Bab 3 sni

35
SEJARAH NASIONAL INDONESIA VI Oleh Syarifuddin

Transcript of Bab 3 sni

Page 1: Bab 3 sni

SEJARAH NASIONAL INDONESIA VI

Oleh Syarifuddin

Page 2: Bab 3 sni

GANGGUAN KEAMANAN NEGARA INDONESIA(1950-1959)

BAB III

Page 3: Bab 3 sni

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)Setelah mempelajari bab III ini, mahasiswa diharapkan dapat:1. Mengidentifikasi penyebab terjadinya pemberontakan di

Indonesia selama tahun 1950-19592. Menerangkan berbagai pemberontakan dalam mengacaukan

keamanan Indonesia (1950-1959)3. Menunjukan hubungan antar gerakan pemberontakan di

Indonesia4. Menguraikan berbagai macam pemberontakan yang terjadi

di Indonesia selama tahun 1950-1959

Adapun tujuan Instruksional Khusus pada bab ketiga ini sebagai berikut:

Page 4: Bab 3 sni

Selain itu sering terjadi miskomunikasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, membuat rakyat yang ada di daerah–daerah melakukan aksi protes sendiri dalam menghadapi tekanan Belanda, bahkan dalam menentang pemerintahan Indonesia sendiri.

Latar Belakang Terjadinya PemberontakanBanyak tuntutan dari rakyat Indonesia yang tidak setuju dengan pembentukan RIS tersebut membuat pemerintah kemudian berinisiatif untuk kembali pada bentuk negara kesatuan

Serangkaian tekanan–tekanan lewat negara-negara federal yang dilakukan Belanda pada Indonesia membuat Indonesa sedikit kewalahan.

Page 5: Bab 3 sni

Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)Kelompok ini dikomandoi oleh Kapten Raymond Westerling seorang anggota militer Belanda

Pemberontakan Dalam Negara Indonesia (1950 – 1959)

Saat itu, Kapten Westerling ditugaskan oleh Belanda ke negara bagian Pasundan, untuk memadamkan aksi yang dilakukan oleh kaum teroris di Jawa Barat . Namun, aksi Westerling tersebut dinilai terlalu kejam sehingga Belanda melakukan pemecatan terhadapnya.Kapten Raymond Westerling

Page 6: Bab 3 sni

Pada Januari 1950, APRA mengajukan ultimatum kepada pemerintah Indonesia agar APRA diakui sebagai tentara resmi Pasundan menggantikan posisi TNI, selain itu APRA menolak untuk dibubarkannya bentuk negara federal.

Menanggapi kasus penyerangan yang dlakukan APRA, Mohammad Hatta, mengadakan pertemuan dengan pihak Belanda untuk membahas penyerangan yang dilakukan oleh Westerling. Hasil dari pertemuan Hatta dan Komisaris Tinggi Belanda menyebutkan bahwa Westerling harus keluar dari kota Bandung.

Westerling memainkan perannya dan menghasut rakyat Pasundan dengan isu – isu mengenai telah datangnya ratu adil yang didambakan oleh rakyat selama ini. Westerling kemudian mengumpulkan 8000 simpatisan dan mendirikan APRA

Page 7: Bab 3 sni

gerakan ini diketahui melibatkan Sultan Hamid II. Sultan Hamid II kemudian berhasil ditangkap pada 4 April 1950.

Penangkapan Sultan Hamid dan gagalnya kudeta yang telah direncanakan tersebut membuat kedudukan Westerling di Pasundan semakin terdesak.

Ia memutuskan untuk meninggalkan Kota Bandung dan melarikan diri ke Jakarta. Dari Jakarta Westerling kembali berhasil keluar dari Indonesia menuju Singapura. Pelarian Westerling tersebut dicurigai mendapat bantuan dari Angkatan Laut Belanda

Sultan Hamid II

Page 8: Bab 3 sni

Terjadi pada tanggal 5 April 1950 di Makassar Pemberontakan ini terjadi karena sering terjadi

demonstrasi kelompok masyarakat yang anti-federal untuk mendesak NIT untuk segera menggabungkan diri dengan Republik Indonesia.

