bab 3.docx 1222
-
Upload
addo-adhiyaksa -
Category
Documents
-
view
40 -
download
4
description
Transcript of bab 3.docx 1222
-
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Sestematika Proses Pendesainan Conventer kit
Proses desain menggunakan perangkat CAD disertai metode pembentukan /
manufacturing dengan menggunakan mesin bubut dan bor. Untuk lebih jelas
mengenai alur proses pengerjaan dapat dilihat pada gambar 3.1.
No
Yes
Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Pengerjaan Dan Pengujian Conventer Kit
Sketsa desain
Conventer kit 3 Conventer kit 2Conventer kit 1
Pengujian model
Perancangan &
Pembentukan Model
finish
Analisa Dan Pembahsan
Torsi, Daya, SFC & Emisi
Data Hasil
Pengujian
Mulai
-
30
3.2. Sketsa Desain
Didalam proses desain pembentukan conventer kit terinspirasi dari proses kerja
throttle valve pada kalburator yang cara kerjanya hanya naik dan turun sesuai
bahan bakar yang dibutuhkan oleh mesin. Dapat terlihat pada gambar 3.2 seketsa
desain conventer kit.
Gambar 3.2. Sketsa Desain Conventer kit
3.3. Desain Modeling Conventer kit 1
Conventer kit merupakan Salah satu komponen penting yang terdapat pada
rangkaian sistem motor bahan bakar gas LPG. Conventer kit gas LPG lebih
berfungsi sebagai pengatur tekanan gas LPG yang masuk kedalam karburator
motor bakar. Sistem kerja alat tersebut yaitu ketika gas LPG dari tabung LPG 3 kg
masuk keruang conventer kit maka gas LPG akan langsung disalurkan kevakum
stasioner, tujuannya untuk membuat sepeda motor lebih gampang dihidupkan
-
31
ketika mesin sepeda motor berada pada putaran tinggi, maka conventer kit akan
memasok gas LPG lebih banyak dan mesin tidak akan kekurangan pasokan bahan
bakar sehingga mesin dapat mencapai putaran tinggi. Untuk lebih jelasnya desain
conventer kit I dapat dilihat pada gambar 3.3.
Gambar 3.3. Desain Conventer kit 2
B. Conventer Kit I A. Model CAD
-
32
-
33
3.3.1. Pengerjaan Conventer Kit 1
Dengan konsep desain kontruksi yang telah dibuat dan ditunjukan pada
gambar 3.3 maka proses pengerjaan benda kerja tersebut sudah dapat dilakukan
dengan proses pembuatan dengan menggunakan bahan material alumunium,
kuningan dan plat besi dengan peroses pengerjaan dibubut dan bor.
Cara pembuatan conventer kit 1:
1. Pada tahap pertama melakukan pengeboran bagian dalam slider port di
lanjutkan dengan pembentukan conventer casing dan penguliran bagian
atas slider port.
2. Pembuatan bagian bawah conventer casing untuk penguliran rumah main
jet.
3. Selanjutnya melakukan pembentukan bagian bawah conventer casing
dengan pembentukan ulir masuka gas.
4. Pembuatan baut penyambung selang keluar.
5. Membuata ulir baut penyetel tekanan.
6. Pembentukan bagian bawah conventer kit bertujuan untuk membuat rumah
main jet sebagai lubang masuk aliran gas LPG.
7. Pengelasan untuk membuat pegangan dari conventer kit.
3.4. Desain Modeling Conventer Kit 2
Konsep desain conventer kit 2 tidak jauh beda dengan konsep conventer kit 1,
pada konsep desain conventer kit 2 hanya merubah dimensi kemiringan pada
slider valve menjadi 200 hal ini berfungsi sebagai pengatur tekanan LPG yang
masuk kedalam karburator. Cara kerja dari desain conventer kiti ini adalah
-
34
mengatur aliran gas LPG yang akan masuk kedalam karburator pada desain
conventer kit 2 ini di lengkapi dengan asumsi o-ring sebagai perapat tekana gas
LPG dengan asumsi tidak akan terjadi kebocoran gas LPG. Untuk lebih jelasnya
desain conventer kit 2 dapat dilihat pada gambar 3.4.
