BAB 2 - · PDF fileseorang pemimpin proyek dan kerja keras serta dedikasi seluruh anggota...
Transcript of BAB 2 - · PDF fileseorang pemimpin proyek dan kerja keras serta dedikasi seluruh anggota...
9
BAB 2
Landasan Teori
2.1. Manajemen Proyek
O’Brien dan Marakas (2009:636) mendefinisikan manajemen proyek
sebagai sebuah proses atau kegiatan mengatur keberlangsungan proyek
pengembangan sistem informasi yang sesuai dengan rencana proyek sehingga proyek
dapat diselesaikan tepat waktu, sesuai dana, dan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
Pengertian manajemen proyek menurut PMBOK (Proyek Management
Body of Knowledge) dalam buku Budi Santoso(2009:3) manajemen proyek adalah
aplikasi pengetahuan, keterampilan, alat, dan teknik dalam aktivitas-aktivitas proyek
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek.
Menurut Siswanto (2007), dalam manajemen proyek, penentuan waktu
penyelesaian kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan awal yang sangat penting
dalam proses perencanaan karena penentuan waktu tersebut akan menjadi dasar bagi
perencanaan yang lain, yaitu:
a. Penyusunan jadwal (scheduling), anggaran (budgeting), kebutuhan
sumber daya manusia (manpower planning), dan sumber organisasi yang
lain.
b. Proses pengendalian (controlling).
Manajemen proyek meliputi tiga fase (Heizer dan Render, 2005), yaitu:
a. Perencanaan
Fase ini mencakup penetapan sasaran, mendefinisikan proyek, dan
organisasi timnya.
b. Penjadwalan
Fase ini menghubungkan orang, uang, dan bahan untuk kegiatan khusus
dan menghubungkan masing-masing kegiatan satu dengan yang lainnya.
c. Pengendalian
Perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas, dan anggaran.
Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan menggeser atau
mengelola kembali sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan waktu
dan biaya.
10
Dengan beberapa pengertian tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa
2.1.1. Proyek
Gray, Clifford F. dan Erik W. Larson (2006) yang dialih-bahasakan oleh
Dwi Prabantini (2007,4), menyatakan bahwa proyek merupakan “usaha kompleks,
tidak rutin, yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya dan spesifikasi kinerja
yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan”,
Sedangkan Abrar Husen (2011,5), mendefinisikan proyek sebagai
“gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia, material, peralatan dan
modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk
mencapai sasaran dan tujuan”.
Heizer dan Render(2005) menjelaskan bahwa proyek dapat didefinisikan
sebagai sederetan tugas yang diarahkan kepada suatu hasil utama.
Dengan beberarapa referensi tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa keberhasilan suatu proyek sangat tergantung pada ketepatan pemilihan
seorang pemimpin proyek dan kerja keras serta dedikasi seluruh anggota dalam
organisasi yang terlibat dalam proyek.
2.1.2. Tahapan Dalam Siklus Manajemen Proyek.
Secara umum, siklus hidup proyek (Project Life Cycle) merupakan suatu
metode yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana sebuah proyek
direncanakan, dikontrol dan diawasi sejak proyek disepakati untuk dikerjakan hingga
tujuan akhir proyek tercapai. Gray, Clifford F. dan Erik W. Larson (2006), yang
dialih-bahasakan oleh Dwi Prabantini (2007,5), menyatakan bahwa siklus hidup
proyek melewati 4 (empat) tahap berurutan, yakni:
a. Tahap Penentuan:
Pada tahap ini menentukan spesifikasi proyek, menetapkan
sasaran proyek, membentuk tim dan menetapkan beberapa
tanggung jawab utama.
11
b. Tahap Perencanaan:
Keadaan di mana tingkat usaha bertambah, mengembangkan
rencana untuk menentukan proyek apa yang bertahan,kapan
proyek akan dijadwalkan, siapa yang akan memetik manfaat,
tingkat kualitas apa yang harus dijaga dan anggaran apa yang
diperlukan.
c. Tahap Eksekusi:
Di tahap inilah bagian utama dari kerja proyek terjadi, baik fisik,
maupun mental. Produk fisik (misalkan: jembatan, laporan,
program perangkat lunak), waktu, biaya dan ukuran-ukuran
spesifikasi digunakan untuk pengendalian. Apakah proyek dapat
sesuai jadwal, anggaran dan memenuhi spesifikasi, perkiraan
(forecast) apa yang diperlukan di masing-masing ukuran tersebut,
perubahan/revisi apa yang perlu dilakukan.
d. Tahap pengiriman:
Tahap ini mencakup 2 (dua) aktivitas, yakni: mengirim produk
proyek kepada pelanggan dan menyebarkan sumber daya proyek.
