repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter...

25
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan bisa diperoleh secara alamiah maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Dan dari pengetahuan dapat terbentuk suatu tindakan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. 14-16 Ada enam tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu : 14,15 a. Tahu (Know), merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Dapat diartikan sebagai mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. b. Memahami (Comprehension), merupakan suatu kemampuan yang dapat menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Application), merupakan kemampuan untuk dapat menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi sebenarnya. d. Analisis (Analysis), merupakan suatu kemampuan yang dapat menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain. e. Sintesis (Synthesis), merupakan suatu kemampuan yang dapat menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation), merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan melakukan wawancara atau menggunakan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur Universitas Sumatera Utara

Transcript of repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter...

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan bisa diperoleh secara

alamiah maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Dan dari

pengetahuan dapat terbentuk suatu tindakan. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh dari mata dan telinga.14-16

Ada enam tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif,

yaitu :14,15

a. Tahu (Know), merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Dapat

diartikan sebagai mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (Comprehension), merupakan suatu kemampuan yang dapat

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application), merupakan kemampuan untuk dapat

menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi sebenarnya.

d. Analisis (Analysis), merupakan suatu kemampuan yang dapat

menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain.

e. Sintesis (Synthesis), merupakan suatu kemampuan yang dapat

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain

sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari

formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation), merupakan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan melakukan wawancara

atau menggunakan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

dari responden. Kedalaman pengetahuan dapat kita ketahui atau kita ukur sesuai

dengan tingkat-tingkat pengetahuan.14,16

2.2 Sikap

Sikap adalah respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus

atau objek dan bersifat merespon hal positif atau hal negatif dari suatu benda,

orang, atau peristiwa. Dan sikap merupakan keyakinan dan perasaan yang dapat

mempengaruhi reaksi didalam diri seseorang. Definisi lain menyatakan bahwa

sikap merupakan kecenderungan psikologis yang diekspresikan dengan

mengevaluasi kesungguhan tertentu dengan beberapa tingkat menguntungkan atau

merugikan. Sikap dibedakan dari konsep lain yang juga mengacu pada

kecenderungan tersirat seseorang atau kecenderungan sikap yang disimpulkan

hanya pada saat rangsangan yang menunjukkan suatu objek sikap yang diamati

untuk memperoleh respon dalam mengekspresikan tingkat yang diberikan dari

evaluasi.14-19

Menurut salah seorang ahli yaitu Newcomb, menyatakan bahwa sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksana motif tertentu. Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar,

karenanya sikap dapat mengalami perubahan. Sebagai hasil dari belajar sikap

tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap akan berlangsung

dalam interaksi manusia. Ada empat tingkatan sikap, yaitu :14-16,20

a. Menerima, diartikan bahwa seseorang (subjek) mau memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon, kemampuan untuk memberikan jawaban bila ditanya dan

mengerjakan tugas yang telah diberikan.

c. Menghargai, merupakan kemampuan untuk mengajak orang lain

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab, merupakan kemampuan untuk bertanggung jawab

atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala konsekuensi.

Pengukuran sikap secara sistematik dilakukan dengan skala sikap yang telah

distandarkan. Dan teknik yang paling umum digunakan adalah skala sikap dari

Thurstone yang disebut juga The Equal-Appearing Interval dan dari Likert yang

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

disebut Summated Agreement. Ada perbedaan antar skala sikap dari Thurstone dan

Likert, yaitu pada skala Thurstone menggunakan katagori yang terdiri dari dua

alternatif jawaban, sedangkan Likert dihadapkan atas lima alternatif jawaban,

yaitu jawaban dari yang sangat setuju sampai sangat tidak setuju.15

2.3 Kegawatdaruratan medis

Menurut Webster, kegawatdaruratan medis (Medical Emergency) adalah

keadaan tiba-tiba atau tidak terduga yang membutuhkan bantuan segera. Keadaan

yang dimaksud seperti perdarahan, fraktur dentoalveolar dan syok.1,21

2.3.1 Perdarahan

Perdarahan adalah keadaan yang disebabkan oleh dinding vaskular yang

pecah atau kelainan mekanisme hemostatik. Perdarahan merupakan komplikasi

yang paling ditakuti, karena dianggap dapat mengancam kehidupan oleh dokter

dan pasien. Perdarahan dapat terjadi setelah anastesi lokal dilakukan dan setelah

pencabutan. Hal ini dapat terjadi pada pasien dengan gangguan pembekuan darah,

pasien yang menerima terapi antikoagulan atau yang mengkonsumsi obat seperti

golongan NSAID dan warfarin yang dapat memperpanjang waktu perdarahan,

pasien yang mempunyai hipertensi yang tidak terkontrol, liver dan defisiensi

vitamin K.22,23

Sejumlah prosedur yang dilakukan dalam kedokteran gigi dapat

menyebabkan perdarahan. Pada praktek kedokteran gigi di Amerika, bahwa

diantara 2000 pasien dewasa ada sekitar 100-150 pasien mengalami gangguan

perdarahan. Gangguan perdarahan merupakan keadaan perdarahan yang

disebabkan oleh kemampuan pembuluh darah, platelet, dan faktor koagulasi pada

sistem hemostatis. Penderita mengalami waktu perdarahan yang panjang bahkan

dapat pula mengalami perdarahan yang terus menerus. Gangguan perdarahan

merupakan faktor resiko pada tindakan perawatan gigi dan mulut. Pasien dengan

penyakit jantung yang menggunakan obat pengencer darah seperti Aspirin juga

memiliki potensi untuk terjadinya gangguan perdarahan.23,24

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

2.3.1.1 Etiologi

Klasifikasi gangguan perdarahan dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah

