Daftar Gubernur Di Indonesia - Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas 2
BAB 2 TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan...
Transcript of BAB 2 TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan...
Tugas Akhir | 7
BAB 2
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Pengertian Rumah Susun
Terdapat beberapa pengertian atau definisi rumah susun dari sumber
yang berbeda-beda:
1. Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang
distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal
dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan
digunakan secara terpisah terutama untuk tempat hunian yang
dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
(No.16 UU tahun 1985 tentang rumah susun, pasal 1 ayat 1)
2. Rumah Susun sebagai rumah, dapat diartikan suatu bangunan dimana
manusia tinggal dan melangsungkan kehidupannya. Disamping itu
rumah juga merupakan tempat dimana berlangsung proses sosialisasi
pada saat seorang individu diperkenalkan pada norma dan adat
kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat. (Sarlito W, dalam
Sejumlah Masalah Pemukiman Kota, 1984 : 145)
Tugas Akhir | 8
3. Rumah susun (kelas: nomina-kata benda), berasal dari akar kata
“rumah’ merujuk pada gedung atau bangunan bertingkat yang terbagi
atas beberapa tempat tinggal (masing-masing untuk satu keluarga); flat.
Kerap dikonotasikan sebagai apartemen versi sederhana, walaupun
sebenarnya apartemen bertingkat sendiri bisa dikategorikan sebagai
rumah susun. (Glosarium Pusat Bahasa, rujukan KBBI, 2009)
Dengan demikian rumah susun bisa diartikan sebagai suatu bangunan
gedung bertingkat yang memiliki sistem kepemilikan perseorangan dengan
hak bersama, yang penggunaannya bersifat hunian, untuk mewadahi fungsi
dan aktivitas keluarga yang dilaksanakan secara sederhana.
2.1.2 Latar Belakang Rumah Susun
Dikaitkan dengan program pemerintah, latar belakang berdirinya
rumah susun terkait erat dengan program peningkatan kesejahteraan rakyat
kecil. Hal ini tampak dalam rincian UU 16 Tahun 1985 tentang Rumah
Susun, yakni:
• Bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan peningkatan taraf
hidup rakyat, sebagaimana diamanatkan dalam Garis-garis Besar
Haluan Negara, diperlukan peningkatan usaha-usaha penyediaan
perumahan yang layak, dengan harga yang dapat dijangkau oleh daya
Tugas Akhir | 9
beli rakyat terutama golongan masyarakat yang mempunyai
penghasilan rendah
• Bahwa dalam rangka peningkatan daya guna dan hasil guna tanah
bagi pembangunan perumahan dirasakan perlu untuk membangun
perumahan dengan sistem lebih dari satu lantai, yang dibagi atas
bagian-bagian yang dimiliki bersama dan satuan-satuan yang masing-
masing dapat dimiliki secara terpisah untuk dihuni, dengan
memperhatikan faktor sosial budaya yang hidup dalam masyarakat.
Berdasarkan hal itu maka tujuan dan fungsi dari rumah susun dapat
dijabarkan sebagai berikut :
• Menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat menengah bawah.
• Mengurangi daerah-daerah kumuh yang ada di Jakarta.
• Mengurangi kesenjangan sosial yang ada di masyarakat.
• Mengurangi permasalahan keterbatasan lahan untuk tempat tinggal.
• Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan mengurangi
kesenjangan sosial yang ada.
Secara singkat bisa disimpulkan bahwa target pemerintah dalam
program pembangunan rumah susun adalah masyarakat kelas menengah-
bawah, dengan pertimbangan faktor keterbatasan lahan, sehingga bisa
Tugas Akhir | 10
dicapai suatu hunian yang tanggap terhadap faktor sosial budaya
masyarakat tersebut.
Adapun batasan terhadap rusun yang diperuntukkan bagi masyarakat
menengah bawah berdasarkan Peraturan Menteri Negara Perumahan
Rakyat adalah keluarga/rumah tangga termasuk perorangan baik yang
berpenghasilan tetap maupun tidak tetap, belum pernah memiliki sarusun
sederhana, belum pernah menerima subsidi sarusun sederhana dan termasuk
ke dalam kelompok masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan
berpenghasilan rendah dengan penghasilan sampai dengan Rp. 4.500.000,-
per bulan.
Kelompok sasaran masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan
berpenghasilan rendah yakni sebagai berikut (Permenpera No:
7/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman):
Kelompok Sasaran Batasan Penghasilan (Rp/Bulan) I (Menengah-Bawah) 3.500.000 - 4.500.000
II (Bawah) 2.500.000 - 3.500.000 III (Rendah) 1.200.000 – 2.500.000
Dari latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa rusun yang akan
dibangun akan diperuntukkan bagi para penjual/pemilik kios pasar, dengan
profil konsumen yang dibidik adalah kalangan menengah bawah.
Tugas Akhir | 11
2.1.3 Karakteristik Rumah Susun
Berdasarkan peraturan pemerintah, karakteristik rumah susun di
Indonesia memiliki ketetapan standar sebagai berikut:
• Satuan rumah susun
- Mempunyai ukuran standar minimum 18m2, lebar muka minimal 3m.
- Dapat terdiri dari satu ruang utama (ruang tidur) dan ruang lain
(ruang penunjang) di dalam dan/atau diluar ruang utama.
- Dilengkapi dengan sistem penghawaan dan pencahayaan buatan
yang cukup, sistem evakuasi penghuni yang menjamin kelancaran
dan kemudahan, sistem penyediaan daya listrik yang cukup, serta
sistem pemompaan air.
- Batas pemilikan satuan rumah susun dapat berupa ruang tertutup
dan/atau sebagian terbuka dan/atau ruang terbuka.
• Benda bersama
- Benda bersama dapat berupa prasarana lingkungan dan fasilitas
lingkungan.
