BAB 2 Tinjauan Pustaka Gizi Kerja

23
JUDUL PROGRAM Diusulkan Oleh : 15141171300 () Angkatan 2014 15141171300 () Angkatan 2014 15141171300 () Angkatan 2014 15141171300 () Angkatan 2014 15141171300 () Angkatan 2014 UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015

description

OHS

Transcript of BAB 2 Tinjauan Pustaka Gizi Kerja

JUDUL PROGRAM

Diusulkan Oleh :15141171300()Angkatan 201415141171300()Angkatan 201415141171300()Angkatan 201415141171300()Angkatan 201415141171300()Angkatan 2014

UNIVERSITAS AIRLANGGASURABAYA2015

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULiDAFTAR ISIiiBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 11.2 Rumusan Masalah21.3 Manfaat Penelitian21.4 Ruang Lingkup2BAB 2 Tinjauan Pustaka2.1. Konsumsi Gizi Pekerja32.2. Produktivias Kerja32.2.1 Produktivias Kerja32.2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Produktivitas3BAB 3 Metodelogi Penelitian3.1. Jenis Penelitian53.2. Teknik Pengumpulan Data53.3. Teknik Analisa Data53.4. Objek Penelitian63.5. Sumber Data63.6. Sumber Data63.7. Sumber Data63.8. Sumber Data63.9. Sumber Data6 Sumber Data6 Sumber Data6

BAB 54.1. 74.2. 84.3. .9BAB 5 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN4.4. Anggaran Biaya74.5. Analisis Keuangan84.6. Jadwal Kegiatan.9

DAFTAR PUSTAKA10

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, antara lain kesehatan (fisik dan mental), faktor gizi, dan perkembangan kemampuan terhadap ilmu dan teknologi. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia. Faktor utama yang menentukan Indeks Pembangunan Manusia adalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang berhubungan dengan status gizi suatu masyarakat.Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut. Terdapat hubungan antara status gizi dengan konsumsi makanan. Tingkat status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan gizi optimal terpenuhi.Gizi sangat dibutuhkan oleh setiap orang, salah satunya untuk pekerja. Pekerja memerlukan zat-zat gizi sesuai dengan jenis pekerjaannya. Zat-zat gizi yang berasal dari makanan sehari-hari berfungsi sebagai zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Kebutuhan akan zat-zat gizi tergantung dari usia, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan jenis aktivitas. Gizi pada pekerja ditujukan untuk kesehatan pekerja agar mampu bekerja secara optimal. Zat gizi utama yang paling dibutuhkan oleh pekerja adalah karbohidrat sebagai sumber energi untuk kerja otot. Selain karbohidrat, pekerja tetap memerlukan protein untuk memelihara fungsi tubuh dan sebagai sumber energi.WHO (2000) melakukan penelitian mengenai status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh di beberapa negara terpilih. Salah satunya adalah Amerika Serikat, dimana prevalensi obesitas di negara Amerika Serikat (1988-1994) sebanyak 19,9% pada pria dan 24,9% pada wanita. Selain itu, WHO (2000) juga menemukan prevalensi obesitas di beberapa negara kawasan Asia, seperti China, Jepang, dan Saudi Arabia. Prevalensi obesitas di China (1992) sebesar 1,2% pada pria dan 1,6% pada wanita. Prevalensi obesitas di Jepang (1997) dialami oleh 1,7% pria dan 2,7% wanita. Prevalensi obesitas di Saudi Arabia (1990-1993) dialami oleh 16% pria dan 24% wanita.

Berdasarkan survei nasional tahun 1996-1997 di 27 kota di Indonesia, didapatkan data status gizi overweight pada pria sebesar 14,9%, sedangkan wanita sebesar 24%. Masalah overweight juga terjadi pada kelompok usia yang lebih tua. Berdasarkan data Hellen Keller Indonesia (HKI) pada tahun 1999-2001, status gizi overweight di wilayah pedesaan banyak dialami oleh wanita dewasa. Indonesia mengalami beban ganda masalah gizi, dimana masalah gizi lebih dan gizi kurang cenderung meningkat dalam kurun waktu yang sama.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimanakah jumlah kalori pada pekerja laundry saat penelitian?2. Bagaimanakah perbandingan kalori antar para pekerja landry ?3. Apakah para pekerja laundry usdah memenuhi angka kebutuhan cairan tubuh ?

