Bab 4 Alternatif Pemecahan
-
Upload
tirtapelangi -
Category
Documents
-
view
138 -
download
10
Transcript of Bab 4 Alternatif Pemecahan
LAPORAN INTERIMPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Kota Amurang
BAB 4ALTERNATIF PEMECAHAN
PERMASALAHAN
4.1. ANALISA PENENTUAN PRIORITAS
Apabila di suatu kota banyak terdapat genangan air akibat hujan, maka
untuk mengatasi genangan tersebut, dengan terbatasnya sumber daya,
perlu disusun prioritas penanganannya. Prioritas penanganan pertama
diberikan kepada suatu daerah genangan didalam kota yang mempunyai
nilai strategis yang tinggi, dengan parameter genangan yang relative lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah genangan lainnya.
Parameter genangan meliputi dalamnya genangan, luasnya genangan, durasi
genangan dan frekuensi genangan dalam satu tahun. Aspek yang dinilai
untuk menentukan prioritas genangan di suatu daerah di dalam kota adalah
aspek :
- Kerugian harta benda masyarakat/pribadi
- Kerugian ekonomi
- Kerugian sosial dan milik pemerintah
- Kerugian dan gangguan terhadap transportasi/lalu lintas
- Kerugian terhadap pemukiman masyarakat.
Kerugian dari masing-masing aspek diberi nilai tertentu, kerugian yang besar
diberi nilai lebih tinggi dan sebaliknya yang kecil diberi nilai rendah.
Demikian pula untuk parameter genangan, parameter yang besar diberi nilai
tinggi dan sebaliknya yang kecil diberi nilai rendah.
Masing-masing aspek kerugian dan genangan diberi bobot,sesuai dengan
kesepakatan pejabat yang terkait dan besar kecil aspek kerugian serta
parameter telah disusun dalam “Urban Drainage Guidelines And Technical
Design Standards”.
IV - 1
LAPORAN INTERIMPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Kota Amurang
4.1.1. Nilai Kerugian Harta Benda Milik Pribadi/Rumah
Tangga
Penilaian terhadap kerugian hak milik pribadi berdasarkan evaluasi
matiriks pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1.
Penilaian terhadap Kerugian Harta Milik Pribadi
No Dampak/Kerugian Nilai
1 Tinggi 100
2 Moderat/cukup 65
3 Kecil 25
4 Tidak Ada 0
Dimana :
- Tinggi, jika kerusakan lebih dari 80% dari nilai Hak Milik Pribadi.
- Moderat, jika kerusakan adalah 80% dari nilai Hak Milik Pribadi.
- Kecil, jika kerusakan kurang dari 40% dari nilai Hak Milik Pribadi.
- Tidak ada, jika tidak ada kerusakan terhadap dari nilai Hak Milik
Pribadi.
4.1.2. Nilai Kerugian Ekonomi
Penilaian terhadap kerusakan ekonomi berdasarkan evaluasi matiriks
pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2.
Penilaian terhadap Kerugian Ekonomi
No Dampak/Kerugian Nilai
1 Tinggi 100
2 Moderat/cukup 65
3 Kecil 30
4 Tidak Ada 0
Dimana :
IV - 2
LAPORAN INTERIMPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Kota Amurang
- Tinggi, jika banjir mempengaruhi daerah padat industri, niaga dan
perkantoran.
- Moderat, jika banjir mempengaruhi daerah yang kurang padat
industri, niaga dan perkantoran.
- Kecil, jika banjir mempengaruhi daerah pemukiman dan agricultur
pertanian (dalam batas-batas perkotaan).
- Sangat kecil, jika penduduknya jarang dan daerahnya tidak
produktif.
4.1.3 Nilai Kerugian Milik Sosial dan Pemerintah
Penilaian terhadap kerusakan Milik Sosial dan Pemerintah berdasarkan
evaluasi matiriks pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3.
Penilaian terhadap Kerugian Milik Sosial dan Pemerintah
No Dampak/Kerugian Nilai
1 Tinggi 100
2 Moderat/cukup 65
3 Kecil 30
4 Tidak Ada 0
Dimana :
- Tinggi, jika banjir mempengaruhi banyak sarana sosial dan
pemerintah.
