Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

46
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DARI ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA AKIBAT PERGOLAKAN DAN PEMBERONTAKAN DALAM NEGERI

description

Sejarah Perjuangan Indonesia

Transcript of Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Page 1: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN

KEMERDEKAAN DARI ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA AKIBAT

PERGOLAKAN DAN PEMBERONTAKAN DALAM NEGERI

Page 2: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Pemberontakan PKI Madiun 1948

Latar belakang

o Oposisi Amir Sjarifuddin

o Di Solo pada 26 Februari 1948 Amir membentuk FDR (Front Demokrasi Rakyat)

Keanggotaan FDR sendiri terdiri dari Partai Sosialis, Partai Buruh Indonesia (PBI), Partai Komunis Indonesia (PKI), Pesindo, dan Sarekat Buruh Perkebunan Republik Indonesia (Sarbupri)

Page 3: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Susunan Kepengurusan FDR

No. Jabatan Nama Pengurus1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.

Sekretariat UmumSekretariat BuruhSekretariat PemudaSekretariat WanitaSekretariat PertahananSekretariat PropagandaSekretariat OrganisasiSekretariat TeritorialSekretariat Urusan Luar NegeriSekretariat PerwakilanSekretariat KaderSekretariat Keuangan

Musso, Maruto Darusman, Tan Ling DjieA. Tjokronegoro, Aidit, SutrisnoWikana, Suripto(Dikelola Sekretariat Umum)Amir SjarifuddinLukman, Alimin, SardjonoSudisman(Dikelola Sekretariat Umum)SuriptoNjoto(Dikelola Sekretariat Umum)Riskak

Page 4: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

4 pasal program nasional FDR• Pembatalan persetujuan Renville

• Penghentian perundingan dengan Belanda

• Nasionalisasi semua kekayaan Belanda

• Pembubaran Kabinet Presidensiil Hatta dan pembentukan kabinet parlementer di mana wakil- wakil FDR diikutsertakan dengan menduduki jabatan-jabatan yang penting

Page 5: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

strategi perjuangan FDR

• Jalur parlemen: mengusahakan persatuan berbagai kekuatan sosial-politik dalam wadah Front Nasional dimana PNI & Masyumi ikut di dalamnya • Perebutan kekuasaan dengan kekerasan: pemogokan umum dan melakukan kekacauan sehingga menyebabkan berkurangnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah• Menyiapkan pasukan yang pro FDR di daerah• Menyiapkan Madiun sebagai basis gerilya, Soviet sebagai pusat pemerintahan & Solo sebagai daerah kekacauan

Page 6: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

o Datangnya tokoh komunis kawakan Muso dari Moskow o Atas anjuran Muso, seluruh unsur yang sepaham meleburkan diri dalam PKI

M u s o

o Dalam konggres PKI ke- 5 tanggal 26-27 Agustus 1948 Muso mendeklarasikan “Jalan baru untuk RI” yang merupakan koreksi PKI atas pemerintah RI

Page 7: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Peristiwa menjelang “madiun affair”

o Pada bulan Agustus & September 1948 terjadi penculikan2 di kota Solo yang dilakukan oleh pengikut Muso-Amiro Tanggal 11 September 1948 terjadi bentrokan antara pasukan pro-pemerintah (dari Divisi Siliwangi) melawan pasukan pro-PKI (Divisi IV Jawa Tengah)o Kolonel Gatot Subroto sebagai pemimpin operasi pemulihan keamanan Solo

Page 8: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

“madiun affair”

o Di Madiun pada tanggal 18 September 1948 meletus pemberontakan PKI yang dipimpin Muso & Amir Syarifuddino Pemberontakan tersebut juga melibatkan tentara yang berasal dari Brigade 29 yang pro- PKI di bawah pimpinan Letkol Dakhlan dan Sumarsonoo Tujuannya adalah untuk mendirikan Negara Soviet Sosialis Madiun

