BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1...

46
13 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1. Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengatur dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urut dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yg di inginkan. Menurut George R Tery, manajemen adalah proses sesuatu atau yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan planning, organizing, actuating dan controlling. Bidang yang digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan yang diikuti secara berurutan dalam rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Menurut Azrul Azwar, Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan petugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan. Menurut H. Kooonzs Donnel manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan, yang dilakukan melalui orang lain. Manajemen di titik beratkan pada usaha memanfaatkan orang lain dalam pencapaian tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka orang- orang dalam organisasi harus jelas wewenang, tanggung jawab dan tugas pekerjaaan. Menurut Notoatmodjo Soekidjo, manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. 13 Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Logistik

2.1.1. Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengatur

dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urut dari fungsi-fungsi manajemen

itu. Jadi manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yg di

inginkan. Menurut George R Tery, manajemen adalah proses sesuatu atau yang khas

yang terdiri dari tindakan-tindakan planning, organizing, actuating dan controlling.

Bidang yang digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan yang diikuti

secara berurutan dalam rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Menurut Azrul Azwar, Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu

seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan petugas kesehatan guna

meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan. Menurut H.

Kooonzs Donnel manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan, yang

dilakukan melalui orang lain. Manajemen di titik beratkan pada usaha memanfaatkan

orang lain dalam pencapaian tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka orang-

orang dalam organisasi harus jelas wewenang, tanggung jawab dan tugas pekerjaaan.

Menurut Notoatmodjo Soekidjo, manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan

manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang menjadi objek

atau sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat.

13

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

14

2.2. Pengertian Manajemen Logistik

Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses

mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,

penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat (subagya : 1994).

Martin (1988) mengartikan manajemen logistiksebagai proses yang secara

strategik mengatur pengadaan bahan (procurement), perpindahan dan penyimpanan

bahan, komponen dan penyimpanan barang jadi (dan informasi terkait) melalui

organisasi dan jaringan pemasarannya dengan cara tertentu

Menurut Indrawati (1999) ”Manajemen logistik obat adalah proses pengelolaan

yang strategis mengenai pengadaan, distribusi dan penyimpanan obat dalam upaya

mencapai kinerja yang optimal”.

2.2.1. Dasar-dasar Fungsi Manajemen Logistik Obat

Pengelolaan obat merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk

mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan obat dapat terwujud

dengan baik apabila didukung dengan kemampuan sumber daya yang tersedia dalam

suatu sistem. Tujuan utama pengelolaan obat Kabupaten / Kota adalah tersedianya

obat yang berkualitas baik, tersebar secara merata, jenis dan jumlah sesuai dengan

kebutuhan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat di unit pelayanan kesehatan.

(Badan pengawas obat dan makanan, 2001)

Menurut badan pengawasan obat dan makanan (2001), pengelolaan obat

yang efektif dan efisien diharapkan dapat menjamin :

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

15

1. Tersedianya rencana kebutuhan jenis dan jumlah obat sesuai dengan kebutuhan

PKD di Kabupaten / Kota

2. Tersedianya anggaran pengadaan obat yang dibutuhkan sesuai dengan waktunya

3. Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien

4. Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik

5. Terjaminnya pendistribusian obat yang efektif dengan waktu tunggu (lead time)

yang pendek

6. Terpenuhinya kebutuhan obat yang mendukung PKD sesuai dengan jenis, jumlah

dan waktu yang dibutuhkan

7. Tersedianya sumber daya manusia (SDM) dengan jumlah dan kualifikasi yang

tepat.

8. Digunakannya obat secara rasional sesuai dengan pedoman yang disepakati.

9. Tersedianya informasi pengelolaan dan penggunaan obat yang sahih, akurat dan

mutkakhir.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Sistem Pengelolaan dan Penggunaan

Obat Kabupaten / Kota mempunyai 4 fungsi dasar, yaitu : perumusan kebutuhan

(selection), pengadaan (procurement), distribusi (distribution) dan penggunaan obat

(use). Keempat fungsi tersebut didukung oleh penunjang pengelolaan yang terdiri dari

organisasi (organization), pembiayaan dan kesinambungan (financing

andsustainability), pengelolaan informasi (information management) danpengelolaan

dan pengembangan SDM (human resources magament). Pelaksanaan keempat fungsi

dasar dan keempat elemen sistem pendukung pengelolaan tersebut didasarkan pada

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

16

kebijakan (policy) dan atau peraturan perundangan yang mantap serta didukung oleh

kepedulian masyarakat dan petugas kesehatan terhadap program bidang obat dan

pengobatan. Hubungan antara fungsi, sistem pendukung dan dasar pengelolaan obat

dapat digambarkan seperti skema berikut :

Seleksi

Organisasi,

Pembiayaan, Manajemen Informasi,

SDM

Penggunaan Pengadaan

Distribusi

Kebijakan dan Perundang-undangan

Gambar 2.1. Siklus Pengelolaan Obat

Sumber : Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2001

Pada prinsipnya perencanaan obat merupakan suatu proses kegiatan

menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pengadaan obat agar sesuai dengan

kebutuhan untuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Adapun tujuan

perencanaan pengadaan obat antara lain Untuk :

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

17

1. Mengetahui jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai dengan kebutuhan,

2. Menghindari terjadinya kekosongan obat,

3. Meningkatkan penggunaan obat yang rasional,

4. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Ditjen Yanfar dan Alkes Depkes RI)

menyebutkan bahwa perencanaan pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan

adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan obat publik dan

perbekalan kesehatan. Tujuan perencanaan pengadaan obat publik dan perbekalan

kesehatan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola

penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang

telah ditetapkan. Proses perencanaan pengadaan obat publik dan perbekalan

kesehatan diawali dari data yang disampaikan Puskesmas ke Unit Pengelola Obat /

Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang selanjutnya dokompilasi

menjadi rencana kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan Kabupaten / Kota

yang dilengkapi dengan teknik-teknik perhitungannya(KepmenkesRI

No.1.412/Menkes/SK/XI/2002).

Disamping itu Ditjen Yanfar dan Alkes Depkes RI juga mengatakan bahwa

perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh

Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Puskesmas. Data mutasi obat yang

dihasilkan oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor dalam mempertimbangkan

perencanaan kebutuhan obat tahunan. Data ini sangat penting untuk perencanaan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

18

kebutuhan obat di Puskesmas. Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan

berpengaruh terhadap ketersediaan dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di

Kabupatan / Kota. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun, Puskesmas

diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian

dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yaitu formulir yang lazim digunakan di unit

pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah.

