bab 3 new
-
Upload
aidarnawansari -
Category
Documents
-
view
220 -
download
1
description
Transcript of bab 3 new
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SENDI
a. Anatomi Sendi
Gambar 1. Struktur anatomi tarsals, metatarsals, phalanges (6)
Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan
tulang–tulang tersebut dapat bergerak satu sama lain, maupun tidak bergerak satu
sama lain. Secara anatomik, sendi dibagi menjadi 3 yaitu : (3)
1. Sinartrosis
Sinartrosis adalah sendi yang tidak memungkinkan tulang – tulang yang
berhubungan dapat bergerak satu sama lain. Diantara tulang yang bersambungan
13
tersebut terdapat jaringan yang dapat berupa jaringan ikat (sindesmosis) seperti
pada tulang tengkorak dan antara radius dan ulna, jaringan tulang rawan
(sinkondrosis) seperti antara kedua os. pubik pada orang dewasa, dan jaringan
tulang (sinostosis) seperti persambungan antara os.ilium, os ischium dan pubikum.
(3)
2. Diartrosis
Gambar 2. Struktur Sendi (7)
Diartrosis adalah sambungan antara 2 tulang atau lebih yang
memungkinkan tulang – tulang tersebut bergerak satu sama lain. Diantara tulang –
tulang yang bersendi tersebut terdapat rongga yang disebut kavum artikulare.
Diartrosis disebut juga sendi synovial. Sendi ini tersusun atas bonggol sendi
(kapsul artikulare), bursa sendi dan ikat sendi (ligamentum). Berdasarkan
14
bentuknya diartrosis dibagi dalam beberapa sendi, yaitu sendi engsel (interfalang,
humeruoulnaris, talokruralis), sendi kisar (radioulnaris), sendi telur (radiokarpea),
sendi pelana (karpometakarpal I), sendi peluru (glenohumeral), sendi buah pala
(coxae). Pada sendi synovial ini tulang – tulang yang saling berhubungan dilapisi
rawan sendi. Rawan sendi merupakan jaringan avaskular dan juga tidak memiliki
jaringan saraf, berfungsi sebagai bantalan terhadap beban yang jatuh ke dalam
sendi. Membran synovial merupakan jaringan avaskular yang melapisi permukaan
rawan sendi. Membran ini licin dan tidak lunak, berlipat – lipat sehingga dapat
menyesuaikan diri pada setiap gerakan sendi atau perubahan tekanan intra-
artikuler.(3)
3. Amfiartrosis
Amfiartrosis merupakan sendi yang memungkinkan tulang – tulang yang
saling berhubungan dapat bergerak secara terbatas, misalnya sendi sakroiliaka dan
sendi - sendi antara korpus vertebra.(3)
3.2 DEFINISI
Artritis pirai (gout) merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai
akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi
asam urat didalam cairan ekstraseluler. Masalah akan timbul jika terbentuk kristal
– kristal monosodium urat monohidrat pada sendi – sendi dan jaringan sekitarnya.
Kristal – kristal berbentuk seperti jarum ini mengakibatkan reaksi peradangan
yang jika berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat yang sering menyertai serangan
gout.(1,3)
15
3.3 EPIDEMOLOGI
Gout merupakan penyakit dominan pada pria dewasa, sebagaimana yang
disampaikan oleh Hippocrates bahwa gout jarang pada pria sebelum masa remaja
(adolescens) sedangkan pada perempuan jarang sebelum menopause. Gout jarang
ditemukan pada perempuan. Sekitar 95% kasus adalah laki – laki. Gout dapat
ditemukan di seluruh dunia, pada semua ras manusia. Ada prevalensi familial
dalam penyakit gout yang mengesankan suatu dasar genetik dari penyakit ini.
Namun, ada sejumlah faktor yang agak mempengaruhi timbulnya penyakit ini.
