
misalnya insentif adanya bonus tambahan dari beberapa bulan gaji pada saat harga
internasional komoditas naik.
4.6.5. Pengaruh Fasilitas Kerja (X4) terhadap Kinerja Karyawan (Y)
Variabel fasilitas kerja diwakili oleh lima pertanyaan mengenai fasilitas
toilet yang bersih dan nyaman, fasilitas dapat meningkatkan kinerja, fasilitas
koperasi yang telah memadai, fasilitas tempat parkir yang telah memadai serta
43
pemberian seragam kerja. Melalui uji validitas kelima pertanyaan mengenai
fasilitas kerja memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,250 sehingga
dinyatakan valid. Melalui uji reliabilitas variabel fasilitas kerja mendapatkan nilai
Cronbach Alpha sebesar 0,630 sehingga di nyatakan reliabel.
Fasilitas kerja dalam suatu perusahaan mempunyai peranan penting
terhadap kelancaran pelaksanaan pekerjaan, karena fasilitas kerja yang baik dapat
meningkatkan kinerja karyawan pabrik dalam melaksanakan tugas.
Secara statistik fasilitas kerja (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja (Y) dengan nilai thitung (-0,445) < ttabel (2,001). Hal ini berarti bahwa
fasilitas kerja tidak berpengaruh signifikan. Koefisien yang bernilai negatif berarti
semakin tinggi fasilitas kerja maka kinerja akan semakin menurun. Menurut
Ahyari (2000) fasilitas kerja adalah faktor penunjang segala sesuatu yang
diberikan oleh perusahaan untuk para pekerja yang dapat mempengaruhi
produktivitas karyawan, tetapi menurut Arief dkk (2011) pengaruh fasilitas kerja
terhadap produktivitas tergantung dari fasilitas yang diberikan oleh perusahaan
yang bersangkutan. Seperti pada keadaan dilapangan fasilitas kerja tidak
berpengaruh terhadap kinerja karyawan pabrik pengolahan karet di PTPN IX unit
kerja Kebun Ngobo.
Dari hasil tabel distribusi skor kinerja karyawan pabrik pengolahan karet
menurut skor fasilitas kerja menunjukkan bahwa distribusi pola yang terbentuk
mengumpul pada satu titik sehingga polanya tidak nampak. Bentuk fasilitas kerja
yang diberikan oleh PTPN IX Kebun Ngobo berupa fasilitas toilet, koperasi,
tempat parkir dan pemberian seragam kerja bagi karyawan pabrik pengolahan
karet. Namun dari hasil wawancara dengan 60 responden, banyak diantaranya
tidak menggunakan fasilitas tersebut terutama fasilitas toilet dikarenakan lebih
memilih untuk pulang ke rumah masing-masing pada saat jam istirahat.
4.6.6. Pengaruh Lingkungan Kerja (X5) terhadap Kinerja Karyawan (Y)
Variabel lingkungan kerja diwakili oleh lima pertanyaan mengenai
kebersihan tempat kerja, pembagian kerja dengan rekan kerja, hubungan baik
dengan sesama rekan kerja, hubungan baik dengan atasan serta merasa tidak
pernah kehilangan barang. Melalui uji validitas kelima pertanyaan mengenai
lingkungan kerja memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation > 0,250
44
sehingga dinyatakan valid. Melalui uji reliabilitas variabel lingkungan kerja
mendapatkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,792 sehingga di nyatakan reliabel.
Lingkungan kerja merupakan suatu keadaan yang terdapat di sekitar
pekerja dan memberikan pengaruh terhadap kinerja pekerja.PTPN IX unit kerja
Kebun Ngobo memiliki lingkungan kerja yang seperti perusahaan pada umumnya
yang biasanya memiliki lingkungan kerja di dalam gedung namun tetap terasa
sejuk karena dilengkapi dengan banyak ventilasi dan penerangan yang mencukupi
sehingga menunjang aktivitas kerja karyawan pabrik pengolahan karet di PTPN
IX Kebun Ngobo.
Pada pengujian statistik secara parsial (Uji t) nilai thitung (2,348) > ttabel
(2,001). Serta nilai signifikansi yang dimiliki adalah sebesar 0,023 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja PTPN IX unit kerja Kebun
Ngobo berpengaruh. Hasil hipotesis ini sama dengan hasil penelitian Munparidi
(2012) yang menyatakan bahwa lingkungan kerja (fisik/non fisik) berpengaruh
signifikan.
Dalam kenyataan di lapangan, memang lingkungan kerja kebersihan,
keamanan, suasana, rekan kerja serta atasan mempengaruhi karyawan pabrik
pengolahan karet dalam bekerja. Selama pengamatan, karyawan pabrik
pengolahan karet selalu bekerja dengan sigap dan cekatan demi mempertahankan
kinerjanya dengan baik, hal ini sesuai dengan tabel distribusi skor kinerja
karyawan pabrik pengolahan karet menurut skorlingkungan kerja yang
menunjukkan bahwa pola sudah nampak atau terlihat dan tidak mengumpul pada
suatu titik.