Badan Pengawas Obat dan Makanan menyebutkan bahwa perencanaan

kebutuhan obat adalah salah satu aspek penting dan menentukan dalam pengelolaan

obat karena perencanaan kebutuhan akan mempengaruhi pengadaan, pendistribusian

dan penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan. Tujuan perencanaan kebutuhan

obat adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan

kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah

ditetapkan. (Badan pengawas obat dan makanan, 2001).

Dalam UU RI Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan kaitan dengan

perencanaan obat, Bab V bagian ke-11 pasal 40 menyebutkan bahwa Sediaan farmasi

yang berupa obat dan bahan obat harus memenuhi syarat Farmakologi Indonesia (FI)

dan atau buku standar lain.

Menurut Kristin (2002) ada enam langkah utama yang harus dilakukan dalam

proses perencanaan obat :

1. Menetapkan Tim Perencanaan Logistik

2. Menetapkan tujuan perencanaan logistik obat

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

19

3. Menetapkan prioritas

4. Menggambarkan keadaan setempat dan ketersediaan sumber daya

5. Mengidentifikasi kelemahan dalam proses logistik

6. Membuat rancangan perbaikan

Data yang diperlukan untuk mendukung proses proses perencanaan obat

antara lain :

1. Data populasi total di suatu wilayah dan rata-rata pertumbuhan penduduk per

tahun.

2. Data status kesehatan yang menyangkut angka penyakit terbanyak pada dewasa

dan anak.

3. Data yang berkaitan dengan obat, seperti jumlah penulis resep (prescriber),

jumlah biaya yang tersedia, jumlah farmasis dan asisten apoteker dan jumlah item

obat yang tersedia di pasaran.

2.2.2. Fungsi Dasar Manajemen Logistik dalam Pengelolaan Obat

2.2.2.1.Perumusan Kebutuhan atau Perencanaan

Proses perencanaan kebutuhan obat merupakan kegiatan utama sebelum

melakukan proses pengadaan obat. Langkah-langkah yang diperlukan dalam kegiatan

perencanaan kebutuhan obat berdasarkan Kepmenkes RI No. 1121/Menkes/SK/XII

tahun 2008, antara lain :

1. Tahap Pemilihan Obat

Fungsi pemilihan/seleksi obat adalah untuk menentukan obat yang benar-

benar diperlukan sesuai dengan pola penyakit. Untuk mendapat perencanaan obat

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

20

yang tepat, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yang

meliputi :

a. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medis dan statistik yang memberikan

efek terapi jauh lebih baik dibandingkan dengan risiko efek samping yang

ditimbulkan

b. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin untuk menghindari duplikasi dan

kesamaan jenis. Apabila terdapat beberapa jenis obat dengan indikasi yang sama

dalam jumlah banyak, maka kita memilih berdasarkan Drug of Choice dari

penyakit yang prevalensinya tinggi.

c. Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk terapi yang lebih baik

d. Menghindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi tersebut

mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.

Kriteria pemilihan obat:

Sebelum melakukan perencanaan obat perlu diperhatikan kriteria yang

dipergunakan sebagai acuan dalam pemilihan obat, yaitu:

a. Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit

b. Obat memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti ilmiah

c. Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal

d. Obat memiliki mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas maupun

bioavailabilitasnya

e. Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dan biaya yang baik

f. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa maka

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

21

pilihan diberikan kepada obat yang :

• Sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah

• Sifat farmakokinetiknya diketahui paling banyak menguntungkan

• Stabilitas yang baik

• Paling mudah diperoleh

g. Harga terjangkau

h. Obat sedapat mungkin sediaan tunggal

Untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi harus mempertimbangkan:

a. Kontra Indikasi

b. Peringatan dan Perhatian

c. Efek samping

d. Stabilitas

Pemilihan obat didasarkan pada obat generik terutama yang tercantum dalam

Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dengan berpedoman pada harga yang

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yang masih berlaku.

2. Tahapan Kompilasi Pemakaian Obat

Kompilasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data pemakaian obat diunit

pelayanan kesehatan, yang bersumber dari laporan pemakaian dan Lembar

Permintaan Obat (LPLPO). Kompilasi pemakaian obat dapat digunakan sebagai dasar

untuk menghitung stok optimum.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

22

Informasi yang diperoleh adalah :

a. Pemakaian tiap jenis obat masing-masing unit pelayanan kesehatan/puskesmas

pertahun

b. Presentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakain setahun seluruh

unit pelayanan kesehatan/puskesmas

c. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat kabupaten/kota secara

periodik.

3. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat

Dalam merencanakan kebutuhan obat perlu dilakukan perhitungan secara

tepat. Perhitungan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan menggunakan metode

konsumsi dan atau metode morbiditas.

a. Metode konsumsi

Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat

tahun sebelumnya. Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan

metode konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Pengumpulan dan pengolahan data

2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi

3) Perhitungan perkirakan kebutuhan obat

4) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana

Untuk memperoleh data kebutuhan obat yang medekati ketepatan, perlu dilakukan

analisa trend pemakaian obat 3 (tiga) tahun sebelumnya atau lebih.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

23

Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode konsumsi :

1) Daftar obat

2) Stok awal

3) Penerimaan

4) Pengeluaran

5) Sisa stok

6) Obat hilang/rusak, kadaluarsa

7) Kekosongan obat

8) Pemakaian rata-rata/pergerakan obat pertahun

9) Waktu tunggu

10) Stok pengaman

11) Perkembangan pola kunjungan

Rumus:

A = ( B+C+D) – E

Ket: A = Rencana Pengadaan

B = Pemakaian rata-rata x 12 Bulan

C = Stok pengaman 10% - 20 %

D = Waktu tunggu 3 - 6 Bulan

E = Sisa Stok

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

24

b. Metode Morbiditas

Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.

Faktor- faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit, waktu

tunggu, dan stok pengaman.

Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas adalah :

1) Menetapkan pola penyakit berdasarkan kelompok umur – penyakit

2) Menyiapkan data populasi penduduk

Komposisi demografi dari populasi yang akan di klasifikasikan berdasarkan

jenis kelamin untuk umur antara :

• 0 s/d 4 tahun

• 5 s/d 14 tahun

• 15 s/d 44 tahun

• ≥ 45 tahun

3) Menyediakan data masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh populasi

pada kelompok umur yang ada

4) Menghitung frekuensi kejadian masing- masing penyakit pertahun untuk

seluruh populasi pada kelompok umur yang ada

5) Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat

menggunakan pedoman pengobatan yang ada.

6) Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahunanggaran yang akan

datang.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

25

4. Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat

Proyeksi kebutuhan obat adalah perhitungan kebutuhan obat secara

komprehensif dengan mempertimbangkan data pemakaian obat dan jumlah sisa stok

pada periode yang masih berjalan dari berbagai sumber anggaran.