- Moderat, jika banjir mempengaruhi beberapa sarana sosial dan
pemerintah.
- Kecil, jika banjir mempengaruhi sarana terbatas sosial dan
pemerintah.
- Sangat kecil, jika daerah tersebut tidak memiliki sarana sosial dan
pemerintah.
IV - 3
LAPORAN INTERIMPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Kota Amurang
4.1.4 Nilai Kerugian/Gangguan Transportasi/Lalu Lintas
Penilaian terhadap gangguan transportasi berdasarkan evaluasi
matiriks pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4.
Penilaian terhadap Gangguan Transportasi
NoDampak/Kerugian
Nilai
1 Tinggi 100
2 Moderat/cukup 65
3 Kecil 30
4 Tidak Ada 0
Dimana :
- Tinggi, jika banjir mempengaruhi jaringan transportasi.
- Moderat, jika banjir mempengaruhi jaringan transportasi yang
kurang padat.
- Kecil, jika banjir mempengaruhi daerah dengan transportasi yang
terbatas.
- Tidak ada, jika daerah tersebut tidak memiliki sistem jalan.
4.1.5 Nilai Kerugian Daerah Pemukiman
Penilaian terhadap kerugian daerah pemukiman berdasarkan evaluasi
matiriks pada tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5.
Penilaian terhadap Daerah Pemukiman
NoDampak/Kerugian
Nilai
1 Tinggi 100
2 Moderat/cukup 65
3 Kecil 30
4 Tidak Ada 0
Dimana :
IV - 4
LAPORAN INTERIMPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Kota Amurang
- Tinggi, jika banjir mempengaruhi daerah pemukiman yang sangat
padat.
- Moderat, jika banjir mempengaruhi daerah pemukiman yang
kurang padat.
- Kecil, jika banjir mempengaruhi daerah pemukiman yang sedikit
perumahannya.
- Tidak ada, jika tidak ada perumahan di daerah banjir.
4.1.6 Nilai Parameter Genangan/Banjir
Penilaian terhadap nilai parameter genangan/banjir berdasarkan
evaluasi matiriks pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6.
Penilaian terhadap Parameter Banjir
No Dampak/Kerugian NilaiProsentase Dari
Nilai1 Kedalaman banjir
a. > 0.50 mb. 0.30 m - 0.50 mc. 0.20 m - < 0.20 md. 0.10 m - < 0.30 me. < 0.10 m
351007550250
2 Daerah banjira. > 8 Hab. 4 - 8 Hac. 2 - < 4 Had. 1 – 2 hae. < 1 ha
201007550250
3 Durasi Banjira. > 8 jamb. 4 - 8 jamc. 2 - < 4 jamd. 1 – 2 jame. < 1 jam
201007550250
4 Frekuensi Banjira. Sangat sering (10 kali/tahun)b. Sering (6 kali/tahun)c. Tidak sering (3 kali/tahun)d. Jarang (1 kali/tahun)e. Tidak Pernah.
201007550250
IV - 5
LAPORAN INTERIMPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Kota Amurang
4.2. PENENTUAN PRIORITAS PENGANGANAN DAERAH
GENANGAN
Berdasarkan survey di lapangan, dengan perolehan data mengenai lokasi
dan kondisi seluruh genangan di dalam kota Amurang, maka akan disusun
cara penanganan menurut urutan prioritasnya. Uraian permasalahan
genangan seperti telah diuraikan sebelumnya pada bab 3 laporan ini.
Data besaran genangan diperoleh dari hasil survey lapangan dan bekas-
bekas yang tampak di lokasi, kemudian diandingkan dengan informasi
penduduk setempat. Hasil kerusakan yang diakibatkan oleh banjir di setiap
daerah genangan diperoleh dari peninjauan langsung di lapangan seperti
pada gedung/perkantoran, rumah-rumah serta perabotannya yang rusak
akibat dari genangan tersebut, ataupun tanaman pertanian dan perkebunan.
