BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di...

44
BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesia Agama Khonghucu sudah ada di Indonesia sejak berabad-abad yang lalu, yaitu sejak masuknya para pedagang atau para perantau China ke tanah air Indonesia. Dimana abad ke-3 Masehi pada masa Sam Kok, agama Khonghucu telah menjadi salah satu diantara tiga agama besar di China pada waktu itu, yaitu Khonghucu, Taoisme dan Budha. Lebih-lebih pada masa Dinasti Han dimana Khonghucu dijadikan sebagai agama negara (Tjhie Tjai Ing dalam: Konfusianisme di Indonesia Pergulatan Mencari Jati Diri, 1995: 41 dan Nahar Nahrawi, 2003: 19). Selain itu ideologi Khonghucu ini dijadikan dasar dan fondasi bagi kerajaan Dinasti Han, kemudian kitab sucinya menjadi materi pokok ujian kerajaan sehingga hampir tiap orang disana merasa berkepentingan memahaminya (Hariyono, 1993: 19 dan Tjhie Tjai Ing dalam: Pergulatan Mencari Jati Diri, 1995: 42). Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan Nusantara ini secara individual sebagai pedagang, petani atau nelayan tanpa membuat komunitas sendiri, melainkan beradaptasi dengan masyarakat dan budaya setempat. Penyebaran agama Khonghucu tersebut lebih meluas ke Semenanjung Malaka dan kepulauan Nusantara, seperti di kota Banten, Sriwijaya, Cirebon, Demak, Tuban, Makasar, Ternate dan Kalimantan Barat (Nahar Nahrawi, 2003: 19).

Transcript of BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di...

Page 1: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

BAB 3

ANALISIS DATA

3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesia

Agama Khonghucu sudah ada di Indonesia sejak berabad-abad yang lalu, yaitu

sejak masuknya para pedagang atau para perantau China ke tanah air Indonesia.

Dimana abad ke-3 Masehi pada masa Sam Kok, agama Khonghucu telah menjadi

salah satu diantara tiga agama besar di China pada waktu itu, yaitu Khonghucu,

Taoisme dan Budha. Lebih-lebih pada masa Dinasti Han dimana Khonghucu dijadikan

sebagai agama negara (Tjhie Tjai Ing dalam: Konfusianisme di Indonesia Pergulatan

Mencari Jati Diri, 1995: 41 dan Nahar Nahrawi, 2003: 19). Selain itu ideologi

Khonghucu ini dijadikan dasar dan fondasi bagi kerajaan Dinasti Han, kemudian kitab

sucinya menjadi materi pokok ujian kerajaan sehingga hampir tiap orang disana

merasa berkepentingan memahaminya (Hariyono, 1993: 19 dan Tjhie Tjai Ing dalam:

Pergulatan Mencari Jati Diri, 1995: 42).

Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan Nusantara ini

secara individual sebagai pedagang, petani atau nelayan tanpa membuat komunitas

sendiri, melainkan beradaptasi dengan masyarakat dan budaya setempat. Penyebaran

agama Khonghucu tersebut lebih meluas ke Semenanjung Malaka dan kepulauan

Nusantara, seperti di kota Banten, Sriwijaya, Cirebon, Demak, Tuban, Makasar,

Ternate dan Kalimantan Barat (Nahar Nahrawi, 2003: 19).

Page 2: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

Sebutan agama Khonghucu di Indonesia ini diberikan oleh para misionaris

Barat, seperti Matteo Ricci yang datang ke China pada abad ke-17. Sedangkan di

negara asalnya agama Khonghucu ini dikenal dengan sebutan Ru Xue ( 儒学 ).

Khonghucu atau Kong Fu Zi ini diambil dari ejaan Pin Yin (拼音) yang merupakan

ejaan baku dari Bahasa China. Istilah Khonghucu atau Kong Fu Zi yang ada di

Indonesia ini diambil dari dialek Hokkian (Fujian), dimana dialek Hokkian ini cukup

berkembang baik di Pulau Jawa.

Masuknya agama Khonghucu di Indonesia cukup diterima dengan baik oleh

penduduk setempat, meskipun di dalam perjalannya mengalami sedikit hambatan.

Ajaran Nabi Khongcu dijadikan sebagai salah satu agama yang diakui oleh negara

Indonesia. Agama Khonghucu dianggap layak sebagai agama, karena memiliki kitab

suci (四书), nabi (Nabi Khongcu), percaya akan Tian (Tuhan Yang Maha Esa), serta

memiliki tata agama dan ibadah bagi pengikutnya (dimana kebaktian dilaksanakan

setiap minggu di litang). Selain itu, sebagian besar orang China peranakan

mempercayai ajaran Nabi Khongcu sebagai suatu agama.

Mengenai masalah agama atau bukan, tergantung dari pemahaman masing-

masing orang, ada yang memahaminya sebagai agama dan ada juga sebagai filsafat.

Seperti penulis buku “The World Religions”, Huston Smith, yang memahami ajaran

Nabi Khongcu sebagai agama, karena dia menganggap ajaran Nabi Khongcu tersebut

ada unsur ke-Tuhanannya.

Pada tanggal 18 Juni 1946 di Yogyakarta, terdapat Penetapan Pemerintah

Page 3: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

tentang Hari Raya No. 2/OEM-46 yang ditandatangi oleh Presiden Republik Indonesia

dan Menteri Agama pada waktu itu, yaitu hari wafat dan hari lahir Nabi Khongcu

diakui sebagai hari besar umatnya.

Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya agama Khonghucu di Indonesia,

berdiri pula lembaga-lembaga agama Khonghucu, seperti rumah abu untuk

menghormati arwah leluhur dan klenteng-klenteng (Miao). Klenteng Thian Ho Kiong

di Makasar telah didirikan pada tahun 1688. Ban Hing Kiong di Manado didirikan

pada tahun 1819 beserta rumah abunya (Kong Tik Su) yang didirikan tahun 1839.

Klenteng-klenteng yang tua di pulau Jawa terdapat di Semarang, Tuban dan

sebagainya.

Pada tahun 1729, di Jakarta telah berdiri Shu Yuan, semacam pesantren yang

memberikan pendidikan tentang agama Khonghucu yang bernama Ming Cheng Shu

Yuan, yang artinya Taman Kitab (Akademi) Pendidikan Menggemilangkan Iman.

Selanjutnya, terdapat Kitab Hikayat Khonghucu yang disusun oleh Lie Kiem

Hok diterbitkan pada tahun 1886 di Jakarta, serta kitab suci Da Xue (大学) dan Zhong

Yong (中庸) terjemahan Tan Ging Tiong dan Yoe Tjai Siang diterbitkan di Sukabumi

pada tahun 1900 (Tjhie Tjai Ing dalam: Pergulatan Mencari Jati Diri, 1995: 42).

Kemudian menjelang akhir abad ke XIX dan menjelang awal abad ke XX,

orang China peranakan yang beragama Khonghucu mulai merasakan perlunya

lembaga yang membina kehidupan agama Khonghucu secara lebih terorganisir. Oleh

karena itu, mulailah berdiri organisasi-organisasi yang bernaung untuk mengurusi hal

Page 4: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

tersebut. Organisasi tersebut terus berkembang hingga saat ini, dikenal dengan sebutan

Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN).

3.2 Perkembangan Perhimpunan Agama Khonghucu Indonesia

3.2.1 Tiong Hoa Hwee Koan

Menjelang abad ke-20, ketika negara China sedang mengalami kegoncangan,

terutama setelah tentara Manchu menderita kekalahan dalam perang China-Jepang

pada tahun 1894. Kekalahan ini disebabkan karena kebobrokan mental dan politik

yang telah melanda pemerintahan. Pada waktu itu munculah seorang pemimpin yang

bertekad menegakkan kembali Bangsa China, yaitu Kang You Wei (康有为) yang

hidup pada tahun 1858-1927. Kang You Wei sejak kecil sudah hidup di lingkungan

sarjana-sarjana Konfusianis. Ia memilih bentuk Reformasi untuk memperbaiki keadaan

di China, dengan cara menjalankan dan menerapkan ajaran-ajaran Khonghucu dengan

tepat.

Semangat gerakan reformasi di China ini telah menyebar dan mempengaruhi

daerah sekitarnya, khususnya kawasan Asia Tenggara. Kemudian berdirilah suatu

perkumpulan Khonghucu di Singapura yang digunakan sebagai pusat oleh Kang You

Wei ketika gerakannya mengalami kegagalan di China. Kehadiran Kang You Wei di

Singapura ini membawa dampak yang sangat besar pada orang-orang China

perantauan, baik itu di Singapura sendiri, Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Hindia

(Leo Suryadinata, 1988: 40).

Pada tanggal 1 Maret 1900 semua pimpinan peranakan China berkumpul di

Page 5: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

Batavia (sekarang Jakarta) untuk mendirikan sebuah organisasi yang disebut dengan

Tiong Hoa Hwee Koan (中华会馆). Adapun tujuan utama dari didirikannya THHK ini

adalah untuk memperbaharui adat istiadat China yang sudah keluar dari ajaran-ajaran

yang telah dibawakan oleh Nabi Khongcu. Tujuan lainnya adalah untuk

mempromosikan ajaran Khonghucu itu sendiri di kalangan masyarakat keturunan

China yang sudah tidak bisa lagi berbahasa China. Untuk mewujudkan maksud dan

tujuan tersebut, maka THHK mendirikan sekolah-sekolah guna memperlancar Bahasa

China mereka yang didasarkan pada ajaran etika dari agama Khonghucu (Ikhsan

Tanggok, 2005: 91-92).

