BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia...

32
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia 2.1.1 Sejarah KB di Indonesia Gerakan Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal sekarang ini dipelopori oleh beberapa tokoh, baik dalam maupun luar negeri.Pada awal abad ke 19 di Inggris upaya KB mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu.Maria Stopes (1880-1950) menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh Inggris. Di Amerika Serikat dikenal Margareth sanger (1883-1996) dengan program Birth Control-nya yang merupakan pelopor kelompok Keluarga Berencana modern. Pada 1917 didirikan National Birth Control League dan pada November 1921 diadakan konferensi nasional Amerika tentang pengontrolan kehamilan dengan Margareth sanger sebagai ketuanya. Pada 1925 ia mengorganisasikan konferensi internasional di New York yang menghasilkan pembentukan International Federation of Birth Control League. Selanjutnya pada 1927 Margareth sanger menyelenggarakan konferensi populasi dunia di Jenewa yang melahirkan International Women for Scientific Study on Population dan International Medical Group for the Investigationa of Contraception. Pada 1948 Margareth Sanger ikut melopori pembentukan komite international keluarga berencana yang dalam konferensi di New Delhi pada 1952 meresmikan berdirinya International

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan KB di Indonesia

2.1.1 Sejarah KB di Indonesia

Gerakan Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal sekarang ini dipelopori

oleh beberapa tokoh, baik dalam maupun luar negeri.Pada awal abad ke 19 di

Inggris upaya KB mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang

menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu.Maria Stopes (1880-1950)

menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh Inggris. Di

Amerika Serikat dikenal Margareth sanger (1883-1996) dengan program Birth

Control-nya yang merupakan pelopor kelompok Keluarga Berencana modern.

Pada 1917 didirikan National Birth Control League dan pada November 1921

diadakan konferensi nasional Amerika tentang pengontrolan kehamilan dengan

Margareth sanger sebagai ketuanya. Pada 1925 ia mengorganisasikan konferensi

internasional di New York yang menghasilkan pembentukan International

Federation of Birth Control League. Selanjutnya pada 1927 Margareth sanger

menyelenggarakan konferensi populasi dunia di Jenewa yang melahirkan

International Women for Scientific Study on Population dan International

Medical Group for the Investigationa of Contraception. Pada 1948 Margareth

Sanger ikut melopori pembentukan komite international keluarga berencana yang

dalam konferensi di New Delhi pada 1952 meresmikan berdirinya International

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

Planned Parenthood Federation (IPPF). Federasi ini memilih Margareth Sanger

dan Rama Ran dari India sebagai pimpinannya.Sejak saat itu berdirilah

perkumpulan-perkumpulan Keluarga Berencana di seluruh dunia termasuk di

Indonesia yang mendirikan perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).

Di Jakarta, perintisan dimulai di Bagian Kebidanan dan Kandungan

FKUI/RSUP (sekarang rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo) oleh tokoh-tokoh

seperti Profesor Sarwono Prawirohardjo, Dr. M. Joedono, Dr. Hanafi

Wiknjosastro, Dr. Koen S. Martiono, Dr. R. Soeharto, dan Dr. Hurustiati

Subandrio. Pelayanan keluarga berencana dilakukan secara diam-diam di

poliklinik kebidanan FKUI/RSUP. Setelah mengadakan hubungan dengan IPPF

serta mendapatkan dukungan dari para pelopor keluarga berencana setempat,

pada 23 desember 1957 perkumpulan keluarga berencana Indonesia (PKBI)

resmi berdiri, dengan Dr. R. Soeharto sebagai ketua.

2.1.2 Program Keluarga Berencana

Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak

yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa

cara atau alternative untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara

tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan atau perencanaan

keluarga.

Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki

mencapai dan membuahi sel telur wanita (fertilisasi), atau mencegah telur yang

sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang didalam

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

rahim.Kontrasepsi dapat bersifat reversibel (kembali) atau permanen

(tetap).Kontrasepsi yang reversibel adalah metode kontrasepsi yang dapat

dihentikan setiap saat tanpa efek lama dalam mengembalikan kesuburan atau

kemampuan untuk kembali memiliki anak.Metode kontrasepsi permanen atau

yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat

mengembalikan kesuburan karna melibatkan tindakan operasi.

Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya

yaitu metode barrier (penghalang), contohnya kondom yang menghalangi

sperma, metode hormonal seperti konsumsi pil, dan metode kontrasepsi alami

yang tidak menggunakan alat-alat bantu maupun hormonal, namun berdasarkan

fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan

).

Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektifitas,

keamanan, frekuensi pemakaian, efek samping, serta kemauan dan kemampuan

untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut,

pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan

kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut, faktor lainnya adalah frekuensi

melakukan hubungan seksual.

2.1.3 Beberapa Definisi KB

a. Upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga

kecil yang bahagia sejahtera (Undang-Undang No.10/1992)

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

b. Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan suatu

usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan

menggunakan kontrasepsi

c. Menurut WHO (Expert Commite, 1970) tindakan yang membantu

individu/pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan,

mengatur interval di antara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam

keluarga.

2.1.4 Sasaran Program KB

Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 sebagai berikut :

a. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadin1,14% per tahun

b. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan

c. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan

kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat / cara kontrasepsi menjadi 6%

d. Meningkatkan peserta KB laki-laki menjadi 4,5%

e. Meningkatnya penggunan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan

efisien

f. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21

tahun

g. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak

h. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang

aktif dalam usaha ekonomi produktif

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

i. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

program KB Nasional

2.1.5 Ruang Lingkup Program KB

Ruang lingkup program KB mencakup sebagai berikut :

a. Ibu

Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun manfaat yang

diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut :

1) Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang

terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama

kesehatan organ reproduksinya.

2) Meningkatnya kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh

adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat

yang cukup karena kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan.

b. Suami

Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal berikut.

1) Memperbaiki kesehatan fisik

2) Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya

c. Seluruh Keluarga

Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental,

dan sosial setiap anggota keluarga, dan bagi anak dapat memperoleh

kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih saying orang

tuanya.

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

Ruang lingkup KB secara umumadalah sebagai berikut:

a. Keluarga Berencana

b. Kesehatan reproduksi remaja

c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

e. Keserasian kebijakan kependudukan

f. Pengelolaan SDM aparatur

2.1.6 Dampak Program KB terhadap Pencegahan Kelahiran

Program KB bertujuan untuk memenuhi permintaan pelayanan KB dan

menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas, serta

mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas

penduduk dan mewujudkan keluarga-keluarga kecil berkualitas. Sasaran utama

kinerja program KB adalah sebagai berikut :

a. Menurunnya pasangan usia subur (PUS) yang ingin melaksanakan KB

namun pelayanan KB tidak terlayani menjadi sekitar 6,5%

b. Meningkatnya partisipasi laki-laki dalam melaksanakan KN menjadi sekitar

8%

c. Menurunnya anggota kelahiran total (TFR) menjadi 2,4% per perempuan

Hal ini memungkinkan perempuan untuk menghindari kehamilan ketika

mereka tidak ingin hamil, merencanakan kehamilan ketika mereka melakukan

dan mendorong kesehatan mereka sendiri, sehingga dalam prosesnya akan

menghasilkan kesehatan yang signifikan, serta manfaat ekonomi dan sosial bagi

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

individu perempuan itu sendiri, keluarga, komunitas, dan keseluruhan

masyarakat.

2.2 Konsep Teori Implant

2.2.1 Pengertian Implant

Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen

dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara 3-5 tahun. Metode ini

dikembangkan oleh The Population Council, yaitu suatu organisasi internasional

yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknologi kontrasepsi

(BKKBN, 2011).

Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi bawah kulit. Implant adalah

suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam

kapsul silastic silicon polidymetri dan disusukan dibawah kulit. Jumlah kapsul

yang disusukan dibawah kulit adalah sebanyak 2 kampsul masing-masing kapsul

panjangnya 44 mm masing-masing batang diisi dengan 70mg levonorgestrel,

dilepaskan kedalam darah secara difusi melalui dinding kapsul levonorgestrel

adalah suatu progestin yang diapaki juga dalam pil kb seperti mini pil atau pil

kombinasi (Prawirohardjo, 2009)

2.2.2 Jenis – Jenis Implant dan Mekanisme Kerja

a. Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4

mm dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel tiap

batang dan lama kerjanya 5 tahun.

