BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2010-1-00024-AKSI Bab...
Transcript of BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2010-1-00024-AKSI Bab...
BAB 3
ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN
3.1 Gambaran Umum Perusahaan
3.1.1 Sejarah Singkat PT. Citra Contractor Hasaja (CCH)
PT. Citra Contractor Hasaja (CCH) didirikan pada tanggal 7 Maret 1990 oleh
Bapak Ir. Herman Sapar berdasarkan akte notaris Sri Rohani Wahyudi, SH No. 25
pada tanggal 7 Maret 1990, dengan nomor SIUP adalah 048/XIV-07/PB/V/1990 dan
nomor SITU adalah 334.2000/Perkotaan/R-IV/B/2000. Ide awal untuk pendirian
perusahaan ini adalah idealisme Bapak Ir. Herman Sapar untuk membangun kota
asalnya yaitu kota Pontianak. Pada mulanya, yaitu sejak pendiriannya, PT. Citra
Contractor Hasaja beralamat di Jalan Nusa Indah I, Pontianak. Seiring dengan
perkembangannya, pada tanggal 7 Maret 1998 perusahaan ini kemudian pindah alamat
ke jalan Teuku Umar, Kompleks Pontianak Mall, Blok A No.27-28, Pontianak.
PT. Citra Contractor Hasaja adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam
bidang penyedia jasa konstruksi dengan kualifikasi M2 (Menengah 2) dengan nilai
proyek Rp. 1 s/d 3 miliar. Perusahaan ini menangani proyek-proyek pembangunan
kota berupa pembangunan gedung, jalan, jembatan dan saluran air di Kalimantan
Barat. Ruang lingkup pelayanan jasanya dimulai dari perancangan gambar sampai
pada pelaksanaan pembangunan konstruksi rangka di lapangan.
Dalam perjalanan waktu yang panjang, sejak didirikan pada tahun 1990, PT.
Citra Contractor Hasaja telah banyak melakukan pekerjaan proyek-proyek
pembangunan kota dengan persentase jumlah proyek – proyek yang telah diselesaikan
dari tahun ke tahun cukup merata yaitu sekitar 3-4 proyek per tahun. Contoh proyek
70
yang pernah ditangani oleh PT. Citra Contractor Hasaja adalah pembangunan Hotel
Shanotel, SMU Bilingual Immanuel, Rumah Karet PT. Sumber Djantin, Gajahmada
Mall, dan Ayani Mega Mall Extension yang merupakan tender proyek terbaru yang
dimenangkan tahun ini.
Saat ini perkembangan pembangunan di wilayah Kalimantan Barat sangat pesat,
ditandai dengan semakin maraknya pembangunan kompleks perumahan, kawasan
industri, dan jalan-jalan penghubung antar kota. Dengan berbekal pengalaman yang
panjang dalam bidang konstruksi, PT. Citra Contractor Hasaja optimis untuk menjadi
perusahaan konstruksi yang mampu memberikan pelayanan jasa terbaik dalam proyek-
proyek yang dipercayakan kepadanya sehingga unggul dalam persaingan untuk
memenangkan tender. Karena itulah dibutuhkan sistem operasional perusahaan yang
efektif dan efisien untuk memperlancar pencapaian tujuan perusahaan. Pelaksanaan
proyek di lapangan sangat perlu didukung oleh sistem pembelian dan persediaan bahan
baku secara efektif dan efisien. Kelancaran sistem pembayaran utang usaha juga
sangat mempengaruhi keseluruhan proses perusahaan. Untuk itulah, PT. Citra
Contractor Hasaja memerlukan adanya suatu sistem informasi akuntansi yang mampu
mendukung proses pengendalian internal dan peningkatan efektifitas dan efisiensi
dalam proses pembelian, proses pencatatan utang, dan proses pengelolaan persediaan.
3.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Adapun visi PT. Citra Contractor Hasaja adalah mewujudkan gagasan dengan
berbekal itikad baik dan profesionalisme kerja dibidang konstruksi sehingga PT. Citra
Contractor Hasaja dipandang sebagai pilihan terbaik perusahaan konstruksi di
Kalimantan Barat.
71
Misi PT. Citra Contractor Hasaja adalah berusaha dalam bidang kontraktor,
pemborong, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dari pekerjaan untuk melayani
serta memenuhi kebutuhan masyarakat dibidang konstruksi. Dalam mendukung misi
tersebut PT. Citra Contractor Hasaja (CCH) bertekad untuk :
1. Memenuhi harapan dan kepuasan dari pelanggan.
2. Berkomitmen untuk peningkatan kualitas secara berkelanjutan.
3. Memelihara kinerja proses yang optimal dan konsisten.
4. Mementingkan pengembangan profesional untuk kompetensi pegawai.
3.1.3 Gambaran Umum Kegiatan Perusahaan
Saat ini kegiatan bisnis utama yang dijalankan oleh PT. Citra Contractor Hasaja
adalah pelayanan jasa di bidang konstruksi yang dimulai dari perancangan gambar
sampai dengan pembangungan konstruksi rangka di lapangan. PT. Citra Contractor
Hasaja melaksanakan pekerjaan proyek yang diperoleh dari hasil pemenangan tender
proyek dari pihak pemberi kontrak. Adapun urutan-urutan kegiatan yang dilakukan
perusahaan sejak suatu pekerjaan diperoleh hingga diselesaikan dan diserahkan kepada
pemberi kontrak adalah :
1. Pihak pemberi kontrak mengajukan undangan untuk lelang tender untuk
pembangunan proyek tertentu kepada perusahaan kontraktor dan dijelaskan
spesifikasi yang diinginkan oleh pihak pemberi kontrak.
2. Perusahaan memasukkan penawaran dengan memberikan gambaran dan rincian
biaya.
3. Pihak pemberi kontrak menyeleksi penawaran yang masuk dan dicari biaya yang
paling murah dan mengumumkan pemenang tender.
72
4. Setelah pihak pemberi kontrak mengumumkan pemenangan proyek tertentu,
maka perusahaan akan memperoleh pelulusan pekerjaan dari pemberi kontrak
melalui surat yang menyatakan perusahaan telah memenangkan tender.
5. Dibuat perjanjian antara pihak pemberi kontrak dengan pihak perusahaan dan
dilampirkan anggaran biaya yang merupakan penawaran dari pihak perusahaan.
Perjanjian tersebut mengatur tentang segala hal dalam pelaksanaan kontrak atau
proyek antara lain: jenis pekerjaan yang dilaksanakan, jangka waktu pekerjaan,
nilai kontrak yang disetujui, pembayaran kemajuan kontrak konstruksi (payment)
dan kemungkinan-kemungkinan terjadinya perubahan pekerjaan.
6. Dikeluarkan Surat Perintah Kerja (SPK) yang berisi kapan pekerjaan dapat
dimulai dan jangka waktu penyelesaian.
7. Perusahaan melaksanakan pekerjaan sesuai prosedur dan gambar yang ada.
8. Setelah pekerjaan seratus persen (100%) maka dibuat berita acara penyerahan
pekerjaan I.
9. Setelah selesai jangka waktu pemeliharaan 100 hari setelah penyerahan I akan
dibuat berita acara penyerahan pekerjaan II.
10. Setelah berita acara penyerahan II selesai dibuat dan disetujui maka selesailah
tugas perusahaan.
3.1.4 Struktur Organisasi
Suatu perusahaan baik yang bersifat profit oriented maupun non profit oriented
mempunyai tujuan masing-masing yang hendak dicapai, yang dilakukan melalui
rangkaian kegiatan yang terencana. Untuk koordinasi dan penggerakan sumber daya
perusahaan dengan lebih baik dan jelas maka diperlukan suatu konsistensi mengenai
73
tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang dituangkan dalam suatu struktur
organisasi dengan memperhatikan kemampuan personil yang dimiliki perusahaan.
PT. Citra Contractor Hasaja didukung oleh personil-personil profesional yang
memiliki kompetensi dan pengalaman yang cukup dalam pelaksanaan proyek
konstruksi. Jumlah karyawan tetap sebanyak 24 orang, yang sebagian mengisi jabatan
struktural perusahaan. Sebagian lagi merupakan tenaga profesional proyek, di samping
didukung oleh lebih dari 100 orang karyawan lepas pelaksana proyek.
Adapun struktur Organisasi pada PT. Citra Contractor Hasaja tampak pada
Gambar 3.1 sebagai berikut :
74
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan (Sumber : File Struktur Organisasi Perusahaan PT. Citra Contractor Hasaja)
3.1.5 Tanggung Jawab dan Wewenang
Adapun fungsi-fungsi pokok dalam organisasi perusahaan memiliki tanggung
jawab dan wewenang sebagai berikut :
1. Komisaris Utama
75
Merupakan orang yang menduduki bagian tertinggi dari organisasi perusahaan
PT. Citra Contractor Hasaja. Tugas komisaris utama adalah :
a. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan manajemen dalam
melaksanakan pengelolaan perusahaan.
b. Memberikan nasihat kepada manajemen mengenai pelaksanaan rencana
jangka panjang perusahaan.
c. Menerima laporan hasil kinerja dari pihak manajemen.