(1,2,3,4,5)
Pada tahun 1986 dilaporkan prevalensi gout di Amerika Serikat adalah
13.6/1000 pria dan 6.4/1000 perempuan. Prevalensi gout meningkat dengan
meningkatnya taraf hidup. Di Indonesia belum banyak publikasi epidemologi
tentang arthritis pirai (AP). Pada tahun 1935 seorang dokter kebangsaan Belanda
bernama Van der Horst telah melaporkan 15 pasien arthritis pirai dengan
kecacatan (lumpuhkan anggota gerak) dari suatu daerah di Jawa Tengah.(3)
3.4 ETIOLOGI
Penyebab hiperurisemia dan gout dapat dibedakan dengan hiperurisemia
primer, sekunder. Hiperurisemia dan gout primer adalah hiperurisemia dan gout
tanpa disebabkan penyakit atau penyebab lain. Hiperurisemia primer terdiri dari
kelainan molekuler yang masih belum jelas dan hiperurisemia karena adanya
kelainan enzim spesifik. Hiperurisemia kelainan molekular yang belum jelas
terbanyak didapatkan yaitu 99% terdiri dari hiperurisemia karena underexcretion
16
(80 – 90%) dan overproduction (10-20%). Underexcretion kemungkinan
disebabkan karena faktor genetik dan menyebabkan gangguan pengeluaran AU
dan menyebabkan gangguan pengeluaran AU sehingga menyebabkan
hiperurisemia. Hiperurisemia primer karena kelainan enzim spesifik diperkirakan
hanya 1%, yaitu karena peningkatan aktivitas dari enzim phoribosylpyro-
hosphatase (PRPP) synthetas. (1,2,5)
Hiperurisemia dan gout sekunder adalah hiperurisemia atau gout yang
disebabkan oleh penyakit lain atau penyebab lain,1,2 seperti penyakit glycogen
storage disease tipe I, menyebabkan hiperurisemia yang bersifat automal resesif,
glycogen storage disease tipe III, V, VI akan terjadi hiperurisemia miogenik.
Hiperurisemia sekunder tipe overproduction disebabkan penyakit akut yang berat
seperti pada infark miokard, status epileptikus.(2,3,5)
3.5 PATOFISIOLOGI
Onset serangan gout akut berhubungan dengan perubahan kadar asam urat
serum, meninggi atau menurun. Pada keadaan asam urat stabil jarang mendapat
serangan.(2,5)
Perkembangan dari serangan akut gout umumnya mengikuti serangkaian
peristiwa. Mula – mula terjadi hipersaturasi dari urat plasma dan cairan tubuh.
Selanjutnya diikuti oleh penimbunan di dalam dan sekeliling sendi – sendi.
Serangan gout seringkali terjadi sesudah trauma local atau ruptura tofi (timbunan
asam urat), yang mengakibatkan peningkatan cepat konsentrasi asam urat lokal.
Tubuh mungkin tidak dapat mengatasi peningkatan ini dengan baik, sehingga
terjadi pengendapan asam urat di luar serum. Kristalisasi dan penimbunan asam
17
urat akan memicu serangan gout. Krital – kristal asam urat memicu respon
fagositik oleh leukosit, sehingga leukosit memakan Kristal – Kristal asam urat dan
memicu mekanisme respon peradangan lainnya. Respon peradangan ini
diperngaruhi oleh lokasi dan banyaknya timbunan aam Kristal asam urat. Reaksi
peradangan dapat meluas dan bertambah sendiri, akibat dari penambahan timbuan
Krista serum. (2,5)
`
Gambar 3. Patofisiologi Artritis Gout (5)
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monodium urat
dari depositnya dalam tofi (crystals shedding). (3) Terdapat peranan temperature,
PH dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout akut. Menurunnya kelarutan
sodium urat pada temperature lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki dan
tangan, dapat menjelaskan mengapa krital MSU diendapkan pada kedua tempat
18
tersebut. Predileksi umum untuk pengendapan kristal MSU metatarsofalangeal-1
(MTP-1). Berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang – ulang pada
daerah tersebut.(3)
3.6 DIAGNOSIS
1. Gambaran klinik
a. Stadium hiperurisemia asimtomatik
Nilai normal asam urat serum pada laki-laki adalah 5,1 kurang kebih 1,0
mg/dl, dan pada perempuan adalah 4,0 kurang 1,0 mg/dl. Nilai-nilai ini meningkat
sampai sampai 9-10 mg/dl pada seseorang dengan gout. Dalam tahap ini pasien
tidak menunjukkan gejala-gejala selain dari peningkatan asam urat serum. Pada
umumnya hiperurisemia secara tidak sengaja ditemukan pada sat melakukan
medical cek-up. Hanya 20% dari pasien hiperurisemia asimtomatik yang berlajut
menjadi serangan gout akut.(1,3,4) Keadaan hiperurisemia juga dapat berlangsung
seumur hidup tanpa menimbulkan gejala.(3)
b. Stadium artritis Gout Akut
19
Gambar 4. Stadium artritis gout akut (8)
Pada tahap ini terjadinya awitan mendadak pembengkakan dan nyeri yang
luar biasa, biasanya pada ibu jari kaki dan sendi metatarsofalangeal. Arthritis
bersifat monoartikular dan menunjukkan tanda – tanda peradangan lokal.