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

b. Implanon. Terdiri dari 1 batang lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan

diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg keto-desogestrel dan lama kerjanya

3 tahun.

c. Jadena dan indoplan. Terdiri dari 2 batang tiap kapsul panjangnya 43 mm

dan berdiamter 2,5 mm diisi dengan 75 mg levonorgestrel, dengan lama

kerja 3 tahun.

2.2.3 Mekanisme Kerja

Implant mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara. Seperti

kontrasepsi progestin pada umunya, mekanisme utamanya adalah menebalkan

mukus serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma. Walaupun pada

kontrasepsi yang rendah, progestin akan menimbulkan pengentalan mukus

serviks. Perubahan terjadi segera setelah pemasangan implant.Progestin juga

menekan pengeluaran follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing

hormone (LH) dari hipotalamus dan hipofise.Lonjakan LH direndahkan sehingga

ovulasi ditekan oleh levonorgestrel.Level LH ditekan lebih kuat oleh etonogestrel

sehingga tidak terjadi ovulasi.

2.2.4 Keuntungan dari segi Kontrasepsi

a. Daya guna tinggi

b. Perlindungan jangka panjang

c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan

d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

e. Bebas dari pengaruh estrogen

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

f. Tidak menggangu ASI

g. Tidak mengganggu kegiatan senggama

h. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan

i. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan

(Sulistyawati,2012)

2.2.5 Keuntungan dari segi Non Kontrasepsi

a. Mengurangi nyeri haid

b. Mengurangi jumlah darah haid

c. Mengurangi / memperbaiki anemia

d. Melindungi terjadinya kanker endometrium

e. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara

f. Melindungi diri dari penyebab penyakit radang panggul

g. Menurunkan angka kejadian endometritis

(Sulistyawati,2012)

2.2.6 Keterbatasan

Pada kebanyakan klien metode ini dapat menyebabkan perubahan pola haid

berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah

darah haid, serta menorea. Timbulnya keluhan-kleuhan sebagai berikut :

a. Nyeri Kepala

b. Peningkatan / penurunan berat badan

c. Nyeri payudara

d. Perasaan mual

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

e. Pening / pusing kepala

f. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)

g. Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan

h. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk

AIDS

i. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai

dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan

j. Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis

(rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat)

k. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000

perempuan per tahun)

2.2.7 Indikasi Menggunakan Implant

a. Usia reproduksi

b. Tidak memiliki anak ataupun belum punya anak

c. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki

pencegahan kehamilan jangka panjang

d. Menyusui dan belum membutuhkan kontrasepsi

e. Pasca persalinan dan tidak menyusui

f. Pasca keguguran

g. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi

h. Riwayat kehamilan ektopik

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

i. Tekanan darah < 180/100 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau

anemia bulan sabit (sickle cell)

j. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen

k. Sering lupa menggunakan pil

2.2.8 Kontraindikasi Menggunakan Implant

a. Hamil atau diduga hamil

b. Perdaraham pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c. Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara

d. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi

e. Mioma uterus dan kanker payudara

f. Gangguan toleransi glukosa

g. Penyakit jantung,hipertensi,diabetes mellitus

2.2.9 Waktu Mulai Menggunakan Implant

a. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan

metode kontrasepsi tambahan.

b. Insersi dapat dilakukan setiap saat,asal diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila

di insersi setelah hari ke-7 siklus haid,klien jangan melakukan hubungan

seksual,atau gunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

c. Bila klien tidak haid, Insersi dapat dilakukan setiap saat,asal diyakini tidak

terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual,atau gunakan

kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

d. Bila menyusui 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, Insersi dapat

dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh klien tidak perlu menggunakan

metode kontrasepsi lain.

e. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, Insersi

dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual,atau

gunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

f. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya

dengan implant, Insersi dapat dilakukan setiap saat,asal diyakini tidak terjadi

kehamilan, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar

g. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan,implant dapat

diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan

metode kontrasepsi lain.

h. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali

AKDR),dan klien ingin menggantinya dengan implant, Insersi dapat

dilakukan setiap saat,asal diyakini tidak terjadi kehamilan.Tidak perlu

menunggu hingga datangnya haid berikutnya

i. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR, Implant dapat diinsersikan pada

hari ke-7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau

gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.

j. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan.

