BAB 3. Pembahasan FIX BGT - Copy
Click here to load reader
-
Upload
fitri-mahayana -
Category
Documents
-
view
217 -
download
2
description
Transcript of BAB 3. Pembahasan FIX BGT - Copy
BAB 3. PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan pembahasan penelitian tentang terapi musik yang
telah dilakukan di Ruang Kenanga RSJ Dr. Radjiman Widiodiningrat Lawang
yang berpedoman pada literatur jurnal berjudul Music Therapy For Service Users
With Dementia: A Critical Review Of The Literature yang diterapkan di lansia
yang mengalami dimensia di Ruang Kenanga RSJ Dr. Radjiman Widiodiningrat
Lawang. Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk meningkatkan fungsi kognitif,
komunikasi, sosial, dan motorik (Craig, J, 2014).
British Association for Music Therapy (dalam Craig, J, 2014).
mendeskripsikan bahwa terapi musik merupakan terapi psikologi yang
menghubungkan komunikasi dan interaksi antara klien dengan terapis. Hal ini
membuktikan bahwa terapi musik dapat digunakan untuk orang dengan segala
usia dan kemampuan, khususnya mereka mengalami kesulitan verbal. Terapi
musik dapat memberikan semangat dalam penggunaan pengetahuan serta
kemampuan-kemampuan yang tersimpan dalam memori jangka panjang seperti
lirik dari lagu-lagu yang familiar/popular, dan memberi semangat dalam
mendengarkan, bernyanyi, bergerak serta menciptakan musik.
Penelitian yang telah dilakukan memiliki jumlah sampel sebanyak 9 orang.
Pengambilan sampel menggunakan total sampling. Terapi musik ini dilakukan
selama 3 hari (tanggal 26 sampai dengan 28 Januari 2015). Dalam penelitian ini
menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi yang sesuai dengan jurnal rujukan yang
digunakan. Adapun kriteria inklusi yang digunakan yaitu klien dengan demensia
yang diperoleh dari skoring Mini Mental Examination (MMSE) (Folstein et al,
1975 dalam Blackburn & Bradshaw, 2014) dan kriteria eksklusi yaitu klien
dengan gangguan fungsi pendengaran (Jenata, 2012 dalam Blackburn &
Bradshaw, 2014).
Tipe atau jenis lagu yang digunakan untuk bergantung pada tujuan dari
peneliti (Vink, 2013 dalam Craig, J, 2014). Terapi musik yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu menggunakan lagu-lagu yang dirasa familiar atau dikenal oleh
klien. Lagu-lagu masa kecil klien sampai dewasa (nostalgia) yang dapat
15
menstimulasi reminense dan memfasilitasi beberapa respon klien selama
intervensi terapi musik dilaksanakan. Oleh karena itu, pilihan lagu klien juga
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan akan menggunakan terapi musik
individu atau kelompok (Sung et al, 2011 dalam Craig, J, 2014).
Pada penelitian ini menggunakan terapi musik (nostalgia) secara
berkelompok, dikarenakan beberapa alasan, yaitu klien memiliki kesamaan dalam
hal menyukai genre musik yang akan digunakan untuk TAK, lagu-lagu yang
digunakan merupakan lagu yang familiar bagi klien, dan sesuai dengan salah satu
tujuan utama melakukan terapi musik secara berkelompok yaitu agar dapat
meningkakan interaksi sosial antar klien satu dengan klien lainnya.
Terapi musik memiliki 2 tipe, yaitu terapi musik aktif dan pasif (reseptif).
Terapi musik aktif yaitu suatu terapi musik yang membutuhkan partisipasi klien
untuk turut mengikuti permainan alat musik atau dengan cara menyanyi bersama
terapis, baik secara individual ataupun berkelompok (Aldridge, 1994 dalam
Blackburn & Bradshaw, 2014). Sedangkan terapi musik pasif (reseptif) yaitu
suatu teknik yang meliputi berpartisipasinya klien untuk mendengarkan musik
yang berlawanan dengan syarat yang ada pada terapi musik aktif (Groke &
Wigram, 2007 dalam Craig, J, 2014). Musik yang digunakan bisa musik yang
secara langsung ataupun musik rekaman dengan berbagai genre lagu (Bruscia,
1998 dalam Blackburn & Bradshaw, 2014).