• Bagian Bersama
- Bagian bersama dapat berupa ruang untuk umum, struktur dan
kelengkapan rumah susun, prasarana lingkungan dan fasilitas
lingkungan yang menyatu dengan bangunan rumah susun.
Tugas Akhir | 12
• Prasarana lingkungan
- Prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan
sebagai penghubung antar bangunan rumah susun atau keluar
lingkungan rumah susun, tempat parkir, utilitas umum yang terdiri
dari jaringan air limbah, sampah, pemadam kebakaran, listrik, gas,
telepon dan alat komunikasi lainnya.
• Fasilitas lingkungan
- Lingkungan rumah susun harus dilengkapi fasilitas perniagaan dan
perbelanjaan, lapangan terbuka, pendidikan, kesehatan,
peribadatan, pelayanan umum serta pertamanan.
Selain itu terdapat pula Unsur-unsur persyaratan kelengkapan rusun
berdasarkan UU no 16 tahun 1985, tentang rumah susun yakni :
• Jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan.
• Jaringan listrik yang memenuhi persyaratan;
• Jaringan gas yang memenuhi persyaratan;
• Saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan;
• Saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan;
• Saluran dan/ atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi
persyaratan ;
Tugas Akhir | 13
• Tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat
komunikasi lainnya;
• Alat transportasi yang berupa tangga, lift atau eskalator sesuai dengan
tingkat keperluan;
• Pintu dan tanggga darurat kebakaran;
• Tempat jemuran;
• Alat pemadam kebakaran;
• Penangkal petir;
• Alat / sistem alarm;
• Pintu kedap asap pada jarak-jarak tertentu;
• Generator listrik yang disediakan untuk rumah susun yang
menggunakan lift;
Dari karakteristik yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa
rusun yang akan dibangun difokuskan pada rusun sederhana untuk kelas
menengah bawah, dengan kisaran luas antara 18-45 m2.
2.1.4 Pengertian Pasar
Terdapat beberapa pengertian atau definisi mengenai pasar dari
sumber yang berbeda-beda:
Tugas Akhir | 14
1. Pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan
(pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu,
sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar)
dan jumlah yang diperdagangkan. (Kajian Ilmu Ekonomi, Sudarsono
1995, hal: 226).
2. Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan
penawaran bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar
tradisional. Pasar dalam arti luas adalah proses transaksi antara
permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar
modern. Permintaan dan penawaran dapat berupa barang atau jasa.
Pasar tradisional, pasar modern, bursa kerja dan bursa efek merupakan
contoh-contoh pasar. (Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia
Indonesia Online, 2009)
3. Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih
dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional,
pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya.
Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara
dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta
dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang
dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat
Tugas Akhir | 15
atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses
jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. (Perpres 112-2007,
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional)
Berdasarkan pengertian di atas, maka definisi pasar terbagi menjadi
dua kelompok utama yakni Pasar Tradisional dan Pasar Modern. Pasar
tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan
biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang
dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan
makanan berupa ikan, buah, sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang
elektronik, jasa, dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue
dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di
Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar
memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.
Pasar Modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun
pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung
melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang
(barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara
mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga.
Tugas Akhir | 16
Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti;
buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah
barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar
swalayan, hypermarket, supermarket, dan mini-market.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam proyek kali ini,
konsep pasar yang dituju adalah bentuk pasar modern, namun dengan tetap
mempertahankan karakteristik serta fungsi dari pasar tradisional (misal:
kegiatan tawar menawar, produk yang ditawarkan berupa kebutuhan sehari-
hari, lokasi di tempat terbuka, pembeli bertatap muka dengan penjual, dll).
2.1.5 Latar Belakang Pasar
Pasar berdiri karena adanya kebutuhan dari masyarakat berupa
permintaan akan barang dan jasa. Kebutuhan itu direspon oleh penjual,
sehingga kemudian muncul bermacam jenis pasar, yang dapat dibedakan
menurut beberapa kriteria.
Berdasarkan jenisnya pasar dapat dibedakan menjadi :
• Pasar konsumsi : menjual barang-barang untuk keperluan konsumsi.
Misalnya menjual beras, sandal, lukisan, dll. Contohnya adalah Pasar
Mergan di Malang, Pasar Kramat Jati, dll.
Tugas Akhir | 17
• Pasar faktor produksi : menjual barang-barang untuk keperluan
produksi. Misalnya menjual mesin untuk memproduksi, lahan untuk
pabrik, dll.
Dari sekian banyak kriteria pasar, ada beberapa poin mendasar yang
harus dipenuhi oleh sebuah pasar. Adapun fungsi dari pasar dapat
dijabarkan sebagai berikut :
• Tempat pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
• Tempat berlangsungnya transaksi antara penjual dan pembeli.
• Tempat pertemuan antara permintaan dan penawaran.
2.1.6 Karakteristik Pasar
Mengacu pada kriteria yang diberikan oleh Menteri Perdagangan RI,
Maria Elka Pangestu (Buku Putih Pasar Tradisional, Maret 2009)
disebutkan bahwa karakteristik pasar terbagi menjadi:
• Pasar Modern
Bentuk pasar ini lebih mewah, aman, luas, bersih, dimana barang
tertata rapi disertai dengan petunjuk yang jelas, ada pelayanan yang
profesional, serta menyediakan semua yang dibutuhkan. Selain itu
juga tresedia mekanisme pembayaran yang canggih (bisa non-cash).
Umumnya dikunjungi oleh konsumen berpendapatan tinggi dan
menengah atas.
Tugas Akhir | 18
• Pasar Tradisional
Bentuk pasar yang lebih sederhana, namun lebih ramai, banyak
tersedia pilihan barang kebutuhan, bisa ditawar karena penjual dan
pembeli bertemu secara langsung, harga umumnya terjangkau,
pembayaran dilakukan dengan cash, tersedia fasilitas angkutan umum
sehingga bisa diakses semua kalangan. Umumnya dikunjungi oleh
penduduk yang berpendapatan rendah dan menengah bawah.
