Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh...

18
Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 Pendahuluan Bab 2 membahas mengenai ritual interaksi dalam pemikiran Erving Goffman. Bab 2 dibagi menjadi empat bagian sebagai berikut, bagian pertama merupakan pendahuluan. Bagian kedua menguraikan perkembangan pemikiran Goffman berkaitan dengan ritual interaksi. Bagian ketiga membahas dan menguraikan mengenai ritual interaksi dan unsur-unsurnya serta aturan- aturannya. Bagian keempat merupakan analisa terhadap pemikiran Erving Goffman tersebut dan bagian kelima adalah rangkuman bab 2. 2.2 Perkembangan Pemikiran Goffman Goffman mulai tertarik dengan sosiologi ketika ia melanjutkan sekolahnya ke Universitas Toronto. Melalui dosen-dosenya, Goffman diperkenalkan dengan pemikir-pemikir sosiologi seperti Emil Durkheim dan Goerge Simmel. Pemikiran-pemikiran mereka inilah yang kemudian sangat mempengaruhi pemikiran Goffman di masa depan. Teori ritual interaksi merupakan buah pikir Goffman yang sangat memperkuat pikiran Durkheim mengenail kesadaran nurani bersama dan hubungan struktur sosial dalam masyarakat. 1 Ketertarikannya terhadap interaksi tatap muka tidak dapat dilepaskan dari pengaruh dari George Simmel. Namun Goffman memiliki kemampuan yang lebih dalam memperhatikan perilaku individu hingga pada hal-hal yang hampir tidak terlihat seperti percakapan ringan dan lirikan mata. Ketika melanjutkan pendidikannya pada program master, Goffman semakin tertarik untuk meneliti perilaku-perilaku individu dalam masyarakat. Ia melakukan penelitian terhadap sejumlah 1 Jonathan A. Turner, A Theory of Social Interaction, (California: Stanford University Press, 1988) 92

Transcript of Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh...

Page 1: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

Bab 2

Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman

2.1 Pendahuluan

Bab 2 membahas mengenai ritual interaksi dalam pemikiran Erving Goffman. Bab 2 dibagi

menjadi empat bagian sebagai berikut, bagian pertama merupakan pendahuluan. Bagian kedua

menguraikan perkembangan pemikiran Goffman berkaitan dengan ritual interaksi. Bagian ketiga

membahas dan menguraikan mengenai ritual interaksi dan unsur-unsurnya serta aturan-

aturannya. Bagian keempat merupakan analisa terhadap pemikiran Erving Goffman tersebut dan

bagian kelima adalah rangkuman bab 2.

2.2 Perkembangan Pemikiran Goffman

Goffman mulai tertarik dengan sosiologi ketika ia melanjutkan sekolahnya ke Universitas

Toronto. Melalui dosen-dosenya, Goffman diperkenalkan dengan pemikir-pemikir sosiologi

seperti Emil Durkheim dan Goerge Simmel. Pemikiran-pemikiran mereka inilah yang kemudian

sangat mempengaruhi pemikiran Goffman di masa depan. Teori ritual interaksi merupakan buah

pikir Goffman yang sangat memperkuat pikiran Durkheim mengenail kesadaran nurani bersama

dan hubungan struktur sosial dalam masyarakat.1 Ketertarikannya terhadap interaksi tatap muka

tidak dapat dilepaskan dari pengaruh dari George Simmel. Namun Goffman memiliki

kemampuan yang lebih dalam memperhatikan perilaku individu hingga pada hal-hal yang hampir

tidak terlihat seperti percakapan ringan dan lirikan mata.

Ketika melanjutkan pendidikannya pada program master, Goffman semakin tertarik untuk

meneliti perilaku-perilaku individu dalam masyarakat. Ia melakukan penelitian terhadap sejumlah

1 Jonathan A. Turner, A Theory of Social Interaction, (California: Stanford University Press, 1988) 92

Page 2: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

perempuan di Chicago. Ia ingin melihat perbedaan perilaku perempuan-perempuan yang

mendengarkan sandiwara radio berdasarkan stratifikasi kelas dalam masyarakat.

Pada program doktoral, ketertarikkan Goffman pada perilaku masyarakat berlanjut ketika

ia meneliti masyarakat di pulau Shetland. Penelitiannya difokuskan pada interaksi tatap muka dan

percakapan dalam suatu masyarakat dan ia berharap pemikirannya dapat berkontribusi bagi

pengembangan kerangka sistematis yang berguna dalam mempelajari interaksi dalam seluruh

masyarakat.2

Goffman merumuskan hasil pemikirannya mengenai interaksi tatap muka dan percakapan

dengan mengemukakan sembilan proposisi3, yaitu 1. Pesan dari seseorang menjadi titik awal

sebuah percakapan atau interaksi. 2 Perilaku dalam komunikasi terikat pada harapan individu

yang saling berkomunikasi. 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4.

Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang terjadi dalam konteks sosial. 5. Pentingnya

mematuhi aturan yang berlaku dalam masyarakat agar tidak terjadi kekacauan. 6. Seseorang yang

melakukan pelanggaran secara terus menerus dapat dikatakan sebagai orang yang berprilaku

menyimpang. 7. Pelaku pelanggaran harus merasa bersalah. Seseorang yang tersinggung karena

pelanggaran berhak merasa terhina. 8. Pelaku pelanggaran perlu memperbaiki keadaan yang

rusak akibat perbuatannya. 9. Individu harus melakukan penyesuaian antara mencapai tujuan

pribadinya dengan aturan yang ada.

Berdasarkan kesembilan proposisi di atas, dapat dilihat uraian Goffman mengenai proses

yang berlangsung dalam suatu interaksi yang teratur. Inilah yang membedakan Goffman dari ahli-

ahli lain yang berbicara mengenai interaksi sosial. Goffman menekankan pada keteraturan dalam

interaksi oleh karena keteraturan interaksi menjamin keberlangsungan masyarakat. Jonathan

2 Greg Smith, Erving Goffman (London: Routledge Taylor & Francis Group, 2006), 23. 3 Smith, Erving Goffman, 25 – 27.

Page 3: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

Turner melihat kekuatan-kekutan dari unsur-unsur yang ada dalam individu ketika berinteraksi

sedangkan Randall Collins melihat interaksi sebagai sebuah rantai yang saling terhubung antara

satu interaksi dengan interaksi yang lain. Randall Collin melanjutkan pemikiran-pemikiran

sosiologi yang telah lebih dulu muncul, seperti pemikiran Erving Goffman mengenai interaksi.

2.3 Ritual Interaksi

Ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang ritual, sehingga definisi

mengenai ritual bukan definisi tunggal. Berikut ini akan diuraikan pemikiran beberapa ahli

sebagai pembanding. Pemikiran pertama dari Goffman, yang mendefinisikan ritual sebagai

sebuah cara dimana individu harus menjaga dan merancang implikasi simbolis dari tindakannya

sementara dihadapan suatu objek yang memiliki nilai khusus baginya.4 Ahli yang kedua adalah

Durkheim, sebagaimana dikutip dari buku Greg Smith, ritual menurut Durkheim adalah urutan

bicara dan aktivitas standart yang mengarahkan perhatian peserta terhadap objek pemikiran dan

perasaan yang sangat penting.5 Ahli yang ketiga adalah Kertzer sebagaimana dikutip dari buku

Relational Ritual and Communication oleh Daniel Z Kadar menyatakan ritual adalah cara kita

mengekspresikan ketergantungan sosial; apa yang penting dalam ritual adalah partisipasi bersama

dan keterlibatan emosional kita, bukan rasionalisasi semata yang dengannya kita

memperhitungkan ritus. Ritual dapat membangkitkan solidaritas sosial tanpa memperhatikan

bahwa individu memiliki nilai yang sama, atau interpretasi yang sama tentang ritualnya.6

4 Erving Goffman, Interaction Ritual (New York: Pantheon Books, 1967), 57. 5 Smith, Erving Goffman, 50. 6 Daniel Z. Kadar, Relational Ritual and Communication:Ritual Interaction in Group (Inggris: Palgrave

Macmillan, 2013), 7.

Page 4: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

Jonathan Turner mendefinisikan ritual sebagai urutan stereotipe dari gestur, kebanyakan

bicara, tetapi tubuh dan haptic menanggapi juga. Jonathan Turner juga melihat tindakan indvidu

tetapi menambahkan urutan yang mengindikasikan keteraturan dalam tindakan individu tersebut.7

Sebagai seorang antropolog Kitzer melihat ritual sebagai alat efektif untuk

mempersatukan individu. Oleh karena itu ritual adalah sarana untuk membangun kebersamaan.

Berbeda dengan Durkheim dan Goffman yang melihat ritual pada tindakan pribadi dalam

kebersamaan dengan orang lain tetapi hasil dari tindakan individu tersebut bisa saja membangun

kebersamaan oleh karena ada suatu objek yang dituju bersama.

Ritual merupakan sebuah tindakan yang tidak saja berkaitan dengan agama, yaitu ketika

seseorang memuja Tuhan dalam peribadahan. Ritual dapat digunakan dalam interaksi bersifat

umum. Ritual merupakan penataan sikap, tindakan dan perkataan yang dilakukan kepada individu

ketika ia hadir bersama dengan orang lain.