1.3 Manfaat PenelitianBagi Peneliti.Menambah pengetahuan tentang bagaimana cara meneliti, mengambil datadan mengamati berbagai data yang diperoleh lapangan serta menganalisis hasil penelitiannyatersebut.

Bagi PengusahaMemberikan informasi dan masukan bagi pengusaha dalam hal gizi kerja yang disediakan oleh pengusaha bagi tenaga kerja di tempat kerja tersebut agar tercapainya produktivitas yang meningkat dengan melalui pekerja yang selalu terjaga kesehataannya.

Bagi PekerjaMemberikan pengetahuan dan informasi bagi pekerja tentang pentingnya gizi kerja bagi kesehatan tubuh sehingga pekerja dapat bekerja secara optimal dan dapat meningkatkan produktivitas.

1.4 Ruang LingkupRuang lingkup yang digunakan adalah pekerja laundry di lingkungan asrama perempuan di kampus c Universitas Airlangga Surabaya.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsumsi Gizi Pekerja Gizi diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi tubuh serta menghasilkan tenaga. Sementara itu, gizi kerja didefinisikan sebagai gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan kalorinya sesuai dengan jenis pekerjaannya. Gizi kerja sebagai salah satu aspek penting dari kesehatan kerja mempunyai peran penting, baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan produktivitas. Kekurangan gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja akan membawa akibat buruk bagi mereka seperti pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, badan menjadi kurus, berat badan menurun, wajah pucat, kurang bersemangat, beraksi lamban, dan lain-lain. Dalam keadaan demikian, sulit tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal (Wisnoe, 2005). Secara umum, kebutuhan gizi bagi tenaga kerja lebih besar dibandingkan bukan tenaga kerja. Jumlah zat gizi yang dibutuhkan tenaga kerja sangat tergantung dari jumlah tenaga yang dikeluarkan untuk melakukan suatu jenis pekerja. Jumlah ini tergantung dari jumlah otot-otot yang ikut bekerja dan lamanya otot-otot tersebut harus bekerja (Wirakusumah, 1999).Kecukupan zat gizi pekerja terutama dipengaruhi oleh usia, ukuran tubuh, dan jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, kondisi fisiologis, keadaan khusus seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, serta keadaan lingkungan kerja. Faktor-faktor di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya kecukupan zat gizi pekerja. Berikut adalah kecukupan zat gizi per hari pekerja menurut umur dan jenis kelamin.

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi Usia DewasaLAKI-LAKIPEREMPUANGIZI KERJA19-29 30-49 50-64 19-29 30-49 50-64Tahun tahun tahun tahun tahun tahunEnergi (kkal) 2550 2350 2250 1900 1800 1750

