BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Definisi Gizirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21811/4/Chapter...

22
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Definisi Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. (Supariasa, dkk, 2002) Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). (Suyatno, 2009). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2001). Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa zat gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat gizi essential, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesihatan yang normal. Jadi zat gizi esensial yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya adalah zat gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur pangan di antaranya adalah asam amino essensial. Semua zat gizi essential diperlukan untuk memperoleh dan memelihara pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang baik. Oleh karena itu, pengetahuan terapan tentang kandungan zat gizi dalam pangan yang umum dapat diperoleh penduduk di suatu tempat adalah penting guna merencanakan, menyiapkan dan mengkonsumsi makanan seimbang. (Moch. Agus Krisno Budiyonto) Pada umumnya zat gizi dibagi dalm lima kelompok utama, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Sedangkan sejumlah pakar juga Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Definisi Gizirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21811/4/Chapter...

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,

serta menghasilkan energi. (Supariasa, dkk, 2002)

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan

antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement)

oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan,

aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). (Suyatno, 2009). Status gizi

adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau

perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2001).

Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh,

mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta

memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa zat gizi yang disediakan oleh pangan

tersebut disebut zat gizi essential, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur

tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah yang

diperlukan untuk pertumbuhan dan kesihatan yang normal. Jadi zat gizi esensial

yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya adalah zat

gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur

pangan di antaranya adalah asam amino essensial. Semua zat gizi essential

diperlukan untuk memperoleh dan memelihara pertumbuhan, perkembangan dan

kesehatan yang baik. Oleh karena itu, pengetahuan terapan tentang kandungan zat

gizi dalam pangan yang umum dapat diperoleh penduduk di suatu tempat adalah

penting guna merencanakan, menyiapkan dan mengkonsumsi makanan seimbang.

(Moch. Agus Krisno Budiyonto)

Pada umumnya zat gizi dibagi dalm lima kelompok utama, yaitu

karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Sedangkan sejumlah pakar juga

Universitas Sumatera Utara

berpendapat air juga merupakan bahagian dalam zat gizi. Hal ini didasarkan

kepada fungsi air dalam metabolism makanan yang cukup penting walaupun air

dapat disediakan di luar bahan pangan. ( Moch. Agus Krisno Budiyonto )

Makan makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat

gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran

ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat

tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas

kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi

oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka

ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun

dan zat pengatur.

Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai

dengan standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat

terpenuhi. Penduduk yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam

jumlah yang cukup. Mereka menderita lapar pangan dan gizi, mereka menderita

gizi kurang. (Sri Handajani, 1996).

Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya

dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan

dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekwensi

fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut

karena faktor gizi. (Ari Agung, 2002).

2.2.Hubungan pangan, gizi, dan pembangunan manusia Indonesia

GBHN telah menetapkan bahwa pembangunan yang sedang kita galakkan

bersama dewasa ini bertujuan untuk membangun manusia seutuhnya dan

membangun masyarakat Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat

Indonesia seluruhnya. Jumlah penduduk yang besar, modal badan fisik biologis

modal rohaniah dan mental, serta potensi efektif bangsa merupakan sebahagian

dari modal pembangunan. Dengan demikian bangsa Indonesia adalah subjek dan

objek dari pembangunan. Membangun manusia Indonesia seutuhnya bearti

Universitas Sumatera Utara

menjamin adanya peningkatan taraf hidup rakyat dari semua lapisan masyarakat

dan golongan. Peningkatan taraf hidup tercermin pada kebutuhan pokok yaitu

pangan, sandang, pemukiman, kesehatan dan pendidikan. Kemajuan usaha

pemenuhan kebutuhan pokok akan merupakan tolok ukur pencapaian

pembangunan. Perlu ditekankan di sini, pengukuran itu tidak hanya kuantitatif,

tetapi lebih diperhatikan kualitatifnya. Keadaan gizi masyarakat tidak lain adalah

pencerminan kualitatif dari pemenuhan kebutuhan pokok akan pangan tersebut.

Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan masalah

pembangunan di masa akan datang. Keterlambatan dalam memberikan pelayanan

gizi yang berakibat kerusakan yang sulit bahkan mungkin tak dapat ditolong.

Kiranya tidak terlalu berlebihan walaupun perlu studi yang mendalam, pakar gizi

menyatakan bahwa krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia 2002 ini juga belum

ada tanda-tanda selesai telah menghilangkan potensi bangsa Indonesia satu

generasi, artinya anak-anak yang hidup pada 5 tahun lebih masa krisis ekonomi ini

dikhwatirkan tidak berkembang kemampuan intelektualnya sehingga pada 50

sampai 70 tahun mendatang ketika ia harus memimpin bangsa ini maka akan ada

kemunduran kemampuan satu generasi.

Penundaan pemberian perhatian pemeliharaan gizi yang tepat terhadap

anak-anak akan menurunkan nilai potensi mereka sebagai sumber daya

pembangunan masyarakat dan ekonomi nasional. Anak-anak memerlukan

penanganan serius terutama jaminan ketersediaan zat-zat gizi sedini mungkin. Hal

ini disebabkan oleh beberapa alasan, di antaranya adalah:

I. Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan

menurunnya produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan

menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan.

II. Kekurangan gizi berakibat menurunnya kualitas kecerdasan manusia

muda yang pandai yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan

bangsa.

III. Kurangnya gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk

bekerja, yang berarti menurunnya produtktivitas kerja manusia.

Universitas Sumatera Utara

Pelbagai penelitian baik yang dilakukan di luar negeri maupun di

Indonesia menunjukkan bahwa keadaan gizi kurang dapat menghambat aktivitas

kerja yang akan menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena

kemampuan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia,

dimana energi tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan bilamana jumlah

makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan tubuh, maka energi didapat dari

cadangan tubuh. (Rachmad Soegih dkk, 1987).

Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan,

dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme

dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan

yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan

terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil.

(Husaini,1997).

2.3 Macam-Macam Status Gizi

Menurut Supariasa, dkk, (2002) bahwa status gizi terbagi pada dua macam; status

gizi normal dan malnutrisi yaitu:

2.3.1 Status Gizi Normal

Keadaan tubuh yang mencerminkan kesimbangan antara konsumsi dan

penggunaan gizi oleh tubuh (adequate).

2.3.2. Malnutrisi

Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun

absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk:

a) Under nutriton: kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau

absolut untuk periode tertentu

b) Specific deficiency: kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan

iodium, Fe dll

c) Over nutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu

Universitas Sumatera Utara

d) Imbalance: keadaan disproporsi zat gizi, misalnya tinggi kolesterol

karena tidak imbangnya kadar LDL, HDL dan VLDL

2.4 Metode Untuk Mengetahui Keadaan Gizi

2.4.1 Survey:

Digunakan untuk menentukan data dasar (database) gizi dan/atau

menentukan status gizi kelompok populasi tertentu atau menyeluruh, dengan cara

survei cross-sectional.

2.4.2 Surveillence

Dengan ciri khas yaitu monitoring berkelanjutan dari status gizi populasi

tertentu, dimana data dikumpulkan, dianalisis dan digunakan untuk jangka waktu

yang panjang, sehingga dapat mengidentifikasi penyebab malnutrisi.

2.4.3 Penapisan (screening)

Untuk mengidentifikasi individu malnutrisi yang memerlukan intervensi,

dengan cara membandingkan hasil pengukuran-pengukuran individu dengan baku

rujukan (cut off point).

2.5 Jenis Parameter Status Gizi

Ada beberapa jenis parameter yang dilakukan untuk mengukur tubuh

manusia yaitu: umur, berat badan, panjang badan, lingkar lengan atas, lingkar

kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit.

2.5.1 Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan yang

terjadi karena kesalahan ini akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi

salah. Hasil pengukuran berat badan dan panjang tidak akan berarti kalau

penentuan umur yang salah.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur yang digunakan

adalah tahun penuh dan untuk anak 0-24 bulan digunakan bulan penuh. Contoh:

Bulan usia penuh, Umur: 4 bulan 5 hari dihitung 4 bulan, dan 3 bulan 27 hari

dihitung 3 bulan.

