BAB 4 Biologi Laut

13
BAB IV DATA HASIL, PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1 Data Hasil 4.1.1 Pantai Berbatu a. biota pantai berbatu Stas iun Tran sek Juml ah Organi sme Ciri-ciri Klasifikasi Gambar tangan Gambar Litera tur 2 2 1 Keong mata Kucing - Mempunyai cangkang yang halus -Warna cangkang umumnya coklat -Cangkang nya mengkilat -Punya insang yang terletak di depan jantung Phylum: Mollusca Kelas : Gastropoda Subkelas: Orthogastropoda Ordo : Sorbtocencha Famili : Cypreaidae Genus : Cyprea Spesies : Cyprea figris Nama lokal : Keong mata kucing 4 4 1 Lobste r air laut - Tubuh lobster terbagi dua bagian, yaitu bagian depan dan Super class: Crustacea Class: Malacostraca Ordo: Decapoda Family: Palirunidae Genus: Panulirus

description

untuk materi

Transcript of BAB 4 Biologi Laut

Page 1: BAB 4 Biologi Laut

BAB IV

DATA HASIL, PERHITUNGAN DAN ANALISA

4.1 Data Hasil

4.1.1 Pantai Berbatu

a. biota pantai berbatu

Stasiun

Transek

Jumlah

Organisme

Ciri-ciri Klasifikasi Gambar tangan

Gambar Literatur

2 2 1 Keong mata Kucing

-Mempunyai

cangkang

yang halus

-Warna

cangkang

umumnya

coklat

-Cangkang

nya

mengkilat

-Punya

insang yang

terletak di

depan

jantung

Phylum: Mollusca

Kelas : Gastropoda

Subkelas:

Orthogastropoda

Ordo : Sorbtocencha

Famili : Cypreaidae

Genus : Cyprea

Spesies : Cyprea figris

Nama lokal : Keong

mata kucing

4 4 1 Lobster air laut

- Tubuh lobster terbagi dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang.  Bagian depan terdiri dari bagian kepala dan dada. Kedua bagian itu disebut chepaalotorax.-Kepala udang ditutupi oleh cangkang kepala, yang disebut

Super class: CrustaceaClass: MalacostracaOrdo: DecapodaFamily: PalirunidaeGenus: PanulirusSpecies: Panulirus sp

Page 2: BAB 4 Biologi Laut

carapace- Warna lobster bervariasi tergantung jenisnya, pola-pola duri di kepala, dan warna lobster biasanya dapat dijadikan tanda spesifik jenis lobster

b. grafik hubungan jumlah biota dengan stasiun

pada grafik disamping dapat dianalisis bahwa pada zona pantai berbatu ditemukan dua organisme yaitu Keong mata kucing (Cyprea figris) pada transek ke 2 dan Lobster air laut (Panulirus sp) pada transek ke 4.

4.1.2 Pantai Berpasir

a. pengamatan biota

Stasiun

Transek

Jumlah

Organisme

Ciri-ciri Klasifikasi Gambar tangan

Gambar Literatur

1 1 1 Keong keucut

- bentuk

kerucut

- tubuh

berlapis tipis

-mempunyai

racun lemak

Filum: Mollusca

Kelas: Gastropoda

Ordo: Schaedeoca

Family: Comdop

Genus: Conus

Spesies: Conus

monokleus

1 1 5 Kelomang

-memiliki

perut spiral

melengkung

yang panjang

dan lembut

Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Upafilum: Crustacea

Kelas: Malacostraca

Ordo: Decapoda

Infraordo: Anomura

Superfamili: Paguroidea

b. grafik hubungan jumlah biota dengan stasiun

pada pantai berpasir ditemukan dua organisme yaitu Keonng Kecurut (Conus monokleus) yang ditemukan pada transek 1 stasiun 1. Dan kelomang yang ditemukan pada transek 1 stasiun 1.