Gambar 3.4. Desain Conventer kit 2
A. Model CAD B. Conventer Kit II
-
35
-
36
3.4.1. Pengerjaan Conventer Kit 2
Dengan konsep desain kontruksi yang telah dibuat dan ditunjukan pada
gambar 3.4 maka proses pengerjaan benda kerja tersebut sudah dapat dilakukan
dengan proses pembuatan dengan menggunakan bahan material alumunium,
kuningan dan plat besi dengan proses pengerjaan dibubut dan bor.
Cara pembuatan conventer kit 2 :
1. Pada tahap pertama proses pengerjaan di lakukan dengan pembentukan
slider valve dengan melakukan pembubutan dengan sudut kemiringan 200
dan pembuatan tempat o-ring.
2. Setelah selesai melakukan pembentukan slider valve di lanjutkan dengan
pembentukan slider port dengan melakukan pengeboran bagian dalam,
pembubutan bagian luar dan penguliran bagian atas dan bawah slider port.
3. Selesai melakukan pembentukan slider port dilanjutkan dengan
pembentukan conventer casing dengan pembubutan bagian luar serta
pembentukan kemiringan 200, untuk proses selanjutnya yaitu dengan
proses pengeboran bertujuan untuk pembuatan lubang aliran gas dan proses
penguliran dilakukan untuk menyambung antara kedua bagian conventer
casing dengan selang gas.
4. Setelah selesai melakukan pembentukan conventer casing barulah
dilanjutkan dengan Pembentukan baut penyambung selang dengan
melakukan pembubutan, pengeboran dan penguliran pada bagian benda
tersebut.
-
37
3.5. Desain Modeling Conventer kit 3
Konsep desain conventer kit 3 tidak jauh beda dengan konsep conventer kit 2,
pada konsep desain conventer kit 3 hanya terjadi pada perubah dimensi pada slider
valve dengan kemiringan 100
dan penambahan one way valve yang berfungsi
sebagai pengaman tekanan balik gas LPG. Dimana cara kerjanya ketika gas LPG
yang akan masuk kedalam karburator akan diatur oleh conventer kit sebagay
pengatur aliran besar kecilnya gas LPG. Dengan conventer kit 3 menunjukan
lebih sedikit tingkat kebocoran dikarenakan mengunakan o-ring dan ane way
valve.
Gambar 3.5. Desain Conventer kit 3
A. Model CAD B. Conventer Kit III
-
38
-
39
3.5.1. Pengerjaan Conventer kit 3
Dengan konsep desain kontruksi yang telah dibuat dan ditunjukan pada
gambar 3.5, maka peroses pengerjaan benda kerja tersebut sudah dapat dilakukan
dengan peroses pembuatan dengan menggunakan bahan material alumunium,
kuningan dan besi dengan peroses pengerjaan dibubut dan bor.
Cara pembuatan conventer kit 3 :
1. Pada tahap pertama peroses pengerjaan dilakukan dengan pembentukan
slider valve dengan melakukan pembubutan dengan sudut kemiringan
100 dan pembuatan tempat o-ring.
2. Setelah melakuan pembentukan slider valve dilanjutkan dengan
pembentukan slider port dengan melakukan pengeboran bagian dalam,
pembubutan bagian luar dan penguliran bagian atas dan bawah slider
port.
3. Selesai melakukan pembentukan slider port di lanjutkan dengan
pembentukan conventer casing dengan pembubutan bagian luar serta
pembentukan sudut kemiriangan 100, untuk proses selanjutnya dengan
proses pengeboran bertujuan pembuatan lubang alir dengan proses
penguliran dilakukan untuk menyambung antara kedua bagian conventer
casing dengan selang gas.
4. Setelah melakukan pembentukan conventer casing barulah di lanjutkan
dengan pembentukan baut penyambung selang dengan melakukan
pembubutan, pengeboran dan penguliran pada bagian benda tersebut.