Berdasarkan Newnes Butterworths, pembagian luasan pasar adalah
45 % untuk barang-barang yang tidak tahan lama, dijual langsung dari
pendingin/ kulkas atau dalam rak pendingin dan 55 % untuk barang tahan
lama (barang-barang kering).(Planning Building for Habitation, Commerce
and Industry. Tahun 1999, bab 5 hal 17 – 31)
Adapun kelengkapan ruang pasar adalah sebagai berikut :
• Area untuk produk kering
• Area pengolahan dan area dingin untuk :
o Daging segar
o Daging matang
o Ikan
o Susu dan perbekalan
o Buah dan sayuran
Tugas Akhir | 19
• Gudang
• Ruang perawatan produk
• Ruang pembuangan, terbagi menjadi :
o Basah dan semi basah (untuk bahan organik seperti: sayuran,
ikan dan daging).
o Kering; tidak hancur (meliputi bahan oragnik, non-organik,
ataupun campuran seperti: seperti peti kayu, kemasan, logam,
kaca dan plastik).
Sedangkan untuk karakteristik pasar tradisional, tidak ada standar
baku yang menetapkan pembagian unit dalam pasar tradisional. Hanya saja
biasanya letak kios-kios atau slot untuk pedagang sudah diatur sesuai
dengan kesepakatan bersama terkait dengan produk yang dijual.
Misalnya saja, produk hewani seperti daging (ayam, sapi, babi, .dll)
digabung menjadi satu. Produk hewani basah, seperti ikan dipisahkan
kelompoknya dari produk daging, namun letaknya berdekatan. Sedangkan
produk organik kering seperti sayur mayur, dikelompokan menjadi satu dan
umumnya letaknya berjauhan dengan produk basah ataupun hewani.
Dikaitkan dengan tugas perancangan yang akan dibuat, dapat ditarik
hubungan antara keberadaan dengan pasar dengan rumah susun. Sementara
rumah susun berfungsi sebagai hunian, pasar merupakan wadah bagi
perilaku sosial ekonomi masyarakat tersebut.
Tugas Akhir | 20
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Tinjauan Terhadap Tapak
Lokasi : Jalan Tanjung Duren Raya, Jakarta Barat
Peruntukan Lahan : Pasar Tradisional
Lingkungan : Perdagangan, perkantoran, dan perumahan
Luas Tapak : ± 8.900 m2
Luas Bangunan : ± 7.120 m2
KDB : 80%
Gambar 1. Peta Lokasi Tapak
Gambar 2. Lokasi tapak dan area sekitarnya
Tugas Akhir | 21
Lokasi tapak merupakan lokasi existing dari pasar Kopro (Pasar
Tomang Barat), yang akan digunakan sebagai lahan untuk proyek Rumah
Susun dan Pasar. Adapun kelebihan dari tapak antara lain:
• Lokasi lahan yang strategis, dekat dengan jalan raya.
• Mudah dalam pencapaian baik dengan kendaraan pribadi maupun
dengan transportasi umum (P91, KWK, ojek, becak, dll)
• Dekat dengan perumahan sehingga pangsa pasar terjamin
• Masih ada penghijauan di sekitar tapak.
• Area parkir yang memadai serta terorganisir
Foto 1-2: Area parkir di dalam pasar
Foto 3-4: Sebagian tampak gedung pasar
Tugas Akhir | 22
Berikut ini adalah kelemahan yang ditemukan di lokasi tapak:
• Suasana pengap dan lembab, kurang pencahayaan dan pengudaraan
• Di beberapa lokasi sangat kurang nyaman, misal: area daging basah
Foto 5-6: Area lapak basah Pasar Kopro
• Akses keluar masuk menganggu jalan raya pada jam tertentu
Foto 7. Lapak kering Foto 8. Lapak makanan
Foto 9. Suasana di dalam pasar
Tugas Akhir | 23
2.2.2 Tinjauan Terhadap Topik dan Tema
Pengertian Hemat Energi
Merujuk pada KBBI, energi diartikan sebagai suatu tenaga / daya
kekuatan yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses aktivitas.
(KBBI, Pustaka Phoenix, Mei 2008)
Berdasarkan pengertian hemat energi yang dikaitkan terhadap
arsitektur maka hemat energi adalah menggunakan energi se-efisen
mungkin untuk mendukung aktivitas dari bangunan. Contohnya dengan
memanfaatkan energi matahari dan angin secara maksimal sehingga
mengurangi penggunaan listrik untuk penerangan dan AC untuk
pendinginan Hemat energi dalam arsitektur adalah meninimalkan
penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan,
kenyamanan, maupun produktivitas penghuninya.
Adapun poin-poin utama dari pengertian hemat energi, yakni:
• Memilih teknologi baru penambah kenyamanan hidup yang
menggunakan energi lebih sedikit,
• Bijaksana menggunakan energi,
• Mengurangi pemborosan atau kebocoran energi.
Arsitektur merupakan salah penyumbang kerusakan alam terbesar.
Secara global, sektor konstruksi mengonsumsi 50% sumber daya alam,
40% energi, dan 16% air. Konstruksi juga menyumbangkan emisi CO2
Tugas Akhir | 24
terbanyak, yaitu sebesar 45% (Imelda Akmal, Sustainable construction,
tahun 2007).
Pengeksploitasian dalam jumlah besar dan secara berkesinambungan
berdampak pada rusaknya alam dan menipisnya jumlah sumber daya alam
yang nantinya akan berdampak pada penurunan kualitas hidup manusia.
Arsitektur hemat energi berusaha untuk meminimalkan penggunaan
energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan,
maupun produktivitas penghuninya sedangkan Arsitek sebagai pelaku yang
mengaplikasikan arsitektur itu sendiri turut berperan dalam upaya
penghematan energi guna mengurangi eksploitasi secara berlebihan.