2.5.2 Berat Badan

Berat badan merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi baru lahir.

Dan hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi termasuk normal atau tidak

(Supariasa,dkk, 2002).

Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada

pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dll. Berat badan dipakai

sebagai indikator yang terbaik pada sat ini untuk mengetahui keadaa gizi dan

tumbuh kembang anak. (Soetjiningsih 1998).

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang

digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) Mudah

digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain, (2) Mudah diperoleh dan

relatif murah harganya, (3) Ketelitian penimbangan maksimum 0,1 kg, (4)

Skalanya mudah dibaca, (5) Aman untuk menimbang balita.

2.5.3 Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang cukup penting.

Keistimewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan meningkat terus pada waktu

pertumbuhan sampai mencapai tinggi yang optimal. Di samping itu tinggi badan

dapat dihitung dengan dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan

umur.

Cara mengukur panjang badan usia 0-24 bulan yaitu: (1) alat pengukur

diletakkan di atas meja atau tempat yang datar, (2) bayi ditidurkan lurus di dalam

alat pengukur, (3) bagian bawah alat pengukur sebelah kaki digeser sehingga tepat

menyinggung telapak kaki bayi dan skala pada sisi alat ukur dapat dibaca.

Universitas Sumatera Utara

2.5.4 Lingkar Kepala

Lingkar kepala dipakai untuk mengetahui volume intrakranial dan dipakai

untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila kepala tumbuh tidak normal maka

kepala akan mengecil dan menunjukkan retardasi mental sebaliknya bila kepala

membesar kemungkinan ada penyumbatan aliran serebrospinal seperti

hidrosefalus yang akan meningkatkan volume kepala.

2.5.5 Lingkar Lengan Atas

Pengukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot

yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan berat

badan.

2.5.6 Lipatan Kulit

Tebalnya lipatan kulit bagian triseps dan subskapular menggambarkan

refleksi tubuh kembang jaringan lemak di bawah kulit, yang mencerminkan

kecukupan energi (Soetjiningsih, 1998).

2.6 Penilaian Status Gizi

Macam-macam penilaian status gizi (Supariasa, dkk, 2002)

2.6.1 Penilaian status gizi secara langsung

A. Antropometri

I. Pengertian

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut

pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur

dan tingkat gizi.

II. Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan

asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah

air dalam tubuh.

III. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)

Salah satu contoh penilaian status gizi dengan antropometri adalah Indeks

Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)

merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat

badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit

infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap

penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal

memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih

panjang.

Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan

berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang

dewasa berumur di atas 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak,

remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)

IMT= ----------------------------------------------------

Tinggi Badan(m) x Tinggi Badan(m)

Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1 IMT Indonesia

Status Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0

Universitas Sumatera Utara

Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat

ringan

17,0 – 18,5

Normal Normal >18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0

Obes Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan menimbang

berat badannya yaitu : jika ≤ 2500 gram maka dikategorikan BBLR (Berat Badan

Lahir Rendah) jika 2500 – 3900 gram Normal dan jika ≥ 4000 gram dianggap gizi

lebih. Untuk Wanita hamil jika LILA (LLA) atau Lingkar lengan atas.

B. Klinis

I. Pengertian

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status

gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi

yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada

jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan

mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh

seperti kelenjar tiroid.

II. Penggunaan

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid

clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-

tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping

itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan

melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau

riwayat penyakit.

C. Biokimia

I. Pengertian

Universitas Sumatera Utara

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji

secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja dan juga

beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

II. Penggunaan

Metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi

keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang

spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk

menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

D. Biofisik

I. Pengertian

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi

dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat

perubahan struktur dari jaringan.

II. Penggunaan

Umumnya dapat digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja

epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes

adaptasi gelap.