Kata berikut yang perlu dipahami adalah interaksi. Goffman meletakkan pemahaman

interaksi dalam sebuah kehadiran bersama (co presence). Kehadiran bersama diuraikannya dalam

tiga konsep8 yaitu pertama, pertemuan sosial yaitu ketika dua orang atau lebih menemukan diri

mereka satu sama lain saat hadir, kedua situasi sosial yaitu lingkungan spasial yang tersedia bagi

orang-orang yang hadir dalam suatu pertemuan dan ketiga acara sosial adalah perwujudan sosial

yang lebih luas dimana pertemuan dan situasi berlangsung. Goffman sangat menekankan

mengenai pertemuan. Oleh karena menurut Goffman pertemuan merupakan unsur paling

mendasar bagi sosiologi. Lewat pertemuan individu berjumpa satu dengan yang lain dan individu

yang berjumpa saling bertukar tindakan dan informasi dengan individu maka terjadilah interaksi.

7 Jonathan Turner, FaceTo Face: Toward a Sociological Theory of Interpersonal Behavior (California:

Standford University Press, 2002), 159. 8 Smith, Erving Goffman, 36.

Page 5: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

Pertemuan sosial dipertajam dengan membagi menjadi dua jenis yakni, interaksi terfokus

terjadi ketika rekan kerja sama secara terbuka bekerja sama untuk mempertahankan satu fokus

perhatian dan interaksi tidak terfokus terjadi antara mereka yang tergabung dalam situasi sosial

sambil mengejar garis perhatian mereka sendiri.9 Melalui pertemuan terfokus individu-individu

yang hadir dalam pertemuan tersebut saling mengirim sinyal. Sinyal dikirim melalui tindakan

ritual, pemahamannya tentang situasi dan penampilan dirinya.10 Inilah makna interaksi menurut

Goffman.

Dalam mendalami makna mengenai interaksi, penulis mengutip juga pemikiran sosiolog

Jonathan H. Turner yang mendefinisikan interaksi sosial sebagai suatu situasi dimana perilaku

seorang pelaku secara sadar direorganisasikan dan perilaku si pelaku dipengaruhi oleh pelaku

yang lain dan sebaliknya.11

Berdasarkan uraian di atas maka ritual interaksi berarti perilaku-perilaku individu yang

saling mengirim sinyal melalui perbuatan dan perkataan yang di dalam perilaku tersebut ada

upaya menjaga dan merencanakan sikap individu terhadap sesuatu objek yang berharga bagi

dirinya.

2.4 Unsur-unsur dalam Ritual Interaksi

Setelah memahami mengenai ritual interaksi, selanjutnya pada bagian ini penulis

menguraikan mengenai unsur-unsur dalam ritual interaksi. Goffman menjabarkan unsur-unsur

ritual interaksi ada 9 unsur, sebagai berikut : 1. Facework yang diterjemahkan sebagai Interaksi

Wajah, 2. Jenis-Jenis Interaksi Wajah, 3. Interaksi Wajah yang terbaik, 4. Pilihan dalam Interaksi

9 Smith, Erving Goffman, 37.

10 Turner, Theory of Sosial, 90-93. 11

Turner, Theory of Social, 13-14.

Page 6: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

Wajah, 5. Bekerja sama dalm Interaksi Wajah, 6. Peran Ritual Seseorang, 7. Percakapan atau

Perbincangan, 8. Hubungan Sosial dan Citra Diri, 9. Tatanan Ritual Alamiah. Kesembilan unsur

ini akan diuraikan satu persatu sehingga diperoleh kejelasan masing-masing unsur. Dengan

penjelasan tersebut menolong penulis dalam menganalisa dan mengkaji interaksi yang terjadi di

desa Muara Langon.

2.4.1 Interaksi Wajah

Untuk memahami interaksi wajah yang dimaksudkan oleh Goffman dalam pemikirannya,

maka pembahasan dimulai dengan melihat istilah (face) atau citra diri adalah nilai sosial positif

seseorang yang merupakan hasil interaksinya.12 Artinya citra seseorang tentang dirinya setelah

mengalami perjumpaan atau interaksi dengan orang lain. Citra diri seseorang tidak dapat

dilepaskan dari garis (line). Goffman memakai istilah garis untuk menyatakan pola-pola tertentu

baik verbal maupun non verbal yang telah ada padanya yang mempengaruhi dirinya dalam

mengekpresikan dirinya dengan orang lain.13

Goffman mempergunakan istilah line untuk menjelaskan mengenai budaya dan struktur

sosial yang ditanam dan mempengaruhi diri individu oleh individu lain dalam proses interaksi

sebelumnya. Pandangan Goffman tersebut diuraikan lebih mendetail oleh Turner. Dalam

uraiannyaTurner mempergunakan istilah elemen budaya yang terdiri atas tujuh hal14yaitu, (1)

konteks sosial secara umum; (2) kemajuan teknologi; (3) nilai; (4) kepercayaan atau ideologi

tertentu; (5) norma kelembagaan; (6) norma organisasi; dan (7) norma interpersonal.