Hal ini tercermin dari desain bangunan yang dirancang oleh si arsitek.
Diharapkan agar bangunan yang dihasilkan tidak hanya memperhatikan
aspek fungsi ataupun estetika dari bangunan saja, tapi juga memperhatikan
aspek hemat energi sebagai salah satu unsur utama dalam bangunan.
Penerapan Hemat Energi dalam Bangunan
Penerapan arsitektur hemat energi dalam bangunan, dikenal dengan
dua macam pendekatan, yakni berupa perancangan pasif dan perancangan
aktif (http://www.jurnalinsinyurmesin.com/index.php?option=com_content
&view=article&id=65)
Tugas Akhir | 25
Perancangan Pasif
Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui
pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan
energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih
mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan
sendirinya mampu “mengantisipasi” permasalahan iklim luar.
Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia umumnya
dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena
radiasi matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan kebutuhan
penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas hanya
akan dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya.
Strategi perancangan bangunan secara pasif di Indonesia bisa
dijumpai terutama pada bangunan lama karya Silaban: Masjid Istiqal dan
Bank Indonesia; karya Sujudi: Kedutaan Prancis di Jakarta dan Gedung
Departemen Pendidikan Nasional Pusat; serta sebagian besar bangunan
kolonial karya arsitek-arsitek Belanda. Meskipun demikian, beberapa
bangunan modern di Jakarta juga tampak diselesaikan dengan konsep
perancangan pasif, seperti halnya Gedung S Widjojo dan Wisma Dharmala
Sakti, keduanya terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.
Beberapa contoh aplikasi perancangan semacam ini dalam desain
bangunan antara lain:
Tugas Akhir | 26
• Pencahayaan langit dan siang hari.
• Pembayangan ruang luar, kulit bangunan, dan ventilasi.
• Pemilihan bahan penutup atap yang dingin.
• Orientasi bangunan dan Organisasi ruang
Gambar 3-5: Masjid Istiqlal, Bank Indonesia, dan Wisma Dharmala
Perancangan Aktif
Dalam perancangan aktif, yang lebih diandalkan adalah pemanfaatan
alat bantu teknologi yang dapat menghemat sejumlah pemakaian energi,
ataupun mengkonversi energi yang baru. Dalam perancangan aktif, secara
simultan arsitek juga harus menerapkan strategi perancangan secara pasif.
Tanpa penerapan strategi perancangan aktif, penggunaan energi dalam
bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual
harus dicapai. Beberapa contoh aplikasi perancangan semacam ini dalam
desain bangunan antara lain:
• Pencahayaan dengan efisiensi tinggi
• Penggunaan peralatan rumah tangga berefisiensi tinggi.
• Pemanfaatan teknologi (tenaga solar, air, dll)
Tugas Akhir | 27
Selain cara-cara aplikasi penghematan energi seperti yang sudah
dijabarkan melalui kedua jenis perancangan di atas, ada juga beberapa cara
yang dapat diterapkan dalam merancang bangunan hemat energi (saduran
majalah Serial Rumah: Rumah Hemat Energi, Januari, tahun 2007) :
• Ventilasi silang : menciptakan perbedaan tekanan udara sehingga
udara dapat mengalir.
• Ventilasi dan insulasi atap : mengurangi panas di atap akan
mempengaruhi suhu ruang yang ada di bawahnya.
• Menara angin : menghisap dan menangkap angin sehingga udara
senantiasa bersirkulasi.
• Plafon tinggi : jarak yang jauh antara lantai dan plafon
memungkinkan udara bergerak bebas pada ruang kosong.
• Material dan kemiringan atap : pada rumah 2 lantai, lantai bawah
terasa lebih sejuk karena terhalangi oleh dak beton lantai atas.
• Warna terang : permukaan berwarna terang tidak hanya terlihat bersih
dan meluaskan pandangan, tapi juga tidak menyerap radiasi matahari.
• Menghadirkan teras : teras dapat berfungsi sebagai area peralihan
yang dapat menciptakan iklim mikro.
• Membuat teritisan : semakin lebar teritisan, dapat membuat ruang
terasa makin adem dan air hujan tidak akan tampias.
• Menerapkan konsep open space dalam penataan ruang.
Tugas Akhir | 28
• Menghindari terjadinya efek rumah kaca (sebisa mungkin material
transparan seperti kaca tidak langsung terkena sinar matahari).
• Penanaman tanaman hijau yang berfungsi menyerap radiasi sinar
matahari dan mendinginkan ruangan.
• Menerapkan teknik pendinginan malam hari (memasang menara-
menara penangkap angin yang dibuka pada malam hari untuk di-
distribusikan kedalam bangunan, sesuai kebutuhan).
• Menggunakan tabir air pada dinding yang berfungsi sebagai filter
radiasi matahari untuk mendinginkan bangunan.
• Penerapan ‘Building Insulation’ pada bangunan
Tentunya dalam tugas perencanaan ini, nantinya akan diaplikasikan
bermacam cara penghematan energi dalam rancang bangun, yang akan
disesuaikan dengan kondisi tapak, serta hasil dari analisa manusia,
lingkungan, dan bangunan agar dapat menjawab permasalahan yang ada.
2.3 Studi Banding
2.3.1 Survey Lapangan (Rumah Susun)
Rumah Susun Tanah Abang – Rumah Susun Kemayoran
Rumah Susun Tanah Abang merupakan rumah susun hunian karena
seluruhnya berfungsi sebagai tempat tinggal, diperuntukkan untuk penghuni
dengan tingkat perekonomian menengah bawah, tetapi sekarang ini sudah
Tugas Akhir | 29
mengalami alih pemilik sehingga masyarakat ekonomi menengah ke atas juga
menempati rumah susun ini. Sekarang ini, penghuninya adalah yang
berprofesi sebagai pegawai negeri, pegawai swasta dan pensiunan.