Buku pertama tentang agama Khonghucu dalam Bahasa Melayu Betawi

(Jakarta) ditulis oleh Lie Kim Hok dan diterbitkan pada tahun 1886 di Jakarta. Ia

adalah salah satu pendiri THHK, yang mengenyam pendidikan Belanda di sekolah-

sekolah misionaris Belanda di Jawa Barat. Kemudian pengetahuannya tentang budaya

China, khususnya tentang budaya Khonghucu diperoleh melalui sumber-sumber

berbahasa Belanda (Leo Suryadinata, 1988: 43). Hal ini dikarenakan ia tidak dapat

membaca huruf China, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekurangannya ini

dapat memperkecil pengetahuan mengenai budaya China tersebut yang berasal dari

sumber asli yang berbahasa China.

Setelah diterbitkan buku karangan dari Lie Kim Hok tersebut, mulailah

bermunculan beberapa buku dan mingguan lain tentang agama Khonghucu. Kemudian

pada tahun 1900 dua orang China peranakan, yaitu Tan Ging Tiong dan Yoe Tjai Siang

Page 6: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

menerbitkan terjemahan kitab Da Xue (大学) dan kitab Zhong Yong (中庸) dalam

Bahasa Melayu (Leo Suryadinata, 1988: 43).

Alasan mengapa perlu diterjemahkannya kitab Khonghucu tersebut ke dalam

Bahasa Melayu adalah orang China peranakan pada saat itu umumnya sudah tidak

paham lagi dengan Bahasa China. Orang China peranakan pada saat itu sudah berbaur

dengan situasi dan budaya masyarakat setempat serta sedikitnya kesempatan untuk

mendapatkan pendidikan berbahasa pengantar China.

Berdirinya organisasi THHK ini didasarkan pada ajaran Khonghucu dan

adapun salah satu tujuannya adalah untuk memperbaharui adat istiadat orang China

peranakan terutama di Pulau Jawa. Meskipun demikian, gerakan reformasi China di

Jawa ini sedikit mengalami hambatan. Hambatan ini terjadi terutama ketika mereka

berhadapan dengan orang China totok yang tua yang lebih tertarik pada kepercayaan

keagamaan tradisional dan menyembah berbagai dewa di klenteng daripada Nabi

Khongcu. Selain itu, orang China peranakan seperti yang disebutkan diatas umumnya

sudah tidak lagi paham akan Bahasa China. China totok adalah merujuk pada kalangan

China kelahiran di China, tetapi menetap di Indonesia. Kalangan totok masih berbicara

dalam dialek China. Keturunan dekat mereka, meskipun kelahiran Indonesia, dianggap

totok jika bahasanya masih China (Ikhsan Tanggok, 2005: 94).

Ketika THHK didirikan, Lie Kim Hok berusaha mewujudkan keinginannya

untuk membentuk sebuah organisasi yang dapat menyebarkan agama Khonghucu.

Itulah sebabnya mengapa THHK kemudian didirikan atas dasar agama Khonghucu.

Page 7: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

Lie Kim Hok dikenal sebagai seorang jurnalis, pengarang dan penyair. Ia belajar

agama Kristen pada seorang pendeta yang telah membuka sekolah misi Bahasa Sunda

di Biutenzorg dan pada D.J. Van den Linden yang mengajar Bahasa Melayu di sekolah

tersebut, dapat dikatakan pemahamannya tentang agama Kristen lebih menonjol.

Meskipun demikian, Lie Kim Hok tidak menjadi seorang Kristen. Sebaliknya, ia

bersama dengan teman-temannya mendirikan THHK (Ikhsan Tanggok, 2005: 95-96).

Ajaran-ajaran Khonghucu tidak hanya dimanfaatkan untuk memperkenalkan

berbagai informasi tentang ajaran-ajaran Khonghucu tetapi juga untuk dijadikan suatu

badan dari ilmu pengetahuan agama untuk orang-orang China peranakan di Indonesia.

Untuk mencapai tujuan tersebut, didirikanlah sekolah-sekolah dengan guru-guru

terbaik untuk mengajarkan anak-anak China peranakan Bahasa China. Untuk

memperoleh guru-guru yang memenuhi syarat dalam mengajarkan Bahasa China di

sekolah-sekolah yang dikelola oleh THHK dibantu oleh Dr. Lim Boen Keng,

penyelenggara dari pergerakan agama Khonghucu.

Untuk mencapai tujuan sebaik mungkin, selain melalui pendidikan di sekolah-

sekolah, sarana lain yang dipilih adalah berupa penerbitan majalah-majalah. Melalui

media massa inilah ajaran Khonghucu disebarkan ke wilayah yang lebih luas. Adapun

media massa yang dimaksud adalah: majalah mingguan Li Po (理报) tahun 1901 di

Sukabumi, disusul oleh majalah Ik Po (益报) tahun 1903 di Surakarta, kemudian Ho

Po (和报) di Bogor dan Loen Boen (论文) tahun 1930 di Surabaya (Leo Suryadinata,

1988: 43).

Page 8: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

Dalam perkembangannya, dunia pendidikan lebih mendapatkan perhatian

dibandingkan yang lain. Kemudian THHK semakin disibukan dengan urusan

pendidikan, sehingga di kemudian hari THHK nampak menonjol sebagai perkumpulan

sosial yang mengurus bidang pendidikan (Leo Suryadinata, 1988: 55). Asosiasi THHK

ini mulai menghilang atau lenyap setelah tahun 1965, hal ini disebabkan karena situasi

politik yang kurang mendukung.

3.2.2 Khong Kauw Hwee

Perkembangan THHK seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu lebih

cenderung hanya menggeluti masalah pendidikan umum, hal-hal yang berkaitan

dengan masalah agama Khonghucu mulai terabaikan. Oleh karena itu, seksi

keagamaan dalam tubuh THHK berkembang dan memisahkan diri, selanjutnya

mendirikan sebuah lembaga agama di Solo yang diberi nama Khong Kauw Hwee (孔

教会) pada tahun 1918. Kemudian di banyak tempat mulai berdiri Khong Kauw Hwee,

karena itu pada tahun 1923 diadakan Kongres di Yogyakarta dan dibentuk Khong

Kauw Tjong Hwee (Kong Jiao Zong Hui atau Majelis Pusat Agama Khoghucu), serta

menetapkan kota Bandung sebagai pusat lembaga tersebut. Khong Kauw Hwee

memandang Khongcu sebagai seorang Nabi dan karya-karya klasik Khongcu dianggap

sebagai kitab suci agama Khonghucu. Kendala yang sama dengan yang dialami oleh

THHK, yaitu kebanyakan orang China peranakan sudah tidak dapat membaca Bahasa

China lagi, maka dengan alasan yang sama Khong Kauw Hwee menerjemahkan karya

klasik Khonghucu tersebut ke dalam Bahasa Melayu. Kitab-kitab yang diterjemahkan

Page 9: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

ke dalam Bahasa Melayu antara lain adalah kitab Da Xue (大学), kitab Zhong Yong (中

庸) dan kitab Xiao Jing (孝经) (Leo Suryadinata, 1988: 55 dan MATAKIN, 2005: 12-

13).

Terdapat ide pembaharuan dari Khong Kauw Hwee yang sejalan dengan

THHK, yaitu memperbaharui adat istiadat orang China peranakan yang sudah jauh

menyimpang dari ajaran Khonghucu. Untuk mewujudkan ide pembaharuan ini,

diharapkan orang China peranakan dapat memahami ajaran Khonghucu, baik itu

dengan bahasa aslinya maupun melalui bahasa terjemahan dalam Bahasa Melayu.

Sejak sepuluh tahun didirikannya Khong Kauw Hwee di Bandung, telah

mengundang banyaknya jumlah orang China peranakan yang berpendidikan Barat

untuk bersikap kritis terhadap ajaran Khonghucu, tetapi tidak dengan orang-orang tua

peranakan. Dapat disimpulkan bahwa, tidak semua pihak setuju dengan ide

pembaharuan dari Khong Kauw Hwee tersebut.

Salah satu yang menentang adalah Kwee Hing Tjiat pada tahun 1926. Ia adalah

seorang orang China peranakan nasionalis dan merupakan pemimpin redaksi surat

kabar Sin Po. Sin Po adalah surat kabar harian yang diiterbitkan oleh kalangan China

peranakan di Jakarta, yaitu tahun 1910-1959. Surat kabar ini memiliki pandangan

nasionalis China dan merupakan aliran utama dalam politik China peranakan sebelum

Perang Dunia II. Surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi Warta Bhakti tahun

1959 dan ditutup tahun 1965. Pada tahun 1923 ia diusir ke Tiongkok karena

pandangannya yang bertolak belakang dengan pemerintahan kolonial. Meskipun

Page 10: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

demikian, ia tetap menulis artikel untuk surat-surat kabar di Hindia (Leo Suryadinata,

1988: 56). Serangan yang dilakukan oleh Kwee Hing Tjiat sebenarnya hanya ditujukan

kepada Khong Kauw Hwee dan bukan ajaran Khonghucu itu sendiri, beliau ingin

merombak ajaran Khonghucu yang dianggapnya sudah menyimpang. Kwee Tek Hoay,

seorang penulis peranakan yang terkemuka mengatakan bahwa Kwee Hing Tjiat hanya

mengecam para pemimpin Khong Kauw Hwee yang salah mengkhotbahkan ajaran

Khonghucu, yaitu terutama terhadap ajaran “bakti pada orangtua”. Khong Kauw Hwee

berpandangan, jika orang-orang muda tidak ingin disebut sebagai anak yang “tak

berbakti”, menjadi takut menentang pandangan orang tua, baik itu benar atau salah.

Akibatnya, seluruh masyarakat China peranakan menjadi ketinggalan zaman (Leo

Suryadinata, 1988: 58 dan Leo Suryadinata, 2005: 107).