platelet normal (nontrombositopeni purpura), penurunan jumlah platelet

(trombositopeni purpura) dan gangguan koagulasi.24

Tabel 1. Klasifikasi gangguan perdarahan

Nontrombositopeni Purpura - Perubahan pada dinding pembuluh darah akibat

sumbatan, infeksi dan alergi

- Penyebab lain : gangguan fungsi platelet akibat

defek genetik, obat-obatan seperti aspirin dan

golongan NSAID, dan penyakit autoimun.

Trombositopeni Purpura - Faktor kimia, fisik (radiasi), penyakit sistemik,

obat-obatan (obat diuretik dan alkohol, infeksi

virus dan bakteri.

Gangguan koagulasi - Bersifat diturunkan, seperti hemofilia A dan

hemofilia B.

2.3.1.2 Patofisiologi

Proses perdarahan terjadi melalui 3 tahap yaitu pembuluh darah (vascular),

trombosit (platelet) dan koagulasi (coagulation). Pembuluh darah dan platelet

merupakan fase primary dan koagulasi merupakan fase secondary. Pada fase

pembuluh darah terjadi sesaat setelah trauma sehingga melibatkan vasokonstriksi

arteri dan vena, serta tekanan ekstravaskuler. Fase platelet dimulai dengan

terjadinya kekakuan platelet dan pembuluh darah, kemudian pembuluh darah akan

tersumbat. Proses ini terjadi beberapa detik setelah fase pembuluh darah terjadi.

Pada fase koagulasi darah akan keluar ke daerah sekitar dan akan membatasi

daerah yang terjadi perdarahan dengan adanya bantuan faktor ekstrinsik dan

intrinsik. Waktu yang dibutuhkan pada fase ini lebih lambat dibandingkan fase

sebelumnya.24

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

2.3.1

Pend

dan memb

merupakan

koagulasi

trombosito

yang mend

mukosa, h

mukosa.24

2.3.1

Perd

pada jarin

Prinsip da

dengan H2

perdarahan

perdarahan

pencabuta

mengguna

melakukan

apabila da

atau mela

mengguna

berlanjut s

1.3 Gamba

derita denga

bran mukos

n gambaran

genetik

openi sering

derita leuke

hiperplasia 4

1.4 Penang

darahan yan

gan lunak m

asarnya ada

2O2 dari jar

n yang ban

n yang terj

an adalah

akan kain k

n penekana

arah masih j

akukan pe

akan gelfoam

segera rujuk

aran klinis

an ganggua

a setelah ter

n klinis yan

dan pasi

g mengalam

emia akut da

gusi, ptec

ganan

ng hebat ha

maupun jarin

alah membe

ringan nekro

nyak, harus

jadi. Penan

dengan pe

kasa yang t

an perdarah

juga keluar

njahitan an

m atau spon

k ke Rumah

Gamb

an pembeku

rjadi traum

ng sering t

en dengan

mi ptechiae

an kronis se

chiae dan

arus segera

ngan keras

ersihkan dae

otik dan ben

s dilakukan

nganan awa

enekanan. P

telah diber

han yang te

r, maka dap

ngka 8 pa

nge gelatin y

h Sakit.22,25

bar 1. Penja

uan darah ak

a atau tinda

terlihat pad

n jumlah

dan echymo

ering menun

echymosis

ditangani. P

perlu dilaku

erah luka a

nda asing. A

n tindakan

al apabila t

Penekanan

i adrenalin

erjadi suda

pat dilakuka

ada soket.

yang dapat

ahitan pada

kan jelas te

akan invasif

da pasien de

platelet

osis. Sedang

njukkan gej

pada kulit

Perawatan y

ukan dalam

tau debride

Apabila pas

segera untu

terjadi perd

dapat dila

. Biasanya

ah bisa dita

an kleim de

Selain itu

diabsorbsi.

soket

erlihat pada

f lain. Echym

engan gang

abnormal

gkan pada p

jala ulserasi

t dan mem

yang dilaku

m keadaan st

emen, misal

sien mengal

tuk mengon

darahan set

akukan den

hanya den

angani. Nam

engan hemo

tu, dapat j

Apabila m

a kulit

mosis

gguan

atau

pasien

i pada

mbran

ukan

teril.