Rumah susun ini terdiri dari 2 wilayah yaitu wilayah A dan wilayah
B. Wilayah A memiliki 32 blok dan wilayah B memiliki 32 blok. Survey
dilakukan hanya pada rusun blok A saja, pada hari Kamis 9 September 2009.
Sebagai bahan perbandingan, dipilih Rumah Susun Kemayoran yang
merupakan rumah susun campuran karena sebagian berfungsi sebagai tempat
tinggal dan sebagian lagi berfungsi sebagai tempat usaha.
Rumah susun Kemayoran merupakan rusun yang diperuntukkan bagi
korban penggusuran, bencana dan masyarakat ekonomi menengah bawah
namun sekarang juga ditempati oleh masyarakat ekonomi menengah atas
yang berprofesi sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, bahkan pengusaha.
Rata-rata yang menempati rumah susun ini minimal memiliki sepeda motor.
Rumah susun ini terdiri dari 2 tahap pembangunan yaitu :
- Tahap I terdiri dari Rusun jenis Dakonta dan Apron yang tiap unitnya tidak
memiliki WC di dalam tetapi memiliki WC umum/ bersama.
- Tahap II terdiri dari Rusun jenis Conver dan Boeing yang tiap unitnya
memiliki WC di dalam tiap unitnya.
Survey dilakukan untuk jenis Conver, pada hari Rabu 8 September
2009. Berikut ini adalah data dari hasil survey dan analisa:
Tugas Akhir | 30
No. Pembanding Hasil Pengamatan
Rusun Kebon Kacang Rusun Kemayoran
Kondisi Tapak Terletak di Jl. K.H Mas Mansyur, Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Terletak di Jl Landas Pacu Timur, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Bentuk dan Gubahan Massa
Bentuk massa kotak-kotak disusun memanjang dengan modul berulang. 1 blok = 4 lapis dan 1 lapis = 4 unit. (1 blok=16 unit) Rusun A memiliki 512 unit.
Bentuk massa memanjang dengan blok-blok yang disusun maju mundur menggunakan modul yang diulang-ulang. Gubahan massa terpusat ke lapangan dan tempat parkir.
Unit Hunian:
Tipe 36 (plafon 2,6 m), terdiri dari : -ruang tidur ( 3x2,5 ) -dapur ( 3x1,5 ) -kamar mandi ( 1x1 ) -tempat jemur/ teras ( 1,5x1 ) -ruang tamu dan keluarga
Tipe 42 (plafon 2,6 M) terdiri dari : - 2 ruang tidur - kamar mandi - dapur - teras/tempat jemur - ruang tamu dan keluarga.
- Pencahayaan
Tergolong kurang, ruangan gelap pada siang hari.
Tergolong baik, sinar matahari dapat masuk, ada bukaan di kamar dan dapur.
Tugas Akhir | 31
- Penghawaan
Bukaan sedikit, ruangan lembab dan panas
Cukup baik, tidak lembab, ketika memasak udara dapat keluar. Juga terdapat bukaan di koridor.
Utilitas:
- Jaringan air bersih
Menggunakan PAM dan reservoir atas
Menggunakan PAM dan sumur resapan
- Saluran air hujan - Saluran air limbah
Menggunakan floor drain dan talang air dan pipa air
Dialirkan melalui selokan-riol kota. Air limbah dialirkan melalui pipa
- Pembuangan sampah
Terdapat bak penampungan sampah dekat pintu masuk.
Bak penampungan sampah jauh dari hunian dan tertutup.
Tugas Akhir | 32
- Pemadam kebakaran
Tidak tersedia hidran ataupun tangga darurat
Dilengkapi hidran dan tangga darurat
- Jaringan listrik
Panel listrik pada lantai dasar untuk setiap blok
Panel listrik pada lantai dasar untuk setiap blok
- Jaringan gas
Saluran gas untuk memasak ditanam dalam tanah, disalurkan ke tiap unit melalui pipa meteran gas yang diletakkan di kulit bangunan.
Saluran gas untuk memasak ditanam dalam tanah, disalurkan ke tiap unit melalui pipa meteran gas yang diletakkan di kulit bangunan.
- Jaringan telepon
Disediakan oleh TELKOM, berdasarkan permintaan masing-masing pemilik unit.
Disediakan oleh TELKOM, berdasarkan permintaan masing-masing pemilik unit.
Tugas Akhir | 33
Fasilitas:
Gedung serbaguna
Gedung Serbaguna, Lapangan Olahraga, Mushola
Lapangan olahraga
Tempat usaha - kios
Mushola
Restoran
Penunjang:
Kantor RW dan Puskesmas
Penunjang: - Kantor PRRS dan Posyandu -Salon dan fitness (terletak di lantai dasar)
Bersebelahan dengan sekolah Said Num (SD-SMK) Dekat dengan RS Mitra Kemayoran
Tugas Akhir | 34
Parkir
Parkir
Pos keamanan
Pos Keamanan
Material dan Fisik Bangunan
Bangunan batubata, dinding diplester, bagian dalam di cat dan bagian luar di expose. Plat lantai beton, tidak dilapisi keramik pada bagian luar (koridor), lantai bagian dalam unit dilapisi keramik. Plafond dari beton yang di cat. Tangga dari beton.
Bangunan batu bata yang di cat (interior-ekstrior). Plat lantai beton dilapisi keramik pada bagian luar (koridor) dan dalam. Plafond triplek yang di cat.Tangga dari beton dilapisi keramik.
Jarak Antar Bangunan
Jalan setapak antar bangunan sempit, hanya untuk motor dan pejalan kaki.
Cukup berjauhan, karena dipisahkan oleh tempat parkir kendaraan.
Tugas Akhir | 35
Berikut ini adalah tabel perbandingan karakteristik bangunan Rusun
Tanah Abang dengan Rusun Kemayoran (Tabel 2.)
