BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 IPEKA 3.1.1 Sejarah...
-
Upload
trinhxuyen -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
Transcript of BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 IPEKA 3.1.1 Sejarah...
50
BAB 3
ANALISIS SISTEM BERJALAN
3.1 IPEKA
3.1.1 Sejarah IPEKA
Yayasan Iman Pengharapan dan Kasih (IPEKA) dibentuk pada tanggal 5 Mei
1978 di Jakarta dengan notaris Henk Limanow dengan akta no.11. Awal mula gagasan
mendirikan sekolah kristen IPEKA dipelopori oleh Pdt.DR.William Hodaviah Hosanna
yang mendapat dukungan dari majelis Gereja Kristus Jemaat Mangga Besar (Gereja
Kristus Kuo Yu Thang).
Pada tahun 1979, G.I Lois Koerniawati dari Surabaya bergabung dengan
Pdt.DR.William Hodaviah Hosanna, karena beliau mempunyai visi yang sama dengan
Gereja Kristus Jemaat Mangga Besar untuk mendirikan sekolah yang berlandaskan iman
kristen.
Setelah berbagai persiapan untuk pendirian sekolah selesai, maka pada
pertengahan tahun 1979 sekolah kristen IPEKA Tomang membuka kelas untuk taman
kanak-kanak, yang pada saat itu masih menggunakan bangunan yang sederhana, jumlah
murid hampir mencapai 100 orang dengan 4 orang guru sebagai pengajar termasuk G.I.
Lois Koerniawati yang menjabat sebagai guru agama sekaligus kepala sekolah pada
waktu itu.
51
3.1.2 Cabang IPEKA
Saat ini, kantor pusat IPEKA berada di Jl. Tanjung Duren Utara X No. 906
Jakarta Barat. Saat ini (2006), IPEKA mempunyai 7 cabang dan 1 pusat konseling dan
pelatihan sebagai berikut :
Sekolah Kristen IPEKA Tomang I
Sekolah Kristen IPEKA Tomang II
Sekolah Kristen IPEKA Pluit
Sekolah Kristen IPEKA Sunter I
Sekolah Kristen IPEKA Sunter II
Sekolah Kristen IPEKA Puri
Sekolah Kristen IPEKA Kota Legenda
Pusat Konseling dan Pelatihan IPEKA
3.1.3 Sejarah Perkembangan Cabang IPEKA
Awal tahun 1981 kegiatan sekolah kristen IPEKA menggunakan gedung
permanen di komplek perumahan Green Ville menempati Blok SD. Kemudian pada
bulan Agustus 1988, Yayasan IPEKA membangun Sekolah Kristen IPEKA yang
menempati Blok D untuk kegiatan belajar siswa SLTP, yang dilanjutkan dengan
pembangunan Gedung untuk SMU pada tahun 1999. Sekolah yang menempati Blok SD
dikenal dengan nama Sekolah Kristen IPEKA Tomang I sedangkan sekolah yang
menempati Blok D dikenal dengan nama Sekolah Kristen IPEKA Tomang II.
Bulan Juni 1984, Yayasan IPEKA membuka kelas Taman kanak-kanak di
wilayah Pluit. Pada awalnya sekolah meminjam bangunan gedung di samping Pos
52
Gereja Kristus Jemaat Mangga Besar Rayon II Pluit sebagai ruang kelas, tahun
berikutnya dilanjutkan dengan membuka kelas Sekolah Dasar.
Tahun 1988, Yayasan IPEKA membangun gedung sekolah di jalan Pluit Timur,
Jakarta Utara. Pembangunan tahap pertama selesai pada tahun 1989 selanjutnya dipakai
untuk kegiatan belajar siswa Taman kanak-kanak dan Sekolah Dasar Kristen IPEKA
Pluit yang pada akhirnya juga menyediakan jenjang pendidikan untuk Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP).
Tahun 1984 - 1985, atas anugrah Tuhan pembelian lahan dan pembangunan di
komplek perumahan Sunter Agung Podomoro dapat dilaksanakan. Tahun 1996 dibuka
kelas untuk Taman kanak-kanak dan dilanjutkan dengan jenjang Sekolah Dasar pada
tahun berikutnya. Kepercayaan masyarakat sekitar terhadap Sekolah Kristen IPEKA
Sunter semakin besar dan berdasarkan permintaan orang tua siswa maka jenjang SLTP
dibuka pada lokasi yang sama.
Pengembangan pendidikan Sekolah Kristen IPEKA kemudian dilanjutkan ke
wilayah Perumahan Puri Indah, pada tahun 1990 pembelian tanah dilakukan dan pada
tahun 1994 Sekolah Kristen IPEKA Puri sudah siap digunakan untuk kegiatan belajar
dengan membuka kelas Taman kanak-kanak kemudian diikuti dengan Sekolah Dasar
dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
Tahun 1996, yayasan IPEKA mengembangkan sayap ke wilayah Bekasi,
tepatnya di perumahan Kota Legenda dengan membeli sebidang tanah di komplek
perumahan tersebut. Mengingat situasi dan kondisi yang belum memungkinkan,
pembangunan gedung sekolah belum dapat dilaksanakan; namun demikian kegiatan
belajar tetap dilakukan dengan menempati lokasi bekas kantor proyek yang ditata
53
kembali ruangnya menjadi ruang kelas yang layak pakai. Pada tahun 1997 Sekolah
Kristen IPEKA Kota Legenda mulai membuka kelas Taman kanak-kanak dan
dilanjutkan dengan Sekolah Dasar.
Untuk mengantisipasi perkembangan dan tuntutan jaman yang demikian cepat
dalam menyongsong era globalisasi pada milenium ketiga, maka pada tahun 1999,
Yayasan IPEKA membuka jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan
Sekolah Menengah Umum di kawasan Puri Indah dikenal dengan nama IPEKA High.
Menggunakan dua bahasa pengantar (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) dan
menawarkan "dual curriculums" yaitu kurikulum Indonesia dan kurikulum Higher
School Certificate (HSC) dari Departemen Pendidikan New South Wales yang
bertanggung jawab dalam bidang kurikulum dan ujian HSC. IPEKA High bekerjasama
dengan 2 sekolah terkemuka di Australia dan mendapat dukungan penuh dari Scots
College, yaitu sekolah presbyterian putera terkemuka dengan fasilitas terlengkap di
Sydney yang berdiri sejak tahun 1893 dan St. Catherine's School, yaitu sekolah puteri
tertua di Sydney yang didirikan pada tahun 1856 dikenal dengan prestasi akademisnya.
54
3.1.4 Logo, Visi Dan Misi IPEKA
Gambar 3.1 – Logo Sekolah Kristen IPEKA
Sumber : Kepala Sekolah SD IPEKA Tomang 1 (2006)
Visi
Membentuk manusia yang beriman, prima dalam ilmu dan melayani sesama dalam
kasih.
Misi
• Pendidikan yang integral antara ilmu dan iman.
Memberikan pelayanan pendidikan tingkat sekolah dasar bagi warga dengan sebaik–
baiknya.
Menjadikan sekolah pusat kegiatan dalam rangka meningkatkan keimanan dan
taqwaan.
Menjadikan sekolah pusat ilmu pengetahuan
Menjadikan sekolah pusat budaya.