Mungkin terdapat demam dan peningkatan jumlah leukosit. Serangan dapat dipicu
oleh pembedahan, trauma, obat-obatan, alcohol, atau stress emosional. Tahap ini
biasanya mendorong pasien untuk mencari pengobatan segera. Sendi-sendi lain
dapat terserang, termasuk sendi jari-jari tangan dan lutut, mata kaki, pergelangan
tangan, dan siku.
Serangan gout akut biasanya pulih tanpa pengobatan, tetapi dapat
memakan waktu 10 sampai 14 hari. Perkembangan dari serangan gout akut
umumnya mengikuti serangkaian peristiwa sebagai berikut. Mula-mula terjadi
hipersaturasi dari urat plasma dan cairan tubuh. Selanjutnya diikuti oleh
penimbunan didalam sekeliling sendi-sendi. Mekanisme terjadinya kristalisasi
urat setelah keluar dari serum masih belum jelas dimengerti. Serangan gout
20
seringkali terjadi sebuah trauma local atau rupture toffi (timbunan natrium urat),
yang mengakibatkan peningkatan cepat konsentrasi asam urat local. Tubuh
mungkin tidak dapat mengatasi peningkatan ini dengan baik, sehingga terjadi
pengendapan asam urat diluar serum. Kristalisasi dan penimbunan asam urat akan
memicu serangan gout. Kristal – kristal asam urat memicu respon fagositik oleh
leukosit, sehingga leukosit memakan Kristal – kristal urat dan memicu mekanisme
respon peradangan lainnya. Respon peradangan ini dapat dipengaruhi oleh lokasi
dan banyaknya timbunan Kristal asam urat. Reaksi peradangan dapat meluas dan
bertambah sendiri, akibat dari penambahan timbunan Kristal serum. (3,5)
Tofi akan tampak seperti benjolan kecil (nodul) dan berwarna pucat. Tofi
baru ditemukan pada kadar asam urat 10 – 11mg/l. pada kadar >11mg/dl
pembentukan tofi menjadi sangat progresif atau cepat sekali. Tofi juga bisa
menjadi koreng atau ulcerasi atau perlukaan dan mengeluarkan cairan kental
seperti kapur yang mengandung Kristal MSU. (3,5)
c. Stadium interkritik
Tidak terdapat gejala-gejala pada masa ini, yang dapat belangsung dari
beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout
berulang dalam waktu kurang dari satu tahun jika diobati.(3,5)
d. Stadium gout kronik
Timbunan asam urat yang bertambah dalam beberapa tahun jika
pengobatan tidak dimulai. Peradangan kronik akibat Kristal-kristal asam urat
mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi yang
bengkak. Serangan akut atritis gout dapat terjadi dalam tahap ini tofi terbentuk
21
pada masa kronik akibat insolubilitas relative asam urat. Awitan dan ukuran tofi
secara proporsional mungkin berkaitan dengan kadar asam urat serum. Bursa
olekranon tendo Achilles permukaan extensor lengan bawah bursa infrapatellar
dan heliks telinga adalah tempat-tempat yag sering dihinggapi tofi.secara klinis ini
mungkin sulit dibedakan dengan nodul reumatik. Pada masa kini tofi jarang
terlihat dan akan menghilang dengan terapi yang tepat.(3,5)
Gout dapat merusak ginjal, sehingga ekskresi asam urat bertambah buruk.
Kristal-kristal asam urat dapat terbentuk interstitum medulla papilla dan pyramid,
sehingga ginjal asam urat juga dapat terbentuk sebagai akibat sekunder dari gout.