Sejak tahun 1920-an dapat dikatakan Khong Kauw Hwee tidak dapat

berkembang sebagaimana yang diharapkan. Menurut Leo Suryadinata dalam bukunya

yang berjudul “Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia” terdapat beberapa

penyebab utama, yaitu: pertama, adanya ketidakcocokkan ajaran Khonghucu dengan

nasionalis China. Hal ini dapat dilihat dari THHK yang awalnya dibentuk untuk

mempromosikan ajaran Khonghucu, pada tahun 1928 kemudian mengesahkan sebuah

anggaran dasar baru dimana dinyatakan bahwa tujuan himpunan itu adalah

mempromosikan pendidikan nasionalis China. Kedua, Konfusianisme tidak

dilembagakan, sehingga hampir tidak efektif dalam penyebaran injilnya. Ketiga,

Page 11: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

Konfusianisme tidak benar-benar membantu memecahkan masalah-masalah sosial

ekonomi dan sosial politik orang China peranakan Indonesia dan merugikan

masyarakat penganut ajaran Khonghucu.

Tidak mengherankan bahwa dari tahun 1928 sampai dengan 1954, tidak sedikit

organisasi sosial ekonomi dan politik berkembang di Indonesia, diantaranya adalah

Siang Hwee (Zhong Hua Shang Hui), Tiong Hoa Hwee Koan (THHK), Chung Hwa

Hui (Masyarakat Tionghoa), Partai Tionghoa Indonesia (PTI), Baperki (Badan

Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia) dan lain-lain. Namun demikian,

dilakukan upaya oleh Khong Kauw Hwee di Indonesia untuk mempromosikan ajaran

Khonghucu. Kemudian pada tahun 1955 di Jakarta didirikanlah sebuah federasi baru

orang China peranakan penganut Khonghucu, yaitu Perserikatan Khong Kauw Tjong

Hwee/ Perserikatan Kung Chiao Hui Indonesia (PKCHI) (Leo Suryadinata, 1988: 65

dan MATAKIN, 2005: 16).

Kemudian untuk memurnikan ajaran Khonghucu itu sendiri, dirumuskan cara

bagaimana agar tata agama Khonghucu dapat seragam di seluruh Indonesia.

Penyeragaman tata cara keagamaan Khonghucu ini terus direvisi, hingga keputusan

akhir terjadi pada tahun 1975. Adapun garis besar dari penyeragamanan tata cara

agama Khonghucu tersebut antara lain :

1. Seluruh umat Khonghucu melangsungkan ibadah di tempat ibadah umat

Khonghucu, yang disebut dengan Litang (礼堂),

2. Pimpinan dalam upacara agama Khonghucu dibagi menjadi tiga, yaitu:

Page 12: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

• Haksu (学师), yang dapat menjadi seorang Haksu adalah seorang

laki-laki yang sudah beristeri atau sudah berusia 30 tahun,

mempunyai pengetahuan mendalam tentang agama Khonghucu atau

berpengalaman menjabat sebagai guru agama (Bunsu) atau menjadi

penebar agama (Kauwsing). Untuk seorang wanita terlebih dahulu

harus mendapat persetujuan dari suami atau keluarganya,

• Bunsu (文士), yang dapat menjadi seorang Bunsu atau guru agama

adalah seorang laki-laki atau perempuan yang telah berusia 21 tahun,

mempunyai pengetahuan luas tentang agama Khonghucu atau

pernah mengikuti pendidikan agama Khonghucu,

• Kausing ( 教生 ), yang dapat menjadi seorang Kauwsing atau

penyebar agama adalah seorang laki-laki atau perempuan yang telah

berusia 13 tahun.

3. Kitab Si Shu (四书) dan Wu Jing (五经) sebagai Alkitab agama Khonghucu,

4. Setelah beribadat mengucapkan “Sian Cai” yang sebanding dengan “Amin”

dalam agama Kristen (Leo Suryadinata, 1988: 65-67 dan Ikhsan Tanggok,

2005: 102-103).

Kemudian melalui kegiatan kongres-kongres yang dilakukan, terjadilah

pergantian nama dalam perkumpulan agama Khonghucu, dari Perserikatan Kung

Chiao Hui Indonesia (PKCHI) menjadi Lembaga Agama Sang Khongcu Indonesia

(LASKI) yang terjadi pada Kongres ke-IV di Solo. Selanjutnya pada tahun 1963,

Page 13: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

mengubah nama LASKI menjadi Gabungan Perkumpulan Agama Khonghucu se-

Indonesia (GAPAKSI). Kemudian pada tahun 1964, Gabungan Perkumpulan Agama

Khonghucu se-Indonesia diubah menjadi Perhimpunan Agama Khonghucu se-

Indonesia dengan singkatan tetap GAPAKSI. Akhirnya, pada Kongres ke-VI tahun

1967 tercapai kesepakatan untuk menyempurnakan nama gabungan perhimpunan

agama Khonghucu menjadi Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN),

yang hingga saat ini masih bertahan (MATAKIN, 2005: 16-19).

3.2.3 MATAKIN

Sejarah mencatat bahwa MATAKIN (印尼孔教中央理事会) didirikan di

Jakarta pada tanggal 16 April 1955, dengan nama Perserikatan Kung Chiao Hwee

Indonesia (PKCHI). Meski kalau ditilik secara cermat, jauh sebelumnya sudah ada

lembaga semacam ini, sedikit tidak berjalan lancar pada zaman Jepang.

Pada tahun 1971, MATAKIN melaksanakan penerangan agama keluar pulau

Jawa untuk membina umat agama Khonghucu yang ada di daerah-daerah lainnya di

seluruh pelosok Nusantara, agar lebih aktif berpartisipasi dalam Pembangunan Bangsa

dan Negara Indonesia. Kemudian hasil dari penerangan agama keluar Jawa ini

menghasilkan sesuatu yang cukup besar artinya, yaitu berturut-turut terbentuk Majelis

Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) di daerah-daerah luar pulau Jawa (MATAKIN,

2005: 20).

Usaha-usaha yang dilakukan oleh MATAKIN untuk mempertahankan dan

menyebarkan ajaran Khonghucu tidaklah sedikit dan dalam memperjuangkannya tidak

Page 14: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

sedikit rintangan yang dihadapi. Salah satu contohnya adalah, pada tahun 1971,

MATAKIN menyelenggarakan Kongres ke-VIII di Semarang. Salah satu keputusan

penting dari kongres tersebut adalah suatu permohonan agar Pemerintah Republik

Indonesia mau memperlakukan agama Khonghucu sama seperti lima agama lain di

Indonesia. Kemudian pada saat menyelenggarakan Kongres ke-IX pada tahun 1979,

terjadi hal yang sangat memprihatinkan, mendadak ada intruksi dari penguasa di

Jakarta agar acara kongres ditangguhkan.

Selain memperjuangkan status agama Khonghucu, MATAKIN juga

memperjuangkan masalah pendidikan agama Khonghucu, salah satunya adalah dengan

mendirikan Yayasan Pendidikan MATAKIN (MATAKIN, 2005: 21-26).

Dalam kepemimpinan MATAKIN, pertama kalinya dalam sejarah diadakannya

perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2551 di Jakarta, pada tanggal 17 Februari 2000,

yang dihadiri oleh Presiden RI KH. Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden

Megawati Soekarnoputri, serta pejabat-pejabat penting pemerintah lainnya. Perjuangan

yang dilakukan MATAKIN sangat banyak dan mereka tidak pernah putus asa didalam

memperjuangkan hak-hak umat Khonghucu hingga saat ini. MATAKIN juga

merupakan suatu lembaga yang membantu pemerintah dan golongan-golongan

masyarakat dalam memecahkan setiap prasangka-prasangka negatif mengenai agama

Khonghucu.

Page 15: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

3.3 Hak-hak Sipil Umat Khonghucu Indonesia, khususnya di Kota Tangerang

3.3.1 Pada Masa Orde Lama

Di Indonesia seharusnya tidak ada undang-undang yang mengatur banyaknya

jumlah agama yang boleh dianut atau tidak dianut oleh warganya. Agama adalah

merupakan urusan pemeluknya, apakah ia mau mengakui atau tidak agama yang

dianutnya. Perlu diingat pula bahwa agama itu sudah ada lebih awal sebelum negara

itu ada. Mengingat negara Indonesia merupakan negara hukum, oleh karena itu

selayaknya pemerintah di dalam melakukan sesuatu tindakan, harus bersumber pada

ketentuan peraturan perundang-undangan. Surat Edaran itu hanyalah memberikan

petunjuk teknis atas peraturan diatasnya dan tidak boleh bertentangan dengan UUD

1945 pasal 29 ayat 2 bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan

kepercayaannya masing-masing.

Mengingat pula negara kita bukanlah negara agama, jadi sudah sepantasnya

dan selayaknya tidak diperbolehkan adanya pembatasan agama, tetapi kenyataan

memang lain, jika demikian berarti negara telah menodai azas mereka sendiri, yakni

Pancasila, alangkah baiknya apabila negara tidak ikut campur didalam mengurusi

agama yang dianut oleh masyarakatnya, asalkan agama tersebut tidak melanggar

norma-norma yang berlaku dan bukan aliran sesat.

Pada prinsipnya pengakuan kebenaran akan suatu agama selalu didasarkan

pada keyakinan dari masing-masing individu, dan bukan didasarkan atas fatwa dari

Page 16: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

penguasa. Dengan meyakini suatu agama dari pribadi masing-masing inilah yang dapat

menumbuhkan kesadaran untuk menghormati dan tidak mencela agama orang lain.

Karena memeluk suatu agama merupakan hak yang paling asasi yang dimiliki setiap

individu. Seperti yang ditegaskan di dalam Penjelasan Ketetapan MPR No.

II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang

mengatakan bahwa “Kebebasan beragama adalah hak yang paling asasi di antara hak-

hak asasi manusia, karena kebebasan beragama itu langsung bersumber pada martabat

manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.”

Orde Lama dalam sejarah politik Indonesia merujuk pada masa pemerintahan

Soekarno (1945-1965). Istilah “Orde Lama” tentu saja tidak digunakan pada saat itu,

dan baru dicetuskan pada masa pemerintahan Soeharto yang disebut dengan Orde Baru.