Pemerintah pun mengeluarkan instruksi bahwa dalam waktu 2 x 24 jam Andi Aziz melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Pada tanggal 15 April 1950 Andi Aziz telah berangkat ke Jakarta setelah didesak oleh presiden NIT, namun karena Andi Aziz terlambat melapor ke Jakarta maka ia ditangkap dan diadili

Pemberontakan Andi Aziz

Page 9: Bab 3 sni

Sayangnya keadaan aman di Sulawesi Selatan tidak berlangsung lama. Hal itu disebabkan keberadaan pasukan KL-KNIL yang sedang menunggu penarikan pasukan APRIS keluar dari Makassar

Dalam pertempuran itu APRIS berhasil memukul mundur pasukan lawan.

Pada tanggal 8 Agustus 1950 pihak KL-KNIL meminta untuk berunding. Perundingan yang dilakukan oleh Kolonel A. E. Kawilarang dari pihak RI dan Mayor Jenderal Scheffelaar dari KL-KNIL.

Hasilnya kedua belah pihak setuju untuk menghentikan tembak-menembak dan dalam waktu dua hari pasukan KL-KNIL harus meninggalkan Makassar

Page 10: Bab 3 sni

Pendiri Republik Maluku Selatan (RMS) adalah Dr. Christian Robert Steven Soumokil yang merupakan mantan Jaksa Agung NIT.

Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)

Persoalan pemicu pemberontakan RMS ini awalnya merupakan pemikiran dari beberapa orang Ambon yang berkuasa pada masa NIT.

Gerakan tersebut tidak hanya bertujuan untuk memisahkan diri dari NIT melainkan bertujuan juga untuk membentuk sebuah Negara sendiri terpisah dari RIS.

Page 11: Bab 3 sni

Panglima: Sersan Mayor D.J. Samson Kepala Staf: Sersan Mayor Pattiwael Deputy: Sersan Mayor Kastanya Sersan Mayor Pieter Sersan Mayor Aipassa

Pada tanggal 9 mei 1950 dibentuklah angkatan perang RMS yang mayoritas merupakan eks tentara

KNIL dengan staf pimpinan sebagai berikut:

Page 12: Bab 3 sni

Pada tanggal 25 mei 1950 dibuatlah undang-undang dasar sementara. Disamping itu dibacakan pula sebuah proklamasi dimana isi dari teks proklamasi ini memiliki dua alasan pokok mengapa RMS ada, yaitu:

Yang pertama ialah: NIT sudah tidak sanggup mempertahankan kedudukannya sebagai Negara Bagian selaras dengan peraturan-peraturan Konferensi Denpasar yang masih sah berlaku.

Yang kedua ialah: RIS sudah bertindak bertentangan dengan keputusan-keputusan KMB dan undang-undang dasarnya sendiri.

Page 13: Bab 3 sni

Pemerintah RIS berupaya untuk mengatasi masalah ini secara damai, yaitu dengan mengirimkan misi damai yang dipimpin oleh tokoh asli Maluku, dr. Leimena. Namun misi ini ditolak oleh Soumokil

Akibatnya pemerintah melakukan operasi militer. Ekspedisi militerPada tanggal 14 Juli 1950, pasukan APRIS mendarat di Pulau Buru. Pasukan APRIS berhasil menguasai pos-pos penting di pulau ini. Selanjutnya, pada tanggal 19 juli 1950 pasukan APRIS menuju Pulau Seram. Pada hari itu juga Seram Barat dapat dikuasai dengan mudah oleh pasukan APRIS.

