BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia...
Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia...
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan KB di Indonesia
2.1.1 Sejarah KB di Indonesia
Gerakan Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal sekarang ini dipelopori
oleh beberapa tokoh, baik dalam maupun luar negeri.Pada awal abad ke 19 di
Inggris upaya KB mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang
menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu.Maria Stopes (1880-1950)
menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh Inggris. Di
Amerika Serikat dikenal Margareth sanger (1883-1996) dengan program Birth
Control-nya yang merupakan pelopor kelompok Keluarga Berencana modern.
Pada 1917 didirikan National Birth Control League dan pada November 1921
diadakan konferensi nasional Amerika tentang pengontrolan kehamilan dengan
Margareth sanger sebagai ketuanya. Pada 1925 ia mengorganisasikan konferensi
internasional di New York yang menghasilkan pembentukan International
Federation of Birth Control League. Selanjutnya pada 1927 Margareth sanger
menyelenggarakan konferensi populasi dunia di Jenewa yang melahirkan
International Women for Scientific Study on Population dan International
Medical Group for the Investigationa of Contraception. Pada 1948 Margareth
Sanger ikut melopori pembentukan komite international keluarga berencana yang
dalam konferensi di New Delhi pada 1952 meresmikan berdirinya International
Planned Parenthood Federation (IPPF). Federasi ini memilih Margareth Sanger
dan Rama Ran dari India sebagai pimpinannya.Sejak saat itu berdirilah
perkumpulan-perkumpulan Keluarga Berencana di seluruh dunia termasuk di
Indonesia yang mendirikan perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
Di Jakarta, perintisan dimulai di Bagian Kebidanan dan Kandungan
FKUI/RSUP (sekarang rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo) oleh tokoh-tokoh
seperti Profesor Sarwono Prawirohardjo, Dr. M. Joedono, Dr. Hanafi
Wiknjosastro, Dr. Koen S. Martiono, Dr. R. Soeharto, dan Dr. Hurustiati
Subandrio. Pelayanan keluarga berencana dilakukan secara diam-diam di
poliklinik kebidanan FKUI/RSUP. Setelah mengadakan hubungan dengan IPPF
serta mendapatkan dukungan dari para pelopor keluarga berencana setempat,
pada 23 desember 1957 perkumpulan keluarga berencana Indonesia (PKBI)
resmi berdiri, dengan Dr. R. Soeharto sebagai ketua.
2.1.2 Program Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa
cara atau alternative untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara
tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan atau perencanaan
keluarga.
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki
mencapai dan membuahi sel telur wanita (fertilisasi), atau mencegah telur yang
sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang didalam
rahim.Kontrasepsi dapat bersifat reversibel (kembali) atau permanen
(tetap).Kontrasepsi yang reversibel adalah metode kontrasepsi yang dapat
dihentikan setiap saat tanpa efek lama dalam mengembalikan kesuburan atau
kemampuan untuk kembali memiliki anak.Metode kontrasepsi permanen atau
yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat
mengembalikan kesuburan karna melibatkan tindakan operasi.
Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya
yaitu metode barrier (penghalang), contohnya kondom yang menghalangi
sperma, metode hormonal seperti konsumsi pil, dan metode kontrasepsi alami
yang tidak menggunakan alat-alat bantu maupun hormonal, namun berdasarkan
fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan
).
Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektifitas,
keamanan, frekuensi pemakaian, efek samping, serta kemauan dan kemampuan
untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut,
pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan
kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut, faktor lainnya adalah frekuensi
melakukan hubungan seksual.
2.1.3 Beberapa Definisi KB
a. Upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia sejahtera (Undang-Undang No.10/1992)
b. Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan suatu
usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
menggunakan kontrasepsi
c. Menurut WHO (Expert Commite, 1970) tindakan yang membantu
individu/pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan,
mengatur interval di antara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga.