Page 9: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Upaya mengatasi pemberontakan

o Dari Barat, pemerintah mengirimkan pasukan Divisi Siliwangi yang berada di Yogyakarta di bawah pimpinan Kolonel Sadikino Dari Timur, dikerahkan pasukan Divisi VI Jawa Timur di bawah pimpinan Kolonel Sungkonoo Tanggal 30.9.1948, Madiun dapat dibebaskano Di Ponorogo Muso yang menyamar sebagai kusir andong mati tertembak oleh pasukan TNI di bawah komando Kapten Sunandar, o 1 Desember 1948, Amir Syarifudin ditangkap di Purwodadi

Page 10: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Operasi penumpasan

pemberontakanPKI Madiun

1948

Page 11: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Penangkapan Amir Syarifuddin

1948

Page 12: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Korban keganasan pemberontakan PKI Madiun 1948

Page 13: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Pemberontakan di / tii

DI/TII Jawa Barat

Latar belakango Keinginan membentuk Negara Islam Indonesiao Rencana Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo mendapatkan momentumnya ketika RI bersedia menandatangani Perjanjian Renvilleo Maret 1948 dalam konggres Islam di Cisayong (Jabar) Kartosuwiryo membentuk gerakan Darul Islam (DI) & Tentara Islam Indonesia (TII) yang berintikan anggota Hizbullah & Sabilillah

Page 14: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

o Tanggal 7 Agustus 1949 di Malangbong, Tasikmalaya, Jawa Barat Kartosuwiryo secara resmi memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII)

Upaya mengatasi pemberontakan

o Persuasi: menawarkan perundingan. Gagalo Operasi militer (dimulai 27.8.1949)o Tanggal 4 Juni 1962 pemerintah menggelar Operasi Pagar Betiso Dalam Operasi Bratayudha, Kartosuwiryo berhasil ditangkap di Gunung Geber, daerah Majalaya, Jawa Barat. Ia kemudian dijatuhi hukuman mati

Page 15: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Gerombolan DI/TII Jawa Barat yang menyerahkan diri pada TNI

Kartosuwiryo

Page 16: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

DI/TII Jawa tengah

o Dipimpin oleh Amir Fatah, yang oleh Kartosuwiryo diangkat sebagai komandan pertempuran wilayah Brebes, Tegal dan Pekalongano Amir Fatah sendiri menamakan gerakan mereka sebagai Gerakan Majelis Islamo Gerakan ini berhasil ditumpas oleh TNI dalam operasi Gerakan Benteng Negara, yang secara berturut-turut dipimpin oleh Letkol Sarbini, Letkol M. Bachrun dan Letkol A. Yani

Page 17: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

o Di Kebumen muncul Gerakan Angkatan Umat Islam (dipimpin Mohammad Mahfudz Abdurrachman atau Kyai Somalangu)o Di Kudus dan Magelang juga terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh tentara yang tergabung dalam Batalyon 426. Pemberontakan berhasil ditumpas operasi militer dengan sandi Operasi Merdeka Timur di bawah pimpinan Letkol Soeharto

o Ketiga pemberontakan tersebut menyatakan sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwiryo

Page 18: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

DI/TII sulawesi selatan

o Meletus sejak tahun 1951. Dipimpin Kahar Muzakkaro Latar belakang: kekecewaan Kahar Muzakkar karena keinginannya untuk menggabungkan atau memasukkan semua anggota Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dalam Angkatan Perang RIS ditolak pemerintaho Pemerintah menawarkan jabatan baru bagi Kahar Muzakkar, yaitu sebagai Komandan Korps Cadangan Nasional dengan pangkat acting Letkol, tapi ditolak. Pada saat pelantikan, ia bersama pasukannya mengundurkan diri dan melarikan diri ke hutan

Page 19: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Kahar MuzakkarPimpinan DI/TII Sulsel

