BAB 3 LAPSUS JIWA 1

18
BAB 3 PEMBAHASAN Depresi sendiri merupakan suatu jenis perasaan atau emosi dengan komponen psikologis rasa susah, murung, sedih, putus asa, dan tidak bahagia. Sebabnya mungkin karena kesukaran sehari-hari (depresi existensial, masih normal), karena penyakit badaniah (gangguan otak, infeksi) ; karena konflik emosional (neurosa depresif ataupun reaksi depresi psikotik). Mungkin terjadi depresi yang mendarik diri (withdrawn depression) atau depresi yang beraigtasi (Agitated depression) Dari anamnesa ditemukan trias depresi pada pasien ditemukan gejala yang memenuhi kriteria diagnosis depresi menurut PPDGJ-III, yaitu: pertama, pada pasien ditemukan trias depresi yaitu afek depresif, mudah lelah dan kehilangan minat. Kemudian diagnosis yang kedua adalah untuk menentukan derajat depresi menurut PPDGJ-III, pada pasien ini didapatkan depresi berat dengan gejala-gejala depresi lainnya yaitu : konsentrasi dan perhatian berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, tidur terganggu dan nafsu makan berkurang. Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu dan sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas. Kriteria diagnosis ketiga yaitu gejala dan

description

w

Transcript of BAB 3 LAPSUS JIWA 1

BAB 3PEMBAHASAN

Depresi sendiri merupakan suatu jenis perasaan atau emosi dengan komponen psikologis rasa susah, murung, sedih, putus asa, dan tidak bahagia. Sebabnya mungkin karena kesukaran sehari-hari (depresi existensial, masih normal), karena penyakit badaniah (gangguan otak, infeksi) ; karena konflik emosional (neurosa depresif ataupun reaksi depresi psikotik). Mungkin terjadi depresi yang mendarik diri (withdrawn depression) atau depresi yang beraigtasi (Agitated depression)Dari anamnesa ditemukan trias depresi pada pasien ditemukan gejala yang memenuhi kriteria diagnosis depresi menurut PPDGJ-III, yaitu: pertama, pada pasien ditemukan trias depresi yaitu afek depresif, mudah lelah dan kehilangan minat. Kemudian diagnosis yang kedua adalah untuk menentukan derajat depresi menurut PPDGJ-III, pada pasien ini didapatkan depresi berat dengan gejala-gejala depresi lainnya yaitu : konsentrasi dan perhatian berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, tidur terganggu dan nafsu makan berkurang. Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu dan sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas. Kriteria diagnosis ketiga yaitu gejala dan disabilitas sudah dialami paling sedikit enam bulan, pada pasien gejala tersebut dialami selama kurang lebih satu tahun. Pada pasien didapatkan gejala halusinasi auditorik dan visual, ini menunjukkan bahwa pada pasien ini ada gejala psikotik. Dari pemeriksaan psikiatri, didapatkan status psikiatri sebagai berikut :Status PsikiatriKesan umum: pasien perempuan, wajah sesuai usia, tampak cemas, penampilan rapih dan bersih, koopperatifKontak: Verbal (+), Non verbal (+), relevan, lancarKesadaran: Berubah kualitatifOrientasi: W /T /O : +/+/+Daya ingat: tidak ada gangguanPersepsi: halusinasi auditori + dan halusinasi visual +Proses berpikir: Bentuk : realistik, Arus : koheren, Isi Pikiran : memadaiAfek/ Mood: depresiKemauan: ADL : Menurun pekerjaan : menurut sosial : menurunPsikomotor: MenurunDari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien, maka didapatkan:Diagnosis MultiaksialAxis I: Depresi berat dengan gangguan psikotik (F 32.3)Axis II: TertutupAxis III: Tidak ditemukanAxis IV: Pimary support groupAxis V: GAF MRS : 60 51 GAF 1 tahun terakhir 80-71

Farmako Haloperidol Merlopam FluoxetineHaldol (Haloperidol)

Haloperidol Merupakan Obat anti psikosis dengan potensi tinggi, memiliki afek sedasi rendah dan memberikan efek extrapiramidal yang besar. Haloperidol merupakan golongan Butirofenon,haloperidol merupakan salah satu obat Skizoprenia, obat ini berguna untuk menenangkan keadaan mania pada penderita psikosis yang karena hal tertentu tidak dapat diberi Fenotiazin.