Untuk menghindarkan negara Indonesia sebagai negara atheis, pada tahun

1965 Presiden Soekarno mengeluarkan Penetapan Presiden No. 1/PNPS/1965

mengenai pencegahan penyalahgunaan dan atau penodaan agama. Pada tahun 1969,

melalui Undang-Undang No. 5 1969 yang mengakui kembali berbagai Penetapan

Presiden dan Peraturan Presiden yang sudah ada, yaitu salah satunya adalah Penpres

No. 1/PNPS/1965 sebagai UU (UU No. 1/PNPS/1965), yang di dalam penjelasannya

menyatakan bahwa agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia adalah Islam,

Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khonghucu. Pemilihan keenam agama tersebut

didasarkan pada definisi agama seperti yang diusulkan oleh Menteri Agama, terdapat

minimum empat persyaratan:

Page 17: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

1. Memiliki Kitab Suci,

2. Memiliki Nabi,

3. Percaya akan satu Tuhan (Ketuhanan Yang Maha Esa),

4. Memiliki tata agama dan tata ibadah bagi pengikutnya.

Tetapi perlu ditekankan disini, bahwa penyebutan ke-6 agama ini bukan berarti

adanya pembatasan didalam memeluk suatu agama, melainkan tentang banyaknya

agama yang dianut oleh penduduk Indonesia pada umumnya. Penjelasan dari UU No.

1 ini bukan berarti pula agama-agama lain di luar enam agama tersebut tidak diakui,

seperti Shinto, Yahudi, Taoisme dan lain-lain. Agama-agama dan aliran kepercayaan

di luar dari enam agama tersebut juga mendapat jaminan dari pemerintah seperti yang

telah dinyatakan dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 2, yang menyatakan

bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.”

Dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut (UU

No.1/PNPS/1965), lebih membuka dan mempermudah jalan bagi umat Khonghucu

untuk menjalankan ibadahnya. Tempat ibadah pun telah didirikan di Tangerang pada

tahun 1969, tempat ibadah umat Khonghucu ini disebut dengan Litang (礼堂 ).

Kemudian mengenai pelayanan administrasi atas Hak Sipil umat Khonghucu-pun tidak

mengalami kesulitan, seperti, pendidikan agama Khonghucu, Kartu Tanda Penduduk

(KTP), pencatatan akte perkawinan dan sebagainya.

Perkawinan merupakan hak yang paling mendasar untuk menjalin tali

Page 18: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

kekerabatan dan memperoleh keturunan. Kantor Catatan Sipil (KCS) yang masih

belum mau melakukan pencatatan mungkin disebabkan masih berlakunya sistem

Staatsblood yang membagi-bagi manusia menjadi golongan Eropa, China, Indonesia

Kristen dan non-Kristen (Jawa Pos, 25 agustus 2002).

Dalam Hukum Perkawinan Agama Khonghucu Indonesia yang disahkan

dalam Munas III Rohaniawan Agama Khonghucu se-Indonesia di Tangerang pada

tanggal 21 Desember 1975, pada Pasal 1: hubungan pria dengan seorang wanita

dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan melangsungkan

keturunan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pasal 2: dasar perkawinan umat

Khonghucu adalah seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri dan seorang

wanita hanya boleh mempunyai seorang suami (Tjandra R. Muljadi dalam: Hak Asasi

Beragama dan Perkawinan Khonghucu, 1998: 91).

Dalam penjelasan umum dari Hukum Perkawinan itu, disebutkan tujuan dari

perkawinan itu; perkawinan adalah salah satu tugas suci manusia yang memungkinkan

manusia melangsungkan sejarahnya dan mengembangkan benih-benih Firman Tian

atau Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud kebajikan yang bersemayam di dalam

dirinya serta selanjutnya memungkinkan manusia membimbing putra-putranya.

Demikianlah hendaknya manusia berbuat di dalam rumah tangganya, bahagiakanlah

istri/suami dan anak-anak karena keselarasan hidup bersama anak/istri/suami itu

laksana alat musik yang ditabuh harmonis. Kemudian kerukunan dalam rumah tangga

itu membangun damai serta bahagia. Perkawinan tidak bermaksud menceraikan

Page 19: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

seseorang dari ayah-bunda dan keluarganya karena telah membangun mahligai baru,

melainkan menyatukan keluarga yang satu dengan yang lain, memupuk rasa

persaudaraan yang luas diantara manusia sehingga akhirnya dapat dirasakan bahwa di

empat penjuru lautan semua umat bersaudara (Tjandra R. Muljadi dalam: Hak Asasi

Beragama dan Perkawinan Khonghucu, 1998: 91).

Kemudian perihal pencatatan agama dalam kolom Kartu Tanda Penduduk

(KTP) ini merupakan salah satu syarat administrasi sebagai Warga Negara Indonesia

yang baik. Kolom agama dalam KTP tersebut hendaknya diisi sesuai dengan agama

yang diyakini oleh setiap masyarakat itu sendiri.

Pada masa Orde Lama, pencatatan perkawinan dan KTP dengan agama

Khonghucu tidak mengalami adanya suatu kesulitan, karena didukung adanya UU No.

1/PNPS/1965 yang memasukkan agama Khonghucu sebagai salah satu agama yang

diakui oleh negara Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari data hasil sensus penduduk

yang terakhir untuk umat Khonghucu, yaitu pada tahun 1971. Berdasarkan data sensus

penduduk tahun 1971, terdapat 972 ribu penduduk agama Khonghucu, yang terdiri dari

0,82% jumlah penduduk Indonesia (Leo Suryadinata, Evi Nurvida Arifin dan Aris

Ananta, 2003: 128).

Selain membahas akte perkawinan dan KTP, akan dibahas pula mengenai

pendidikan agama Khonghucu. Pendidikan merupakan suatu upaya yang amat penting

dilaksanakan untuk membantu dalam pembentukan manusia-manusia yang

berkepribadian dalam membangun jiwanya, sehingga memiliki mental spiritual yang

Page 20: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

utuh, dapat mengenal siapa dirinya dan Tuhannya, serta dapat menjadi manusia yang

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Selain itu, pendidikan dapat mengarahkan manusia agar dapat menjaga

keseimbangan alam, mengamalkan, serta melaksanakannya dengan penuh kesadaran

tentang segala bentuk hak dan kewajiban terhadap keluarga, masyarakat, bangsa dan

negara sehingga menjadi manusia yang Pancasilais.

Sebelum abad kedua puluh berdasarkan dari sumber catatan yang tersedia,

tercatat bahwa orang China peranakan awal tidak banyak memperhatikan pendidikan

anak-anaknya, hal ini mungkin disebabkan karena ayah mereka datang dari kelas yang

tak berpendidikan dan kebanyakan hanya tertarik mencari uang. Hanya terdapat

beberapa orang kaya yang dapat menggaji guru China hanya untuk mengajar anak

laki-lakinya bahasa dan karya-karya klasik China, karena pada masa itu laki-laki

dianggap lebih layak mengenyam pendidikan dibandingkan wanita.

Sejak tahun 1729 telah dibentuk sebuah taman pendidikan agama Khonghucu

(semacam pesantren) yang bernama Ming Cheng Shu Yuan yaitu taman kitab

(Akademi) pendidikan menggemilangkan iman (MATAKIN, 2005: 11). Terdapat

sekitar tiga puluh siswa, namun segera ditutup karena salah urus.

Sekolah China tradisional meningkat dalam perempat terakhir abad kesembilan

belas, misalnya pada tahun 1899, yaitu terdapat 217 sekolah China tradisional di Jawa

dan Madura dengan 4.452 siswa dan 152 sekolah di luar Jawa dengan 2.170 siswa.

Sekolah-sekolah China tradisional ini kurikulumnya didasarkan pada kitab-kitab

Page 21: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

Khonghucu (Leo Suryadinata, 1988: 3-4).

Kemudian pada tahun 1901 Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) mulai mendirikan

sekolah-sekolah yang bertujuan untuk mempromosikan agama Khonghucu dan budaya

China, serta mendirikan sekolah-sekolah berbahasa pengantar China untuk mencapai

tujuan tersebut. Asosiasi THHK ini berakhir pada tahun 1965, yang diakibatkan karena

situasi politik pada saat itu yang kurang mendukung.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

a) Hubungan antara pemerintah dengan masyarakat yang beragama

Khonghucu berlangsung cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari UU No.

1/PNPS/1965 yang isinya antara lain memasukkan agama Khonghucu

sebagai salah satu dari agama yang diakui oleh negara Indonesia.

b) Adanya hubungan timbal balik antara pihak yang membuat peraturan

dengan pihak yang melaksanakan peraturan tersebut. Peraturan yang telah

dikeluarkan tersebut dapat dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya.

Salah satu contohnya adalah pelaksanaan UU No. 1/PNPS/1965, yang

dapat dilihat lebih lanjut dengan adanya data akurat dari Biro Pusat Statistik,

yang menyatakan bahwa pada tahun 1971 umat Khonghucu masih terdata

dalam sensus penduduk.

c) Pencatatan agama Khonghucu dalam kolom KTP dan pencatatan akte

perkawinan tidak mengalami masalah, berdasarkan data dari Biro Pusat

Page 22: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

Statistik tersebut mereka semua sudah tercatat sebagai Warga Negara

Indonesia yang beragama Khonghucu. Kemudian mengenai masalah

pencatatan akte perkawinan khususnya, karena pada saat itu belum ada

peraturan resmi yang mengatur tentang perkawinan, jadi pencatatan akte

perkawinan jelas tidak mengalami masalah.

d) Masalah pendidikan agama Khonghucu pun tidak mengalami masalah. Hal

ini dapat dibuktikan dengan adanya pendirian sekolah pada tahun 1901 oleh

perhimpunan agama Khonghucu yang bertujuan mempromosikan agama

Khonghucu yang berakhir pada tahun 1965. Untuk tahun-tahun berikutnya

tidak dijelaskan dengan terperinci mengenai pendidikan agama Khonghucu

yang masuk dalam kurikulum sekolah-sekolah, pengajaran agama

Khonghucu tetap ada dan berlangsung pada masa Orde Lama, hanya saja

pelaksanaannya yang kurang menonjol.