-
40
3.6. Ketiga Desain Conventer kit
Gambar 3.6. Ketiga Desain Conventer kit
3.7 . Proses Peralatan Benda Kerja
3.7.1. Mesin Bubut
Mesin Bubut adalah suatu Mesin perkakas yang digunakan untuk
memotong benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan
benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja
kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan
sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong
relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan. Dengan mengatur
perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi pahat maka
akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kasar yang berbeda. Hal ini
A. Conventer kit I B. Conventer kit 2 C. Conventer kit 3
-
41
dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi transmisi yang menghubungkan
poros spindel dengan poros ulir. Fungsi utama mesin bubut yaitu memegang dan
memutar benda kerja untuk melakukan operasi permesinan.
Gambar 3.7. Mesin Bubut
3.7.2. Mesin Bor Duduk.
Prinsip kerja alat perkakas bor duduk ini adalah memutar mata bor yang
memiliki alur puntir (twist) yang digenggam oleh cak (Chuck) yang terpasang pada
poros spindel yang dapat digerakkan naik atau turun untuk mengupan mata bor ke
bahan yang akan dibuat lubang. Dengan menggunakan daya motor listrik dan
ditransmisikan dengan menggunakan hubungan puli dan sabuk, maka daya dapat
diteruskan ke cak yang menggegam mata bor. Mata bor yang berputar dan ditekan
kebawah dengan menggunakan tuas tekan, maka bahan atau objek yang berada di
bawah mata bor dapat terlubangi.
Untuk memenuhi prinsip kerja di atas, perkakas bor duduk ini membutuhkan
persyaratan agar dapat dioperasikan secara maksimal, yakni : Perkakas bor duduk
-
42
ini harus dipasang pada rangka atau meja kerja untuk mendudukkannya sehingga
memiliki posisi yang sesuai dengan kondisi tubuh operatornya untuk memperoleh
prestasi kerja secara optimal. Perkakas bor demikian dikenal pula sebagai tipe
tekan, karena kerja pengumpanan putaran mata bor kepermukaan benda kerja
dilakukan dengan menggunakan tuas penekan yang diatur intensitas penekanannya
berdasarkan perasaan operatornya. Kunci pengencang merupakan alat untuk
mengencangkan atau mengendorkan genggaman mata bor pada cak (chuck) nya.
Gambar 3.8. Mesin Bor Duduk
3.7.3. Penguliran.
Didalam penguliran untuk ukuran diameter ulir yang kecil maka kita tidak
memerlukan mesin bubut untuk membuat ulir seperti pada baut dan mur, hanya
menggunakan tangan dengan peralatan tap dan sney maka kita dapat membuat ulir.
Tap adalah untuk membuat ulir dalam (mur), sedangkan sney adalah untuk
membuat ulir luar (baut).
-
43
Gambar 3.9. Tap Dan Sney
3.7.4. Jangka Sorong
Fungsi jangka sorong dalah untuk mengukur suatu benda dengan tingkat
ketelitian mencapai satu per seratus millimeter. Dengan jangka sorong untuk dapat
mengetahui secara pasti ukuran suatu benda. Saat ingin mengukur suatu benda
melalui sisi yang berada diluar maka yang harus di lakukan adalah mengapitkan
benda tersebut. Dengan demikian ukuran yang dimiliki oleh benda tersebut akan
tertera dengan jelas. Ukuran tersebut akan di tunjukkan oleh skala pengukuran
pada jangka sorong yaitu skala utama dan skala nonius. Skala utama akan
menunjukan ukuran nyata benda tersebut dan skala nonius akan menunjukan
ukuran yang lebih detail. Ukuran sebenarnya adalah jumlah kedua ukuran tersebut.
Jangka sorong juga membantu dalam penentuan ukuran yang tepat dalam suatu
objek.
Fungsi Jangka Sorong adalah untuk mengukur diameter dalam suatu benda.
Tentunya benda - benda yang memiliki diameter adalah benda yang berbentuk
bulat atau bola serta elips. Dengan cara menjepitkan lengan capit yang dimiliki
oleh jangka sorong pada benda tersebut secara tepat maka ukuran yang dimiliki
TAP
-
44
benda akan tertera dengang jelas dan tepat. Skali lagi skala utama pada jangka
sorong akan menunjukan ukuran real benda tersebut dan skala nonius akan
menunjukan ukuran yang lebih detail. Ukuran sebenarnya adalah jumlah kedua
ukuran yang ditunjukan oleh skala - skala tersebut. Dengan demikian anda akan
mendapatkan ukran diameter dari sebuah benda secara jelas dan rinci.