2.1.4 Sasaran Program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 sebagai berikut :
a. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadin1,14% per tahun
b. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan
c. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan
kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat / cara kontrasepsi menjadi 6%
d. Meningkatkan peserta KB laki-laki menjadi 4,5%
e. Meningkatnya penggunan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan
efisien
f. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21
tahun
g. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak
h. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang
aktif dalam usaha ekonomi produktif
i. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
program KB Nasional
2.1.5 Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB mencakup sebagai berikut :
a. Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun manfaat yang
diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut :
1) Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang
terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama
kesehatan organ reproduksinya.
2) Meningkatnya kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh
adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat
yang cukup karena kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan.
b. Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal berikut.
1) Memperbaiki kesehatan fisik
2) Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya
c. Seluruh Keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental,
dan sosial setiap anggota keluarga, dan bagi anak dapat memperoleh
kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih saying orang
tuanya.
Ruang lingkup KB secara umumadalah sebagai berikut:
a. Keluarga Berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan SDM aparatur
2.1.6 Dampak Program KB terhadap Pencegahan Kelahiran
Program KB bertujuan untuk memenuhi permintaan pelayanan KB dan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas, serta
mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas
penduduk dan mewujudkan keluarga-keluarga kecil berkualitas. Sasaran utama
kinerja program KB adalah sebagai berikut :
a. Menurunnya pasangan usia subur (PUS) yang ingin melaksanakan KB
namun pelayanan KB tidak terlayani menjadi sekitar 6,5%
b. Meningkatnya partisipasi laki-laki dalam melaksanakan KN menjadi sekitar
8%
c. Menurunnya anggota kelahiran total (TFR) menjadi 2,4% per perempuan
Hal ini memungkinkan perempuan untuk menghindari kehamilan ketika
mereka tidak ingin hamil, merencanakan kehamilan ketika mereka melakukan
dan mendorong kesehatan mereka sendiri, sehingga dalam prosesnya akan
menghasilkan kesehatan yang signifikan, serta manfaat ekonomi dan sosial bagi
individu perempuan itu sendiri, keluarga, komunitas, dan keseluruhan
masyarakat.
2.2 Konsep Teori Implant
2.2.1 Pengertian Implant
Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen
dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara 3-5 tahun. Metode ini
dikembangkan oleh The Population Council, yaitu suatu organisasi internasional
yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknologi kontrasepsi
(BKKBN, 2011).
Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi bawah kulit. Implant adalah
suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam
kapsul silastic silicon polidymetri dan disusukan dibawah kulit. Jumlah kapsul
yang disusukan dibawah kulit adalah sebanyak 2 kampsul masing-masing kapsul
panjangnya 44 mm masing-masing batang diisi dengan 70mg levonorgestrel,
dilepaskan kedalam darah secara difusi melalui dinding kapsul levonorgestrel
adalah suatu progestin yang diapaki juga dalam pil kb seperti mini pil atau pil
kombinasi (Prawirohardjo, 2009)
2.2.2 Jenis – Jenis Implant dan Mekanisme Kerja
a. Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
mm dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel tiap
batang dan lama kerjanya 5 tahun.
b. Implanon. Terdiri dari 1 batang lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan
diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg keto-desogestrel dan lama kerjanya
3 tahun.
c. Jadena dan indoplan. Terdiri dari 2 batang tiap kapsul panjangnya 43 mm
dan berdiamter 2,5 mm diisi dengan 75 mg levonorgestrel, dengan lama
kerja 3 tahun.
2.2.3 Mekanisme Kerja
Implant mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara. Seperti
kontrasepsi progestin pada umunya, mekanisme utamanya adalah menebalkan
mukus serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma. Walaupun pada
kontrasepsi yang rendah, progestin akan menimbulkan pengentalan mukus
serviks. Perubahan terjadi segera setelah pemasangan implant.Progestin juga
menekan pengeluaran follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH) dari hipotalamus dan hipofise.Lonjakan LH direndahkan sehingga
ovulasi ditekan oleh levonorgestrel.Level LH ditekan lebih kuat oleh etonogestrel
sehingga tidak terjadi ovulasi.