Pengiriman proyek dapat mencakup pelatihan pelanggan dan
transferdokumen. Penyebaran biasanya melibatkan penyerahan
perlengkapan/material proyek kepada proyek lain dan menetapkan
berbagai penugasan baru pada anggota tim.
Mereka menambahkan bahwa dalam praktiknya, siklus hidup proyek
digunakan oleh beberapa kelompok proyek untuk menggambarkan timing
tugas-tugas utama yang ada pada proyek.
12
Di sisi lain, Project Management Institut (PMI) dalam Mingus, Nancy
(2002), yang dialih-bahasakan oleh Tri Wibowo B. S. (2006,12), yang mengakui 5
(lima) kategori aktivitas proyek yang sering disebut sebagai “proses proyek”, yakni:
a. Memulai proyek:
Mencakup kegiatan memulai proyek dan memulai fase-fase lain di dalam
proyek.
b. Perencanaan:
Aktivitas perencanaan mencakup penyusunan rencana proyek, struktur
perincian kerja dan menyusun jadwal. Proses perencanaan mungkin unsur
terpenting di dalam sebuah proyek, karena perencanaan yang tepat dapat
menghemat waktu dalam pelaksanaan proses.
c. Pelaksanaan:
Merupakan aktivitas pelaksanaan kerja aktual. Dalam sistem informasi, ini
mungkin berupa analisis, desain, pengembangan dan pengujian dengan
menggunakan software. Sedangkan dalam konstruksi, ini mungkin berupa
kegiatan pembangunan pondasi, membangun dinding dan meng-install
perlengkapan.
d. Pengendalian atau kontrol:
Mengukur dan memonitor pelaksanaan aktivitas serta membantu manajer
proyek dalam mengevaluasi kemajuan proyek dari segi waktu, biaya dan
mutu.
e. Penyelesaian:
Aktivitas penyelesaian atau penutupan mencakup pengakhiran fase dan
proyek serta mengambil pelajaran penting, yang membantu meningkatkan
efektivitas proyek di masa mendatang.
13
2.2. Metode Jalur Kritis (Critical Path Method) atau PERT
Menurut, Heizer dan Render, 2011 PERT dan CPM mengikuti enam
langkah dasar seperti berikut:
1. Menetapkan proyek dan menyiapkan struktur penguraian kerjanya.
2. Membangun hubungan antara aktivitas-aktivitasnya.
3. Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan
aktivitas.
4. Menetapkan perkiraan waktu dan/ atau biaya setiap aktivitas.
5. Menghitung jalur waktu terpanjang atau jalur kritis melalui jaringan.
6. Menggunakan jaringan untuk membangun perencanaan,
penjadwalan, dan pengendalian proyek.
Penentuan jalur kritis merupakan bagian utama dalam pengendalian proyek.
Aktivitas pada jalur kritis merepresentasikan tugas-tugas yang akan menunda
keseluruhan proyek, kecuali bila mereka dapat diselesaikan secara tepat waktu.
Meskipun PERT dan CPM berbeda pada beberapa hal dalam terminologi dan
konstruksi jaringan tapi keduanya memiliki tujuan yang sama.
Langkah pertama dalam jaringan PERT atau CPM adalah membagi
keseluruhan proyek menjadi aktivitas-aktivitas yang signifikan, sesuai dengan
struktur penguraian kerja. Ada dua pendekatan untuk menggambar jaringan proyek,
yaitu aktivitas pada titik (activity on node-AON) dan aktivitas pada anak panah
(activity on arrow-AOA). Perbedaan mendasar antara AON dan AOA adalah titik
pada diagram AON menunjukkan aktivitas sedangkan titik pada diagram AOA
menunjukkan waktu mulai dan waktu selesainya suatu aktivitas yang disebut
kejadian. Pendekatan AOA terkadang memerlukan tambahan aktivitas dummy
(dummy activities) untuk memperjelas hubungan-hubungannya dan aktivitas ini
mempunyai waktu penyelesaian nol.