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Menetapkan perkiraan stok akhir periode yang akan datang. Stok akhir

diperkirakan sama dengan hasil perkalian antara waktu tunggu dengan estimasi

pemakaian rata-rata/bulan ditambah stok pengaman.

b. Menghitung perkiraan kebutuhan pengadaan obat periode tahun yang kan datang.

Perkiraan kebutuhan pengadaan obat tahun yang akan datang dapat dirumuskan

sebagai berikut :

a = b + c + d – e -f

Ket :

a = Perkiraan kebutuhan pengadaan obat tahun yang akan datang

b = Kebutuhan obat dan pembekalan kesehatan untuk sisa periode berjalan (sesuai

tahun anggaran yang bersangkutan)

c = Kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang

d = Perkiraan stok akhir tahun (waktu tunggu dan stok pengaman)

e = Stok awal periode berjalan atau sisa stok per 31 Desember tahun sebelumnya

di unit pengelola obat

f = Rencana penerimaan obat pada periode berjalan (Januari s/d desember)

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

26

c. Menghitung perkiraan anggaran untuk total kebutuhan obat dengan cara :

1) Melakukan analisis ABC – VEN

2) Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan dengan anggaran

yang tersedia.

d. Pengalokasian kebutuhan obat berdasarkan sumber anggaran dengan melakukan

kegiatan :

1) Menetapkan kebutuhan anggaran untuk masing – masing obat terhadap total

anggaran dari semua sumber

2) Menghitung presentase anggaran masing – masing obat terhadap total

anggaran dari semua sumber

3) Menghitung presentase anggaran masing – masing obat terhadap total

anggaran dari semua sumber.

e. Mengisi lembar kerja perencanaan pengadaan obat, dengan menggunakan formulir

lembar kerja perencanaan pengadaan obat

5. Tahap Penyesuaian Rencana Pengadaan Obat

Dengan melaksanakan penyesuaian rencana pengadaan obat dengan jumlah

dana yang tersedia maka informasi yang didapat adalah jumlah rencana pengadaan,

skala prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasan, untuk rencana

pengadaan obat tahun yang akan datang. Beberapa teknik manajemen untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dana dalam perencanaan

kebutuhan obat adalah dengan cara :

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

27

a. Analisa ABC

Berdasarkan berbagai pengamatan dalam pengelolaan obat, yang paling banyak

ditemukan adalah tingkat konsumsi pertahun hanya diwakili oleh relatif sejumlah

kecil item. Sebagai contoh, dari pengamatan terhadap pengadaan obat dijumpai

bahwa sebagian besar dana obat (70%) digunakan untuk pengadaan, 10% dari

jenis/item obat yang paling banyak digunakan sedangkan sisanya sekitar 90%

jenis/item obat menggunakan dana sebesar 30%. Oleh karena itu analisa ABC

mengelompokkan item obat berdasarkan kebutuhan dananya yaitu :

Kelompok A :

Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya

menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah dana obat keseluruhan.

Kelompok B :

Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya

menunjukkan penyerapan dana sekitar 20% dari jumlah dana obat keseluruhan.

Kelompok C :

Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya

menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah dana obat keseluruhan.

Langkah – langkah menentukan kelompok A, B dan C

1) Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing obat dengan cara

mengalikan kuantuk obat dengan harga obat.

2) Tentukan rangkingnya mulai dari yang terbesar dananya sampai yang terkecil

3) Hitung presentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

28

4) Hitung kumulasi persennya

5) Obat kelompok A termasuk dalam konsumsi 70%

6) Obat kelompok B termasuk dalam konsumsi > 70% s/d 90%

7) Obat kelompok B termasuk dalam konsumsi > 90% s/d 100%

b. Analisa VEN

Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang terbatas

adalah dengan mengelompokkan obat yang didasarkan kepada dampak tiap jenis

obat pada kesehatan. Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat

dikelompokkan kedalam tiga kelompok berikut :

Kelompok V

Adalah kelompok obat vital, yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:

• Obat penyelamat (life saving drugs)

• Obat untuk pelayanan kesehatan pokok (vaksin, dll)

• Obat untuk mengatasi penyakit-penyakitpenyebab kematian terbesar

Kelompok E

Adalah kelompok obat yang bekerja kausal, yaitu obat yang bekerja pada

sumber penyebab penyakit.

Kelompok N

Merupakan obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan biasa

dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan.

Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan untuk :

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

29

a. Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang tersedia. Obat-

obatan yang perlu ditambah atau dikurangi dapat didasarkan atas

pengelompokkan obat menurut VEN.

b. Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok V agar

diusahakan tidak terjadi kekosongan obat. Untuk menyusun daftar VEN perlu

ditentukan lebih dahulu kriteria penentuan VEN. Kriteria sebaiknya disusun oleh

suatu tim. Dalam menentukan kriteria perlu dipertimbangkan kondisi dan

kebutuhan masing-masing wilayah.

Kriteria yang disusun dapat mencakup berbagai aspek antara lain :

• Klinis

• Konsumsi

• Target kondisi

• Biaya

Langkah – langkah menentukan VEN

• Menyusun kriteria menentukan VEN

• Menyediakan data pola penyakit

• Merujuk pada pedoman pengobatan

Kristinmenuliskan bahwa untuk melakukan perencanaan kebutuhan obat harus

mengetahui jelas dasar-dasarnya misalnya antara lain seleksi obat, obat esensial,

perkiraan kebutuhan obat,jaminan mutu, seleksi penyedia (supplier) dan formularium.

Ketersediaan obat secara luas dan murah merupakan salah satu indikator penting

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

30

dalam upaya pelayanan kesehatan. Sebab obat bukan hanya untuk menyembuhkan

penderita saja, akan tetapi secara tidak langsung obat berguna untuk mencegah,

mengurangi, menekan dan memberantas berbagai jenis penyakit. Oleh karena itu obat

perlu dikelola secara efektif dan efisien agar dapat mencapai sasaran yang

diharapkan. Masalah yang sering dihadapi diantaranya bagaimana melakukan

perencanaan kebutuhan obat, jenis obat apa saja yang harus disediakan, bagaimana

memperkirakan kebutuhan obat di berbagai populasi dan bagaimana menjamin mutu

dan keamanan obat bagi setiap individu penggunanya. Masalah bisa ditanggulangi

apabila proses perencanaan suplai obat didasarkan pada kriteria tententu. Pada

kenyataannya proses perencanaan kebutuhan obat bukan merupakan hal yang mudah,

karena suplai obat merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus dan

berkaitan dengan komponen lain. Misalnya sebelum merencanakan kebutuhan obat

harus mengetahui informasi tentang besar populasi yang akan dicakup, pola

morbiditas dan mortalitas penyakit (angka kesakitan dan kematian akibat penyakit),

anggaran yang tersedia serta perkiraan obat yang dibutuhkan di masa mendatang.