2.2.4 Keuntungan dari segi Kontrasepsi
a. Daya guna tinggi
b. Perlindungan jangka panjang
c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e. Bebas dari pengaruh estrogen
f. Tidak menggangu ASI
g. Tidak mengganggu kegiatan senggama
h. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
i. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
(Sulistyawati,2012)
2.2.5 Keuntungan dari segi Non Kontrasepsi
a. Mengurangi nyeri haid
b. Mengurangi jumlah darah haid
c. Mengurangi / memperbaiki anemia
d. Melindungi terjadinya kanker endometrium
e. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
f. Melindungi diri dari penyebab penyakit radang panggul
g. Menurunkan angka kejadian endometritis
(Sulistyawati,2012)
2.2.6 Keterbatasan
Pada kebanyakan klien metode ini dapat menyebabkan perubahan pola haid
berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah
darah haid, serta menorea. Timbulnya keluhan-kleuhan sebagai berikut :
a. Nyeri Kepala
b. Peningkatan / penurunan berat badan
c. Nyeri payudara
d. Perasaan mual
e. Pening / pusing kepala
f. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
g. Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
h. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk
AIDS
i. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai
dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan
j. Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis
(rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat)
k. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000
perempuan per tahun)
2.2.7 Indikasi Menggunakan Implant
a. Usia reproduksi
b. Tidak memiliki anak ataupun belum punya anak
c. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki
pencegahan kehamilan jangka panjang
d. Menyusui dan belum membutuhkan kontrasepsi
e. Pasca persalinan dan tidak menyusui
f. Pasca keguguran
g. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
h. Riwayat kehamilan ektopik
i. Tekanan darah < 180/100 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau
anemia bulan sabit (sickle cell)
j. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
k. Sering lupa menggunakan pil
2.2.8 Kontraindikasi Menggunakan Implant
a. Hamil atau diduga hamil
b. Perdaraham pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c. Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara
d. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
e. Mioma uterus dan kanker payudara
f. Gangguan toleransi glukosa
g. Penyakit jantung,hipertensi,diabetes mellitus
2.2.9 Waktu Mulai Menggunakan Implant
a. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan
metode kontrasepsi tambahan.
b. Insersi dapat dilakukan setiap saat,asal diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila
di insersi setelah hari ke-7 siklus haid,klien jangan melakukan hubungan
seksual,atau gunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
c. Bila klien tidak haid, Insersi dapat dilakukan setiap saat,asal diyakini tidak
terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual,atau gunakan
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
d. Bila menyusui 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, Insersi dapat
dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh klien tidak perlu menggunakan
metode kontrasepsi lain.
e. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, Insersi
dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual,atau
gunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
f. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya
dengan implant, Insersi dapat dilakukan setiap saat,asal diyakini tidak terjadi
kehamilan, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar
g. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan,implant dapat
diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan
metode kontrasepsi lain.
h. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali
AKDR),dan klien ingin menggantinya dengan implant, Insersi dapat
dilakukan setiap saat,asal diyakini tidak terjadi kehamilan.Tidak perlu
menunggu hingga datangnya haid berikutnya
i. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR, Implant dapat diinsersikan pada
hari ke-7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.
j. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan.
Tabel 2.1 Keadaan yang memerlukan perhatian khusus
Keadaan Anjuran
a. Penyakit akut (virus hepatitis)
b. Stroke / riwayat stroke, penyakit
jantung
c. Menggunakan obat untuk
epilepsy / tuberculosis
d. Tumor jinak atau ganas pada
hati
Sebaiknya jangan menggunakan
implant
Sumber : Saifuddin, Abdul Bari [ed]; Affandy, Biran; Baharuddin, Moh; Soekir, Soekemi [ed], (2006)
2.2.10 Himbauan Untuk Klien
a. Daerah insisi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 3 hari pertama.
Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka insisi.
b. Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit rasa perih, pembengkakan,
atau lebam pada daerah insisi.
c. Pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan. Namun hindari benturan, gesekan
atau penekanan pada daerah insisi.
d. Balutan penekan tetap ditinggalkan selama 48 jam (2 hari), sedangkan
plester tetap dipertahankan hingga luka sembuh biasanya 5 hari
e. Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan
tekanan yang wajar
f. Bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti demam, peradangan, atau
bila rasa sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik.
2.2.11 Jadwal Kunjungan Kembali ke Klinik
Klien tidak perlu kembali ke klinik kecuali ada masalah kesehatan atau klien
ingin mencabut implant. Klien dianjurkan kembali ke klinik tempat implant
dipasangkan bila ditemukan hal-hal sebagai berikut:
a. Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah
b. Perdarahan yang banyak dara kemaluan
c. Rasa nyeri pada lengan
d. Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah
e. Ekspulsi dari batang impalant
f. Sakit kepala yang hebat atau penglihatan menjadi kabur
g. Nyeri dada hebat
h. Dugaan adanya kehamilan
2.2.12 Informasi Lain yang Perlu Disampaikan
a. Efek kontrasepsi timbul beberapa jam setelah insersi dan berlangsung hingga
5 tahun untuk Norplant dan 3 tahun untuk susuk Implanon, dan akan
berakhir sesaat setelah pengangkatan
b. Sering ditemukan gangguan pola haid, terutama pada 6-12 bulan pertama
pemakaian. Beberapa perempuan mungkin akan mengalami berhentinya haid
sama sekali
c. Obat-obat tuberculosis atau obat epilepsy dapat menurunkan efektifitas
implant
d. Efek samping yang berhubungan dengan implant dapat berupa sakit kepala,
penambahan berat badan, dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini tidak
berbahaya dan biasanya akan hilang dengan sendirinya
e. Norplant divabut setelah 5 tahun pemakaian, susuk implanon dicabut setelah
3 tahun, dan bila dikehendaki dapat dicabut leboh cepat.
f. Apabila norplant dicabut sebelum 5 tahun dan susuk susuk implanon
sebelum 3 tahun, kemungkinan hamil sangat besar, dan meningkatkan resiko
kehamilan ektopik
g. Berikan kartu yang ditulis nama, tanggal pemasangan, tempat insersi, dan
nama klinik klien
h. Implant tidak melindungi klien dari infeksi menular seksual, termasuk AIDS.
Apanila pasangannya memiliki resiko, maka perlu menggunakan kondom
saat melakukan hubungan seksual.
2.2.13 Peringatan Khusus bagi pengguna Implan
a. Terjadi keterlambatan haid yang sebelumnya teratur, kemungkinan telah
terjadi kehamilan
b. Nyeri perut bagian bawah yang hebat, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik
c. Terjadi perdarahan banyak dan lama
d. Adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi implant
e. Ekspulasi batang implant
f. Migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau penglihatan menjadi kabur.
Tabel 2.2 Penanganan efek samping atau masalah yang sering ditemukan
Efek samping /
Masalah
Penanganan
Amenorea a. Pastikan hamil / tidak. Apabila tidak hamil, tidak
memerlukan penanganan khusus cukup konseling saja
b. Apabila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat
implant dan anjurkan menggunakan kontrasepsi lain
c. Apabila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan
kehamilannya, cabut implant dan jelaskan bahwa
progestin tidak berbahaya bagi janin. Apabila diduga
terjadi kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak ada
gunanya memeberikan obat hormone untuk memancing
timbulnya perdarahan
Perdarahan
bercal (spotting)
ringan
Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan
terutama pada tahun pertama. Apabila tidak ada masalah dan
klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun. Jika
klien tetap mengeluh masalah perdarahan dan ingin
melanjutkan pemakaian implant, dapat diberikan pil
kombinasi satu siklus. Terangkan kepada klien bahwa akan
terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis. Apabila
terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan dua
tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari kemudian dilanjutkan
dengan satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan
50 µg entinilestradiol atau 1,25 mg estrogen ekiun konjungsi
untuk 14-21 hari.