14
Gambar 2.1. Perbandingan Pemakaian Jaringan AON dan AOA
(Sumber Jay Heizer dan Barry Render, Operations Management, 2011)
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, jalur kristis adalah jalur waktu
terpanjang yang terdapat di seluruh jaringan. Jadi untuk mengetahui seberapa lama
proyek dapat diselesaikan dapat dilakukan dengan analisis jalur kritis (critical path
analysis) pada jaringan. Jalur kritis menghitung dengan dua waktu awal dan akhir
yang berbeda untuk setiap aktivitas seperti berikut:
Mulai Paling Awal (Earliest Start-ES) yaitu waktu paling awal suatu aktivitas
dapat dimulai dengan asumsi semua pendahulunya sudah selesai.
Selesai Paling Awal (Earliest Finish-EF) yaitu waktu paling awal suatu aktivitas
dapat selesai.
Mulai Paling Lambat (Latest Start-LS) yaitu waktu terakhir suatu aktivitas dapat
dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian seluruh proyek.
Selesai Paling Lambat (Latest Finish-LF) yaitu waktu terakhir suatu aktivitas
dapat selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek.
15
Proses yang digunakan untuk menentukan jadwal waktu setiap aktivitas
adalah two-pass yang terdiri dari forward pass (ES dan EF) dan backward pass (LS
dan LF). Forward pass dan backward pass menggunakan notasi untuk menunjukkan
jadwal-jadwal aktivitas pada jaringan proyek dengan jelas ditunjukkan pada gambar
2.5. (Heizer dan Render, 2011).
Gambar 2.2. Notasi Pada Titik untuk Forward dan Backward Pass
(Sumber Jay Heizer dan Barry Render, Operations Management, 2011)
Aturan Waktu Mulai Paling Awal adalah sebelum suatu aktivitas dapat
dimulai, semua pendahulu langsungnya harus diselesaikan. Jika suatu aktivitas hanya
mempunyai satu pendahulu langsung maka ES-nya sama dengan EF dari
pendahulunya. Jika suatu aktivitas mempunyai beberapa pendahulu langsung maka
ES-nya adalah nilai maksimum dari semua EF pendahulunya, yaitu:
ES = Max {EF semua pendahulu langsung} (2.2)
Aturan Waktu Selesai Paling Awal adalah waktu selesai paling awal (EF)
dari suatu aktivitas jumlah dari waktu mulai paling awal (ES) dan waktu aktivitas itu
sendiri, yaitu:
EF = ES + Waktu aktivitas (2.3)
Aturan Waktu Selesai Paling Lambat adalah sebelum suatu aktivitas dapat
dimulai, semua pendahulu langsungnya harus diselesaikan. Jika suatu aktivitas hanya
pendahulu langsung dari satu aktivitas maka LF-nya sama dengan LS dari aktivitas
16
yang secara langsung mengikutinya. Jika suatu aktivitas adalah pendahulu langsung
dari lebih dari satu aktivitas maka LF adalah nilai minimum dari seluruh nilai LS dari
aktivitas-aktivitas yang secara langsung mengikutinya, yaitu:
LF = Min {LS dari seluruh aktivitas yang langsung mengikutinya} (2.4)
Aturan Waktu Mulai Paling Lambat adalah waktu mulai paling lambat (LS)
dari suatu aktivitas adalah selisih dari waktu selesai paling lambat (LF) dan waktu
aktivitasnya, yaitu:
LS = LF – Waktu aktivitas (2.5)
Setelah menghitung waktu paling awal dan waktu paling lambat dari semua
aktivitas, maka menemukan jumlah waktu longgar (slack time) atau waktu bebas
yang dimiliki setiap aktivitas menjadi mudah. Slack adalah waktu luang yang
dimiliki oleh sebuah aktivitas untuk dapat diundur pelaksanaannya tanpa
menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Secara matematis dapat
ditulis sebagai berikut:
Slack = LS – ES atau LF – EF (2.6)
Aktivitas dengan slack = 0 disebut sebagai aktivitas kritis (critical activity)
dan berada pada jalur kritis. Jalur kristis (critical path) adalah jalur yang tidak
terputus melalui jaringan proyek yang mulai pada aktivitas pertama proyek, berhenti
pada aktivitas terakhir proyek, dan hanya terdiri dari aktivitas-aktivitas kritis
(aktivitas yang tidak mempunyai waktu longgar).
