BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... -...

19
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1. Pengertian Perilaku Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati. Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup yang bersangkutan). Sedangkan dari segi kepentingan kerangka analisis, perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut baik dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. 2.1.2. Bentuk Perilaku Teori Bloom (1908) yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010) membedakan perilaku dalam 3 domain perilaku yaitu : kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Untuk kepentingan pendidikan praktis, teori ini kemudian dikembangkan menjadi 3 ranah perilaku yaitu : 1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... -...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Perilaku

2.1.1. Pengertian Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua tindakan atau

aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik

yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati. Dari segi biologis,

perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup yang

bersangkutan). Sedangkan dari segi kepentingan kerangka analisis, perilaku adalah

apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut baik dapat diamati secara langsung

maupun tidak langsung.

2.1.2. Bentuk Perilaku

Teori Bloom (1908) yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010) membedakan

perilaku dalam 3 domain perilaku yaitu : kognitif (cognitive), afektif (affective) dan

psikomotor (psychomotor). Untuk kepentingan pendidikan praktis, teori ini kemudian

dikembangkan menjadi 3 ranah perilaku yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indra manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

a. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif (Notoatmodjo, 2007), tercakup

dalam 6 tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Contoh : dapat

menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak kita

2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan suatu materi tersebut secara benar. Contoh : dapat

menjelaskan mengapa harus makan makanan bergizi

3. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Contoh : dapat menggunakan rumus-rumus statistik dalam perhitungan-

perhitungan hasil penelitian

4. Analisis (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Contoh :

dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan dan sebagainya

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

baru. Contoh : dapat menyusun, dapat merencanakan dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada

6. Evaluasi (evaluation), tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek. Contoh : dapat membandingkan antara anak yang cukup

gizi dengan yang kekurangan gizi

b. Cara memperoleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2002) ada 2 cara

memperoleh pengetahuan, yaitu :

1. Cara tradisional atau non ilmiah

a. Cara coba-salah (trial and error), memperoleh pengetahuan dari cara

coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”

b. Cara kekuasaan atau otoritas. Kebiasaan ini bisa diwariskan turun

temurun dari generasi ke generasi berikutnya

c. Berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman adalah guru yang

terbaik, mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuam

2. Cara modern.

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian

ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research

methodology)

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

2. Sikap (attitude)

Masih menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dapat

disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Alport (1954)

yang dikutip Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend tobehave)

Newcomb (1998), salah seorang psikolog sosial menyatakan bahwa sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap merupakan (reaksi

terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau

reaksi tertutup. Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan

yaitu :

a. menerima (receiving), yaitu sikap dimana seseorang atau subjek mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

b. menanggapi (responding), yaitu sikap memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

c. menghargai (valuing), yaitu sikap dimana subjek atau seseorang memberikan

nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya

dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain

merespon

d. bertanggungjawab (responsible), sikap yang paling tinggi tindakannya adalah

bertanggungjawab terhadap apa yang diyakininya

3. Tindakan (practice)

Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk

bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan, seperti fasilitas atau sarana dan prasarana. Setelah

seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan

penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia

akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai

baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan (Notoatmodjo, 2005)

Menurut Notoatmodjo (2010), praktik atau tindakan ini dapat dibedakan

menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yakni :

a. Praktik terpimpin (guided response), yaitu apabila subjek atau seseorang telah

melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan

panduan, contoh : seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih

menunggu diingatkan oleh bidan atau tetangganya

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

b. Praktik secara mekanisme (mechanism), yaitu apabila subjek atau seseorang telah

melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis. Misal : seorang anak

secara otomatis menggosok gigi setelah makan, tanpa disuruh ibunya

c. Adopsi (adoption), yaitu suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.

Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi

sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

Misalnya menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknik-

teknik yang benar.

2.1.3. Proses Adopsi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007), dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari pengetahuan. Penelitian Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum

orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness : orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)

terlebih dahulu

2. Interest : orang mulai tertarik kepada stimulus

3. Evaluation : orang mulai menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya

4. Trial : orang mulai mencoba perilaku baru

5. Adoption : orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

2.1.4. Perilaku Kesehatan

Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skiner (1997), maka perilaku

kesehatan (health behaviour) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek

yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang memengaruhi

sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan

kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau

kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat

diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari

penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari

penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Oleh sebab itu perilaku

kesehatan ini pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua yakni (Notoatmodjo,

2010) :

1. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Oleh sebab itu perilaku

ini disebut perilaku sehat (healthy behaviour). Contoh : makan dengan gizi

seimbang.