Max Weber menyatakan bahwa tindakan sosial yang melibatkan relasi sosial bisa dipandu

oleh suatu keyakinan tertentu yang adanya pada perintah sah.15 Perintah sah ini dapat dijamin

12 Goffman, Ritual Interaction¸5 13 Goffman, Ritual Interaction, 5 14 Turner, Face to Face, 149 15 Max Weber, Economy and Society (California: University of California Press), 33-34

Page 7: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

dalam dua pokok pikiran : 1. Jaminan yang sangat subjektif seperti perasaan, nilai rational dan

keagamaan. 2. Harapan dari efek luar spesifik itu adalah ketertarikan situasi, seperti adat dan

hukum. Weber yang menyoroti tindakan sosial dari sisi motivasi ternyata juga menyatakan bahwa

ada hal diluar diri individu yang membentuk individu dalam setiap tindakan yang dilakukannya.

Herbert Mead juga memiliki pandangan sendiri mengenai tindakan sosial. Mead

menyatakan masyarakat yang ada terlebih dahulu dan bukan sebaliknya.16 Individu dijelaskan

melalui masyarakat dan bukan sebaliknya. Tindakan sosial bukan dibangun karena rangsangan

dan tanggapan, ia merupakan dinamika masyarakat sebagai sesuatu yang terjadi, tidak ada bagian

yang dapat dipahami oleh dirinya sendiri. Dengan pernyataan ini jelas semakin menegaskan

bahwa perilaku dan tindakan individu dapat dibentuk juga kelompok dimana dirinya menjadi

bagian didalamnya, bahkan perilaku dan tindakan individu dapat dijelaskan berdasarkan

kelompoknya. Interaksi termasuk dalam tindakan tersebut.

Semua pemikiran yang telah disampaikan di atas semakin mempertegas bahwa dalam

sebuah interaksi, individu tidak datang dengan kosong seperti kertas putih tapi di dalam dirinya ia

telah memiliki nilai diri. Ada norma organisasi, ada kepercayaan, ada nilai, ada pengalaman yang

menjadikan citra diri individu. Citra diri tidak terkait dengan tubuh dan kejiwaan seseorang. Citra

diri di sini merupakan hasil konstruksi dari aturan kelompok dan definisi situasi seseorang

tentang dirinya.17

Dalam sebuah pertemuan, ketika terjadi interaksi antar individu, maka individu akan

mengekpresikan dirinya sesuai dengan citra dirinya. Bila seseorang merasa bahwa situasi yang

ada sesuai dengan gambaran diri maka dalam berinteraksi ia akan menampakkan sikap percaya

16 Herbert Mead, Mind, Self and Society (Chicago: The University of Chicago Press, 1972), 7. 17 Erving Goffman, Interaction Ritual, (New York: Pantheon Book, 1982), 6.

Page 8: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

diri dan penuh kepastian. Perkataan yang diucapkannya jelas dan tegas. Ia berbicara dengan

kepala diangkat dan tidak ragu-ragu untuk menampilkan siapa dirinya. Dalam keadaan tertentu

mungkin saja terjadi situasi yang tidak menyenangkan diri individu sehingga ia tidak dapat

mengekpresikan diri sesuai dengan wajah dirinya. Keadaan menimbulkan perasaan tidak enak

bahkan malu sehingga ia merasa perlu untuk menyelamatkan wajahnya.

Penyelamatan citra diri yang dilakukan individu tidak semudah membalikkan telapak

tangan. Individu tidak hanya mewakili diri sendiri tetapi ia juga merupakan representasi dari

masyarakatnya, tindakan penyelamatan yang dilakukannya sekaligus merupakan tindakan

penyelamatan terhadap harga dirinya dan masyarakat dimana ia menjadi bagian di dalamnya.

Diperlukan strategi yang tepat dalam menghadapi situasi seperti ini agar interaksi yang efektif

dapat terjadi. Mengkombinasikan aturan saling menghormati dan aturan pertimbangan yaitu tiap

individu saling menghormati dan menerima keberadaan diri tiap individu.18

Interaksi wajah yang dimaksudkan Goffman adalah untuk menunjukkan bahwa tindakan

yang dilakukan seseorang dalam menangkal kejadian dan dengan demikian mempertahankan

tatanan ekspresif. Interaksi wajah mengacu pada tindakan yang diambil oleh seseorang untuk

membuat apapun yang dilakukan konsisten dengan citra dirinya.19

2.4.2 Jenis-Jenis Dasar Interaksi Wajah

Citra diri seseorang mungkin saja menghadapi ancaman ketika berinteraksi. Ancaman

muncul karena tiap individu memiliki perbedaan pemikiran, budaya, kepentingan dan lain-lain.