lnya

lami

ntrol

elah

ngan

ngan

mun

ostat

juga

masih

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

Pada pasien yang mengalami fraktur jaringan keras (fraktur rahang), maka

jaringan keras yang mengalami fraktur harus difiksasi dahulu kemudian menutup

jaringan lunak diluarnya, yaitu dengan menjahit secara bertahap lapis demi lapis

dari bagian dalam ke luar. Hal ini dilakukan agar darah tidak lagi keluar. Pada

trauma jaringan lunak dengan kehilangan jaringan lunak, dapat dilakukan

rekonstruksi primer dengan menggunakan flap.22,25

2.3.2 Fraktur dentoalveolar

Fraktur dentoalveolar adalah kerusakan atau putusnya kontinuitas jaringan

keras pada stuktur gigi dan alveolusnya yang disebabkan oleh trauma. Trauma

pada gigi dapat terjadi pada semua usia.25

2.3.2.1 Etiologi

Penyebab fraktur bermacam-macam seperti kecelakaan lalu lintas,

kecelakaan pada olah raga, dan trauma langsung pada gigi akibat benda keras

seperti botol. Fraktur tidak hanya pada struktur gigi (email, dentin, dan pulpa gigi)

tetapi bisa juga terjadi pada jaringan periodontal dan tulang rahang.25

Fraktur dapat terjadi pada akar gigi, gigi tetangga atau gigi antagonis,

restorasi, prosesus alveolaris dan mandibula. Fraktur tulang alveolar dapat terjadi

karena berhubungan dengan terjepitnya tulang alveolar pada saat melakukan

pencabutan. Hal ini dapat terjadi karena bentuk dari tulang alveolar atau adanya

perubahan patologis dalam tulang.22

2.3.2.2 Gambaran klinis

Pada pasien yang mengalami fraktur dentoalveolar tidak hanya trauma pada

jaringan keras gigi tetapi bisa juga terkena pada jaringan periodontal, yaitu

terjadinya dislokasi gigi seperti konkusi, subluksasi, avulsi, intrusi dan ekstrusi.

Konkusi adalah trauma pada struktur pendukung gigi tanpa goyangnya gigi atau

pergeseran abnormal dari gigi. Subluksasi adalah trauma pada struktur pendukung

gigi dengan goyangnya gigi tetapi tanpa pergeseran gigi. Avulsi adalah trauma

yang mengakibatkan gigi keluar dari soket. Sedangkan, intrusi adalah trauma yang

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

mengakibatkan gigi masuk kedalam soket dan ekstrusi adalah trauma yang

mengakibatkan sebagian gigi keluar dari soket.25

Gambar 2. Gambaran Klinis Fraktur

Dentoalveolar.

2.3.2.3 Penanganan

Pemeriksaan fraktur dentoalveolar dapat dilakukan dengan radiografi intra-

oral dan ekstra-oral seperti panoramik. Biasanya perawatan dasarnya adalah

secara konservatif, misalnya dengan splint, immobilisasi gigi geligi yang goyang

dan fiksasi. Splint merupakan alat yang ditunjukkan untuk imobilisasi atau

membantu imobilisasi segmen-segmen fraktur. Splint biasanya merupakan logam

tuang (cor) atau terbuat dari akrilik. Apabila terjadi fraktur yang menyebabkan

gigi bergeser maka perlu dilakukan pembedahan. Salah satunya adalah

penggunaan arch bar dapat membantu menstabilisasikan segmen yang terjadi

fraktur dan memberikan daerah perlekatan untuk fiksasi maksilomandibular.

Caranya dengan menggunakan anastesi lokal ataupun anastesi umum, segmen

fraktur direduksi sebelum pemasangan alat-alat fiksasi atau stabilisasi, kemudian

ikatkan kawat baja anti karat pada tipa-tiap gigi (melalui diatas arch bar pada satu

sisi, dan dibawah arch bar pada sisi yang lain), ujung-ujung kawat dipilin searah

jarum jam dan ujung kawat yang lebih dibuang agar tidak melukai jaringan

mukosa. Jika terjadi pergeseran segmen yang nyata, biasanya diatasi dengan

memotong arch bar pada bagian yang mengalami fraktur.22,25

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

Gambar 3. Penanganan fraktur dentoalveolar anterior

mandibula dengan meng-gunakan arch bar.

2.3.3 Syok

Syok merupakan suatu keadaan patofisiologis yang terjadi bila oxygen

delivery (DO2) ke mitokondria sel di seluruh tubuh manusia tidak mampu

memenuhi kebutuhan oxygen consumption (VO2). Sebagai respon terhadap

pasokan oksigen yang tidak cukup ini, metabolisme energi sel menjadi anaerobik.

Menurut John Collins Warren, syok merupakan berhentinya keadaan sesaat dari

kematian. Secara patofisiologis, syok merupakan gangguan sirkulasi akibat

kurangnya oksigen kedalam jaringan. Syok dapat terjadi oleh berbagai macam

sebab dan melalui berbagai proses. Penurunan volume plasma intravaskular

merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya syok. Terjadinya

penurunan volume intravaskular menyebabkan darah yang balik ke jantung

berkurang sehingga curah jantung menurun. Dan menyebabkan oksigen di paru

juga menurun dan asupan oksigen ke jaringan tidak terpenuhi. 26-28

Ada beberapa tingkatan kesadaran pada pasien syok. Tingkat kesadaran

merupakan indikator utama adanya perubahan status neurologi pasien, karena

berhubungan dengan fungsi hemisfer serebral dan reticular activating system.