55
Menjadikan sekolah sebagai tempat pengabdian dalam rangka mencerdaskan anak
bangsa.
3.1.5 Sasaran IPEKA
1. Meningkatkan kualitas belajar mengajar
2. Meningkatkan prestasi siswa
3. Meningkatkan kinerja guru
3.1.6 Kurikulum IPEKA
Kurikulum pendidikan di sekolah Kristen IPEKA disesuaikan dengan kurikulum
pendidikan nasional. Muatan dan materi pembelajaran pada mata pelajaran inti diberikan
lebih dalam dan lebih luas dengan memperhatikan potensi, minat dan bakat anak.
Dengan memberi perhatian lebih pada kualitas proses pembelajaran di dalam kelas.
Terutama metode pembelajaran, media dan sarana prasarana yang lebih berkualitas,
kondusif, kreatif dan ideal. Termasuk pembekalan anak dalam menghadapi era
globalisasi terutama intensifikasi penguasaan bahasa inggris, teknologi informasi
termasuk ekskul (ekstra kurikuler) yang diminati, seperti: melukis, menari, paduan
suara, bola basket, bola volly, tenis meja, tata boga, jurnalistik, ensemble music, band
dan karya ilmiah remaja.
56
3.2 IPEKA Tomang 1
3.2.1 Sejarah IPEKA Tomang 1
IPEKA Tomang 1 merupakan cabang pertama yang didirikan oleh Yayasan
IPEKA yang terletak di perumahan Green Ville blok SD Jakarta barat. IPEKA Tomang
1 mempunyai cakupan kelas reguler dan bilingual untuk TK (Taman Kanak-kanak) dan
SD (Sekolah Dasar).
Jumlah kelas untuk tingkat Taman Kanak-kanak berjumlah 6 (enam) kelas
sedangkan untuk tingkat Sekolah Dasar berjumlah 16 (enam belas) kelas dengan fasilitas
sebagai berikut: lab komputer, perpustakaan, lapangan olahRaga, ruang bermain, ruang
kelas ber-AC dan taman bermain.
57
3.2.2 Struktur Organisasi IPEKA Tomang 1
Koordinator Lokal
Kepala sekolah
Asisten kepala sekolah
T.U Guru Bidang Studi Guru Wali Kelas
AgamaBahasa InggrisKomputerPendidikan JasmaniSeni MusikSeni LukisKetrampilanCharacter Building
Kelas 1A, 1B dan 1CKelas 2A dan 2BKelas 3A dan 3BKelas 4A, 4B dan 4CKelas 5A, 5B dan 5CKelas 6A, 6B dan 6C
Gambar 3.2 - Struktur Organisasi IPEKA Tomang 1
Sumber : Hasil Wawancara Dengan Kepala Sekolah IPEKA Tomang 1 (2006).
58
3.2.3 Tugas Dan Tanggung Jawab Koordinator Lokal
• Memantau kegiatan sekolah
• Menilai kinerja kepala sekolah
• Menilai hasil pelaksanaan program sekolah
• Penghubung antara sekolah dan yayasan
3.2.4 Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah
Dalam rangka peningkatan disiplin, kepala sekolah berusaha agar :
• Memberikan pemahaman kurikulum terhadap guru
• Menyusun program pengajaran
• Melaksanakan pembelajaran 6 jam per hari
• Melaksanakan evaluasi, analisis hasil belajar
• Menyusun program perbaikan, pengayaan dan program BK
• Membimbing karyawan
• Memotivasi siswa, guru dan karyawan dalam pengembangan IPTEK
• Memberikan contoh pengajaran
• Menyususn program tahunan sekolah
• Menetapkan struktur organisasi
• Menggerakkan guru dan karyawan
• Melaksanakan penilaian guru dan karyawan
• Mengoptimalkan sumber daya sekolah
• Menjalin kerjasama dengan komite sekolah
• Melaksanakan pengelolaan administrasi sekolah
59
• Menyusun RAPBS
• Membuat SPJ keuangan
• Mengelola administrasi persyaratan
• Menyusun program supervisi
• Memberikan contoh / keteladanan di tempat kerja.
• Menyusun program peningkatan kesejahteraan guru
• Membina guru dan siswa melalui upacara
• Menyusun visi dan misi sekolah
• Menentukan kebijakan bersama warga sekolah
• Melakukan pembaharuan terhadap perkembangan sekolah
• Membudayakan perpustakaan dan laboratorium sekolah.
• Menyusun dan melakukan program SPB
• Menyusun dan melakukan program ulangan umum sekolah dan ujian akhir
sekolah
• Mendelegasikan tugas kepada guru, jika tidak berada di tempat
• Memberikan penghargaan / hukuman sesuai dengan konsekuensi dan
peraturan yang berlaku
• Melaksanakan 7K
• Mengusulkan kenaikan pangkat guru / karyawan
• Mengikuti kegiatan rapat – rapat
• Membuat SK pembagian tugas
• Melaporkan hasil kerjanya kepada atasan.
60
3.2.5 Tugas Dan Tanggung Jawab Asisten Kepala Sekolah
a. Asisten kepala sekolah mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
Menyusun perencanaan, program kegiatan dan program pelaksanaan.
Pengorganisasian masalah untuk menentukan prioritas utama
Memberikan informasi kepada guru dan karyawan
Memberikan pembinaan kepada guru dan karyawan
Melakukan koordinasi guru, karyawan dan warga sekolah
Melakukan pengawasan kepada guru dan karyawan
Identifikasi dan pengumpulan data
Penyusun laporan
b. Urusan kurikulum, mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
Menyusun program pengajaran tahunan dan semester
Menyusun program tugas guru
Menyusun jadwal pelajaran
Menyusun jadwal evaluasi belajar
Menyusun pelaksanaan program ulangan umum sekolah dan UAS.
Menyusun kriteria persyaratan naik kelas / tidak naik kelas, serta ketamatan
siswa kelas VI
Menyusun jadwal penerimaan buku laporan pendidikan (raport) dan penerimaan
ijazah.
Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan program satuan pelajaran
61
Menyediakan buku paket guru dan siswa
Menyusun laporan pelaksanaan pelajaran secara berkala.
3.2.6 Tugas Dan Tanggung Jawab Guru
Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas
melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Tugas dan tanggung
jawab seorang guru meliputi :
• Membuat program pengajaran (rencana kegiatan belajar mengajar semester atau
tahunan)
• Membuat satuan pelajaran (persiapan mengajar)
• Melaksanakan kegiatan belajar mengajar
• Melaksanakan kegiatan penilaian belajar (semester / tahunan)
• Mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi tanggung
jawabnya
• Melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar
• Meneliti daftar hadir sebelum mengajar
• Membuat dan menyusun lembar kerja (LK) untuk mata pelajaran siswa
• Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing masing siswa.