2.6.2 Penilaian gizi secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : Survei

Konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

A. Survei Konsumsi Makanan

I. Pengertian

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Universitas Sumatera Utara

II. Penggunaan

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang

konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini

dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

B. Statistik Vital

I. Pengertian

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis dan

beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka

kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang

berhubungan.

II. Penggunaan

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung

pengukuran status gizi masyarakat.

C. Faktor Ekologi

I. Pengertian

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi

sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.

Jumlah makanan yang tersedia tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim,

tanah, irigasi dll.

II. Penggunaan

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab

malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi

gizi.

2.6.3 Klasifikasi Status Gizi

Klasisifikasi status gizi dilakukan dengan menggunakan Skor Simpangan

Baku (z-skor). Dalam hal ini standar deviasi unit (z-skor) digunakan untuk

meneliti dan memantau pertumbuhan. Standar deviasi unit ini digunakan untuk

Universitas Sumatera Utara

mengetahui klasifikasi status gizi seseorang berdasarkan kriteria yang ditetapkan,

antara lain berat badan, umur dan tinggi badan. Rumus perhitungan z-skor adalah:

z - skor = Nilai simpangan baku rujukan

Nilai individu subjek - nilai median baku rujukan

(Supariasa, dkk 2002: 71)

Klasifikasi status gizi berdasarkan perhitungan rumus diatas adalah sebagai

berikut : (1) status gizi obes bila z-skor = >+2 SD ; (2)status gizi lebih bila z-

skor = > +1 SD; (3) status gizi normal bila z-skor = +1 SD sampai -2 SD; (4)

status gizi kurang bila z-skor = -3 SD sampai <-2 SD; dan (5) status gizi

buruk bila z-skor = <-3 SD (WHO NCHS).

2.7 Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

2.7.1 Pengertian

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran

massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan –perubahan yang

mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnnya nafsu makan

atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah

parameter antropometri yang sangat labil. (Supariasa, dkk, 2002).

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral

pada tulang. Berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan

fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti : dehidrasi, asites,

edema, dan adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan

sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.

Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan

antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang

mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat

2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau

Universitas Sumatera Utara

lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka

indeks berat badan badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara

pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka

indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current

nutritional status)

2.7.2 Kelebihan dan Kelemahan Indeks BB/U

1. Kelebihan Indeks BB/U

I. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum

II. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis

III. Berat badan dapat berfluktuasi

IV. Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil

V. Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)

2. Kelemahan Indeks

I. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila

terdapat edema maupun asites

II. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional umur

sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang

belum baik.

III. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah

usia lima tahun

IV. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh

pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan

V. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah

social budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau

menimbang anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan,

dan sebagainya.

2.8 Pengertian Belajar

Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon atau perubahan yang

Universitas Sumatera Utara

dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang

baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon (P. Irawan, dkk 1997).

Seseorang dianggap telah belajar bila ia telah mampu menunjukkan

perubahan tingkah laku. Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan/input

yang berupa stimulus dan keluaran atau output berupa respon. Faktor yang

mempengaruhi belajar dalam teori ini adalah penguatan respons (P. Irawan, dkk

1997).

Menurut teori humanistik, belajar adalah untuk memanusiakan manusia

atau dapat dikatakan proses aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Proses belajar

dapat dianggap berhasil bila seorang pelajar telah memahami lingkungannya dan

dirinya sendiri. Faktor yang berpengaruh disini adalah pengalaman konkrit,

pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi Ilmu pengetahuan dibangun dalam

diri seorang individu melalui proses interaksi yang dan eksperimentasi seorang

pelajar (P. Irawan, dkk 1997).

Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang mempunyai pengalaman

dan pengetahuan di dalam dirinya yang tertata dalam bentuk struktur

kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru

beradaptasi (bersinambung) secara “klop” dengan struktur kognitif yang sudah

dimiliki oleh seorang anak (P. Irawan, dkk 1997).