Page 20: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

o Januari 1952 Kahar Muzakkar menyatakan bahwa wilayah Sulawesi Selatan sebagai bagian dari NII pimpinan Kartosuwiryo

o Untuk menumpas pemberontakan pemerintah melakukan operasi militer dengan mengerahkan pasukan dari Divisi Siliwangi. Baru pada tahun 1965 Kahar Muzakkar berhasil dibunuh TNI. Pemberontakan betul-betul berakhir ketika pada bulan Juli 1965 Gerungan (orang kedua dalam pemberontakan itu) berhasil ditangkap

Page 21: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

DI/TII aceho Dipimpin Tengku Daud Beureuho Latar belakang: penolakan Daud atas kebijakan pemerintah mengubah status Aceh sebagai daerah istimewa kemudian menjadi karesidenan di bawah Propinsi Sumatra Utarao Tanggal 20 September 1953 ia mengeluarkan maklumat tentang penyatuan Aceh ke dalam NII pimpinan Kartosuwiryoo Penyelesaian: tanggal 17-21 Desember 1962 atas inisiatif Pangdam I Iskandar Muda, Kolonel M. Yasin diadakanlah Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh

Page 22: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

DI/TII Kalimantan selatan

o Dipimpin Ibnu Hajar. Tahun 1950 bersama pengikutnya menggalang gerakan bernama Kesatuan Rakyat Yang Tertindas (KRYT) & memproklamirkan gerakan KRYT sebagai bagian dari DI/TII pimpinan Kartosuwiryo

o Tahun 1963, Ibnu Hajar berhasil. Tahun 1965 ia diadili oleh Mahkamah Militer dan dijatuhi hukuman mati

Page 23: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

…. Peristiwa 1965 ….

Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh): berasal

dari kelompok mahasiswa pada

saat itug-30 s/pki

(Gerakan 30 september pki/ 1965): istilah resmi yang

digunakan pemerintah Orde Baru

Gestok (Gerakan Satu Oktober): berasal dari Soekarno

Page 24: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Gerakan 30S/PKI 1965

Upaya Awal

o Pertemuan intensif pimpinan Biro Khusus PKI dengan para pimpinan PKI, terutama D.N. Aidit selaku Ketua CC PKIo Menetapkan susunan gerakan perebutan kekuasaan

D.N. Aidit Sumber: Ensiklopedi

Nasional Indonesia, 1990

Page 25: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Pimpinan Tertinggi Gerakan : D.N. AiditPimpinan Pelaksana Gerakan : Syam

KamaruzamanWakil Pimpinan Gerakan : PonoPimpinan Bagian Observasi : BonoPimpinan Operasi Militer : Letkol

Untung, Komandan Batalyon I Resimen Cakrabirawa (pasukan pegawal presiden) “Hari H” gerakan

o Gerakan mulai dilakukan pada 30.9.1965 (sebenarnya lebih tepat dini hari tanggal 1.10.1965). Diawali dengan penculikan & pembunuhan terhadap terhadap para jenderal AD yang jadi target penculikan

Page 26: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

o Semua jenderal yang diculik dibawa ke daerah Lubang Buaya (sebelah Selatan Pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma Jakarta)

o Perwira AD korban penculikan & pembunuhan:

Letjen Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD) Mayjen R. Soeprapto (Deputi II Panglima AD) Mayjen Haryono Mas Tirtodarmo (Deputi III Panglima AD) Mayjen S. Parman (Asisten I Panglima AD) Brigjen D. I. Panjaitan (Asisten IV Panglima AD) Brigjen Soetojo Siswomihardjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal AD) Lettu Pierre Andreas Tendean

Page 27: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

A. Yani R. Soeprapto Haryono M.T S. Parman

D.I. Panjaitan Soetoyo Tendean

Page 28: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

o Jenderal A. Haris Nasution (Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata) berhasil meloloskan diri dari penculikan. Tetapi putri Nasution yang bernama Ade Irma Suryani tewas terkena tembakan

o Ajudan Nasution, juga Lettu Pierre Andreas Tendean menjadi korban penculikan. Korban tewas lainnya adalah Brigadir Karel Satsuit Tubun (pengawal rumah Wakil Perdana Menteri Dr. J. Leimena) yang rumahnya berdampingan dengan rumah Nasution

Page 29: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Pengangkatan Jenazah para perwira dari dalam sumur tua di Lubang Buaya tanggal 4 Oktober 1965.