Page 3: BAB 4 Biologi Laut

4.1.3 Pantai mangrove

a. pengamatan biota

Stasiun

Transek

Jumlah

Organisme

Ciri-ciri Klasifikasi Gambar tangan

Gambar Literatur

1 1 1 Kepiting - seluruh tubuhnya tertutup cangkang

- terdapat 6 buah duridiantara sepasang mata, dan 9 asang duri disamping kiri dan mata kanan;mempunyai sepasang capit (

Cheliped)

Kingdom: AnimaliaPhylum: ArthropodaSubphylum: CrustaceaClass: MalacostracaOrder: DecapodaFamily: PortunidaeGenus:Scylla Species:Scylla serrata

5 5 3 Kelomang

-memiliki

perut spiral

melengkung

yang panjang

dan lembut

Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Upafilum: Crustacea

Kelas: Malacostraca

Ordo: Decapoda

Infraordo: Anomura

Superfamili: Paguroidea

b. grafik hubungan jumlah biota dan statsiun

pada grafik disamping pada pantai mangrove didapatkan dua organisme yaitu kepiting pada stasiun 1 dan transek 1 dan kelomang pada statisun 5 transek 1.

4.1.4

Zona suhu Ph DO Salinitas KecerahanIntertidalMangroveEstuari 27oC 2,673 ppm 25,5 cm

4.1.5 Profil pantai, Estuaria, dan mangrove

a. Profil Pantai

Page 4: BAB 4 Biologi Laut

LautBerbatuBerkerangBerpasir

Pantai semi disebut juga sebagai zona intertidal . yaitu merupakan daerah terpencil dari semua daerah yang ada disamudra dunia. Dimana terletak dimuara pasang tertiggi dari laut dan satu daerah dari laut. Pembagian zona intertidal ada 3 macam dan berdasarkan substrat. Pembagian zona intertidal yaitu pantai berpasir, pantai berbatu dan pantai berlumpur. (Prayitno, 2007)

b. Profil Estuari

menurut prayitno (2007), zona estuari adalah air tawar yang bercampur dengan air laut. Merupakan pantai yang sangat tertutup. Dikatakan tertutup karena tidak berhubungan dengan laut bebas. Karena letak dari estuary sendiri biasanya dibelakang pantai. Dan kebanyakan memiliki substrat berupa lumpur akibat tidak ada arus dan adanya kanopi seperti bangunan, pohon, karang dan lain sebagainya.

c. Profil Mangrove

Menurut Noar (2006), mangrove adalah suatu homofiltar bakau. Suatu jenis tumbuhan yang membentuk komunitas didaerah pasang surut. Pada setiap pantai tumbuhan mangrove berbeda-beda je isnya, secara umum tumbuhan mangrove dari tepi laut adalah avicennia, rhizopora, bruguiera, ceriops dan nypa.

4.1.6 Hubungan mangrove dengan panjang pada kemiringan pantai

4.2 Analisa Hasil dan Prosedur

4.2.1 Mangrove

Page 5: BAB 4 Biologi Laut

a. Analisa Prosedur

Dalam praktikum biologi laut, hal yang pertama dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan. Alat-alatnya diantaranya adalah transek ukuran 1 x 1 m untuk mengetahui jenis dan kepadatan biota, cetok untuk mempermudah pencarian biota, kamera digital untuk mengambil gambar profil mangrove, kantong plastik besar untuk tempat menyimpan alat-alat, pensil untuk menandai kertas label dan ember untuk meletakkan alat-alat. Dan bahan-bahan yang dipakai adalah kertas label untuk menandai plastik, karet gelang untuk mengikat plastik dan plastik bening untuk tempat menyimpan biota.

Langkah selanjutnya pada zona ini dilakukan kegiatan pengamatan organisme dengan menggunakan transek dengan metode transek belt. Hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Pengamatan organisme dari arah laut ke darat dengan menggunakan transek belt yang digunakan untuk memepermudah pengamatan biota di zona mangrove agar dapat mengetahui penyabaran organisme pada zona mangrove dan memudahkan dalam mengidentifikasi. Transek 1 diletakkan di daerah yang telah ditentukan, kemudian dipindah ke lokasi lain sampai 5 kali pengamatan atau 5 kali transek. Sampel sebagai bahan yang akan diamati di laboratorium, yang terdapat dalam transek diambil dan dimasukkan ke dalam kantong plastik sebagai tempat atau wadah biota yang ditemukan. Selanjutnya diberi kertas label untuk memberi keterangan sampel pada plastik untuk memberi keterangan pada sampel yang telah ditemukan.