Dari beberapa definisi diatas, dapat dipahami bahwa belajar merupakan

suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan tingkah laku,

sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya sebagai hasil

dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.8.1 Prinsip-prinsip Belajar

Proses belajar adalah suatu hal yang kompleks, tetapi dapat juga dianalisa

dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal ini perlu

kita ketahui agar kita memiliki pedoman dan tekhnik belajar yang baik. Prinsip-

prinsip itu adalah :

Universitas Sumatera Utara

1. Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar

untuk mencapai harapan-harapan.

2. Belajar memerlukan bimbingan, baik dari bimbingan guru maupun buku

pelajaran itu sendiri.

Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh

pengertian-pengertian.

3. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari

dapat dikuasainya.

4. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling pengaruh secara

dinamis antara murid dengan lingkungannya.

5. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai

tujuan.

6. Belajar dikatakan berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam bidang

praktek sehari-hari.

(Zainal Aqib 2002)

2.8.2 Teori-teori Belajar

Teori belajar yang terkenal dalam psikologi ada 3 yaitu:

1. Teori Conditioning

Dalam teori Conditioning belajar merupakan proses perubahan yang terjadi karena

adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan respon dan reaksi. Yang paling

penting dalam teori ini adalah latihan-latihan yang kontinyu.

2. Teori Connectinism (Thorndike)

Dalam belajar menurut Thorndike melalui dua proses yaitu:

I. Trial and error (mencoba dan gagal)

II. Law of effect yaitu segala tingkah laku yang berakibat pada suatu keadaaan

yang memuaskan, yang diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.

3. Teori Psikology Gestalt

Dalam teori ini mempunyai pandangan bahwa dalam belajar faktor pemahaman

atau pengertian (insight) merupakan faktor yang penting. Dengan belajar dapat

memahami/mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Selain itu

Universitas Sumatera Utara

dalam belajar pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral.

Belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif-mekanis belaka; tetapi dilakukan

dengan sadar, bermotif dan bertujuan (Mudzakir dan Sutrisno 1997: 153-154).

2.8.3 Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran, umumnya ditujukan dengan nilai yang

diberikan oleh guru (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001).

Prestasi belajar merupakan hasil dari proses kegiatan belajar. Untuk mengetahui

prestasi belajar dapat dilakukan melalui proses penilaian hasil belajar dengan

menggunakan tes maupun evaluasi (A. Zainul dan N. Nasution, 1997).

Dari pendapat ahli di atas mengenai prestasi belajar dapat disimpulkan

bahwa pretasi belajar adalah kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam

mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes.

Penilaian ini dapat berupa angka atau huruf. Sedangkan yang diungkap

dalam penelitian ini adalah pretasi belajar anak-anak sekolah dasar Swasta

Muhammadiyah, Pasar 1, Kota Medan.

2.8.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi dapat

digolongkan kedalam dua golongan yaitu faktor internal yang bersumber pada diri

siswa dan faktor eksternal yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor internal

terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat , minat, motivasi,

kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Faktor-faktor tersebut meliputi:

1. Faktor internal (faktor dalam diri manusia)

Faktor ini meliputi:

A.Faktor fisiologi (yang bersifat fisik) yang meliputi:

Universitas Sumatera Utara

I) Karena sakit

Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris

dan motorisnya lemah. Akibatnya ransangan yang diterima melalui inderanya

lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah

untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal dalam pelajarannya.

II) Karena kurang sehat

Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah

capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan

pikirannya terganggu. Karena hal-hal tersebut penerimaan dan respon terhadap

pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam

memproses, mengelola,menginterprestasi dan mengorganisasi materi pelajaran

melalui inderanya sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang

dipelajarinya.

III) Karena cacat tubuh

Cacat tubuh dibedakan atas dua golongan, yaitu :

a. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang

penglihatan, dan gangguan psikomotor.

b. Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu dan sebagainya.

Bagi seseorang yang memiliki cacat tubuh ringan masih dapat mengikuti

pendidikan umum, dengan syarat guru memperhatikan dan memperlakukan siswa

dengan wajar. Sedangkan bagi orang yang memiliki cacat tubuh serius harus

mengikuti pendidikan di tempat khusus seperti Sekolah Luar Biasa (SLB).

B. Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani)

Faktor psikologi meliputi:

I) Intelegensi

Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda. Seseorang yang memiliki IQ

110-140 dapat digolongkan cerdas, dan yang memiliki IQ 140 keatas tergolong

jenius. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan

Universitas Sumatera Utara

di Perguruan Tinggi. Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah

mental, mereka inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar.

II) Bakat

Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap

individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah

mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus

mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya.

ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan

tampak pada anak suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran

sehingga nialinya rendah.

III) Minat

Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan

belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya,

tidak sesuai dengan kebutuhanya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan

menimbulkan problema pada diri anak. Ada tidaknya minat terhadap suatu

pelajaran dapat dilihat dari cara mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan

dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran.

IV) Motivasi

Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan

mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam

mencapai tujuan, sehimgga semakin besar motivasinya akan semakin besar

kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha,

tampak gigih, tidak mau menyerah dan giat membaca buku-buku untuk

meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak

acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatianya tidak tertuju pada pelajaran, suka

menggangu kelas dan sering meninggalkan pelajaran. Akibatnya mereka banyak

mengalami kesulitan belajar.

VI) Faktor kesehatan mental

Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi

kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar

adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan

Universitas Sumatera Utara

hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa

harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya

kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-

kebutuhan

dan dorongan-dorongan, seperti : memperoleh penghargaan, dapat kepercayaan,

rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi

akan membawa masalah-masalah emosional dan akan menimbulkan kesulitan

belajar.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor ini

meliputi :

A. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Yang

termasuk faktor ini antara lain :

I) Perhatian Orang tua

Dalam lingkungan keluarga setiap individu atau siswa memerlukan perhatian

orang tua dalam mencapai prestasi belajarnya. Karena perhatian orang tua ini akan

menentukan seseorang siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Perhatian orang tua diwujudkan dalam hal kasih sayang, memberi nasihat-nasihat

dan sebagainya.

II) Keadaan ekonomi orang tua

Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi belajar siswa,kadang kala

siswa merasa kurang percaya diri dengan keadaan ekonomi keluarganya. Akan

tetapi ada juga siswa yang keadaan ekonominya baik, tetapi prestasi prestasi

belajarnya rendah atau sebaliknya siswa yang keadaan ekonominya rendah malah

mendapat prestasi belajar yang tinggi.

III) Hubungan antara anggota keluarga

Dalam keluarga harus terjadi hubungan yang harmonis antar personil yang ada.

Dengan adanya hubungan yang harmonis antara anggota keluarga akan mendapat

Universitas Sumatera Utara

kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Hal ini dapat menciptakan kondisi

belajar yang baik, sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula.

B. Lingkungan Sekolah

Yang dimaksud sekolah adalah guru, alat-alatan yaitu factor alat dan kondisi

gedung :

I) Guru, yang meliputi :

Guru merupakan salah satu faktor lingkungan sekolah yang berperan penting

dalam mencapai prestasi belajar siswa. Guru sebagai subjek dalam pendidikan

yang bertugas untuk mentransfer ilmu kepada siswa, maka seorang guru harus

dapat menguasai bahan pelajaran yang akan ditransfer dan dapat menyampaikan

dengan baik serta dapat menguasai dan mengontrol kondisi kelas siswa.

II) Faktor alat

Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian kurang efektif. Terutama

pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratotium akan banyak

menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar dan guru cenderung menggunakan

metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi siswa sehingga tidak menutup

kemungkinan akan menghambat prestasi belajar siswa.

III) Kondisi gedung

Kondisi gedung terutama ditunjukkan pada ruang kelas atau ruang tempat proses

belajar mengajar. Ruang harus memenuhi syarat kesehatan seperti;

a) Ruang harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dan sinar dapat masuk

ruangan

b) Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor

c) Lantai tidak becek, licin atau kotor

d) Keadaan gedung yang jauh dari keramaian seperti pasar, bengkel, pabrik, dan

lain-lain, sehingga siswa mudah konsentrasi dalam belajar. Apabila beberapa hal

diatas tidak terpenuhi maka situasi belajar akan kurang baik.