• Membersihkan ruang tempat praktek / bengkel, pengembalian alat pinjam,
pemeliharaan dan keamanan sarana praktek
• Mengadakan pemeriksaan, pemeliharaan dan pengawasan kebersihan masing masing
dan alat alat praktek lainnya pada setiap akhir pelajaran
• Guru sebagai wali kelas membantu kepala sekolah dalam kegiatan sebagai berikut :
62
Pengelolaan kelas
Penyelenggaraan administrasi kelas, meliputi :
- Denah siswa
- Papan absensi siswa
- Daftar pelajaran
- Daftar piket kelas
- Buku absensi siswa
- Buku kegiatan belajar mengajar
- Tata tertib kelas
Menyusun / membuat statistik bulanan siswa
Pengisian daftar kumpulan nilai siswa
Membuat catatan khusus tentang siswa
Pencatatan mutasi siswa
Pengisian buku laporan pendidikan (raport)
Pembagian buku laporan pendidikan (raport)
• Melakukan bimbingan dan konseling kepada siswa
3.2.7 Tugas Dan Tanggung Jawab Tata Usaha
• Menerima pembukuan
• Melaksanakan pemasaran
• Bertanggung jawab atas laporan keuangan
63
3.3 Metodologi Analisis
Peneliti melakukan analisis terhadap 4 aspek di IPEKA Tomang 1, yaitu analisis
kebutuhan organisasi, analisis kebutuhan pelatihan, analisis budaya organisasi dan
analisis infrastruktur. Beberapa detail untuk analisis yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
• Sumber Data : Data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari :
• Para siswa kelas V SD, melalui kuesioner yang diberikan, untuk menanyakan
permasalahan mereka terhadap pelajaran matematika
• Guru matematika kelas V SD, untuk menanyakan bagaimana proses belajar
mengajar yang sedang berjalan, situasi kelas ketika proses belajar mengajar dan
permasalahan yang dihadapi.
Data sekunder diperoleh dari
• Guru matematika kelas V SD, untuk menanyakan pandangan guru mengenai
kesulitan para siswa di dalam memahami materi yang diberikan.
• Kepala sekolah IPEKA Tomang 1, untuk menanyakan pandangan beliau
mengenai permasalahan yang dihadapi guru di dalam proses belajar mengajar
dan permasalahan yang dihadapi murid kelas V SD IPEKA Tomang 1.
Peneliti mencari data sekunder dan data primer untuk satu hal yang sama, dengan
tujuan untuk melihat masalah tersebut dari 2 sisi dan untuk menguji ke-valid-an data
yang dicari. Misal : Guru mengatakan proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan
para siswa tidak mengalami kesulitan apapun di dalam proses belajar mengajar. Tetapi
64
ketika hal tersebut ditanyakan kepada para siswa, mereka mengatakan bahwa mereka
mengalami kesulitan di dalam memahami materi yang diberikan, dan salah satu
faktornya adalah guru yang terlalu cepat menyampaikan materi atau guru yang tidak bisa
mengajar. Dalam hal ini, informasi yang diberikan guru patut dipertanyakan kembali.
Karena mungkin saja guru berusaha menutup-nutupi sesuatu selama proses penelitian.
• Bentuk Data : Data subyek dan data dokumenter. Data subyek didapat dalam
wawancara, ketika peneliti menanyakan opini, pengalaman dan karakteristik siswa
dan hal-hal yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. Sedangkan data
dokumenter didapat melalui dokumen yang diberikan oleh pihak sekolah
sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab koordinator lokal, kepala sekolah,
asisten kepala sekolah, guru dan tata usaha.
• Pengumpulan Data : Dengan survei. Metode yang digunakan adalah wawancara
langsung dan kuesioner yang langsung diserahkan sendiri oleh peneliti.
• Penyajian Data : Data hasil kuesioner disajikan dengan menggunakan tabel dan
grafik. Grafik yang digunakan peneliti adalah Grafik batang dan pie.
3.4 Analisa Kebutuhan IPEKA Tomang 1
IPEKA Tomang 1 harus terus berubah di dalam cara belajar mengajarnya untuk
dapat bersaing dengan sekolah unggulan yang ada dan meningkatkan kualitas lulusan
IPEKA Tomang 1. IPEKA Tomang 1 menyadari peranan teknologi informasi terhadap
peningkatan kualitas pendidikan sangatlah besar, maka dari itu, IPEKA Tomang 1
memandang baik jika pola belajar mengajar yang ada terus menerus harus diperbarui
65
untuk meningkatkan keunggulan kompetitif IPEKA, termasuk dengan menggunakan
teknologi informasi. Hal ini tersirat di dalam kurikulum IPEKA yang mengatakan :
”... dengan memberi perhatian lebih pada kualitas proses pembelajaran di dalam
kelas. Terutama metode pembelajaran, media dan sarana prasarana yang lebih
berkualitas, kondusif, kreatif dan ideal. Termasuk pembekalan anak dalam menghadapi
era globalisasi terutama intensifikasi penguasaan bahasa inggris, teknologi informasi .. ”.
Di samping itu, Yayasan IPEKA mempunyai kebijakan dimana setiap cabang
bebas untuk mengembangkan kegiatan belajar mengajarnya secara otonom. Hal ini juga
tersirat di dalam tugas dan tanggung jawab kepala sekolah IPEKA Tomang 1 seperti
”Memotivasi siswa, guru dan karyawan dalam pengembangan IPTEK dan melakukan
pembaharuan terhadap perkembangan sekolah”. Pengendalian dilakukan dengan 2 cara :
• Pertama, dengan menempatkan seorang koordinator lokal di setiap cabang IPEKA
yang bertugas untuk memantau kegiatan sekolah dan penghubung antara sekolah
dengan yayasan.
• Kedua, dengan mengadakan rapat antara ketua yayasan dengan kepala sekolah setiap
cabang Biasanya rapat digunakan untuk membuat strategi baru dan untuk
mendelegasikan strategi ke masing-masing cabang. Sebagai contoh : Jika ada
perubahan kurikulum atau kebijakan sekolah. Gambar 3.3 di bawah menjelaskan
proses perubahan kurikulum yang dipakai oleh IPEKA.
66
7. MembuatRancangan
Ajaran
Yayasan IPEKA
Rapat Kepala Sekolah SD Tiap cabang
Kurikulum
Kepala Sekolah SD Guru Bidang Studi
Rancangan Ajaran Tahunan
Rancangan Ajaran Bulanan
Rancangan Ajaran Harian
IPEKA Tomang 1
1Rapat Tiap tingkatan
3Membawa Kurikulum Baru
2Menghadiri Rapat
5Rapat
6Memberikan Feedback
4Diterapkan
8Diperiksa
Gambar 3.3 - Proses Perubahan Kurikulum IPEKA
Sumber : Hasil Wawancara Dengan Kepala Sekolah IPEKA Tomang 1 (2006)
Proses perubahan kurikulum dimulai dengan adanya rapat antara pihak yayasan
dengan kepala sekolah masing-masing cabang dan sesuai tingkatannya masing
masing.
Di dalam rapat, diadakan briefing tentang perubahan kurikulum yang sedang terjadi
dan setiap kepala sekolah akan membawa kurikulum yang baru untuk
disosialisasikan kepada para guru di masing-masing cabang.
Setelah itu, kepala sekolah tiap cabang, akan mengadakan rapat dengan para guru
bidang studi dan guru wali kelas untuk membicarakan perubahan kurikulum yang
akan dipakai di tahun ajaran yang baru.
67
Guru bidang studi akan membuat rencana / rancangan ajaran tahunan, bulanan dan
harian, untuk memastikan bahwa pelajaran yang diajarkan sesuai dengan kurikulum
yang baru.