Terapi musik yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan
menggunakan terapi musik kelompok pasif (reseptif), yaitu dengan cara
memutarkan lagu nostalgia (bergenre pop, dangdut, dan lagu nasional) yang
familiar atau dikenal oleh klien. Semua lagu-lagu yang diputarkan merupakan
hasil skrinning lagu pada klien sebelum dilakukan TAK terapi musik. Tujuan
utama penelitian ini yaitu untuk meningkatkan fungsi kognitif, komunikasi, sosial,
dan motorik (Craig, J, 2014), maka beberapa indikator penilaian yang dilakukan
pada penelitian ini disesuaikan dengan tujuan atau target penelitian.
16
Hari pertama yaitu hari senin tanggal 26 Januari 2015 melakukan Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK) yaitu terapi musik (nostalgia) kelompok dengan
indikator komunikasi dan kognitif, indikator dari komunikasi antara lain
memberikan kesempatan pada klien untuk mampu menjawab salam dari leader,
membalas senyum dari leader, menyebutkan namanya, membalas kontak mata
dari leader, menyebutkan asalnya, menyebutkan usianya dan menyebutkan
hobinya. Sedangkan indikator dari kognitif antara lain memberikan kesempatan
pada klien menceritakan isi lagu yang diputarkan, menyebutkan pengalaman masa
lalu dengan lagu yang diputarkan, menyebutkan penyanyi dari lagu yang
diputarkan dan menyebutkan judul lagu dari lagu yang diputarkan. TAK ini
dilakukan selama 45 menit yang dimulai pada jam 15.00 sampai dengan 15.45 di
ruang TV ruangan kenanga.
Indikator penilaian kognitif pada penelitian ini diterapkan sesuai dengan
salah satu tujuan diberikannya intervensi terapi musik pada lansia dengan
demensia yaitu dengan adanya musik atau lagu dapat digunakan untuk
mempertahankan dan meningkatkan daya ingat dan proses berpikir lansia, dengan
kata lain dengan diputarkan sebuah lagu nostalgia maka akan mengembalikan
beberapa ingatan dan mampu menstimulasi klien dalam (Craig, J, 2014).
Indikator penilaian komunikasi dalam penelitian ini diterapkan karena
terapi musik merupakan salah satu terapi modalitas yang efektif diterapkan pada
lansia untuk mempertahankan kesehatan dan memperlambat proses kemunduran
dalam kemampuan berbicara dan meningkatkan kemampuan berbahasa baik dari
segi verbal maupun non verbal, pengambilan keputusan, oral motor, rangkaian
cerita, menjawab pertanyaan, dan struktur bahasa yang digunakan (Craig, J,
2014).
Pada hari kedua yaitu hari Selasa tanggal 27 Januari 2015 melakukan
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yaitu terapi musik (nostalgia) kelompok
dengan indikator motorik dan sosial. Indikator dari motorik antara lain
memberikan kesempatan pada klien untuk mampu menirukan gerakan-gerakan
yang sesuai dengan perintah instruktur (leader) dan memberikan kesempatan pada
klien untuk berpegang tangan dengan klien yang lainnya. Sedangkan indikator
17
untuk sosial antara lain memberikan kesempatan pada klien menyebutkan nama
teman dekat klien, memberikan kesempatan pada klien untuk menyebutkan hobi
teman dekat klien, memberikan kesempatan pada klien untuk menyebutkan asal
teman dekat klien dan yang terakhir adalah memberikan kesempatan pada klien
untuk menyebutkan kerja teman dekat klien. TAK ini dilakukan selama 45 menit
yang dimulai pada jam 09.15 sampai dengan 10.00 di ruang TV ruangan kenanga.
Indikator penilaian motorik dalam penelitian ini diterapkan karena dengan
adanya terapi musik, klien dapat melatih dan mempertahankan daya tahan tubuh
klien, meningkatkan pergerakan tubuh, kekuatan, dan fungsi pergerakan tangan,
dan melenturkan jari-jari tangan (Craig, J, 2014).