Protein (gram) 60 60 60 50 50 50

Vitamin A (RE) 600 600 600 500 500 500

Vitamin D (mg) 5 5 10 5 5 10

Vitamin E (mg) 15 15 15 15 15 15

Vitamin K (g) 65 65 65 55 55 55

Tiamin (mg) 1,2 1,2 1,2 1,0 1,0 1,0

Riboflavin (mg) 1,3 1,3 1,3 1,1 1,1 1,1

Niasin (mg) 16 16 16 14 14 14

Asam Folat (g) 400 400 400 400 400 400

Piridoksin (mg) 1,3 1,3 1,7 1,3 1,3 1,5

Vitamin B12 (g) 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4

Vitamin C (mg) 90 90 90 75 75 75

Kalsium (mg) 800 800 1000 800 800 1000

Fosfor (mg) 600 600 600 600 600 600

Magnesium (mg) 290 300 300 250 270 270

Besi (mg) 13 13 13 26 26 12

Yodium (g) 150 150 150 150 150 150

Seng (mg) 13,0 13,4 13,4 9,3 9,8 9,8

Selenium (g) 30 30 30 30 30 30

Mangan (mg) 2,3 2,3 2,3 1,8 1,8 1,8

Fluor (mg) 3,0 3,1 3,1 2,5 2,7 2,7

Sumber : Kepmenkes RI No. 1593/Menkes/SK/XI/2005

Tingkat Kecukupan zat gizi pada usia dewasa antara lain :1) Energi

Kebutuhan energi pada usia dewasa menurun sesuai dengan bertambahnya usia, yang disebabkan oleh menurunnya metabolisme basal dan berkurangnya aktivitas fisik. Usia dewasa muda berkisar 19-49 tahun merupakan usia produktif, banyak kegiatan fisik yang dilakukan sehingga kebutuhan energi kelompok ini lebih tinggi dibandingkan usia 50-64 tahun. AKG energi pada laki-laki adalah 2550 kkal pada usia 19-29 tahun, 2350 kkal pada usia 30-49 tahun dan 2250 kkal pada usia 50-64 tahun. Pada perempuan angka ini secara berturut-turut adalah 1900 kkal, 1800 kkal, dan 1750 kkal. Kelebihan asupan energi akan menyebabkan kenaikan berat badan. Berat badan perlu dimonitor dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk mengetahui kesesuaiannya dengan tinggi badan. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, kencing manis, dan batu empedu. Upaya menurunkan berat badan hingga batas normal dapat mengurangi risiko tersebut. (Almatsier, 2011).

2) Protein Kebutuhan protein kelompok usia dewasa terutama digunakan untuk mengganti protein yang hilang sehari-hari melalui urin, kulit, feses, dan rambut, serta untuk mengganti sel-sel yang rusak-pada usia ini seseorang tidak mengalami pertumbuhan lagi. AKG Protein laki-laki usia 19-64 tahun adalah sebanyak 60 g/hari,sedangkan untuk perempuan sebesar 50 g/hari. Seorang laki-laki dan perempuan dewasa membutuhkan protein kurang lebih 0,8 g/kg berat badan normal/hari. Kebutuhan protein ibu hamil dan menyusui ditambah 17 g/hari untuk kebutuhan janin dan ASI. Konsumsi protein yang terlalu tinggi dapat meningkatkan kehilangan kalsium melalui urin, sehingga risiko menderita osteoporosis bertambah. Asupan protein lebih dari dua kali jumlah yang dianjurkan dapat meningkatkan kejadian kanker tertentu, penyakit jantung koroner, terutama sebagai akibat tingginya asupan lemak jenuh dan kolesterol yang terdapat pada makanan hewani. Untuk mengurangi asupan lemak jenuh dianjurkan sebagian dari protein berasal dari makanan nabati, yaitu kacang-kacangan, berupa kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe serta kacang merah dan kacang hijau. (Almatsier, 2011).

3) Ferrum (Besi) Angka Kecukupan Besi untuk laki-laki dewasa dan setengah tua adalah 13 mg/hari, untuk perempuan dewasa muda 26 mg/hari, dan dewasa setengah tua 12 mg/hari. Angka Kecukupan Besi perempuan dewasa muda lebih tinggi daripada dewasa setengah tua karena pada usia tua tersebut perempuan kehilangan besi tiap bulan melalui haid. Makanan sumber besi adalah daging merah, hati, kuning telur, sayuran hijau, serta kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe. (Almatsier, 2011).

Penentuan kecukupan zat gizi seseorang dalam keadaan sehat dilakukan berdasarkan umur, gender, aktivitas fisik, serta kondisi khusus, yaitu ibu hamil dan menyusui.