Ekspulsi Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain
masih ditempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi
pada daerah insersi. Apabila tidak ada infeksi dan kapsul
lain masih berada ditempatnya, pasang kapsul baru satu
buah pada tempat insersi yang berbeda. Apabila ada infeksi,
cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada
lengan yang lain, atau anjurkan klien menggunakan metode
kontrasepsi lain.
Infeksi pada
daerah insersi
Apabia terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan
sabun dan air, atau antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai
untuk 7 hari. Implant jangan dilepas dan klien diminta
kembali 1 minggu. Apabila tidak membaik, cabut implant
dan pasang yang baru pada sisi lengan yang lain atau cari
metode kontrasepsi lain. Apabila ditemukan abses,
bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar,
cabut implant, lakukan perawatan luka dan berikan
antibiotik oral 7 hari.
Berat badan naik Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-
atau turun 2 kg adalah normal. Kaji ulang diet klien apabila terjadi
perubahan berat badan 2kg atau lebih. Apabila perubahan
berat badan ini tidak dapat diterima, bantu klien mencari
metode lain. Sumber : Saifuddin, Abdul Bari [ed]; Affandy, Biran; Baharuddin, Moh; Soekir, Soekemi [ed], (2006)
Tabel 2.3 Daftar Tilik Pemasangan Implant
No Hari pertama haid terakhir : YA TIDAK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
15
16
Dalam keadaan hamil
Berat badan 70 kg
Masih menginginkan anak dalam tida tahun ini
Menyusui, kurang dari 6 minggu melahirkan
Ada obat-obatan yang diminum jangka panjang
Riwayat oerdarahan antar haid / pasca senggama
Amenorea (tidak haid selama 6 minggu / lebih)
Ikterus
Pandangan mata kabur atau nyeri kepala hebat
Kejang
Nyeri tungkai, dada, atau paha
Napas terasa pendek setelah olahraga ringan
Edema tungkai
Tekanan darah sitolik > 160 mmHg, diastolik > 90 mmHg
Benjolan atau tumor payudara
(Sulistyawati,2012)
Apabila seluruh jawaban TIDAK dan tidak ada kecurigaan terhadap kehamilan,
klien dapat langsung dipasang implant. Apabila ada jawaban yang positif YA, maka
dilakukan evaluasi lebih lanjut sebelum diputuskan untuk dipasang implant.
2.3 Faktor Determinan Terhadap Pemakaian Kontrasepsi Implant
2.3.1 Umur
Dalam perspektif demografi, rentang usia seseorang untuk berproduksi
adalah 15-64 tahun. Setelah melewati usia tersebut maka secara fisiologis akan
terjadi penurunan fungsi organ tubuh secara perlahan-lahan sampai masa lanjut
usia.
Pengaruh umur untuk keikutsertaan Ibu dalam penggunaan alat kontrasepsi
dapat dilihat dari pembagian umur berikut ini.
a. Umur Ibu kurang dari 20 tahun :
Kehamilan dan persalinan pada usia ini telah terbukti meningkatkan
morbilitas dan mortalitas perinatal sehingga diusahakan pasangan menunda
kehamilannya sampai sekurang-kurangnya 20 tahun. Tahap ini disebut
sebagai tahap penunda kehamilan sehingga cara KB yang cocok adalah
dengan cara pil, AKDR, cara sederhana.
b. Umur Ibu antara 20 – 30 tahun :
Merupakan usia ideal untuk hamil dan melahirkan, tahap ini disebut tahap
spacing atau menjarangkan kehamilan antara 3-4 tahun. Pada tahap ini
dianjurkan agar pasangan usia subur menggunakan metode AKDR,Pil,
Suntik.
c. Umur Ibu diatas 30 tahun :
Mempunyai resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan kurun waktu
reproduksi muda, kehamilan dan persalinan pada kelompok usia ini tidak
hanya beresiko tinggi pada anak tetapi juga pada ibunya. Morbiditas dan
mortalitas ibu meningkat dengan tajam pada kelompok ini sehingga bagi
pasangan yang sudah mempunyai cukup anak dianjurkan untuk memakai
kontap atau cara yang paling efektif seperti implant, suntik dan AKDR
(Sulistyawati, 2012)
2.3.2 Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk
juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan.