3.3.2 Pada Masa Orde Baru

Orde Baru yang berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998, dapat dikatakan

sebagai masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Dimana kepentingan

nomor satu dari penguasa Orde Baru semasa itu adalah menjaga “Kelestarian

Kekuasaan” yang baru saja digenggamnya (Tan Swie Ling, Akar Masalah Umat

Khonghucu Indonesia. http://www.budaya-tionghoa.org, 26 Oktober 2006).

Untuk itu, Presiden Soeharto memulai Orde Baru dalam dunia politik Indonesia

dan secara dramatis mengubah kebijakan-kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari

Page 23: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

jalan yang ditempuh oleh Soekarno pada masa akhir jabatannya dengan dalih demi

keamanan kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Warga China peranakan

juga dilarang mengekspresikan diri mereka melalui budaya-budaya tradisi yang

dimiliki. Sejak tahun 1967, warga China peranakan dianggap sebagai warga negara

asing di Indonesia dan kedudukannya berada di bawah warga pribumi, hal ini secara

tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka.

Pemerintah memandang budaya, adat dan agama yang berasal dari China

merupakan suatu penghambat bagi pembauran etnik ke dalam budaya nasional

Indonesia, yang dimaksudkan dengan budaya, adat dan agama dari China tersebut

adalah: kesenian Barongsai, hari raya Imlek, agama Khonghucu, Bahasa China itu

sendiri dan lain-lain. Pemerintah juga mengkhawatirkan adanya campur tangan

komunis China untuk menguasai Indonesia. Karena itu pemerintah mengeluarkan

Inpres No. 14 tahun 1967 yang isinya tentang larangan adanya adat, budaya dan

kepercayaan berbau China aktif di Indonesia serta larangan pembangunan klenteng.

Kebijakan pemerintah ini diperkuat lagi dengan keputusan Sidang Kabinet yang

memutuskan Khonghucu bukan agama. Keputusan ini dikembangkan lagi dengan

dikeluarkannya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/BA.01.2/4683/95

tanggal 18 November 1978 perihal Petunjuk Pengisian Kolom Agama, yang antara lain

menyatakan bahwa hanya ada lima agama yang diakui oleh negara Indonesia, yaitu

Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.

Pada masa ini, permasalahan Khonghucu adalah agama atau bukan menjadi

Page 24: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

persoalan yang cukup hangat untuk diperbincangkan. Pemerintah tetap kukuh pada

pendiriannya bahwa Khonghucu itu bukanlah agama. Sehingga pada masa ini umat

Khonghucu dilarang untuk beribadat.

Berhubung masa Orde Baru ini lahir dari runtuhnya Orde Lama yang

dipersepsikan dengan bertulangpunggungkan PKI, maka PKI dikualifikasikan sebagai

“Musuh Negara dan Bangsa Indonesia”. Demi menjaga stabilitas keamanan bangsa

dan negara Indonesia, para pemimpin Orde Baru melakukan berbagai pembersihan

terhadap “Musuh Negara dan Bangsa Indonesia” tersebut. Dalam rangka pembersihan

ini, Bung Karno beserta para pendukungnya terkena getahnya, hingga meninggal

dalam status sebagai Tahanan Politik. Tidak hanya Bung Karno, bahkan Pemerintah

Republik Rakyat China (RRC) beserta pendukung utamanya, Partai Komunis China

juga terkena getahnya.

Pemerintah masa Orde Baru menganggap Republik Rakyat China (RRC) terus-

menerus membela PKI, hal ini membuat emosi dan kemarahan Orde Baru menjadi tak

terkendali. Sehingga mengakibatkan seluruh WNI etnik China terkena ampasnya juga.

Hal ini semata-mata karena orang China peranakan Indonesia memiliki kesamaan

etnik, yaitu China, yang kemudian seenaknya dianggap berpotensi untuk menjadi kaki

tangan komunis China, yang dapat menguasai negara Indonesia. Dengan kata lain,

orang-orang China itu berambisi untuk menjadi penguasa dunia. Dengan adanya

argumentasi semacam itu, tentu saja dapat membuat pemerintah Orde Baru

beranggapan bahwa orang-orang China dengan budaya Khonghucu dan komunisme itu

Page 25: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

dapat membahayakan bangsa Indonesia.

Pengkaitan antara Khonghucu dengan komunisme yang sudah ada di Indonesia

sejak terjadinya peristiwa G30S/PKI itulah yang menyebabkan negara secara tidak adil

memperkosa HAM umat Khonghucu khususnya dan orang China peranakan Indonesia

pada umumnya. Terlihat dengan jelas bahwa pada masa Orde Baru ini terdapat banyak

sekali pembatasan ruang gerak umat Khonghucu, dengan dilarangnya pembangunan

klenteng, secara tidak langsung hal itu menghambat umat Khonghucu dalam

melaksanakan ibadahnya dengan Tian (Tuhan Yang Maha Esa) yang diyakininya.

Kemudian bagaimana dengan UU No. 1/PNPS/1965 yang pernah dikeluarkan oleh

Presiden Soekarno pada masa pemerintahannya? Sebenarnya tidak pernah ada

peraturan yang secara khusus ditetapkan untuk menghapus atau menghilangkan

kebijakan tersebut. Tetapi entah mengapa UU No. 1/PNPS/1965 tersebut seperti

menghilang ditelan bumi begitu saja.

Tetapi perlu adanya klarifikasi disini, bahwa persamaan diantara dua ajaran

yang berbeda itu tidak bisa dianggap sebagai suatu yang identik, begitu pula hubungan

antara agama Khonghucu dengan komunisme. Ajaran Khonghucu sudah berkembang

di bumi ini kurang lebih 5 abad Sebelum Masehi, sedangkan ajaran komunisme baru

ada pada pertengahan abad 19. Agama Khonghucu merupakan suatu ajaran tentang

kebajikan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dan pada masa dinasti Han

pernah dijadikan sebagai agama dan falsafah negara. Sebaliknya paham komunisme

tidak mengenal adanya kepercayaan akan suatu agama. Demikian pula tidak perlu

Page 26: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

dikaitkan lagi dengan RRC yang berpaham komunis ini, karena negara komunis tidak

ada kepercayaan akan suatu agama, semua agama di RRC dianggap sebagai filsafat

hidup. Tetapi RRC tidak melarang warganya untuk memilih dan memeluk suatu agama.

Jadi perlu ditekankan sekali lagi bahwa antara Khonghucu dan komunisme itu tidak

ada hubungan sama sekali, yang ada hanyalah sama-sama sebuah produk sejarah dari

negeri tirai bambu yang terjadi pada zaman yang berbeda.

Dengan adanya pengkaitan antara Khonghucu dengan komunisme yang ada di

Indonesia sejak terjadinya peristiwa G30S/PKI telah mendatangkan suatu musibah

yang besar bagi semua orang China peranakan Indonesia pada umumnya dan umat

Khonghucu khususnya, yang kemudian menyebabkan negara secara tidak adil

memperkosa HAM, salah satunya adalah Hak Sipil mereka. Terlihat dengan jelas

bahwa pada masa Orde Baru ini terdapat banyak sekali pembatasan ruang gerak umat

Khonghucu, terutama pelayanan administrasi yang seharusnya didapatkan oleh mereka

menjadi sedikit dibatasi.

Mulai adanya undang-undang yang mengatur tentang perkawinan terjadi pada

masa Soeharto, yakni dengan dikeluarkannya UU No. 1/1974. Demi mengikuti

peraturan yang ada, lembaga Khonghucu pun mulai menyusun Hukum Perkawinan

dan Pedoman Pelaksanaan Upacaranya yang disesuaikan dengan Undang-Undang RI

No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang dilakukan melalui Musyawarah Nasional

III pada tahun 1975 di Tangerang.

Meskipun peraturan telah diikuti dan ditaati, namun pada kenyataannya tetap

Page 27: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

saja pencatatan akte perkawinan umat Khonghucu tidak dapat terlaksana sebagaimana

mestinya. Kasus penolakan pencatatan perkawinan yang dilakukan secara agama

Khonghucu oleh KCS tetap terjadi, terutama di Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan

alasan Khonghucu bukanlah agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia. Padahal

Presiden Soeharto pernah berkata “Kita tidak memilih-milih agama-agama yang ada

menjadi agama-agama resmi dan agama-agama tidak resmi, agama-agama diakui dan

agama-agama yang tidak diakui” (Suara Pembaruan, 28 Maret 1989).

Hal ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama (30 tahun lebih), tidak

sedikit umat Khonghucu yang dipersulit. Terutama mengenai masalah perkawinan,

sudah menjadi kewajiban KCS untuk mencatatkan perkawinan yang dilakukan oleh

umat Khonghucu, karena hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Pasal 2 UU No.

1/1974, yang menyebutkan “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut Peraturan

Perundangan yang berlaku”. Selain itu berdasarkan Pasal 2 PP No. 9 tahun 1975

berbunyi “Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan menurut

agamanya dan kepercayannya itu selain agama Islam, dilakukan oleh pegawai pencatat

perkawinan pada KCS sebagaimana dimaksud dalam berbagai macam perundangan

mengenai pencatatan perkawinan.”

Dalam praktek, setiap orang yang tidak mencatatkan perkawinannya pasti

dianggap tidak sah, sehingga keturunan mereka pun dianggap tidak sah. Dapat

digambarkan betapa sulit menyatukan peraturan perkawinan dalam suatu hukum

nasional, yang dikarenakan keanekaragaman budaya, adat istiadat, agama, aliran

Page 28: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

kepercayaan dan pengakuan hak-hak asasi manusia yang mewarnai kehidupan mereka

di tanah air Indonesia.