Fungsi jangka sorong laianya adalah sebagai alat ukur ketebalan atau
kedalaman suatu benda. Ukuran yang detail akan selalu ditunjukan oleh jangka
sorong melalui garis skalanya. Dalam pengukuran ketebalan dan kedalaman anda
hanya harus mengapitkan lengan pengukur pada benda tersebut. Benda yang
diukur biasanya berupa silinder yang akan digunakan menjadi salah satu partikel
mesin. Jangka sorong juga bisa digunakan untuk mengukur ketebalan lensa optic
secara tepat. Besaran yang memiliki skala tertentu pada jangka sorong akan
menunjukan ukuran benda - benda tersebut secara rinci atau detail. Dengan adanya
jangka sorong maka ketepatan ukuran dalam mengaplikasikan suatu benda akan
terwujud.
Gambar 3.10. Jangka Sorong
3.8 Perancangan Karbulator
Konstruksi karbulator untuk mesin berbahan bakar gas LPG berbeda dengan
konstruksi karbulator untuk mesin berbahan bakar bensin. Pada penelitian ini
-
45
model modifikasi untuk konstrusi karbulator untuk mesin berbahan bakar gas LPG
dengan melepas ruang pelampung bensin dengan itu bisa mempermudah utuk
memodifikasi pada saluran main jet. Main jet digunakan sebagai saluran gas LPG
pada saat mesin dalam keadaan putaran tinggi dan saluran pilot air di gunakan
sebagai saluran gas LPG pada saat mesin dalam keadaan putaran rendah
(stasioner), pada saat mesin putaran rendah atau putaran tinggi gas LPG akan
masuk ke ruang pencampuran dalam venturi mixer dari karbulator. Gambar 3.12
berikut menunjukkan konstruksi karbulator untuk bahan bakar gas LPG.
Gambar 3.11. Konstruksi Karbulator Bahan Bakar Gas LPG
Keterangan :
1. Pipa pilot air
2. Main jet
3. Throttle valve
4. Jed needle
1
3
4
2
-
46
3.9. Perancangan Vakum Stasioner
Vakum stasioner adalah vakum yang berfungsi sebagai pengatur aliran gas
yang masuk ke karburator yang akan diteruskan ke ruang bakar. Cara kerjanya
ketika vakum menerima aliran gas LPG dari conventer kit maka vakum stasioner
akan mengatur gas LPG masuk ke ruang bakar, vakum inilah yang mengatur
konsumsi bahan bakar sehingga mesin sepeda motor bisa dalam keadaan stasioner.
Ketika putaran mesin dalam keadaan putraan tinggi vakum stasioner berubah
fungsi sebagai pembantu pemasok bahan bakar gas LPG ke karburator sehingga
tidak terjadi kekurangan bahan bakar pada ruang bakar sehingga mesin bisa
mencapai rpm, daya dan torsi yang maksimal.
Cara pembuatan vakum stasioner adalah dengan memanfaatkan regulator yang
di modifikasi dengan merubah bagian dari regulator untuk pembuatan masuk
aliran gas LPG ke regulator dengan menggunakan selang seperti pada gambar 3.12
berikut:
Gambar 3.12. Vakum Stasioner Untuk Bahan Bakar Gas LPG
Regulator Setasioner
-
47
3.10. Perancangan Three Way Distributor Line
Membuat pengatur 3 kabel gas pada vakum, conventer kit dan karbulator
menjadi satu di handel gas ( Three Way Distributor Line).
Gambar 3.13. Three Way Distibutor Line
Fungsi dari three way distibutor line adalah sebagai pengatur komponen yang
ada pada conventer kit, karburator dan juga mengatur volume gas pada vakum
stasioner. Cara kerjanya adalah ketika mesin sepeda motor di hidupkan dan berada
pada putaran stasioner hendle gas diputar maka three way distibutor line akan
bekerja menarik 3 kabel yang tersambung pada karburator, conventer kit dan
vakum stasioner yang membuat aliran gas bertambah sehingga sepeda motor bisa
mencapai putaran putaran tinggi.