Perkiraan kebutuhan obat dalam suatu populasi harus ditetapkan dan ditelaah

secara rutin agar penyediaan obat sesuai dengan kebutuhan. Ada tiga metode untuk

memperkirakan kebutuhan obat dalam populasi :

1. Berdasarkan prevalensi penyakit dalam populasi (population based) Population

based merupakan metode penghitungan kebutuhan obatberdasarkan prevalensi

penyakit dalam masyarakat dan menggunakan pedoman pengobatan yang baku

untuk memperkirakan jumlah obat yang diperlukan. Penghitungan dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

31

metode ini diperlukan data akurat mengenai data prevalensi penyakit yang sering

diderita oleh masyarakat termasuk kelompok umur yang rentan terhadap masing-

masing penyakit. Hal ini tentu diperlukan survai atau pengumpulan data rutin

mengenai pola epidemiologi penyakit (morbiditas dan mortalitas) di daerah

setempat. Population based merupakan metode ideal untuk menghitung

kebutuhan obat secara riil. Untuk dapat menggunakan metode ini diperlukan

ketersediaan dana yang cukup untuk mengatasi setiap morbiditas penyakit secara

adekuat.

2. Berdasarkan jenis pelayanan kesehatan (service based)

Service based merupakan metode penghitungan kebutuhan obatberdasarkan jenis

pelayanan kesehatan yang teredia serta jenis penyakit yang pada umumnya

ditangani oleh masing-masing pusat pelayanan kesehatan. Berbeda dengan

metode population based yang berdasarkan pola epidemiologi penyakit, service

based lebih mendasarkan pada jumlah dan jenis pelayanan kesehatan yang ada.

Secara teknis metode ini lebih tertuju pada kondisi penyakit tertentu yang

ditangani oleh unit pelayanan kesehatan yang ada, yang biasanya hanya

menyediakan jenis pelayanan kesehatan tertentu saja. Metode ini kurang

menggambarkan kebutuhan obat dalam populasi yang sebenarnya, karena pola

penyakit masyarakat yang tidak berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan tidak

tergambarkan dengan baik.

3. Berdasarkan pemakaian obat tahun sebelumnya (consumption based)

Consumption based merupakan penghitungan kebutuhan obatberdasarkan pada

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

32

data pemaikaian obat tahun sebelumnya. Perkiraan kebutuhan obat dengan

metode ini pada umumnya bermanfaat bila data penggunaan obat dari tahun ke

tahun tersedia secara lengkap dan konsumsi di unit pelayanan kesehatan bersifat

konstan atau tidak fluktuatif.

2.2.2.2.Pengadaan (Procurement)

Pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan merupakan proses untuk

penyediaan obat yang dibutuhkan di Unit Pelayanan Kesehatan. Pengadaan obat

publik dan perbekalan kesehatan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kesehatan

Propinsi dan Kabupaten / Kota sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Pelaksanaan

Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah dan Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara.

Tujuan pengadaan obat adalah :

1. Tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan

pelayanan kesehatan

2. Mutu obat terjamin

3. Obat dapat diperoleh pada saat dibutuhkan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan obat antara lain:

1. Kriteria obat publik dan perbekalan kesehatan

2. Persyaratan pemasok

3. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat

4. Penerimaan dan pemeriksaan obat

5. Pemantauan status pesanan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

33

Ada beberapa kriteria obat publik dan perbekalan kesehatan antaralain :

1. Obat termasuk dalam Daftar Obat Publik, Obat Program Kesehatan, Obat

Generik yang tercantum dalam DOEN yang masih berlaku

2. Obat telah memiliki Izin Edar atau Nomor Regristrasi dari Departemen

Kesehatan RI

3. Batas kedaluwarsa obat pada saat pengadaan minimal 3 tahun dan dapat

ditambah 6 bulan sebelum berakhirnya masa kedaluwarsa untuk diganti dengan

obat yang masa kedaluwarsanya lebih jauh

4. Obat memiliki Sertifikat Analisa dan Uji Mutu yang sesuai dengan nomor batch

masing-masing produk

5. Obat diproduksi oleh Industri Farmasi yang memiliki Sertifikat CPOB

6. Obat termasuk dalam katagori VEN

Listiani mengatakan bahwa hasil evaluasi pengadaan obat padatahun 2001

terdapat beberapa hal antara lain :

1. Penyediaan kebutuhan obat masih terkesan klasik dalam arti kurang variatif dan

belum sepenuhnya mengakomodir kebutuhan

2. Banyak mengacu pada kebutuhan tahun lalu dengan pertimbangan berdasarkan

konsumsi tahun lalu dan trend penyakit

3. Belum menggambarakan inovasi akibat masih dalam “mencari pola”

4. Ketidakjelasan informasi sehingga masih mengintip dan mencari informasi

apakah pusat dan propinsi akan juga mengirimkan obat.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

34

Berkaitan dengan hal tersebut, beberapa upaya yang perludilakukan

antara lain :

1. Perencanaan kebutuhan obat memerlukan strategi yang dapat mengakomodir

kebutuhan masyarakat dan lingkungan. Perencanaan yang sekarang masih

mencari pola baru dan masih belum mengacu konsep dasar ilmiah yang

seharusnya dilakukan

2. Keraguan dari pelaksana dalam mencari bentuk perencanaan di era otonomi

daerah yang dapat mengakomodir antara riil kebutuhan masyarakat dan dari

pelaksana Puskesmas yang semakin beragam permintaan

3. Ke depan diperlukan Tim Perencanaan Kebutuhan Obat di Kabupaten / Kota yang

akan menyeleksi usulan dari Puskesmas dan dengan informasi langsung dari

Instalasi Farmasi, sebagai penunjangdiperlukan Sistem Informasi Perencanaan

Kebutuhan Obat.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

35

Prosedur pengadaan obat yang telah berjalan selama ini dapatdigambarkan

dalam skema berikut.

Gambar 2.2. Prosedur Pengobatan

Pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan

Dasar (PKD) dibiayai oleh berbagai sumber anggaran. Oleh karena itu koordinasi dan

keterpaduan perencanaan pengadaan obat publik mutlak diperlukan, sehingga

pembentukan Tim Perencanaan Obat terpadu merupakan suatu kebutuhan dalam

rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana obat melalui

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

36

koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antar instansi terkait dengan masalah obat di

setiap Kabupaten / Kota.(Kepmenkes RI No. 1412/Menkes/SK/2002).