Kelemahan pemerintah dalam mencampuri urusan sah tidaknya suatu

perkawinan, yang dalam pelaksanaanya kadang-kadang dilakukan oleh golongan

tertentu dirasakan mempersulit pencatatan yang dapat membuka peluang negatif untuk

hidup bersama tanpa nikah, sehingga menimbulkan problema sosial baru. Tugas

pemerintah seharusnya adalah hanya mencatat dan mengesahkan perkawinan mereka

tanpa harus mempersulit.

Salah satu contoh perlakuan yang kurang adil pada masa Orde Baru yang

dialami umat Khonghucu dalam pencatatan perkawinan di KCS adalah pasangan Budi

Wijaya dan Lany Guito. Pernikahan mereka berlangsung di rumah ibadah Boen Bio

Surabaya pada tanggal 23 Juli 1995, yang dilakukan dengan harapan perkawinan

mereka ini mendatangkan kebahagiaan. Tetapi sangat disayangkan kenyataan berkata

sebaliknya, perkawinan mereka ditolak di KCS dengan alasan Khonghucu itu bukanlah

agama yang diakui dan dibina oleh Departemen Agama. KCS mengusulkan dua

alternatif, yaitu: pertama, mengganti surat nikah dengan agama lain dan mengaku

beragama salah satu agama resmi pemerintah. Kedua, MAKIN (Majelis Agama

Khonghucu Indonesia) Boen Bio yang mengeluarkan surat nikah dengan cara

menghilangkan kata agama di dalam stempel MAKIN. Hal ini tentu saja ditolak oleh

Budi dan Lany, karena bertentangan dengan hati nurani mereka sebagai umat

Khonghucu yang taat (Budi Wijaya dalam: Hak Asasi Beragama dan Perkawinan

Page 29: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

Khonghucu, 1998: 16-17).

Banyak sekali usaha yang telah dilakuan Budi untuk dapat mendaftarkan

perkawinannya di KCS, tetapi selalu mengalami jalan buntu. Kemudian Budi dan Lany

menggunakan jalur hukum untuk menyelesaikan masalah mereka tersebut dengan

bantuan seorang pengacara, yaitu Bapak Trimoelja D. Soerjadi SH, seorang tokoh

humanis dan termasuk pengacara senior di Surabaya unuk memasukkan gugatan ke

PTUN (Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara). Meskipun sudah melayangkan gugatan

beberapa kali, hasilnya masih saja tetap mengecewakan (Budi Wijaya dalam: Hak

Asasi Beragama dan Perkawinan Khonghucu, 1998: 21).

Akhirnya Menteri Kehakiman dalam rapat kerja dengan Komisi Tiga DPR RI

mengatakan bahwa pemerintah sedang mengkaji tiga alternatif untuk memecahkan

persoalan tersebut. Pertama, menyatakan Khonghucu sebagai salah satu agama yang

diakui. Kedua, melakukan pranata pencatatan semata-mata sebagai catatan

administratif atau laporan bahwa telah terjadi perkawinan. Ketiga, dibuatkan

pencatatan khusus bagi mereka yang tidak menikah menurut agama yang diakui

(Kompas, 18 September 1996).

Kemudian Depdagri melaui surat No. 474.2/704/UMPEM tanggal 30 Mei 2001

yang didasari surat Menag No. 178K/TUN/1997 tanggal 30 Maret 2000 perkara Kasasi

Budi Wijaya dan Lany Guito dikabulkan dalam kasasi, MA memerintahkan Kantor

Catatan Sipil Kotamadya Surabaya untuk mencatat perkawinan tersebut secara agama

Khonghucu karena putusan tersebut memiliki kekuatan hukum yang tetap dan wajib

Page 30: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

ditaati oleh pemerintah dan masyarakat (Anly Cenggana, Jaminan Konstitusi Agama

Khonghucu, http://www.harianbatampos.com, 7 Maret 2006).

Demikian pula dengan pencatatan Khonghucu sebagai agama di dalam KTP

(Kartu Tanda Penduduk) mulai dihilangkan yang dimulai di DKI Jakarta pada tahun

1978. Terdapat dua alternatif yang dapat dilakukan umat Khonghucu, yaitu umat

Khonghucu harus memilih salah satu dari lima agama yang diakui oleh negara, dan

kedua, umat Khonghucu harus rela kalau pada kolom agama mereka diisi dengan tanda

(-) atau kurung buka garis pendek mendatar kurung tutup saja. (Tjandra R. Muljadi

dalam: Hak Asasi Beragama dan Perkawinan Khonghucu, 1998: 83). Dengan kata lain,

mereka dianggap sebagai seorang komunis yang tidak memiliki agama.

Tidak sedikit umat Khonghucu yang harus dengan terpaksa mengisi kolom

agama mereka dengan lima agama yang diakui oleh pemerintah, yaitu Islam, Katolik,

Kristen, Hindu dan Budha. Sebagian besar agama yang dicantumkan dalam KTP

mereka adalah agama Budha. Sungguh ironis sekali memang, agama mereka cuma

sekedar agama di KTP saja. Kenyataannya mereka tidak meyakini dan mengerti

tentang agama yang dicatatkan dalam KTP mereka.

Hal ini dilakukan karena seluruh umat Khonghucu merasa mereka adalah

Warga Negara Indonesia (WNI) yang baik dan memiliki hak yang sama pula dengan

yang lain, hanya saja hak mereka sedikit dibatasi. Selain itu mereka takut jika sensus

penduduk tidak mendata mereka sebagai WNI.

Selain itu, terjadi pula peristiwa penghapusan mata pelajaran agama

Page 31: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

Khonghucu di sekolah-sekolah, yaitu sejak dikeluarkannya Kurikulum Pendidikan

Dasar dan Lanjutan tahun 1975. Mengakibatkan para siswa umat Khonghucu mulai

dari tahun 1977 dipaksa mengikuti pelajaran agama lain demi tuntutan kurikulum

yang berlaku. Hal ini dikaitkan dengan Inpres 14/1967 yang menyatakan bahwa segala

kegiatan yang berhubungan dengan budaya China dilarang, hal ini menyebabkan umat

Khonghucu tidak dapat merayakan hari suci mereka, yang kemudian mengakibatkan

agama Khonghucu bukan lagi sebagai salah satu agama yang dianut oleh Negara

Indonesia sebagaimana seperti yang tercantum dalam UU No. 1/ PNPS/ 1965.

Meskipun dilarang di dunia pendidikan formal di Indonesia, namun pada

kenyataannya di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ajaran Khonghucu

dijadikan sebagai salah satu mata kuliah agama. Mata kuliah yang diberikan unversitas

tertua di Indonesia ini, memang diberikan khusus untuk mahasiswa/i yang memeluk

agama Khonghucu sejak tahun 1997. Lain halnya dengan di Bogor, ada beberapa

sekolah negeri yang menyerahkan pelajaran agama Khonghucu tersebut pada MAKIN

setempat. Ujian dilakukan oleh MAKIN kemudian nilainya diserahkan pada sekolah

masing-masing. Di luar Pulau Jawa pun mata kuliah Khonghucu masih diterapkan di

Universitas lain, seperti di Universitas Bung Hatta Padang dan beberapa universitas di

Jambi (Suara Indonesia, 15 November 1997).

Selain itu, di Kota Tangerang sendiri terdapat sebuah sekolah yang

berlandaskan pada ajaran Khonghucu dan diambil dari nama nabi Khongcu itu sendiri,

yaitu TK “Confucius” yang didirikan pada tahun 1973. Seiring dengan perubahan

Page 32: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

waktu adanya harapan dan kebutuhan masyarakat agar disediakan gedung sekolah lain

selain TK itu sendiri. Kemudian pada tahun 1974 didirikanlah gedung sekolah untuk

tingkat sekolah dasar, tetapi karena situasi politik yang kurang baik pada saat itu,

untuk pendirian sekolah tingkat dasar tersebut diganti dengan nama SD Setia Bhakti.

Kemudian berlanjut pada SLTP Setia Bhakti (tahun 1978), SMK Setia Bhakti (tahun

1999) dan SMU “Unggul“ Setia Bhakti (tahun 2003). Tenaga pengajar agama

Khonghucu itu sendiri, didapatkan melalui pihak MAKIN Tangerang.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

a) Hubungan pemerintah Orde Baru dengan masyarakat Indonesia yang

beragama Khonghucu tidaklah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat

dari Inpres No. 14 tahun 1967 yang isinya tentang larangan adanya adat,

budaya dan kepercayaan berbau China aktif di Indonesia serta larangan

pembangunan klenteng. Kebijakan pemerintah ini diperkuat lagi dengan

keputusan Sidang Kabinet yang memutuskan Khonghucu bukan agama.

Keputusan ini dikembangkan lagi dengan dikeluarkannya Surat Edaran

Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/BA.01.2/4683/95 tanggal 18

November 1978 perihal Petunjuk Pengisian Kolom Agama, yang antara

lain menyatakan bahwa hanya ada lima agama yang diakui oleh negara

Indonesia, yaitu: Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.

b) Tidak adanya ketegasan pemerintah Orde Baru di dalam menjalankan

Page 33: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

pemerintahannya, hanya mementingkan kekuasaan yang telah diraihnya

pada saat itu. Hal ini dapat dilihat dari peraturan-peraturan yang telah

dikeluarkan diatas, tanpa memperdulikan UU No.1/PNPS/1965 yang

pernah dikeluarkan oleh pemerintahan Orde Lama. Pemerintah Orde Baru

tanpa dasar hukum yang kuat menghilangkan UU No. 1/PNPS/1965

tersebut. Hal ini dilakukan dengan dalih untuk melindungi negara Indonesia

dari serangan komunis, dimana orang peranakan China pada saat itu

terkena imbasnya dan dianggap sebagai kaki tangan komunis. Karenanya

ruang lingkup mereka menjadi terbatas, termasuk penganut agama

Khonghucu. Perlu ditekankan sekali lagi, bahwa UU No. 1/PNPS/1965

tersebut kenyataannya tidak pernah dihapuskan.

c) Dengan adanya Inpres No. 14 tahun 1967 dan Surat Edaran Menteri Dalam

Negeri No. 477/74054/BA.01.2/4683/95 tersebut, tentu saja mempengaruhi

pencatatan akte perkawinan, KTP dan pendidikan umat Khonghucu.