b. Analisa Hasil

Berdasarkan hasil praktikum lapang di zona mangrove, beberapa biota yang diperoleh di zona mangrove yaitu : keong kerucut berjumlah 1 pada transek 1 statasiun 1, kepiting berjumlah 2 pada transek 1 stasiun 1 , kelomang berjumlah 8 buah (3 buah pada stasiun 5 dan 5 buah pada stasiun 1) pada transek 1. Dari hasil di atas dapat diambil kesimpulan bahwa biota terbanyak yang ditemukan di zona mangrove di Pantai Kondang Merak adalah Kelomang.

Analisa Grafik Mangrove

Dari hasil biota-biota yang terdapat di zona mangrove, dapat dijelaskan juga dengan grafik hubungan biota dengan tansek. Organisme yang didapat yaitu keong kerucut berjumlah 1 pada transek 1 statasiun 1, kepiting berjumlah 2 pada transek 1 stasiun 1 , kelomang berjumlah 8 buah (3 buah pada stasiun 5 dan 5 buah pada stasiun 1) pada transek 1. Dari hasil di atas dapat diambil kesimpulan bahwa biota terbanyak yang ditemukan di zona mangrove di Pantai Kondang Merak adalah Kelomang.

Menurut Romi Montarto (2001), tumbuh-tumbuhan mangrove yang khas kebanyakan beradaptasi seperti yang telah diterangkan. Beberapa jenis seperti Avicennia hidup di habitat perairan yang lebih asam. Beberapa hewan mangrove beradaptasi hidup melekat pada akarRhizophora dan Bruguiera. Bersama mereka biasanya terdapat masyarakat kecil yang terdiri dari keong, karang, udang, teritip, bopoda, amphipoda, cacing, siput dan ikan.

4.2.2 Pantai

a. Analisa Prosedur

Pada daerah intertidal ini dilakukan dua macam pengamatan yaitu pengukuran kelandaian pantai atau pengamatan profil pantai dan pengamatan organisme di zona intertidal. Hal yang pertama dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan. Alat-alatnya diantaranya adalah transek ukuran 1 x 1 m untuk mengetahui jenis dan kepadatan biota, selang aerator untuk mengetahui kedataran permukaan air laut, cetok untuk mempermudah pencarian biota, tali raffia untuk mengetahui kemiringan pantai, tongkat skala untuk membantu pengukuran tinggi air pada permukaan kelandaian, seser untuk mencari biota di pantai, kamera digital untuk mengambil gambar profil pantai, pensil untuk menandai kertas label dan ember

Page 6: BAB 4 Biologi Laut

untuk meletakkan alat-alat. Dan bahan-bahan yang dipakai adalah kertas label untuk menandai plastik, karet gelang untuk mengikat plastik dan plastik bening untuk tempat menyimpan biota.

Untuk pengukuran kelandaian dilakukan dengan menentukan titik awal di daratan, yang kemudian ditarik sejauh pinggiran pantai mendekati tongkat skala yang digunakan untuk mengukur kelandaian pantai, yang diletakkan sejajar dengan titik awal. Dengan panjang tali raffia digunakan untuk mengetahui kelandaian pantai, yang didapat sebagai sumbu x dan tinggi tongkat skala sebagai y dan diukur dengan tan α, maka hasil dari α yang didapat merupakan kelandaian pantai.