2. Direktur Utama
Bertanggung jawab langsung kepada Komisaris Utama. Tugas direktur utama
adalah:
a. Membuat kebijakan umum dan mengambil keputusan tentang hal-hal yang
menyangkut jumlah uang yang besar.
b. Memimpin dan mengkoordinasikan semua kegiatan Direktur Teknik dan
Direktur Keuangan.
c. Menerima, menilai, dan mengevaluasi laporan-laporan kegiatan dari para
direktur dan memberikan petunjuk-petunjuk untuk peningkatan prestasi di
masa mendatang.
d. Mengawasi dan mengevaluasi jalannya perusahaan.
e. Mewakili perusahaan baik dalam dan luar perusahaan.
f. Membina hubungan yang baik dengan rekan bisnis perusahaan.
g. Mengelola asset perusahaan.
3. Direktur Teknik
Tugas direktur teknik adalah:
76
a. Mendapatkan informasi mengenai tender-tender baru yang dapat diikuti
oleh perusahaan.
b. Menentukan harga jual/nilai semua proyek yang ditangani.
c. Memimpin dan mengkoordinasikan semua kegiatan kabag perencanaan,
kabag pelaksanaan, tenaga ahli dan logistik kantor yang berkaitan dengan
kegiatan operasional proyek.
d. Membuat kebijakan-kebijakan teknis yang berkaitan dengan perencanaan
dan pelaksanaan proyek yang ditangani perusahaan.
4. Kabag Perencanaan
Merupakan orang yang bertanggung jawab kepada Direktur Teknik dan tugasnya
adalah:
a. Melakukan pengidentifikasian semua aktivitas spesifik yang harus
dilakukan dalam rangka mencapai seluruh tujuan dan sasaran proyek
sehingga dihasilkan work breakdown structure.
b. Menentukan urutan masing-masing aktivitas secara akurat, jalur kritis dan
menentukan estimasi durasi masing-masing aktivitas.
c. Melakukan pengembangan jadwal (time schedule) yang realistis.
d. Melakukan perencanaan sumber daya yang dibutuhkan untuk suatu proyek
(tenaga kerja, peralatan, material).
e. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Pelaksanaan (RAB).
f. Mewakili perusahaan dalam lelang tender yang meliputi proses negosiasi
dengan calon klien sampai tahap proses pembuatan kontrak kerja setelah
tender dimenangkan.
5. Kabag Pelaksanaan / Office engineer
77
Merupakan orang yang bertanggung jawab kepada Direktur Teknik dan tugasnya
adalah:
a. Melaksanakan evaluasi dan pengembangan teknologi dan alat-alat
konstruksi yang digunakan untuk menunjang pelayanan jasa konstruksi
perusahaan.
b. Bekerja sama dengan kabag perencanaan dalam melakukan perencanaan
sumber daya yang dibutuhkan untuk suatu proyek (tenaga kerja, peralatan,
material).
c. Bekerja sama dengan kabag perencanaan dalam menyusun Rencana Kerja
dan Anggaran Biaya Pelaksanaan (RAB).
d. Mewakili perusahaan dalam lelang tender yang meliputi proses negosiasi
dengan calon klien sampai tahap proses pembuatan kontrak kerja setelah
tender dimenangkan bersama Kabag perencanaan.
e. Melakukan koordinasi dengan setiap project manager atas setiap
perkembangan pengerjaan proyek.
6. Tenaga Ahli
Tenaga ahli merupakan tenaga-tenaga yang memiliki skill atau keahlian di
bidang yang berkaitan dengan konstruksi. Tenaga ahli yang dimiliki perusahaan
antara lain: ahli tanah, ahli pengawas teknik jembatan, arsitek, ahli drainase
perkotaan, ahli pengawasan teknis bangunan gedung, road designer engineer.
Tugas tenaga ahli adalah bertugas memberikan jasa sesuai dengan keahlian yang
dimilikinya dan mengawasi pelaksanaan di lapangan apakah telah sesuai dengan
konsultasi yang diberikan olehnya.
7. Kasubbag Logistik
78
Dikenal juga sebagai office logistic. Merupakan orang yang diberikan wewenang
dan tanggung jawab untuk mengawasi pengadaan, penyimpanan, dan
penggunaan persediaan material yang tahan lama dan bisa distok di gudang,
material sisa dari setiap project yang ditangai perusahaan, serta peralatan
konstruksi yang dimiliki perusahaan. Tugasnya adalah:
a. Menerima pengiriman material dari pemasok dan mencatat di Catatan
Persediaan
b. Mencatat pengiriman peralatan konstruksi dan pengembalian peralatan
konstruksi yang telah digunakan.
c. Menerima material sisa konstruksi dari project-project perusahaan.
d. Mengkoordinasi peminjaman material konstruksi antar project.
e. Mencatat pengeluaran material yang ada di stok gudang kantor ke
lapangan.
7. Direktur Keuangan
Merupakan orang yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama dan tugasnya
adalah:
a. Merencanakan, mengatur dan menyediakan modal kerja, aspek legal bidang
keuangan serta laporan.
b. Memimpin dan mengkoordinasikan semua kegiatan Kabag keuangan dan
administrasi, kabag akuntansi dan kasubbag pembelian.
c. Mengotorisasi setiap pengeluaran kas yang akan digunakan untuk
melakukan pembayaran.
d. Membuat kebijakan-kebijakan teknis yang berkaitan dengan perencanaan
keuangan.
79
8. Kabag keuangan dan Administrasi
Merupakan orang yang bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan
tugasnya adalah:
a. Menerima tagihan dari para pemasok.
b. Mengumpulkan segala dokumen yang berhubungan dengan administrasi
perusahaan.
c. Membuat perencanaan dalam pengajuan dana.
d. Menerima dan menyetor uang, mengkoordinir keuangan.
e. Mengatur pengeluaran dan pemasukan kas.
9. Kabag Anggaran dan Akuntansi
Merupakan orang yang bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan
tugasnya adalah melaksanakan pembukuan atas transaksi-transaksi yang terjadi
di perusahaan yang dimulai dari menerima bukti transaksi, penjurnalan, posting
ke buku besar, sampai dengan penyajian laporan keuangan perusahaan serta
melakukan melakukan penganggaran biaya dan pengendalian biaya.
10. Kasubbag Pembelian
Merupakan orang yang bertugas untuk mendukung kegiatan pembelian di
perusahaan baik material proyek dan kebutuhan operasional kantor. Tugasnya
adalah:
a. Mencatat daftar material dan barang yang akan dibeli ataupun diperlukan
oleh proyek dan kantor.
b. Melakukan negosiasi harga dengan para pemasok.
c. Mencari informasi baru mengenai pemasok.
d. Melakukan pemesanan material dan barang ke pemasok.
80
e. Melakukan pengawasan atas penerimaan material dan pengembalian
material dari dan ke pemasok.
f. Membuat laporan pembelian per project.
11. Project Manager
Adalah orang yang ditunjuk sebagai pimpinan proyek yang harus mengetahui
situasi dari proyeknya sehingga dapat mengkoordinir semua kegiatan
bawahannya dan tugasnya adalah:
a. Membuat tim proyek
b. Memastikan setiap kegiatan mulai dari proses persiapan, pelaksanaan, dan
pemeliharaan berjalan dengan lancar.
c. Menyusun dan mengimplementasikan rencana kerja proyek serta
mengendalikan perubahan atau penyimpangan yang terjadi sehingga
kontrak dapat selesai sesuai rencana.
d. Menentukan infrastruktur (peralatan proses, transportasi, alat komunikasi)
dan lingkungan kerja (peralatan keamanan dan keselamatan kerja,
penerangan) yang dibutuhkan.
e. Melaksanakan tata usaha tenaga kerja di lapangan meliputi: penerimaan,
pengangkatan, penggajian, dan pemberhentian staf proyek dan membuat
laporan tenaga kerja secara berkala.
f. Membuat laporan ke developer tentang hasil kemajuan pekerjaan (Realisasi
Progress Fisik terhadap rencana) sebagai syarat tagihan berkala.
12. Site Manager
81
Adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk menangani,
mengatur, mengkoordirnir pekerjaan di suatu tempat konstruksi atau lapangan.
Tugasnya adalah:
a. Membuat schedule 2 mingguan dan bulanan serta membuat laporan
realisasi progress fisik mingguan terhadap progress rencana.
b. Mendistribusikan gambar kerja ke lapangan dan melaporkan tiap
penyimpangan gambar kerja kepada site engineer.
c. Mengkoordinasikan pekerjaan site engineer, quality control dan logistik
lapangan.
d. Memastikan kebutuhan tenaga kerja, material, dan peralatan di lapangan
tercukupi.
e. Mengawasi agar pelaksanaan proyek sesuai schedule, rancangan anggaran
dan biaya, mutu pekerjaan sesuai target.
f. Memeriksa laporan pengerjaan proyek yang diberikan oleh site engineer.