Batu biasanya berukuran kecil bulat dan tidak terlihat pada pemerikasaan
radiografi.(5)
2. Permeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Asam Urat darah (1,3,4)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penderita gout
didapatakan kadar asam urat yang tinggi dalam darah. Hiperurisemia jika kadar
asam urat darah diatas 7 mg/dl. Kadar asam urat normal dalam serum pria diatas
7mg% dan 6 mg% pada perempuan. Kadar asam urat dalam urin juga tinggi 500
mg%/l per 24 jam. Sampai saat ini, pemeriksaan kadar asam urat terbaik
dilakukan dengan cara enzimatik
b. Pemeriksaan kadar ureum darah dan kreatinin
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penderita gout
didapatakan kadar urea darah normal 5 – 20 mg/dl. Kadar kreatinin darah normal
pria 0,6 - 1,3 mg/dl dan 0,5 - 1 mg/dl pada perempuan
22
c. Aspirasi cairan sendi
Merupakan gold standar untuk diagnose gout. Jarum diinsersikan ke dalam
sendi untuk mengambil sampel/jaringan. Pemeriksaan untuk menemukan adanya
Kristal MSU.
3. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto Konvensional (X-ray)
Gambar 5. Artritis gout tampak sclerosis dan penyempitan ruang terlihat di sendi metatarsophalangeal pertama, serta pada sendi
interphalangeal keempat.(9)
Gambar 6. Artritis gout
nampak erosi gout (panah)
terlihat sepanjang margin
23
medial caput
metatarsophalangeal pertama
pada pasien dengan gout.(10)
b. Pemeriksaan dengan USG
Gambar 7. USG metatarsophalangeal pertama nampak avascular kistik
(edema) dengan serpihan di dalam.(11)
c. Pemeriksaan dengan CT-Scan
24
Gambar 8. nampak deposit asam urat di kedua sendi metatarsophalangeal
pertama kaki kiri dan kanan, serta pengendapan urat di beberapa sendi pada kaki
dan sendi pergelangan kaki. (12)
Gambar 9. CT-Scan 3D volume-rendered dari kaki kanan pasien dengan gout kronis,
menunjukkan deposit tofi yang luas (divisualisasikan dengan warna merah) – terutama
pada sendi phalangeal pertama metatarsal, midfoot dan tendon achilles. (a) tampak dari
dorsal (b) tampak dari lateral. (13)
d. Pemeriksaan dengan MRI25
Gambar 10. A. Potongan axial – formasi dengan hyposignal – tophus (panah) -
pada metatarsalphalangeal pertama dengan erosi tulang (bintang). B. potongan
axial T2 – Nampak lesi dengan hypersignal (panah) dan erosi tulang (bintang) C.
potongan sagital – Nampak lesi (panah) (14,15)
3.7 DIANOSIS BANDING
1. Reumatoid artritis
Artritis reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai
sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan
ikat difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui penyebabnya.
Sebagian besar pasien menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang timbul,
yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan
deformitas sendi yang progresif yang menyebabkan disabilitas bahkan kematian
dini. (1,3,6)
26
Gambar 11. Artritis reumatoid nampak erosif yang mengenai tulang karpal
dan sendi metakarpofalangs.(16)
Tanda pada foto polos awal dari artritis reumatoid adalah peradangan
periartikular jaringan lunak bentuk fusiformis yang disebabkan oleh efusi sendi
dan inflamasi hiperplastik sinovial. Nodul reumatoid merupakan massa jaringan
lunak yang biasanya tampak diatas permukaan ekstensor pada aspek ulnar
pergelangan tangan atau pada olekranon, namun adakalanya terlihat diatas
prominensia tubuh, tendon, atau titik tekanan. Karakteristik nodul ini berkembang
sekitar 20% pada penderita artritis reumatoid dan tidak terjadi pada penyakit lain,
sehingga membantu dalam menegakkan diagnosis.(6)
2. Pseudogout27
Pseudogout merupakan sinovitis mikrokristalin yang dipicu oleh
penimbunan Kristal calcium pyrophosphate dehidrogenase crystal (CPPD), dan
dihubungkan dengan kalsifikasi hialin serta fibrokartilago. Ditandai dengan
gambaran radiologis berupa kalsifikasi rawan sendi dimana sendi lutut dan sendi –
sendi besar lainnya merupakan predileksi untuk terkena radang.
