BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada...

13
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada tangan Flora normal adalah mikroorganisme yang menempati suatu daerah tanpa menimbulkan penyakit pada inang yang ditempati. Tempat paling umum dijumpai flora normal adalah tempat yang terpapar dengan dunia luar yaitu kulit, mata, mulut, saluran pernafasan atas, saluran pencernaan dan saluran urogenital. Kulit normal biasanya ditempati bakteria sekitar 102–106 CFU/cm2 (Trampuz & Widmer, 2004). Flora normal yang menempati kulit terdiri dari dua jenis yaitu flora normal atau mikroorganisme sementara (transient microorganism) dan mikroorganisme tetap (resident microorganism). Flora transien terdiri atas mikroorganisme non patogen atau potensial patogen yang tinggal di kulit atau mukosa selama kurun waktu tertentu (jam, hari, atau minggu), berasal dari lingkungan yang terkontaminasi atau pasien. Flora ini pada umumnya tidak menimbulkan penyakit (mempunyai patogenisitas lebih rendah) dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan flora tetap. Pada kondisi terjadi perubahan keseimbangan, flora transien dapat menimbulkan penyakit (Trampuz & Widmer, 2004; Jawetz e.t al., 2005). The Association for Professionals in Infection Control (APIC) memberikan pedoman bahwa mikroorganisme transien adalah mikroorganisme yang diisolasi dari kulit, tetapi tidak selalu ada atau menetap di kulit. Mikroorganisme transien, yang terdiri atas bakteri, jamur, ragi, virus dan parasit, terdapat dalam berbagai bentuk, dari berbagai sumber yang pada akhirnya dapat terjadi kontak dengan kulit. Biasanya mikroorganisme ini dapat ditemukan di telapak tangan, ujung jari dan di bawah kuku. (Synder,1988). Kuman patogen yang mungkin dijumpai di kulit sebagai mikroorganisme transien adalah Escherichia coli, Salmonella sp., Shigella sp., Clostridium perfringens, Giardia lamblia, virus Norwalk dan virus hepatitis A (Synder,1988). Sementara flora tetap adalah flora yang menetap di kulit pada sebagian besar Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46146/4/Chapter... · 2015-05-08 · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada tangan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Flora normal pada tangan

Flora normal adalah mikroorganisme yang menempati suatu daerah tanpa

menimbulkan penyakit pada inang yang ditempati. Tempat paling umum dijumpai

flora normal adalah tempat yang terpapar dengan dunia luar yaitu kulit, mata,

mulut, saluran pernafasan atas, saluran pencernaan dan saluran urogenital. Kulit

normal biasanya ditempati bakteria sekitar 102–106 CFU/cm2 (Trampuz &

Widmer, 2004).

Flora normal yang menempati kulit terdiri dari dua jenis yaitu flora normal

atau mikroorganisme sementara (transient microorganism) dan mikroorganisme

tetap (resident microorganism). Flora transien terdiri atas mikroorganisme non

patogen atau potensial patogen yang tinggal di kulit atau mukosa selama kurun

waktu tertentu (jam, hari, atau minggu), berasal dari lingkungan yang

terkontaminasi atau pasien. Flora ini pada umumnya tidak menimbulkan penyakit

(mempunyai patogenisitas lebih rendah) dan jumlahnya lebih sedikit

dibandingkan flora tetap. Pada kondisi terjadi perubahan keseimbangan, flora

transien dapat menimbulkan penyakit (Trampuz & Widmer, 2004; Jawetz e.t al.,

2005).

The Association for Professionals in Infection Control (APIC)

memberikan pedoman bahwa mikroorganisme transien adalah mikroorganisme

yang diisolasi dari kulit, tetapi tidak selalu ada atau menetap di kulit.

Mikroorganisme transien, yang terdiri atas bakteri, jamur, ragi, virus dan parasit,

terdapat dalam berbagai bentuk, dari berbagai sumber yang pada akhirnya dapat

terjadi kontak dengan kulit. Biasanya mikroorganisme ini dapat ditemukan di

telapak tangan, ujung jari dan di bawah kuku. (Synder,1988).