Setelah itu, kepala sekolah akan memeriksa rancangan ajaran yang diberikan oleh
guru. Jika rancangan ajaran yang dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum baru,
maka guru akan mulai mengajar dengan rancangan ajaran yang baru. Jika tidak,
maka guru akan me-revisi rancangan tersebut.
Kepala sekolah akan melakukan kontrol mengenai kesulitan guru di dalam proses
belajar mengajar, atau mengenai kesulitan penerapan kurikulum yang baru tersebut
melalui rapat yang diadakan setiap bulannya.
3.5 Analisis Kebutuhan Pelatihan
3.5.1 Analisis Kinerja Yang Diinginkan
IPEKA ingin terus meningkatkan kualitas pendidikan dan para lulusannya.
Harapan sekolah dan para guru, mereka menginginkan setiap siswa bisa mengerti materi
yang diajarkan oleh para guru dan materi yang disampaikan sesuai dengan kurikulum
yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pelajaran Matematika yang berdasarkan KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) 2004 yang dipakai oleh IPEKA Tomang 1
mempunyai struktur sebagai berikut :
Semester 1
Operasi Hitung Bilangan
Operasi Hitung Bilangan Cacah
Sifat Operasi Hitung
Pembulatan Bilangan
68
Penaksiran Operasi Hitung Bilangan
Faktor Prima dan Faktorisasi Prima
Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat
Operasi Hitung
Perpangkatan dan Akar
Perpangkatan
Operasi Hitung Bilangan Berpangkat
Akar Pangkat Dua Bilangan Kuadrat
Operasi Hitung Pecahan
Bilangan Pecahan
Jenis Bilangan Pecahan
Bilangan Pecahan Senilai
Menyederhanakan Bilangan Pecahan
Persen dan Persentase
Mengubah Pecahan
Pecahan Biasa ke Persen
Persen ke Pecahan Biasa
Pecahan Biasa ke Campuran
Campuran ke Pecahan Biasa
Membandingkan Dua Pecahan
Pecahan Biasa dengan Pecahan Campuran
Pecahan Biasa dengan Persen
Pecahan Biasa dengan Pecahan Desimal
69
Pecahan Desimal dengan Persen
Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
Operasi Penjumlahan
Operasi Pengurangan
Operasi Perkalian dan Pembagian Pecahan
Operasi Perkalian
Operasi Pembagian
Perbandingan dan Skala
Satuan Pengukuran
Waktu
Pengertian Waktu
Satuan Waktu
Ukuran Waktu
Sudut
Pengertian Sudut
Cara Menggambar Sudut
Macam-Macam Sudut
Jenis Relasi Sudut
Luas
Persamaan Dasar Satuan Luas
Perhitungan Satuan Luas
Satuan Luas Dalam Are
70
Volume
Pengertian Volume
Perhitungan Volume
Kecepatan
Pengertian Kecepatan
Hubungan Antar Satuan Kecepatan
Debit
Pengertian Debit
Perhitungan Debit
Semester 2
Bangun Datar
Segitiga
Pengertian Segitiga
Jenis-Jenis Segitiga
Garis Istimewa Segitiga
Segitiga Istimewa
Segitiga dan Sifatnya
Persegi Panjang
Pengertian Persegi Panjang
Sifat Persegi Panjang
Keliling Persegi Panjang
Luas Persegi Panjang
71
Persegi
Pengertian Persegi
Sifat-Sifat Persegi
Keliling Persegi
Luas Persegi
Jajaran Genjang
Pengertian Jajaran Genjang
Sifat-Sifat Jajaran Genjang
Keliling Jajaran Genjang
Luas Jajaran Genjang
Belah Ketupat
Pengertian Belah Ketupat
Sifat Belah Ketupat
Keliling Belah Ketupat
Luas Belah Ketupat
Layang-Layang
Pengertian Layang-Layang
Sifat Layang-Layang
Keliling Layang-Layang
Luas Layang-Layang
Trapesium
Pengertian Trapesium
Jenis-Jenis Trapesium
Sifat Trapesium
72
Keliling dan Luas Trapesium
Lingkaran
Pengertian Lingkaran
Unsur-Unsur Lingkaran
Sifat-Sifat Lingkaran
Keliling dan Luas Lingkaran
Bangun Ruang
Pengertian Bangun Ruang
Sisi, Rusuk Dan Titik Pojok Bangun Ruang
Macam-Macam Bangun Ruang
Kubus
Balok
Prisma
Limas
Kerucut
Tabung
Bola
Simetri dan Kesebangunan
Simetri Lipat
Simetri Putar
73
Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap guru diharuskan untuk membuat
rancangan ajaran tahunan, bulanan dan harian, sehingga kepala sekolah bisa memeriksa
apakah rancangan yang dibuat sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Rancangan
yang dibuat oleh guru, harus diserahkan kepada kepala sekolah dalam bentuk hardcopy
dengan format yang telah ditentukan sebelumnya.
3.5.2 Analisis Kinerja Sebenarnya
Kurikulum yang digunakan untuk pelajaran matematia adalah Kurikulum
Berbasis Kompetensi 2004. Kurikulum ini cukup berbeda dengan kurikulum
sebelumnya, karena di dalam kurikulum yang baru ini, materi matematika menjadi lebih
padat dan ada beberapa rumus baru yang harus dikuasai para siswa. Guru yang mengajar
di kelas suka mengulang pelajaran tertentu yang masih belum dikuasai para siswa untuk
meningkatkan pemahaman mereka. Dampak tidak langsung dari hal ini ialah guru harus
memberikan materi lebih banyak di beberapa pertemuan atau mengurangi latihan yang
diberikan supaya guru bisa merealisasikan rancangan ajaran yang telah dibuat
sebelumnya.
Di samping itu, guru melihat, siswa mengalami kesulitan di dalam mengerjakan
soal cerita, karena mereka menganggap soal cerita yang diberikan bias atau ambigu
(bermakna ganda). Akibatnya siswa membutuhkan lebih banyak waktu untuk latihan,
dan materi yang diberikan menjadi tertunda. Untuk meminimalisir hal ini, dalam setiap
pertemuan, guru memberikan PR (Pekerjaan Rumah) kepada para siswa sebanyak 10
soal essay untuk dikumpulkan di pertemuan selanjutnya. Guru jarang memberikan PR
lebih dari 10 soal dikarenakan adanya PR mata pelajaran lainnya dan kegiatan ekskul
74
yang sudah menyita waktu para siswa. Proses belajar mengajar matematika di kelas V
SD bisa digambarkan dalam gambar 3.4 di bawah ini:
Pengajaran di kelas
Rancangan Ajaran Harian
Buku Cetak
OHP ataualat bantu pengajaran
atau alat bantu visualisasi
Murid Murid
2Mengajar
3Feedback
LKS4
Latihan5
Feedback
Disesuaikan
1Elemen yangmembantu
Gambar 3.4 - Proses Belajar Mengajar Matematika
Sumber : Hasil Wawancara Dengan Guru Matematika Kelas V SD (2006)
Dimulai ketika guru menyiapkan materi sesuai dengan rancangan ajaran harian yang
telah dibuat sebelumnya. Materi ini bisa diambil dari buku cetak apapun yang sesuai
dan yang menjadi referensi guru. Rancangan ajaran harian tetap menjadi panduan
bagi guru ketika mengajar.