Page 14: Bab 3 sni

Pada tanggal 3 November 1950 serangan dimulai kemudiandilanjutkan ke Teluk Poso. Grup I yang didaratkan di Ambon berusaha untuk dapat merebut Benteng Nieuw Victoria. Pada hari itulah Kota Ambon dapat dikuasai.

Dengan jatuhnya Ambon, maka perlawanan dari RMS dapat dipatahkan dan dikalahkan. Sisa-sisa kekuatan RMS banyak yang melarikan diri ke Pulau Seram.

Page 15: Bab 3 sni

Pemberontakan Westerling, Andi Aziz, dan pemberontakan Soumokil memiliki kesamaan yaitu ketidakpuasan mereka terhadap proses kembalinya RIS ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pemberontakan-pemberontakan ini menggunakan kekuatan dari unsur KNIL yang merasa bahwa status mereka tidak pasti setelah KMB.

Hubungan Antara Pemberontakan APRA, Andi Aziz, dan RMS

Page 16: Bab 3 sni

Pemimpin pemberontakan ini adalah SM. Kartosuwiryo

Pemberotakan DI/TII

Melalui konsep dan pemikirannya yang hendak mendirikan Negara Islam Indonesia, Kartoswiryo berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh dengan afiliasi Islam lainnya di berbagai daerah untuk bergabung dengan DI/TII bentukannya.

Page 17: Bab 3 sni

Pada tanggal 14 Agustus 1947 setelah Militer Belanda I, Kartosuwiryo menyatakan “perang suci” melawan Belanda.

Gerakan Kartosuwiryo semakin tidak sejalan dengan pemerintahan RI ketika terjadi perundingan Renville yang dianggap merugikan pihak Indonesia. Salah satu isi persetujuan itu menyatakan bahwa semua pasukan TNI di daerah kantong-kantong gerilya sehingga harus hijrah ke wilayah yang dikuasai oleh RI. Penolakan terhadap perjanjian Renville diwujudkannya dengan sikap menolak melakukan hijrah ke wilayah RI bersama 4.000 orang pengikutnya ia memilih tetap tinggal di Jawa Barat.

Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat

Page 18: Bab 3 sni

Upaya damai dilakukan oleh Pemerintah RI melalui Moh. Natsir (pemimpin Masyumi) lewat sepucuk surat, namun tidak berhasil. Upaya kedua dilakukan dengan membentuk sebuah komite dipimpin oleh Moh. Natsir pada bulan september 1949. Akan tetapi, usaha itu pun gagal mengajak Kartosuwiryo untuk kembali ke RI

Pada tanggal 25 Januari 1949 terjadi kontak senjata pertama kali antara TNI dan DI/TII, ketika pasukan Divisi Siliwangi melakukan hijrah (long march) dari Jawa Barat ke Jawa Tengah. Bahkan kemudian terjadi perang segitiga antara TNI-DI/TII-Tentara Belanda

Page 19: Bab 3 sni

Pemberontakan ini berakhir pada 4 juni 1962 ketika Kartosuwiryo berhasil ditangkap di Gunung Geber oleh pasukan Siliwangi.

Operasi militer untuk menumpas gerakan DI/TII yang dimulai pada tanggal 27 Agustus 1949. Operasi ini menggunakan taktik “Pagar Betis” yang dilakukan dengan menggunakan tenaga rakyat untuk mengepung wilayah yang dianggap sebagai tempat gerombolan itu bersembunyi

Eksekusi Kartosuwiryo

Page 20: Bab 3 sni

Munculnya DI/TII Jawa Tengah berawal dari Majelis Islam yang dipimpin oleh Amir Fatah.

Pasukan Hizbullah yang berdiri sejak bulan Januari 1946, menggabungkan diri dengan TNI Batalion 52 yang dipimpin oleh Mayor Moh. Bachrin. Amir Fatah berhasil memengaruhi Mayor Bachrin, sehingga bersama pasukannya meninggalkan Wonosobo kembali ke daerah Brebes-Tegal

Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah

Page 21: Bab 3 sni

Setelah mendapatkan pengikut yang cukup banyak, pada tanggal 23 Agustus 1949 di Desa Pengarasan, Tegal, ia memproklamasikan berdirinya Darul Islam (DI). Pasukannya diberi nama Tentara Islam Indonesia (TII).