Kuman patogen yang mungkin dijumpai di kulit sebagai mikroorganisme

transien adalah Escherichia coli, Salmonella sp., Shigella sp., Clostridium

perfringens, Giardia lamblia, virus Norwalk dan virus hepatitis A (Synder,1988).

Sementara flora tetap adalah flora yang menetap di kulit pada sebagian besar

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46146/4/Chapter... · 2015-05-08 · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada tangan

orang sehat yang ditemukan di lapisan epidermis dan di celah kulit (Synder,

1988).

Flora tetap terdiri atas mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya

dijumpai pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu pula, jika terjadi

perubahan lingkungan, mereka akan segera kembali seperti semula. Adanya lemak

dan kulit yang mengeras membuat flora tetap sulit lepas dari kulit meskipun

dengan surgical scrub. Oleh karena itu, dokter ahli bedah diharuskan memakai

sarung tangan, salah satu alasannya adalah karena tidak mungkin menghilangkan

semua flora atau mikroorganisme yang terdapat di kulit. (Jawetz et al. 2005),

Flora tetap yang paling sering dijumpai adalah Staphylococcus

epidermidis dan stafilokokus koagulase negatif lainnya, Corynebacterium dengan

densitas populasi antara 102-103 CFU/cm2 (Trampuz & Widmer, 2004). Flora

tetap tidak bersifat patogen, kecuali Staphylococcus aureus. Bakteri ini dapat

menyebabkan penyakit jika telah mencapai jumlah 1.000.000 atau 106 per gram,

suatu jumlah yang cukup untuk memproduksi toksin (Snyder, cit. Snyder, 2001).

Flora anaerobik seperti Propionibacterium acne, tinggal di lapisan kulit lebih

dalam, dalam folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea (Strohl, et al.,

2001) P. acne menempati bagian kulit yang berminyak. Sedikit populasi jamur

(Pityrosporum) juga ditemukan sebagai mikroorganisme tetap.

Jenis dan jumlah mikroorganisme tetap bervariasi dari satu individu ke

individu lainnya dan berbeda di antara regio tubuh. Sebagian besar

mikroorganisme tetap tidak berbahaya (Synder, 1988; Strohl et. al, 2001). Flora

transien akan mati atau dapat dihilangkan dengan cuci tangan, sedangkan flora

tetap yang sering dijumpai di bawah kuku, sulit dihilangkan. Flora tetap akan

selalu ada dan bertahan hidup (survive), apalagi tempat tersebut menyediakan

lingkungan yang mendukung pertumbuhan mikroba. Berkeringat berlebihan atau

pencucian dan mandi tidak menghilangkan atau mengurangi secara bermakna

jumlah flora tetap. (Synder, 1988).

Menurut penelitian Price (1938), yang ditulis pada WHO guideline on

hand hygiene in health care, menyatakan bahwa bakteri yang dapat diidentifikasi

pada tangan dapat dibagi atas dua kategori, residen atau transien.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46146/4/Chapter... · 2015-05-08 · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada tangan

Flora residen meliputi mikroorganisme yang menempati bagian bawah sel-

sel superfisial pada stratum corneum dan juga dapat ditemukan pada permukaan

kulit. Spesies dominan yang dapat ditemukan adalah Staphylococcus epidermidis.

Bakteri residen lain termasuk S. hominis dan jenis staphylococci lainnya,

selanjutnya diikuti oleh bakteri-bakteri coryneform seperti propionibacteria,

corynebacteria, dermobacteria dan micrococci. Jamur yang paling banyak pada

flora normal kulit adalah Pityrosporum sp.

Flora residen pada kulit memiliki 2 fungsi proteksi : antagonis terhadap

mikroorganisme yang merugikan dan kompetisi terhadap nutrisi pada ekosistem.

Secara umum flora residen jarang dikaitkan dengan infeksi, namun dapat

menyebabkan infeksi pada daerah steril tubuh, mata atau kulit yang mengalami

kerusakan. (Price, 1938).