Tingkatan kesadaran terdiri dari :29

a. Compos mentis, yaitu keadaan pasien yang sadar akan dirinya dan

lingkungan serta dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

b. Apatis, yaitu keadaan pasien yang berkurang dengan keadaan sekitar dan

sikap acuh tak acuh.

c. Latargi, yaitu keadaan kesadaran pasien yang terlihat lesu dan mengantuk.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

d. Delirium, yaitu penurunan kesadaran serta pasien terlihat gelisah dan

meronta-ronta.

e. Somnolen, yaitu keadaan kesadaran pasien yang selalu ingin tidur dan

dapat dibangunkan ketika ada rangsangan.

f. Stupor atau sopor, yaitu keadaan pasien yang seperti koma, seperti tertidur

lelap dan tidak dapat dibangunkan kecuali dengan rangsangan nyeri.

g. Koma, yaitu keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dengan

rangsangan apapun tidak akan timbul.

Berdasarkan a textbook in cardiovascular medicine pada tahun 1984,

klasifikasi syok yaitu : a) syok kardiogenik, b) syok obstruktif, c) syok oligemik

atau syok hipovolemik, dan d) syok distributif. Pembagian syok diperkecil lagi

menjadi 4 tipe, yaitu syok neurogenik, syok hipovolemik, syok anafilaktik dan

syok kardiogenik.30,31

Tabel 2. Klasifikasi Syok28

2.3.3.1 Syok neurogenik

Syok neurogenik disebut juga sinkope. Syok neurogenik terjadi karena

penurunan atau kehilangan kesadaran secara tiba-tiba akibat tidak adekuatnya

aliran darah ke otak. Hal ini disebabkan karena terjadinya vasodilatasi dan

SYOK KARDIOGENIK SYOK DISTRIBUTIF A. Disebabkan oleh Disritmia A. Septikemia B. Disebabkan oleh Mekanis Jantung B. Metabolik atau toksik C. Miopati C. Endokrinologik D. Mikrosirkulasi SYOK OBSTRUKTIF E. Neurogenik A. Tamponade perikardium F. Anafilaktik B. Koarktasio aorta C. Emboli paru D. Hipertensi pulmonalis primer SYOK OLIGEMIK A. Perdarahan B. Kekurangan cairan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

bradikardi secara mendadak sehingga menimbulkan hipotensi. Terjadinya

hipotensi akan merangsang refleks simpatis berupa takikardi dan vasokonstriksi

perifer yang secara klinis dideteksi sebagai peningkatan denyut nadi dan keringat

dingin pada ekstremitas atas. Kemudian terjadi juga penurunan dalam efektifitas

sirkulasi volume plasma yang sering terjadi dari penurunan venous tone,

penggumpalan darah di pembuluh darah vena dan kehilangan volume cairan

intravaskular karena peningkatan permeabilitas kapiler. Akhirnya, terjadi

disfungsi miokard primer yang bermanifestasi sebagai dilatasi ventrikel. Pada

keadaan ini akan terdapat peningkatan aliran vaskuler yang mengakibatkan

berkurangnya cairan dalam sirkulasi sehingga perfusi ke otak berkurang dan

menyebabkan pasien mengalami syok.5,26,31-33

Syok neurogenik atau sinkope merupakan gejala umum yang sering

dijumpai di praktek dokter gigi. Keadaan ini disebabkan oleh suhu lingkungan

yang panas, keadaan takut, terkejut atau rasa nyeri. Kurang lebih 2% pasien

mengalami sinkope sebelum, selama bahkan setelah perawatan gigi. Sinkope

umumnya, terjadi pada wanita muda, lelaki tua atau dengan riwayat penyakit

jantung. Sedangkan syok neurogenik pada pasien trauma terjadi karena hilangnya

sympathetic tone, misalnya pada cedera tulang belakang atau yang sangat jarang

yaitu cedera pada batang otak. Denyut nadi pasien menjadi lambat sehingga

pasien akan merasa pusing dan pingsan. Umumnya keadaan ini akan membaik

setelah pasien dibaringkan, kecuali cedera karena jatuh.5,26,31-33

Penanganan untuk pasien syok yaitu dengan memposisikan kedua kaki

pasien lebih tinggi dari dada (shock position) atau posisi trendelenburg agar aliran

darah ke otak maksimal. Kemudian periksa tekanan darah, denyut nadi dan

pernafasan pasien. Lalu memberikan oksigen 6-8 liter per menit atau berikan bau

yang merangsang seperti alkohol selama masa pemulihan. Pemberian kompresi

pijat jantung tidak dapat dilakukan apabila denyut nadi karotis masih teraba,

karena melakukan kompresi pijat jantung hanya dilakukan pada pasien yang

mengalami tanda utama henti jantung atau cardiac arrest.32,33

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

Gambar 4. A. Posisi syok (shock position) dan B. Posisi Trendelenburg

dan Anti-Trendelenburg.8

2.3.3.2 Syok hipovolemik

Syok hipovolemik adalah syok yang terjadi akibat berkurangnya volume

plasma di intravaskular atau kehilangan cairan tubuh. Syok hipovolemik dapat

terjadi akibat perdarahan (hemoragik) dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab

seperti luka bakar yang luas dan diare berat. Kasus-kasus syok hipovolemik yang

sering terjadi adalah akibat perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga

dengan syok hemoragik. 26-28

Penanganan syok hipovolemik, hal utama yang dilakukan yaitu mengganti

cairan tubuh atau darah yang hilang, kemudian berikan oksigen sebanyak 5-10

L/menit untuk jalan nafas dan respirasi pasien. Lalu berikan infus dengan cairan

koloid. Tujuan utama terapi adalah memulihkan curah jantung dan perfusi

jaringan secepat mungkin.27

2.3.3.3 Syok anafilaktik

Syok anafilaktik adalah kegagalan perfusi jaringan yang disebabkan reaksi

alergi yang luar biasa atau berlebihan pada suatu organisme terhadap protein

asing. Anafilaktik syok dapat terjadi dalam beberapa menit dan dapat mengancam

nyawa. Faktor penyebabnya adalah karena alergi terhadap obat-obatan, terutama

yang diberikan secara intravena seperti antibiotik (contoh : penisilin). Selain itu

penyebab lainnya adalah karena pelepasan histamin sebagai konsekuensi dari

suatu tipe I reaksi alergi. Tanda-tanda klinis pasien yang mengalami syok

anafilaktik yaitu pasien susah bernafas, wajah kemerahan, gatal pada mata dan

mulut, pusing, lemas, sakit perut, bronkospasme dan edema epiglotis sehingga

A B

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

pasien terasa tercekik. Gejala akan timbul pada 2-11 menit setelah dilakukan

suntikan dan reaksi puncak akan terjadi pada 5-60 menit. 5,26,31,33

Penanganan pada pasien syok anafilaktik adalah dengan mempertahankan

jalan nafas dan mempertahankan sirkulasi dengan memberikan oksigen 6-8

liter/menit lalu berikan 0,3-0,5 ml epineprine (adrenalin 1:1000) secara

intramuscular dengan kecepatan 1 ml/menit dan ulangi setiap 5 atau 10 menit

sampai pasien terlihat membaik.5,26,31,33

2.3.3.4 Syok kardiogenik

Syok kardiogenik adalah syok yang terjadi akibat tidak berfungsinya

jantung untuk mengalirkan darah ke jaringan yang mengakibatkan curah jantung

menjadi kecil atau berhenti. Tanda-tanda klinis dari syok kardiogenik meliputi

hipotensi, takikardia, oliguria dan bagian ekstermitas dingin.28

Dalam menangani pasien syok kardiogenik hal pertama yang dilakukan

adalah memberikan bantuan hidup dasar (BLS). Menurut AHA 2010

(American Heart Association) BLS merupakan dasar untuk menyelamatkan

pasien tanda utama henti jantung atau cardiac arrest dan mengaktifkan sistem

kegawatdaruratan serta melakukan CPR (Cardiopulmonary resuscitation) secara

dini. Langkah-langkah BLS terdiri dari penilaian dan tindakan yang dijabarkan

dalam bentuk algoritma yang disederhanakan (Gambar 5A). Sedangkan pada

gambar (5B), merupakan urutan keterampilan BLS untuk penyediaan layanan

kesehatan.34

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

A

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

Gambar 5

Adult B

1

2

4

Begin c

7

Re

5. A. Simp

kesehata

BLS Health

No breath

Active eG

or send se

W

3

cycles of 30

5

AED/

6

Shockabl

Give 1esume CPR

for 2 m

ple BLS u

an.34

hcare Prov

Unrespohing or no

(only ga

emergency Get AED/deecond rescu

do th

Check pDEFINIT

Within 10 s

COMPRE

/defibrillat

Check rhShockable

shock R immediateminutes

untuk dewa

viders

onsive normal bresping)

response syefibrillatoruer (if availahis

pulse: TE pulse seconds ?

No

ESSIONS an

tor ARRIV

hythm rhythm?

8

coely

asa. B. BL

eathing

ystem

able) to

Puls

nd 2 BREA

VES

Not Sh

Resume Cfor

Check rhythontinue until

over or vic

LS berdasa

High-Qualit- Rate at leas- Compressioinches (5 cm- Allow compafter each co- Minimize inchest compre- Avoid exce

3A

Give 5 to 6

Reche2 minu

ATHS

B

hockable

CPR immedr 2 minutes hm every 2 l ALS provctim starts to

arkan pelay

ty CPR st 100/min on depth at leas

m) mplete chest rec

ompression nterruptions in ession essive ventilatio

1 breath evseconds

eck pulse evutes

B

diately

minute; viders take o move

yanan

st 2

ol

on

very

very

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

Nam

dikenal de

Circulatio

a. A

Airw

pada pasie

kemungki

ada benda

lidah kebe

dapat men

Hea

dahi kebel

thrust dap

masih ob

mandibula

nafas dari

teknik fing

untuk men

mun, dari be

engan tindak

on (sirkulasi

Airway (jalan

way merupa

en yang tid

nan pasien

a asing yan

elakang. Un

nggunakan t

ad tilt yaitu

lakang serta

pat digunaka

struksi. Ca

a lebih maj

sumbatan b

ger sweep

nyapukan ca

Gambar 6

eberapa lite

kan ABC y

i).3,5,31

n nafas)

akan usaha

dak sadar. K

tidak dapat

g menutupi

ntuk memb

teknik head

u dengan m

a dibantu de

an jika pada

aranya, den

ju daripada

benda asing

yaitu meng

airan yang a

6. Head tilt,

Gambar

eratur meny

yaitu Airway

untuk mem

Ketika pasie

bernafas de

i jalan nafa

bebaskan ja

d tilt, chin lif

meletakkan

engan chin

a saat melak

ngan meng

a maksila.