75
Guru bisa mengajar dengan menggunakan OHP, atau alat bantu pengajaran seperti
papan tulis dan spidol, atau alat bantu visualisasi untuk memvisualisasikan materi,
seperti : Permukaan jam untuk menjelaskan materi waktu atau sudut.
Jika media atau alat bantu ini tidak tersedia atau sedang rusak, maka guru akan
berusaha menjelaskan dengan gambar ataupun soal cerita. Penggunaan media atau
alat bantu ini bersifat optional.
Setelah itu, guru akan mulai mengajarkan materi kepada para murid. Murid bisa
memberikan feedback berupa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang
diajarkan ataupun pernyataan atas pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sebelum
memulai materi yang baru, guru terkadang suka mengulang materi tertentu yang
masih tidak dimengerti oleh murid.
Jika materi yang diajarkan telah selesai, guru meminta murid untuk mengerjakan
latihan di LKS – Lembar Kerja Siswa dan kemudian dikumpulkan untuk diperiksa
oleh guru. Atau, untuk hari-hari tertentu, guru akan memberikan ulangan mendadak
untuk menguji materi yang sudah diberikan sebelumnya
3.5.3 Perbedaan dan Penyebab Perbedaan Kinerja
Materi matematika berbeda dari materi pelajaran lainnya. Hal ini dikarenakan
selain dari banyaknya rumus yang ada, materi matematika membutuhkan banyak latihan
dan ketelitian siswa untuk mengerjakan soal yang diberikan.Di samping itu, soal cerita
yang diberikan membutuhkan visualisasi dari siswa untuk mengerjakannya. Guru
melihat, kurangnya daya visualisasi atau daya nalar siswa terhadap soal cerita yang
diberikan merupakan akar permasalahan yang dihadapi oleh para siswa kelas 5 SD.
76
Maka dari itu, peneliti menyebarkan kuesioner yang ditujukan untuk mengetahui
hambatan anak di dalam belajar matematika dan kuesioner ini disusun dengan
menggunakan skala sederhana untuk mengukur sikap dan skala ordinal untuk
mengukur construct. Skala sederhana digunakan untuk pertanyaan-pertanyaan yang
menggunakan jawaban Ya atau Tidak. Peneliti menggunakan skala sederhana
dikarenakan tingkat pendidikan responden yang masih rendah, yaitu masih kelas 5 SD.
Skala ordinal digunakan untuk membuat peringkat atau memprioritaskan hambatan para
siswa dalam mempelajari matematika. Kuesioner tersebut dibagikan kepada 97 orang
siswa kelas 5 SD IPEKA Tomang 1, pada hari selasa, tanggal 14 november 2006 pkl
07:10 WIB dengan rincian :
Jumlah siswa kelas VA : 34 orang
Jumlah siswa kelas VB : 31 orang
Jumlah siswa kelas VC : 32 orang
Diketahui total kuesioner yang dikembalikan hanya berjumlah 96 buah. Hal itu
dikarenakan ada 1 orang siswa kelas V C yang tidak masuk dikarenakan sakit. Dari 96
Kuesioner yang dikembalikan, hanya 75 yang dipakai dan 21 diantaranya mengalami
kesalahan sistematik response bias, dimana jawaban yang diberikan oleh responden,
merupakan jawaban yang bias. Hal ini disebabkan karena jawaban dari beberapa
pertanyaan yang mirip tidak saling mendukung satu sama lain. Sebagai contoh :
• Ada yang mengatakan bingung di dalam mengerjakan soal cerita dan soal cerita
lebih susah daripada soal pilihan ganda dan isian, tetapi ketika diminta mengurutkan
hambatan di dalam belajar matematika, dia menempatkan ”soal cerita” di prioritas
paling akhir.
77
• Ada yang mengatakan guru menjelaskan tidak terlalu cepat dan penjelasan guru
mudah dimengerti. Tetapi, ketika diminta untuk mengurutkan hambatan dalam
belajar matematika, dia menempatkan ”guru terlalu cepat” di prioritas pertama.
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dikembalikan, maka diketahui bahwa :
1. 80% siswa (60 siswa) bersedia jika proses belajar mengajar yang sedang berjalan
diubah dengan menggunakan komputer. Mereka setuju jika materi matematika
diajarkan guru melalui animasi di komputer. Beberapa pandangan para siswa yang
setuju mengatakan bahwa mereka sangat antusias bahwa melalui materi yang
diajarkan di komputer, materi matematika akan lebih mudah untuk dimengerti dan
kegiatan belajar mengajar akan menjadi lebih menyenangkan. Ada beberapa siswa
yang mengatakan bahwa salah satu cara untuk mempermudah pelajaran matematika,
ialah dengan menggunakan animasi di komputer. Untuk keterangan lebih lengkap,
anda bisa melihat didalam lampiran 5.
2. 20% siswa (15 orang) menolak materi matematika diajarkan di komputer karena
mereka sudah terbiasa akan penjelasan guru secara lisan dan di papan tulis. Mereka
merasa materi matematika akan menjadi lebih sulit jika jika dijelaskan melalui
komputer. Untuk keterangan yang lebih lengkap, anda bisa melihatnya di dalam
Lampiran 5. Perbandingan antara para siswa yang menerima dan menolak
penyampaian materi matematika melalui komputer, disajikan dalam gambar 3.5 di
bawah ini :
78
60
15
0
10
20
30
40
50
60
Apakah anda setuju jika materimatematika diajarkan melalui animasi di
komputer
Setuju Tidak Setuju
Gambar 3.5 - Setujukah Anda Jika Materi Matematika
Diajarkan Melalui Animasi Di Komputer?
Sumber : Hasil Kuesioner (2006)
3. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dikembalikan, hambatan para siswa di dalam
belajar matematika tersaji dalam tabel 3.1 di bawah ini :
Tabel 3.1 – Hambatan Dalam Belajar Matematika Sebelum Pembobotan
Hambatan Matematika Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Prioritas 5 Banyak rumus 14 19 21 10 11 Guru terlalu cepat 4 10 18 20 23 Kurang Contoh 4 9 12 29 21 Kelas berisik 27 19 9 7 13 Soal cerita 26 18 15 9 7
Sumber : Hasil Kuesioner (2006)
79
Cara Membaca Tabel :
• 27 orang menganggap masalah paling utama di dalam belajar matematika ialah :
kelas berisik, sedangkan 26 orang menganggap masalah paling utama di dalam
belajar matematika ialah : soal cerita.
Untuk mengetahui kendala utama yang sesungguhnya di dalam belajar
matematika, peneliti memberikan pembobotan prioritas sebagai berikut :
Prioritas 1 : 5 poin
Prioritas 2 : 4 poin
Prioritas 3 : 3 poin
Prioritas 4 : 2 poin
Prioritas 5 : 1 poin
Maka, didapati hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 – Hambatan Dalam Belajar Matematika Setelah Pembobotan
Hambatan Matematika Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Prioritas 5 Total Poin Banyak rumus 70 76 63 20 11 240 Guru terlalu cepat 20 40 54 40 23 177 Kurang Contoh 20 36 36 58 21 171 Kelas berisik 135 76 27 14 13 265 Soal cerita 130 72 45 18 7 272
Sumber : Hasil Kuesioner (2006)
Cara Membaca Tabel :
• Hambatan yang paling utama didalam mempelajari matematika adalah soal cerita.