Untuk menghadapi pemberontakan ini, TNI melancarkan operasi yang ditujukan terhadap DI/TII di Tembangrejo dan pengarasan. Hal Itu mengakibatkan kekuatan dari DI/TII menjadi melemah

Akhirnya pada tahun 1954 gerombolan itu dapat dihancurkan dan sisanya tercerai-berai

Page 22: Bab 3 sni

Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan ini dipimpin oleh Kahar Muzakar. Gerakan ini dimulai tahun 1951 dan dapat diselesaikan tahun 1965.

Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan

Pada tahun 1949, Kahar Muzakar memimpin sebuah Laskar-laskar gerilya di Sulawesi Selatan yang kemudian tergabung dalam Komando Grilya Sulawesi Selatan (KGSS).

Laskar ini meminta agar mereka dimasukkan kedalam APRIS. Namun pemerintah menolak permintaan KGSS dikarenakan pemerintah hanya menerima anggota KGSS yang memenuhi syarat untuk dinas militer

Page 23: Bab 3 sni

Kemudian pemerintah pun menyelesaikan masalah geriliyawan tersebut dengan menyalurkan gerilyawan yang tidak diterima tes dan disalurkan di Corps Tjadangan Nasional (CTN).

Pada tanggal 24 Maret 1951 lima Batalion dilantik dan Kahar Muzakar diangkat sebagai komandannya. Namun saat pelantikan Kahar Muzakar melarikan diri dan mengakibatkan kekacauan, tidak hanya itu saja pada tanggal 7 Agustus 1953, dia menyatakan bahwa daerah Sulawesi Selatan sebagai bagian dari Darul Islam dan nama pasukannya pun diubah menjadi Tentara Islam Indonesia (TII).

Page 24: Bab 3 sni

Untuk mengatasinya pemerintah RI melakukan operasi militer dan memperluas cakupannya hingga daerah pegunungan Sulawesi Tenggara. Pada bulan Februari 1965 operasi militer itu berakhir setelah Kahar Muzakar tertembak mati. Dengan demikian berakhirlah gangguan kemanan yang terjadi di Sulawesi Selatan

Page 25: Bab 3 sni

Untuk mengatasi masalah tersebut maka pemerintah memberikan status Daerah Istimewa

Pemberontakan DI/TII di AcehDi Aceh terjadi pertentangan antara alim ulama yang tergabung dalam organisasi PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) yang dipimpin oleh Tengku Daud Beureuh dengan para kepala adat (Ulebalang).

Page 26: Bab 3 sni

Namun setelah terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tepatnya pada bulan Agustus, maka status dari daerah Aceh yang semula merupakan Daerah Istimewa turun menjadi daerah keresidenan yang berada dalam lingkungan Provinsi Sumatera Utara. Hal ini pun membuat Tengku Daud Beureuh menjadi sangat kecewa terutama anggota Pusat Ulama Seluruh Aceh (PUSA)

Page 27: Bab 3 sni

tanggal 20 September 1953, ia memproklamasikan bahwa Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia yang berada di bawah pimpinan Kartosuwiryo. Dengan adanya proklamasi ini mulailah pemberontakan DI/TII di Aceh.

Pemerintah RI menggunakan upaya damai untuk menghadapi pemberontakan ini. Pada tahun 1961 Daud Beureuh pun menerima untuk kembali lagi ke pangkuan Ibu Pertiwi, dengan demikian keadaan Aceh pun kembali Aman.