13. Quality Control
Adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk menjamin
kualitas atas material produksi, kualitas pengerjaan konstruksi, dan kualitas
kemananan kerja.
14. Site Engineer
Adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk menangani hal-
hal teknis pekerjaan disuatu tempat konstruksi atau lapangan. Tugasnya adalah:
a. Mengawasi dan mengatur pekerjaan di lapangan sesuai gambar kerja.
b. Mengawasi dan menentukan pembagian kerja dan jumlah tenaga kerja
lapangan sesuai kebutuhan lahan pekerjaan yang ada.
82
c. Menjamin agar pekerjaan di lapangan berjalan sesuai dengan jadwal.
d. Merencanakan kebutuhan permintaan material setiap minggu dan diusulkan
ke site manager.
e. Melaporkan jika ada masalah teknis gambar kerja yang tidak dapat
diterapkan di lapangan ke site manager.
f. Membuat laporan harian pengerjaan proyek.
g. Memeriksa laporan pengawasan lapangan oleh mandor.
15. Mechanic
Adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk:
a. Memastikan bahwa alat-alat yang digunakan dalam proses konstruksi
berada dalam kondisi yang baik dan siap untuk digunakan.
b. Mengusulkan kebutuhan pengadaan peralatan baru jika peralatan lama telah
usang.
c. Memasang instalasi listrik dan penerangan lapangan.
d. Membuat sarana dan prasarana serta mengontrol dan memperbaiki sarana
kerja yang ada.
16. Logistik
Disebut juga field logistic. Adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung
jawab untuk menjamin ketersediaan material konstruksi dan peralatan yang
dibutuhkan di lapangan sehingga waktu penyelesaian proyek tidak tertunda.
Tugasnya adalah:
a. Menerima pengiriman material dari pemasok, mencocokkannya dengan
Bon Permintaan Barang, dan mencatat pada Catatan Persediaan.
b. Mengawasi pemakaian alat – alat konstruksi.
83
c. Mengawasi pemakaian material konstruksi di lapangan.
d. Melakukan pemesanan ulang atas material konstruksi jika ada stok material
yang telah menipis dengan persetujuan site manager dan merencanakan
kapan material harus tiba agar tidak terjadi keterlambatan.
e. Membuat laporan pengadaan dan pemakaian material yang ditujukan
kepada site manager.
17. Surveyor/Levelling
Adalah pihak atau orang yang di tingkat pelaksanaan suatu proyek, yang
bertugas untuk melaksanakan kalibrasi alat ukur secara periodic sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan, menetapkan asumsi-asumsi yang diperlukan dalam
pengukuran, dan melaksanakan marking untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan.
Supervisor ini mempunyai hubungan kerja yang tetap dengan kontraktor.
18. Supervisor Beton/Mal
Adalah pihak atau orang yang di tingkat pelaksanaan suatu proyek, yang
bertugas untuk melakukan survey lapangan ke lokasi tempat pengerjaan
konstruksi beton dan membuat laporan hasil survey. Supervisor ini mempunyai
hubungan kerja yang tetap dengan kontraktor.
19. Supervisor Pembesian
Adalah pihak atau orang yang di tingkat pelaksanaan suatu proyek, yang
bertugas untuk melakukan survey lapangan ke lokasi tempat pengerjaan
konstruksi besi dan membuat laporan hasil survey. Supervisor ini mempunyai
hubungan kerja yang tetap dengan kontraktor.
20. Mandor
84
Mandor adalah pihak atau orang yang bertugas merekrut sejumlah tenaga kerja
sesuai dengan kulifikasi yang diperlukan seperti kelompok tukang kayu, besi,
batu dan memimpin serta melakukan pengawasan terhadap pekerjaan mereka di
lapangan.
3.2 Analisis Sistem yang Sedang Berjalan
3.2.1 Dokumen-Dokumen yang Digunakan
Berikut ini adalah dokumen yang digunakan pada proses pembelian, persediaan,
dan utang usaha PT. Citra Contractor Hasaja:
A. Dokumen Internal
1. Permohonan Permintaan Barang
Merupakan dokumen yang menjadi dasar pemesanan material ke pemasok
oleh Kasubbag Pembelian.
2. Bon Permintaan Barang
Dokumen yang digunakan untuk melakukan pemesanan material kepada
pemasok.
3. Bon Pengeluaran Barang
Dokumen yang digunakan untuk melakukan pengeluaran material dari
gudang, baik untuk retur atau untuk dikirim ke lapangan.
4. Permintaan Barang Gudang
Dokumen yang digunakan untuk melakukan permintaan pengeluaran
barang ke bagian gudang.
5. Permintaan Barang Antar Proyek
Dokumen yang digunakan untuk permintaan material antar proyek.
85
6. Bukti Kas Keluar
Dokumen yang digunakan untuk mencatat transaksi pembayaran ke
pemasok menggunakan uang tunai.
7. Bukti Bank Keluar
Dokumen yang digunakan untuk mencatat transaksi pembayaran ke
pemasok, baik secara transfer, cek, atau giro.
B. Dokumen Eksternal
1. Surat Penawaran Harga
Merupakan dokumen yang dikirim oleh pemasok, yang berisi harga yang
ditawarkan pemasok yang digunakan sebagai perbandingan harga dalam
proses pemilihan pemasok.
2. Surat Persetujuan Kontrak Harga
Dokumen yang mendukung pembelian material secara kontrak kepada
pemasok dengan harga yang telah disetujui kedua belah pihak.
3. Surat Jalan
Dokumen bukti pengiriman barang yang dikeluarkan oleh pemasok ke
pembeli.
4. Faktur Penagihan
Dokumen yang digunakan oleh pemasok untuk melakukan penagihan atas
pembelian yang telah dilakukan.
5. Faktur Pajak
Dokumen yang mencatat nilai pajak pembelian yang dikenakan terhadap
perusahaan.
6. Kuitansi
86
Dokumen yang dikeluarkan oleh pemasok sebagai bukti penerimaan
pembayaran dari pembeli.
7. Nota Retur
Dokumen yang diterima dari pemasok sebagai nota pengurang tagihan
karena retur yang terjadi.
3.2.2 Fungsi-Fungsi yang terkait
Fungsi-fungsi yang terkait sistem pembelian, persediaan dan utang usaha PT.
Citra Contractor Hasaja adalah:
1. Fungsi Pembelian yang dijalankan oleh Kasubbag Pembelian.
2. Fungsi Logistik yang dijalankan oleh Logistik Kantor dan Logistik Lapangan.
3. Fungsi Keuangan yang dijalankan oleh Kabag Keuangan & Administrasi.
4. Fungsi Akuntansi yang dijalankan oleh Kabag Anggaran & Akuntansi.
3.2.3 Prosedur Sistem Berjalan dan Diagram Alir Dokumen
3.2.3.1 Prosedur Pembelian Material
Kabag Perencanaan bekerja sama dengan Kabag Pelaksanaan akan membuat
rancangan anggaran dan biaya (RAB), yang merupakan estimasi jumlah dan biaya
kebutuhan material dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengerjaan proyek.
RAB diserahkan kepada Kabag Anggaran & Akuntansi untuk diotorisasi. Setelah
diotorisasi, RAB didistribusikan ke Manajer Proyek. Manajer Proyek kemudian
merinci Bill of Material (daftar kebutuhan material untuk proyek sesuai RAB) untuk
ditujukan kepada Site Manager dan Kasubbag Pembelian.
87
Proses pembelian dimulai dari diterimanya Permohonan Permintaan Barang
oleh Kasubbag Pembelian dari Logistik Lapangan/Logistik Kantor. Setelah melihat
item material yang diminta maka Kasubbag Pembelian baru menentukan
kemungkinan cara pembelian material. Pembelian material bisa dilakukan dengan
tiga cara yaitu:
1. Pembelian material secara kontrak
Pembelian material secara kontrak adalah pembelian yang dilakukan oleh
perusahaan dengan cara membuat suatu perjanjian kontrak atas harga material
tertentu dengan pemasok yang berlaku selama jangka waktu yang telah
ditentukan bersama. Pengadaan kontrak ini biasanya dilakukan untuk
pembelian material yang jumlah pemakaiannya relatif banyak seperti semen
dan kawat besi. Pembelian secara kontrak ini biasanya dilakukan untuk
menghindari resiko terjadinya kenaikan harga material secara tiba-tiba.
Pengadaan kontrak ini biasanya dilakukan oleh perusahaan pada saat awal
pelaksanaan proyek.