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1978

Page 30: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

o Studio RRI Pusat & gedung Telekomunikasi dikuasai pemberontak. Melalui studio RRI Letkol Untung menyatakan bahwa gerakan mereka ditujukan kepada para jenderal anggota “Dewan Jenderal” yang akan melakukan kudeta pada pemerintah

o Siang hari pukul 13.00 gerakan menyiarkan pengumuman pembentukan “Dewan Revolusi”, pendemisioneran Kabinet Dwikora & penghapusan pangkat jenderal dalam TNI

Page 31: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Dampak Sosial-Politik Akibat Peristiwa G-30S/PKI 1965

o Aksi prostes oleh berbagai kesatuan aksi pemuda, mahasiswa & pelajar (tergabung dalam Front Pancasila) terhadap kepemimpinan Soekarno yang dianggap lambat bertindak & tuntutan penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap pelaku G 30 S

o Tri Tura (Tiga Tuntutan Rakyat) yang isinya:

- Bubarkan PKI & ormas-ormas yang bernaung dibawahnya

- Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur G 30 S/PKI

- Turunkan harga/perbaikan ekonomi

Page 32: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Rangkaian aksi demonstrasi berbagai kesatuan aksi dalam rangka menyuarakan Tritura.

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1978

Page 33: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Berbagai Perspektif Tentang Peristiwa Gerakan 30 september 1965

(Siapa the main actor atau aktor utama dibalik peristiwa kelam dalam sejarah

Indonesia tersebut) Versi orde baru: PKI adalah aktor utama dibalik peristiwa G 30 S 1965

Terdapat dalam “Buku Putih Peristiwa G 30 S” dan “30 Tahun Indonesia Merdeka” yang dikeluarkan oleh Sekretariat Negara RI.

Juga mendapat dukungan dari beberapa penulis seperti C. A. Dake, (1973) dalam bukunya, “In the Spirit of the Red Banteng: Indonesia Communism Between Moscow and Peking”. Juga tulisan Marshall Green, (1990), “Indonesia: Crisis and Transformation (1965-1968)

Page 34: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

versi Cornel Paper: Bahwa peristiwa G 30 S tahun 1965 merupakan puncak dari terjadinya konflik internal Angkatan Darat. Terjadi kekecewaan beberapa perwira menengah terhadap kepemimpinan di tubuh TNI-AD. Perwira-perwira menengah yang merasa kecewa inilah yang kemudian melancarkan aksi penculikan & pembunuhan terhadap para

perwira tinggi TNI-AD. Dikemukakan oleh Ben Anderson & Ruth Mc Vey

Page 35: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Versi yang menyebut bahwa dalang di balik peristiwa itu tidak lain adalah Soeharto. Dikemukakan W. F. Wertheim Versi yang menyebutkan bahwa terjadinya peristiwa G 30 S/1965 adalah akibat campur tangan dinas intelejen AS, CIA (Central Intelligence Agency) dengan menciptakan konflik AD - PKI. Dikemukakan oleh Peter Dale Scott dalam bukunya, “US and the Overthrow of Sukarno, 1965-1967”; Kathy Kadane dalam tulisannya “US Officials List Aided Indonesian Bloodbath in 60’S”; “Buku putih” Deplu AS “Foreign Relations of the US 1964-1968: Indonesia, Malaysia, Singapora, and Philippines, Bab, “Coup and Counter Reaction: October 1965- March 1966”

Page 36: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Versi yang menyebut bahwa Inggris yang berperan dibalik tragedi tersebut. Menurut Audrey & George Mc Turnan Kahin (dalam buku “Subversion as a Foreign Policy”) pemerintah Inggris secara tidak langsung mendesakkan terjadinya perubahan politik di Indonesia Versi yang menyebutkan bahwa terjadinya tragedi 30 September 1965 adalah buah dari skenario politik Soekarno sendiri, untuk melenyapkan oposisi oleh para perwira tinggi AD. Versi ini dikemukakan oleh sejarawan AS, Anthoni Dake