1. Energi Komponen utama yang menentukan kecukupan energi adalah Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolic Rate (BMR) dan aktivitas fisik. AMB dipengaruhi oleh umur, berat badan, dan tinggi badan. Cara menentukan AMB ada beberapa cara, yaitu : (Almatsier, 2008) (1) Menggunakan Rumus Harris Benedict (1919) Laki-laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) (6,8 x U) Perempuan = 655 + (9,6AMBx BB) + (1,8 x TB) (4,7 x U) Keterangan : BB = berat badan dalam kg TB = tinggi badan dalam cm U = umur dalam tahun (2) Cara Cepat (2 Cara) (a) Laki-laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam Perempuan = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam (b) Laki-laki = 30 kkal x kg BB Perempuan = 25 kkal x kg BB (3) Cara FAO/WHO/UNU Cara ini dibedakan menurut kelompok umur, yaitu :Tabel 2.2. Rumus FAO/WHO/UNU untuk Menentukan AMBAMB (kkal/hari) Kelompok Umur Laki-laki Perempuan 0 360,9 BB 54 61,0 BB - 51

3 - 10 22,7 BB + 495 22,5 BB + 499

10 18 17,5 BB + 651 12,2 BB + 746

18 30 15,3 BB + 679 14,7 BB + 496

30 60 11,6 BB + 879 8,7 BB + 829

60 13,5 BB + 487 10,5 BB + 596

Sumber : FAO/WHO/UNU 1985

Menurut WHO dalam Santoso (2004) berdasarkan jenis pekerjaan beban kerja dapat dibedakan atas beban kerja ringan, sedang dan berat. Kerja ringan yaitu jenis pekerjaan di kantor, dokter, perawat, guru, dan pekerjaan rumah tangga (dengan menggunakan mesin). Kerja sedang yaitu jenis pekerjaan pada industri ringan, mahasiswa, buruh bangunan, petani, kerja di toko dan pekerjaan rumah tangga (tanpa menggunakan mesin). Kerja berat yaitu jenis pekerjaan petani tanpa mesin, kuli angkat dan angkut, pekerja tambang, tukang kayu tanpa mesin, tukang besi, penari dan atlit. Aktifitas fisik dapat dibagi dalam empat golongan, yaitu sangat ringan, ringan, sedang, dan berat. Kebutuhan energi untuk berbagai aktifitas fisik dinyatakan dalam kelipatan AMB dapat dilihat pada tabel 2.4. (Almatsier, 2008)

Tabel 2.3. Cara Menaksir Kebutuhan Energi Menurut Aktivitas dengan Menggunakan Kelipatan AMB

Gender Aktivitas Laki-Laki Perempuan

Sangat ringan 1,30 1,30

Ringan 1,65 1,55

Sedang 1,76 1,70

Berat 2,10 2,00

Sumber: Almatsier, 2008

2. Protein Cara menentukan kebutuhan protein menurut WHO dalam Almatsier (2008) adalah : 10 15 % dari kebutuhan energi total. Bila kebutuhan energi dalam sehari adalah 2015 kkal, energi yang berasal dari protein dalam satuan kkal hendaknya 202-302 kkal, bila protein dalam satuan gram dibagi 4 menjadi 51 76 gr protein. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. Adapun data tersebut sering dikumpulkan melalui metode konsumsi pangan, biokimia, pemeriksaan tanda-tanda klinik, dan antopometri.

2.2. Produktivitas KerjaProduktivitas dapat dianggap sebagai keluaran atau sebagai masukan dari suatu sistem. Sebagai masukan maka produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok lebih baik daripada hari ini. Produktivitas sebagai keluaran biasanya dirumuskan sebagai rasio dari apa yang dihasilkan terhadap keseluruhan masukan (baik Individu, kelompok, maupun organisasi perusahaan) untuk menghasilkan suatu produk atau jasa dalam kondisi dan situasi tertentu.Berdasarkan pengertian produktivitas sebagai keluaran maka produktivitas dapat dibedakan kedalam berbagai tingkatan yaitu produktivitas tingkat individu (tenaga kerja), tingkat satuan (kelompok Kerja), tingkat organisasi perusahaan (produktivitas dari subsistem, sistem, suprasistem).Produktivitas kerja ditunjukkan sebagai rasio jumlah keluaran yang dihasilkan per jumlah tenaga kerja yang diperkerjakan. Masukan disini diukur dalam satuan jam manusia yaitu jam kerja yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Produktivitas tenaga kerja ditunjukkan dari hasil kerja seorang tenaga kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk. Produktivitas Tenaga kerja = Jumlah Hasil Kerja Waktu Kerja

Untuk jenis produk dimana tenaga kerja mencapai jumlah target produk tertentu selama jam kerja, maka produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan membandingkan jumlah produk yang dihasilkan selama jam kerja dengan jumlah target produk yang seharusnya diperoleh selama jam kerja (Ravianto, 1990).