Semakin tinggi nilai pendidikan seseorang memiliki korelasi dengan
kualitasnya sebagai subyek pembangunan.Hal ini karena pendidikan merupakan
upaya sadar setiap orang untuk meningkatkan peengetahuan, ketrampilan dan
wawasannya sehingga turut memberikan sumbangan yang berarti bagi
pembangunan bangsa. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang secara
konseptual akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam keaktifannya sebagai
subyek dan obyek pembangunan.
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap wawasan dan
pengetahuan Ibu. Semakin tinggi tingkat pendidikan Ibu maka semakin banyak
informasi kesehatan yang diperolehnya sehingga, pengetahuan atau informasi
mengenai alat kontrasepsi khususnya KB akan semakin baik sehingga Ibu dapat
mengambil keputusan yang tepat dan efektif tentang alat kontrasepsi mana yang
akan digunakan.
2.3.3 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,hidung,telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan orang diperoleh melalui indra
pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara
garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan yaitu:
a. Tahu (know) artinya dapat mengingat kembali suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, yang termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah
mengingat kembali hal-hal yang spesifik dari seluruh materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
b. Memahami (comprehension) artinya kemampuan untuk menjelaskan tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar dan dapat memberikan contoh dan menyimpulkan.
c. Aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
humum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi
lain.
d. Analisis (analysis) artinya suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek dalam komponen, tetapi masih ada kaitannya sati sama yang
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti mengambarkan, membedakan dan lain sebagainya.
e. Sintesis (sinthesis) diartikan menunjukkan suatu kemampuan dalam
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
riteria-kriteria yang telah ada.
2.3.4 Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang
wanita (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan
menjadi primipara, multipara dan grandemultipara.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu
hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008). Sedangkan menurut Manuaba
(2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm.
Klasifikasi Paritas :
a. Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup
besar untuk hidup di dunia luar.
b. Multipara
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari
satu kali (Prawirohardjo, 2009).
Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup)
beberapa kali (Manuaba, 2008).
Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih
(Varney, 2006).
c. Grandemultipara
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau
lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan
(Manuaba, 2008).
Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau
lebih hidup atau mati.
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau
lebih (Varney, 2006).
Secara skematis pilihan cara KB pada wanita dapat dibagi atas tiga tahap
yaitu:
a. Tahap menunda: wanita yang belum mempunyai anak tetapi ingin menunda
kehamilannya, biasanya menggunakan pil KB, suntikan dan cara sederhana.
b. Tahap menjarangkan pada wanita yang berumur 20-30 tahun dan walau
sudah memiliki anak cukup tetapi masih ada keinginan untuk menambah
anak lagi biasanya menggunakan IUD, implant dan suntikan.
c. Tahap mengakhiri, pada wanita diatas 35 tahun atau sudah memiliki anak
cukup dan banyak dan cukup biasanya memilih alat kontrasepsi jangka
panjang, tetapi kebanyakan masih enggan untuk memakai kontap dan
memilih IUD dan inplant (Sulistyawati, 2012)
2.3.5 Dukungan Suami
Dukungan adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang
diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu
bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.Dalam
melaksanakan Keluarga Berencana, dukungan suami sangat diperlukan. Seperti
diketahui di Indonesia, keputusan suami dalam mengizinkan isteri adalah
pedoman penting bagi si isteri untuk menggunakan alat kontrasepsi. Bila suami
tidak mengizinkan atau mendukung, hanya sedikit isteri yang berani untuk tetap
memasang alat kontrasepsi tersebut.
Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan
menggunakan atau tidak dan metode apa yang akan dipakai.Menurut BKKBN
(2007) dalam Faridah (2008), bentuk dukungan suami terhadap isteri dalam
menggunakan alat kontrasepsi meliputi:
a. Memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi sesuai dengan keinginan
dan kondisi isterinya.
b. Membantu isterinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar, seperti
mengingatkan saat minum pil KB dan mengingatkan isteri untuk kontrol,
membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun
komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi.
c. Mengantar isteri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan.
Misalnya isteri sudah waktunya kontrol KB dan suami siap mengantar isteri
ke bidan terdekat atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
d. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti tidak
memuaskan, misalnya suami menyarankan isteri untuk memakai kontrasepsi
yang lain karena istrinya sering mengalami efek samping saat memakai
kontrasepsi yang digunakan sekarang.
e. Membantu menghitung waktu subur, apabila menggunakan metode pantang
berkala.
2.3.6 Pekerjaan
Pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang
dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk
suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam
bentukuang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan
dianggap sama dengan profesi.Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun
waktu yang lama disebut sebagai karier.
Wanita yang bekerja memiliki nilai waktu yang mahal sehingga
kesempatan untuk mengurus anak lebih sedikit dibanding wanita yang tidak
bekerja, dan wanita yang bekerja akan cenderung membatasi jumlah anak.
Bekerja akan terjadi interaksi dengan lingkungan luar sehingga akan
mempengaruhi tingkat motivasi seseorang. Lingkungan adalah segala sesuatu
yang ada di sekitar individu baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan
sosial. Partisipasi suami dalam program KB dan kesehatan reproduksi merupakan
faktor yang berperan dalam mewujudkan suami yang bertanggung jawab dalam
KB dan kesehatan reproduksi.
2.3.7 Informasi Petugas Kesehatan
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE). Keluarga Berencana yang
dilaksanakan oleh pihak kesehatan termasuk dalam pelaksanaan penyuluhan
kesehatan pada umumnya. Dalam melaksanakan program Keluarga Berencana,
perlu diperhatikan bahwa bidang tanggung jawab kesehatan mencakup segi-segi
pelayanan media teknis dan pembinaan partisipasi masyarakat. Agar partisipasi
masyarakat dapat dicapai, perlu adanya usaha-usaha penyuluhan kepada
masyarakat secara intensif, terutama yang ditujukan kepada golongan – golongan
yang datang ke klinik dan masyarakat di lingkungan klinik.
Tujuan penyuluhan kesehatan dalam Keluarga Berencana adalah agar
masyarakat dapat menjadikan Keluarga Berencana sebagai pola kehidupan,
artinya masyarakat mengetahui, memahami, serta menyadari pentingnya
Keluarga Berencana sehingga mau melaksanakannya untuk kesehatan dan
kesejahteraan bagi keluarganya, masyarakat, serta negara pada umumnya.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah :
a. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah.
b. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu (status pendidikan,
social ekonomi dan emosi) sebagaimana adanya.
c. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami.
d. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari
kehidupan sehari-hari.
e. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang dimiliki ibu
Setiap penggunaan kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak reproduksi
individu dan pasangannya sehingga harus diawali dengan pemberian informasi
yang lengkap. Informasi yang diberikan kepada klien harus disampaikan
selengkap-lengkapnya, jujur, dan benar tentang metode kontrasepsi yang akan
digunakan. Dalam memberikan informasi ini penting sekali adanya komunikasi
verbal antara petugas kesehatan dengan klien. Ada anggapa banyak klien sering
melupakan informasi lisan yang telah diberikan oleh petugas kesehatan. Oleh
sebab itu, untuk mencegah hal tersebut perlu diberikan informasi tertulis jika
perlu, dibacakan kembali.
2.3.8 Biaya Pelayanan
Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dari pengertian
diatas maka biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yakni:
a. Penyedia pelayanan kesehatan
Biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan kesehatan adalah besarnya
dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan.
b. Pemakai jasa pelayanan kesehatan
Biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan adalah besarnya dana yang
harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan.