Soal cerita mendapat total poin tertinggi sebesar 272 poin ketika para siswa
80
mengurutkan 5 hambatan di dalam pembelajaran matematika. Dan yang
mendapatkan total poin terendah ialah Kurang contoh, sebanyak 171 poin.
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
• Tiga hambatan utama para siswa kelas 5 SD di dalam belajar matematika adalah :
Soal cerita yang membingungkan, suasana kelas yang berisik dan banyak
rumus.
• Masalah utama siswa di dalam pembelajaran matematika ialah soal cerita yang
membingungkan. Hal ini didukung oleh pernyataan 67% siswa (50 orang) yang
mengatakan bingung dalam mengerjakan soal cerita dan 87% siswa (65 orang) yang
mengatakan soal cerita mempunyai tingkat kesulitan yang lebih dibandingkan
dengan pilihan ganda atau Essay. Hal tersebut bisa dilihat dari gambar 3.6 dan 3.7 di
bawah ini :
50
25
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Bingung Tidak bingung
Apakah adik bingung didalam mengerjakan soal cerita?
Gambar 3.6 – Apakah Adik Bingung Di Dalam Mengerjakan Soal Cerita ?
Sumber : Hasil Kuesioner (2006)
81
Manakah yang lebih susah ?
65
1
9
0
10
20
30
40
50
60
70
Soal Cerita Pilihan Ganda Essay / Isian
Gambar 3.7 – Manakah Yang Lebih Susah ?
Sumber : Hasil Kuesioner (2006)
• Hambatan ke 4 (Guru terlalu cepat) dan ke 5 (Kurang contoh) bukan merupakan
suatu masalah yang mendesak untuk diselesaikan, karena perbedaan total poin
hambatan ke-3 dan ke-4 yang terlalu jauh, yaitu sebesar 63 poin Hal ini didukung
oleh informasi sebagai berikut :
1. 87% siswa (65 orang) mengatakan guru menggunakan alat peraga di dalam
mengajar dan 13% siswa (10 orang) yang mengatakan guru tidak menggunakan
alat peraga dalam mengajar.
2. 84% siswa (63 orang) mengatakan guru tidak terlalu cepat di dalam mengajar
dan penjelasan guru mudah dimengerti.
3. 91% siswa (68 orang) mengatakan guru memberikan banyak contoh ketika
mengajar dan suka mengulang pelajaran sebelumnya.
82
4. 65% siswa (49 orang) suka untuk mengulang pelajaran matematika di rumah.
dan 48% siswa (36 orang) tidak suka untuk menghafal rumus,
3.5.4 Analisis Pemecahan Masalah Non-Pelatihan
Dari 5 permasalahan yang ada: (1) soal cerita yang membingungkan, (2) kelas
berisik, (3) banyak Rumus, (4) guru terlalu cepat dan (5) kurang contoh, maka yang
termasuk masalah non-pelatihan adalah masalah nomor 2, 3 dan 5, Hal ini dikarenakan
karena masalah tersebut tidak bersangkutan dengan pengetahuan, keahlian dan sikap.
Sedangkan yang termasuk masalah pelatihan adalah masalah nomor 1 dan 4, karena
masalah tersebut bersangkutan dengan pengetahuan, keahlian dan sikap.
”Kelas berisik” sudah menjadi masalah yang umum karena menurut Yusuf yang
dikutip oleh Sumarsih (Psiko edukasi - jurnal pendidikan, psikologi dan konseling, 2006,
p48), siswa kelas V SD termasuk dalam masa-masa kelas tinggi sekolah dasar yang
mempunyai ciri-ciri keinginan belajar yang tinggi, ingin mengetahui dan ingin belajar.
Jadi, ketika siswa tidak mengerti materi yang disampaikan oleh guru, maka siswa akan
mempunyai kecenderungan untuk bertanya kepada temannya dan hal ini bisa
menyebabkan kelas berisik. Untuk mengatasi hal ini, ada beberapa hal yang bisa
dilakukan oleh guru :
• Memberikan catatan rumus atau fotokopian rumus.
• Memberikan latihan secara bertingkat, dimulai dari yang paling mudah sampai yang
paling sulit
• Menggunakan alat bantu visualisasi untuk menarik perhatian siswa
83
• Dan guru juga bisa memberikan lebih banyak contoh dan memberikan referensi buku
panduan yang bisa dibeli siswa, sehingga mereka lebih banyak mendapatkan variasi
soal.
3.5.5 Analisis Pemecahan Masalah Pelatihan
Sedangkan, untuk masalah (1) soal cerita yang membingungkan dan (4) guru
yang terlalu cepat, memang dibutuhkan pelatihan untuk menyelesaikannya, karena akar
permasalahan yang ditemukan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, keahlian
dan sikap (knowledge,skill dan attitude). Beberapa alternatif pemecahan masalah yang
dapat diambil IPEKA Tomang 1 adalah sebagai berikut :
• Memberikan soal cerita secara bertahap, mulai dari yang mudah, sampai kepada
yang tersulit.
• Memberikan visualisasi soal cerita kepada siswa melalui bantuan alat bantu
visualisasi, antara lain : Permukaan jam dan OHP.
• Membuat suatu sistem e-learning untuk membantu memvisualisasikan materi dan
meminimalisir kesulitan siswa di dalam mempelajari matematika
• Guru menjelaskan dengan lebih lambat, sehingga para siswa akan lebih mengerti
penjelasan guru.
84
3.5.6 Overview Analisis Kebutuhan Pelatihan
5
Tujuan Perusahaan Kinerja yang diinginkan
Kinerja yang sebenarrnya
Penyebab Perbedaan
Masalah Non-Pelatihan
Masalah Pelatihan
Perbedaan
1
3
4
2
1. Meningkatkan kualitaspendidikan dan kualitaslulusan IPEKA Tomang 1
2. Prima dalam ilmu
1. Guru membuat rancanganajaran yang sesuai dengan
kurikulum2. Murid bisa mengerti materi
yang diberikan3. Materi bisa disampaikan
sesuai kurikulum
1. Materi matematika padat2. Guru harus mengulang materi
tertentu dan mengejarketertinggalan materi.
3. Siswa mengalami kendala didalam memahami materi yang
diajarkan.4. Siswa sulit untuk mengerjakan
soal cerita.5. Guru memberikan PR sebanyak
10 soal kepada murid. 1. Materi matematika berbeda dari materi lainnya,seperti : butuh banyak latihan, ketelitian dan
banyak rumus.2. Soal cerita yang membingungkan atau
Kurangnya daya visualisasi atau daya nalar parasiswa terhadap soal cerita yang diberikan.