Untuk pengamatan organisme sebagai bahan atau sampel yang akan diamati di laboratorium, dilakukan dengan metode transek kuadrat sebanyak 5 kali transek. Transek digunakan untuk mempermudah pengamatan biota, pertamt diletakkan sesuai dengan titik awal pada pengukuran kelandaian tersebut. Saat transek diletakkan maka organisme yang ada pada daerah yang dibatasi oleh transek tersebut juga diamati. Pengamatan atau pencarian organisme pada daerah intertidal yang berpasir dan berbatu digunakan cetok untuk memepermudah pencarian biota yang ada dalam batu dan tanah, dan seser untuk mempermudah mencari biota yang ada dalam air digunakan untuk pengamatan organisme pada daerah intertidal yang berair agar lebih mudah pengamatannya, kemudian transek dietakkan dengan jarak 2 meter sampai didapat hingga transek ke 5. Organisme yang didapatkan pada tiap transek dimasukkan ke dalam kantong plastik sebagai tempat atau wadah untuk biota, kemudian pada tiap kantong diberi kertas label untuk memeberi keterangan pada biota yang ada di dalam kantong plastik sebagai keterangan.

b. Analisa Hasil

Pada zona intertidal dilakukan pengamatan dengan metode transek kuadrat. Adapun hasil yang diperoleh pada zona intertidal adalah : pada pantai berbatu ditemukan beberapa organisme yakni lobster air laut berjumlah 1 pada transek 2 stasiun 4, keong mata kucing berjumlah 2 pada transek ke 2 stasiun ke 3 dan kepiting pada transek ke 1 stasiun ke 2.

Analisa Grafik Pantai

Dari hasil biota-biota yang terdapat di zona interidal pantai berbatu dan berpasir, dapat dijelaskan juga dengan grafik hubungan biota dengan tansek, ditemukan yakni lobster air laut berjumlah 1 pada transek 2 stasiun 4, keong mata kucing berjumlah 2 pada transek ke 2 stasiun ke 3 dan kepiting pada transek ke 1 stasiun ke 2.

Menurut Nybakken (1992), walaupun banyak penelitian yang sudah dilakukan dalam ekologi invertebrata dan zona pertumbuhan dari zona intertidal dengan 3 tipe pantai, tetapi hanya sedikit keterangan tentang ikan di daerah ini atau tentang peranannya di dalam organisasi komunitas yang baik sebagai grazer maupun predator. Ketika pasang surut, berbagai burung biasanya terasosiasi dengan zona intertidal. Kebanyakan burung biasanya merupakan burung karnivora atau omnivore.

4.2.3 Estuaria

a. Analisa Prosedur

1)    Suhu

Pada pengamatan suhu menggunakan alat yaitu termometer. Thermometer dicelupkan kewilayah perairan

selama 2 menit dengan membelakangi matahari dan pada saat pencelupkan thermometer tidak boleh terkena

dengan alat tersebut dimaksudkan karena suhu dan panas matahari akan mempengaruhi suhu yang

ditunjukkan thermometer pada saat di dalam air dan dicatat hasilnya. Jika pada saatdi dalam air thermometer

Page 7: BAB 4 Biologi Laut

tidak menunjukkan suhu, thermometer tersebut di angkat dengan cepat dan bibaca hasilnya hal ini dilakukan

agar tidak terjadi penurunan atau penambahan suhu akibat terkonsentrasi dengan cahaya matahari. 

2)    Salinitas

Pada pengamatan salinitas alat yang digunakan untuk pengamatan yaitu refraktometer. Pertama , kaca

refraktometer dibersihkan dengan akuades kemudian di usap dengan tisu satu arah agar kaca tidak tergores.

Air sampel diambil dan diteteskan pada kaca refraktometer 1-2 tetes kemudian penutup kaca refraktometer

ditutup dengan kemiringan 450 agar tidak ada gelembung. Refraktometer diamati dengan cara diarahkan pada

cahaya dan dibaca skala salinitas di sebelah kanan, kemudian dicatat hasilnya.

3)    pH

Pada pengamatan pH, dilakukan dengan menggunakan Ph paper. Ph paper dicelupkan di wilayah

perairan. Dicelupkan selama 2 menit, kemudian diangkat dan dikibas-kibaskan hingga setengah kering,

kemudian dicocokkan dengan menggunakan kotak standart pH paper untuk mengetahui nilai pH di perairan

kemudian diperoleh nilai Phnya dan dicatat hasilnya.