Flora transien adalah mikroorganisme yang secara normal tidak dijumpai

pada permukaan tangan. Flora transien berkoloni, bertahan dan berkembang biak

pada telapak tangan. Biasanya koloni flora transien didapat melalui kontak kulit

dengan kulit yang memiliki koloni flora transien. Kemampuan transmisi dari flora

transien dipengaruhi oleh jenis flora transien, jumlah flora normal pada kulit, dan

tingkat kelembaban kulit. Beberapa contoh flora transien yang dominan adalah S.

aureus, basil gram negatif atau yeast. (Jawet et al, 2005)

2.2. Bakteri

2.2.1. Definisi Bakteri

Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak mempunyai

selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik

berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus (nukleus) dan tidak ada

membrane inti. Bentuk DNA bakteri adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut

nukleoid. Pada DNA bakteri tidak mempunyai intron dan hanya tersusun atas ekson

saja. Bakteri juga memiliki DNA ekstrakromosomal yang tergabung menjadi

plasmid yang berbentuk kecil dan sirkuler. (Yulika H, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46146/4/Chapter... · 2015-05-08 · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada tangan

2.2.2. Klasifikasi Bakteri

Menurut Syarif dan Halid (1993), identifikasi jenis bakteri berdasarkan sifat

morfologi, biokimia, fisiologi dan serologi adalah seperti berikut:

• Bakteri Gram positif

1. Kokus

a) Katalase positif: Staphylococcus

b) Katalase negatif: Streptococcus

2. Batang

a) Anaerobik: Clostridium botulinum, Lactobacillus

b) Aerobik: Bacillus

• Bakteri Gram negatif

2. Fermentatif (batang): Proteus, Eschericia coli, Enterobacter

3. Non Fermentatif (spiral/batang): Pseudomonas, Alcaligenes

2.2.3. Ciri-ciri Bakteri

• Uniselular (bersel tunggal), prokariotik (tidak mempunyai

membrane inti/membrane)

• Ukuranya sangat kecil, lebar 0,5–1,0 milimikron dan panjang 1,0–

6,0 milimikron, tetapi ada bakteri yang berukuran 100 mikron.

• Hidupnya ada yang soliter (secara sendiri-sendiri) dan ada yang

koloni (berkelompok), serta ada yang bersimbiosis, parasit, dan

saprofitik.

• Pada umumnya tidak mempunyai kloroplas, kecuali

bakterioklorofil dan bakteriopurpurin.

• Berkembang biak secara vegetative dengan pembelahan binner

dan generative (paraseksual) dengan konjugasi, transformasi dan

transduksi.

• Hidupnya kosmopolit, artinya bakteri dapat hidup dan ditemukan

dimana saja. Akan tetapi, dalam kondisi ekstrem bakteri akan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46146/4/Chapter... · 2015-05-08 · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada tangan

membentuk endospora. Pembentukkan endospora diawali dengan

sel mulai mereplikasikan DNAnya dan satu salinan DNAnya

dikelilingi oleh dinding sel yang tebal dan kuat. Selanjutnya,

dinding sebelah luar hancur, tetapi endospora tetap bertahan hidup

melewati segala jenis trauma yang meliputi kekurangan makanan

dan air, panas atau dingin esktrim, dan sebagian besar racun. Jika

linkungan sudah berubah menjadi normal kembali endospora akan

mengalami hidrasi dan hidup kembali secara vegetative untuk

membentuk koloni.

2.2.4. Bakteri Yang Menguntungkan

• Pembusukan (penguraian) sisa-sisa makhluk hidup. Contohnya

adalah Escherichia coli.

• Pembuatan makanan dan minuman hasil fermentasi. Contohnya

adalah Acetobacter pada pembuatan asam cuka, Lactobacillus

bulgaricus pada pembuatan yoghurt, Acetobacter xylinum pada

pembuatan nata de coco, dan Lactobacillus casei pada

pembuatan keju dan yoghurt.

• Berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat

nitrogen, yaitu Rhizobium leguminosarum yang hidup

bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan dan

Azotobacter chlorococcum.