g seperti dar

ggunakan 2

ada didalam

chin lift da

7. Tindaka

atakan bahw

y (jalan nafa

mpertahank

en dalam k

engan baik.

as pasien at

alan nafas (

ft dan jaw th

tangan did

lift yaitu me

kukan head

gangkat dag

Sedangkan

rah dan cair

jari tangan

m rongga mu

an jaw thrus

an finger sw

wa untuk m

as), Breathi

an dengan

keadaan tida

Hal ini dap

tau akibat ja

(airway), m

hrust.3,5,31

ahi pasien

engangkat d

d tilt dan chi

gu pasien

untuk mem

ran muntah

n yang diba

ulut pasien.3

st.31

eep.31

memberikan

ing (pernafa

baik jalan

ak sadarkan

pat terjadi k

atuhnya pa

maka dokter

dan mendo

dagu pasien

in lift jalan

sehingga p

mbebaskan

dapat digun

alut dengan3,5,31

n BLS

asan),

nafas

n diri,

karena

ngkal

r gigi

orong

n. Jaw

nafas

posisi

jalan

nakan

n kain

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

b. Breathing (pernafasan)

Breathing merupakan teknik untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada

pasien sadar atau pasien yang tidak sadar. Seorang dokter yang menangani pasien

kegawatdaruratan dental harus mendekatkan pipi 1 inci ke mulut dan hidung

pasien untuk melihat (look), mendengar (listen) dan merasakan (feel) tanda-tanda

yang ada pada pernafasan pasien. Melihat yaitu melihat apakah ada pergerakan di

dada atau abdomen pasien, mendengar yaitu mendengar apakah ada atau tidaknya

suara nafas tambahan yang dikeluarkan oleh pasien, dan merasakan yaitu

merasakan apakah ada hembusan nafas atau aliran udara yang keluar dari mulut

atau hidung pasien. Dan bila pernafasan pasien tidak terasa diperlukan nafas

buatan. Untuk pemberian nafas buatan dapat dilakukan dari mulut ke mulut, mulut

ke hidung atau mulut ke stoma. Dan juga dapat dilakukan dengan menggunakan

Ambu bag untuk memberikan suplai oksigen 90%.5,31

Gambar 8. Look, listen and feel.31

Gambar 9. Pemberian nafas buatan, (a) mulut ke mulut, (b) mulut ke

hidung dan (c) mulut ke stoma.31

A

C

B

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

Gambar 10. Penggunaan Ambubag.32

c. Circulation (sirkulasi)

Circulation merupakan monitoring dua tanda vital yang sangat penting,

yaitu tekanan darah dan denyut jantung yang memberikan informasi tentang

fungsi sistem cardiovascular. Tidak terabanya nadi karotis pada dewasa

merupakan tanda utama terjadinya cardiac arrest atau henti jantung. Pemberian

ventilasi buatan dan kompresi pijat jantung diperlukan pada keadaan

kegawatdaruratan ini.5,31

Gambar 11. Pemeriksaan nadi karotis.29,31

Untuk melakukan pijat jantung dilakukan 30 kali dengan selingan 2 kali

nafas buatan dalam 2 menit. Pertama-tama tentukan titik penekanan yaitu di

bagian tengah sternum. Kemudian lakukan penekanan tulang dada kira-kira 4-5

cm (1,5-2 inchi) untuk dewasa, anak balita 4 cm (1,5 inchi), dan anak-anak 5 cm

(2 inchi) . Dan dilakukan 80-100 kali per menit. Kompresi pijat jantung dapat

dihentikan apabila pasien sudah dalam keadaan membaik atau sadar, pasien telah

meninggal, operator sudah letih dan pelayanan kesehatan lain sudah datang.5,32,33

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

Gambar 12. Kompresi dada pada dewasa, bayi dan anak

usia sampai 8 tahun.31,32

Menurut American Heart Association 2010, ada perubahan kunci terhadap

panduan Basic Life Support (BLS) pada tahun 2005 untuk pasien cardiac arrest,

yaitu :34

a. Pengenalan segera terhadap SCA (Sudden Cardiac Arrest) berdasarkan

penilaian tidak adanya respon dan tidak adanya pernafasan normal (misalnya,

pasien tidak bernafas atau hanya hembusan nafas).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

b. Menghilangkan Look, Listen dan Feel dari algoritma BLS.

c. Melakukan CPR menggunakan tangan (hanya kompresi pijat jantung) untuk

penolong/petugas yang tidak mengikuti pelatihan khusus.

d. Urutan perubahan dalam melakukan kompresi pijat jantung sebelum

membebaskan jalan nafas (melakukan CAB dari pada ABC).

e. Penyediaan perawatan kesehatan yang efektif dalam melakukan kompresi pijat

jantung atau CPR sampai kembalinya sirkulasi secara spontan.

f. Meningkatkan metode untuk melakukan CPR dengan kualitas tinggi (misalnya,

kedalaman pada saat melakukan penekanan kompresi pijat jantung harus adekuat).

g. Selanjutnya melakukan pemeriksaan nadi bagi pelayanan kesehatan.

h. Algoritma BLS untuk dewasa yang sederhana diperkenalkan dengan

memperbaiki algoritma tradisional.