Secara analisis dilakukan perhitungan tetapi, disamping faktor-faktor yang
diuraikan di atas, dalam menentukan prioritas masih ada faktor lain yang
dapat merubah urutan prioritas yaitu berupa konsensus atau kebijakan
pemerintah. Misalnya pertimbangan hal lainnya, pemerintah menetapkan
suatu kebijakan bahwa lokasi genangan tertentu harus dijadikan prioritas
utama. Tabel 4.7 adalah matriks penentuan prioritas penanganan daerah
genangan.
IV - 6
LAPORAN INTERIMPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Kota Amurang
Tabel 4.7
Matriks penentuan prioritas penanganan daerah genangan
Pak wayan tolong diisi dengan hasil penilaian di
lapangan / rekapitulasi form yang saya kasih waktu
survey lapangan dulu
Dari masing-masing prioritas penanganan daerah genangan tersebut diatas,
dipelajari beberapa rencana alternatif pemecahan masalah genangan
tersebut, selanjutnya akan dipilih alternatif yang paling efektif.
IV - 7
LAPORAN INTERIMPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Kota Amurang
4.3. PENANGANAN DAERAH PRIORITAS
Penanganan daerah genangan prioritas dilakukan dengan meninjau alternatif
penyelesaian yang dapat diterapkan dimasing-masing daerah genangan
berdasarkan hasil analisa penyebab genangan. Solusi yang diterapkan secara
parsial ini akan mengacu pada konsep dasar pemecahan masalah genangan
pada lingkup lebih luas.
Penanganan atas suatu masalah dapat dilakukan dengan baik jika masalah
yang ada telah teridentifikasi. Demikian juga dengan penanganan masalah
drainase kota Amurang harus diawali dengan kegiatan mengidentifikasikan
masalah yang sedang dihadapi. Dengan cara tersebut diharapkan
penanganan atau solusi terhadap masalah tersebut bisa tepat dan akurat.
Langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengetahui permasalahan
sistem drainase di Kota Amurang dijelaskan secara sistematis pada bab ini.
Setelah dilakukan pengumpulan data, analisis dan pengolahan data
termasuk pengamatan langsung di lapangan, maka penyebab masalah
sistem drainase Kota Amurang dapat dikerucutkan menjadi masalah-masalah
sebagai berikut:
4.3.1. Banjir Kiriman
Kemungkinan permasalahan yang dihadapi oleh sistem drainase di
Kota Amurang adalah adanya banjir kiriman. Sesuai dengan namanya,
banjir ini merupakan kiriman dari daerah hulu yang mengalami banjir
sehingga air di sungai bagian hilir (kota) meluap dan naik
menggenangi saluran drainase di perkotaan. Banjir ini dapat
diakibatkan oleh berbagai macam sebab, antara lain:
- Curah hujan yang terjadi sangat tinggi, lebih tinggi dari biasanya.
- Kualitas DAS yang semakin menurun.
- Mengecilnya kapasitas alir sungai di hilir akibat: sedimen, sampah,
dan tumbuhan yang ada di badan sungai.
- Adanya pasang tinggi yang mengakibatkan air hujan yang berasal
dari hulu tertahan di bagian hilir akibat adanya muka air pasang.
Air pasang ini memberikan efek air balik (backwater).
IV - 8
LAPORAN INTERIMPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Kota Amurang
Walaupun banjir kiriman tersebut bukan merupakan penyebab
genangan yang umumnya terjadi sehari-hari di Kota Amurang, namun
genangan yang terjadi akibat meluapnya sungai tersebut umumnya
terjadi pada musim penghujan pada saat terjadi hujan lebat. Genangan
tersebut juga menyebabkan terhambatnya pengeluaran dari saluran-
saluran pembuang sekunder yang akan masuk.
4.3.2. Banjir Genangan
Istilah banjir genangan mengacu pada kondisi dimana air hujan yang
jatuh pada kawasan yang ditinjau tidak dapat segera diarahkan
menuju saluran drainase yang ada. Jadi, banjir ini bukan akibat luapan
air dari sungai bagian hulu. Penyebab utama banjir genangan ini
adalah tidak memadainya fasilitas saluran drainase yang ada baik
saluran drainase tersier, sekunder maupun primer, sehingga air hujan
tidak dapat dialirkan ke saluran-saluran dengan segera. Kondisi ini
adalah masalah utama yang terjadi di Kota Amurang. Hal ini
diindikasikan oleh keadaan:
- Kondisi topografi yang datar, sehingga air di lahan sulit mengalir.