• Penyubur tanah. Contohnya adalah Nitrosococcus dan

Nitrosomonas yang berperan dalam proses nitrifikasi

menghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan tanaman.

• Penghasil antibiotik. Contohnya adalah Bacillus polymyxa

penghasil antibiotik polimiksin B untuk pengobatan infeksi

bakteri Gram negatif, Bacillus subtillis penghasil antibiotik

untuk pengobatan infeksi bakteri Gram positif, Streptomyces

griseus penghasil antibiotik streptomisin untuk pengobatan

bakteri Gram negatif termasuk bakteri penyebab TBC, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46146/4/Chapter... · 2015-05-08 · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada tangan

Streptomyces rimosus penghasil antibiotic tetrasiklin untuk

berbagai infeksi bakteri.

• Penelitian rekayasa genetika dalam berbagai bidang. Sebagai

contoh, dalam bidang kedokteran dihasilkan obat-obatan dan

produk kimia bermanfaat yang disintesis oleh bakteri, misalnya

enzim, vitamin, dan hormon.

• Pembuatan zat kimia, misalnya aseton dan butanol oleh

Clostridium acerobutylicum.

• Berperan dalam proses pembusukan sampah dan kotoran hewan

sehingga menghasilkan energy alternative metana berupa

biogas. Contohnya Methanobacterium. (Mayo Foundation for

Medical Education and Research, 2011).

2.2.5. Bakteri Yang Merugikan

• Pembusukan makanan. Contohnya Clostridium botulinum.

• Penyebab penyakit pada manusia. Contohnya Mycobacterium

tuberculosis (penyebab penyakit TBC), Vibrio cholera

(penyebab kolera atau muntaber), Clostridium tetani (penyebab

tetanus), dan Mycobacterium leprae (penyebab lepra).

• Penyebab penyakit pada hewan. Contohnya Bacillus anthracis

(penyebab penyakit antraks pada sapi).

• Penyebab penyakit pada tanaman budidaya. Contohnya

Pseudomonas solanacearum (penyebab penyakit pada tanaman

tomat, Lombok, terung, dan tembakau), serta Agrobacterium

tumafaciens (penyebab tumor pada tumbuhan). (Mayo

Foundation for Medical Education and Research, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46146/4/Chapter... · 2015-05-08 · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada tangan

2.3. Stafilokokus

Stafilokokus adalah sel sferis garam-positif, biasanya tersusun dalam

kelompok seperti anggur yang tidak teratur. Stafilokukus tumbuh dengan mudah

di berbagai medium dan aktif secara metabolik, melakukan fermentasi karbohidrat

dan menghasilkan pigmen yang bervariasai dari putih hingga kuning tua.

Beberapa tipe stafilokukos merupakan flora normal kulit dan membran mukosa

manusia, tipe lainnya dapat menimbulkan supurasi, membentuk abses, berbagai

infeksi piogenik, dan bahkan septikemia yang fatal. (Jawetz, 2008)

Genus stafilokokus sedikitnya memiliki 30 spesies. Tiga spesies utama

yang memiliki kepentingan klinis adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus

epidermidis, dan staphylococcus saprophyticus. Staphylococcus aureus bersifat

koagulase-positif, yang membedakannya dari spesies lainnya. S.aureus adalah

patogen utama pada manusia. (Jawetz, 2008)

Staphylococcus koagulasi negatif adalah flora normal manusia dan

kadand-kadang menyebabkan infeksi, seringkali berkaitan dengan implantasi alat-

alat, terutama pada pasien yang sangat muda, tua, dan dengan fungsi imun yang

terganggu. Sekitar 75% infeksi yang disebabkan oleh stafilokokus koagulase

negatif ini akibat S epidermidis, infeksi yang disebabkan oleh staphylococcus

ligdunensis, staphylococcus warneri, staphylococcus hominis, dan spesies lainnya

lebih jarang terjadi. (Jawetz, 2008)