2. Pembelian material secara D/O ke pemasok
Pembelian material secara D/O ke pemasok adalah pembelian yang
dilakukan oleh perusahaan dengan cara membeli material sejumlah kuantitas
tertentu dan menitipkan material tersebut di gudang pemasok. Material tersebut
akan dikirim jika perusahaan membuat delivery order kepada pemasok.
Pembelian material secara D/O biasanya dilakukan untuk material yang
membutuhkan kapasitas penyimpanan yang besar. Contoh material yang selalu
dibeli secara D/O adalah pasir dan besi beton. Dengan pembelian secara D/O
88
maka perusahaan terbebas dari masalah kekurangan tempat untuk penyimpanan
material.
3. Pembelian material secara stok di gudang
Pembelian material secara stok di gudang perusahaan adalah pembelian
yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara membeli material sejumlah
kuantitas tertentu dan menyimpannya di gudang perusahaan sampai pada saat
material tersebut dibutuhkan. Pembelian ini dilakukan untuk beberapa macam
material bantu yang selalu distok di gudang perusahaan seperti: timba cor,
paku, bendrat dan oli. Pembelian ini biasanya dilakukan untuk material yang
mempunyai ukuran kecil sehingga mudah bagi perusahaan untuk mengatur
tempat penyimpanannya.
Berikut ini prosedur-prosedur pembelian yang ada di PT. Citra Contractor
Hasaja:
3.2.3.1.1 Prosedur pembelian material secara kontrak
Pada saat menerima Bill of Material dari Manajer Proyek, Kasubbag
Pembelian kemudian menandai item-item material yang ingin dibeli secara
kontrak. Kasubbag Pembelian menelepon pemasok-pemasok untuk mengajukan
penawaran harga langsung atau meminta pemasok untuk mengirimkan Surat
Penawaran Harga. Setelah didapatkan kesepakatan harga dengan pemasok terpilih,
maka Kasubbag Pembelian akan menerima Surat Persetujuan Kontrak Harga 2
rangkap dari pemasok dan dibawa ke Direktur Utama untuk ditandatangani.
Rangkap ke-1 dipegang oleh Kasubbag Pembelian, rangkap ke-2 diserahkan ke
pemasok.
89
Dalam pelaksanaan proyek, pada saat ketersediaan bahan baku minimum
(setelah dilakukan pengecekkan), Logistik Lapangan/Logistik Kantor membuat
Permohonan Permintaan Barang sebanyak 2 rangkap yang diotorisasi oleh Site
Manager. Rangkap ke-1 dikirimkan ke Kasubbag Pembelian, dan rangkap ke-2
disimpan oleh Logistik Lapangan/Logistik Kantor. Jika ditemukan item material
yang akan dibeli sesuai kontrak, maka Kasubbag Pembelian akan membuat Bon
Permintaan Barang sebanyak 4 rangkap yang diotorisasi oleh Direktur Utama
berdasarkan Permohonan Permintaan Barang dan Surat Persetujuan Kontrak
Harga. Rangkap ke-1 difax atau dikirm ke pemasok, rangkap ke-2 diarsip oleh
Kasubbag Pembelian bersama Surat Persetujuan Kontrak Harga dan Surat
Penawaran Harga, rangkap ke-3 dikirim ke oleh Logistik Lapangan/Logistik
Kantor, rangkap ke-4 akan dikirim ke Kabag Keuangan & Administrasi.
3.2.3.1.2 Prosedur pembelian material secara D/O ke pemasok
Dalam pelaksanaan proyek, pada saat ketersediaan bahan baku minimum
(setelah dilakukan pengecekkan), oleh Logistik Lapangan/Logistik Kantor
membuat Permohonan Permintaan Barang sebanyak 2 rangkap yang diotorisasi
oleh Site Manager. Rangkap ke-1 dikirimkan ke Kasubbag Pembelian, dan
rangkap ke-2 disimpan oleh oleh Logistik Lapangan/Logistik Kantor. Kasubbag
Pembelian akan menelepon beberapa pemasok untuk mengajukan penawaran harga
langsung atau meminta pemasok untuk mengirimkan Surat Penawaran Harga.
Setelah didapatkan kesepakatan harga dengan pemasok terpilih, Kasubbag
Pembelian akan membuat Bon Permintaan Barang sebanyak 4 rangkap yang
diotorisasi oleh Direktur Utama. Rangkap ke-1 difax atau dikirim ke pemasok,
90
rangkap ke-2 diarsip oleh Kasubbag Pembelian, rangkap ke-3 dikirim ke oleh
Logistik Lapangan/Logistik Kantor, rangkap ke-4 dikirimkan ke Kabag Keuangan
& Administrasi. Dengan cara pembelian material secara D/O, pengiriman material
akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan informasi kebutuhan material dari
oleh Logistik Lapangan/Logistik Kantor melalui telepon ke Kasubbag Pembelian.
Kasubbag Pembelian kemudian menyampaikan jadwal pengiriman material ke
pemasok melalui fax/telepon.
3.2.3.1.3 Prosedur pembelian material secara stok di gudang
Dalam pelaksanaan proyek, pada saat ketersediaan bahan baku minimum
(setelah dilakukan pengecekkan), Logistik Lapangan/Logistik Kantor membuat
Permohonan Permintaan Barang sebanyak 2 rangkap yang diotorisasi oleh Site
Manager. Rangkap ke-1 dikirimkan ke Kasubbag Pembelian, dan rangkap ke-2
disimpan oleh Logistik Lapangan/Logistik Kantor. Kasubbag Pembelian akan
menelepon beberapa pemasok untuk mengajukan penawaran harga langsung atau
meminta pemasok untuk mengirimkan Surat Penawaran Harga. Setelah didapatkan
kesepakatan harga dengan pemasok terpilih, Kasubbag Pembelian akan membuat
Bon Permintaan Barang sebanyak 4 rangkap yang diotorisasi oleh Direktur Utama.
Rangkap ke-1 difax atau dikirim ke pemasok, rangkap ke-2 diarsip oleh Kasubbag
Pembelian, rangkap ke-3 dikirim ke Logistik Lapangan/Logistik Kantor, rangkap
ke-4 dikirimkan ke Kabag Keuangan & Administrasi.
Untuk prosedur pembelian material lebih jelasnya lihat gambar 3.2 dan
gambar 3.3.
91
Flowchart Prosedur Pembuatan Surat Persetujuan Kontrak Harga
Kasubbag Pembelian
Pada bill of material yang diterima dari
manajer proyek
Diterima dari pemasok dan ditandatangani direktur utama
Diserahkan ke pemasok
Diterima dari pemasok
1
Menelepon pemasok-pemasok untuk mengajukan penawaran harga langsung atau meminta
pemasok untuk mengirimkan surat penawaran harga
menandai item-item material
yang ingin dibeli secara kontrak
2
Mendapatkan kesepakatan harga dengan pemasok
terpilih dan menerima Surat Persetujuan Kontrak Harga
Surat Persetujuan Kontrak Harga
Surat Penawaran Harga
StartDilakukan pada saat awal
pengerjaan proyek
1
T
End
Gambar 3.2 Flowchart prosedur pembuatan Surat Persetujuan Kontrak Harga
92
Gambar 3.3 Flowchart prosedur pembelian material
3.2.3.2 Prosedur Penerimaan Material
Prosedur penerimaan material dimulai ketika pemasok mengirimkan material
yang dipesan disertai Surat Jalan sebanyak 2 rangkap dan diterima oleh Logistik
Lapangan/Logistik Kantor. Berdasarkan Bon Permintaan Barang rangkap ke-3 dan
Surat Jalan, Logistik Lapangan/Logistik Kantor akan mencocokkan jumlah dan
spesifikasi material yang diterima dari pemasok apakah telah sesuai dengan yang
dipesan. Jika material tersebut telah sesuai jumlah dan spesifikasinya, maka Logistik
Lapangan/Logistik Kantor akan menandatangani Surat Jalan tersebut dan
93
mengembalikan rangkap ke-1 Surat Jalan kepada pemasok. Kemudian, Logistik
Lapangan/Logistik Kantor akan menyimpan dan mencatat penerimaan material ke
Catatan Persediaan dan mencopy rangkap ke-2 Surat Jalan sebanyak 1 rangkap
untuk diberikan kepada Kasubbag Pembelian. Kemudian Surat Jalan rangkap ke-2
asli dan Bon Permintaan Barang diarsip. Dengan menerima Surat Jalan tersebut
maka Kasubbag Pembelian mengetahui bahwa material yang dipesan sudah diterima
oleh Logistik Lapangan/Logistik Kantor. Kasubbag Pembelian kemudian
mencocokkan antara copy Surat Jalan dengan Bon Permintaan Barang rangkap ke-2
dan kemudian copy Surat Jalan tersebut diserahkan ke Kabag Keuangan &
Administrasi untuk diarsip.
Untuk prosedur penerimaan material lebih jelasnya lihat gambar 3.4.