Manfaat Perencanaan Obat terpadu antara lain:

1. Menghindari tumpah tindih penggunaan anggaran

2. Keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan perencanaan

3. Kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran

4. Estimasi kebutuhan obat lebih tepat

5. Koordinasi antara penyedia anggaran dan pemakai obat

6. Pemanfaatan dana pengadaan obat dapat lebih optimal

Adapun susunan Tim Perencanaan Obat Terpadu terdiri dari dari beberapa unsur

antara lain :

1. Ketua : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota

2. Sekretaris : Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota

3. Anggota terdiri dari unsur antara lain :

a. Sekretariat Daerah

b. Badan Perencanaan Daerah

c. Dinas Kesehatan

d. Rumah Sakit Umum Daerah

e. PT Askes Indonesia

f. Kepala Puskesmas

Tugas Tim Perencanaan Obat Terpadu antara lain :

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

37

1. Mengevaluasi semua aspek pengadaan obat tahun sebelumnya

2. Mengevaluasi ketersediaan anggaran dan jumlah pengadaan obat

3. Merencanakan kebutuhan obat berdasarkan estimasi kebutuhan obat publik untuk

Unit Pelayanan Kesehatan Dasar dan Program Kesehatan untuk tahun berikutnya

berdasarkan data dari Unit Pelayanan Kesehatan

Menurut Thabrany (2005), hasil evaluasi Direktorat Jenderal Pengawasan

Obat dan Makanan (Ditjen POM) Depkes RI tahun 1996, terdapat beberapa kendala

dalam pengelolaan obat di Kabupaten / Kota antara lain :

1. Anggaran pengadaan obat dari berbagai sumber untuk pelayanan kesehatan dasar

dan program kesehatan yang ditetapkan oleh Kabupaten / Kota pada umumnya

tidak mencukupi kebutuhan

2. Pengelolaan obat yang berasal dari berbagai sumber anggaran belum berjalan

seperti yang diharapkan

3. Perencanaan obat belum sepenuhnya memperhitungkan semua sumber anggaran

yang ada

4. Pendistribusian obat masih belum memenuhi jadwal distribusi yang ditetapkan

karena keterbatasan dana dan sarana yang ada

5. Penggunaan obat yang irasional. Peresepan obat pada umumnya belum

berdasarkan standar pengobatan yang telah ditetapkan. Apabila penggunaan obat

irasional dapat ditekan, maka dapat menghemat

biaya sebesar 28 %.

2.2.2.3.Distribusi (Distribution)

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

38

Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara

merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan

antara lain :

• Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas (kamar obat,

laboratorium)

• Puskesmas Pembantu

• Puskesmas Keliling

• Posyandu

• Polindes

Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidaklangsung

akan mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan,oleh karena itu harus

ditetappkan prosedur baku pendistribusian bahan logistik, meliputi:

1) Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab mengenai kebenaran dan

kewajaran permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun waktu

penyerahannya. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau

pengeluaran yang tidak perlu.

2) Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab menyetujui permintaan dan

pengeluaran barang dari gudang. Di Rumah Sakit Pemerintah biasanya

penanggung jawab gudang sekaligus bertindak selaku Bendaharawan Barang.

Pendistribusian bahan logistik selain dapat juga dilaksanakan berdasarkan par

level metode, yaitu standarisasi jumlah bahan logistik tertentu untuk ruang tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

39

Kemudian setiap hari petugas gudang mengecek beberapa banyak bahan yang telah di

gunakan, kemudian mengisi kembali agar jumlah bahan tetap

Dalam kegiatan distribusi obat Puskesmas, berhubungan dengan beberapa hal:

– Menentukan frekuensi distribusi

– Menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan

– Melaksanakan penyerahan obat

Pencatatan pendistribusian obat meliputi pencatatan dalam:

• Kartu Rencana Distribusi

• Buku harian pengeluaran obat

• Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

• Surat kiriman obat.

Gambar 2.3. Sistem Distribusi di Kabupaten

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

40

2.2.2.4.Penggunaan (Use)

Penggunaan obat yang dilakukan sesuai dengan permintaan dan jenis penyakit

yang ada. Sehingga di dalam sistem penggunaan, memastikan kebutuhan dan sistem

distribusi sangat menentukan.

2.3.Jenis Penyakit, Obat Pada Keadaan Bencana

2.3.1. Jenis Penyakit

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Buku Peta Bencana di Indonesia,

beberapa jenis penyakit dan kelainan yang sering ditemukan pada keadaan bencana

dan ditempat pengungsian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1Jenis Penyakit Keadaan Bencana di Pengungsian

1. Diare 6. ISPA 11. Campak 2. Thypoid 7. Penyakit Kulit 12. Penyakit mata 3. Kurang gizi 8. Stress 13. Asma 4. Malaria 9. Hipertensi 14. DBD 5. Gastritis 10. Myalgia 15. Tetanus

Melihat jenis penyakit diatas, pada dasarnya merupakan penyakit yang umum

ditemukan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Daftar obat yang tersedia baik di

Puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota relatif dapat mencakup jenis

penyakit diatas.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

41

Tabel 3.2. Jenis Bencana dan Penyakit

No. Jenis Bencana Jenis Penyakit yang Sering Divitis, Ditemukan

1. Banjir Diare / Amubiasis, Dermatitis, ISPA, Asma, Leptospirosis, Conjuctivitis, Gastritis, Trauma/Memar.

2. Longsor Diare / Amubiasis, Dermatitis, ISPA, Asma, Leptospirosis, Conjuctivitis, Gastritis, Trauma/Memar.Leptospirosis, Conjuctivitis, Gastritis, Trauma/Memar, Fraktur Tulang, Luka Sayatan dan Hipoksia.

3. Gempa / Gelombang Tsunami

Luka memar, Luka sayatan, ISPA, Gastritis, Patah Tulang, Malaria, Asma, Penyakit Mata, dan Penyakit Kulit

4. Konflik Sosial (Kerusuhan)/Huru hara

Luka memar, Luka sayatan, luka bacok, Patah tulang, Diare, ISPA, Malaria, Gastritis, Penyakit Kulit, Campak, Hipertensi dan Gangguan Jiwa.

5. Gunung Meletus ISPA, Diare, Conjunctivitis, Luka Bakar

6. Kebakaran : • Hutan • Pemukiman • Bom • Asap

Conjunctivitis, Luka Bakar, Myalgia, Gastritis, Asma dan ISPA.