Goffman menguraikan mengenai dua upaya yang dilakukan oleh individu agar tindakannya tetap

sesuai dengan citra diri, yaitu : pertama proses penghindaran. Proses menghindar adalah cara

untuk menghindar dari ancaman terhadap citra diri individu. Proses menghindar dapat dilakukan

18 Goffman, Interaction Ritual, 11. 19 Goffman, Interaction Ritual, 12.

Page 9: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

dengan cara mengubah topik pembicaraan atau menghindari suatu pertemuan yang menjadi

tanggung jawab individu. Menghindar juga menjadi cara efektif untuk individu bila dalam suatu

pertemuan ia tidak dapat mengendalikan emosinya. Dengan menghindar ia dapat kembali

mengontrol emosi diri. Kedua proses korektif : merupakan suatu upaya yang dilakukan individu

jika dalam suatu pertemuan terjadi peristiwa yang bertentangan dengan norma sosial yang ada

sehingga individu berupaya untuk memperbaikinya. Ada beberapa tahap proses korektif ini :

tantangan, penawaran, penerimaan dan ucapan terima kasih. Tantangan adalah upaya untuk

memperhadapkan individu yang berbuat benar dan yang tidak benar kembali. Penawaran adalah

upaya memberikan kesempatan kepada individu yang berlaku tidak benar untuk melakukan

perbaikan. Penerimaan adalah upaya kepada orang yang bersedia menerima tawaran. Terima

kasih adalah tindakan dari individu yang berbuat tidak benar kepada yang berbuat benar oleh

karena sudah menerima perbaikan yang dilakukannya.

2.4.3 Terbaik dalam Interaksi Wajah

Dalam sebuah pertemuan ketika individu berinteraksi dengan individu lainnya, pertemuan

tersebut menjadi kesempatan bagi individu-individu yang berinteraksi untuk dapat menampilkan

yang terbaik dari dirinya sesuai dengan nilai sosial yang ada meskipun ada ancaman yang akan

merusak citra diri. Demi menampilkan diri yang terbaik maka individu harus menghadapi

individu lain yang berusaha untuk menjatuhkan citra diri mereka. Pada saat ia berhasil

mengalahkan lawan-lawannya maka ia berhasil menunjukkan kemampuan dirinya dan

mempermalukan lawan-lawannya. Seorang yang mengalami kekalahan, harus menerima

kenyataan ini dan siap melakukan perbaikan dalam perjumpaan yang akan datang. Individu perlu

mempersiapkan dirinya sebelum berjumpa dengan individu yang lain dalam suatu pertemuan.

Page 10: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

2.4.4 Pilihan untuk Interaksi Wajah

Terkadang dalam perjumpaan terdapat suatu situasi dimana pelaku membuat suatu

keadaan dimana ia merasa sangat bersalah atas kejadian tersebut tetapi individu-individu lainnya

tidak terlalu peduli dengan hal tersebut. Namun bisa juga terjadi, si pelaku yang memunculkan

masalah merasa tidak bersalah namun individu-individu lainnya berharap individu tersebut

meminta maaf. Dalam keadaan seperti itu orang menjadi bingung bukan karena tidak tahu cara

mengatasinya tetapi karena kuatir tindakan yang akan diambil pelaku seperti apa.

2.4.5 Bekerja bersama dalam Interaksi Wajah

Jika citra diri mendapat ancaman maka upaya agar citra diri itu tetap konsisten harus

dilakukan. Upaya ini dapat dilakukan sendiri oleh pelaku dan dapat dilakukan secara bersama-

sama dengan saksi yang memiliki kepentingan juga atas hal ini. Dengan tujuan utama agar semua

pihak merasa puas. Oleh karena itu dibutuhkan kebijaksanaan dan kecakapan dalam bertindak

dan bertutur kata.20

Tipe kerja sama yang umum dengan cara diam-diam dalam upaya menjaga interaksi wajah

adalah kebijaksanaan yang diberikan sehubungan dengan upaya menyelamatkan wajah itu

sendiri.21 Individu tersebut tidak hanya mengupayakan konsistensi citra dirinya tetapi juga citra

diri orang lain dan bahkan mempermudah orang lain dalam mengupayakan konsistensi dari citra

dirinya dan orang lain. Hal seperti ini terjadi kepada orang-orang yang mengalami kesulitan

untuk bersosialisasi. Melalui cara seperti ini dapat menolong mereka untuk tampil penuh percaya

diri dalam pertemuan-pertemuan.