Indikator penilaian sosial juga diterapkan pada penelitian ini dikarenakan
dengan adanya terapi musik dapat meningkatkan ikatan antara klien satu dengan
klien lainnya sehingga mampu meningkatkan kerja sama antar klien. Dengan
adanya hubungan dan partisipasi antar klien dalam suatu aktivitas, banyak hal
yang dapat mengurangi perasaan terisolasi atau kesendirian klien. Penelitian ini
membuktikan bahwa dengan adanya ikatan atau interaksi antar klien maka akan
berdampak potisif bagi kesehatan klien. Dengan adanya terapi musik, maka antar
klien dapat bertukar pengalaman sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri
klen dan membantu klien dalam mengekspresikan diri dan kreativitas yang
dimilikinya (Craig, J, 2014).
Pada hari ketiga yaitu hari Rabu tanggal 28 Januari 2015 melakukan
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) pada tahap evaluasi yang merangkum
beberapa poin dari penilaian fungsi kognitif, komunikasi, sosial dan motorik.
Beberapa indikator penilaian pada tahap evaluasi yaitu memberikan kesempatan
pada klien untuk menceritakan isi lagu yang diputarkan, memberikan kesempatan
pada klien untuk menjawab salam dari leader, memberikan kesempatan pada klien
untuk menyebutkan nama klien yang ada disampingnya klien, memberikan
kesempatan pada klien untuk menyebutkan asal klien yang ada disamping klien,
memberikan kesempatan pada klien untuk menyebutkan hobi klien yang ada
disamping klien dan memberikan kesempatan pada klien untuk menirukan
gerakan yang di instruksikan oleh leader. TAK ini dilakukan selama 45 menit
18
yang dimulai pada jam 09.00 sampai dengan jam 09.45 di ruang TV ruangan
kenanga.
3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Penilaian Komunikasi dan Kognitif.
Karakteristik responden yang akan dianalisis pada subbab ini adalah
indikator komunikasi dan kognitif. Responden yang akan dianalisis yaitu lansia
yang mengalami demensia yang ada di ruang kenanga.
Tabel 3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Komunikasi dan Kognitif
No Nama Komunikasi Kognitif
1 Ny. M 3 -
2 Ny. S 7 4
3 Ny. R 7 -
4 Tn. S 7 2
5 Tn. Y 7 2
6 Tn. M 5 -
7 Tn. Sw 5 2
8 Tn. Z - -
9 Tn. P 5 2
Sumber: Data Primer, Januari 2015
Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa sebagian besar klien mampu
berkomunikasi dengan baik, sedangkan dalam segi kognitif sebagian dari klien
tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh mahasisiwa. Pada TAK
pertama ini yang mengambil indikator komunikasi dan kognitif terdapat 11
indikator yang sudah ditentukan oleh mahasisiwa, jika klien bisa memenuhi atau
menjawab setengah dari total indikator (6 pertanyaan) yang sudah ditentukan oleh
mahasiswa maka klien dapat mengikuti TAK sesi berikutnya (sesi kedua) yaitu
dengan indikator motorik dan sosial. Data diatas menunjukkan bahwa terdapat 7
klien yang dapat mengikuti TAK sesi ke dua yaitu Ny. S, Ny. R, Tn. S, Tn. Y, Tn.
Sw, dan Tn. P.
19
3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Penilaian Motorik dan Sosial
Karakteristik responden yang akan dianalisis pada subbab ini adalah
indikator motorik dan sosial. Responden yang akan dianalisis yaitu lansia yang
mengalami demensia yang ada di ruang kenanga.
Tabel 3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Motorik dan Sosial
No Nama Motorik Sosial
1 Ny. S 2 1
2 Ny. R 2 1
3 Tn. S 2 4
4 Tn. Y 2 4
5 Tn. Sw 2 1
6 Tn. P 1 -
Sumber: Data Primer, Januari 2015
Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa sebagian besar klien mampu
melakukan aktivitas motorik dengan baik, sedangkan dari segi sosial sebagian dari
klien tidak bisa memenuhi indikatornya. Pada TAK kali ini pada indikator
motorik dan sosial terdapat 6 indikator penilaian yang sudah ditentukan oleh
mahasisiwa, jika klien bisa memenuhi atau menjawab dari setengah indikator (3
pertanyaan) yang sudah ditentukan oleh mahasiswa maka klien dapat mengikuti
TAK sesi ke ketiga yaitu dengan indikator evaluasi. Data diatas menunjukkan
bahwa terdapat 5 klien yang dapat mengikuti TAK sesi ke tiga yaitu Ny. S, Ny. R,
Tn. S, Tn. Y, dan Tn. Sw.