- Genangan terjadi di saluran bukan hanya saat hujan, tetapi juga
pada saat tidak terjadi hujan.
Jadi genangan yang sehari-hari terjadi di Kota Amurang pada musim
kering (lebih-lebih pada musim hujan) adalah akibat kurang
berfungsinya sistem drainase kota.
Berdasarkan hasil peninjauan langsung di lapangan keadaan ini
diperparah dengan adanya kondisi non teknis sebagai berikut:
- Adanya penumpukan sampah dalam volume yang besar yang
terjadi pada beberapa saluran drainase yang ada di Kota Amurang.
- Saluran drainase yang tertutup plat beton (saluran tertutup) sulit
dilakukan pembersihan sedimen dan sampah, sehingga
menyebabkan kapasitas saluran menurun, bahkan sampai terjadi
penyumbatan yang menghambat aliran.
- Adanya tumbuhan-tumbuhan liar yang berkembang dan tumbuh
secara subur di beberapa saluran drainase, khusunya saluran yang
IV - 9
LAPORAN INTERIMPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Kota Amurang
tidak menggunakan pasangan, sehingga hal ini akan menyebabkan
air sulit untuk mengalir.
- Adanya timbunan tanah yang menutupi sebagian penampang
saluran, sehingga menutupi bentuk asli dari saluran itu sendiri. Hal
ini juga akan mengakibatkan air sulit untuk mengalir.
- Adanya saluran drainase yang runtuh dan reruntuhan tersebut
menutupi saluran sehingga air tidak bisa mengalir di saluran
tersebut.
Secara umum kondisi-kondisi tersebut diakibatkan oleh kurangnya
pemeliharaan saluran drainase yang ada. Hal ini akan mengakibatkan
bukan hanya terjadinya genangan air di beberapa bagian kota, tetapi
juga akan mengakibatkan penurunan kualitas hidup masyarakat di
sekitarnya. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari adanya genangan
air dalam jangka waktu lama yang mengakibatkan kondisi lingkungan
yang tidak sehat.
4.4. PENDEKATAN UMUM
Pada intinya pemecahan permasalahan genangan di Kota Amurang dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
- Mengurangi terjadinya luapan banjir dari sungai yang masuk ke dalam
kota dengan meningkatkan kapasitas sungai atau menahan sementara
sebagian debit puncak banjir dan ditampung pada daerah tampungan
sementara.
- Membatasi pengaruh limpasan permukaan dari luar kota; pembatasan ini
bisa dilakukan dengan cara mengoptimalkan hirarki sistem jaringan
drainase yang ada dan menghubungkan jaringan yang terputus untuk
selanjutnya dialirkan kepada kali/sungai terdekat yang berfungsi sebagai
saluran primer;
- Memperbaiki sistem dan fisik jaringan drainase dalam kawasan kota
dengan sasaran untuk penanggulangan genangan pada daerah yang
sering tergenang, yakni dengan:
a. Mengendalikan aliran yang berasal dari limpasan permukaan;
IV - 10
LAPORAN INTERIMPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Kota Amurang
b. Meningkatkan kapasitas pengaliran jaringan drainase dalam kawasan
kota agar dapat mengatasi debit yang ditimbulkan oleh daerah
tangkapan di wilayah kota.
4.5. POLA PENANGANAN PERMASALAHAN GENANGAN
Pendekatan umum mengenai penentuan alternatif pemecahan masalah
drainase akan bertitik tolak dari penyebab utama timbulnya banjir itu
sendiri. Dari penjelasan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemecahan masalah banjir tidak semata-mata hanya memperbesar
penampang saluran, tetapi perlu dipertimbangkan termasuk dalam kategori
mana penyebab banjir tersebut. Selanjutnya dalam penyusunan alternatif
penanganan permasalahan genangan yang dipilih juga akan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
- Dapat diatasi dengan biaya ekonomis
- Dapat direalisasikan tanpa kerumitan pembebasan tanah/lahan.
- Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana sehingga dapat
dikerjakan oleh pemborong setempat.
Jika data alternatif yang ternyata masih dirasakan sangat mahal, maka jalan
keluar yang ditempuh adalah dengan menurunkan sasaran tingkat
pelayanan. Hal ini merupakan kompromi dalam pengertian bahwa bila suatu
daerah banjirnya tidak dapat bebas 100%, maka perbaikannya paling tidak
akan menurunkan genangan misalnya dari 60 cm menjadi setengahnya atau
mempersingkat lama genangan dari 5 jam sampai menjadi 2 jam saja.
Prasarana drainase yang baik ditentukan oleh data kuantitatif genangan
yang terdiri dari:
- Tinggi genangan
- Luas dan lamanya genangan
- Frekuensinya.
Agar penanganan masalah yang ada bisa lebih terfokus dan tepat pada
sasaran atau masalah, maka diperlukan suatu kriteria desain yang akan
diterapkan pada desain drainase yang direncanakan. Kriteria desain yang
digunakan dalam perencanaan ini adalah:
IV - 11
LAPORAN INTERIMPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Kota Amurang
a. Sesuai dengan ketentuan dari Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah, debit banjir rencana untuk sistem drainase kota adalah debit
akibat hujan dengan periode ulang 10 tahun.
b. Beban rencana yang diperhitungkan sebagai beban drainase adalah debit
akibat hujan (storm water). Debit akibat kegiatan rumah tangga (limbah
domestik) tidak diperhitungkan.
c. Perencanaan drainase diupayakan dengan sistem drainase yang ramah
lingkungan (eko drain).
d. Masalah yang diupayakan untuk diatasi adalah masalah genangan, akibat
hujan yang jatuh di kawasan kajian. Debit air yang berasal dari luar
kawasan tetapi masih dalam satu wilayah catchment area tetap akan
diperhitungkan.
e. Saluran yang dikaji dalam pekerjaan ini adalah saluran utama atau
saluran drainase sekunder, yang melalui jalan-jalan protokol. Dan anak-
anak sungai atau sungai yang akan dijadikan sebagai saluran pembuang
utama/primer.
f. Saluran drainase tersier dan kuarter tidak termasuk dalam lingkup
kegiatan ini. Saluran drainase tersebut akan direncanakan kemudian
dengan menyesuaikan pada kondisi perencanaan drainase utama.
g. Sistem drainase yang direncanakan akan mengutamakan pemanfaatan
saluran yang sudah ada, sehingga diharapkan biaya yang dibutuhkan
adalah biaya yang sekecil mungkin, namun sudah dapat mengatasi
masalah yang ada.
h. Jenis saluran yang direncanakan diupayakan berupa saluran terbuka.
i. Agar biaya operasional sistem drainase yang direncanakan murah, maka
direncanakan sistem jaringan drainase secara gravitasi (tidak ada
pemompaan).
j. Tidak ada kegiatan peninggian lahan atau reklamasi untuk memperoleh
kemiringan saluran yang tinggi. Sistem drainase hanya akan
memanfaatkan kemiringan lahan alami atau yang sudah ada.
k. Elevasi dasar saluran yang paling rendah berada di tepi sungai, pada
daerah muara diupayakan elevasi dasar saluran sama atau lebih tinggi
dengan elevasi +0.00 dari permukaan air laut.
l. Agar air dapat secepatnya dialirkan menuju sungai dan untuk
menghindari dimensi saluran yang besar, ruas saluran menuju sungai
IV - 12
LAPORAN INTERIMPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Kota Amurang
akan dibuat sependek mungkin dengan konsekwensi jumlah saluran akan
banyak (dimensi kecil tapi berjumlah banyak, bukan sedikit saluran
dengan dimensi besar). Pemilihan saluran dengan dimensi kecil tapi
banyak didasari oleh kondisi bahwa Kota Amurang merupakan kawasan
hunian yang sudah jadi, sehingga sulit untuk mendapatkan lahan untuk
saluran yang berdimensi besar. Karena yang dipilih adalah dimensi yang
lebih kecil, maka saluran yang ada saat ini dapat dimanfaatkan (sedikit
diperbesar atau diperdalam).
IV - 13