20 Goffman, Ritual Interaction, 28. 21 Goffman, Ritual Interaction¸ 29.

Page 11: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

2.4.6 Peran Ritual Seseorang

Diri seseorang adalah sakral bagi dirinya sendiri.22Kesakralan diri mengarahkan individu

untuk menghargai dirinya sendiri. Individu memainkan peran yang tidak hanya satu, maka ia

perlu untuk memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban dari peran-peran tersebut.

Ketika hak dan kewajiban tidak dihargai oleh individu maka kesakralan dirinya akan menjadi

rusak. Rusaknya citra diri dapat menempel dan menjadi citra diri individu.

2.4.7 Percakapan atau Perbincangan

Dalam sebuah interaksi tidak dapat dilepaskan dari sebuah percakapan atau perbicangan

mengenai topik tertentu. Pemahaman seseorang mengenai topik percakapan menjadi alat untuk

memulai sebuah percakapan.23 Percakapan atau perbicangan adalah suatu usaha mengirim pesan

simbol diantara individu atau kelompok yang berbicara. Individu yang menerima pesan harus

menunjukkan bahwa ia dapat menerima pesan yang disampaikan denga baik.

Dalam sebuah perbincangan memerlukan aturan atau ketentuan yang berfungsi untuk

mengatur jalannya aliran pesan yang sedang dipercakapkan.24 Peserta dalam sebuah percakapan

juga perlu mendapatkan pengakuan sebagai peserta dalam percakapan tersebut agar individu yang

bercakap-cakap tersebut dapat saling mengakui dan menerima satu dengan yang lain dengan baik.

Setiap orang yang berbicara perlu menyadari panjang dan pendek waktu ia berbicara oleh karena

ada orang lain yang juga terlibat dalam pembicaraan tersebut. Perlu diatur dengan interupsi

ataupun jeda agar arus pesan tidak mengalami gangguan. Seseorang yang akan berbicara perlu

memiliki struktur pesan yang ingin disampaikan dengan tujuannya agar pesan yang ingin

disampaikan itu dapat disampaikan dengan baik.

22 Goffman, Ritual Interaction, 31.

23 Goffman, Ritual Interaction, 34. 24 Goffman, Ritual Interaction, 35.

Page 12: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

2.4.8 Hubungan Sosial dan Citra diri

Ketika seseorang telah memulai pertemuan, dia sudah mulai membangun suatu hubungan

sosial dengan orang lain yang bersangkutan dan berharap tetap ada dalam hubungan tersebut

walaupun pertemuan berakhir.25 Aktivitas yang dilakukan selama pertemuan dipahami sebagai

upaya individu untuk mendapatkan kesempatan dan semua peristiwa yang tidak terduga dan tidak

disengaja yang dapat mencerahkan individu tanpa menggangu individu lain dalam pertemuan

tersebut. Individu-individu yang telah memiliki hubungan sosial berusaha menjaga citra diri

individu lain yang adalah satu anggota hal ini penting agar hubungan tersebut tidak menjadi

rusak. Dengan demikian hubungan sosial dapat dilihat sebagai cara individu untuk memaksa

dirinya agar mempercayai citra dirinya dan menghadapi kebijaksanaan dan perilaku orang lain.26

2.4.9 Kealamian Ketertiban Ritual

Dalam berinteraksi seseorang akan berusaha mempertahankan citra dirinya. Untuk hal itu

individu harus berusaha keras agar orang-orang disekitarnya mengetahui dan memahami

mengenai citra dirinya. Upaya konsistensi diri harus dilakukan dengan cara-cara yang benar agar

ia tidak perlu mengulang kembali upaya memperbaiki citra diri.27 Individu mengatur diri dengan

bijaksana dan mendapat dukungan dari keluarga, bahwa ia menjadi apa yang inginkan dan

berupaya untuk mencapai tujuannya dengan tidak mengambil keuntungan dari orang lain.

Individu yang memasuki kehidupan sosial, harus memahami bahwa kehidupan sosial adalah

sebuah keteraturan, ketertiban menyebabkan seseorang dengan sukarela menjauhi tempat atau

topik dan waktu dimana ia tidak ingin direndahkan.