Dalam mengenali semua waktu paling awal dan paling lambat serta jalur
kritis terkait, waktu penyelesaian suatu aktivitas memiliki variasi yang banyak dan
bergantung pada faktor-faktor tertentu. Hal ini berarti kita tidak dapat mengabaikan
pengaruh variabilitas waktu aktivitas saat melakukan penjadwalan proyek, maka kita
dapat mengatasinya dengan PERT.
Menurut Heizer dan Render (2011), PERT memakai pendekatan yang
menganggap bahwa kurun waktu aktivitas tergantung pada banyak faktor dan variasi,
sehingga lebih baik perkiraan diberi rentang (range). PERT memakai 24 distribusi
probabilitas berdasarkan tiga perkiraan waktu (three times estimates) untuk masing-
masing aktivitas, yaitu:
17
a = waktu optimistis (optimistic time)
Waktu tersingkat untuk menyelesaikan aktivitas bila segala sesuatunya berjalan
mulus sesuai rencana. Waktu demikian diungguli hanya sekali dalam seratus kali bila
aktivitas tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.
m = waktu realistis (most likely time)
Waktu yang paling sering terjadi atau realistis dibanding dengan yang lain bila
aktivitas dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.
b = waktu pesimistis (pessimistic time)
waktu yang paling lama untuk menyelesaikan aktivitas, yaitu bila segala sesuatunya
serba tidak baik atau tidak diharapkan. Waktu demikian dilampaui hanya sekali
dalam seratus kali, bila aktivitas tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi
yang hampir sama.
Metode PERT menggunakan teori probabilitas untuk mengkaji dan
mengukur ketidakpastian serta mencoba menjelaskan secara kuantitatif. Teori
probabilitas dengan kurva distribusinya akan menjelaskan arti tiga angka tersebut
yang merupakan range time ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Kurva Distribusi Asimetris (Beta) dengan a, m, dan b
(Sumber Jay Heizer dan Barry Render, Operations Management, 2011)
18
Menurut, Wahyu Winarno, 2008, terdapat beberapa fungsi untuk
melakukan analisis dalam CPM dan PERT, di antaranya adalah :
1. Menganalisis jalur kritis (bisa lebih dari satu).
2. Menganalisis kegiatan yang saling mengganggu bertabrakan.
3. Menganalisis biaya.
4. Menampilkan diagram gantt.
CPM dan PERT memiliki asumsi-asumsi yang sama. Berikut ini adalah
beberapa asumsi-asumsi yang ada di CPM dan PERT:
a. Proyek terdiri atas aktivitas-aktivitas yang terdefinisi dengan jelas.
b. Setiap aktivitas bisa dimulai dan diakhiri tanpa tercampur dengan
aktivitas lain.
c. Setiap aktivitas terkait dengan urutan-urutan pelaksanaan satu sama
lain
Sasaran utama analisis CPM/PERT adalah menentukan waktu terpendek
yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek atau menentukan waktu yang
diperlukan untuk suatu critical path, yaitu jalur waktu terlama. Kegiatan-kegiatan
yang dilewati critical path dinamakan kegiatan kritis. Keterlambatan penyelesaian
salah satu kegiatan ini akan menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek,
karena itu kegiatan-kegiatan kritis perlu diawasi secara serius. Jika pengambil
keputusan bermaksud mempercepat penyelesaian proyek, maka ia perlu
memperpendek satu atau beberapa waktu kegiatan kritis.
Menurut Nugroho (2007) Kegiatan-kegiatan yang merupakan komponen
proyek dan hubungan ketergantungan antara satu dengan yang lain disajikan dengan
menggunakan tanda-tanda. Dikenal dua macam jaringan kerja sebaga berikut:
1. Kegiatan pada anak panah, atau activity on arrow (AOA). Disini
kegiatan digambarkan sebagai anak panah yang menghubungkan dua
lingkaran yang mewakili dua peristiwa. Ekor anak panah merupakan
awal dan ujungnya sebagai akhir kegiatan. Nama dan kurun waktu
kegiatan berturut-turut ditulis di atas dan di bawah anak panah.
19
2. Kegiatan ditulis di dalam kotak atau lingkaran, yang disebut activity on
node (AON). Anak panah hanya menjelaskan hubungan ketergantungan di
antara kegiatan-kegiatan.