Gambar 9. Pseudogout nampak gambaran klasik kondrokalsinosis, sclerosis
subchondral, dan kista subkondral (panah merah). Pada tangan,
kondrokalsinosis yang paling sering ditemukan dalam fibrocartilage segitiga
(panah kuning) dan antara os skafoid dan bulan sabit (panah putih). Os
skafoid-lunate kalsifikasi dapat menyebabkan kelemahan sendi dan gangguan
ligamen scapholunate dengan pelebaran interval scapholunate (panah biru).(17)
Pseudogout memberikan serangan akut, subakut, episodik, dan dapat
menyerupai penyakit gout, di mana inflamasi sinovium merupakan gejala yang
khas. (3)
28
Pseudogout saat serangan akut didapatkan adanya pembengkakan yang
sangat nyeri, kekakuan dan panas lokal sekitar sendi yang sakit dan disertai
eritema. Gambaran tersebut sangat menyerupai gout.(3)
Pada pemeriksaan darah tidak ada yang spesifik, LED meningkat selama
fase akut, sekitar 20% pasien dengan timbnnan kristal CPPD ditemukan
hiperurisemia dan 5% disertai Kristal MSU. (3)
3.8 PENATALAKSANAAN
Secara umum penanganan arthritis gout adalah memberikan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan gout dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Dikenal pula terapi gout akut dan terapi maintenance
(pencegahan gout).
Terapi gout akut bisa dilakukan dengan menekan reaksi inflamasi dan
nyeri serta menghambat migrasi leukosit ke sendi. Reaksi inflamasi ditekan
dengan NSAID (ibuprofen, naproxen), sedangkan migrasi leukosit ke sendi
dihambat oleh kolkisin (colchicine). Jadi, anggapan bahwa serangan gout harus
diterapi dengan menggunakan allopurinol adalah tidak tepat.
Colchicine adalah suatu zat anti-inflamasi yang bekerja dengan
menghambat pergerakan dan fungsi limfosit. Colchicine adalah obat produk hasil
ekstraksi alkaloid crocus yang diberikan dengan cara diminum. Obat ini masih
menjadi pilihan utama dalam mengatasi serangan gout akut. Untuk mengatasi
serangan gout akut, obat ini diberikan pada saat serangan, diikuti dengan beberapa
kali pemberian setiap jam sampai nyeri reda atau timbul efek samping
29
diare/muntah. Biasanya nyeri reda sejak jam ke-12 dan menghilang dalam waktu
1-3 hari.
Sedangkan untuk mencegah serangan gout, ekskresi asam urat harus
ditingkatkan, atau produksinya dikurangi. Oleh karena itu, teoritis dapat
digunakan obat golongan xanthine-oxidase inhibitor; meningkatkan ekskresi asam
urat (urikosurik), atau menghancurkan deposit asam urat (urikolitik).
Allopurinol termasuk golongan xanthine-oxidase inhibitor; yang
menghambat proses pembentukan asam urat berlebihan oleh tubuh. Obat ini
adalah obat utama yang digunakan untuk menghambat produksi asam urat.
Perhatikan: Gout akut tidak dapat diatasi dengan pemberian allopurinol. Efek
samping utamanya adalah timbulnya ruam kulit. Dosis perlu disesuaikan jika ada
penurunan fungsi ginjal. Meskipun demikian, obat ini masih menjadi pilihan
utama bagi penderita gout yang membutuhkan terapi kronis namun mengalami
penurunan fungsi ginjal karena mereka adalah faktor kontraindikasi untuk zat-zat
urikosurik.
Febuxostat adalah xanthine-oxidase inhibitor lainnya yang juga
menghambat pembentukan asam urat. Keunggulan obat ini adalah tidak perlu
disesuaikan dosisnya pada penderita gangguan fungsi ginjal. Berbeda dengan
allopurinol yang dimetabolisme di ginjal, febuxostat dimetabolisme di hati. Hal
ini sesuai dengan efek samping utamanya yaitu mual, diare, peningkatan nilai
enzim hati, dan efek samping jantung/pembuluh darah. Obat ini masih
kontroversial penggunaannya pada kasus hiperurisemia yang tidak
memperlihatkan gejala. Becker dkk dalam studi mereka yang dipublikasikan di
30
New England Journal of Medicine (2005), menunjukkan bahwa pemberian
febuxostat dan allopurinol selama satu tahun memberi hasil yaitu febuxostat 80
mg dan 120 mg lebih efektif daripada allopurinol 300 mg dalam menurunkan
kadar asam urat hingga di bawah 6 mg/dL.