1. Aksi dan Farmakologi klinis

Haloperidol adalah butyrophenone antipsikotik turunan dengan sifat-sifat yang telah dianggap sangat efektif dalam pengelolaan hiperaktivitas, gelisah, dan mania. Haloperidol adalah neuroleptic yang efektif dan juga memiliki sifat Antimuntah, tetapi memiliki kecenderungan untuk memprovokasi ditandai efek ekstrapiramidal dan relatif lemah adrenolytic alfa-properti. Ini juga menunjukkan anorexiant hipotermia dan efek dan mungkin terjadi tindakan barbiturates, anestesi umum, dan obat-obatan depresan SSP lain. Selain itu dapat memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak. Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.Onset kerja : sedasi :iv.: sekitar 1 jam,Durasi dekanoat : sekitar 3 minggu; distribusi; melewati plasenta dan masuk ke ASI. Ikatan protein : 90%, metabolisme: di hati menjadi senyawa tidak aktif, bioavailabilitas oral : 60%, T eliminasi 20 jam, T maks serum : 20 menit, Ekskresi : urin, dalam 5 hari, 33-40% sebagai metabolit, feses 15%.

2.FarmakokinetikPuncak haloperidol tingkat plasma terjadi dalam waktu 2 sampai 6 jam pemberian dosis oral dan sekitar 20 menit setelah im administrasi. Mean plasma (terminal tereliminasi) paruh telah ditetapkan sebagai 20,7 4.6 (SD) jam, dan meskipun ekskresi dimulai dengan cepat, hanya 24 sampai 60% dari obat radioaktif tertelan diekskresikan (terutama sebagai metabolit dalam urin, beberapa di tinja) pada akhir minggu pertama, dan sangat kecil tetapi tingkat radioaktivitas dideteksi terus berada di dalam darah dan dikeluarkan selama beberapa minggu setelah pemberian dosis. Sekitar 1% dari dosis yang tertelan kembali berubah dalam urin.

3.Indikasi Management of manifestasi psikosis akut dan kronis, termasuk skizofrenia dan manik negara. Ini mungkin juga nilai dalam pengelolaan perilaku agresif dan gelisah pada pasien dengan sindrom otak kronis dan keterbelakangan mental dan dalam mengendalikan gejala Gilles de la Tourette's syndrome atau sindroma Tourette pada anak dan dewasa. 4.Kontra-IndikasiPada keadaan koma dan dalam kehadiran depresi SSP karena alkohol atau obat depresan lainnya. Hal ini juga kontraindikasi pada pasien dengan depresi berat negara, penyakit kejang sebelumnya, lesi ganglia basal, dan dalam sindrom Parkinson, kecuali dalam kasus dyskinesias akibat pengobatan levodopa. Tidak boleh digunakan pada pasien yang diketahui sensitif terhadap obat, atau di pikun pasien dengan Parkinson yang sudah ada gejala seperti. Anak-anak Keamanan dan efektivitas pada anak-anak belum ditetapkan, karena itu, haloperidol adalah kontraindikasi pada kelompok usia ini.