Contoh jaringan kerja dapat dilihat pada gambar 2.4:
Gambar 2.4. Jaringan Kerja Suatu Kegiatan
Sumber: Nugroho (2007)
Menurut Nugroho (2007), Adapun logika kebergantungan kegiatan-
kegiatan itu dinyatakan sebagai berikut:
1. Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dapat
dimulai,maka hubungan antara kedua kegiatan tersebut dapat dilihat
pada gambar 2.5
Gambar 2.5. Kegiatan A Merupakan Pendahulu Kegiatan B
2. Jika kegiatan C, D dan E harus selesai sebelum kegiatan F dapat dimulai,
maka dapa t dilihat pada gambar 2.6
Gambar 2.6. Kegiatan C, D, dan E Merupakan Pendahulu Kegiatan F
20
3. Jika kegiatan G dan H harus dimulai sebelum kegiatan I dan J maka dapat
di lihat pada gambar 2.7
Gambar 2.7. Kegiatan G dan H Merupakan Pendahulu Kegiatan I dan J
4. Jika kegiatan Kdan L harus selesai sebelum kegiatan M dapat dimulai,
tetapi N sudah dapat dimulai bila kegiatan L sudah selesai, maka dapat di
lihat pada gambar 2.8
Gambar 2.8. Kegiatan L Merupakan Pendahulu Kegiatan M dan N
Fungsi dummy di atas adalah memindahkan seketika itu juga (sesuai dengan arah
panah) keterangan tentang selesainya kegiatan L dari lingkungan kejadian no.4
ke lingkungan kejadian no.5.
5. Jika kegiatan P, Q, dan R mulai dan selesai pada lingkaran kejadian yang sama, maka kita tidak boleh menggambarkan seperti pada gambar 2.9
Gambar 2.9. Gambar yang Salah Hilangkan Kegiatan P, Q, dan R Mulai dan
Selesai Pada Kejadian yang Sama
21
Untuk membedakan ketiga kegiatan itu, maka masing-masing harus digambarkan
dummy seperti pada gambar 2.10
atau
Gambar 2.10. Dummy
Kegiatan P=(31,32) P=(32,34)
Q=(31,34) atau Q=(31,34)
R=(31,33) R=(33,34)
Dalam hal ini tidak menjadi soal dimana saja diletakkannya dummy tersebut, pada
permulaan atau pun pada akhir kegiatan-kegiatan tersebut.
Menurut Nugroho (2007), Dalarn melakukan perhitungan penentuan waktu
ini digunakan tiga buah asumsi dasar, yaitusebagai berikut:
a. Proyek hanya memiliki satu initial event dan satu terminal event.
b. Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-no!
c. Saat paling lambat terjadinya terminal event adalah TL= TE untuk
event ini. Untuk melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur
ini, Jingkaran kejadian (event) dibuat seperti gambar 2.11.
22
Gambar 2.11 Lingkaran Kejadian
Keterangan :
D : ruang untuk nomor event
EF : Earliest Finish
LS : Latest Start
TF : Total Float
FF : Free Float
D : Durasi kegiatan
Menurut Nugroho (2007), Jika akan menggunakan persamaan TF=LS-ES,
maka total float kegiatan (i,j) adalah TF<Ul=LS(ij) -ES(ij)o Dari perhitungan mundur
diketahui bahwa LS(ij)=TL(ij)-t(ij) , sedangkan dari perhitungan maju ES(ij)=TE(i)0,
Maka F(ij)=TLGJ-t(ij)-TE(i)o Jika menggunakan persamaanTF=LF-EF, maka total float
kegiatan (i,j) adalah TF(i,j)=LF(i,j)-EF(i,j)0 Dari perhitungan maju diketahui
bahwa EF(ij)= TE(ij)+t(ij), sedangkan dari perhitungan mundur LF(ij)=
TL(ij),makaTF(ij)= TLm-TE(i)-T(ij )o
Menurut, Kerzner : 2009, hubungan antar aktivitas proyek dapat dinyatakan
dengan finish to start, start to start, finish to finish, start to finish, dengan lag dapat
dilihat pada Gambar 2.12
23
Gambar 2.12. Hubungan Antar Aktivitas (Kerzner, 2009)
Sumber : Kerzner, 2009
Dari Gambar 2.12, menunjukkan contoh hubungan antara 2 aktivitas, yaitu aktivitas
A dan aktivitas B scbagai berikut :
a. Finish to start (FS)
Hubungan finish to start antara aktivitas A dan B adalah hubungan aktivitas dimana
aktivitas B dapat dimulai setelah aktivitas A selesai dikerjakan.