Cara pembuatan three way distibutor line adalah :
1. Plat besi ditekuk dan dibentuk sesuai model yang diinginkan.
2. Kabel gas sebagai penghubung dari handle gas ke three way distibutor
line dan diteruskan pada conventer kit, karbulator dan vakum stasioner.
3. Niple sebagai pengatur jarak tarikan handle gas.
4. Selang gas/bungkus dari kabel gas sebagai pelindung kabel gas.
5. Pengunci kabel gas sebagai pengikat kabel.
-
48
3.11. Perancangan Intake Manifold
Intake manifold berfungsi sebagai saluran masuk untuk mengalirkan gas yang
baru masuk kedalam silinder. Saluran masuk ditempatkan di antara karburator
dengan lubang katup masuk pada kepala silinder.
Gambar 3.14. Manifold
Cara pembuatan manifold :
1. Memotong manifold yang asli pada bagian tengah.
2. Menyambung manifold dengan pipa alumunium 4 cm.
3. Memotong bagian bawah manifold dan memutar 90o.
4. Melakukan pengelasan pada bagian yang di potong.
3.12. Model Motor Berbahan Bakar LPG
Sistem bahan bakar untuk mesin dengan bahan bakar bensin berbeda dengan
mesin yang menggunakan bahan bakar gas LPG. Sebuah konversi gas LPG yang
baik dengan menggunakan komponen yang berkualitas, terpasang dengan benar
dan baik. Hal ini diharapkan dapat memberikan unjuk kerja motor gas LPG yang
-
49
sama dengan motor bensin. Gambar 3.15 adalah model sepeda motor berbahan
bakar gas LPG.
Gambar 3.15. Model Sepeda Motor Berbahan Bakar Gas LPG
Keterangan :
1. Three way distributor line
2. Conventer kit
3. Vakum stasioner
4. Manifold
5. Pipa pilot air
4
3 2
1
6
5
7
-
50
6. Main jet
7. karbulator
3.13. Pengujian
3.13.1. Alat Dan Bahan Penelitian
Sebelum melakukan pengujian, hal - hal yang harus di perhatikan adalah
melakukan persiapan alat uji sebelum digunakan. Menyiapkan alat penelitian
dengan memastikan bahwa semua komponennya sudah terpasang dengan baik.
Mempersiapkan bahan bakar gas LPG untuk melakukan penelitian torsi, daya,
emisi gas buang dan kerja dari conventer kit.
Peralatan yang digunakan dalam melakukan penelitian bahan bakar gas LPG
ini adalah sebagai berikut :
1. Sepeda motor 4 tak 112 cc
Spesifikasi sepeda motor yang akan digunakan sebagai bahan pengujian
adalah sebagai berikut :
a. Mesin : 4-Stroke, SOHC 2 Katup
b. Kapasitas : 112cc, 1 Silinder
c. Bore x stroke : 53,0 x 50,6 mm
d. Compression Ratio : 9,5 : 1
e. Karburator : Keihin PB 18
f. Transmission : 4 Speed
g. Tangki BBM : 4,5 liter
h. Wheelbase : 1215 mm
i. Berat : 95 kg
-
51
2. Chasis dynamometer
Spesifikasi chasis dynamometer yang akan digunakan sebagai alat
pengujian adalah sebagai berikut :
a. Merk : Sportdyno V3.2
b. Seri model : SD325
c. Dimensi (p x l x t) : 2110 x 1000 x 800 mm
d. Berat : 400 kg
e. Weelbase : 850 1850 mm
f. Daya maksimum : 200 Hp (147 kw)
g. Kecepatan Maksimum : 300 km/h
h. Beban maksimum : 450 kg
i. Diameter roller : 300 mm
j. Panjang roller : 200 mm
k. Berat roller : 190 kg
l. Roller inertia : 1.446 kg m2
m. Standar dynometer : ISO 1585
3. Gas analyser
Gas analyser berfungsi untuk menguji kandungan gas buang.