Selain akibat langsung dari bencana, beberapa penyakit yang sering menjadi

penyebab utama kematian ditempat pengungsian adalah campak, diare, ISPA dan

Malaria. Penyediaan obat untuk keempat jenis penyakit tersebut perlu mendapat

perhatian khusus. (Permenkes RI No.59/Menkes/SK/I/2011)

2.3.2. Jenis Obat yang Harus Disediakan Bencana Erupsi Gunung Sinabung

Berdasarkan jenis bencana dan penyakit sesuai Permenkes

No.59/Menkes/SK/I/2011, maka kita dapat mengklasifikasikan obat yang dibutuhkan

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

42

ketika bencana erupsi gunung Sinabung. Sesuai dengan Pedoman pengobatan Dasar

di puskesmas, 2007 jenis obatnya adalah :

1. ISPA

ISPA singkatan dari saluran pernapasan akut atau URI (under respiratory

infection) adalah penyakit infeksi yang bersifat akut dimana melibatkan organ saluran

pernafasan mulai dari hidung, sinus, laring hingga alveoli.

a. Pneumonia

Penatalaksanaan pneumonia adalah :

1) Kotrimoksazol, dimana dosisnya :

• Bayi 2 – 12 Bulan : 2 x ¼ tablet

• 1 – 3 Tahun : 2 x ½ Tablet

• 3 – 5 Tahun : 2 x 1 Tablet

• > 5 Tahun : 2 x 2 Tablet

2) Antibiotik adalah amoksilin atau ampisilin

3) Pada dewasa diberikan penisilin atau ampisilin 1 gram 4 x sehari jika alergi

penisilin digantikan eritromisin 4 x sehari

4) Masker

b. Non Pneumonia

Penatalaksanaan nya adalah :

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

43

Masker, Dekstrometrorfan tablet dan syrup, GG, CTM, Parasetamol tablet dan

syrup, efedrin Tablet.

c. Influenza

Penatalaksanaan influenza adalah :

1) Parasetamol, dimana dosisnya :

• Anak - anak : 10 mg/kgBB. 3-4 x sehari

• Dewasa : 500 mg 3 x sehari

2) Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder

2. Diare

Diare adalah keadaan buang air dengan banyak cairan dan merupakan gejala

dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lain

Penatalaksanaan Diare adalah :

1) Pada Penderita diare tanpa dehidrasi : (terapi A)

• Berikan cairan ( Oralit) samapi diare Stop, sebagai petunjuk berikan setiap

habis BAB

Anak < 1 tahun : 50 – 100 ml

Anak 1 – 4 tahun : 100 – 200 ml

Anak > 5 Tahun : 200 – 300 ml

Dewasa : 300 – 400 ml

• Meneruskan pemberian ASI bagi bayi

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

44

2) Pada Penderita diare dengan dehidrasi ringan - sedang: (terapi B)

• Oralit diberikan 75 ml/kg BB dalam 3 Jam, jangan dengan botol

3) Pada Penderita diare dengan dehidrasi berat : (terapi C)

• Berikan Ringer laktat (RL) 100 ml yang terbagi dalam beberapa waktu

• NaCl 0,9 %, metronidazol, Infus Set, Abocath, Wing Needle, Handschoen

Tabel 3.3. Pemberian Obat

Umur Pemberian Pertama

30 ml/Kg

Pemberian Kemudian 70 ml/Kg

Bayi (<12 Bulan) Dalam 1 Jam Dalam 5 Jam

> 12 Bulan Dalam 30 Menit 2,5 Jam

3. Conjunctivitis

Penyakit yang menyerang organ penglihatan/Mata.

Penatalaksanaannya conjunctivitis adalah :

• Cloramfenikol tetes mata yang diberikan 4 – 6 kali/hari

• Salep antibiotika Cloramfenikol atau tetrasiklin

4. Luka Bakar

Luka bakar adalah cedera pada jaringan tubuh akibat panas, bahan kimia

maupun arus listrik.

Penatalaksanaan luka bakar adalah :

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

45

• Krim Anti Biotik (seperti Perak Sulfadiazin), Verban/Sofratule,

Amoksisilin/Ampicillin, Plaster, Kapas, Abocath, Cairan Infus (RL, NaCl),

Handschoen, Wing Needle, Alkohol 70%

5. Campak

Penatalaksanaan luka bakar adalah :

• Pemberian Vaksin Campak (bila ada kasus baru), Vitamin A.

6. Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang dsebabkan oleh parasit Plasmodium

yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini

ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopeles betina.

Penatalaksanaan Malaria adalah :

1) Malaria Farciparrum

• Lini 1 : Artesunate + Amodiaguin dosis tunggal Selama 3 Hari +Primakuin

pada hari 1

Artesunate : 4 mg/kgbb/hari

Amodiaquin : 10 mg/kgbb/hari

Primakuin : 0,75 mg/kgbb/hari

• Lini II : Kina Terasiklin/Doksisiklin selama 7 hari + Primakuin pada hari 1

Kina : 10 mg/kgbb/kali (3 x sehari) selama 7 hari

Doksisiklin dewasa : 4 mg/kgbb/kali (2 x sehari) selama 7 hari

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

46

Doksisiklin ( 8 – 14 tahun ) : 2 mg/kgbb/kali (2 x sehari)selama 7 hari

Tetrasiklin : 4 – 5 mg/kgbb/kali (2 x sehari) selama 7 hari

Primakuin : 0,75 mg/kgbb/hari

2) Malaria Vivax

• Lini 1 : Klorokuin dosis tunggal perhari selama 3 hari + Primakuin selama 14

hari

Klorokuin : Hr 1 : 10 mg, Hr 2 : 10 mg, Hr 3 : 5 mg

Primakuin : 0,25 – 0,5 mg/kgbb/hr selama 14 hari

• Lini II : Kina (3 x sehari ) selama 7 hari

• Primakuin : 0,25 mg/kgbb/hr selama 14 hari

3) Malaria Mix ( Malaria Farciparrum + Malaria Vivax)

• Artesunate + Amodiaquin (selama 3 hari) + Primakuin selama 14 hari

Artesunate : 4 mg/kgbb/hari

Amodiaquin : 10 mg/kgbb/hari

Primakuin : 0,25 -0,5 mg/kgbb/hari selama 14 hari

7. Varisela / Cacar

Varisela atau cacar air adalah penyakityang ditandai dengan vesikel dikulit

dan selaput lendir dan menular melalaui percikan ludah dan kontak.

Penatalaksanaan verisela/cacar adalah :

• Paracetamolbila demam sangat tinggi

• Beri bedak salisil 1 %

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

47

• Bila terjadi infeksi sekunder : suntikan penisilin prokain 50.000 IU/kgbb/hr

selama 3 hari atau beri amoksilin 25 – 50 mg/kg/bb/hari peroral

• Bila perlu berikan asiklovir 200 – 400 mg 5x sehari pada awal penyakit selama 7

hari

2.4.Obat

2.4.1. Pengertian Obat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, obat adalah bahan yang digunakan

untuk mengurangi, menghilangkan penyakit atau menyembuhkan seseorang dari

penyakit. (Depdikbud, 1990). Dari pengertian tersebut tampak bahwa pengertian obat

dalam arti yang sempit hanya untuk proses penyembuhan saja. Padahal obat bukan

hanya digunakan untukpenyembuhan terhadap penyakit saja, tetapi juga digunakan

untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan memulihkan kesehatan

bahkan dapat juga digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit.