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

Tabel 2.1 Keadaan yang memerlukan perhatian khusus

Keadaan Anjuran

a. Penyakit akut (virus hepatitis)

b. Stroke / riwayat stroke, penyakit

jantung

c. Menggunakan obat untuk

epilepsy / tuberculosis

d. Tumor jinak atau ganas pada

hati

Sebaiknya jangan menggunakan

implant

Sumber : Saifuddin, Abdul Bari [ed]; Affandy, Biran; Baharuddin, Moh; Soekir, Soekemi [ed], (2006)

2.2.10 Himbauan Untuk Klien

a. Daerah insisi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 3 hari pertama.

Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka insisi.

b. Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit rasa perih, pembengkakan,

atau lebam pada daerah insisi.

c. Pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan. Namun hindari benturan, gesekan

atau penekanan pada daerah insisi.

d. Balutan penekan tetap ditinggalkan selama 48 jam (2 hari), sedangkan

plester tetap dipertahankan hingga luka sembuh biasanya 5 hari

e. Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan

tekanan yang wajar

f. Bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti demam, peradangan, atau

bila rasa sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik.

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

2.2.11 Jadwal Kunjungan Kembali ke Klinik

Klien tidak perlu kembali ke klinik kecuali ada masalah kesehatan atau klien

ingin mencabut implant. Klien dianjurkan kembali ke klinik tempat implant

dipasangkan bila ditemukan hal-hal sebagai berikut:

a. Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah

b. Perdarahan yang banyak dara kemaluan

c. Rasa nyeri pada lengan

d. Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah

e. Ekspulsi dari batang impalant

f. Sakit kepala yang hebat atau penglihatan menjadi kabur

g. Nyeri dada hebat

h. Dugaan adanya kehamilan

2.2.12 Informasi Lain yang Perlu Disampaikan

a. Efek kontrasepsi timbul beberapa jam setelah insersi dan berlangsung hingga

5 tahun untuk Norplant dan 3 tahun untuk susuk Implanon, dan akan

berakhir sesaat setelah pengangkatan

b. Sering ditemukan gangguan pola haid, terutama pada 6-12 bulan pertama

pemakaian. Beberapa perempuan mungkin akan mengalami berhentinya haid

sama sekali

c. Obat-obat tuberculosis atau obat epilepsy dapat menurunkan efektifitas

implant

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

d. Efek samping yang berhubungan dengan implant dapat berupa sakit kepala,

penambahan berat badan, dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini tidak

berbahaya dan biasanya akan hilang dengan sendirinya

e. Norplant divabut setelah 5 tahun pemakaian, susuk implanon dicabut setelah

3 tahun, dan bila dikehendaki dapat dicabut leboh cepat.

f. Apabila norplant dicabut sebelum 5 tahun dan susuk susuk implanon

sebelum 3 tahun, kemungkinan hamil sangat besar, dan meningkatkan resiko

kehamilan ektopik

g. Berikan kartu yang ditulis nama, tanggal pemasangan, tempat insersi, dan

nama klinik klien

h. Implant tidak melindungi klien dari infeksi menular seksual, termasuk AIDS.

Apanila pasangannya memiliki resiko, maka perlu menggunakan kondom

saat melakukan hubungan seksual.

2.2.13 Peringatan Khusus bagi pengguna Implan

a. Terjadi keterlambatan haid yang sebelumnya teratur, kemungkinan telah

terjadi kehamilan

b. Nyeri perut bagian bawah yang hebat, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik

c. Terjadi perdarahan banyak dan lama

d. Adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi implant

e. Ekspulasi batang implant

f. Migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau penglihatan menjadi kabur.

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

Tabel 2.2 Penanganan efek samping atau masalah yang sering ditemukan

Efek samping /

Masalah

Penanganan

Amenorea a. Pastikan hamil / tidak. Apabila tidak hamil, tidak

memerlukan penanganan khusus cukup konseling saja

b. Apabila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat

implant dan anjurkan menggunakan kontrasepsi lain

c. Apabila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan

kehamilannya, cabut implant dan jelaskan bahwa

progestin tidak berbahaya bagi janin. Apabila diduga

terjadi kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak ada

gunanya memeberikan obat hormone untuk memancing

timbulnya perdarahan

Perdarahan

bercal (spotting)

ringan

Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan

terutama pada tahun pertama. Apabila tidak ada masalah dan

klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun. Jika

klien tetap mengeluh masalah perdarahan dan ingin

melanjutkan pemakaian implant, dapat diberikan pil

kombinasi satu siklus. Terangkan kepada klien bahwa akan

terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis. Apabila

terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan dua

tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari kemudian dilanjutkan

dengan satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan

50 µg entinilestradiol atau 1,25 mg estrogen ekiun konjungsi

untuk 14-21 hari.