Gambar 3.16. Gas Analyser
-
52
4. Bahan bakar gas LPG 3 kg (BBG).
Gambar 3.17. Tabung LPG
5. Regulator gas
Regulator berfungsi sebagai pengatur tekanan gas LPG.
Gambar 3.18. Regulator Gas LPG
6. Timbangan digital
Digunakan untuk mengetahui konsumsi bahan bakar dengan waktu yang
sudah ditentukan.
-
53
Gambar 3.19. Timbangan Digital
7. Stopwatch
Digunakan sebagai alat pencatat waktu banyaknya konsumsi bahan bakar
yang digunakan dalam satuan waktu.
Gambar 3.20. Stopwatch
8. Selang gas.
Digunakan untuk mengalirkan gas LPG ke komponen - Kompone
modifikasi dalam motor 4 tak berbahan bakar gas LPG.
-
54
Gambar 3.21. Selang Gas LPG
3.13.2. Skema Aliran
Gambar 3.22 Skema pengujian
3.13.3. Pengoprasian Mesin Sepeda Motor Di Atas Chasis Dynamometer.
Sepeda motor dinaikan di atas chasis dynamometer. Kemudian mengatur
wheelbase chasis dynamometer sesuai dengan wheelbase sepeda motor dengan
Tabung
LPG
Torsi
Vakum
Setasioner
Karburator
Conventer
Kit
Daya Emisi SFC
Ruang
Bakar
-
55
menggunakan tuas A yang ada di depan chasis dynamometer. Mengikat sepeda
motor dengan tali rool. Pemilihan tali ini karena memiliki tegangan yang baik dan
keelastisan yang kecil. Memposisikan panel - panel chasis dynamometer dalam
posisi on, lalu menghidupkan komputer sebagai output data. Menghidupkan
mesin sepeda motor. Mengatur putaran awal mesin berada di kisaran 4000 RPM
dengan mengatur handle gas. Yang ditunjukan pada gambar 3.23.
Gambar 3.23. Menujukan Model Sekema Uji Dynamometer.
3.14. Torsi Dan Daya
Pengujian gas LPG dilakukan dengan cara yang sama, cara pengujiannya
sebagai berikut :
a. Cara pengujian di lakukan dengan menghidupkan sepeda motor di atas
mesin chasis dynamometer. Di lanjutkan dengan memasukkan gigi
transmisi dari gigi 1 sampai gigi 3 secara bertahap, ketika gigi berada di
posisi 3 tahan hendle gas hingga 4000 rpm setelah itu putar hendle gas
sampai habis setelah habis lanjutkan dengan turunkan gas sampe rpm
4000 dan putar lagi gas sampai habis sebanyak 4 kali.
-
56
3.15. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (sfc)
1. Bahan bakar LPG
a. Tahap pengujian Dengan menimbang tabung gas LPG untuk
menentukan berapa berat awal dari tabung gas LPG.
b. Menentukan waktu dan kecepatan pada sepeda motor.
c. Menghidupkan sepeda motor di atas mesin chasis dynamometer
untuk melakukan pengujian.
d. Setelah waktu pengujian yang di tentukan sudah habis, timbang
kembali tabung gas LPG untuk menentukan berat akhir dari gas
LPG.
3.16. Emisi gas buang
Dengan mengunakan alat Gas Analyser untuk menentukan emisi gas buang
pada sepeda motor, cara pengujiannya sebgai berikut :
a. Dengan menghidupkan sepeda motor pada putaran stasioner.
b. Memasukkan alat uji emisi ke kenalpot sepeda motor .
c. Menunggu hingga 2 menit untuk mendapatkan hasil yang di
inginkan.
d. Mencatat emisi gas buang pada gas analyser.
Selanjutnya data dari hasil pengujian dianalisa dan dibuat grafik prestasi
mesin dan pembahasannya. Unjuk kerja mesin berbahan bakar gas LPG (BBG).
(performance) mesin adalah kemampuan mesin memberikan kerjanya dengan
daya, torsi, konsumsi bahan bakar spesifik dan emisi gas buang.