3. Guru terlalu cepat4. Kelas Berisik
5. Kurang Contoh
1. Kelas Berisik2. Banyak Rumus3. Kurang Contoh
1. Soal cerita yangmembingungkan
2. Guru terlalu cepat
Gambar 3.8 – Overview Analisis Kebutuhan Pelatihan
Gambar 3.8 di atas merupakan overview dari analisis kebutuhan pelatihan yang
mencakup 5 langkah sebagai berikut : (1) Menentukan kinerja yang diinginkan, (2)
Menentukan kinerja yang sebenarnya, (3) Mencari penyebab perbedaan, (4) Pemecahan
masalah non-pelatihan dan (5) Pemecahan masalah pelatihan
85
3.6 Analisis Biaya
Saat ini, IPEKA Tomang 1 sudah menggunakan alat-alat bantu seperti OHP
untuk menyampaikan materi, dan berikut ini adalah perkiraan perbandingan biaya untuk
menggunakan OHP dan sistem e-learning. Perbandingan biaya ini akan melibatkan 5
aspek, yaitu : Startup, acquisition, development, operation dan Maintenance.
Berikut ini merupakan Perkiraan Biaya OHP :
Tahun 1 Startup Acquisition Development Operation Maintenance OHP Rp.37.500.000 Penunjang Kertas Transparan Rp.100.000
Spidol Rp.250.000 Operation
Biaya Listrik Rp.200.000 Maintenance
Biaya Penyusutan Rp.3.750.000
Tabel 3.3 Perkiraan Biaya OHP
• Biaya startup untuk memakai OHP sebesar Rp.37.500.000, dengan rincian harga 1
OHP adalah Rp.12.500.000 dan biaya ini hanya menghitung OHP yang dipakai di
kelas VA, VB dan VC.
• Diasumsikan IPEKA Tomang 1 akan menstok kertas transparan dan spidol dan
diasumsikan OHP tidak memiliki biaya pengembangan apapun.
• Diperkirakan umur OHP adalah 10 tahun dan penyusutan setiap tahun 10% dari
harga OHP yang dibeli.
86
Sedangkan Perkiraan Biaya E-Learning :
Tahun 1 Startup Acquisition Development Operation Maintenance E-Learning Acquisition
Hardware Infocus Rp.45.000.000 Hardware Komputer Rp.18.000.000
Software Rp.0 Pengembangan
Training Guru Rp.2.000.000 CD Kosong Rp.500.000
CD Writer Rp.500.000
Operation Biaya Listrik Rp.200.000
Maintenance Biaya Tidak terduga Rp.2.000.000
Tabel 3.4 Perkiraan Biaya E-Learning
• Diasumsikan IPEKA Tomang mempunyai lisensi terhadap software-software yang
digunakan, sehingga biaya untuk membeli lisensi software, antara lain seperti
Microsoft Access dan Macromedia Flash tidak dihitung lagi
• Hardware komputer senilai Rp.18.000.000 akan dipakai oleh 3 kelas, yaitu kelas
VA, VB dan VC, dimana masing-masing kelas mempunyai satu set hardware
komputer senilai Rp.6.000.000 dengan spesifikasi sebagai berikut :
o Processor Intel Pentium IV 1,8 GHz
o Motherboard ASUS
o Memori DDR PC 2700 256MB
o HDD 40 GB
o CD-ROM Asus 52x
87
o Speaker Edifier
o Mouse dan Keyboard Logitech
o Monitor LG 17”
Perkiraan Manfaat Tangible yang diperoleh dari pemakaian OHP
Penggunaan OHP
T Biaya Awal Biaya Pendapatan Keuntungan
Tahun n Keuntungan
Kumulatif NPV 0 Rp.37.500.000 Rp.4.300.000 (Rp.46.250.000) 0 1 Rp.4.300.000 Rp.85.360.000 Rp.81.060.000 Rp.34.810.000 Rp.73.690.909 2 Rp.4.300.000 Rp.93.896.000 Rp.89.596.000 Rp.124.406.000 Rp.147.737.1893 Rp.4.300.000 Rp.103.285.600 Rp.98.985.600 Rp.223.391.600 Rp.222.106.5354 Rp.4.300.000 Rp.113.614.160 Rp.109.314.160 Rp.332.705.760 Rp.296.769.5775 Rp.4.300.000 Rp.124.975.576 Rp.120.675.576 Rp.453.381.336 Rp.371.723.350
Tabel 3.5 Perkiraan Manfaat Tangible OHP
• Biaya awal didapat dari Pembelian OHP sebesar Rp.37.500.000
• Diasumsikan biaya untuk OHP merupakan biaya tetap, karena biaya OHP terdiri dari
biaya penyusutan, biaya spidol dan kertas transparansi
• Pendapatan diperoleh dari 97 Orang murid kelas 5 dikali dengan SPP bulanan
mereka, sebesar Rp.800.000. Dan kenaikan setiap tahun 10%. Jadi, untuk tahun
pertama, didapat dari 1,1 * (97*800.000)
• Nilai NPV tahun pertama didapat dari : 81.060.000 : (1.1)1
• Nilai NPV tahun kedua didapat dari : (81.060.000 : (1.1)1) + (89.596.000 : (1.1)2)
• Dianggap suku bunga 10% dan karena nilai NPV positif, maka penggunaan OHP
membawa dampak baik terhadap sekolah.
88
Perkiraan Manfaat Tangible yang diperoleh dari penggunaan E-Learning
Penggunaan E-Learning
T Biaya Awal Biaya Pendapatan Keuntungan
Tahun n Keuntungan
Kumulatif NPV 0 Rp.70.000.000 Rp.2.200.000 (Rp.72.200.000) 0 1 Rp.2.420.000 Rp.89.240.000 Rp.86.820.000 Rp.14.620.000 Rp.78.927.272 2 Rp.2.662.000 Rp.102.626.000 Rp.99.964.000 Rp.114.584.000 Rp.161.542.1483 Rp.2.928.200 Rp.118.019.900 Rp.115.091.700 Rp.229.675.700 Rp.248.012.2454 Rp.3.221.020 Rp.135.722.885 Rp.132.501.865 Rp.362.177.565 Rp.338.512.8015 Rp.3.543.122 Rp.156.081.317 Rp.152.538.195 Rp.514.715.760 Rp.433.257.021
Tabel 3.6 Perkiraan Manfaat Tangible E-Learning
• Biaya awal didapat dari Pembelian infocus, hardware, CD kosong, CD Writer dan
training guru. Diperkirakan training hanya diadakan 1x dan untuk training
selanjutnya, bisa diadakan oleh IPEKA Tomang 1 sendiri dengan memakai guru
komputer yang ada di IPEKA.
• Kenaikan biaya per tahun sebesar 10% dan suku bunga diasumsikan 10%
• Kenaikan SPP setiap tahunnya diasumsikan 15%, Dikarenakan IPEKA Tomang 1
menggunakan E-learning di dalam proses belajar mengajarnya. Hasil dari
perhitungannya bisa dilihat dari “Keuntungan tahun n” diatas.