Universitas Sumatera Utara

C.Faktor Media Massa dan Lingkungan Sosial (Masyarakat)

I) Faktor media massa meliputi ; bioskop, televisi, surat kabar, majalah, buku-

buku komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu yang akan menghambat belajar

apabila terlalu banyak waktu yang dipergunakan, hingga lupa tugas belajar.

II) Lingkungan sosial

a) Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak. Maka kewajiban

orang tua adalah mengawasi dan memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan

yang dapat memberikan dampak negatif bagianak tersebut.

b) Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi anak untuk belajar apabila

terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter. Begitu juga sebaliknya,apabila lingkungan

tetangga adalah orang yang tidak sekolah,menganggur, akan sangat berpengaruh

bagi anak.

c) Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh dalam belajar anak. Peran

orang tua disini adalah memberikan pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar

belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya.

2.8.5 Pengukuran Prestasi Belajar

Pengukuran adalah pemberian angka kepada suatu atribut atau

karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal atau obyek tertentu

menurut aturan atau formulasi yang jelas (A. Zainul dan N. Nasution, 1997: 5).

Jadi pengukuran prestasi belajar adalah pemberian angka atau skala

tertentu menurut suatu aturan atau formula tertentu terhadap penguasaan

pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui pelajaran. Pengukuran

ini digunakan oleh seorang pendidik atau guru untuk melakukan penilaian

terhadap hasil belajar anak didiknya, baik menggunakan instrumen tes maupun

non tes. Tes adalah suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang

direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan yang setiap

butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan tertentu

yang dianggap benar (A. Zainul dan N. Nasution, 1997).

Instrumen non tes lebih ditekankan pada sikap seorang anak didik,

misalnya sopan santun, budi pekerti dan hubungan sosial dengan teman dan

Universitas Sumatera Utara

lingkungan. Penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan baik dan benar bila

menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar dengan

menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Secara garis besar penilaian dapat dibagi

menjadi dua, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif

digunakan untuk memantau sejauh manakah proses pendidikan telah berjalan

sebagaimana yang direncanakan. Sedangkan penilaian sumatif dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari satu unit keunit

berikutnya (A. Zainul dan N. Nasution, 1997).

2.9 Pengaruh Status Gizi terhadap Prestasi Belajar

Status gizi adalah pengukuran kadar gizi dalam tubuh seseorang yang

dapat diukur dengan skala berat bedan. Berat badan dapat menentukan terhadap

asupan makanan apa yang dikonsumsi seseorang. Hal ini tentu berhubungan

dengan kecukupan gizi yang sesuai baik dalam hal kualitas maupun kuantitas zat-

zat gizi sesuai dengan kebutuhan faali tubuh.

Pada usia anak sekolah kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-

hari maupun untuk proses metabolisme tubuh. Kebutuhan protein meningkat

karena proses tumbuh kembang berlangsung cepat. Apabila asupan energi terbatas

atau kurang, protein akan dipergunakan sebagai energi. Kebutuhan protein usia

10-12 tahun adalah 50 g/hari, 13-15 tahun sebesar 57 g/hari dan usia 16-18 tahun

adalah 55 g/hari.

Kebutuhan energi sangat dibutuhkan pada proses pembelajaran anak,

karena pada proses belajar ilmu pengetahuan yang diterima berhubungan dengan

jasmaniah yang diperoleh melalui panca indera, sehingga apabila salah satu panca

inderanya rusak maka anak tidak akan sempurna menerima pelajaran yang

berdampak terhadap buruknya prestasi belajar mereka. Anak dengan status gizi

kurang atau buruk selain mengalami hambatan pertumbuhan fisik juga akan

mengalami gangguan belajar antara lain berupa penurunan prestasi akademik di

sekolah.

Universitas Sumatera Utara