Ekspulsi Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain

masih ditempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi

pada daerah insersi. Apabila tidak ada infeksi dan kapsul

lain masih berada ditempatnya, pasang kapsul baru satu

buah pada tempat insersi yang berbeda. Apabila ada infeksi,

cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada

lengan yang lain, atau anjurkan klien menggunakan metode

kontrasepsi lain.

Infeksi pada

daerah insersi

Apabia terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan

sabun dan air, atau antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai

untuk 7 hari. Implant jangan dilepas dan klien diminta

kembali 1 minggu. Apabila tidak membaik, cabut implant

dan pasang yang baru pada sisi lengan yang lain atau cari

metode kontrasepsi lain. Apabila ditemukan abses,

bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar,

cabut implant, lakukan perawatan luka dan berikan

antibiotik oral 7 hari.

Berat badan naik Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

atau turun 2 kg adalah normal. Kaji ulang diet klien apabila terjadi

perubahan berat badan 2kg atau lebih. Apabila perubahan

berat badan ini tidak dapat diterima, bantu klien mencari

metode lain. Sumber : Saifuddin, Abdul Bari [ed]; Affandy, Biran; Baharuddin, Moh; Soekir, Soekemi [ed], (2006)

Tabel 2.3 Daftar Tilik Pemasangan Implant

No Hari pertama haid terakhir : YA TIDAK

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

15

16

Dalam keadaan hamil

Berat badan 70 kg

Masih menginginkan anak dalam tida tahun ini

Menyusui, kurang dari 6 minggu melahirkan

Ada obat-obatan yang diminum jangka panjang

Riwayat oerdarahan antar haid / pasca senggama

Amenorea (tidak haid selama 6 minggu / lebih)

Ikterus

Pandangan mata kabur atau nyeri kepala hebat

Kejang

Nyeri tungkai, dada, atau paha

Napas terasa pendek setelah olahraga ringan

Edema tungkai

Tekanan darah sitolik > 160 mmHg, diastolik > 90 mmHg

Benjolan atau tumor payudara

(Sulistyawati,2012)

Apabila seluruh jawaban TIDAK dan tidak ada kecurigaan terhadap kehamilan,

klien dapat langsung dipasang implant. Apabila ada jawaban yang positif YA, maka

dilakukan evaluasi lebih lanjut sebelum diputuskan untuk dipasang implant.

2.3 Faktor Determinan Terhadap Pemakaian Kontrasepsi Implant

2.3.1 Umur

Dalam perspektif demografi, rentang usia seseorang untuk berproduksi

adalah 15-64 tahun. Setelah melewati usia tersebut maka secara fisiologis akan

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

terjadi penurunan fungsi organ tubuh secara perlahan-lahan sampai masa lanjut

usia.

Pengaruh umur untuk keikutsertaan Ibu dalam penggunaan alat kontrasepsi

dapat dilihat dari pembagian umur berikut ini.

a. Umur Ibu kurang dari 20 tahun :

Kehamilan dan persalinan pada usia ini telah terbukti meningkatkan

morbilitas dan mortalitas perinatal sehingga diusahakan pasangan menunda

kehamilannya sampai sekurang-kurangnya 20 tahun. Tahap ini disebut

sebagai tahap penunda kehamilan sehingga cara KB yang cocok adalah

dengan cara pil, AKDR, cara sederhana.

b. Umur Ibu antara 20 – 30 tahun :

Merupakan usia ideal untuk hamil dan melahirkan, tahap ini disebut tahap

spacing atau menjarangkan kehamilan antara 3-4 tahun. Pada tahap ini

dianjurkan agar pasangan usia subur menggunakan metode AKDR,Pil,

Suntik.

c. Umur Ibu diatas 30 tahun :

Mempunyai resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan kurun waktu

reproduksi muda, kehamilan dan persalinan pada kelompok usia ini tidak

hanya beresiko tinggi pada anak tetapi juga pada ibunya. Morbiditas dan

mortalitas ibu meningkat dengan tajam pada kelompok ini sehingga bagi

pasangan yang sudah mempunyai cukup anak dianjurkan untuk memakai

kontap atau cara yang paling efektif seperti implant, suntik dan AKDR

(Sulistyawati, 2012)

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

2.3.2 Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal

yang menunjang kesehatan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk

juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan.