94
Gambar 3.4 Flowchart prosedur penerimaan material
95
3.2.3.3 Prosedur Retur Pembelian
Prosedur retur pembelian dimulai ketika material yang diterima dari pemasok
ternyata tidak sesuai dengan spesifikasi pesanan yang terdapat dalam Bon
Permintaan Barang baik dari segi kuantitas, jenis material maupun kualitas material
atau ditemukan adanya kerusakkan. Logistik Lapangan/Logistik Kantor akan
mengkonfirmasikan adanya material yang perlu diretur. Kasubbag Pembelian
menelepon ke pemasok untuk mengkonfirmasikan mengenai kemungkinan retur
material apakah dapat ditukar dengan material baru atau langsung mengurangi nilai
tagihan saja.
3.2.3.3.1 Retur Pembelian (Pengurangan Nilai Tagihan)
Retur pembelian yang langsung mengurangi nilai tagihan dapat terjadi dalam
3 kasus yaitu: retur sebelum Faktur Penagihan diterima, retur setelah Faktur
Penagihan diterima dan retur setelah pembayaran dilakukan. Berikut ini
prosedurnya:
3.2.3.3.1.1Prosedur retur pembelian sebelum Faktur Penagihan diterima
Kondisi retur sebelum Faktur Penagihan diterima, jika retur dapat
dilakukan maka bagian logistik akan mengeluarkan Bon Pengeluaran Barang
sebanyak 2 rangkap. Rangkap ke-1 akan dikirimkan ke pemasok bersama
material yang diretur. Rangkap ke-2 akan disimpan sebagai arsip oleh Logistik
Lapangan/Logistik Kantor. Logistik Lapangan/Logistik Kantor kemudian akan
mencatat pengeluaran material pada Catatan Persediaan. Kasubbag Pembelian
memberi catatan mengenai retur pada Bon Permintaan Barang rangkap ke-2 yang
dimilikinya. Kasubbag Pembelian kemudian memberitahukan informasi retur
tersebut kepada Kabag Keuangan & Administrasi agar Kabag Keuangan &
96
Administrasi memberikan catatan retur di nota Bon Permintaan Barang rangkap
ke-4 yang dimilikinya.
3.2.3.3.1.2Prosedur retur pembelian setelah Faktur Penagihan diterima
Kondisi retur terjadi setelah Faktur Penagihan diterima, jika retur dapat
dilakukan maka Logistik Lapangan/Logistik Kantor akan mengeluarkan Bon
Pengeluaran Barang sebanyak 2 rangkap. Rangkap ke-1 akan dikirimkan ke
pemasok bersama material yang diretur. Rangkap ke-2 akan disimpan sebagai
arsip oleh Logistik Lapangan/Logistik Kantor. Logistik Lapangan/Logistik
Kantor kemudian akan mencatat pengeluaran material pada Catatan Persediaan.
Kasubbag Pembelian memberi catatan mengenai retur pada Bon Permintaan
Barang rangkap ke-2 yang dimilikinya. Kasubbag Pembelian kemudian
memberitahukan informasi retur tersebut kepada Kabag Keuangan &
Administrasi agar Kabag Keuangan & Administrasi memberikan catatan retur di
nota Bon Permintaan Barang rangkap ke-4 yang dimilikinya. Setelah itu Kabag
Keuangan & Administrasi akan menerima Nota Retur dari pemasok yang
digunakan untuk mengurangi nilai hutang ke pemasok atas Bon Permintaan
Barang tersebut.
3.2.3.3.1.3 Prosedur retur pembelian setelah pembayaran dilakukan
Kondisi retur terjadi setelah pembayaran dilakukan, jika retur dapat
dilakukan maka Logistik Lapangan/Logistik Kantor akan mengeluarkan Bon
Pengeluaran Barang sebanyak 2 rangkap. Rangkap ke-1 akan dikirimkan ke
pemasok bersama material yang diretur. Rangkap ke-2 akan disimpan sebagai
arsip oleh Logistik Lapangan/Logistik Kantor. Logistik Lapangan/Logistik
Kantor kemudian akan mencatat pengeluaran material pada Catatan Persediaan.
97
Kasubbag Pembelian memberi catatan mengenai retur pada Bon Permintaan
Barang rangkap ke-2 yang dimilikinya. Kasubbag Pembelian kemudian
memberitahukan informasi retur tersebut kepada Kabag Keuangan &
Administrasi agar Kabag Keuangan & Administrasi memberikan catatan retur di
nota Bon Permintaan Barang rangkap ke-4 yang dimilikinya. Setelah itu Kabag
Keuangan & Administrasi akan menerima Nota Retur dari pemasok yang
digunakan untuk mengurangi nilai hutang ke pemasok atas Bon Permintaan
Barang lainnya atau menerima pengembalian dana oleh pemasok dan mencatat
pada Bukti Kas Masuk. Untuk retur pembelian lebih jelasnya lihat gambar 3.5.
98
Gambar 3.5 Flowchart prosedur retur pembelian (pengurangan nilai tagihan)
99
3.2.3.3.2 Retur Pembelian (Penukaran Material)
Kondisi pertukaran material, jika penukaran dapat dilakukan maka Logistik
Lapangan/Logistik Kantor akan mengeluarkan Bon Pengeluaran Barang sebanyak
2 rangkap . Rangkap ke-1 akan dikirimkan ke pemasok bersama material yang
diretur. Rangkap ke-2 akan disimpan sebagai arsip oleh Logistik
Lapangan/Logistik Kantor . Logistik Lapangan/Logistik Kantor kemudian akan
mencatat pengeluaran material pada Catatan Persediaan. Ketika menerima material
yang ditukar maka Logistik Lapangan/Logistik Kantor akan mencocokkan Bon
Pengeluaran Barang rangkap ke-2 dengan Surat Jalan yang diterima dari pemasok
untuk memastikan apakah jumlah material yang ditukar sama kuantitasnya. Jika
sesuai, maka Logistik Lapangan/Logistik Kantor akan menandatangani Surat Jalan
dan mengembalikan Surat Jalan rangkap ke-1 kepada pemasok. Kemudian Logistik
Lapangan/Logistik Kantor akan mencatat penerimaan material ke Catatan
Persediaan. Untuk prosedur pertukaran material lebih jelasnya lihat gambar 3.6.
100
Gambar 3.6 Flowchart prosedur retur pembelian (penukaran material)
101
3.2.3.4 Prosedur Pembayaran Utang Usaha
Setelah pengiriman, pemasok akan membawa Faktur Penagihan, Kuitansi,
Faktur Pajak dan Surat Jalan asli yang akan diterima oleh Kabag Keuangan &
Administrasi. Kabag Keuangan & Administrasi kemudian akan melakukan
pengecekkan terhadap dokumen-dokumen tersebut dengan Bon Permintaan Barang
rangkap ke-4 dan copy Surat Jalan. Jika sesuai maka Kabag Keuangan &
Administrasi memberi approval kecil pada Kuitansi sebanyak 2 rangkap yang
dibawa oleh pemasok sebagai tanda bukti penerimaan dokumen-dokumen tersebut.
Rangkap ke-1 akan dibawa kembali oleh pemasok dan rangkap ke-2 akan disimpan
oleh Kabag Keuangan & Administrasi. Kabag Keuangan & Administrasi akan
mencatat terjadinya utang pada Catatan Utang. Ketika utang telah mendekati tanggal
jatuh tempo pembayaran, Kabag Keuangan & Administrasi akan mengecek Catatan
Utang dan berbagai dokumen yang mendukung seperti: Faktur Penagihan, Faktur
Pajak, Surat Jalan asli, Kuitansi rangkap ke-2, Bon Permintaan Barang rangkap ke-4
dan Nota Retur (jika terjadi retur). Kemudian baru menyiapkan dana untuk
pembayaran tunai/transfer atau menyiapkan cek/bilyet giro untuk diotorisasi oleh
direktur keuangan dan menelepon pemasok agar mengambil pembayaran.
Cash/cek/bilyet giro/bukti transfer tersebut akan ditukar dengan Kuitansi rangkap ke-
1 yang dibawa oleh pemasok. Setelah pemasok menerima cash/cek/giro tersebut
maka Kabag Keuangan & Administrasi akan mengeluarkan Bukti Kas Keluar (untuk
cash) atau Bukti Bank Keluar (untuk cek/giro/transfer) untuk ditandatangani oleh
pemasok sebagai bukti bahwa cash/cek/giro/bukti transfer telah diterima oleh
pemasok. Setelah itu Kabag Keuangan & Administrasi akan mencatat pembayaran
utang dalam Catatan Utang. Dokumen-dokumen yang dimiliki finance akan
102
digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi bagi Kabag Anggaran & Akuntansi ke
dalam Jurnal Umum, Jurnal Pembelian, Jurnal Kas Keluar, Jurnal Bank Keluar serta
Buku Utang. Setelah itu dokumen-dokumen diarsip oleh Kabag Anggaran &
Akuntansi. Untuk prosedur pembayaran lebih jelasnya lihat gambar 3.7
103
Gambar 3.7 Flowchart prosedur pembayaran utang usaha
104
3.2.3.5 Prosedur Pengeluaran Material
Prosedur pengeluaran material yang ada di perusahaan itu dibedakan menjadi 4
jenis yaitu: pengeluaran material di Logistik Lapangan, pengeluaran material dari
Logistik Kantor ke Logistik Lapangan, pengeluaran material sisa konstruksi dari
Logistik Lapangan ke Logistik Kantor dan pengeluaran material antar proyek.