5.Interaksi ObatDengan Obat Lain

Efek haloperidol meningkat oleh klorokuin, propranolol, sulfadoksin-piridoksin, anti jamur azol, chlorpromazin,siprofloksacin,klaritromisin, delavirdin, diklofenak, doksisiklin, aritromisin, fluoksetin, imatinib, isoniasid, mikonazol, nefazodon, paroksetin, pergolid, propofol, protease inhibitor, kuinidin, kuinin, ritonavir, ropinirole, telitromisin, verapamil, dan inhibitor CYP2D6 atau 3A4.Haloperidol dapat meningkakan efek amfetamin, betabloker tertentu, benzodiazepin tertentu, kalsium antagonis, cisaprid, siklosporin, dekstrometorfan, alkaloid ergot, fluoksetin, inhibitor HMG0CoA reductase tertentu, lidokain, paroksetin, risperidon, ritonavir, sildenafil , takrolimus, antidepresan trisiklik, venlafaksin, dan sunstrat CYP2D6 atau 3A4.Haloperidol dapat meningkatkan efek antihipertensi, SSP depresan, litium, trazodon dan antidepresan trisiklik.Kombinasi haloperidol dengan indometasin dapat menyebabkan mengantuk, lelah dan bingung sedangkan dengan metoklopramid dapat meningkatkan resiko ekstrapiramidal.Haloperidol dapat menghambat kemampuan bromokriptin menurunkan konsentrasi prolaktin.Benztropin dan antikholinergik lainnya dapat menghambat respons terapi haloperidol dan menimbulkan efek antikholinergik.Barbiturat, karbamazepin, merokok, dapat meningkatkan metabolisme haloperidol. Haloperidol dapat menurunkan efek levodopa, hindari kombinasi.Efek haloperidol dapat menurun oleh aminoglutetimid, karbamazepin, nafsilin, obarbital, fenitoin, rifamisin dan induser CYP3A4 lainnya. Efek haloperidol dapat menurun oleh aminoglutetimid, karbamazepin, nafsilin, nevirapin, fenobarbital, , rifamisin dan induser CYP3A4 lainnya.

Dengan Makanan

Etanol meningkatkan depresi SSP, Valerian St John's wort, kava-kava, gotu kola dapat meningkatkan depresi SSP.

5. Efek Samping

KV : takikardia, hiper/hipotensi, aritmia, gelombang T abnormal dengan perpanjangan repolarisasi ventrikel, torsade de pointes (sekitar 4%).

SSP : gelisah, cemas, reaksi ekstrapiramidal, reaksi distonik, tanda pseudoparkinson, diskinesia tardif, sindroma neurolepsi malignan, perubahan pengaturan temperatur tubuh, akathisia, distonia tardif, insomnia, eforia, agitasi, pusing, depresi, lelah,sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.

Kulit : kontak dermatitis, fotosensitifitas, rash, hiperpigmentasi, alopesiaMetabolik & endokrin : amenore, gangguan seksual, nyeri payudara, ginekomastia, laktasi, pembesaran payudara, gangguan keteraturan menstruasi, hiperglisemia, hipoglisemia, hiponatremia;

Saluran cerna : berat : mual muntah, anoreksia, konstipasi, diare, hipersalivasi, dispepsia,xerostomia.Saluran genito-urinari : retensi urin, priapisme;Hematologi: cholestatic jaundice, obstructive jaundice;Mata: penglihatan kabur,Pernafasan : spasme laring dan bronkus;Lain-lain : diaforesis dan heat stroke.

Efek SSP lain

Insomnia, reaksi depresif, dan beracun negara confusional adalah efek yang lebih umum ditemui. Mengantuk, kelesuan, pingsan dan katalepsia, kebingungan, kegelisahan, agitasi, gelisah, euforia, vertigo, kejang grand mal, dan eksaserbasi gejala psikotik, termasuk halusinasi, juga telah dilaporkan. Overdosage, Gejala: Secara umum, gejala akan overdosage berlebihan efek farmakologi yang sudah diketahui dan reaksi yang merugikan, yang paling menonjol dari daerah yang akan 1) reaksi ekstrapiramidal berat, 2) hipotensi, atau 3) sedasi. Pasien akan muncul pingsan dengan depresi pernapasan dan hipotensi yang dapat cukup parah untuk menghasilkan shock-seperti negara. Reaksi yang ekstrapiramidal akan terwujud oleh kelemahan otot atau kekakuan dan getaran umum atau lokal seperti yang ditunjukkan oleh akinetic atau agitans masing-masing jenis.