Jumlah hasil Kerja/Waktu Kerja Produktivitas Tenaga Kerja = ------------------------------------------ x 100% Jumlah Target

2.2.1. Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja tenaga kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk (pengertian mikro). Tenaga kerja dinilai produktif jikalau ia mampu menghasilkan keluaran (out put) yang lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja lain, dalam satuan waktu yang sama. Atau bila orang itu menghasilkan keluaran yang sama dengan memakai sumber daya yang lebih sedikit. Dengan kata lain, seorang tenaga kerja menunjukkan tingkat produktivitas yang sesuai dengan standar yang lebih tinggi bila ia mampu menghasilkan produk yang sesuai denganstandar yang telah ditentukan dalam satuan waktu yang lebih singkat atau memakai sumber daya yang lebih sedikit (Ravianto, 1990).

2.2.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Produktivitas Menurut Ravianto (1990) produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a. Pendidikan dan Latihan Pendidikan dan pelatihan pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan berbagai pengetahuan dan keterampilan. Semakin terampil dan cekatan seseorang biasanya juga semakin produktif. b. Motivasi Motivasi seseorang yang produktif ialah untuk selalu berprestasi. Bila motivasi ini dilandasi oleh disiplin dan etika kerja yang baik, maka hasilnya akan semakin positif. Apalagi tenaga kerja tersebut memiliki kemampuan, mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri, mempunyai sasaran hidup, mendapatkan kesempatan untuk berprestasi, lingkungan menunjang, adanya peralatan yang memadai, maka produktivitasnya akan tinggi.

c. Lingkungan dan Iklim Kerja Lingkungan dan iklim kerja dapat menghambat atau menunjang produktivitas seseorang. Lingkungan dan iklim kerja yang sehat akan mendorong seseorang bekerja produktif dan sebaliknya.d. Makanan dan Minuman yang Sehat, Cukup dan Bergizi Energi dalam tubuh bersumber dari makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang sehat, cukup, dan bergizi, berguna untuk membangun dan menggantikan sel sel tubuh yang aus, memberi energi, serta memelihara tubuh. Seseorang yang mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat, cukup, dan bergizi serta didukung oleh gaya hidup yang teratur serta istirahat yang cukup akan menunjang produktivitasnya. e. Tingkat Upah Minimal yang Berlaku Tingkat upah yang terlalu rendah tidak memungkinkan tenaga kerja dapat memenuhi kebutuhan fisik minimal atau tidak mampu bekerja produktif atau malas bekerja akibat kekurangan gizi. Bila produktivitas tenaga kerja hanya dikaitkan dengan satuan waktu, maka tinggi rendahnya produktivitas tenaga kerja sangat tergantung dari aktivitas tenaga kerja itu sendiri. Secara teoritis, aktivitas ini sangat tergantung pada gizi yang diperoleh dari makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh tenaga kerja. Menurut Soerdjadibroto (1984) yang dikutip oleh putra (1990) produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan. Faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam enam faktor utama yaitu:1. Gizi dan Kesehatan Jika hasil aktivitas persatuan waktu menjadi penyebab tinggi rendahnya produktivitas kerja maka secara teoritis aktivitas ini sangat tergantung dari kesehatan dan gizi yang diperoleh dari makanan. Bagi manusia dalam bekerja memerlukan bahan-bahan bergizi seperti karbohidrat, protein dan lemak sebagai sumber tenaga, pelindung seperti vitamin, garam garam mineral, zat besi dan lain lain. Dengan demikian tenaga kerja dapat bekerja baik selama ia memiliki tenga yang diperoleh dari makanan. Gizi yang cukup dan badan yang sehat merupakan syarat bagi produktivitas kerja yang tinggi.