3.2.3.5.1 Prosedur pengeluaran material di Logistik Lapangan
Untuk pengeluaran material di logistik lapangan, ketika mandor
membutuhkan material maka mandor akan melaporkan kepada Logistik Lapangan
jenis material dan jumlah material yang diperlukan. Logistik Lapangan akan
mengecek ketersediaan material dan jika tersedia maka Logistik Lapangan akan
mengeluarkan Bon Pengeluaran Barang sebanyak 2 rangkap dan diarsip. Rangkap
ke-1 dipegang mandor sebagai tanda terima dan rangkap ke-2 diarsip Logistik
Lapangan. Logistik Lapangan akan mencatat pengeluaran material tersebut dalam
Catatan Persediaan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 3.8.
105
Flowchart Prosedur Pengeluaran Material di Logistik Lapangan
Logistik Lapangan
2
Menerima informasi kebutuhan material
dari mandor
1
Mengeluarkan dan Mencatat pengeluaran
material
T
Bon Pengeluaran Barang
Catatan Persediaan
1
Start
End
Bon Pengeluaran Barang
211
Diserahkan kepada mandor
Ya
TidakTersedia?
Membuat Bon Pengeluaran
Barang
Mengecek ketetersediaan material
Prosedur Pembelian
Material
Gambar 3.8 Flowchart prosedur pengeluaran material di Logistik Lapangan
3.2.3.5.2 Prosedur pengeluaran material dari Logistik Kantor ke Logistik
Lapangan
Untuk pengeluaran material dari logistik kantor ke logistik lapangan,
Logistik Lapangan akan mengecek ketersediaan material di logistik kantor dan jika
tersedia maka akan mengeluarkan Permintaan Barang Gudang sebanyak 2 rangkap
yang diserahkan kepada Logistik Kantor. Rangkap ke-1 ditujukan ke Logistik
106
Kantor, Rangkap ke-2 disimpan sebagai arsip. Logistik Kantor akan membuat Bon
Pengeluaran Barang sebanyak 2 rangkap dimana rangkap ke-1 ditujukan kepada
Logistik Lapangan beserta material, rangkap ke-2 diarsip oleh Logistik Kantor dan
mencatat pengeluaran material ke dalam Catatan Persediaan. Logistik Lapangan
akan menerima material dan mencatat penerimaan material ke dalam Catatan
Persediaan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 3.9.
Flowchart Prosedur Pengeluaran Material dari logistik kantor ke logistik lapangan
Logistik Kantor
Permintaan Barang Gudang
Logistik Lapangan
T
Bon Pengeluaran Barang
Permintaan barang gudang
1
1
Mengeluarkan material dan Mencatat
pengeluaran material
T
Catatan Persediaan
Membuat Bon Pengeluaran
Barang
1
T
Bon Pengeluaran Barang
Membuat permintaan
barang gudang
2
Start
Mengecek ketetersediaan material
di logistik kantor
Tersedia?
Ya 12
2Bon Pengeluaran Barang
1
Bon Pengeluaran Barang
1
Menerima material dan Mencatat penerimaan
material
Bersama material
Catatan Persediaan
1
End
TidakProsedur
Pembelian Material
Gambar 3.9 Flowchart prosedur pengeluaran material dari Logistik Kantor ke Logistik Lapangan
107
3.2.3.5.3 Prosedur pengeluaran material sisa konstruksi dari Logistik
Lapangan ke Logistik Kantor
Pengeluaran material sisa konstruksi dari logistik lapangan ke logistik kantor
dilakukan pada saat akhir pengerjaan proyek dan terdapat material sisa. Dimulai
dengan Logistik Lapangan akan membuat Bon Pengeluaran Barang sebanyak 2
rangkap dimana rangkap ke-1 ditujukan kepada Logistik Kantor beserta material
sisa dan rangkap ke-2 diarsip Logistik Lapangan. Logistik Lapangan akan
mencatat pengeluaran material dalam Catatan Persediaan. Logistik Kantor akan
mencatat penerimaan material sisa konstruksi tersebut ke dalam Catatan
Persediaannya. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 3.10.
Flowchart Prosedur Pengeluaran Material Sisa Konstruksi dari logistik lapangan ke logistik kantor
Logistik KantorLogistik Lapangan
Bon Pengeluaran Barang
pada saat akhir pengerjaan proyek
dan terdapat material sisa.
Dikirim bersama
material sisa konstruksi
2
Bon Pengeluaran Barang
Bon Pengeluaran Barang
1
T
Catatan Persediaan
Bon Pengeluaran Barang
1
1
1
Menerima material dan mencatat penerimaan
material
1
Membuat Bon Pengeluaran
Barang
Start
Catatan Persediaan
T
2
Mengeluarkan material dan Mencatat
pengeluaran material
1
End
Gambar 3.10 Flowchart Prosedur pengeluaran material sisa konstruksi dari Logistik Lapangan ke Logistik Kantor
108
3.2.3.5.4 Prosedur pengeluaran material antar proyek
Pengeluaran material antar proyek dilakukan ketika material kosong di
gudang lapangannya dan material tersebut dibutuhkan segera. Untuk pengeluaran
material antar proyek, Logistik Lapangan proyek yang membutuhkan material
akan menelepon ke logistik lapangan proyek lainnya untuk mencari tahu
ketersediaan material. Jika tersedia dan idle maka proyek yang membutuhkan
material akan mengeluarkan Permintaan Barang Antar Proyek sebanyak 2 rangkap.
Rangkap ke-1 ditujukan kepada bagian logistik proyek yang memiliki material dan
rangkap ke-2 diarsip. Sedangkan Logistik Lapangan yang memiliki material akan
mengeluarkan Bon Pengeluaran Barang sebanyak 2 rangkap dimana rangkap ke-1
ditujukan kepada bagian logistik proyek yang membutuhkan dan rangkap ke-2
diarsip. Pengeluaran dan penerimaan persediaan akan dicatat dalam Catatan
Persediaan masing-masing. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 3.11.
109
Gambar 3.11 Flowchart Prosedur pengeluaran material antar proyek
110
3.2.4 Permasalahan yang Dihadapi
Setelah melakukan evaluasi atas prosedur pembelian, persediaan dan utang usaha
PT.Citra Contractor Hasaja, ditemukan beberapa permasalahan yang terkait dengan
prosedur pembelian, persediaan dan utang usaha antara lain :
1. Terkait masalah pembelian, permintaan atas jumlah pembelian material setiap
proyek seringkali melebihi anggaran kebutuhan proyek dan total biaya pembelian
untuk setiap proyek melebihi anggaran biaya proyek.
Seharusnya Pembelian material untuk setiap proyek hendaknya sesuai
dengan anggaran biaya proyek dan diotorisasi oleh bagian yang mengetahui
anggaran.
Namun pada proses berjalan, pengendalian internal atas jumlah pembelian
dan total biaya pembelian yang dilakukan untuk setiap proyek belum teratur
diterapkan pada setiap Permohonan Permintaan Barang dan Bon Permintaan
Barang yang dikeluarkan. Pada proses pembelian dengan kontrak, D/O, maupun
stok, Permohonan Permintaan Barang harusnya diotorisasi sebelumnya oleh Site
Manager dan Bon Permintaan Barang harusnya selalu diotorisasi sebelumnya
oleh Bagian Anggaran yang mengetahui anggaran biaya proyek. Namun terkait
dengan kurangnya SDM dan belum teraturnya proses pencatatan anggaran yang
telah digunakan untuk pembelian, maka Permohonan Permintaan Barang dan
Bon Permintaan Barang pernah diotorisasi tanpa proses pengecekan anggaran.
Akibatnya total biaya pembelian untuk setiap proyek seringkali melebihi
anggaran biayanya dan material sisa dari setiap proyek menumpuk di gudang.
Kelebihan total biaya pembelian aktual yang terjadi dibandingkan anggaran
111
biaya baru diketahui ketika melakukan perbandingan total biaya pembelian
dibandingkan dengan anggarannya.
Untuk mengantisipasi kejadian ini, sebaiknya perusahaan memiliki suatu
sistem pengendalian internal secara otomatis yang akan memvalidasi semua
proses pembuatan Permohonan Permintaan Barang dan Bon Permintaan Barang.