2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk

memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Oleh sebab itu

perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking

behaviour). Tempat pencarian kesembuhan ini adalah tempat atau fasilitas

pelayanan kesehatan seperti RS, puskesmas, poliklinik, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

2.1.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2010), faktor penentu atau determinan perilaku

manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor,

baik internal maupun eksternal (lingkungan). Dari berbagai determinan perilaku

manusia, banyak ahli telah merumuskan teori-teori atau model-model terbentuknya

perilaku. Masing-masing teori, konsep atau model tersebut dapat diuraikan seperti

berikut.

Berdasarkan pengalaman empiris di lapangan, disimpulkan bahwa garis

besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek, yakni aspek fisik, psikis, dan

sosial. Salah satu teori yang terkenal tentang terbentuknya perilaku adalah ”Teori

Precede-Procede” (1991), yaitu teori yang dikembangkan oleh Lawrence Green,

yang dirintis sejak tahun 1980. Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari

tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor

pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non-

behaviour causes). Selanjutnya perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yang

dirangkum dalam akronim PRECEDE : Predisposing, Enabling, dan Reinforcing

Causes in Educational Diagnosis and Evaluation. Precede adalah merupakan fase

diagnosis masalah. Sedangkan PROCEDE : Policy, Regulatory, Organizational

Construct in Educational and Environmental Development, adalah merupakan arahan

dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi pendidikan (promosi) kesehatan.

Apabila Precede merupakan fase diagnosis masalah, maka Proceed adalah merupakan

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Promosi Kesehatan (Maine, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

2.2. Konsep Dasar Susu Formula

2.2.1. Pengertian Susu Formula

Menurut WHO, susu formula adalah susu yang sesuai dan bisa diterima

sistem tubuh bayi. Susu formula yang baik tidak menimbulkan gangguan saluran

cerna seperti diare, muntah atau kesulitan buang air besar.

Susu formula bayi juga merupakan cairan atau bubuk dengan formula tertentu

yang diberikan pada bayi. Susu formula berfungsi sebagai pengganti ASI. Susu

formula memiliki peranan yang penting dalam makanan bayi karena seringkali

digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi bagi bayi. Oleh karena itu komposisi

susu formula yang diperdagangkan dikontrol dengan hati-hati. Oleh FDA (Food and

Drugs Association) atau BPOM Amerika mensyaratkan produk ini harus memenuhi

standar ketat tertentu.

Menurut Pudjiadi (2002) susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi

atau susu buatan yang diubah komposisinya sehingga dapat dipakai sebagai pengganti

ASI. Sedangkan menurut FKUI (2005), susu formula disebut juga dengan susu

buatan, oleh karena minuman buatan ini fungsinya sebagai pengganti susu ibu.

2.2.2. Klasifikasi Susu Formula

Umumnya susu formula untuk bayi yang beredar di pasaran berasal dari susu

sapi yang diolah dengan membawa segera susu sapi ke kamar susu untuk dilakukan

penyaringan agar kuman atau kotoran yang terdapat di dalamnya tidak berkesempatan

untuk berkembang, setelah susu sapi dari beberapa sapi disatukan sampai menjadi air

susu yang homogen maka susu sapi di dinginkan dengan suhu 10-15 derajat celcius

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

selama 2-3 jam yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri sehingga

susu bisa bertahan lama dan setelah proses pendinginan maka susu dimasukkan

kedalam botol-botol untuk dikirim kepada konsumen.

