BAB 3 Organisasi

29
A. PENGORGANISASIAN 1. Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah susunan komponen- komponen dalam satu organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan objektif, penugasan suatu kelompok manager dengan autoritas pengawasan setiap kelompok dan menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya, baik secara vertikal maupun horisontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai objektif organisasi (Swansburg, 2000). a. Struktur organisasi rumah sakit Rumah Sakit Universitas Tanjungpura berada dibawah naungan Rektorat Untan dan dipimpin oleh satu orang dokter sebagai Direktur Rumah Sakit Universitas Tanjungpura. Struktur Organisasi Rumah Sakit Universitas Tanjungpura digambarkan dalam bagan 1 berikut ini:

description

BBAB3

Transcript of BAB 3 Organisasi

A. PENGORGANISASIAN

1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam satu organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan objektif, penugasan suatu kelompok manager dengan autoritas pengawasan setiap kelompok dan menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya, baik secara vertikal maupun horisontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai objektif organisasi (Swansburg, 2000).

a. Struktur organisasi rumah sakitRumah Sakit Universitas Tanjungpura berada dibawah naungan Rektorat Untan dan dipimpin oleh satu orang dokter sebagai Direktur Rumah Sakit Universitas Tanjungpura. Struktur Organisasi Rumah Sakit Universitas Tanjungpura digambarkan dalam bagan 1 berikut ini:

Analisa: Tidak terdapat masalah dalam struktur organisasi rumah sakit universitas tanjungpura.b. Struktur organisasi keperawatan

Berdasarkan hasil observasi belum ada struktur yang baku dalam organisasi keperawatan di bidang keperawatan Rumah Sakit Universitas Tanjungpura.

Masalah : Belum ada nya struktur organisasi bidang keperawatan dirumah sakit membuat pekerjaan tidak terarah dan uraian posisi tugas dan kewajiban juga terarah dengan baik.

c. Struktur organisasi ruangan rawat inap

Penetapan jenis tenaga keperawatan dipengaruhi oleh metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada MPKP, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah metode modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian, dalam satu ruang rawat terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi kepala ruang rawat, Clinical Care Manager (CCM), perawat primer (PP), dan perawat asosiate (PA). Struktur ketenagaan pada ruang MPKP dapat dilihat pada bagan berikut.

Pengorganisasian menentukan mengenai tenaga yang akan melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang, tanggung jawab dan mekanisme pertanggungjawaban masing-masing kegiatan. Berdasarkan hal tersebut maka fungsi pengorganisasian dari kepala ruang adalah (Nursalam, 2002):

a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan

b) Merumuskan tujuan metode penugasan

c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas

d) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat

e) Mengatur dan mengendalikan logistik unit

f) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik

g) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat kepada ketua tim

h) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi klien

i) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya

j) Identifikasi masalah dan cara penanganan

Berdasarkan hasil observasi adanya struktur organisasi ruangan rawat inap yang terpasang didinding ruangan nurse station dan beserta nama perawat tersebut, tetapi nama tersebut tidak pernah diperbarui sejak pertama dibuat karena ada tambahan perawat yang bekerja diruang inap. Diruangan rawat inap di di pimpin oleh kepala ruangan dan dalam pengawasan bidang keperawatan. Struktur Organisasi ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Tanjungpura digambarkan dalam bagan 2 berikut ini:

Masalah : tidak terdapat masalah dalam organisasi ruangan rawat inap2. Uraian Tugas/Job deska) Kepala Ruang Rawat

Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat adalah perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan yang berpengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah perawat dengan kemampuan SKp/Ners yang berpengalaman. Kepala ruang rawat bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi.

Tugas dan tanggung jawab Kepala Ruang Rawat :

Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas).

Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.

Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah diruangan.

Membimbing siswa/mahasiswa (bekerja sama dengan pembimbing klinik) dalam pemberian asuhan keperawatan diruangan, dengan mengikuti sistem MPKP yang sudah ada.

Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.

Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran dan mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktik di ruangan (disepakati dengan CCM) dengan menggunakan format orientasi.

Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan klien/keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain kepala ruang rawat mengingatkan kembali klien/keluarga tentang perawat/tim yang bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan

Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal lima set setiap hari.

Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal implementasi MPKP termasuk sikap dan tingkah laku professional.

Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat didelegasikan kepada PA senior (wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap dibawah pengawasan kepala ruang rawat dan CCM.

Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan ruangan.

Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada di ruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat.

Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk membahas kebutuhan di ruangan.

Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan (bersama dengan CCM). Membuat peta risiko di ruang rawat

b) Clinical Care Manager (CCM)

Pada ruangan rawat dengan MPKP pemula, clinical care manager (CCM) adalah SKp/Ners dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah seorang ners special. Pada MPKP tingkat II, jumlah ners specials lebih dari satu orang tetapi disesuaikan dengan kekhususan (Majoring) kasus yang ada. CCM bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi dan sebaiknya CCM sudah mempelajari pengalaman sebagai PP minimal 6 bulan.

Tugas dan tanggung jawab CCM :

Membimbing PP pada implementasi MPKP, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Bersama dengan PP memvalidasi setiap diagnosis keperawatan yang sudah ditetapkan PP. CCM menganalisis data klien berdasarkan dokumentasi, bila perlu CCM melakukan pemeriksaan langsung kepada klien atau bertemu dengan keluarga klien.

Berdasarkan validasi, berikan masukan kepada PP, termasuk pemberian penguatan misalnya, pujian.

Bila pada dokumentasi klien belum ada renpra yang sudah dievaluasi PP, maka bersama sama PP menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai kondisi klien dengan menggunakan standar renpra yang telah disepakati.

Membahas dengan PP, tentang pembagian tugas bagi PA, apakah penetapan sudah sesuai dengan panduan atau belum.

Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan bimbingan yang diberikan PP kepada PA, apakah sudah baik atau belum.

Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.

Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.

Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.

Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan penelitian.

Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam memberi asuhan keperawatan.

Bekerja sama dengan kepala ruangan dalam hal : melakukan evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan, mengkoordinasi, mengarahkan dan mengevaluasi mahasiswa praktik, serta membahas dan mengevaluasi tentang implementasi MPKP.

Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberi masukan untuk perbaikan

Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi/penelitian tentang asuhan keperawatan.

Mengevaluasi implementasi MPKP dengan menggunakan instrumen evaluasi implementasi MPKP oleh CCM.

c) Perawat Primer (PP)

Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, perawat primer (PP) pemula adalah perawat lulusan DIII Keperawatan dengan pengalaman minimal 4 tahun dan pada MPKP tingkat I adalah perawat SKp/Ners dengan pengalaman minimal 1 tahun, PP dapat bertugas pada pagi, sore atau malam hari, namun sebaiknya, PP hanya bertugas pada pagi atau sore saja karena bila bertugas pada malam hari, PP akan libur beberapa hari sehingga sulit menilai perkembangan klien. Bila PP bertugas pada sore hari PP harus didampingi oleh minimal 1 orang PA dari timnya. Hal ini bertujuan agar pada sore hari PP mempunyai waktu untuk menilai perkembangan semua kliennya. Disamping itu, bila PP bertugas sore hari, ia akan menjadi penanggung jawab pada shift tersebut.

Tugas dan tanggung jawab PP :

Melakukan kontrak dengan klien/keluarga pada awal masuk ruangan, sehingga tercipta hubungan terapeutik. Hubungan ini dibina secara terus-menerus pada saat melakukan pengkajian/tindakan kepada klien/keluarga.

Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian yang sudah dilakukan oleh PP pada sore, malam atau hari libur.

Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar renpra sesuai dengan hasil pengkajian

Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA di bawah tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat.

Meneteapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien, setiap kali giliran jaga (shift). Pembagian klien berdasarkan jumlah klien, tingkat ketergantungan klien dan tempat tidur yang berdekatan. Bila pada satu tugas jaga (shift) PP didampingi oleh dua orang PA maka semua klien dibagi pada kedua PA sebagai penanggungjawabnya. PP akan membimbing dan membantu PA dalam memberikan asuhan keperawatan. Bila PP hanya didampingi oleh satu orang PA pada satu tugas jaga maka jumlah klien yang menjadi tanggung jawab PP adalah sebanyak 20% dan klien tersebut termasuk klien dengan tingkat ketergantungan minimal serta klien lainnya menjadi tanggung jawab PA. Penetapan ini dimaksudkan agar PP memiliki waktu untuk membimbing dan membantu PA dibawah tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan.

Melakukan bimbingan dan evaluasi dalam melakukan tindakan keperawatan apakah sudah sesuai dengan SOP.

Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA.

Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA.

Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA.

Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium.

Melakukan kegiatan serah terima klien dibawah tanggung jawabnya bersama dengan PA.

Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung jawabnya. Bila PP tidak ada, visite didampingi oleh PA sesuai timnya.

Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan klien setiap hari.

Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap 2 hari untuk membahas kondisi keperawatan klien (bergantung pada kondisi klien).

Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruang rawat atau CCM.

Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga.

Membuat perencanaan pulang.

Bekerja sama dengan CCM dalam mengindentifikasi isu yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta evidence based practice (EBP).

Membaca renpra yang telah ditetapkan PP.

Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga, sebagai lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP.

Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan format orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada ditempat.

Melakukan tindakan keperawatan pada kliennya berdasarkan renpra.

Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan mendokumentasikannya pada format yang tersedia.

Mengikuti visite dokter bila PP tidak ditempat.

Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan.

Membuat laporan pergantian dinas dan setelah sesai diparaf.

Mengomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yang perlu diselesaikan.

Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan dan tindakan.

Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga yang dilakukan oleh PP.

Melakukan inventaris fasilitas yang terkait dengan timnya.

Membantu tim lain yang membutuhkan.

Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.

d) Perawat Asosiet

Perawat asosiet (PA) pada MPKP pemula atau MPKP tingkat I, sebaiknya adalah perawat dengan kemampuan DIII keperawatan. Namun, pada beberapa kondisi bila belum semua tenaga mendapat pendidikan SPK tetapi mempunyai pengalaman yang sudah cukup lama di rumah sakit tersebut. Jadwal kegiatan PP dan PA pada dinas pagi , sore dan malam.

Berdasarkan hasil wawancara tanggal 15 juli 2015, menyatakan bahwa pada ruang rawat inap tidak terdapat uraian tugas secara spesifik kepada staff yang bertugas setiap shiftnya. Namun untuk setiap staff memiliki tanggung jawab kepada ruangan misalnya tanggung jawab alat-alat kesehatan, penanggung jawab obat, penanggung jawab BHP dll.

Masalah : tidak adanya uraian tugas spesifik dalam setiap shfitnya

3. Pengorganisasian perawatan pasien

1) Metode fungsional

Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien. Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan oleh perawat yang berbeda dan tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya fungsi menyuntik, membagi obat, perawatan luka. Metode ini merupakan manajemen klasik yang menekankan pada efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang lebih mudah. Semua prosedur ditentukan untuk dipakai sebagai standar. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya sedangkan asuhan keperawatan klien diserahkan kepada perawat yunior.

Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara fungsi tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang dilakukan. Cara kerja yang diawasi membosankan perawat karena berorientasi pada tugas dan sistem ini baik dan berguna untuk situasi dimana rumah sakit kekurangan tenaga perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak profesional dan tidak berdasar pada masalah klien.

Keuntungan dari metode ini adalah: Lebih sedikit membutuhkan perawat

Efisien

Tugas mudah dijelaskan dan diberikan

Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas

Kerugian dari metode ini adalah: Tidak efektif

Fragmentasi pelayanan

Membosankan

Komunikasi minimal

Tidak holistic

Tidak professional

Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat.

2) Metode tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok klien. Ketua tim bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk semua klien yang ada di bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim. Tujuan perawatan ini adalah memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah staff yang tersedia.

Keuntungan dari metode ini adalah: Memberikan kepuasan bagi perawat dan klien

Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara optimal

Komprehensif dan holistic

Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral

Kerugian dari metode ini adalah: Tidak efektif bila pengaturan tidak baik

Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi

Membingungkan bila komposisi tim sering diubah

Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non professional.

3) Metode primer

Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam suatu pelayanan dengan semua staff keperawatan yang profesional. Pada metode ini setiap perawat primer memberikan tanggung jawab penuh secara menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari pasien masuk sampai keluar dari rumah sakit, mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, mengimplementasikan dan mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Penanggung jawab dilaksanakan oleh perawat primer (primary nurse/PN). Setiap PN merawat 4-6 klien dan bertanggung jawab terhadap klien selama 24 jam dari klien masuk sampai dengan pulang. Terdapat kontinuitas asuhan keperawatan yang bersifat komperhensif dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam satu grup PN mempunyai beberapa AN dan perawatan dilanjutkan oleh AN.

Kelebihan dari model primer ini adalah :

model ini bersifat kontinu dan komperhensif dalam melakukan proses keperawatan kepada klien

perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.

Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.

Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap perawatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.