Ketika Permohonan Permintaan Barang dibuat, sistem akan langsung
memvalidasi apakah jumlah permintaan pembelian yang dibuat sesuai dengan
rancangan anggaran masing-masing proyek. Selanjutnya, saat dibuat Bon
Permintaan Barang, akan divalidasi apakah total harga pembelian yang akan
dilakukan masih sesuai biaya anggaran awal masing-masing proyek. Jika telah
melampaui batas anggaran maka sistem akan meminta otorisasi bagian yang
mengetahui anggaran proyek agar Permohonan Permintaan Barang dan Bon
Permintaan Barang dapat diproses dan ini sebagai warning juga bagi perusahaan
bahwa proyek akan mengalami over budget dibandingkan kalkulasi budget awal.
2. Terkait masalah pembelian, Kasubbag Pembelian yang memiliki tanggung jawab
dalam melakukan pemilihan pemasok mengalami kesulitan untuk memilih
pemasok yang terbaik dari segi harga maupun kualitas barang ketika melakukan
pemesanan pembelian.
Seharusnya perusahaan melakukan pencatatan history harga penawaran
yang diterima dari pemasok sebagai pedoman pemilihan pemasok dari segi harga
dan mempertimbangkan kriteria tambahan lain seperti: ketepatan waktu
pengiriman, ketepatan jumlah pengiriman pesanan, dan jumlah keseringan retur
untuk menunjang pemilihan pemasok yang tepat.
112
Namun dalam prakteknya ketika dihadapkan dengan banyaknya pilihan
pemasok setiap kali hendak melakukan pemesanan pembelian, pertimbangan
pemilihan pemasok hanya berdasarkan informasi harga yang diketahui
berdasarkan konfirmasi via telepon atau penawaran harga yang diberikan oleh
pemasok pada saat itu. Belum adanya pencatatan history harga penawaran yang
diterima dari pemasok menjadi batasan untuk penentuan pemasok yang paling
cocok di saat proses pembelian harus dilakukan dalam waktu singkat.
Akibatnya Kasubbag Pembelian cenderung untuk melakukan penunjukkan
langsung terhadap pemasok dengan tingkat pertimbangan yang minim hanya dari
segi harga material. Hal ini menyebabkan perusahaan kerap menderita kerugian
sebagai dampak dari penunjukkan pemasok yang kurang berkualitas seperti:
kualitas material yang kurang baik, kualitas pelayanan dari pemasok yang lebih
rendah seperti tidak konsisten dalam hal waktu dan jumlah pengiriman barang
yang tepat.
Untuk mengantisipasi kejadian ini, maka dibutuhkan sistem pencatatan
semua informasi harga yang ditawarkan oleh pemasok selama ini. Dengan
adanya sistem pencatatan yang teratur, informasi perbandingan harga yang ter-
update antar pemasok dapat langsung dimanfaatkan oleh Kasubbag Pembelian
sebagai pedoman pemilihan pemasok dari sisi harga dan dapat meningkatkan
kemampuan penawaran harga perusahaan ke pemasok pada saat pembuatan Bon
Permintaan Barang. Selain itu juga diperlukan tersediannya Laporan Evaluasi
Mengenai Kinerja Pemasok per periode. Kriteria evaluasi adalah: ketepatan
waktu pengiriman, ketepatan jumlah pengirimanan pesanan, kualitas yang
113
ditinjau dari tingkat retur. Kriteria-kriteria tersebut akan menjadi indikator dalam
perhitungan bobot nilai untuk perhitungan laporan evaluasi kinerja pemasok.
3. Terkait masalah penerimaan material dari pemasok, selama ini belum ada proses
pencatatan dokumen bukti penerimaan barang dari pemasok ke dalam file
komputer.
Seharusnya penerimaan material harus dicatat secara teratur dalam bentuk
Bukti Penerimaan Material ke dalam file komputer untuk merangkum informasi
mengenai jenis, kuantitas, tanggal penerimaan material serta otorisasi dari pihak
yang melakukan penerimaan material.
Namun dalam proses bisnis berjalan saat ini, perusahaan hanya menyimpan
Bon Permintaan Barang dan Surat Jalan yang diterima dari pemasok. Jika
diperlukan pegecekkan dan informasi mengenai material yang diterima, bagian
logistik harus mencari kembali dari dokumen-dokumen yang sudah disimpan
secara fisik.
Akibatnya adalah adanya resiko hilangnya data fisik akibat human error
ataupun sebab eksternal lainnya misalnya kebakaran, sulitnya dilakukan
penelusuran atas penerimaan material yang telah terjadi, serta tempat
penyimpanan data secara fisik juga sangat menyita lokasi kantor.
Rekomendasinya adalah Surat Jalan dari pemasok harus disimpan ke dalam
sistem komputer dalam bentuk Bukti Penerimaan Barang (RR) agar
memudahkan penyimpanan dan pencarian kembali informasi mengenai
penerimaan material serta informasinya dapat digunakan dalam hal penilaian
kinerja pemasok.
114
4. Terkait masalah persediaan, belum adanya kebijakan mengenai jumlah
persediaan minimum yang ditetapkan sebagai dasar untuk proses pemesanan
kembali.
Seharusnya perusahaan memiliki kebijakan persediaan minimum untuk
setiap material yang dibutuhkan untuk suatu proyek.
Namun pada waktu proses pelaksanaan, proses pembelian material
dilakukan berdasarkan permintaan pembelian material oleh logistik lapangan.
Logistik lapangan menentukan kapan harus memesan kembali hanya berdasarkan
pada perkiraan dari pengalaman proyek-proyek sebelumnya. Hal ini tentunya
membutuhkan pemantauan yang terus-menerus dari Logistik Lapangan.
Akibatnya proses konstruksi kadang-kadang mengalami hambatan ketika
material konstruksi yang dibutuhkan ternyata tidak cukup tersedia di gudang
sehingga proyek harus meminjam material proyek yang dimiliki oleh proyek lain
yang ditangani oleh perusahaan. Proses peminjaman material juga memakan
waktu cukup lama karena harus memastikan ketersediaan material di logistik
proyek lain dan status pemakaiannya apakah sedang idle atau tidak. Jika tidak
tersedia di proyek manapun maka proyek harus tertunda sampai pengiriman
material datang. Hal ini yang tentunya memperlambat target rencana
penyelesaian aktivitas proyek dan menyebabkan ketidakefisienan tenaga kerja.
Untuk mengantisipasi hal ini, akan dirancang sebuah sistem yang mampu
menyediakan sistem pengendalian internal atas reorder point (ROP) berdasarkan
kebijakan persediaan minimal sehingga persediaan material konstruksi dapat
selalu tersedia sesuai dengan jumlah kebutuhan pemakaian dan jumlah kapasitas
penampungan gudang. Sistem akan menyediakan informasi persediaan material
115
telah melewati batas reorder point, yang dapat menjadi reminder bagi bagian
logistik untuk melakukan pemesanan kembali ke pemasok.
5. Terkait masalah persediaan, ditemukan adanya kesulitan dalam hal menghitung
nilai persediaan material baik material sisa konstruksi setiap akhir pengerjaan
proyek ataupun material yang ada di gudang. Penilaian material diperlukan untuk
mengetahui nilai persediaan yang masih dimiliki oleh perusahaan.
Seharusnya dilakukan perhitungan nilai persediaan atas material yang
dimiliki perusahaan agar perusahaan mengetahui nilai persediaan yang
dimilikinnya saat ini sehingga dapat dilakukan pengendalian terhadap
persediaan.
Hal ini disebabkan selama ini pada proses berjalan setiap material di
gudang hanya diperhitungkan jumlahnya. Proses perhitungan nilai material yang
dimiliki perusahaan sulit ditelusuri karena kurangnya kemampuan dan waktu dari
SDM yang dimiliki perusahan untuk menangani masalah tersebut.
Akibatnya ketika material sisa konstruksi ditempatkan di gudang dalam
jangka waktu yang cukup lama dan terjadi kerusakkan terhadap material sisa
tersebut, perusahaan tidak dapat menilai kerugian terhadap perusahaan. Selain itu
aset perusahaan yang berupa material tidak dapat diketahui nilainya.
Rekomendasinya adalah menyediakan sistem perhitungan nilai persediaan
dengan menggunakan metode average.
6. Terkait masalah penerimaan material secara internal, masih sulit untuk
menelusuri penerimaan material yang ditransfer antara gudang ke proyek atau
sebaliknya dan antar proyek.
116
Seharusnya perusahaan memiliki dokumen khusus sebagai tanda bukti
penerimaan material dari internal perusahaan untuk mencatat mengenai
informasi jenis, kuantitas, tanggal penerimaan material serta otorisasi dari pihak
yang melakukan penerimaan material.
Namun dalam proses bisnis berjalan saat ini pencatatan penerimaan
material dari internal perusahaan dicatat berdasarkan Bon Pengeluaran Barang
rangkap ke-1 yang diterima yang digunakan untuk mengupdate Catatan
Persediaan.