b. Start to start (SS)
Hubungan start to start antara aktivitas A dan B adalah hubungan aktivitas dimana
ketika aktivitas A dimulai maka aktivitas B juga dapat dimulai.
c. Finish to .finish (FF)
Hubungan finish to finish antara aktivitas A dan B adalah hubungan aktivitas dimana
aktivitas A dan aktivitas B selesai pada waktu yang sama.
d. Start to Finish (SF)
Hubungan start to finish antara aktivitas A dan B adalah hubungan aktivitas dimana
ketika aktivitas A dimulai maka aktivitas B sudah selesai.
e. Lag
Lag adalah jumlah waktu diantara mulai atau selesainya aktivitas A dengan mulai
atau selesainya aktivitas B. yang dapat bernilai positif atau negatif.
24
2.2.1 Persyaratan Urutan Pekerjaan
Langkah-langkah dalam perencanaan proyek menggunakan metode CPM :
1. Tentukan rincian kegiatan.
Dari rincian kegiatan yang harus dilakukan dalam sebuah proyek, tambahkan
informasi durasi dan identifikasikan prasyarat kegiatan sebelumnya yang
harus terselesaikan terlebih dahulu.
2. Tentukan urutan kegiatan dan gambarkan dalam bentuk jaringan.
Beberapa kegiatan akan dapat dimulai dengan sangat tergantung pada
penyelesaian kegiatan lain. Relasi antar kegiatan ini harus diidentifikasi dan
digambarkan secara berurutan dalam bentuk titik dan busur.
3. Susun perkiraan waktu penyelesaian untuk masing-masing kegiatan.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap kegiatan dapat
diestimasi dengan menggunakan pengalaman masa lalu atau perkiraan dari
para praktisi. CPM tidak memperhitungkan variasi waktu penyelesaian,
sehingga hanya satu perkiraan yang akan digunakan untuk memperkirakan
waktu setiap kegiatan.
4. Identifikasi jalur kritis (jalan terpanjang melalui jaringan).
Jalur kritis adalah jalur yang memiliki durasi terpanjang yang melalui
jaringan. Arti penting dari jalur kritis adalah bahwa jika kegiatan yang
terletak pada jalur kritis tersebut tertunda, maka waktu penyelesaian proyek
secara keseluruhan otomatis juga akan tertunda.
Pada jalur selain jalur kritis, akan ditemui waktu longgar/waktu toleransi
(slack time) yaitu sejumlah waktu sebuah kegiatan dapat ditunda tanpa
menunda penyelesaian proyek secara keseluruhan.
5. Update Diagram CPM.
Pada saat proyek berlangsung, waktu penyelesaian kegiatan dapat diperbarui
sesuai dengan diperolehnya informasi dan asumsi baru. Sebuah jalur kritis
baru mungkin akan muncul, dan perubahan bentuk jaringan sangat mungkin
harus dilakukan.
Keterbatasan CPM adalah digunakannya satu angka perkiraan waktu
penyelesaian bagi setiap kegiatan. Jika memang dibutuhkan perencanaan proyek
yang lebih kompleks, metode PERT dengan tiga varian waktu perkiraan akan dapat
memberikan aternatif perkiraan waktu penyelesaian proyek yang lebih terbuka.
25
Pertimbangan suatu pekerjaan dilakukan pengurutan adalah karena
berbagai kegiatan tidak dapat dimulai sebelum kegiatan-kegiatan lain diselesaikan,
dan mungkin ada kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan secara bersamaan dan
atau tidak saling bergantung. Konsep waktu dalam jaringan kerja dapat didefinisikan
sebagai berikut :
1. ES (Earliest Start Time) adalah waktu paling awal (tercepat) suatukegiatan
dapat dimulai dengan memperhatikan waktu kegiatan yangdiharapkan dan
persyaratan urutan pengerjaan.
2. LS (Latest Start Time) adalah waktu yang paling lambat untuk dapat
memenuhi suatu kegiatan tanpa penundaan keseluruhan proyek.