Perbandingan Net Present Value (NPV) OHP dengan E-Learning :
Tahun OHP E-Learning Selisih 1 Rp.73.690.909 Rp.78.927.272 Rp.5.236.363 2 Rp.147.737.189 Rp.161.542.148 Rp.13.804.959 3 Rp.222.106.535 Rp.248.012.245 Rp.25.905.710 4 Rp.296.769.577 Rp.338.512.801 Rp.41.743.224 5 Rp.371.723.350 Rp.433.257.021 Rp.61.533.671
Tabel 3.7 Perbandingan NPV OHP Dengan E-Learning
89
Perbandingan Payback Period untuk OHP dan E-learning :
Payback Period OHP E-Learning Biaya Rp.46.250.000 Rp.72.200.000 Keuntungan Kumulatif Terakhir Rp.453.381.336 Rp.514.715.760 Pengembalian -3.76 -3.37 Lamanya - Pengembalian 1.24 Tahun 1.63 Tahun
Tabel 3.8 Perbandingan Payback Period OHP Dengan E-Learning
Kesimpulan :
• Biaya Startup E-Learning jauh lebih mahal, yaitu sebesar Rp.70.000.000,
dibandingkan dengan OHP, sebesar Rp.37.500.000. dan OHP mempunyai payback
period yang lebih cepat, yaitu selama 1.24 tahun dan E-Learning 1.63 tahun
• Memang untuk jangka pendek, Penggunaan OHP lebih menguntungkan dari segi
finansial, tetapi, penggunaan sistem e-learning untuk jangka panjang lebih
menjanjikan, karena dengan adanya E-Learning, SD IPEKA Tomang 1 dapat
menaikkan SPP 15% setiap tahunnya.
90
• Perbandingan manfaat intangible antara OHP dan e-learning tersaji dalam tabel di
bawah ini :
OHP E-Learning Bentuk Materinya statis Bentuk Materi dinamis
Lebih murah Biaya mahal Materi yang dapat ditampilkan Materi yang dapat ditampilkan
per slide sedikit per halaman banyak Agak susah untuk mengupdate Mudah untuk mengupdate
materi - harus membuat ulang slide lagi latihan dan contoh soal Tidak memvisualisasikan soal dengan Memvisualisasikan soal dengan
baik cukup baik Kemungkinan besar slide bisa rusak Kemungkinan sistem rusak
atau hilang lebih kecil Tidak menambah keahlian komputer Menambah keahlian komputer
Materi yang disajikan lebih Materi kurang menarik menarik, dan dapat menarik
perhatian siswa
Tabel 3.9 Perbandingan Manfaat Intangible OHP Dengan E-Learning
3.7 Analisis Budaya Organisasi
IPEKA Tomang 1 sangat memperhatikan tingkat keimanan para guru. Hal ini
ditandai dengan adanya doa bersama sebelum para guru memulai pengajaran dan
sebelum pulang dari sekolah (jam 2.45 WIB). Disamping itu, setiap 1 minggu sekali,
juga diadakan kebaktian misa bersama untuk guru dan karyawan sekolah.
Para guru yang berada di IPEKA Tomang 1 juga mempunyai budaya untuk
saling berbagi dan mempunyai arus komunikasi yang terbuka satu dengan yang lainnya.
Meski demografi guru sangat beragam, seringkali, ketika para guru selesai mengajar jam
14.00 WIB, mereka saling bertukar pikiran, atau mengobrol diruang guru. Bahkan, guru
91
saling membantu dengan memberikan rancangan ajaran yang pernah mereka buat
sebelumnya, untuk dijadikan acuan di dalam membuat rancangan ajaran yang baru.
IPEKA juga mempunyai budaya dimana setiap guru diberi kebebasan untuk
mengembangkan cara belajar mengajarnya dan bidang ajaran yang menjadi tanggung
jawabnya, selama hal tersebut sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan dan tidak
menganggu proses belajar mengajar yang sedang berjalan. Hal ini tercermin dari tugas
dan tanggung jawab guru yang menyatakan ”Mengadakan pengembangan setiap bidang
pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya”. Sebagai contoh, untuk mengganti
program yang dipakai di laboratorium komputer saat ini dengan program yang baru
tidaklah sulit. Aktifitas untuk mengganti program yang sudah ada dengan program baru
bisa digambarkan sebagai berikut :
Guru Komputer
Kepala Sekolah
IPEKA Tomang 1
Rancangan Ajaran
Rapat Para Guru
1Mengusulkan
Perubahan Software
Pihak Eksternal
2Memeriksa
4Install
Server
Murid Murid
5Memakai
$
Cabang A
$
Cabang B
$
Cabang C
$
Cabang D
$
Cabang E
$
Cabang F
3Mengusulkan ke
Guru-guru komputerantar cabang
4Implementasi
4Implementasi
Gambar 3.9 – Proses Perubahan Software
Sumber : Hasil Wawancara Dengan Guru Komputer IPEKA Tomang 1 (2006)
92
• Proses perubahan program, aplikasi atau software dimulai ketika ada usulan dari
kepala sekolah ataupun pihak eksternal, seperti orang tua siswa, guru komputer pada
cabang yang berbeda, atau instansi pelatihan komputer untuk mengganti program
yang dipakai.
• Setelah itu, guru komputer akan memeriksa apakah aplikasi tersebut sesuai dengan
rancangan ajaran dan kurikulum yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jika tidak
sesuai, maka program tersebut tidak jadi diganti.
• Jika aplikasi tersebut sesuai dengan kurikulum yang sedang berjalan dan guru
komputer menilai bahwa aplikasi tersebut bagus bagi perkembangan siswa, maka
guru komputer di cabang tersebut akan mengusulkan perubahan aplikasi di semua
cabang IPEKA melalui KGBS (Kegiatan Guru Bidang Studi) yang diadakan
beberapa periode sekali. Dan aplikasi tersebut akan didistribusikan di dalam KGBS
• Aplikasi tersebut kemudian akan di-install di masing-masing cabang dan untuk
pengajaran menggunakan aplikasi baru tersebut, hal itu akan dibicarakan lebih
lanjut dengan kepala sekolah di cabang masing-masing.
Jika ternyata aplikasi yang diusulkan itu membutuhkan biaya untuk
pengimplementasiannya, maka guru komputer hanya bisa mengusulkan perubahan
aplikasi yang sedang berjalan kepada kepala sekolah dan kepala sekolah akan
mendiskusikan hal ini dengan pihak yayasan. Untuk selanjutnya, jika yayasan menilai
bahwa perubahan aplikasi yang sedang berjalan baik untuk perkembangan siswa, maka
yayasan akan merubah aplikasi yang dipakai di semua cabang IPEKA yang ada.
93
3.8 Analisis Infrastruktur IPEKA Tomang 1
Seluruh komputer yang ada di IPEKA Tomang 1 saat ini sudah terhubung
dengan jaringan intranet, sehingga memudahkan para guru untuk saling berbagi
informasi. Infrastruktur jaringan komputer IPEKA Tomang 1 bisa digambarkan dalam
gambar 3.10 di bawah ini :
Ruang Guru
Perpustakaan
Server
Laboratorium Komputer
Ruang Tata Usaha (TU)
Ruang Koor.Lokal
Ruang Kepala Sekolah
Gambar 3.10 - Infrastruktur IPEKA Tomang 1
Sumber : Hasil Wawancara Dengan Guru Komputer IPEKA Tomang 1 (2006)
94
Spesifikasi komputer yang ada di laboratorium komputer IPEKA Tomang 1
adalah sebagai berikut :
Monitor LG 15”
Processor Intel Pentium IV 1,8 GHz
Motherboard ASUS
Memori 128 MB
HDD 80 GB
Mouse dan Keyboard Logitech
CD-ROM Asus 52x