Kelemahan dari model ini adalah :

Model ini hanya dapat dilaksanakan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai dengan kriteria:

Asertif,

Mampu mengatur diri sendiri,

Kemampuan pengambilan keputusan yang tepat,

Penguasaan klinik,

Akuntabel dan mampu bekomunikasi dan berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

Diagram model keperawatan primer ada dalam gambar 3 berikut (Marquis and Huston, 1998)

4) Metode case management

Adalah strategi untuk mengkoordinasikan pelayanan, mempertahankan kualitas, cost containment sambil menfokuskan pada outcome pelayanan. Merupakan metode yang menggunakan pola terfokus dan kerjasama yang sangat ketat antara perawat dengan tim kesehatan lain dengan memanfaatkan care map yang telah disusun dan disepakati oleh semua anggota tim pelayanan dalam rumah sakit. Elemen dari nursing case management methode adalah nurse case manager (NCM) dan clinical path atau multidisciplinary action plan (MAP). Syarat NCM adalah perawat yang berpendidikan S1 atau nurse clinical spesialist atau master keperawatan dengan pengalaman klinis minimal 3 tahun.

Berdasarkan hasil wawancara tanggal 15 juni 2015 menyatakan bahwa salah satu perawat didapatkan informasi bahwa dalam melakukan pengorganisasi perawatan pasien di ruang rawat inap menggunakan metode tim dimana dibagi menjadi 2 tim. Dalam tiap timnya memiliki ketua tim dan angota tim dan tiap tim memiliki tanggung jawab pada pasiennya masing masing. Ketua tim bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk semua klien yang ada di bawah tanggung jawab timny begitu juga dengan anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim. Kendala dalam mengelola organisasi perawatan pasien adalah jumlah perawat yang minim, jadi jika pasien banyak dan tidak terkontorl tim 1 dapat membantu tim 2 begitu sebaliknya. Masalah : Minimnya jumlah perawat dan terkadang tidak sebanding dengan jumlah pasien menjadi kendala dalam menjalankan metode tim tersebut karena kurang efektif bila pengaturan pasien banyak.4. Klasifikasi pasien

I. Tingkat klasifikasi/kategori pasien

Klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan (Metode Douglas) (MPKP, 2006) :

a. Perawatan minimal

b. Perawatan parsial

c. Perawatan total

II. Uraian setiap kategori

a. Perawatan Minimal

1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.

2. Makan dan minum dilakukan sendiri.

3. Ambulasi dengan pengawasan.

4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.

5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil.

b. Perawatan Parsial

Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.

Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.

Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.

Foley catheter, intake output dicatat.

Klien terpasang infuse, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur.

c. Perawatan Total

Semua kebutuhan klien dibantu.

Pergantian posisi dan observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.

Makan melalui NGT, terapi intravena.

Pemakaian suction. Gelisah/disorientasi.

Berdasarkan hasil wawancara tanggal 15 juni 2015 : 1) Tingkat klasifikasi/ kategori pasien

Pada ruang rawat inap tidak terdapat format secara tertulis mengenai tingkat ketergantungan pasien namun secara umum pasien di ruang rawat inap rata-rata termasuk pasien dengan kategori partial care

2) Uraian setiap kategori

Berdasarkan hasil wawancara perawat bahwa didalam rumah sakit belum terdapat pasien dengan perawaan total. Dalam rumah sakit dalam ruangan ranap hanya terdapat pasien dengan perawatan minimal dan parsial, ini dikarenakan terbatasnya dokter spesialis.Masalah : Tidak terdapat masalah dalam klasifikasi pasien dirumah sakit

5. Pendokumentasian proses keperawatan Format Pengkajian

Format Diagnosa Keperawatan

Format perencanaan

Format implementasi tindakan

Format evaluasi

Format kejadian khusus, format laporan khusus

Berdasarkan hasil pengamatan

Proses keperawatan yang dilakukan diruangan rawat inap menggunakan format Pengkajian, format Diagnosa Keperawatan, format perencanaan, format implementasi tindakan, format evaluasi, format kejadian khusus, format laporan khusus dan menggunakan NANDA NIC NOC 2015.

Berdasarkan hasil wawancara :

Dalam ruangan rawat inap menggunakan NANDA NIC NOC 2015 dan menggunakan format proses keperawatan lengkap.

Masalah :

6. System perhitungan tenaga keperawatanAda beberapa cara dalam menetapkan jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat atau rumah sakit. Menurut MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan. Menurut Douglas (1992), jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di rumah sakit pada pagi, sore dan malam berdasarkan klasifikasi klien dapat dilihat pada table berikut.