2.4 Upaya pencegahan kegawatdaruratan medis

Setiap dokter gigi berkewajiban untuk melakukan tindakan yang diperlukan

untuk menghindari komplikasi dan untuk mencegah timbulnya kegawatdaruratan

medis. Anamnesa merupakan salah satu bagian terpenting dalam pemeriksaan

pasien karena mendapatkan keterangan mengenai kondisi pasien. Walaupun

keadaan kedaruratan tidak dapat dihindari dalam praktek dokter gigi, namun

sebaiknya keadaan kedaruratan dapat dikurangi atau dihindari dengan melakukan

perawatan dengan cermat, terampil dan trauma minimal.31

Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran

mengamanatkan agar setiap dokter ataupun dokter gigi yang berpraktek wajib

mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi

berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang

diakreditasi oleh organisasi profesi dalam rangka penyerapan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran atau kedokteran gigi dan dilaksanakan

sesuai dengan standar pendidikan profesi kedokteran ataupun kedokteran gigi. Hal

ini berguna agar dokter ataupun dokter gigi dapat meningkatkan, mengembangkan

pengetahuan, keterampilan, sikap dan prilaku dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat.35

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

Keadaan pingsan yang sering terjadi di praktek dokter gigi, mungkin

dikarenakan ruang praktek memiliki temperatur dan kelembaban yang tinggi.

Oleh karena itu, sebaiknya ruang praktek haruslah berhawa dingin dan

mempunyai ventilasi yang baik. Ruang tunggu harus terang dan sejuk serta untuk

mencegah pasien lama menunggu sebaiknya dilakukan penjadwalan kunjungan

yang efisien. Dokter gigi harus menggunakan dental unit yang desainnya

memungkinkan pasien segera dibaringkan lurus dengan posisi kaki lebih tinggi

dari kepala (posisi Trendelenburg 100) pada saat terjadi kondisi

kegawatdaruratan.36

Selain memperhatikan kondisi ruang praktek, sebaiknya juga dapat

dilakukan pemeriksaan awal. Walaupun tidak semua perawatan dental

memerlukan pemeriksaan awal, tetapi dalam menangani pasien yang ingin

melakukan bedah minor seperti pencabutan dan odontektomi, pemeriksaan awal

perlu dilakukan. Adapun pemeriksaan awal yang dimaksud adalah pemeriksaan

tanda-tanda vital.

2.4.1 Pemeriksaan tanda vital

Tanda vital termasuk penilaian dalam pemeriksaan rutin yang dilakukan

oleh tenaga medis. Tanda-tanda vital dapat menghasilkan perubahan yang

bertahap dari waktu ke waktu. Yang termasuk tanda-tanda vital adalah tekanan

darah, denyut nadi, pernafasan dan suhu.37-39

2.4.1.1 Tekanan darah

Untuk mengukur tekanan darah pasien sebelum melakukan perawatan

seperti pencabutan, sebaiknya dilakukan dengan teliti dan dicatat dengan baik

pada saat dilakukan pengukuran, karena keadaan pasien dapat mempengaruhi

hasil dan penilaian. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan tekanan darah adalah

sphygmomanometer. Tekanan darah diukur pada lengan tangan (gambar 12).

Lebar manset harus mencakup 1/2-2/3 panjang lengan atas. Manset yang dipakai

terlalu sempit akan memberikan hasil pemeriksaan tekanan darah menjadi tinggi,

sedangkan manset yang terlalu lebar akan memberikan hasil pemeriksaan terlalu

rendah.37-39

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

Cara untuk mengukur tekanan darah yaitu dengan memasangkan manset

melingkari lengan atas pasien, dengan batas bawah lebih kurang 3 cm dari siku.

Lakukan pemompaan sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba dan gunakan

stetoskop untuk mendengarkan arteri brakialis (di fosa kubiti). Kemudian

kosongkan manometer perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mm tiap detik.39

Tekanan sistolik adalah saat terdengar bunyi pada saat Korotkoof I yaitu

bunyi pertama yang didengar berupa bunyi detak yang perlahan. Sedangkan

tekanan diastolik adalah saat terdengar bunyi Korotkoof IV yaitu bunyi yang tiba-

tiba melemah. Dan nilai normal tekanan sistolik adalah <120mmHg dan untuk

tekanan diastolik adalah <80mmHg.38,39

Gambar 13. Cara mengukur tekanan

darah.39

2.4.1.2 Denyut nadi

Nadi merupakan refleksi perifer dari kerja jantung dan penjalaran

gelombang dari proksimal (pangkal aorta) ke distal. Gelombang nadi tidak

bersamaan dengan aliran darah tetapi menjalar lebih cepat. Nadi dapat dirasakan

selama midsistole, saat konstraksi jantung dan saat ejeksi darah intrakardia sedang

berlangsung. Kecepatan penjalaran nadi dapat menurun pada beberapa penyakit

jantung, darah atau pembuluh darah, tetapi dapat meningkat pada kondisi lain.