4)    Kecerahan

Pada pengamatan kecerahan alat yang digunakan adalah secchi disk dibawa ke perairan kemudian

ditenggelamkan. Pada saat penenggelaman secchidisk, warna hitam dan putih yang ada pada alat tersebut

tidak terlihat pertama kali, kemudian diukur dan disebut d1. Setelah semua warna pada secchidisk tidak

terlihat, maka secchidisk segera diangkat. Terlihat pertama kali pada saat secchidisk muncul warna hitam dan

putih kemudian diukur sebagai d2. Setelah itu kecerahan dihitung menggunakan rumus :

      dan dicatat hasilnya.

5)    DO (oksigen terlarut)

-       Lapang

Pada pengamatan DO menggunakan botol DO. Botol DO dimasukkan ke dalam water sampler, selang air

yang yan berada di water sampler dipaskan dengan mulut tabung DO agar air diperairan luar dapat masuk

kedalam botol DO. Setelah itu setelah itu water sampler dimasukkan di dalam perairan. Pada saat

memasukkan water sampler, selang yang panjang ditutup ujungnya agar udara tidak masuk ke dalam botol

DO. Untuk mengetahui penuhnya botol DO maka selang air di dekatkan di telinga dan didengarkan sampai

terdengarkan bunyi “blup”. Apabila bunyi sudah terdengar maka selang air di tutup kembali agar air dari

perairan tidak terus menerus masuk dalam botol DO. Setelah itu botol DO ditutup. Penutupan dilakukan dalam

water sampler dan harus terhindar dari gelembung, karena gelembung ini mempengaruhi oksigen yang

terkandung dalam botol DO. Kemudian air di dalam botol DO ditetesi MnSO4 sebanyak 2 ml. MnSO4 berfungsi

untuk mengikat oksigen di dalam air kemudian ditambah 2ml NaOH + KI yang berfungsi membentuk endapan

cokelat dan melepaskan I 2, kemudian dihomogenkan agar tercampur secara sempurna. Setelah

dihomogenkan, larutan tersebut didiamkan selama 30 menit untuk membentuk endapan cokelat. botol DO

yang sudah terbentuk endapan cokelat, dibuang yang bening dengan menggunakan selang aerator. Tujuan

penggunaan selang adalah mempermudah dalam pembuangan air. Endapan yang terbentuk kemudian

ditetesi 2 ml H2SO4 pekat sebagai pengkondisian asam dan ditetesi amilum sebanyak 3-4 tetes sebagai

indikator warna ungu dan pengkondisian basa. Kemudian dihomogenkan agar tercampur sempurna. Setelah

itu larutan dalam botol DO dititrasi menggunakan Na2S2O3 sampai jernih yang pertama. Kemudian dihitung

dengan rumus :

DO =   

           dan dicatat hasilnya.

Page 8: BAB 4 Biologi Laut

b. Analisa Hasil

1). Suhu

            Pada pengamatan di zona estuary, suhu di perairan saat itu adalah 25,50 C. suhu air pada umumnya

28-31o C. Suhu air bias turun sampai sekitar 25oC. Batas optimum dari suhu berbeda-beda tergantung dari

faktor seperti pH dan tekanan oksigen, juga dipengaruhi oleh ketinggian, kedalaman air cuaca dan lain-lain.

            Menurut Mc Connaughyey dan Zottoli (1983), suhu merupakan salah satu faktor utama yang

mempengaruhi penyebaran jasad-jasad laut. Jasad – jasad yang mampu mempertenggangkan janka suhu

yang nisbi luas diistilahkan sebagai euritermal yang terbatas kapada jangka suhu yang sempit yaitu disebut

stenotermal. Beberapa jenis diantaranya lebih euritermal pada tahap-tahap tertentu dari kehidupannya

daripada yang lain.

 

    2). pH

       Pada pengamatan di zona estuari di dapat ph yaitu 8 (basa), pH 8 adalah yang baik karena berada pada

kisaran netral. Perairan di zona ini masih alami dan belum terkontaminasi perairan yang sangat asam atau

basa sangat berbahaya bagi kehidupan organisme karena menyebabkan gangguan metabolisme dan

respirasi.

       Menurut Hadiat (1996), Ph (nilai ph) suatu nilai yang dihitung dari logaritma negatif konsentrasi ion

hidrogen dalam larutan. Nilai ph dalam dipakai untuk mengukur suatu larutan asam atau basa. Larutan

dengan ph 7 adalah netral, lebih kecil dari 7 adalah asam, lebih besar dari 7 adalah basa.