2. Pendidikan dan Pelatihan Kemampuan seseorang untuk bekerja berawal dari pendidikan dan pelatihan yang dialaminya. Pendidikan dan pelatihan yang ditambah dengan praktek yang terus menerus akan menambah kecakapan seseorang, pekerjaannya akan semakin bermutu dan semakin cepat selesai, dengan kata lain produktivitasnya akan meningkat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi memberikan peluang penghasilan yang lebih tinggi serta produktivitasnya yang lebih tinggi. Hal ini terbukti dari tingginya rata rata pendidikan di Negara maju dan produktivitas yang tinggi.

3. Penghasilan dan Jaminan Sosial Upah dapat diartikan sebagai imbalan yang diterima tenaga kerja dalam hubungan kerja berupa uang. Imbalan tersebut diperuntukkan bagi pemenuhan sebagian besar kebutuhan dirinya beserta keluarganya. Upah yang minimal hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup pada tingkat yang minimal. Tenga kerja dengantingkat upah yang layak secara objektif barulah mampu memenuhi kebutuhan hidup dirinya serta keluarganya. Pada tingkat upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang layak, produktivitas kerja memperoleh peluang untuk meningkat.

4. Kesempatan Kesempatan yang terbuka bagi tenaga kerja untuk berbuat yang lebih baik merupakan persyaratan bagi perbaikan produktivitas kerja. Kesempatan dalam hal ini sekaligus mencakup kesempatan kerja, yaitu pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan keterampilan serta minatnya dan kesempatan untuk berprestasi serta mengembangkan diri.

5. Manajemen Produktivitas juga dipengaruhi oleh manajemen dari kepemimpinan organisasi/ perusahaan. Faktor manajerial ini berpengaruh pada semangat kerja tenaga kerja melalui gaya kepemimpinan, kebijakan dan peraturan-peraturan perusahaan. Misalnya kebijaksanaan tentang insentif, pendidikan, pelatihan dan disiplin. Faktor manajerial lain adalah masukan tanda (signal masukan) sejauh mana petunjuk tanda-tanda yang diberikan kepada tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya dan sejauh mana hasilnya pekerjaan tenaga kerja diukur oleh manajer mereka.

6. Kebijaksanaan Pemerintah Upaya perbaikan produktivitas dapat didorong oleh kebijaksanaan dan peraturan pemerintah, misalnya dengan kebijaksanaan penanaman modal, investasi,teknologi, ketatalaksanaan, moneter dan perkreditan serta eksport yang menciptakan iklim berusaha yang merangsang perbaikan produktivitas.Anoraga (2001) menyebutkan ada sepuluh faktor yang diinginkan oleh pekerja tetap untuk meningkatkan produktivitas kerja yaitu: 1. Pekerjaan yang menarik 2. Upah yang baik 3. Keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan 4. Penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan 5. Lingkungan atau suasana kerja yang baik 6. Promosi dan pengembangan diri mereka sejalan dengan perkembangan perusahaan 7. Merasa terlibat dalam kegiatan organisasi 8. Pengertian dan simpati atas persoalan-persoalan pribadi 9. Kesetiaan pemimpin pada diri si pekerja 10. Disiplin kerja yang keras

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN3.1 Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72).Penelitian deskriptif bertujuan untuk mengungkapkan suatu masalah dan keadaan yang sebagaimana mestinya. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggambarkan, memaparkan dan melaporkan suatu keadaan, suatu objek atau suatu peristiwa tanpa menarik kesimpulan umum (Maryati, Kun dan Suryawati, Juju, 2006:105).

3.2 Teknik Pengumpulan DataTeknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data yaitu melalui:1. ObservasiAdalah cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung, khususnya pada tempat yang berhubungan erat dengan objek penelitian. Observasi ini dilakukan pada hari Selasa, 21 Maret 2015 di tempat Laundry Asrama Putri UNAIR, bertepatan dengan penyelesain tugas gizi kerja. Dengan maksud untuk memperoleh data sefaktual mungkin tentang asupan air dan cairan yang dikonsumsi oleh pegawai laundry .Dalam hal ini, observasi yang dilakukan adalah mengunjungi tempat Laundry Asrama Putri UNAIR dengan ditunjukkan berbagai macam contoh makanan dan minuman yang dikonsumsi pegawai Laundry.