Poin Pengamatan Tanah Abang Kemayoran Fisik Cukup terawat Terawat Estetika Kurang Cukup Kebersihan Kurang Cukup Material Batubata expose Batubata di cat Pipa Utilitas Tidak tertutup Tertutup Penghijauan Banyak Sedikit Cross ventilasi Tidak terjadi Terjadi Jarak antar bangunan Sempit Lebar Perkerasan Cukup Banyak
Sedangkan perbandingan dari segi kelengkapan fasilitas, yakni:
Kelengkapan Tanah Abang Kemayoran Area parkir Cukup Luas Pos keamanan Ada Ada Tempat ibadah Mushola Mushola Fasilitas lain - Salon, tempat fitness Gedung serba guna Ada Tidak ada Pelayanan kesehatan Puskesmas, posyandu Posyandu, dekat RS Sekolah Said Naum - Lapangan Badminton Badminton Taman Ada Sedikit Penampungan sampah Ada, terbuka Ada, tertutup Pemadam kebakaran Tidak ada Ada Tangga darurat Tidak ada Ada Reservoir air, pompa Ada Pompa Tempat jemuran Ada Ada Kantor pengelola Kantor RW Kantor PPRS Tempat makan Warung, kantin Restaurant, warung Area bermain anak Ada Tidak ada
Tabel 3. Perbandingan fasilitas rusun
Tugas Akhir | 36
Dikaitkan dengan penerapan konsep Hemat Energi, kesimpulan yang
bisa diambil dari data dan analisa diatas antara lain:
• Kondisi tapak berpengaruh dalam hal pencapaian ke tapak, yakni seberapa
besar usaha yang dibutuhkan penghuni untuk sampai ke rusun. Lokasi kedua
rusun yang strategis (dekat jalan raya) dapat mengatasi masalah tersebut.
• Ada usaha untuk memanfaatkan penghawaan dan pencahayaan alami melalui
Bentuk dan Gubahan Massa, namun sayangnya usaha itu kurang berhasil
khususnya pada Rusun Tanah Abang.
• Pencahayaan alami dan penghawaan pada rusun kurang sehingga
membutuhkan pencahayaan dan penghawaan buatan (lampu listrik, AC, kipas
angin, exosfan, dll) khususnya pada Rusun Tanah Abang.
• Penghijauan juga memegang peranan, karena lingkungan yang asri akan
memancing kegiatan komunal di luar ruangan sehingga menghemat
pemakaian energi listrik. Hal ini terjadi pada Rusun Tanah Abang yang
memiliki penghijauan lebih banyak.
• Material bangunan berperan dalam menyerap atau meredam panas. Hal ini
direspon lebih baik oleh bangunan Rusun Kemayoran yang memiliki
finishing relatif lebih baik.
• Jarak antar bangunan dapat menghemat energi dalam hal sirkulasi manusia.
Jarak yang jauh mendorong manusia untuk menggunakan kendaraan di dalam
area sirkulasi (misalnya: motor).
Tugas Akhir | 37
2.3.2 Survey Literatur (Rumah Susun)
A. Rumah Susun Kebon Kacang
Berlokasi di di Kebon Kacang, Jakarta Pusat rumah susun Kebon
Kacang merupakan hunian yang diperuntukkan untuk penghuni
berpenghasilan rendah. Data bangunan ini antara lain:
• Rumah susun 4 lantai di atas tanah seluas 1.82 Ha
• Rumah susun ini terdiri dari 8 blok massa, menampung 600 unit hunian.
• Tipe – tipe unit hunian yang disediakan oleh rumah susun ini adalah :
o Tipe 21 sebanyak 368 unit
o Tipe 36 sebanyak 14 unit
o Tipe 42 sebanyak 152 unit
o Tipe 51 sebanyak 66 unit
• Selain itu juga terdapat unit – unit fasilitas komersial yaitu :
o Kios sebanyak 32 unit
o Warung sebanyak 32 unit
• Penduduk asli setempat yang memang berpenghasilan rendah hanya
menempati sekitar 20% dari rumah susun, lebih banyak penghuni
pendatang, yang penghasilannya lebih tinggi. Hal ini menyebabkan
adanya perombakan unit – unit hunian (penambahan luas) karena
dirasakan tidak cukup luas oleh penghuni pendatang.
Tugas Akhir | 38
• Terdapat beberapa alih fungsi dari unit hunian menjadi kantor, dan dari
unit komersial menjadi hunian.
• Tidak adanya taman dan tempat bermain anak menjadi salah satu masalah
• Jarak antar massa bangunan terlalu dekat, kurang memperhatikan faktor
kenyamanan dan privasi penghuni – penghuni.
• Fasilitas-fasilitas yang disediakan untuk melengkapi rumah susun ini
antara lain :
o Ruang pertemuan
o Sekolah (TK dan SD)
o Parkir motor dan mobil setiap blok
o Tempat pembuangan sampah lingkungan
o Reservoir air bawah tanah
o Gardu listrik dan genset
o Penghijauan / taman dan jalan setapak
o Fasilitas olahraga dan ibadah
Gambar 6. Rusun Kebon Kacang - denah
Tugas Akhir | 39
B. Rumah Susun Benhil 2
• Rumah susun Ben-Hil merupakan rumah susun yang terdiri atas 2 blok
massa identik dengan jumlah lapis 10 lantai.
• Terdiri atas 614 unit hunian dengan tipe 21.
• Fasilitas – fasilitas penunjang yang disediakan pada rumah susun ini:
o MCK umum (Gambar 9.)
o Kios / minimarket / warung (makanan, sembako, laundry, pijat)
o Restoran, Klinik, Sekolah ( TK )
o Ruang pertemuan / serba guna (Gambar 10.)
o Tempat pembuangan sampah (Gambar 11.)
Tugas Akhir | 40
o Fasilitas olahraga/fitness (Gambar 12.)
o Lift barang dan lift orang (Gambar 13.)
o Hidran dan Sprinkler (Gambar 14.)