Akibatnya sulit dilakukan penelusuran atas penerimaan material yang
terjadi dari transfer internal.
Rekomendasinya adalah sebaiknya memiliki dokumen khusus yang
digunakan untuk mencatat penerimaan material yang dari internal perusahaan
baik dari gudang kantor ke proyek atau sebaliknya dan antar proyek. Dokumen
yang diusulkan yang berkaitan dengan transfer material secara internal adalah:
Pindah Keluar Lokasi Gudang (TGO), Pindah Masuk Lokasi Gudang (TGI),
Permohonan Permintaan Material, Permintaan Material Ke Gudang, Permintaan
Material Antar Proyek, Bon Pemakaian Material, Bon Pengeluaran Material
Gudang , Bon Pengeluaran Material Antar Proyek
7. Terkait masalah retur, selama ini pihak manajemen kerap mengalami kesulitan
pada saat ingin melakukan penelusuran informasi atas terjadinya retur pembelian
yang dilakukan.
Seharusnya perusahaan memiliki dokumen khusus yang digunakan untuk
menunjang prosedur retur pembelian sehingga dapat memudahkan penelusuran
informasi atas retur pembelian yang terjadi.
117
Namun pada proses berjalan saat ini, belum ada dokumen khusus yang
digunakan untuk mencatat transaksi terkait retur pembelian yang dilakukan
perusahaan. Retur dilakukan dengan membuat Bon Pengeluaran Barang sebagai
bukti terjadinya retur kepada pemasok sekaligus digunakan untuk meng-update
Catatan Persediaan. Untuk men-gupdate catatan hutang, Kabag Keuangan &
Administrasi akan mengarsip Nota Retur dari pemasok.
Akibatnya proses penelusuran informasi retur memakan waktu lama dan
kurang akurat. Informasi yang dihasilkan bisa jadi tidak begitu lengkap dan
kurang akurat akibat kurang teraturnya pendataan data yang berkaitan dengan
retur. Selain itu juga terjadi kerancuan akibat retur menggunakan Bon
Pengeluaran Barang antara pengeluaran barang untuk retur dengan pengeluaran
barang untuk pemakaian proyek. Sekalipun Rekap Laporan Retur dapat dibuat,
akan membutuhkan waktu yang cukup lama oleh Bagian Logistik untuk
menghasilkannya.
Rekomendasinya adalah sebaiknya perusahaan memiliki Surat Jalan Retur
Pembelian (SJRP) sebagai tanda bukti retur yang dilakukan perusahaan. Jadinya
sistem dapat langsung menyajikan Laporan Retur Pembelian selama periode
tertentu sehingga manajemen dapat memperoleh informasi yang lebih
bermanfaat terkait masalah retur ini. Selain itu juga proses peng-update-an
persediaan dan utang dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
8. Terkait masalah penukaran material ke pemasok, selama ini pihak manajemen
kerap mengalami kesulitan pada saat ingin melakukan penelusuran informasi atas
terjadinya penukaran material yang dilakukan.
118
Seharusnya perusahaan memiliki dokumen khusus untuk proses pertukaran
material.
Hal ini disebabkan perusahaan belum memiliki dokumen khusus yang
digunakan untuk mencatat transaksi terkait penukaran material yang dilakukan
perusahaan. Pertukaran material dilakukan dengan membuat Bon Pengeluaran
Barang sebagai bukti terjadinya penukaran material yang bisa menyebabkan
kerancuan apakah dokumen tersebut digunakan untuk retur, tukar barang, atau
pemakaian proyek. Pada saat penerimaan material yang ditukar hanya dengan
mencocokkan Surat Jalan dengan Bon Pengeluaran Barang dan tidak adanya
Bukti Penerimaan Barang Tukar.
Akibatnya proses penelusuran informasi tukar material memakan waktu
lama dan kurang akurat.
Rekomendasinya adalah sebaiknya perusahaan memiliki Bukti Tukar
Barang Keluar sebagai bukti material dikirimkan ke pemasok untuk ditukar dan
Bukti Tukar Barang Masuk sebagai bukti material dikembalikan pemasok.
Dengan adanya dokumen-dokumen tersebut maka perusahaan dapat lebih mudah
mengontrol proses penukaran material untuk memastikan bahwa barang yang
ditukar diterima kembali dengan jumlah yang sama.
9. Terkait masalah pengelolaan utang usaha, Kabag Keuangan & Administrasi sulit
mengetahui tanggal jatuh tempo utang secara cepat agar bisa mengatur arus kas
yang mendukung kelancaran pemenuhan pembayaran kepada pemasok.
Seharusnya perusahaan dapat memperoleh informasi mengenai tanggal
jatuh tempo utang dengan mudah sehingga dapat melakukan perencanaan arus
119
kas yang baik untuk menunjang kelancaran pemenuhan pembayaran utang ke
pemasok.
Namun, sampai saat ini belum dilakukan pencatatan data penagihan di file
komputer sehingga mereka melakukan membutuhkan dokumen fisik untuk
mengetahui informasi tagihan yang jatuh tempo.
Akibatnya aktivitas pengumpulan daftar tagihan yang jatuh tempo ini
membuat proses pengelolaan utang usaha perusahaan menjadi kurang maksimal
yang pada akhirnya berdampak pada pengelolaan arus kas perusahaan secara
keseluruhan dan hubungan terhadap pemasok yang kurang baik.
Rekomendasinya adalah merancang suatu sistem yang dapat merekapitulasi
semua daftar utang sehingga dapat memudahkan Kabag Keuangan &
Administrasi untuk dapat mengetahui tanggal jatuh tempo utang yang akan
datang dan pada akhirnya membantu manajemen terkait dalam melakukan
perencanaan arus kas perusahaan ke depan dengan lebih baik. Hal tersebut akan
mendukung perusahaan untuk menjaga citra baik perusahaan dengan membayar
hutang secara tepat waktu.
10. Pihak manajemen cenderung mengalami kesulitan untuk mendapatkan laporan
yang berkaitan dengan transaksi bisnis perusahaan secara cepat, terutama laporan
yang menyangkut proses pembelian, utang usaha dan persediaan yang dilakukan
oleh perusahaan seperti Laporan Pembelian, Laporan Retur Pembelian, Laporan
Rekapitulasi Utang, Laporan Pengeluaran Kas dan Laporan Persediaan Per
Gudang yang dibutuhkan dalam rangka proses pengambilan keputusan.
Seharusnya laporan-laporan yang dibutuhkan oleh pihak manajemen dalam
rangka proses pengambilan keputusan dapat diperoleh dengan cepat dan akurat.
120
Hal ini disebabkan karena banyaknya data-data yang harus dihimpun dari
berbagai file komputer atau dokumen secara fisik yang terkait dengan laporan
tersebut untuk menghasilkan laporan yang diinginkan.
Akibatnya pembuat laporan cenderung membutuhkan waktu yang lama
untuk menyelesaikan suatu laporan. Informasi yang dihasilkan bisa jadi tidak
begitu lengkap dan kurang akurat akibat kurang akuratnya pasokkan data yang
dibutuhkan.
Rekomendasinya adalah menyediakan suatu aplikasi sistem yang
dilengkapi dengan database engine yang dapat digunakan untuk menghimpun
berbagai transaksi yang diperlukan untuk dapat menghimpun berbagai data
transaksi yang diperlukan untuk dapat menghasilkan laporan yang dibutuhkan
dalam tempo waktu yang cepat dan tingkat akurasi data yang baik. Laporan-
laporan tambahan yang diusulkan seperti: Laporan Analisis Kinerja Pemasok,
Laporan List Harga Efektif Material, Laporan Material Mencapai ROP, Laporan
Nilai Persediaan, Laporan Budget vs Realization, Jurnal pengeluaran kas, Jurnal
Pembelian, dan Jurnal Umum (terkait retur pembelian).
11. Dokumen-dokumen terkait pembelian, utang dan persediaan masih ditulis secara
manual dan tidak memiliki nomor urut tercetak.
Seharusnya setiap dokumen hendaknya memiliki nomor urut tercetak yang
identik untuk setiap transaksi untuk memudahkan penelusuran informasi.
Namun saat ini semua dokumen masih belum memiliki nomor urut dan hanya
dikelompokkan berdasarkan tanggal transaksi.
121
Akibatnya dokumen-dokumen jika hilang tidak dapat diketahui dan
penelusuran informasi atas dokumen-dokumen tersebut membutuhkan waktu
yang cukup lama.
Rekomendasinya adalah merancang suatu sistem yang menghasilkan
dokumen-dokumen dengan nomor urut tercetak.
Berikut ini adalah gambaran Rich Picture Proses Bisnis Berjalan yang disajikan
melalui gambar 3.12.
Gambar 3.12 Rich Picture Proses Bisnis Berjalan - Overview 122