Semakin tinggi nilai pendidikan seseorang memiliki korelasi dengan

kualitasnya sebagai subyek pembangunan.Hal ini karena pendidikan merupakan

upaya sadar setiap orang untuk meningkatkan peengetahuan, ketrampilan dan

wawasannya sehingga turut memberikan sumbangan yang berarti bagi

pembangunan bangsa. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang secara

konseptual akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam keaktifannya sebagai

subyek dan obyek pembangunan.

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap wawasan dan

pengetahuan Ibu. Semakin tinggi tingkat pendidikan Ibu maka semakin banyak

informasi kesehatan yang diperolehnya sehingga, pengetahuan atau informasi

mengenai alat kontrasepsi khususnya KB akan semakin baik sehingga Ibu dapat

mengambil keputusan yang tepat dan efektif tentang alat kontrasepsi mana yang

akan digunakan.

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

2.3.3 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,hidung,telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan orang diperoleh melalui indra

pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara

garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan yaitu:

a. Tahu (know) artinya dapat mengingat kembali suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, yang termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah

mengingat kembali hal-hal yang spesifik dari seluruh materi yang telah

dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (comprehension) artinya kemampuan untuk menjelaskan tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar dan dapat memberikan contoh dan menyimpulkan.

c. Aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-

humum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

lain.

d. Analisis (analysis) artinya suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek dalam komponen, tetapi masih ada kaitannya sati sama yang

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti mengambarkan, membedakan dan lain sebagainya.

e. Sintesis (sinthesis) diartikan menunjukkan suatu kemampuan dalam

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

riteria-kriteria yang telah ada.

2.3.4 Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang

wanita (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan

menjadi primipara, multipara dan grandemultipara.

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu

hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008). Sedangkan menurut Manuaba

(2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm.

Klasifikasi Paritas :

a. Primipara

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup

besar untuk hidup di dunia luar.

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

b. Multipara

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari

satu kali (Prawirohardjo, 2009).

Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup)

beberapa kali (Manuaba, 2008).

Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih

(Varney, 2006).

c. Grandemultipara

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau

lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan

(Manuaba, 2008).

Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau

lebih hidup atau mati.

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau

lebih (Varney, 2006).

Secara skematis pilihan cara KB pada wanita dapat dibagi atas tiga tahap

yaitu:

a. Tahap menunda: wanita yang belum mempunyai anak tetapi ingin menunda

kehamilannya, biasanya menggunakan pil KB, suntikan dan cara sederhana.

b. Tahap menjarangkan pada wanita yang berumur 20-30 tahun dan walau

sudah memiliki anak cukup tetapi masih ada keinginan untuk menambah

anak lagi biasanya menggunakan IUD, implant dan suntikan.

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

c. Tahap mengakhiri, pada wanita diatas 35 tahun atau sudah memiliki anak

cukup dan banyak dan cukup biasanya memilih alat kontrasepsi jangka

panjang, tetapi kebanyakan masih enggan untuk memakai kontap dan

memilih IUD dan inplant (Sulistyawati, 2012)

2.3.5 Dukungan Suami

Dukungan adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang

diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu

bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.Dalam

melaksanakan Keluarga Berencana, dukungan suami sangat diperlukan. Seperti

diketahui di Indonesia, keputusan suami dalam mengizinkan isteri adalah

pedoman penting bagi si isteri untuk menggunakan alat kontrasepsi. Bila suami

tidak mengizinkan atau mendukung, hanya sedikit isteri yang berani untuk tetap

memasang alat kontrasepsi tersebut.

Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan

menggunakan atau tidak dan metode apa yang akan dipakai.Menurut BKKBN

(2007) dalam Faridah (2008), bentuk dukungan suami terhadap isteri dalam

menggunakan alat kontrasepsi meliputi:

a. Memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi sesuai dengan keinginan

dan kondisi isterinya.

b. Membantu isterinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar, seperti

mengingatkan saat minum pil KB dan mengingatkan isteri untuk kontrol,

membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun

komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi.

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

c. Mengantar isteri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan.

Misalnya isteri sudah waktunya kontrol KB dan suami siap mengantar isteri

ke bidan terdekat atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

d. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti tidak

memuaskan, misalnya suami menyarankan isteri untuk memakai kontrasepsi

yang lain karena istrinya sering mengalami efek samping saat memakai

kontrasepsi yang digunakan sekarang.

e. Membantu menghitung waktu subur, apabila menggunakan metode pantang

berkala.

2.3.6 Pekerjaan

Pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang

dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk

suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam

bentukuang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan

dianggap sama dengan profesi.Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun

waktu yang lama disebut sebagai karier.

Wanita yang bekerja memiliki nilai waktu yang mahal sehingga

kesempatan untuk mengurus anak lebih sedikit dibanding wanita yang tidak

bekerja, dan wanita yang bekerja akan cenderung membatasi jumlah anak.

Bekerja akan terjadi interaksi dengan lingkungan luar sehingga akan

mempengaruhi tingkat motivasi seseorang. Lingkungan adalah segala sesuatu

yang ada di sekitar individu baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan

sosial. Partisipasi suami dalam program KB dan kesehatan reproduksi merupakan

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

faktor yang berperan dalam mewujudkan suami yang bertanggung jawab dalam

KB dan kesehatan reproduksi.

2.3.7 Informasi Petugas Kesehatan

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE). Keluarga Berencana yang

dilaksanakan oleh pihak kesehatan termasuk dalam pelaksanaan penyuluhan

kesehatan pada umumnya. Dalam melaksanakan program Keluarga Berencana,

perlu diperhatikan bahwa bidang tanggung jawab kesehatan mencakup segi-segi

pelayanan media teknis dan pembinaan partisipasi masyarakat. Agar partisipasi

masyarakat dapat dicapai, perlu adanya usaha-usaha penyuluhan kepada

masyarakat secara intensif, terutama yang ditujukan kepada golongan – golongan

yang datang ke klinik dan masyarakat di lingkungan klinik.

Tujuan penyuluhan kesehatan dalam Keluarga Berencana adalah agar

masyarakat dapat menjadikan Keluarga Berencana sebagai pola kehidupan,

artinya masyarakat mengetahui, memahami, serta menyadari pentingnya

Keluarga Berencana sehingga mau melaksanakannya untuk kesehatan dan

kesejahteraan bagi keluarganya, masyarakat, serta negara pada umumnya.

Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah :

a. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah.

b. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu (status pendidikan,

social ekonomi dan emosi) sebagaimana adanya.

c. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah

dipahami.

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

d. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari

kehidupan sehari-hari.

e. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang dimiliki ibu

Setiap penggunaan kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak reproduksi

individu dan pasangannya sehingga harus diawali dengan pemberian informasi

yang lengkap. Informasi yang diberikan kepada klien harus disampaikan

selengkap-lengkapnya, jujur, dan benar tentang metode kontrasepsi yang akan

digunakan. Dalam memberikan informasi ini penting sekali adanya komunikasi

verbal antara petugas kesehatan dengan klien. Ada anggapa banyak klien sering

melupakan informasi lisan yang telah diberikan oleh petugas kesehatan. Oleh

sebab itu, untuk mencegah hal tersebut perlu diberikan informasi tertulis jika

perlu, dibacakan kembali.

2.3.8 Biaya Pelayanan

Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk

menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang

diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dari pengertian

diatas maka biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yakni:

a. Penyedia pelayanan kesehatan

Biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan kesehatan adalah besarnya

dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan.

b. Pemakai jasa pelayanan kesehatan

Biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan adalah besarnya dana yang

harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan.

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

Sumber Biaya Kesehatan. Secara umum sumber biaya kesehatan ini dapat

dibedakan atas dua macam:

a. Seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah

Tergantung dari sistem pemerintahan yang dianut, ditemukan di negara yang

bersumber biaya kesehatannya sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah.

b. Sebagian di tanggung oleh masyarakat

Pada beberapa negara sumber biaya kesehatan juga berasal dari masyarakat.