Menurut Bahfen (2006), bahwa obat merupakan bahan atau campuran bahan

yang digunakan untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, mengobati

penyakit, memulihkan kesehatan dan mendiagnosa suatu penyakit yang dapat

mempengaruhi fungsi tubuh.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Bab I

pasal 1 tidak disebutkan mengenai pengertian obat, tetapi pengertian tentang sediaan

farmasi. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

48

Menurut Anief(2003), definisi obat ialah suatu zat yang digunakan untuk

diagnose pengobatan, melunakan, menyembuhkan atau mencegah penyakit pada

manusia dan hewan.

Beberapa istilah yang perlu diketahui tentang obat, antara lain :

1. Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk,

cairan, salep, tablet, pil, supositoria atau bentuk lain yang mempunyai nama

teknis sesuai dengan Farmako Indonesia (FI) atau buku lain

2. Obat paten yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si

pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang

memproduksinya

3. Obat baru adalah obat yang terdiri atau berisi suatu zat baik sebagai bagian yang

berkhasiat maupun yang tidak berkahasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut,

bahan pembantu (vehiculum) atau komponen lain yang belum dikenal, hingga

tidak diketahui khasiat dan keamanannya

4. Obat esensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat terbanyak yang meliputi diagnosa, profilaksis terapi

dan rehabilitasi

5. Obat generik berlogo adalah obat esensial yang tercantum dalam Daftar Obat

Esensial Nasional (DOEN) dan mutunya terjamin karena diproduksi sesuai

dengan persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan diuji ulang oleh

Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan Depertemen Kesehatan (PPOM Depkes).

PPOM Depkes saat sekarang telah menjadi Badan Pengawasan Obat dan

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

49

Makanan BPOM) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Obat esensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan

pelayanan kesehatan bagi sebagian populasi yang harus tersedia setiap saat dalam

jumlah yang cukup dan harga terjangkau serta memiliki kemanfaatan yang tinggi baik

untuk keperluan diagnostik, profilaksis terapetik dan rehabilitasi (Kepmenkes RI

No.312/Menkes/SK/IX/2013).

2.5.Dinas Kesehatan

2.5.1. Pengertian Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan adalah suatu badan atau organisasi pemerintah yang

memiliki jenjang, mulai dari tingkat Kabupaten sampai dengan tingkat pusat yang

namanya kemenkes. Dinas kesehatan merupakan perpanjangan tangan dari tugas

pokok Kementrian Kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten. Tetapi sehubungan

dengan Otonomi daerah, maka setiap kepala dinas kesehatan dipilih dan tunduk

kepada pemerintah daerah masing-masing.

2.5.2. Struktur Dinas Kesehatan Kabupaten Karo

Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Dipimpin oleh seorang Kepala Dinas Yang

Membawahi 5 Bidang yaitu : Bidang Pelayanan Kesehatan, Bidang Pengendalian dan

peran serta masyarakat, Bidang pengendalian Penyakit, Bidang Kesehatan Keluarga

dan Bidang Kesekretariatan. Dimana masing-masing bidang memiliki bagaian atau

seksi.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

50

Struktur Dinas Kesehatan Kabupaten Karo

Data Olah: Juli 2014

Kepala Dinas Kabupaten Karo

Kabid Pengendalian dan Peran SertaMasyarakat

Kabid Kesehatan Keluarga

Kabid P2PL

Kabid Pelayanan Kesehatan

Seksi Yankes Dasar

Seksi Pengawasan Farmasi dan

Makanan

Seksi Perbekalan Kesehatan

Seksi Kesehatan Keluarga

Seksi Gizi dan Usila

Seksi Usaha Kesehatan Sekolah

Seksi Imunisasi dan Surveilens

Seksi Pengendalian Penyakit

Seksi Kesehatan Lingkungan

Seksi Perencanaan dan Pengendalian

Seksi Data dan Informasi Kesehatan

Seksi Peran SertaMasyarakat dan Promkes

Sekretaris Dinkes

1. Sub Bagian Kepegawaian

2. Sub Bagian Keuangan 3. Sub Bagian Umum dan

Kelengkapan

Universitas Sumatera Utara

Page 39: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

51

2.6.Bencana

Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, bencana didefinisikan sebagai

peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat. Bencana dapat disebabkan oleh faktor alam, faktor non

alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang menyebabkan gangguan

serius pada masyarakat sehingga menyebabkan korban jiwa serta kerugian yang

meluas pada kehidupan manusia baik dari segi materi, ekonomi maupun lingkungan

dan melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi menggunakan

sumber daya yang dimiliki (IDEP, 2007). Berdasarkan penyebabnya, bencana dapat

dikatagorikan menjadi tiga, yaitu bencana alam, bencana sosial dan bencana

campuran.

Bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh kejadian – kejadian

alamiah, seperti gempa bumi, tsunami, gunung berapi, dan angin topan. (IDEP, 2007)

Menurut UU No. 24 Tahun 2007, bencana alam adalah bencana yang diakibatkan

oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain

berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan

tanah longsor (UU No. 24 Tahun 2007). Menurut Priambido (2009) bencana alam

adalah bencana yang disebabkan oleh perubahan kondisi alamiah alam semesta

(angin : topan, badai, putting beliuang; tanah : banjir, tsunami, kekeringan,

perembesan air tanah; api : kebakaran, letusan gunung api). Bencana alam juga

Universitas Sumatera Utara

Page 40: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

52

didefenisikan sebagai peristiwa yang terjadi akibat kerusakan atau ancaman

ekosistem dan terjadi kelebihan kapasitas yang terkena dampaknya. Dapat dijumpai

terputusnya alat penunjang kehidupan (lifeline) dan tidak berfungsinya institusi medis

(Zailani. Dkk, 2009).

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,baik oleh faktor alam dan

/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta dan dampak psikologis

(BNPB, 2008).

Bencana / Disaster juga merupakan suatu peristiwa yang terjadi secara

mendadak dan biasanya tidak terencana yang menimbulkan dampak terhadap pola

kehidupan normal, juga kerusakan lingkungan yang parah sehingga diperlukan

tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan korban yaitu

manusia beserta lingkungannya (zawawi rosyid, 2011).