     3). Salinitas

       Pada pengamatan salinitas di zona estuari didapat hasil yaitu pada permukaan,tengah dan dasar adalah

0 ppt.

       Menurut Castro dan Huber (2003), rata-rata salinitas laut sekitar 35 0,laut terbuka bervarietas secara relatif

kecil, antara sekitar 33 0dan 370,tergantung sebagian besar pada keseimbangan antara evaporasi dan

percepatan. Sebagian batasan laut memungkinkan lebih banyak salinitas ekstrim.

     4). DO (Oksigen Terlarut)

       Pada praktikum di zona estuari diperoleh hasil oksigen terlarut atau DO yaitu 2,673 ppm.

       Menurut Anonymous (2009), kejenuhan oksigen atau oksigen terlarut (DO) adalah relatif mengukur

jumlah oksigen yang larut atau dibawa dalam suatu media.

     5). Kecerahan

         Kecerahan yang didapat pada praktikum zona estuari adalah 25,5 cm. Dengan mengetahui kecerahan,

kita dapat mengetahui sampai dimana kemungkinan terjadinya proses asimilasi dalam air, lapisan keruh dan

tak keruh. Semua plankton dalam perairan menjadi berbahaya jika kecerahan kurang dari 5cm ke dalam.

Pinggang secchidisk. Bila air terlampau cerah hara nitrogen menjadi pembatas pertumbuhan plankton.

         Menurut Nybakken (1988), karena besarnya jumlah partikel tersuspensi dalam perairan estuaria,

setidaknya pada waktu tertentu dalam setahun, air menjadi sangat keruh, kecerahan tertinggi pada saat aliran

sungai maksimum.

4.3 Keadaan Pantai Kondang Merak

Page 9: BAB 4 Biologi Laut

Pantai Kondang Merak terletak di Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Masih banyak orang bahkan masyarakat Malang yang tidak mengetahui keberadaan Pantai yang terletak di bagian selatan Kabupaten Malang ini. Kurang lebih 63,5 km dan dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam dari Kota Malang. Terletak diantara 8°23’ 50,56” Lintang Selatan dan 112° 31’ 06,89” Bujur Timur. Topografi kawasan Pantai Kondang Merak terdiri dari dataran luasnya diperkirakan 1.125 Ha dan perbukitan atau pegunungan luasnya diperkirakan 1.526 Ha. Pantai Kondang Merak mempunyai pantai yang relatif terlindung, selain itu terdapat adanya muara sungai (estuari) yang memiliki organisme yang beraneka ragam yang meliputi terumbu karang, lamun, dan mangrove. Faktor-faktor Oceanografi yang mempengaruhi perairan Pantai Kondang Merak meliputi suhu, arus, salinitas, pH dan kecerahan (Prasetyo, 2009).

Kondisi ekologi daerah pasang surut Pantai Kondang Merak yaitu suhu air rata-rata 26,5o C, pH air rata-rata 5,6, sedangkan subtrat berupa pasir, lumpur, batu-batuan, termasuk karang dan sebagian besar adalah batu karang (Saptasari, 2008).dan menurut Hayati (2009) Pantai kondang Merak merupakan pantai yang relatif tertutup dari masyarakat luar, terdiri atas sejumlah penduduk yang kehidupan sehari-harinya sangat bergantung pada sumber daya alam di pantai. 

DAPUS

Hayati, A dan Insan. 2009. Keanekaragaman Makroalga di Pantai Kondang Merak           Kabupaten Malang. Makalah Seminar Nasional Biologi XX dan Konggres                          PBI XIV di Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang. 24-25/III 2009

Prasetyo, L. 2009. Studi Tentang Keanekaragaman Karang Jenis Hermatipik(Hermatypic    Coral) Di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur. Skripsi          Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Malang

Saptasari, Murni. 2010. Variasi Ciri Morfologi Dan Potensi Makroalga Jenis Caulerpa Di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang. El Hayah. Vol.1 No.2