7. Dosis Dan Administrasi

dosis awal harus individual melalui pertimbangan keparahan gejala, umur, berat badan, kesehatan, sebelumnya neuroleptic tanggapan terhadap obat-obatan, dan penyakit seiring negara. Awalnya adalah penting untuk meningkatkan dosis secara memadai hingga gejala dapat dikendalikan atau efek samping yang memerlukan menurunkan dosis atau menghentikan obat yang dijumpai. Ketika respons terapeutik yang memuaskan tercapai, dosis kemudian harus dikurangi secara bertahap ke tingkat pemeliharaan efektif terendah. Pasien dengan respon buruk sebelumnya neuroleptic lain obat-obatan, anak-anak, dan orang tua atau lemah mungkin memerlukan kurang haloperidol. Tanggapan yang optimal dalam pasien tersebut terbaik diperoleh jika terapi dimulai pada tingkat yang lebih rendah dan titrasi dosis lebih bertahap. Dosis pemeliharaan biasanya berkisar antara 2 mg tid atau q.i.d.

a. Anak-anak 3-12 tahunOral :Awal : 0,05 mg/kg/hari atau 0,25-0,5 mg/hari dibagi dalam 2-3 dosis; peningkatan 0,25-0,5 mg setiap 5-7 hari maksimum 0,15 mg/kg/hari.Dosis lazim pemeliharaan :Agitasi/hiperkinesia : 0,01-0,003 mg/kg/hari, sehari satu kali.;Gangguan nonpsikosis : 0,05-0,075 mg/kg/hari dibagi dalam 2-3 dosis;Gangguan psikosis : 0,05-15 mg/kg/hari dibagi dalam 2-3 dosis.Anak-anak 6-12 tahun:Gangguan psikosis/sedasi : i.im. sebagai laktat: 1-3 mg/dosis setiap 4-8 jam ditingkatkan sampai maksimum 0,15 mg/kg/hari; ubah ke terapi oral sesegera mungkin.

b. Dewasa

Psikosis :Oral : 0,5-5 mg, sehari 2-3 kali, maksimum lazimnya 30 mg/hari.I.m. sebagai laktat : 2-5 mg setiap 4-8 jam sesuai kebutuhan;Sebagai dekanoat : awal 10-20 x dosis harian oral, diberikan dengan interval 4 minggu.Dosis pemeliharaan : 10-15 kali dosis awal oral, digunakan untuk menstabilkan gejala psikiatri. Delirium di unit perawatan intensif: iv.: 2-10 mg; dapat diulang secara bolus setiap 20-30 menit sampai dicapai kondisi tenang, kemudian berikan 25% dosis maksimum setiap 6 jam, monitor EKG dan interval QT. IV intermiten : 0,03-0,15 mg/kg setiap 30 menit sampai 6 jam.

Oral :Agitasi : 5-10 mg; infus iv. 100mg/100 ml D5W (dextrosa 5%), kecepatan 3-25 mg/jam.Agitasi berat : setiap 30-60 menit 5-10 mg oral atau 5 mg im., dosis pemeliharaan total 10-20 mg.

c. Orang tua Awal 0,25-0,5 mg oral sehari 1-2 kali, tingkatkan dosis 0,25-0,5 mg/hari setiap interval 4-7 hari,Naikkan interval pemberian sehari 2 kali, sehari 3 kali dan seterusnya bila diperlukan untuk mengontrol efek samping.

d. Pasien lanjut usia atau lemah

Lower dosis yang direkomendasikan pada pasien tersebut karena mereka mungkin lebih sensitif terhadap obat tersebut. Awalnya, dosis harian berkisar 0,5-1,5 mg (0,25-0,5 mg, 2 atau 3 kali sehari) harus digunakan. Atas penyesuaian dosis ini harus dilakukan secara bertahap; maksimum dan pemeliharaan harus dosis individual dan biasanya lebih rendah dalam jenis pasien.

9. .Bentuk SediaanInjeksi Sebagai Dekanoat, 50 mg/ml, 1 ml; Larutan Injeksi Sebagai Laktat, Tablet 1,5 mg, 2 mg, 5 mg.

Merlopam

Mekanisme kerja Lorazepam-golongan Benzodiazepin, belum diketahui pasti, betapapun Benzodiazepin menunjukkan beberapa cara kerja. Lorazepam hamper semua dapat diabsorbsi, jika diberikan secara oral. Konsentrasi puncak plasma terjadi terjad sekitar 2 jam setelah pemberian. Waktu paruh Lorazepam yang tidak terkonjugasi dalam plasma sekitar 12-16 jam. Pada konsentrasi klinis yang relevan, sekitar 90% terikat dalam protein plasma. Konsentrasi plasma lorazepam proporsional terhadap dosis yang diberikan.