2.3.1. Morfologi dan identifikasi

A. Ciri khas organisme

Stafilokokus adalah sel sferis, berdiameter sekitar 1µ tersusun

dalam kelompok yang tidak teratur. Kokus tunggal, berpasangan, tetrad,

dan bentuk rantai juga terlihat di biakan cairan. Kokus yang muda

memberikan pewarnaan gram-positif yang kuat, akibat penuaan, banyak

sel menjadi gram negatif. Stafilokokus tidak mortil dan tidak membentuk

spora. Bila dipengaruhi obat-obat seperti penisilin, stafilokokus lisis.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46146/4/Chapter... · 2015-05-08 · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada tangan

Spesies mikrokokus sering menyerupai stafilokokus. Spesies tersebut

ditemukan hidup bebas di lingkungan dan membentuk kelompok empat

atau delapan kokus yang teratur. Koloninya dapat berwarna kuning,

merah, atau jingga. (Jawetz, 2008)

B. Biakan

Stafilokokus mudah berkembang pada sebagian besar medium

bakteriologik dalam lingkungan aerobik atau mikroaerofilik. Organisme

ini paling cepat berkembang pada suhu 370C tetapi suhu terbaik untuk

menghasilkan pigmen adalah suhu ruangan (25-250C). Koloni pada

medium padat berbentuk bulat, halus, meninggi, dan berkilau. S aureus

biasanya membentuk koloni berwarna abu-abu hinghga kuning atau

kecoklatan. Koloni S epidermis biasanya berwarna abu-abu hingga putih

pada isolasi pertama, banyak koloni hanya menghasilkan pigmen setelah

inkubasi lama. (Jawetz, 2008)

2.3.2.Patogenesis

Stafilokokus, terutama S epidermidis, merupakan flora normal pada kulit,

saluran napas, dan saluran cerna manusia. S aureus ditemukan dalam hidung pada

20-50% manusia. Stafilokokus juga sering ditemukan di pakaian, seorai, dan

benda-benda lainnya di lingkungan manusia.

Kemampuan patogenik S aureus terteuntu merupakan gabungan efek

faktor extraseluler dan toksin serta sifat invasif strain tersebut. Salah satu akhir

spektrum penyakit oleh stapilokokus adalah keracunan makanan, yang semata-

mata akibat konsumsi makanan yang mengandung enterotoksin, sedangkan

bentuk akhir lainnya adalah bakterimia stafilokokus dan abses yang tersebar di

semua organ. (Jawetz, 2008)

S aureus yang patogen dan invasif menghasilkan koagulase dan cenderung

menghasilkan pigmen kuning dan bersifat hemolitik. Stafilokokus yang

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46146/4/Chapter... · 2015-05-08 · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada tangan

nonpatogen dan tidak invasif seperti S epidermidis bersifat koagulase negatif dan

cenderung nonhemolitik. (Jawetz, 2008)

2.3.3. Epidemiologi

Stafilokokus adalah parasit manusia yang dapat ditemukan dimana-mana.

Sumber utama infeksi adalah lesi terbuka, barang-barang yang terkontaminasi lesi

tersebut, serta saliran napas dan kulit manusia. Penyebaran infeksi melalui kontak

langsung dianggap sangat penting dirumah sakit, karena sebagian besar staf atau

pasien membawa stafilokokus yang resisten terhadap antibiotik di dalam hidung

atau kulitnya. Walaupun kebersihan, higien, dan manajemen aseptik pada lesi

dapat mengendalikan penyebaran stapilokokus dari lesi, terdapat beberapa metode

yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran stafilokokus secara luas.

(Jawet, 2008)

2.4. Mencuci tangan

2.4.1. Definisi

Mencuci tangan adalah perlakuan kepada tangan menggunakan air yang

bertujuan untuk mengurangi flora transien tanpa mempengaruhi flora residen pada

kulit. Penggunaan sabun dan/atau deterjen yang mengandung agen antiseptik

dapat digunakan untuk membantu efektifitas mencuci tangan. (Madappa, 2012)

2.4.2. Persiapan mencuci tangan

Dalam mencuci tangan, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi efektifitas mencuci tangan dalam mengurangi jumlah bakteri.

faktor-faktor yang berpengaruh diantaranya adalah air dan sabun. (Madappa,

2012)