Klasifikasi susu formula dapat dibedakan :

1. Menurut Usia (Supartini, 2004)

a. Starting formula, formula ini diberikan pada 6 bulan pertama usia bayi sampai

dengan usia 1 tahun sebagai pelengkap jenis makanan lain

b. Formula adaptasi, formula ini diberikan dengan komposisi mendekati ASI

sebagai adaptasi

c. Formula lanjutan, formula ini diberikan setelah bayi berusia diatas 6 bulan

sebagai makanan tambahan

d. Medical formula (formula khusus), formula ini khusus diberikan untuk bayi

dengan kondisi khusus, seperti bayi prematur, bayi dengan kelainan metabolik

kongenital, atau bayi dengan intoleransi terhadap formula biasa

2. Menurut Jenis (FKUI, 2005)

a. Menurut rasa : manis, misalnya susu sapi yang diencerkan sendiri, SGM,

S26,Almiron, Meiji Manis, Entamil, Vitalac, dan lain-lain

b. Menurut pH cairan : diasamkan (acidified, acidulated) dan tidak diasamkan

(non acidified, non acidulated) contoh dan sifat serupa dengan pengganti Asi

yang manis.

c. Menurut kadar nutrien, yaitu :

1. Rendah laktosa, misalnya Alminon, Isomil dan sobee

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

2. Rendah lemak, misalnya Heldon

3. Dengan lemak yang terdiri atas asam lemak dengan rantai 8-10 (middle

chain triglycerides atau MCT), misalnya Protagen, terutama untuk bayi

dengan BBLR.

d. menurut sumber protein : dibuat dari kacang kedelai misalnya Sobee, Isomil.

Umumnya bahan makanan itu tidak berasal dari susu sapi dan digunakan

untuk bayi yang alergik terhadap susu sapi

e. menurut maksud penggunaan : dimaksudkan untuk makanan bagi bayi dengan

gangguan penyerapan atau kelainan metabolik bawaan (inborn error of

metabolist) misalnya Lifenalac untuk bayi dengan fenilketonuria, Portagen

untuk gangguan pencernaan pada fibrosis sufika, Nutramigen Sobee, Isomil

untuk bayi dengan galaktosemik, dan sebagainya

f. menurut penggolongan berdasarkan komposisi nutrien : yaitu adapted formula

yang mempunyai komposisi nutrien serupa ASI (contohnya Vitalac, S26,

Nutrilon) dan complete formula, yaitu formula lain yang mengandung lengkap

nutrien (contohnya : SGM,Lactogen, entamil, Morinaga).

2.2.3. Komposisi Susu Formula dan Kekurangannya Dibandingkan ASI

Sama halnya dengan ASI, susu formula juga mengandung zat-zat gizi yang

dibutuhkan bayi seperti lemak, protein, karbohidrat,mineral, dan vitamin. Susu

formula juga mengandung kandungan zat tambahan lain seperti DHA. Penambahan

ini dibolehkan karena zat tambahan tersebut merupakan zat-zat mikro (Novianda,

2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

Meskipun pembuatan susu formula dibuat semirip mungkin dengan ASI, tetap

saja susu formula tidak sebaik ASI. Menurut Purwanti (2002), ASI mengandung lebih

dari 200 unsur pokok antara lain protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor

pertumbuhan, hormon enzim, zat kekebalan dan sel darah putih. Semua zat ini

terdapat dalam kadar yang proporsional dan seimbang satu dengan yang lainnya.

1. Protein dalam ASI. ASI mengandung protein lebih rendah dari susu formula,

tetapi protein ASI ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi (lebih mudah dicerna).

Adapun keistimewaan protein ASI antara lain :

Rasio protein whey : kasein = 60:40 dan susu formula rasio 20:80. Hal ini

menguntungkan bayi karena pengendapan dari protein whey lebih halus daripada

kasein sehingga protein whey lebih mudah dicerna.

a. ASI mengandung alfa lactabumin sedang susu formula mengandung beta

lactaglobulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi

b. ASI mengandung asam amino esensiil taurin yang tinggi dan penting untuk

pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin (protein otak)

c. Kadar metionin dalam ASI lebih rendah dari susu formula, sedangkan sistin

lebih tinggi. Hal ini sangat menguntungkan karena enzim sistationase yaitu

enzim yang akan mengubah metionin menjadi sistin pada bayi sangat rendah /

tidak ada. Sistin ini merupakan asam amino yang sangat penting untuk

pertumbuhan otak bayi.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

2. Karbohidrat dalam ASI

Karbohidrat utama ASI adalah laktosa. ASI mengandung lebih banyak laktosa

dibandingkan susu formula lainnya atau sekitar 20-30% lebih banyak dari susu

formula. Hal ini sangat menguntungkan karena :