Sumber Biaya Kesehatan. Secara umum sumber biaya kesehatan ini dapat
dibedakan atas dua macam:
a. Seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah
Tergantung dari sistem pemerintahan yang dianut, ditemukan di negara yang
bersumber biaya kesehatannya sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah.
b. Sebagian di tanggung oleh masyarakat
Pada beberapa negara sumber biaya kesehatan juga berasal dari masyarakat.
Pada negara seperti ini masyarakat diajak berperan serta, baik dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan maupun dalam pemanfaatan jasa
pelayanan kesehatan.
Macam-macam Biaya Kesehatan. Biaya kesehatan banyak ragamnya,
tergantung pada kompleksitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Secara umum biaya kesehatan dibedakan atas dua
macam:
a. Biaya pelayanan kedokteran
Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan dan
atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, yakni yang tujuan utamanya untuk
mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan penderita.
b. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat
Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan
atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat, yakn dengan tujuan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah
penyakit.
Syarat pokok pembiayaan kesehatan. Suatu biaya kesehatan yang baik
haruslah memenuhi beberapa syarat pokok yakni:
a. Jumlah
Tersedianya dana dalam jumlah yang cukup dalam arti dapat membiayai
penyelenggaraan seluruh upaya kesehatan yang dibutuhkan serta tidak
menyulitkan masyarakat yang memanfaatkannya.
b. Penyebaran
Mobilisasi dana kesehatan yang ada sesuai dengan kebutuhan.
c. Pemanfaatan
Alokasi dana pelayanan disesuaikan dengan tingkat pemanfaatan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan.
Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang diinginkannya.
Faktor biaya untuk memperoleh kontrasepsi terkadang menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi klien dalam menentukan pilihan kontrasepsi yang akan
digunakan. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai
faktor, termasuk faktor biaya, pendapatan keluarga yang memadai akan
menunjang pilihan ibu terhadap pemilihan kontrasepsi, karena tidak ada beban
dalam menggunakan kontrasepsi, sebaliknya jika pendapat keluarga kurang
memadai terkadang klien enggan menggunakan kontrasepsi karena tidak
tersedianya pendapatan yang akan digunakan untuk menggunakan kontrasepsi.
2.3.9 Sosial Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta; buddhayah, yaitu
bentuk jamak dari kata budhi atau budi dan akal. Jadi budaya adalah segala
sesuatu yang dihasilkan oleh akal dan budi tersebut. Kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. (Prof.
Koentjaraningrat)
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya,
dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah
dari kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang
dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul
kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat
manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang
disukai. Budaya mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi. Umumnya
masyarakat lebih memilih mengikuti budayanya daripada memilih kontrasepsi-
kontrasepsi yang telah dijelaskan oleh petugas kesehatan, misalnya bidan.
Padahal pemilihan kontrasepsi karena pengaruh budaya itu belum tentu sesuai
dengan kondisi atau kebutuhan ibu yang mengakibatkan terjadinya gangguan
fisiologi pada ibu tersebut.
2.4 Kerangka Konsep
Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan
suatu pengertian.Oleh sebab itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara
langsung.Agar dapat diamati dan dapat diukur, maka konsep tersebut harus
dijabarkan ke dalam variabel-variabel.Dari variabel itulah konsep dapat diamati
dan diukur (Notoatmodjo, 2012).
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor Determinan yang Berhubungan Dengan
Minat Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap Pemakaian Kontrasepsi
Implant
Faktor Predisposisi
a. Umur
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. Paritas
e. Sosial Budaya
f. Pengetahuan
Faktor Penguat
g. Informasi Petugas
Kesehatan
h. Dukungan Suami
Pemakaian Metode
Kontrasepsi
Implant
Minat
Tidak Berminat
Faktor Pemungkin
a. Biaya Pelayanan
2.5 Hipotesis Penelitian
H1 : Ada hubungan antara faktor determinan terhadap minat wanita pasangan
usia subur (PUS) terhadap pemakaian kontrasepsi implant.
H0 : Tidak ada hubungan antara faktor determinan terhadap minat wanita
pasangan usia subur (PUS) terhadap pemakaian kontrasepsi implant.