25 Goffman, Ritual Interaction, 41. 26 Goffman, Interaction Ritual, 42. 27 Goffman, Interaction Ritual, 43.

Page 13: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

Prinsip utama tatanan ritual bukanlah keadilan tapi citra diri dan apa yang diterima oleh

individu adalah bukan apa yang pantas ia peroleh melainkan apa yang menopangnya agar tetap

berada pada jalur yang dilakukannya dan melalui jalur yang ia lakukan dalam interaksi.Tujuan

ritual adalah memobilisasi individu dalam masyarakat melalui pertemuan-pertemuan sosial.

Dalam ritual, individu diajarkan untuk bersikap tanggap, memiliki kebanggaan, kehormatan,

martabat, memiliki pertimbangan, memiliki kebijaksanaan dan ketenangan. Unsur-unsur perilaku

ini perlu dibangun dalam interaksinya. Sifat manusia secara universal bukanlah hal yang sangat

manusiawi. Dengan menerimanya, seseorang dikonstruksi dan dibentuk dan bukan dari

kecenderungan psikis batin. Peraturan moral dipaksakan masuk pada diri seseorang. Jika

pertemuan dipertahankan sebagai sistem interaksi yang berjalan sesuai prinsip ritual, perlu

dilakukan variasi-variasi dan diimbangi oleh modifikasi yang sesuai dengan peraturan-peraturan

dan pemahaman lainnya.

2.5 Aturan-Aturan dalam Ritual Interaksi

Dalam interaksi sosial masyarakat diperlukan aturan.28 Demi menjamin kehidupan

bersama di dalam masyarakat dapat berjalan dengan baik dan lancar maka hubungan antar

individu yang hidup bersama tersebut perlu untuk diatur, mencegah tindakan pelanggaran hak

tiap-tiap individu. Individu merupakan bagian tidak terpisahkan dari masyarakat. Mengatur

tingkah laku individu dengan baik akan menciptakan masyarakat yang teratur.

Pengaruh Durkheim sangat nampak dalam diri Goffman ketika menyusun tulisannya ini.

Durkheim menguraikan mengenai unsur-unsur dasar dari kehidupan agama menyebutkan

mengenai yang sakral dan yang profan. Yang sakral secara definisi berarti apa-apa yang

28 Turner, Face to Face, 22.

Page 14: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

diletakkan terpisah, keterpisahan dan keterputusan. Ritus-ritus yang dilakukan individu dalam

kelompok tujuannya adalah membuat pemisahan itu. Dalam ritus juga terjadi upaya menghalangi

terjadinya percampuran dan kontak yang tak diijinkan dan mencegah masing-masing wilayah

dimasuki satu sama lain. Upaya menghalangi tersebut dengan melarang melakukan tindakan-

tindakan tersebut.29

Aturan yang mengatur individu dapat didefinisikan sebagai panduan tindakan,

direkomendasikan bukan karena menyenangkan, murah atau efektif tetapi karena cocok dan

adil.30 Aturan tingkah laku secara umum ada 2 yaitu kewajiban dan harapan.31 Kewajiban adalah

aturan perilaku yang menetapkan bagaimana individu secara moral dibatasi untuk bertindak pada

dirinya sendiri.32 Contohnya seorang dokter memiliki kewajiban memberikan nasehat-nasehat

medis kepada pasien atau seorang pendeta wajib untuk memelihara persekutuan terutama agar

jemaatnya tidak meninggalkan persekutuan. Harapan adalah aturan perilaku bagaimana individu

secara moral untuk bertindak bekenaan dengan individu yang lain, seperti dokter bertindak secara

moral untuk menyembuhkan seorang pasien oleh karena itulah harapan seorang pasien, begitu

pula seorang pendeta yang mendoakan jemaatnya agar cepat sembuh berarti pendeta sedang

bertindak secara moral untuk memenuhi harapan jemaatnya.33 Ketika individu berupaya

memelihara kedua aturan tingkah laku tadi maka ia cenderung berkomitmen pada wajah dirinya.

Aturan tingkah laku secara umum diuraikan lagi dalam aturan simetris yang

mengarahkan individu untuk memiliki kewajiban dan harapan mengenai orang lain yang dimiliki

orang lain sehubungan dengan dia.34 Dalam kehidupan bergereja setiap anggota jemaat memiliki

29 Emil Durkheim,terj., The Elementary Form of The Religious Life (Jogjakarta: IRCiSod, 2011) 434-435. 30 Goffman, Interaction Ritual, 48. 31 Goffman, Interaction Ritual, 49. 32 Goffman, Interaction Ritual, 49. 33 Goffman, Interaction Ritual, 49. 34 Goffman, Interaction Ritual, 52.