a. laktosa diperlukan untuk pertumbuhan otak

b. laktosa meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk

pertumbuhan tulang

c. laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu

lactobacillus bifidus

d. laktosa oleh fermentasi diubah menjadi asam laktat , ini memberikan suasana

asam dalam usus bagi bayi sehingga akan memberikan keuntungan yaitu :

menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis, memacu pertumbuhan

mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin,

memudahkan terjadinya pengendapan ca-caseinat serta memudahkan absorbsi

mineral kalsium, fosfor dan magnesium

e. laktosa juga relatif tidak larut sehingga waktu proses digesti di dalam usus

bayi lebih lama tetapi dampak diabsorbsi dengan baik oleh usus bayi.

3. Lemak dalam ASI

Kadar lemak dalam ASI dan susu formula relatif sama,merupakan sumber kalori

yang utama bagi bayi, sumber vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E dan K) dan

sumber asam lemak yang esensial. Keistimewaan lemak dalam ASI dibandingkan

dengan susu formula antara lain :

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

a. Bentuk emulsi lebih sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI mengandung

enzim lipase yang mengubah trigliserida menjadi digliserida dan kemudian

menjadi monogliserida sebelum pemecahan di usus terjadi

b. Kadar asam lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih tinggi dibandingkan

dalam susu formula. Kadar asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam kadar

yang tinggi yang terpenting adalah : rasio asam linoleic sama dengan oleic

yang cukup akan memacu absorbsi lemak, kalsium dan adanya garam kalsium

dari asam lemak ini akan memacu perkembangan otak bayi dan mencegah

terjadinya hipokalsemia.

2.2.4. Manfaat ASI Eksklusif Dibandingkan Bahaya Susu Formula

ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu,

air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk

susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Rusli, 2012). Ibu-ibu yang memilih untuk

memberikan ASI eksklusif merupakan langkah yang tepat. Banyak hal positif yang

dapat dirasakan oleh bayi dan ibu. Memberikan ASI eksklusif berarti keuntungan

untuk semua, bayi akan lebih sehat, cerdas dan berkpribadian baik, ibu akan lebih

sehat dan menarik. Sementara bayi yang diberi susu formula sangat rentan terserang

penyakit.

Berikut ini deretan penyakit yang mengintai bayi susu formula berdasarkan

hasil penelitian di seluruh dunia (Roesli, 2008) :

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

1. Infeksi saluran pencernaan (muntah, mencret). Bayi menjadi muntah-mencret dan

mencret menahun. Di Amerika , 400 bayi meninggal per tahun akibat muntah

mencret, 300 diantaranya adalah bayi yang tidak disusui. Kematian meningkat

23,5 kali pada bayi susu formula. Kemungkinan mencret 17 kali lebih banyak

pada bayi susu formula

2. Infeksi saluran pernafasan. Di negara maju, bayi yang diberi susu formula

mengalami penyakit saluran pernafasan 3 kali lebih parah dan memerlukan rawat

inap di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif selama 4

bulan

3. Meningkatkan risiko alergi . Berdasarkan penelitian pada anak-anak di Finlandia,

semakin lama diberi ASI, semakin rendah kemungkinan bayi menderita penyakit

alergi, penyakit kulit (eksim), alergi makanan dan alergi saluran nafas.

4. Meningkatkan risiko serangan asma. Sebuah penelitian yang melibatkan 2184

anak yang dilakukan oleh Rumah Sakit Anak di Toronto menemukan bahwa

risiko asma dan kesulitan bernafas 50% lebih tinggi terjadi pada bayi yang diberi

susu formula dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI selama 9 bulan atau

lebih

5. Menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif. Penelitian Richards et al (2002)

yang dikutip dalam Roesli (2008) yang menguji 1736 anak menunjukkan hasil

bahwa anak ASI secara bermakna menunjukkan hasil pendidikan yang lebih baik.