20
3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Penilaian Evaluasi
Karakteristik responden yang akan dianalisis pada subbab ini adalah
indikator evaluasi yaitu mengevaluasi dari 4 indikator yang disebutkan diatas
yaitu komunikasi, kognitif, motorik dan sosial. Responden yang akan dianalisis
yaitu lansia yang mengalami demensia yang ada di ruang kenanga.
Tabel 3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Evaluasi
No Nama Evaluasi
1 Ny. S 4
2 Ny. R 3
3 Tn. S 6
4 Tn. Y 6
5 Tn. Sw 4
Sumber: Data Primer, Januari 2015
Hasil evaluasi TAK pada sesi diatas menunjukkan bahwa klien dapat
melakukan evaluasi dengan baik. Pada sesi evaluasi terdapat 6 indikator dan
sebagian semuanya sudah bisa menjawab setengah dari indikator yang sudah
ditentukan oleh mahasiswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi musik yang
sudah dilakukan pada lansia yang mengalami demensia di ruang kenanga berhasil
diterapkan pada lansia yang mengalami demensia.
3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Penilaian MMSE (Mini Mental State
Examination).
Pada evaluasi keseluruhan terapi musik yang sudah dilakukan selain
melakukan evaluasi dengan cara diatas maka juga dilakukan evaluasi dengan cara
MMSE (Mini Mental State Examination) yang mengukur nilai pre dan post
kegiatan terapi musik. Berikut ini tabel yang menunjukkan hasil pre dan post
terapi musik pada lansia yang mengalami demensia di ruang kenanga.
Waktu pelaksanaan pre test MMSE pada klien yaitu dimulai sejak
dilakukan pengkajian Senin, 19 Januari 2015 sampai dengan Jumat, 23 Januari
2015.
21
Tabel 3.4 Distribusi Responden Lansia dengan MMSE
No Nama Pre terapi musik Post terapi musik
1 Ny. M 7 9
2 Ny. S 18 20
3 Ny. R 15 17
4 Tn. S 17 20
5 Tn. Y 18 21
6 Tn. M 10 12
7 Tn. Sw 11 15
8 Tn. Z 7 10
9 Tn. P 10 12
Rata-rata 12.56 15.11
Sumber: Data Primer, Januari 2015
Hasil analisis distribusi responden di atas pada tes MMSE pre dan post
terapi musik menunjukkan terdapat kenaikan nilai pada hasil tes MMSE dari rata-
rata awal 12.56 berubah menjadi 15.11. sebagian besar hasil tes MMSE naik
sekitar 2 hingga 4 pointpada tiap individu setelah dilakukannya terapi musik pada
klien lansia yang mengalami demensia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi
musik yang sudah dilakukan berhasil mengurangi nilai demensia pada lansia di
ruang kenanga.
Terapi musik ini sangat efektif untuk mengembalikan daya ingat dan
menjalin hubungan sosialisasi dengan orang lain atau dengan teman-teman
seumurannya. Terapi musik ini bertujuan untuk meningkatkan kognitif atau daya
ingat klien terutama yang mengalami demensia. Dengan mengingat kenangan
musiknya maka klien dapat mengingat kembali kenangan masa lalunya. Pada
indikator komunikasi klien dapat berlatih memperkenalkan dirinya dengan orang
lain, baik dalam segi asal rumahnya hobi dan lain-lain. Sedangkan pada indikator
motorik terapi musik berfungsi untuk menggerakkan otot-otot lansia tersebut
dengan cara bersenam sehingga otot-otot lansia tidak kaku dan mudah untuk
digerakkan. Yang terakhir adalah sosialisasi yaitu melakukan perkenalan dengan 22
orang lainnya atau orang terdekatnya. Sehingga klien dapat menjalin hubungan
dengan orang lain.
23