2.4.3. Jenis - Jenis Penyakit

Menurut Dr. Handrawan Nadesul ada sekitar 20 jenis penyakit yang bisa

hinggap di tubuh akibat tidak mencuci tangan dengan baik dan benar. Beberapa

penyakit yang dapat disebabkan karena kurang pedulinya terhadap kegiatan cuci

tangan pakai sabun, diantaranya :

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46146/4/Chapter... · 2015-05-08 · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada tangan

1. Diare

Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum

untuk anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30

penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat

mengurangi angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare

seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat

sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia

seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab

diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini

membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan

yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan

mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau

terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor. Tingkat kefektifan

mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare

dalam persen menurut tipe inovasi pencegahan adalah : Mencuci tangan

dengan sabun (44%), penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%),

pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber air yang

diolah (11%).

2. Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA)

ISPA adalah penyebab kematian utama untuk anak-anak balita.

Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran

pernafasan ini dengan dua langkah:

1. Dengan melepaskan patogen-patogen pernafasan yang terdapat pada

tangan dan permukaan telapak tangan.

2. Dengan menghilangkan pathogen (kuman penyakit) lainnya

(terutama virus entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare

namun juga gejala penyakit pernafasan lainnya. Bukti-bukti telah

ditemukan bahwa praktek-praktek menjaga kesehatan dan

kebersihan seperti - mencuci tangan sebelum dan sesudah makan/

buang air besar/kecil - dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25

persen. Penelitian lain menemukan bahwa mencuci tangan dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46146/4/Chapter... · 2015-05-08 · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada tangan

sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan

dengan pnemonia pada anak-anak balita hingga lebih dari 50

persen.

3. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit.

2.5.4. Air

Air merupakan pelarut universal, dan selama ini digunakan untuk

membersihkan tangan dari kotoran maupun kontaminan. Walau begitu, air tidak

dapat secara langsung menghilangkan bahan-bahan hidrofobik seperti lemak dan

minyak yang sering terdapat pada tangan yang kurang bersih. Maka dari itu

penggunaan air harus diikuti dengan sabun. (Madappa, 2012)

Kualitas air juga sangat menentukan efektifitas dari mencuci tangan. Air

dengan kontaminan yang tinggi terbukti kurang efektif jika digunakan dalam

mencuci tangan. Faktor lain seperti suhu juga memiliki pengaruh dalam efektifitas

mencuci tangan. (Madappa, 2012)

2.5.5. Cara Mencuci Tangan Yang Baik

Menurut Center’s for Disease Control (CDC) and The American Society

for Microbiology (2005) berikut langkah-langkah cuci tangan yang tepat:

1. Basahi tangan dengan air mengalir yang hangat, pakailah sabun secara

rata.

2. Gosokan kedua tangan minimal 10-15 detik, merata hingga ke jari-

jemari dan siku.

3. Bilas dengan air, kemudian keringkan tangan dengan handuk bersih atau

tisu sekali pakai.

4. Jika berada difasilitas umum, biarkan air tetap mengalir saat selesai.

Saat tangan sudah kering, pakailah kertas tisu untuk menekan/memutar

keran.

2.6. Bahan Sanitaiser

Dalam proses cuci tangan, tidak mungkin menghilangkan

semuamikroorganisme dari tangan, tetapi efektivitas mencuci tangan dapat

ditingkatkan menggunakan bahan sanitaiser. Sabun relatif tidak efektif untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46146/4/Chapter... · 2015-05-08 · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada tangan

mendesinfeksi kulit, tetapi selama pencucian sabun akan mengurangi bakteri

transien pada kulit secara nyata (Jenie 1996).

Penambahan antimikroba pada saat cuci tangan akan efektif dalam

mengurangi jumlah mikroorganisme transien. Hasil penelitian Paulson (1994)

menunjukkan bahwa penggunaan sabun cair non bakteri dapat menghilangkan

jumlah mikroorganisme sekitar 2 log, sedang penggunaan sabun cair mengandung

10% paraklorometaksilenol (PMCX) dan 0,2% PMCX dapat menghilangkan

jumlah mikroorganisme masing-masing 2,5 log dan 4 log.