• Keberadaan rumah susun ini memang diperuntukkan untuk hunian
masyarakat berpenghasilan rendah.
• Ada beberapa unit hunian yang berubah fungsi menjadi kantor.
• Lantai dasar diperuntukkan khusus bagi fasilitas umum/bersama.
• Faktor maintenance kurang diperhatikan, baik dari segi perawatan
bangunan maupun penanganan sampah, sehingga bangunan terkesan
kumuh / tidak higienis sebagai hunian.
• Plumbing / ducting tidak tertata dengan baik, kebocoran di mana – mana,
serta tidak ada plafon penutup yang melindungi pipa – pipa utilitas di area
koridor lantai dasar.
• Pengudaraan dilakukan dengan membuka beberapa titik pada area koridor
sehingga udara di dalam koridor cukup mengalir
Tugas Akhir | 41
• Ukuran koridor cukup lebar sehingga meningkatkan pengaliran udara dan
kenyamanan pengguna bangunan / penghuni.
Gambar 14. Denah tipikal dan unit hunian tipe 21
2.3.3 Survey Lapangan (Pasar Serpong)
Umum dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Pasar Modern
BSD, pasar ini terletak di dalam BSD City, Banten, Tangerang. Awalnya
berbentuk pasar tradisional, namun melalui campur tangan develepor maka
pasar ini dikembangkan ke arah pasar modern.
Pasar Serpong ini merupakan segelintir dari pasar tradisional yang
kemudian berkembang menjadi pasar modern. Dikatakan pasar modern
karena terdapat beberapa perbedaan dengan pasar tradisional, baik dari segi
pengelolaan pasar juga dalam pengelolaan bangunan dan ruang.
Tugas Akhir | 42
Perbedaan sudah tampak dari pintu masuk yang dibentuk sedemikian
rupa, sehingga tampak eye-catching, sepintas mirip dengan pintu gerbang
karnaval.
Foto 10. Pintu masuk Pasar Serpong
Yang juga sangat berbeda dari pasar tradisional kebanyakan adalah
pengelompokan barang dagangan yang sangat rapi, mirip dengan keadaan
di supermarket. Papan-papan penunjuk (sign-board) berisi keterangan
produk yang dijual di setiap blok tampak menghiasi langit-langit pasar.
Keadaan di dalam pasar juga jauh dari kesan kumuh karena barang
dagangan tertata dengan rapi di setiap lapak. Lapak yang dimaksud terbuat
dari batu bata yang dilapis keramik lengkap dengan floor drain. Lantai
pejalan kaki juga dilapisi dengan keramik, sehingga tidak ada istilah becek
atau genangan air dimana-mana.
Foto 11. Sign-board di dalam pasar Foto 12. Suasana dalam pasar
Tugas Akhir | 43
Foto 13. Floor drain untuk lapak yang menjual produk basah
Selain lapak-lapak yang menjual bahan pangan, ada juga kios-kios
yang menjual produk rumah tangga seperti: pakaian, sapu, plastik, dll.
Letak kios ini dipisahkan dengan lapak yang berada di tengah bangunan.
Banyak juga penjual makanan yang berjualan di area ini, karena suasanya
yang terkesan bersih dan higienis.
Foto 14. Suasana dalam kios Foto 16. Kios makanan
Keterangan:
1. Area Lapak Basah
2. Area Lapak Kering
3. Kios-kios (mini shop)
4. Area Parkir
5. Pintu Masuk/Keluar Foto 15. Denah Pasar Serpong
3
1 2
4
5
5
5
Tugas Akhir | 44
Perencanaan bangunan ini tampaknya juga memperhatikan segi
pencahayaan dan pengudaraan alami. Tampak dari denah, sistem
pengudaraan mengandalkan bukaan dari ke-empat penjuru, ditandai dengan
pintu masuk disetiap sisinya. Selain itu, posisi lapak yang ada di tengah
bangunan, memiliki plafon yang lebih tinggi dibandingkan dengan kios-
kios di sekelilingnya, sehingga udara bisa mengalir leluasa.
Tidak hanya udara, cahaya matahari juga dapat merambat masuk
sehingga tidak membutuhkan pencahayaan buatan sama sekali. Atap yang
menggunakan rangka baja I, juga dilapisi dengan aluminium foil sehingga
dapat meredam panas.
Foto 17. Pemanfaatan pencahayaan alami
Foto 18. Permainan tinggi rendah plafon
Tugas Akhir | 45
Selain itu, dari segi pengelolaan pasar ini juga memiliki kantor
pengelola. Fungsinya adalah untuk mengatur tata-tertib di pasar, sekaligus
mengelola kebersihan pasar. Pasar ini buka sampai tengah hari, sehingga
pada siang hari suasana tampak lenggang dan petugas kebersihan mulai
bekerja.
Terdapat juga bak penampungan sampah di sisi Selatan bangunan
yang pengelolaanya diatur oleh pengelola pasar. Menjelang sore hingga
malam hari, kios-kios yang menjual makanan mulai meramaikan suasana
sehingga tampak seperti pasar malam.
Foto 19. Suasana di dalam kantor pengelola Foto 20. Tata tertib pasar
Foto 21. Suasana pasar menjelang siang Foto 22. Bak penampungan sampah
Tugas Akhir | 46
2.3.4 Survey Literatur (Pasar Sinpasa)
Untuk survey literatur, lokasi yang diambil adalah Pasar Sinpasa yang
terletak di wilayah Perumahan Gading Serpong, pasar ini lokasinya
berdektan dengan Summarecon Mall Serpong (SMS) yang juga dibangun
oleh PT Summarecon Agung Tbk.
Ukuran pasar ini lebih kecil dibandingkan dengan pasar modern BSD,
berbentuk bujur sangkar, lokasi pasar berada di tengah bangunan sedangkan
bagiian luarnya dipenuhi dengan kios-kios makanan.