Page 37: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Proses Peralihan Kekuasaan Politik Pasca G 30 S/PKI 1965

Keluarnya Surat Perintah 11 Maret/ Supersemar 1966

Isi pokok: memerintahkan kepada Letjen Soeharto, Men-Pangad untuk atas nama presiden mengambil segala tindakan yang dianggap perlu guna terjaminnya keamanan & ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan & jalannya revolusi serta menjamin keselamatan pribadi & kewibawan presiden

Page 38: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Surat Perintah Sebelas Maret SUPERSEMAR

Page 39: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Proses keluarnya Supersemar &

keberadaan suratnya sendiri (otentisitas) kini

menimbulkan kontroversi(????????????? ………… ?

Page 40: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Tindakan Awal Pengemban Supersemar

1. Mulai 12 Maret 1966, dilakukan pembubaran terhadap PKI & ormas2 yang bernaung atau berlindung di bawahnya PKI di seluruh Indonesia2.Mengundang Front Pancasila guna membicarakan langkah yang perlu diambil3.Kepada para mahasiswa dan pelajar diminta untuk segera kembali ke bangku sekolah4. Kepada semua partai politik dan oraganisasi massa diserukan agar tidak menerima anggota bekas PKI dan ormas-ormasnya

Page 41: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

5. Diserukan pada para anggota partai PKI dan ormas-ormasnya agar segera melaporkan diri paling lambat hingga akhir Maret 1966

6. Penahanan atas 15 orang menteri yang diindikasi kuat terlibat dalam G 30 S/PKI. Penahanan itu didasarkan pada Keputusan Presiden No. 5 tanggal 18 Maret 1966

Page 42: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Rakyat menyambut upaya pembubaran PKI (Peristiwa terjadi pada tanggal 12 Maret 1966)

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1978

Page 43: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Peralihan Kekuasaan dari Presiden Soekarno Kepada Jenderal Soeharto

• SU-MPRS 1966 secara khusus mengagendakan, mendengarkan pidato pertanggungjawaban presiden, khususnya yang berkaitan dengan masalah G-30 S/PKI

Judul pidato presiden: “Nawaksara” atau sembilan masalah pokok

Page 44: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

• Karena dalam Nawaksara, presiden tidak menyinggung tentang G-30 S, pimpinan MPRS pada tanggal 22.10.1966 mengirim nota pada Presiden, agar melengkapi laporan mengenai peristiwa G 30 S/PKI dan masalah kemunduran ekonomi serta akhlak yang terjadi di Indonesia

• Tanggal 10 Januari 1967 Presiden Soekarno menyampaikan naskah “Pelengkap Nawaksara” (Pel Nawaksara). Tetapi Pel Nawaksara yang disampaikan presiden justru menimbulkan kekecewaan tidak hanya bagi MPRS tetapi partai, pemerintah daerah & masyarakat luas

Page 45: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

• Tanggal 9 Februari 1967 DPR-GR mengajukan resolusi dan memorandum kepada MPRS agar MPRS mengadakan Sidang Istimewa• Pimpinan tinggi ABRI menyarankan agar presiden mengadakan penyerahan kekuasaan kepada Jenderal Soeharto

• Kamis pukul 19.30 di Istana Negara, disaksikan Ketua Presidium Kabinet Ampera & para menteri, Presiden/ Mandataris MPRS/Panglima Tertinggi ABRI secara resmi mengumumkan penyerahan kekuasaan pemerintahan kepada Pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966, Jenderal Soeharto

Page 46: Bab 3. Perj Memperthn Kmrdk

Suasana pengambilan sumpah Jenderal Soeharto sebagai Presiden RI.

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1978

Suasana pengambilan sumpah Jenderal Soeharto sebagai Presiden RI.

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1978