Hasil ini tidak bergantung pada latar belakang sosial ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

6. Meningkatkan risiko kegemukan (obesitas). Penelitian Von Kries R (1999) yang

dikutip dalam Roesli (2008) pada 6650 anak Jerman usia sekolah yang berumur

5-14 tahun memberi gambaran bahwa pemberian ASI terbukti menjadi faktor

pelindung terhadap obesitas. Efek perlindungannya menjadi lebih besar ketika

bayi diberi secara eksklusif

7. Meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Penelitian Singhal

A,dkk (2001) yang dikutip dalam Roesli (2008) di Inggris menunjukkan mereka

yang mendapat susu formula bayi sangat awal atau susu formula secara rutin,

tekanan darahnya lebih tinggi daripada mereka yang mendapat ASI selama masa

bayi.

8. Meningkatkan risiko kencing manis (diabetes). Penelitian Kuehne,dkk (2004)

yang dikutip dalam Roesli (2008) di Lithuania menunjukkan bayi yang terlalu

awal mengenalkan susu formula, makanan padat dan susu sapi terbukti

meningkatkan kejadian kencing manis (diabetes) tipe I di masa depannya.

9. Meningkatkan risiko kanker pada anak. Tidak mendapat ASI diketahui dapat

meningkatkan risiko terkena kanker. Penelitian Dundaroz R, dkk (2002) yang

dikutip dalam Roesli (2008) menemukan bahwa kerusakan genetik tingkat

signifikan terjadi pada bayi berusia 9-12 bulan yang tidak diberi ASI. Para

penelitinya berspekulasi bahwa hal ini mungkin berperan pada perkembangan

kanker di masa kanak-kanak atau dimasa depannya.

10. Meningkatkan risiko penyakit menahun. Penelitian Davis MK (2001) yang

dikutip dalam Roesli (2008) menunjukkan adanya peningkatan risiko diabetes

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

tipe I, celiac (usus besar), beberapa kanker di masa kanak-kanak dan penyakit

infeksi pada bayi yang diberikan makanan formula

11. Meningkatkan risiko infeksi yang berasal dari susu formula yang tercemar.

Wabah necroting enterocolitis (NEC) di Belgia pada 2001 oleh Van Acker, dkk

yang dikutip dalam Roesli (2008) terlacak pada susu formula bayi yang tercemar

Enterobacter sakazakii. Sejumlah 12 bayi menderita NEC selama wabah tersebut

dan 2 bayi meninggal.

2.2.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penggunaan Susu Formula

Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa beberapa faktor-faktor yang

memengaruhi penggunaan susu formula adalah :

1. Perubahan sosial budaya :

a. Ibu-ibu bekerja atau kesibukan lainnya

b. Meniru teman,tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol

c. Merasa ketinggalan zaman jika tidak menyusui bayinya dengan susu botol

2. Faktor psikologis:

a. Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita

b. Tekanan batin

3. Faktor fisik : ibu sakit, misalnya mastitis, panas dan sebagainya

4. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat

penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI

5. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

6. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang

menganjurkan penggantian ASI dengan susu formula

2.3. Landasan Teori

Gambar 2.3. Modifikasi Teori L. Green tentang Faktor-faktor yang Memengaruhi Terjadinya Suatu Perilaku

Faktor Predisposisi : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Keyakinan 4. Kepercayaan 5. Nilai-Nilai

Faktor Pemungkin : 1. Adanya Puskesmas 2. adanya Obat-obatan 3. Adanya Sarana Kesehatan

Faktor Penguat : 1. Sikap dan Perilaku Petugas Kesehatan 2. Undang-Undang Kesehatan 3. Peraturan-Peraturan Tentang Kesehatan

Perilaku

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perilaku ... - …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34055/3/Chapter II.pdf · Pengertian Perilaku . ... penyakit dan masalah kesehatan

2.4. Kerangka Konsep

Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Dari gambar diatas diketahui bahwasanya faktor predisposisi yaitu faktor-

faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada diri seseorang atau

masyarakat terhadap pemberian susu formula adalah (Umur, Pengetahuan,

Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan keluarga.) dan faktor pemungkin perilaku

(Jumlah tanggungan, Tempat bersalin, Media informasi) dan faktor penguat

(Lingkungan) dari ketiga faktor ini berhubungan dengan pemberian susu formula.

Faktor Predisposisi : 1. Umur 2. Pengetahuan 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Penghasilan Keluarga Faktor Pemungkin: 1. Jumlah Tanggungan 2. Tempat Bersalin 3..Media Informasi Faktor penguat : 1 Lingkungan

Pemberian Susu Formula

Universitas Sumatera Utara