Page 28: Bab 3 sni

Para pemimpin Masyumi dan Partai Sosialis diintimidasi oleh kelompok pemuda yang pro-pemerintah. Akibatnya, sejumlah tokoh seperti Mohammad Natsir, Sjarifuddin Prawiranagara, dan Sumitro Djojohadikusumo mengungsi ke Sumatera Tengah. Disana mereka bergabung dengan beberapa panglima yang berada di Sumatera dan membentuk Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

Pemberontakan PRRI / PermestaPada tanggal 30 November 1957 hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah menjadi memburuk karena adanya usaha pembunuhan yang gagal terhadap Presiden Soekarno yang terjadi di Cikini saat dia akan berkunjung ke sekolah putranya

Page 29: Bab 3 sni

Proklamasi berdirinya PRRI di Sumatera mendapat respon positif dari masyarakat Sulawesi, terutama oleh Permesta. Panglima Somba, selaku pimpinan Permesta melalui siaran RRI menyatakan bahwa gerakan Permesta mendukung PRRI bahkan siap jika PRRI bekerjasama dengan Permesta untuk meninggalkan pemerintah pusat

Menanggapi hal ini Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) terbang di atas langit Manado dan menjatuhkan bom tepat diatas studio RRI Manado yang membuat gedung tersebut rusak.

Page 30: Bab 3 sni

Akibat insiden itu, Permesta melakukan blockade jalan masuk bagi AURI. Permesta kemudian melancarkan aksinya pada bulan April dengan melakukan gerakan Ofensif militer. Mereka segera membentuk sebuah pasukan angkatan udara yang diberi nama AUREV (Angkatan Udara Revolusioner). Mereka juga diketahui menyewa seorang pilot berkebangsaan Amerika bernama Allan Poppe

Page 31: Bab 3 sni

Pada awalnya pasukan Permesta mendapatkan kemenangan. Namun tanggal 15-23 Mei keadaan pun berubah terbalik untuk PRRI/Permesta, kekuasaan Permesta yang berada di udara telah dipatahkan mendapatkan hasil yang baik

Untuk memulihkan kembali keamanan negara, pemerintah bersama dengan KSAD memutuskan untuk melakukan operasi gabungan AD-AL-AU terhadap PRRI dan diberi nama dengan Operasi 17 Agustus yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Yani

Page 32: Bab 3 sni

Selanjutnya, pasukan TNI membersihkan daerah-daerah bekas kekuasaan PRRI. Banyak anggota PRRI yang melarikan diri ke hutan-hutan. Achmad Husein kemudian menyerahkan diri dan disusul pada pertengahan tahun 1961 dimana tokoh-tokoh Permesta juga menyerahkan dirinya.

Page 33: Bab 3 sni

pada tanggal 18 september 1948 penyerangan mulai dilakukan oleh PKI

Penyerangan tersebut dipimpin oleh Muso, seorang tokoh komunis yang baru saja kembali dari Rusia

PKI mengumumkan bahwa rakyat harus melakukan suatu revolusi. Mereka menyebarkan isu bahwa Negara Indonesia akan diberikan kepada Belanda oleh pemerintah Indonesia,

tujuan PKI adalah untuk merebut kekuasaan Indonesia dan merubah ideologi bangsa dari ideologi nasionalis menjadi komunis. Oleh karena itu PKI kemudian memprolkamirkan Republik Soviet Indonesia.

Pemberontakan PKI Madiun

Page 34: Bab 3 sni

Menanggapi pidato PKI di Madiun, Presiden Soekarno kemudian mengucapkan pidatonya di RRI Yogyakarta. Melalui pidato tersebut, Presiden Soekarno menyatakan untuk berperang dengan PKI

Setelah melakukan konsolidasi dan kontak fisik dalam upaya melawan PKI dan merebut kembali Madiun, barulah pada 30 september 1948, Gubernur Militer Surakarta-Semarang-Pati-Madiun mengumumkan bahwa kota Madiun sudah kembali dapat dikuasai dan PKI dipukul mundur

Page 35: Bab 3 sni

TERIMAKASIH