2. WawancaraAdalah cara pengumpulan data secara langsung kepada sasaran. Dalam arti penulis melakukan kegiatan tanya jawab kepada pegawai Laundry.3. Studi PustakaAdalah cara pengumpulan data melalui referensi buku-buku. Buku-buku tersebut bersumber dari Perpustakaan UNAIR dan ruang baca Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR. Di samping itu, cara pengumpulan data juga melalui situs web (internet).

3.3 Teknik Analisis DataDalam penelitian ini, tim penulis menggunakan metode deskriptif. Tim penulis lebih menekankan pada penggambaran tentang asupan air dan cairan melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi pegawai Laundry.

3.4 Obyek PenelitianDalam penelitian ini, obyek yang difokuskan oleh tim penulis adalah pegawai Laundry. Khususnya pada karyawan yang bekerja saat itu, dan selama jam kerja masih memperhatikan asupan air dan cairan.

3.5 Sumber DataDalam penelitian ini, tim penulis mengambil sumber-sumber data melalui wawancara yang dilakukan dengan pegawai Laundry.tersebut.

3.6 Waktu dan Tempat PenelitianHari, tanggal: Selasa, 21 Maret 2015Pukul: 13.00 WIBTempat: Laundry Asrama Putri UNAIR

3.7 Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72).Penelitian deskriptif bertujuan untuk mengungkapkan suatu masalah dan keadaan yang sebagaimana mestinya. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggambarkan, memaparkan dan melaporkan suatu keadaan, suatu objek atau suatu peristiwa tanpa menarik kesimpulan umum (Maryati, Kun dan Suryawati, Juju, 2006:105).

3.8 Teknik Pengumpulan DataTeknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data yaitu melalui:4. ObservasiAdalah cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung, khususnya pada tempat yang berhubungan erat dengan objek penelitian. Observasi ini dilakukan pada hari Selasa, 21 Maret 2015 di tempat Laundry Asrama Putri UNAIR, bertepatan dengan penyelesain tugas gizi kerja. Dengan maksud untuk memperoleh data sefaktual mungkin tentang asupan air dan cairan yang dikonsumsi oleh pegawai laundry .Dalam hal ini, observasi yang dilakukan adalah mengunjungi tempat Laundry Asrama Putri UNAIR dengan ditunjukkan berbagai macam contoh makanan dan minuman yang dikonsumsi pegawai Laundry.

5. WawancaraAdalah cara pengumpulan data secara langsung kepada sasaran. Dalam arti penulis melakukan kegiatan tanya jawab kepada pegawai Laundry.6. Studi PustakaAdalah cara pengumpulan data melalui referensi buku-buku. Buku-buku tersebut bersumber dari Perpustakaan UNAIR dan ruang baca Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR. Di samping itu, cara pengumpulan data juga melalui situs web (internet).

3.9 Teknik Analisis DataDalam penelitian ini, tim penulis menggunakan metode deskriptif. Tim penulis lebih menekankan pada penggambaran tentang asupan air dan cairan melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi pegawai Laundry.

3.10 Obyek PenelitianDalam penelitian ini, obyek yang difokuskan oleh tim penulis adalah pegawai Laundry. Khususnya pada karyawan yang bekerja saat itu, dan selama jam kerja masih memperhatikan asupan air dan cairan.

3.11 Sumber DataDalam penelitian ini, tim penulis mengambil sumber-sumber data melalui wawancara yang dilakukan dengan pegawai Laundry.tersebut.