Pada negara seperti ini masyarakat diajak berperan serta, baik dalam

menyelenggarakan upaya kesehatan maupun dalam pemanfaatan jasa

pelayanan kesehatan.

Macam-macam Biaya Kesehatan. Biaya kesehatan banyak ragamnya,

tergantung pada kompleksitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan

dimanfaatkan oleh masyarakat. Secara umum biaya kesehatan dibedakan atas dua

macam:

a. Biaya pelayanan kedokteran

Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan dan

atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, yakni yang tujuan utamanya untuk

mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan penderita.

b. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat

Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan

atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat, yakn dengan tujuan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah

penyakit.

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

Syarat pokok pembiayaan kesehatan. Suatu biaya kesehatan yang baik

haruslah memenuhi beberapa syarat pokok yakni:

a. Jumlah

Tersedianya dana dalam jumlah yang cukup dalam arti dapat membiayai

penyelenggaraan seluruh upaya kesehatan yang dibutuhkan serta tidak

menyulitkan masyarakat yang memanfaatkannya.

b. Penyebaran

Mobilisasi dana kesehatan yang ada sesuai dengan kebutuhan.

c. Pemanfaatan

Alokasi dana pelayanan disesuaikan dengan tingkat pemanfaatan pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan.

Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang diinginkannya.

Faktor biaya untuk memperoleh kontrasepsi terkadang menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi klien dalam menentukan pilihan kontrasepsi yang akan

digunakan. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai

faktor, termasuk faktor biaya, pendapatan keluarga yang memadai akan

menunjang pilihan ibu terhadap pemilihan kontrasepsi, karena tidak ada beban

dalam menggunakan kontrasepsi, sebaliknya jika pendapat keluarga kurang

memadai terkadang klien enggan menggunakan kontrasepsi karena tidak

tersedianya pendapatan yang akan digunakan untuk menggunakan kontrasepsi.

2.3.9 Sosial Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta; buddhayah, yaitu

bentuk jamak dari kata budhi atau budi dan akal. Jadi budaya adalah segala

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

sesuatu yang dihasilkan oleh akal dan budi tersebut. Kebudayaan adalah

keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka

kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. (Prof.

Koentjaraningrat)

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan

dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,

sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh

manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda

yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,

organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk

membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya,

dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah

dari kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang

dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul

kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat

manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang

disukai. Budaya mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi. Umumnya

masyarakat lebih memilih mengikuti budayanya daripada memilih kontrasepsi-

kontrasepsi yang telah dijelaskan oleh petugas kesehatan, misalnya bidan.

Padahal pemilihan kontrasepsi karena pengaruh budaya itu belum tentu sesuai

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

dengan kondisi atau kebutuhan ibu yang mengakibatkan terjadinya gangguan

fisiologi pada ibu tersebut.

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

2.4 Kerangka Konsep

Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan

suatu pengertian.Oleh sebab itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara

langsung.Agar dapat diamati dan dapat diukur, maka konsep tersebut harus

dijabarkan ke dalam variabel-variabel.Dari variabel itulah konsep dapat diamati

dan diukur (Notoatmodjo, 2012).

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor Determinan yang Berhubungan Dengan

Minat Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap Pemakaian Kontrasepsi

Implant

Faktor Predisposisi

a. Umur

b. Pendidikan

c. Pekerjaan

d. Paritas

e. Sosial Budaya

f. Pengetahuan

Faktor Penguat

g. Informasi Petugas

Kesehatan

h. Dukungan Suami

Pemakaian Metode

Kontrasepsi

Implant

Minat

Tidak Berminat

Faktor Pemungkin

a. Biaya Pelayanan

Page 32: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan KB di Indonesia …perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420014/BAB... · menganjurkan pengaturan ... kemampuan untuk kembali

2.5 Hipotesis Penelitian

H1 : Ada hubungan antara faktor determinan terhadap minat wanita pasangan

usia subur (PUS) terhadap pemakaian kontrasepsi implant.

H0 : Tidak ada hubungan antara faktor determinan terhadap minat wanita

pasangan usia subur (PUS) terhadap pemakaian kontrasepsi implant.