Table 1. Jumlah tenaga tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat.

Jumlah pasienKlasifikasi klien

MinimalParsialTotal

PagiSiangMalamPagiSiangMalamPagiSiangMalam

10,170,140,070,270,150,100,360,300,20

20,340,280,140,540,300,200,720,600,40

30,510,420,210,810,450,301,080,900,60

dst

Contoh:

Suatu ruang rawat dengan 22 klien (3 klien klasifikasi minimal, 14 klien klasifikasi parsial, dan 5 klien klasifikasi total) maka jumlah perawat yang dibutuhkan untuk jaga pagi ialah:

3 x 0,17 = 0,51

14 x 0,27 = 3,78

5 x 0,36 = 1,80

Jumlah = 6,09 ( 6 orang

Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat didahului dengan menghitung jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu tertentu, minimal selama 7 hari secara berturut-turut.

Cara lain untuk menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan jika dihitung jumlah klien selama 22 hari (+4 minggu) di ruang rawat tersebut. Penetapan waktu tersebut diharapkan sudah dapat mencerminkan variasi perubahan jumlah klien di ruang rawat. Setelah itu, dihitung jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore, dan malam.

Berdasarkan observasi jumlah klien selama 22 hari, maka:

Jumlah kebutuhan perawat setiap hari:

= 7,11 + 5,28 + 3,35

= 15,74 ( 16 orang

Libur/cuti 5 orang

= 16 + 5

= 21 orang + 1 orang kepala ruang rawat + 3 orang PP

= 25 orang

Dengan demikian di ruang rawat inap dibutuhkan 25 orang perawat. Jumlah PP/tim di suatu ruang ditetapkan dengan pertimbangan bahwa seorang PP bertanggungjawab pada 9-10 klien, dengan viariasi klasifikasi klien. Jumlah ini ditetapkan berdasarkan evaluasi tentang kemampuan seorang PP untuk mengkaji kembali semua klien setiap hari, dalam rangka memodifikasi renpra dan membimbing PA di bawah tanggungjawabnya untuk melaksanakan tindakan keperawatan sesuai renpra. Untuk suatu ruang dengan jumlah klien rata-rata 26-30 klien, maka dibutuhkan 3 orang PP (3 tim).

Pelaksanaan kerja dalam tim membutuhkan pengaturan kerja antara PP dan PA. Pada umumnya PP bekerja dinas pagi, namun kadang-kadang bekerja pada dinas sore atau malam. Namun, mengingat pentingnya PP mengadakan konferensi atau pertemuan dengan anggota tim kesehatan lainnya terutama dokter (di rumah sakit pendidikan) dan cara kerja ini relative masih baru, maka pada saat itu PP banyak yang bertugas dinas pagi. Untuk di rumah sakit swasta, waktu kerja PP disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit.

Berdasarkan hasil wawancara tanggal 15 juni 2015

Pada ruang rawat inap dengan rata-rata tingkat ketergantungan parsial, diperkirakan 1 perawat dapat menangani 4 pasien. Tidak menggunakan rumus kebutuhan tenaga perawat.

Masalah :

7. Jadwal dinas/shiftBerdasarkan hasil wawancara tanggal 15 juni 2015

Penanggung jawab penugasan

Penangung jawab penugasan dilakukan oleh kepala ruangan yang mengatur pembagian tim 1 dan tim 2 serta tanggung jawab mengenai sarana dan prasarana yang terdapat di ruangan

Mempertimbangkan distribusi tenaga berdasarkan pengalaman dan latar belakang pendidikan

Distribusi tenaga keperawatan berdasarkan pengalaman kerja dan kemampuan bertanggung jawab tidak berdasarkan latar belakang pendidikan staff

Alur dan standar timbang terima

Alur dan standar timbang terima belum dibuat secara tertulis, namun dilakukan secara rutin setiap shiftnya dari perawat yang telah seelesai bertugas kepada perawat yang akan bertugas pada shift berikutnya. Timbang terima dilakukan dengan menyebutkan nama, bed, diagnosa dan keluhan yang klien rasakan serta tindakan apa yang sudah dilakukan. Kemudian dilanjutkan dengan visit ke ruangan masing-masing pasien untuk melihat secara langsung keadaan dan keluhan pasien. Namun pada aplikasinya penerapan salam terapeutik kepada klien masih terbilang minim karena belum memperkenalkan nama dan jam bertugas kepada klien.