Intensitas nadi dapat berhubungan dengan karakteristik pembuluh darah dan

tekanan nadi. Kecepatan denyut nadi normal pada dewasa yang sehat berkisar dari

50-100 denyut/menit dan anak berusia dibawah 10 tahun berkisar 60-90

denyut/menit.38,39

Cara mengukur denyut nadi yaitu dengan menggunakan dua jari (jari

telunjuk dan jari tengah) untuk meraba arteri radialis. Untuk menyingkirkan

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

kemungki

nadi), hen

jantung. D

2.4.1

Kec

kemosenso

karbondio

ventilasi. K

Dengan a

pernafasan

menyadari

kecepatan

kali/menit

Pem

cara yaitu

1. C

menghitun

pemeriksa

2. C

meletakka

kemudian

3. C

stetoskop

nan terdapa

ndaknya se

Dan semua p

1.3 Pernafa

epatan pern

or dan o

oksida dan

Kecepatan

adanya rasa

n. Untuk p

i bahwa pe

n pernafasan

t pada orang

meriksaan re

:39

Cara inspeks

ng frekuens

aan dilakuka

Cara palpasi

an tangan p

dihitung ge

Cara auskult

yaitu mend

atnya pulsu

etiap perhit

penghitunga

Gambar

asan

nafasan dan

otak. Untu

ion hidrog

pernafasan

a cemas p

emeriksaan

ernafasanny

n involunte

g dewasa.38

espirasi ata

si, merupaka

sinya. Cara

an dengan m

, merupakan

pemeriksa p

erakan pern

tasi, pemeri

dengarkan da

us defisit (l

tungan nad

an harus dil

r 14. Car

denyu

n pola pern

tuk orang

gen dalam

normal tida

pada pasien

n pernafasan

ya sedang

er. Kecepa

au pernafas

an pemeriks

a ini tidak

melihat gera

an cara yang

pada dindin

nafasan pasi

iksaan yang

an menghitu

laju jantung

i dilakukan

akukan satu

ra memerik

ut nadi.40

afasan dike

normal,

darah dapa

ak berarti b

n dapat m

n harus hat

diamati da

atan pernafa

san dapat d

saan dengan

praktis da

akan nafas d

g dianjurkan

ng abdomen

en sambil m

g dilakukan

ung bunyi p

g lebih bes

n juga perh

u menit penu

ksa

endalikan ol

peningkat

at merangsa

bahwa oksig

menyebabkan

ti-hati, kare

pat terjadin

asan norma

dilakukan d

n melihat ge

an tidak dia

dan detak ja

n yaitu pem

n atau dindi

melihat detak

n dengan m

pernafasan.

sar daripada

hitungan d

uh.36

leh kemose

tan konse

ang pening

genisasi ade

n meningk

ena pasien

nya pening

al adalah

dengan beb

erakan nafa

anjurkan k

am sekaligu

meriksaan de

ing dada pa

ak jarum jam

menggunakan

a laju

enyut

ensor-

ntrasi

gkatan

ekuat.

katnya

yang

gkatan

12-18

berapa

as dan

karena

s.

engan

asien,

m.

n alat

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

Gambar 15. Teknik palpasi dan Teknik auskultasi.37

2.4.1.4 Suhu

Suhu tubuh merupakan perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan oleh

proses tubuh dan jumlah panas yang hilang karena lingkungan luar. Cara

pengukuran suhu adalah dengan menggunakan thermometer. Sebelum

menggunakan thermometer, pada permukaan air raksa harus diturunkan sampai

dibawah 350C dengan mengibas-ngibaskan thermometer.37,39

Pada bayi dibawah 2 tahun, pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada

lipatan paha atau rektum dengan suhu normal 360C-370C. Sedangkan pada anak

diatas umur 6 tahun, pengukuran dapat dilakukan di mulut (suhu oral) yaitu

dengan meletakkan thermometer di bawah lidah (sublingual) dan suhu oral normal

adalah 370C. Semua pengukuran suhu dilakukan selama 3 menit. Dalam keadaan

normal suhu aksila sama seperti suhu pada rektum yaitu 360C-370C.37,39

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

Gambar 16. Pemeriksaan suhu rektal, aksial, dan oral.40

Universitas Sumatera Utara

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 42484 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PengetahuanMenurut Webster, kegawatdaruratan medis

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan

1. Definisi Kegawatdaruratan medis 2. Prinsip Dasar Kegawatdaruratan Medis 3. Penanganan Kegawatdaruratan Medis 4. Pencegahan Kegawatdaruratan Medis

Pengetahuan dan Sikap Dokter Gigi Terhadap Kegawatdaruratan Medis

Sikap

1. Prinsip Dasar Kegawatdaruratan Medis

2. Penanganan Kegawatdaruratan Medis

3. Pencegahan Kegawatdaruratan Medis

Universitas Sumatera Utara