Walau luas bangunannya lebih kecil, namun area parkirnya lebih
besar. Hal ini dikarenakan letaknya yang berdekatan dengan Food Salsa
City, suatu area wisata kuliner di daerah Serpong sehingga diharapkan
dapat menarik banyak pengunjung.
Sepeti pada pasar modern sejenis, pengelompokan produk dagangan
menjadi yang utama. Selain tertata apik dan rapi, penggunaan material juga
menjadi perhatian pengembang. Hal ini tampak dari dominasi besi baja dan
stainless-steel pada struktur pasar.
Gambar 15. Dominasi besi baja pada struktur
Tugas Akhir | 47
Menggunakan konsep terbuka, pasar ini juga memanfaatkan
pencahayaan dan pengudaraan alami untuk menghemat biaya operasional.
Masih ditambah lagi dengan lapak dan lantai yang semuanya dilapisi
keramik. Semuaya memberikan kesan bersih, rapi, dan higienis, sehingga
mendatangkan kenyaman bagi mereka yang berbelanja.
Gambar 16. Suasana dalam pasar
Gambar 17. Lapak dan kios di dalam pasar
Dari hasil survey literatur dan lapangan terhadap pasar Serpong
maupun pasar Sinpasa, maka dapat ditarik beberapa perbandingan:
Poin Pengamatan Pasar Serpong (BSD) Pasar Sinpasa Fisik Terawat Terawat Estetika Modern Modern Kebersihan Baik dan terorganisir Baik Material Keramik, besi baja Keramik, besi baja Pengelolaan Baik Baik
Tugas Akhir | 48
Penghijauan Cukup Banyak Cross ventilasi Terjadi Terjadi Pencahayaan Baik Baik Sirkulasi manusia Cukup luas Lenggang Area Parkir Memadai Sangat memadai
Dapat disimpulkan bahwa kedua pasar modern ini tadinya beranjak
dari pasar tradisional. Pasar tradisional yang sudah ada, dikembangkan
muncul suatu bentuk baru dengan tetap memperthankan ke-khasan dari
pasar tradisional itu.
Dengan demikian poin-poin yang didapat dari hasil survey kedua
pasar diatas dapat menjadi pertimbangan untuk perencanaan berikutnya
mengingat dalam perencanaan proyek ini, target yang ingin dicapai adalah
membangun pasar modern yang jauh dari kesan kumuh, namun dengan
penerapan konsep hemat energi agar dapat menekan biaya operasional,
sehingga dapat dimnfaatkan oleh masyarakat menegah-bawah yang tinggal
di dalam rusun.
2.3.5 Survey Sosial-Manusia
Survey ini dimaksudkan sebagai masukan tambahan yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam tugas perencanaan rumah
susun dan pasar. Yang menjadi dasar dari survey ini adalah pendapat, opini,
Tabel 4. Perbandingan hasil pengamatan pasar
Tugas Akhir | 49
maupun masukan dari warga sekitar, penghuni rusun, pedagang lapak,
ataupun pengelola yang ada di lokasi survey.
Masukan ini dapat berguna mengingat apa yang disampaikan oleh
responden umumnya berkaitan langsung dengan permasalahan yang
memang dialami sendiri oleh mereka di lapangan. Karena itu keabsahan
data hasil survey ini menjadi relatif sifatnya.
Terkait dengan rumah susun, umumnya responden menyambut positif
konsep Hemat Energi yang akan digunakan. Karena berasal dari golongan
menengah bawah, konsep Hemat Energi bagi mereka identik dengan
penghematan biaya yang memang sangat mereka harapkan. Namun
permasalahan muncul dalam prakteknya, karena mereka tidak terbiasa
dengan penggunaan teknologi canggih semacam tenaga solar, lampu hemat
energi, dan lain sebagainya.
Yang mereka tahu adalah bagaimana menggunakan energi seminim
mungkin, misalnya dalam hal pemakaian lampu, pendingin, alat-alat listrik,
dll. Karena itu yang mereka harapkan pada dasarnya tidak lebih dari sebuah
hunian yang mampu meminimalisir penggunaan energi tersebut.
Terkait dengan perencanaan pasar dengan konsep modern, para
pedagang memberikan respon positif terhadap konsep modern dalam
bentuk bangunan dan pengelolaan. Namun mereka juga masih ingin
Tugas Akhir | 50
mempertahankan cirri khas pasar tradisional, misalnya dalam hal tawar
menawar, tatap muka langsung pembeli dan penjual, dan hal semacam itu.
Masalah lain bagi mereka adalah biaya sewa yang umumnya naik
mengikuti perubahan model pasar dari tradisional ke modern. Hal ini yang
paling mereka cemaskan, karena takut tidak mampu mengimbangi
penjualan. Karena itu konsep pasar modern bagi mereka juga sebaiknya
tidak dibuat terlalu mewah (ber-AC misalnya) karena hal itu justru akan
membebani biaya sewa mereka.
Terkait dengan konsep Mixed Use Building, yakni menggabungkan
fungsi rumah susun dan pasar, yang menjadi masalah adalah pasar ini lantas
kemudian jadi tidak berkembang. Sebagaimana yang dikeluhkan oleh
penghuni sekaligus pemilik lapak di sana, umumnya para pembeli berasal
dari dalam lingkungan rusun tersebut.
Pembeli dari luar sangat jarang didapati, mengingat lokasi pasar yang
terletak jauh di dalam pemukiman. Belum lagi transportasi dan akses jalan
yang tidak mendukung. Mengharapkan pembeli dari sesama penghuni
rusun, tentu tidak banyak keuntungan yang bisa mereka dapatkan.
Dari hasil survey semacam ini, kiranya nanti bisa didapatkan
perancangan rumah susun dan pasar yang tidak hanya memenuhi kaidah
arsitektural, namun juga sesuai dengan realita masyarakat penggunanya.