Bab 3 Tinjauan Pustaka
-
Upload
aditya-permana -
Category
Documents
-
view
61 -
download
1
Transcript of Bab 3 Tinjauan Pustaka
Dalam laporan tugas akhir yang dibuat oleh Septian Aditya dan Tesar Agung Dwi Cahyo
yang berjudul ”Kajian Perbandingan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur Menggunakan
Software ELMOD 5.0 Dan Metoda Bina Marga Pd.T-05-2005-B Pada Jalan Tol Jagorawi Ruas
Sentul Utara-Sentul Selatan” didapat kesimpulan yaitu hasil perhitungan dengan menggunakan
Software ELMOD 5.0 didapat tebal lapis tambah perkerasan lentur yang lebih tebal
dibandingkan dengan menggunakan perhitungan secara manual. Sedangkan dalam lapotan yag
dibuat oleh Ria Askarina dan …………… dengan judul “…………………….” didapat hasil
yang relatif tidak jauh berbeda yang menghasilkan perhitungan ketebalan perkerasan yang lebih
tebal bila menggunakan software. Kedua judul yang telah disebutkan sebelumnya memiliki 2
kesamaan yaitu mengacu pada perhitungan dengan menggunakan metode lendutan balik.
Metoda yang tepat dalam merencanakan tebal perkerasan sangat diperlukan agar
menghasilkan jalan yang dapat mendukung beban dan lalu lintas kendaraan serta memberikan
pelayanan sampai akhir umur rencana. Menurut Taufikkurrahman dalam jurnal Teknik sipil
mengenai perkerasan,”di Indonesia, hingga saat ini metode yang umumnya digunakan untuk
merencanakan tebal perkerasan lentur adalah metode Bina Marga (Analisa Komponen), dan
metode AASTHO.” Data sekunder berupa data CBR, peta lokasi dan curah hujan, sedangkan
data primer berupa volume lalu lintas dan kondisi eksisting lokasi studi. Data yang diperoleh,
dihitung menggunakan Metode Bina Marga.
Menurut Pt T01-2002-B mengenai pedoman perencanaan perkerasan lentur, yang
dimaksud dengan perkersan jalan adalah konstruksi jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas yang
terletak di atas tanah dasar (Subgrade).
Menurut Sirley L. Hendarsin dalam buku pedoman praktis perencanaan jalan raya, secara
umum ada dua macam perkerasan jalan yaitu :
1. Perkerasan lentur, (flexible pavement)
2. Perkerasan kaku, (rigid pavement)
Selain dari dua jenis tersebut, sekarang telah banyak digunakan jenis gabungan
(composite pavement). Selain dari dua jenis tersebut, sekarang telah banyak digunakan jenis
gabungan (composite pavement). Struktur perkerasan komposit yang menggunakan baik lapisan
aspal maupun lapisan beton semen pada suatu konstruksi jalan secara bersamaan juga tidak
jarang dibangun, seperti misalnya lapisan beton semen diatas lapisan pondasi beton aspal,atau
lapisan beton aspal diatas lapisan pondasi semen atau lapisan beton aspal sebagai lapisan
tambahan (overlay) di atas lapisan beton semen lama yang telah mengalami kerusakan. Namun
menurut Djunaedi Kosasih dalam buku perancangan perkerasan dan bahan, dalam proses desain,
struktur perkerasan komposit ini harus tetap di analisis apakah sebagai perkerasan lentur atau
sebagai perkerasan kaku.
Gambar 1 Ptotngan melintang jenis konstruksi perkerasan (AASHTO)
Sumber : pinardi koestalam & sutoyo (perancangan tebal perkerasan jalan)
Pengelompokan struktur perkerasan tersebut biasanya didasarkan pada jenis bahan
perkerasan yang digunakan, Struktur perkerasan lentur umumnya menggunakan lapisan aspal
sebagai lapis permukaan, dan terkadang juga di lapisan bawahnya. Sedangkan, perkerasan kaku
menggunakan plat beton sebagai komponen struktur utamanya.
Menurut Djunaedi Kosasih dalam buku perancangan perkerasan dan bahan, teori
dasar yang digunanak untuk mendesain struktur perkerasan lentur berbeda dengan perkerasan
kaku. Desain struktur perkerasan lentur didiasrkan pada analisis sistem lapisan dimana beban
kendaraan dipikul oleh semua lapisan perkerasan sebagai suatu satu kesatuan.kontibusi setiap
lapisan tebal perkerasan dalam memikul beban kendaraan ditentukan oleh karakteristik bahan
dan tebal dari masing-masing lapisan perkerasan tersebut. Bahan perkerasan dengan kualitas ang
lebih baik pada umumnya digunakan sebagai lapis perkerasan yang lebih atas. Sedangkan
lapisan-lapisan di bawahnya menggunakan bahan perkerasan dengan kualitas yang lebih rendah
meskipun harus tetap lebih baik dari kwalitas tanah dasar yang mendukungnya. Di sisi lain,
proses desain struktur perkerasan kaku lebih didasarkan pada analisis structural terhadap plat
beton yang dianggap memikul beban kendaraan melalui kelenturan tang tinggi dari plat beton.
Perkerasan lentur memiliki tingkat kenyamanan yang relatif lebih nyaman dibandingkan dengan
perkerasan kaku. Namun perkerasan kaku lebih awet dan lebih tahan terhadap air.
Gambar 2 distribusi beban kendaraan pada perkerasan
Sumber : azanurfauzi.blogspot.com