Page 15: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

kewajiban mendukung pelayanan gereja dengan memberi persembahan, hal ini berlaku kepada

semua jemaat yang ada, sedangkan aturan asimetris yang mengarahkan orang lain untuk

diperlakukan oleh individu secara berbeda dari cara dia memperlakukan dan diperlakukan oleh

mereka dalam kehidupan jemaat seorang pendeta memberikan perintah kepada pegawai kantor

untuk membuat surat-surat baptis, tetapi pegawai kantor tidak mungkin memerintahkan pendeta

untuk melayani baptisan.

Aturan substantif dan aturan seremonial. Aturan substantif adalah peraturan yang

mengatur hal-hal yang dianggap penting menurut hak pelakunya sendiri, terlepas dari apa

pelanggaran atau pemeliharaan peraturan tersebut mengungkapkan tentang diri orang-orang yang

terlibat.35Individu menahan diri untuk tidak mencuri sesuatu dari orang lain itu sama saja ia

menjunjung tinggi peraturan substantif yang bertujuan melindungi hak orang lain sekaligus

melindungi wajah diri individu. Aturan seremonial adalah tindakan yang membimbing perilaku

dalam hal yang dirasakan memiliki kepentingan sekunder atau bahkan tidak signifikan dalam

kepentingan mereka sendiri yang memiliki kepentingan utama mereka sebagai sarana komunikasi

konvensional yang dengannya individu tersebut mengekpresikan karakter atau menyampaikan

apresiasinya terhadap peserta lain dalam situasi ini.36Aturan seremonial berlaku ketika seorang

pria memberi tempat duduk di bis kepada seorang wanita yang tengah mengandung.

2.6 Analisa Pemikiran Goffman

Setelah menguraikan pemikiran Goffman mengenai ritual interaksi maka ada beberapa hal

yang dapat kita lihat dalam pemikiran Goffman ini

35 Goffman, Interaction Ritual, 53. 36 Goffman, Interaction Ritual, 55.

Page 16: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

1. Interaksi terjadi pada sebuah pertemuan. Interaksi merupakan suatu proses saling

mengirim sinyal diantara individu dengan mempergunakan ritual. Ritual adalah

keteraturan perilaku individu dalam suatu interaksi. Melalui ritual individu

membangun citra dirinya dan mempertahankan citra diri sebagai objek yang sakral.

Citra diri individu bukan hanya yang fisik saja. Citra diri individu dibentuk oleh

interaksinya di masa lalu, baik yang ditanamkan dalam dirinya maupun yang

diterimanya melalui interaksi. Melalui interaksi individu berusaha untuk

mempertahankan dan merawat citra dirinya dengan orang lain.

2. Dalam berinteraksi indvidu dihadapkan pada ancaman-ancaman yang dapat

merusak citra dirinya, namun demikian ia harus berupaya untuk mempertahankan

bahkan menampilkan citra dirinya yang terbaik. Citra diri individu dapat

dipertahankan sendiri atau bersama-sama dengan individu lain. Citra diri individu

dapat dirusak oleh individu itu sendirindan individu lain. Citra diri yang baik dan

yang tidak baik dapat melekat dalam diri individu. Citra diri yang baik

memudahkan individu dalam membangun hubungan dengan individu lain

3. Demi keberlangsungan interaksi yang teratur antar individu maupun dengan

kelompok, maka dibutuhkan aturan-aturan atau norma-norma yang menata proses

interaksi yang terjadi sehingga seluruh peserta interaksi dapat memperoleh

kepuasan dari interaksi yang terjadi tersebut. Aturan-aturan juga memuat sanksi-

sanksi kepada pelanggar dalam rangka memberikan penyadaran kepada individu

mengenai perbuatannya. Sanksi merupakan cara untuk memaksa individu mentaati

norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat.

Page 17: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang

2.7 Rangkuman

Goffman memperkenalkan kepada publik mengenai konsep ritual dalam teori Durkheim

yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam interaksi antar individu yang

berlangsung dalam sebuah pertemuan terfokus dimana individu berperilaku secara teratur ketika

berinteraksi dengan individu lain. Dengan begitu orang tidak lagi bepikir ritual hanya sebatas

dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan semata. Bahkan dapat menolong

individu dalam membangun interaksinya tiap-tiap hari.

Peraturan atau norma menjadi hal yang sangat penting dalam mewujudkan ritual interaksi.

Dengan peraturan akan menjamin penampilan individu dalam yang beinteraksi agar tidak rusak

citra dirinya dengan munculnya ancaman-ancaman yang muncul. Begitu pula interaksi itu sendiri

akan berjalan dengan baik dan membawa kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam

interaksi tersebut.

Page 18: Bab 2 Ritual Interaksi Perspektif Erving Goffman 2.1 ... · 3. Tindakan komunikasi termotivasi oleh sanksi positif dan negatif. 4. Aturan diperlukan untuk mengatur interaksi yang