Pencatatan akte perkawinan khususnya, prosedurnya menjadi lebih sulit,

karena adanya UU No. 1/1974 tentang perkawinan.

d) Meskipun pendidikan agama Khonghucu mengalami masalah, tetapi di

Kota Tangerang itu sendiri pada masa itu terdapat sebuah sekolah yang

berlandaskan pada ajaran Khonghucu. Sekolah ini tidak mengalami

persoalan meskipun keberadaannya sudah ada sejak Orde Baru.

Page 34: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

3.3.3 Pada Masa Reformasi

Era Reformasi di Indonesia dimulai pada pertengahan tahun 1998, yaitu

tepatnya saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan

oleh Presiden BJ Habibie. Hal yang melatarbelakangi peristiwa ini adalah saat tragedi

Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari

setelahnya, kemudian gerakan mahasiswa pun meluas hampir di seluruh Indonesia.

Karena berada di bawah tekanan yang besar baik dari dalam maupun luar negeri,

akhirnya Soeharto memilih untuk mengundurkan diri.

Indonesia telah mengalami sebanyak enam kali pergantian Presiden,

diantaranya terjadi sebanyak empat kali pada masa Reformasi ini. Dimulai dari

Presiden BJ Habibie (1998-1999), Presiden Gus Dur (1999-2001), Presiden Megawati

(2001-2004) dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-saat ini).

Pelan namun pasti, waktu berputar dan masa pun berganti, masa Reformasi

mendatangkan suatu kebaikan untuk umat Khonghucu pada khususnya dan orang

China peranakan pada umumnya. Hal ini dimulai dari mantan Presiden BJ Habibie

yang dalam Inpres No. 26/1998 menginstruksikan agar penghentian penggunaan istilah

“Pribumi dan Non Pribumi” dalam sebuah perumusan dan penyelenggaraan kebijakan,

perencanaan program ataupun pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.

Kemudian tiba pada giliran pemerintahan yang dipimpin oleh mantan Presiden

Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dimana terjadi hubungan yang baik antara agama

Khonghucu dan pemerintahan. Kesadaran akan pengakuan terhadap hak-hak dasar

Page 35: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

umat Khonghucu pun mulai dihargai. Gus Dur kemudian membatalkan Inpres No. 14

tahun 1967 serta mencabut Surat Edaran Mendagri No. 477/74054/BA.01.2/4683/95

tahun 1978. Pembatalan Inpres serta SE Mendagri tersebut dituangkan dalam

Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 6 tahun 2000. Tetapi lagi-lagi umat Khonghucu

harus mengalami kesulitan, pembatalan dan pencabutan kedua surat tersebut,

ditafsirkan oleh Departemen Agama (Depag) bukan sebagai pengakuan pemerintah

terhadap Khonghucu sebagai agama.

Dengan pembatalan kedua surat tersebut, budaya China seperti barongsai sudah

mulai dipertunjukkan kembali. Dilanjutkan dengan Keputusan Menteri Agama No.

13/2001 yang menetapkan Imlek sebagai hari libur dan diteruskan dengan pencabutan

larangan penggunaan bahasa China baik lisan maupun tulisan. Kemudian pada masa

pemerintahan Megawati melalui Keputusan Presiden No. 19, dikatakan bahwa sejak

tahun 2003 Hari Raya Imlek ditetapkan sebagai hari raya Nasional.

Sebuah jalan terbuka kembali, yaitu ketika Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono pada pidato perayaan Imlek 2557 secara nasional di Jakarta Convention

Centre (JCC) Hotel Hilton Jakarta, 4 Februari 2006 lalu, mengatakan: Menteri Agama

pada tanggal 24 Januari 2006 melalui Surat Menteri Agama No. 12/MA/2006, telah

menegaskan bahwa berdasarkan Penpres Nomor 1 tahun 1965 yang kemudian

dinyatakan oleh UU Nomor 5 tahun 1969, maka Departemen Agama harus melayani

umat Khonghucu sebagai umat penganut agama Khonghucu.

Kemudian untuk memperhatikan dan melanjuti surat Menteri Agama No.

Page 36: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

12/MA/2006 tanggal 24 Januari 2006 mengenai penjelasan mengenai status

perkawinan menurut agama Khonghucu dan pendidikan agama Khonghucu, Menteri

Dalam Negeri mengeluarkan Surat Edaran Mendagri No. 470/336/SJ mengenai

pelayanan administrasi kependudukan penganut agama Khonghucu pada tanggal 24

Februari 2006.

Ditilik dari hal-hal yang telah disebutkan diatas, umat Khonghucu dapat

menjalankan ibadah mereka tanpa ada hambatan lagi. Mereka pun dapat merayakan

Hari Raya Agama Khonghucu dengan leluasa, sebagaimana agama lain merayakan

hari raya mereka.

Jalan yang telah diberikan oleh Presiden Yodhoyono tersebut, telah

mempermudah umat Khonghucu untuk mengurus semua keperluan administrasi

kependudukan umat Khonghucu yang sempat tertunda dan terhambat, khususnya

kasus pencatatan akte perkawinan. Presiden mengatakan, berkaitan dengan ketentuan

UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang menyatakan bahwa “Perkawinan

adalah sah, jika dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya.” Maka

Departemen Agama memperlakukan perkawinan para penganut agama Khonghucu

yang dipimpin oleh pendeta Khonghucu adalah sah menurut ketentuan UU Perkawinan.

Karena itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta kepada Kantor Catatan

Sipil (KCS) di seluruh tanah air, untuk tidak ragu-ragu mencatatkan perkawinan bagi

pemeluk agama Khonghucu, begitu pula dengan pencatatan perkawinan pemeluk

agama lain.

Page 37: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

Sekretaris Presidium Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN)

Chandra Setiawan mengungkapkan pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada

perayaan Imlek 4 Februari yang lalu telah diikuti dengan Surat Edaran yang

dikeluarkan Mendagri pada 24 Februari lalu, bahwa Mendagri memberi waktu hingga

1 April sebagai batas waktu pengaplikasian aturan tersebut. Sehingga paling lambat 1

April seluruh umat Khonghucu telah dapat mencantumkan nama agamanya dalam

seluruh berkas kependudukan. Jika masih ada beberapa wilayah dan pejabat yang

bersangkutan belum melaksanakan SE Mendagri tersebut, maka akan dikenai sanksi

yang berlaku (Iis Zatnika, 1 April Khonghucu Diakui Administrasi Kependudukan,

http://www.media-indonesia.com, 26 Maret 2006).

Tetapi sangat disayangkan SE Mendagri tersebut belum dapat berjalan

sebagaimana mestinya. Daerah-daerah yang belum menjalankan SE tersebut adalah

wilayah Tangerang, Surabaya dan Jakarta Barat (Perkawinan Khonghucu Harus

Dicatat: SE Mendagri Belum Dilaksanakan, http://kompas.com, 6 Maret 2006).

Banyak sekali alasan yang dikemukakan, seperti belum ada perintah dari Walikota,

demikian pula alasan yang dikemukakan oleh pihak KCS Tangerang. Sedangkan SE

Mendagri tersebut merupakan suatu amanat dari pemerintah pusat yang harus segera

dilaksanakan oleh kalangan para pejabat daerah setempat. Bahkan mereka harus

berinisiatif mencari serta mengkopi surat tersebut. Penerapan SE Mendagri yang

belum merata di daerah-daerah, mungkin dikarenakan oleh kecepatan dalam

menanggapi dan menidaklanjuti surat tersebut berbeda-beda.

Page 38: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

a) Di masa Reformasi ini terjadi hubungan yang jauh lebih baik antara

pemerintah dengan umat Khonghucu. Hal ini dibuktikan dari pencabutan

Inpres No. 14/1967 yang selama ini membelenggu seluruh umat

Khonghucu. Kemudian diaktifkannya kembali UU No. 1/PNPS/1965 yang

memasukkan agama Khonghucu sebagai salah satu agama yang diakui oleh

negara Indonesia.

b) Tidak adanya komunikasi yang baik antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah, serta kurangnya ketegasan sikap dari pemerintah pusat.

Karena meskipun pemerintah pusat telah mengeluarkan amanat, tetapi

masih ada beberapa pemerintah daerah yang masih belum menjalankan

mandat tersebut. Sehingga umat Khonghucu di beberapa daerah tersebut

kesulitan untuk mendapatkan Hak Sipil mereka, seperti pencatatan akte

perkawinan, KTP dan pendidikan. Untuk Kota Tangerang mengenai

masalah pendidikan tidak menemui kesulitan, karena sudah terdapat

sekolah yang berlandaskan ajaran Khonghucu, yang disebut dengan sekolah

Setia Bhakti.

3.3.4 Hasil wawancara di Kota Tangerang

Seperti yang telah disebutkan diatas, meskipun agama Khonghucu telah diakui

sebagai agama resmi yang diakui oleh negara Indonesia, tetapi kenyataannya masih

Page 39: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

terdapat beberapa daerah yang masih belum melaksanakan amanat tersebut. Oleh

karena itu, untuk mendapatkan jawaban dari masalah tersebut, maka penulis

melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait di Kota Tangerang, berikut adalah

hasil dari wawancara tersebut:

1. Pada tanggal 6 Mei 2006 melakukan wawancara dengan pihak MAKIN Tangerang,

didapatkan data tiga pasang umat Khonghucu yang telah secara resmi mencatatkan

perkawinan mereka di KCS untuk tingkat Kabupaten Tangerang, yaitu pasangan Jo

Sin Siang dengan Vivi Sagita Chandra, Kwouw Anton dengan Taraniyani

Hernando dan Andi Lokaria dengan Melian Sunardi.