Masalah :

8. Standar continuity of careBerdasarkan hasil pengamatan

Sudah adanya standar penerimaan pasien baru di ruang rawat inap.

dischard planning untuk klien ada dalam bentuk form dan disusun dalam rekam medis

hak dan kewajiban pasien-keluarga pasien tidak ada secara tertulis. Akan tetapi ada tata tertib secara tertulis yang ditempel di tiap-tiap pintu ruangan pasien dan standing banner untuk inform consent yang ada di rawat inap terdapat 4 jenis (penolakan tindakan, persetujuan tindakan medis anastesi, surat pulang atas permintaan sendiri dan persetujuan tindakan medis operatif) akan tetapi dalam menulis isian inform consent masih ada yang tidak diisi secara lengkap seperti bukti diri KTP/SIM, no rekam medis, tanda tangan saksi, nama tidak jelas dan tindakan medisnya

Masalah : tidak ada masalah dalam standar continuity of care

9. Standar pasien safety and professional safetyMenurut KKP-RS (2008), Patient safety adalah pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnyaterjadi atau bebas dari cedera yang potensial akan terjadi (penyakit,cederafisik/sosial psikologis, cacat, kematian ) terkait dengan pelayanan kesehatan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011: Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dantindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Berdasarkan hasil pengamatan

Perawat di ruang rawat inap telah melakukan pengkajian

Bentuk komunikasi perawat dengan pasien di ruang rawat inap masih kurang baik seperti melakukan tindakan tanpa ada komunikasi dengan klien dan keluarga klien.

Pelaporan kasus diruang rawat inap, perawat melaporkan kasus pasien pada saat aplusan dimana ketua tim melaporkan kasus di nurse station kemudian berkeliling di tiap-tiap ruang rawat inap.

Pengisian buku laporan pasien, perawat mengisi buku laporan terdapat nama, jenis kelamin, no rekam medis, dx medis, kelas/kamar dan laporan. Laporannya berisi minimal ada keadaan umum, keluhan TTV, terapi klien dan kunjungan dokter Di ruang perawat tidak ada tempat cuci tangan khusus kecuali di WC Di ruang perawat sudah ada tempat sampah non medis, infeksius dan safety box.

Safety box tidak digunakan sebagaimana mestinya, dimana masih ada terdapat benda lain selain jarum suntuk seperti spuit dan plastiknya.

Tempat sampah infeksius tidak digunakan sebagaimana mestinya, karena belum terpisahnya sampah antara golongan sampah infeksius dan non infeksius contohnya ada botol air mineral di tempat sampah infeksius.

Belum terdapatnya standar operasional prosedur beberapa tindakan keperawatan secara tertulis di ruangan rawat inap. Tempat instrument alat terlihat tidak rapid an tidak tersusun secara efisien sehingga agak sulit mencari alat yang dibutuhkan dan juga golongan alat stril, non steril dan alat untuk pasien infeksi diletakkan tidak tepat Masalah :

10. Ketenagaan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan menyatakan bahwa terkait masalah ketenagaan, wewenang tersebut berasal keputusan rektoran untan. Maka dari itu, jika ada tenaga baru/staff baru kepala ruangan termasuk perawat ruangan yang melakukan orientasikan ruangan atau alat diruangan rawat. Sejauh ini kepala ruangan belum ada merencanakan untuk melakukan program pengembangan staff.

Masalah :

KEPALA RUANGAN

PENGAWAS KEPERAWATAN

PERAWAT PELAKSANA

KATIM

DINAS PAGI

ANGGOTA

PERAWAT PELAKSANA

KATIM

PERAWAT PELAKSANA

KATIM

DINAS SORE

ANGGOTA

DINAS MALAM

ANGGOTA

Bid Keuangan

BAGAN STUKTUR PENGELOLA RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA TATANJUNGPURA

Komite Etik dan Hukum

Ka.BAUK

SMF

Komite Keperawatan

Komite PPI

Komite Medik

Bid Penunjang dan Perlengkapan

Bidang Keperawatan

Bidang Medik

Bid Kepegawaian

Bid Pelatihan dan Pengembangan

Bid Penjamin mutu, Akreditasi dan Perubahan Kultur

KEPALA TU

SPI

Direktur

Rektor

Ditetapkan di: Pontianak

Rektor Universitas Tanjungpura

Prof. DR. H. Thamrin Usman, DEA

NIP. 1962 11 10 1988 11 1001