3.12 Waktu dan Tempat PenelitianHari, tanggal: Selasa, 21 Maret 2015Pukul: 13.00 WIBTempat: Laundry Asrama Putri UNAIR

BAB IVPEMBAHASAN4.1 Data Hasil LaporanBerdasarkan wawancara yang telah kami lakukan tanggal Maret 2015 kepada 2 pekerja laundry Asrama Putri Kampus C Universitas Airlangga diperoleh suatu pernyataan sebagai berikut :1. Dua pekerja laundry bekerja secara bersamaan , yaitu mulai pukul 08.00-16.00 WIB2. Pekerja makan 2x selama bekerja pagi dan siang3. Untuk asupan mineral , masing-masing pekerja tersebut membawa air putih dari rumah sebanyak 2 liter untuk memenuhi kebutuhan mereka saat bekerja selama 8 jam dengan jenis pekerjaan sedang .

Berikut adalah data untuk makanan yang dikonsumsi selama bekerja :1. Nama : Ibu AstutiJenis Kelamin : PerempuanUmur : 55 Tahun WaktuJenis makananKalori

PagiNasiTumis kangkungIkan bandeng400 kal80 kal120 kal

SiangNasiSayurDadar telur400 kal78 kal80 kal

Jumlah kalori1158 Kal

2. Nama : Ibu SulastriJenis kelamin : PerempuanUmur : 48 TahunWaktuJenis makanan Kalori

Pagi NasiSayurTahu + tempe350 kal78 kal85 kal

SiangNasiSayurDadar telur 350 kal78 kal80 kal

Jumlah kalori1021 Kal

4.2 Pemenuhan Kebutuhan Kalori dan Mineral Pekerja LaundryHasil dari laporan tersebut menunjukkan bahwa dalam sehari selama bekerja 8 jam , dua pekerja laundry Asrama Putri Kampus C Universitas Airlangga tersebut belum mencukupi kebutuhan kalori . Walaupun mereka hanya makan 2x selama bekerja namun tetap saja masih jauh dari angka kecukupan asupan kalori yang seharusnya dipenuhi ketika mereka bekerja . Diketahui bahwa jumlah kalori Ibu Astuti sebanyak 1158 Kal dan ibu Sulastri 1021 Kal dalam sehari bekerja . Padahal kebutuhan kalori yang harus dipenuhi untuk pekerja sedang seperti pekerja laundry berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 2250 Kal.Sebaliknya untuk pemenuhan kebutuhan air dua pekerja laundry tersebut sudah terpenuhi . Seperti kita ketahui bahwa tubuh kehilangan cairan sebanyak 1,8 2,2 Liter per hari. Dari hasil wawancara diketahui bahwa botol air minum (berukuran 2 Liter) mereka dalam keadaam kosong setiap kali selesai bekerja dan selalu terdapat sayur dalam menu makanan setiap harinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam hal pemenuhan kebutuhan air dan cairan , para pekerja tersebut sudah memenuhinya setiap hari .BAB VKesimpulan dan Saran5.1 Kesimpulan 1. Uang upah selama pekerja laundry asrama putri tidak memadai dalam mencukupi asupan giziyang memadai.2. Kurang mengetahui dalam kandungan gizi yang ada di dalam makanan yang sehari-haripekerja itu konsumsi.3. Belum mencukupi AKG (Angka Kecukupan Gizi) yang memadai untuk melakukan pekerjaantersebut.5.2 Saran1. Sebaiknya pengelolah manajemen asrama juga turut memperhatikan kondisi dalam halkecukupan gizi pekerja laundry nya.2. Penerapan sistem manajemen yang mengatur dalam penyesuaian jam kerja dan asupan gizipekerja laundry.3. Seaharusnya pekerja laundry secara langsung harus mendapatkan edukasi dari pihakmanajemen asrama putri untuk mecukupi AKG tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Alan Berg: Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (terjemahan), Penerbit CVRajawali, Jakarta, 1986.Alan Berg dan Robert J. Muscat: Faktor Gizi (terjemahan), Penerbit BhrataraKarya Aksara, Jakarta, 1985.Phyllis Sullivan Howe: Basic Nutrition in Health and Disease, including selectionand care of food, seventh edition, W.B. Saunders Company, USA, 1981.Suma'mur : Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, cetakan kelima, PT GunungAgung, Jakarta, 1986, halo 197 -206.Depkes: Pedoman Pengelolaan Makanan Bagi Pekerja, Depkes, Jakarta, 1992.