Probenecid memiliki efek peningkat ekskresi asam urat (urikosurik). Zat
ini bekerja dengan menekan reabsorbsi asam urat dari ginjal sehingga ekskresi
asam urat melalui ginjal akan meningkat. Keterbatasan zat ini relatif cukup
banyak. Pertama-tama karena interaksinya. Probenecid berinteraksi dengan
berbagai jenis antibiotika (terutama golongan penicillin dan sefalosporin) dan
dengan salisilat. Di samping itu, probenecid memiliki struktur sulfonamid,
sehingga tidak dapat diberikan pada penderita yang alergi sulfa. Obat ini
sebaiknya tidak diberikan kepada penderita gangguan ginjal. Sampai saat ini,
probenecid masih dipilih sebagai obat maintenance gout pada penderita yang dari
hasil pemeriksaan urin memang menunjukkan kadar asam urat yang rendah.
Dua jenis urikolitik yaitu pegloticase dan rasburicase. Kedua urikolitik ini
bekerja dengan mencerna asam urat menjadi alantoin sehingga tidak dikeluarkan
dari tubuh dalam bentuk asam urat lagi. Hal ini akan mencegah terjadinya
pengendapan; oleh karena alantoin jauh lebih larut dalam air daripada asam urat.
Pegloticase lebih ditujukan untuk gout kronis yang tidak mempan diterapi
dengan obat-obatan penurun asam urat lainnya, termasuk dengan allopurinol.
Penelitian dari Sundy dkk (Journal of American Medical Association 2011)
membuktikan bahwa pegloticase injeksi intravena 8 mg setiap 2 minggu sekali
31
selama 12 minggu mampu menurunkan kadar asam urat pada penderita
hiperurisemia yang tidak berespons lagi dengan allopurinol.
Rasburicase tidak banyak digunakan untuk hiperurisemia; melainkan
untuk kasus-kasus kanker. Pada kanker, terjadi peningkatan asam urat yang
disebabkan oleh penghancuran masif sel-sel kanker oleh obat-obatan kemoterapi
atau teknik radioterapi (tumor lysis syndrome). US FDA telah menyetujui
penggunaan rasburicase untuk terapi penunjang terapi leukemia, limfoma, dan
tumor ganas solid pada anak maupun dewasa. Pemakaian untuk kasus alergi
allopurinol pernah beberapa kali dilaporkan dan hasilnya cukup baik, namun
masih dalam penelitian lebih lanjut.
3.9 KOMPLIKASI
a. Gout kronik bertophus
Merupakan serangan gout yang disertai benjolan-benjolan (tofi) di sekitar
sendi yang sering meradang. Tofi adalah timbunan kristal monosodium
urat di sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi, sinovial, bursa
atau tendon. Tofi juga bisa ditemukan di jaringan lunak dan otot jantung,
katup mitral jantung, retina mata, pangkal tenggorokan.
b. Nefropati gout kronik
Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia, terjadi akibat
dari pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal. Pada jaringan
ginjal bisa terbentuk mikrotofi yang menyumbat dan merusak glomerulus.
c. Nefrolitiasis asam urat
32
Terjadi pembentukan massa keras seperti batu di dalam ginjal, bisa
menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
Air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu seperti
kalsium, asam urat, sistin dan mineral struvit (campuran magnesium,
ammonium, fosfat).
d. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang
e. Peradangan tulang, kerusakan ligament dan tendon
f. Gagal ginjal
3.10 PROGNOSIS
Lebih dari 50% orang yang telah terkena serangan artritis gout akan mucul
kembali biasanya dalam waktu enam bulan sampai dua tahun. Bagi orang-orang
dengan penyakit yang lebih berat, pengobatan jangka panjang pencegahan sangat
efektif untuk menurunkan asam urat, yang dapat mencegah serangan dan, selama
bulan sampai tahun, menyebabkan tophi untuk menyelesaikan.(15)
33