Sampai saat ini telah banyak jenis sanitaiser yang digunakan untuk cuci

tangan. Setiap sanitaiser mempunyai kelebihan masing-masing. Menurut Paulson

(1996) efektivitas sanitaiser tersebut tergantung pada tipe dan jumlah sanitaiser

yang digunakan, waktu yang dibutuhkan untuk cuci tangan, tekanan mekanis dan

gesekan pada saat cuci tangan serta suhu air.

Klorin merupakan salah satu bahan sanitaiser yang banyak digunakan

dalam industri pangan dengan pertimbangan antara lain bakteri gram negatif

maupun positif rentan terhadap klorin, demikian juga dengan sporanya.

Disamping itu klorin mudah digunakan dan harganya murah (Forsythe dan Hayes

1998).

Pilihan sanitaiser lain yang banyak digunakan dan dinilai efektif adalah

alkohol. Alkohol dan formula yang mengandung alkohol TO% efektif

menurunkan E. Coli. ( Ansari et al. 1989).

Alkohol murni (100%) kurang efektif dibandingkan dengan larutan

alkohol (alkohol yang sudah dicampur aquades). Direkemendasikan untuk

menggunakan alkohol dengan konsentrasi 70%, karena denaturasi membutuhkan

air (Tortora et al. 1998).

Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat

pertumbuhan dan membunuh miroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat

pada permukaan tubuh luar makhluk hidup. Secara umum, antiseptik berbeda

dengan obat-obatan maupun desinfektan. Obat-obatan seperti antibiotik misalnya,

membunuh mikroorganisme secara internal, sedangkan desinfektan berfungsi

sebagai zat untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada benda yang

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46146/4/Chapter... · 2015-05-08 · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora normal pada tangan

tidak bernyawa. Di antara zat antiseptik yang umm digunakan di antaranya adalah

alkohol, iodum, hidrogen peroksida, dan asam boraks. Kekuatan masing-masing

zat antiseptik tersebut berbeda-beda. Ada yang memiliki kekuatan yang sangat

tinggi, ada pula yang bereaksi dengan cepat ketika membunuh mikroorganisme.

(Ansari et al, 1989)

Pembersih tangan atau hand sanitizer merupakan salah satu produk

inovatif yang berupa cairan antiseptik pencuci tangan tanpa bilas yang tidak

berbusa, digunakan untuk membunuh bakteri yang telah terakumulasi di tangan

tanpa harus dibilas dengan air. Antiseptik tidak dimaksudkan untuk masuk ke

dalam jaringan tubuh, melainkan hanya bekerja di permukaan tubuh saja, seperti

halnya untuk pemakaian di kulit tangan kita.Dalam pembuatan pembersih tangan

ini digunakan alkohol (etanol) dari ampas kelapa, karena alkohol mempunyai

potensi sebagai antiseptik yang cukup optimal pada kadar 70%. (Ansari et al,

1989)

Hand sanitizer adalah cairan dengan berbagai kandungan yang sangat

cepat membunuh mikroorganisme yang ada di kulit tangan. Hand sanitizer

banyak digunakan karena alasan kepraktisan, mudah dibawa dan cepat digunakan

tanpa perlu menggunakan air. Hand sanitizer digunakan ketika dalam keadaan

darurat di mana kita tidak bisa menemukan air. Kelebihan ini diutarakan menurut

US FDA (Food and Drug Administration) dapat membunuh kuman dalam waktu

kurang lebih 30 detik. (Ansari et al, 1989)

Hand sanitizer memiliki berbagai macam zat yang terkandung. Secara

umum mengandung alkohol 60-90%. Menurut CDC (Center for Disease Contro)

hand sanitizer terbagi menjadi dua yaitu mengandung alkohol dan tidak

mengandung alkohol Hand sanitizer dengan kandungan alkohol antara 60-95%

memiliki efek anti mikroba yang baik dibandingkan tanpa kandungan alkohol

Universitas Sumatera Utara