2.6.1. Klasifikasi Bencana Alam

Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga

jenis, yaitu :

1. Bencana Alam Geologis

Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi

(gaya endogen). Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa

bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

53

2. Bencana Alam Klimatologis

Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang disebabkan oleh

faktor angin dan hujan. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai,

banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami hutan

(bukan oleh manusia).

Gerakan tanah (longsor) termasuk juga bencana alam, walaupun pemicu

utamanya adalah faktor klimatologis (hujan), tetapi gejala awalnya dimulai dari

kondisi geologis (jenis dan karakteristik tanah serta batuan dan sebagainya).

3. Bencana Alam Ekstra-Terestrial

Bencana alam ekstra-terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar angkasa,

contoh : hantaman/impact meteor. Bila hantaman benda-benda langit mengenai

permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi

penduduk bumi (Ekawati, 2005)

2.6.2. Masa Tanggap Darurat

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan

segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan,

yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan

kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan

prasarana dan sarana. ( PP RI No.21 Tahun 2008).

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:

a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan

sumber daya.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

54

Pengkajian secara cepat dan tepat dilakukan untuk menentukan kebutuhan dan

tindakan yang tepat dalam penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat

dilakukan oleh tim kaji cepat berdasarkan penugasan dari kepala BNPB atau

kepala BPBD. Dimana pengkajian dilakukan melalui identifikasi terhadap:

– Cakupan lokasi bencana

– Jumlah korban bencana

– Kerusakan sarana dan prasarana

– Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintah

– Kemampuan sumber daya alam maupun buatan

b. Penentuan status keadaan gawat darurat

Penentuan status keadaan gawat darurat dilaksanakan oleh pemerintah atau

pemerintah daerah sesuai dengan tingkatan bencana, sedangkan untuk tingkat

nasional ditetapkan oleh presiden, tingkat provinsi oleh gubernur, dan tingkat

kabupaten/kota oleh bupati,walikota.

Pada saat status keadaan darurat bencana ditetapkan, BNPB atau BPBD

mempunyai kemudahan akses dibidang :

– Pengerahan sumber daya manusia

– Pengerahan peralatan

– Pengerahan logistik

– Imigrasi, cukai dan karantina

– Perizinan

– Pengadaan barang dan jasa

Universitas Sumatera Utara

Page 43: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

55

– Pengelolaan dan pertanggung jawaban uang dan/atau barang

– Penyelamatan

– Komando untuk memerintah instansi/lembaga.

c. Penyelamatan dan evaluasi masyarakat terkena bencana.

Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana dilakukan melalui usaha

dan kegiatan pencarian, pertolongan, dan penyelamatan masyarakat sebagai

korban akibat bencana dilaksanakan oleh tim reaksi cepat dengan melibatkan

unsur masyarakat dibawah komando komandan penanganan darurat bencana,

sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencananya. Dalam hal terjadinya eskalasi

bencana, BNPB dapat memberikan dukungan kepada BPBD untuk melakukan

penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana. Dan dimana prioritas

masyarakat terkena bencana yang mengalami luka parah dan kelompok rentan.

Terhadap masyarakat terkena bencana yang meninggal dunia dilakukan upaya

identifikasi dan pemakamannya.

d. Pemenuhan kebutuhan dasar

Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi bantuan penyediaan :

– Kebutuhan air bersih dan sanitasi

– Pangan

– Sandang

– Pelayanan kesehatan

– Pelayanan psikologis

– Penampungan serta tempat hunian

Universitas Sumatera Utara

Page 44: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

56

Pemenuhan kebutuhan dasar dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,

masyarakat, lembaga usaha, lembaga internasional dan/atau lembaga asing non

pemerintah sesuai dengan standar minimum.

e. Perlindungan terhadap kelompok rentan

Perlindungan terhadap kelompok rentan dilakukan dengan memberikan prioritas

kepada korban bencana yang mengalami luka parah dan kelompok rentan berupa

penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan dan psikososial.

Upaya perlindungan terhadap kelompok rentan ini dilaksanakan oleh

instansi/lembaga terkait yang dikoordinasikan oleh kepala BNPB dan/atau kepala

BPBD dengan pola pendampingan /fasilitas.

f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital

Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital bertujuan untuk

berfungsinya sarana dan prasarana vital dengan segera, agar kehidupan

masyarakat tetap berlangsung. Pemulihan ini dilakukan oleh instansi/lembaga

terkait yang dikoordinasikan oleh kepala BNPB dan/atau kepala BPBD sesuai

dengan kewenangannya.

2.7.Landasan Teori

1. Menurut Kepmenkes RI No. 1121/Menkes/SK/XII/2008 tahap perhitungan

kebutuhan obat dibagi atas 2(dua) cara yaitu Metode konsumsi dan metode

morbiditas. Dimana metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa

data konsumsi obat tabun sebelumnya, sedangkan metode morbiditas adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 45: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

57

perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.

2. Menurut Kepmenkes RI No.59/Menkes/SK/I/2011 jenis penyakit yang terjadi

dipengungsian tergantung dari jenis bencana yang terjadi. tetapi ada beberapa

penyakit yang sering menjadi penyebab utama kematian ditempat pengungsian

adalah campak, diare, ISPA dan Malaria. Penyediaan obat untuk keempat jenis

penyakit tersebut perlu mendapat perhatian khusus.

3. Dalam pemberian obat dasar di masyarakat terutama posko kesehatan digunakan

pedoman pengobatan dasar di puskesmas. (Depkes RI, 2007)

4. Menurut Perka BNPB No.10 Tahun 2012, perencanaan

pendistribusian/pengangkutan harus melihat berbagai aspek yaitu : jenis dan

jumlah, situasi dan kondisi wilayah tujuan, jarak lokasi tujuan, sumber daya

manusia, jenis sarana/fasilitas transportasi, keamanan dan keselamatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Logistik 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47787/4/Chapter II.pdf · Manajemen di titik beratkan pada usaha ... atau sasaran

58

2.8.Kerangka Berpikir

Terpenuhinya kebutuhan obat di pengungsian

Gambar 2.4. Kerangka Berpikir

Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Sinabung

Perencanaan Kebutuhan Obat Perencanaan Pendistribusian Obat

Menggunakan Metode Morbiditas

Jenis penyakit Berdasarkan Bencana

1. Ispa 2. Diare 3. Conjunctivitis 4. Luka Bakar

Jumlah Populasi/Pengung

gsiBerdasarkan Umur

Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas 2007

Menggunakan Metode Distribusi

1. Jenis dan Jumlah Obat 2. Situasi dan Kondisi Wilayah

Tujuan 3. Jarak Wilayah Tujuan 4. Sumber Daya Manusia 5. Jenis Sarana/Fasilitas

Transportasi 6. Keamanan dan Keselamatan

Universitas Sumatera Utara