2. Pada tanggal 17 Mei 2006 melakukan wawancara dengan Bapak Koesnara serta

pihak lain dari Kantor Catatan Sipil (KCS) tingkat Kotamadya, didapatkan

informasi bahwa hingga saat itu belum ada pasangan umat Khonghucu yang belum

mendaftarkan diri untuk dicatat. Tetapi disebutkan bahwa, pihak KCS Kotamadya

Tangerang tersebut akan selalu siap dan bersedia melayani pasangan umat

Khonghucu yang ingin mencatatkan perkawinan mereka dengan agama

Khonghucu. Alasan tersendatnya pencatatan perkawinan tersebut terlebih

dikarenakan penyampaian SE Mendagri yang kurang efektif dan efisien, dikatakan

oleh Bapak Koesnara sendiri bahwa pihak mereka baru menerima SE Mendagri

tersebut pada akhir bulan Maret. Selain itu, terdapat masalah teknis lainnya, yaitu

sistem komputer yang belum terpogram dengan enam agama. Hal ini dikarenakan

adanya benturan dana, karena anggaran dari pemerintah tersebut memiliki skala

Page 40: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

prioritas. Jadi, harus menunggu giliran untuk dilayani dengan dana tersebut,

demikianlah alasan yang dikatakan oleh pihak KCS Kotamadya Tangerang.

3. Pada tanggal 17 Mei 2006 melakukan wawancara dengan Bapak Muchtar dari

kantor Kecamatan Kota Tangerang, mengatakan hal yang sama, yaitu pihak mereka

hingga saat itu masih belum tahu dan belum menerima kebijakan pemerintah yang

baru tersebut. Dalam program komputer di kantor kecamatan tersebut masih

terprogram dengan lima agama. Meskipun masih belum menerima SE Mendagri

tersebut, pihak Kecamatan Kota Tangerang sudah mencatatkan kolom agama

dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) dengan agama Khonghucu, demikianlah

keterangan yang diberikan oleh Bapak Muchtar selaku pihak dari kantor

Kecamatan Kota Tangerang.

4. Pada tanggal 24 Mei 2006 melakukan wawancara dengan Ibu Lily selaku

sekretariat dari MAKIN Tangerang dan Bapak Hendrik selaku Ketua Bidang

Pendidikan dari sekolah Setia Bhakti, dikatakan bahwa mengenai masalah

pendidikan pun sudah tidak mengalami masalah karena dengan adanya surat dari

Menteri Agama melalui surat MA No. 12/MA/2006 mengenai penjelasan mengenai

status perkawinan menurut agama Khonghucu dan pendidikan agama Khonghucu,

menyatakan bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 12a UU No. 20 Tahun 2003

tentang sistem Pendidikan Nasional, dalam hal ini Departemen Agama ke depan

akan mefasilitasi penyediaan guru-guru pendidikan agama Khonghucu di sekolah-

sekolah. Persiapan yang dilakukan pihak MATAKIN dan MAKIN adalah

Page 41: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

mempersiapkan tenaga pengajar untuk pelajaran agama Khonghucu, dengan

melatih para pengajar di MAKIN Tangerang dimulai dari tanggal 10 April hingga

28 Mei. Selain itu, materi pengajaran pun harus dipersiapkan. Materi-materi

pendidikan agama Khonghucu tersebut dipersiapkan oleh Departemen Pendidikan

Nasional (Depdiknas). Proses dimasukkannya ke dalam kurikulum sekolah negeri

atau swasta lainnya sedang dalam proses, hingga diturunkannya surat dari

(Depdiknas). Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) saat ini tengah

mempersiapkan rumusannya dalam bentuk Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)

tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan. RPP tersebut kini telah berada di

tangan Sekretariat Negara sehingga pengesahannya diperkirakan tidak akan lama

lagi.

5. Pada tanggal 30 Mei 2006 melakukan wawancara dengan Ibu Lily selaku

sekretariat dari MAKIN Tangerang, dikatakan bahwa hingga saat itu masih belum

ada penambahan dalam pencatatan perkawinan, tetapi tidak menutup kemungkinan

akan adanya penambahan pencatatan perkawinan pasangan umat Khonghucu,

karena hal ini merupakan perjuangan yang sudah mereka nantikan selama tiga

puluh tahun lebih. Apabila terdapat pasangan umat Khonghucu yang mau

mencatatkan perkawinan mereka di KCS Kotamadya Tangerang sudah tidak

mengalami masalah dan kesulitan lagi. Hanya saja sebagian besar umat

Khonghucu lebih memilih untuk dicatatkan di tingkat Kabupaten, hal ini

dikarenakan biaya yang diperlukan tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan

Page 42: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

tingkat Kotamadya.

Berdasarkan dari hasil wawancara diatas, maka dapat dibuat kesimpulan dari

permasalahan tersebut, adalah sebagai berikut:

a) Mengenai masalah pencatatan perkawinan di Kantor Catatan Sipil Kota

Tangerang, sesuai dengan hasil wawancara dengan yang terkait. Jika dilihat

dari alasan yang telah disebutkan diatas, dapat dikatakan bahwa pihak KCS

tidak dapat bergerak dengan leluasa, serta adanya pihak-pihak yang lebih

berkuasa untuk mengatur setiap tindakan dari pihak yang lebih rendah

jabatannya. Seperti yang dikatakan oleh Sekretaris Presidium MATAKIN

yang juga anggota Komisi Nasional HAM Chandra Setiawan kepada

Pembaruan di Jakarta, Senin (6/3), bahwa “para birokrat di daerah merasa

bahwa mereka memiliki kuasa sehingga dapat melakukan apa saja. Mental

seperti ini adalah warisan orde baru. Sayangnya ini masih melekat hampir

di semua pejabat di daerah. Ini harus segera dikikis dan merupakan tugas

Departemen Dalam Negeri untuk mengikis semua itu.” Kemudian hal-hal

yang menyangkut dengan dana tidaklah dapat dijadikan alasan yang cukup

kuat untuk tidak mencatatkan pasangan umat Khonghucu di KCS tersebut,

karena masalah pencatatan akte perkawinan dengan agama yang diyakini

mereka tidak ada hubungannya sama sekali dengan dana pemerintah, itu

merupakan hak mereka yang paling dasar untuk mendapatkannya, apalagi

sudah memiliki dasar hukum yang kuat untuk mendukung pencatatannya

Page 43: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

tersebut.

b) Mengenai masalah pencatatan kolom Agama dalam Kartu Tanda Penduduk

(KTP) berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Muchtar, sama halnya

dengan masalah perkawinan. Alasan yang telah dikemukakan tersebut

tidaklah kuat. Mengenai belum atau sudah terimanya Surat Edaran tersebut

adalah tugas dari masing-masing pejabat untuk mencari tahu dan mengcopy

amanat dari pusat tersebut, karena amanat dari pusat merupakan amanat

untuk keseluruhan wilayah Indonesia dan setiap pejabat daerah wajib untuk

memilikinya, serta melaksanakan amanat tersebut. Demikian pula dengan

masalah komputer yang masih terpogram dengan lima agama, apakah

sesulit itu untuk menambahkan satu kolom agama lagi untuk agama

Khonghucu? Seharusnya tidaklah sesulit itu, karena semua orang pasti

sudah mengerti bagaimana mengoperasikan perangkat lunak ini.

Kenyataannya, mereka sudah melakukan pencatatan terhadap satu orang.

c) Mengenai masalah pendidikan, melalui hasil wawancara yang telah

dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait, dengan adanya surat Menteri

Agama tersebut terlihat jelas bahwa hak-hak umat Khonghucu secara

berangsur-angsur telah pulih kembali, terutama pendidikan agama yang

mereka yakini dan imani tersebut akan mereka terima di sekolah-sekolah,

baik swasta maupun negeri. Oleh karena itu, MATAKIN dihimbau oleh

pemerintah untuk mempersiapkan guru-guru yang dapat mengajarkan

Page 44: BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Masuknya Agama Khonghucu di Indonesiathesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-1-00149-MD Bab 3.pdf · Pada saat itu orang-orang perantauan China datang ke kepulauan

agama Khonghucu. Selanjutnya, untuk sekolah-sekolah lainnya belum

terdapat secara resmi pendidikan agama Khonghucu. Seperti yang terjadi di

Bogor, pihak sekolah menyerahkan ajaran agama Khonghucu tersebut pada

pihak MAKIN. Sedangkan untuk Kota Tangerang sendiri sudah tidak

mengalami hambatan mengenai pendidikan agama Khonghucu, karena

terdapat sebuah sekolah yang berlandaskan pada ajaran Khonghucu dan

diambil dari nama nabi Khongcu itu sendiri, yaitu TK “Confucius”, SD

Setia Bhakti, SLTP Setia Bhakti, SMK Setia Bhakti dan SMU

“Unggul“ Setia Bhakti. Tenaga pengajar agama Khonghucu itu sendiri,

didapatkan melalui pihak MAKIN Tangerang. Selain itu, umat Khonghucu

juga dapat belajar agama Khonghucu di MAKIN Tangerang, yang memang

menyediakan pendidikan agama Khonghucu.

Dengan demikian, dapat dikatakan secara keseluruhan, bahwa pelaksanaan

Surat Edaran tersebut meskipun pada awalnya memang mengalami kendala, tetapi

pada akhirnya pejabat setempat Kota Tangerang dapat memberikan pelayanan

administrasi pada seluruh umat Khonghucu di Kota Tangerang.