IndikasiPengobatan jangka pendek gejala-gejala anxietas atau anxietas yang berhubungan dengan gejala depresi.

KontraindikasiLorazepam dikontraindikasikan untuk pasien yang diketahui hipersensitif terhadap Benzodiaepin, glaukoma sudut sempit, kekurangan pernapasan yang berat, myasthenia gravis, sindrom apnea tidur.

Efek Samping

Biasanya terjadi pada permulaan terapi dan umumnya hilang pada medikasi lanjutan atau pengurangan dosis. Efek samping yang dilaporkan paling sering terjadi setelah pemberian Benzodiazepin adalah mengantuk diikuti dengan pusing, perasaan lemah dan lesu. Efek sampinng yang dilaporkan lebih jarang terjadi adalah disorientasi, depresi, mual, sakit kepala dan gangguan tidur, perangsangan emosi, gejala dermatologi, gangguan fungsi penglihatan, penurunan tekanan darah, kehilangan daya ingat dan gangguan ingatan yang bersifat sementara. Kemungkinan timbulnya kantuk dan lesu makin besar dengan meningkatnya umur. Interaksi Obat

Golongan Benzodiazepin termasuk Lorazepam, menimbulkan efek depresi CNS tambahan jika, diberikan bersama dengan obat lain yang menghasilkan depresi CNS pula, seperti golongan Barbiturat atau Alkohol

Dosis dan Cara PemberianUntuk hasil optimal, dosis, cara, pemberian, dan lamanya pengobatan harus disesuaikan dengan respon individu. Dosis biasanya 2-6 mg/ hari dalam dosis terbagi, dosis besar diberikan sebelum tidur, tapi dosis sehari bervariasi dari 1 sampai 10 mg.

Fluoxantine

Komposisi:Fluoxetine

Bentuk Sediaan:Kapsul 10 mg dan 20 mg

Farmakologi:menghambat re-uptake serotonin (5-hydroxytryptamine; 5-HT) pada celah sinap pada SSP. Fluoxetine maupun metabolit aktifnya norfluoxetine memiliki farmakokinetik yang berbeda, tapi sama-sama berperan dalam menghambat re-uptake Serotonin. Absorbsi per-oral (80-95%), tidak dipengaruhi makanan dalam lambung, kadar puncak dicapai dalam waktu 6-8 jam, waktu paruh Fluoxetine : 1,9 hari, Norfluoxetine : 7 hari. 60-80% akan diekskresikan melalui urin dan 15% melalui feses

Indikasi:Depresi, Obsessive-Compulsive Disorder (OCD), Bulimia Nervosa, PMDD.

Dosis:- Dosis awal 20 mg perhari (1 x 1 kapsul perhari) pagi atau malam hari. - Dosis dapat ditingkatkan menjadi 40 mg perhari (1 x 2 kapsul) hingga 80 mg perhari, diberikan 1x kali sehari atau dosis terbagi, tergantung respon pasien.- Efektivitas Fluoxetine terlihat dalam 5 - 6 minggu.- Tidak perlu menyesuaikan dosis pada orang tua dan orang gemuk.- Pada gangguan hati (sirosis hati) dan gangguan ginjal ringan sampai sedang perlu menyesuaikan dosis yaitu 1 x kapsul.- Dosis pemeliharaan selama beberapa bulan.

Kontraindikasi:Hipersensitif terhadap Fluoxetine, gangguan ginjal berat, wanita menyusui dan hamil, pemberian bersamaan dengan Monoamin Oksidase Inhibitor (MAOI)

Efek Samping:Efek samping ringan, paling sering (20-25%) mual, gugup, insomnia.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://diskes.jabarprov.go.id/index.php?mod=pubInformasiObat&idMenuKiri=45&idSelected=2&idObat=73&page=2. http://portalperawat.blogspot.com/2009/05/psikofarmakologi-obat-obatan-untuk.html3. http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Penatalaksanaan+Komprehensif+Skizofrenia+Tak+Terinci+Pada+Pasien+Dengan+Konflik+Keluarga4.http://www.farmasiku.com/index.php?target=products&product_id=339735. http://wayanpuja.blinxer.com/?page_id=96