3. EF (Earliest Finish Time) adalah waktu paling awal suatu kegiatan dapat
diselesaikan, atau sama dengan ES + waktu kegiatan yang diharapkan.
4. LF (Latest Finish Time) adalah waktu paling lambat untuk dapat
menyelesaikan suatu kegiatan tanpa menunda dan penyelesaian proyek secara
keseluruhan, atau sama dengan LS + waktu kegiatan yang diharapkan.
Diagram jaringan kerja node (lingkaran) yang merupakan lambang dari suatu event
dibagi atas tiga bagian dengan fungsi masing-masing. Berikut ini adalah tiga bagian
dari diagram jaringan kerja node (lingkaran).
Keterangan:
a = Ruang untuk nomor event
b = Ruang untuk waktu paling cepat suatu kegiatan dapat diselesaikan (EF)
c = Ruang untuk waktu paling lambat untuk dapat menyelesaikan suatu
kegiatan tanpa penundaan atau LF (Purnomo, 2004).
a
b c
26
2.2.2. Pengertian Jalur Kritis dan Dummy
Jalur kritis adalah serangkaian aktivitas yang saling berurutan dari awal
hingga akhir proyek yang jika salah satu atau lebih aktivitas terlambat, akan
menyebabkan keterlambatan proyek secara langsung (Edwin Badrusomad (2007, hal:
1). Jalur kritis mempunyai tiga ciri-ciri khusus, ketiga ciri-ciri tersebut bisa dijadikan
acuan untuk mengetahui jaringan kerja. Berikut ini adalah ciri-ciri dari jalus keritis :
1. Jalur yang memakan waktu terpanjang dalam suatu proses
2. Jalur dengan tegangan waktu antara selesainya suatu tahap kegiatan
dengan mulainya suatu tahap kegiatan berikutnya.
3. Tidak adanya tegangan waktu tersebut yang merupakan sifat kritis
darijalur kritis.
Dummy adalah aktivitas yang tidak mempunyai waktu pelaksanaan dan hanya
diperlukan untuk menunjukan kegiatan dengan aktivitas pendahulu. Dummy
diperlukan untuk menggambarkan adannya hubungan diantara kegiatan. Mengingan
dummy merupakan kegiatan semu maka lama kegiatan dummy adalah nol. Dummy
terdiri dari dua macam yaitu (http://ainul.gunadarma.ac.id):
1. Gramatical Dummy
Gramatica dummy diperlukan untuk menghindari kekacauan penyebutan
suatu kegiatan apabila terdapat dua atau lebih kegiatan yang berasal dari
peristiwa yang sama (misalnya i) dan berakhir pada suatu peristiwa yang
sama pula (misalnya j). Gramatical dummy akan memudahkan komputer
untuk membedakan kegiatan satu dengan yang lain.
2. Logical Dummy
Logical dummy digunakan untuk memperjelaskan hubungan antara kegiatan.
2.3. Crashing Program
Menurut Gould (2000), crashing program adalah suatu metode yang
digunakan untuk percepatan proses suatu kegiatan atau beberapa kegiatan
dari keseluruhan proyek. Dengan menambahkan pekerja atau peralatan atau
jam kerja, durasi suatu kegiatan dapat diperpendek, dan jika merupakan
27
lintasan kritis, maka akan memperpendek proyek secara keseluruhan.
Menurut Gould (2000), kegiatan dicrash untuk beberapa alasan:
1. Suatu kegiatan mungkin memerlukan penyelesaian dengan spesifik
tanggal untuk alasan kontraktual.
2. Beberapa kegiatan dapat diselesaikan lebih ekonomi selama waktu
tertentu pada tahun tersebut, mendorong percepatan kegiatan.
3. Biaya untuk mempercepat suatu kegiatan mungkin akan lebih
mahal dibandingkan biaya yang sedang berjalan.
Sewaktu suatu kegiatan tersebut dipercepat maka biaya langsung untuk
kegiatan tersebut akan meningkat. Biaya langsung seperti biaya pekerja, material,
dan peralatan yang berkaitan langsung dengan pemasangan atau konstruksi proyek.
Crashing menyebabkan biaya tidak langsung meningkat karena ketidakefisienan oleh
percepatan kerja lebih cepat dari rata-rata normal.
Percepatan proyek dapat menghasilkan tarnbahan bonus dapat mencegah
pembayaran kerusakan kepemilik, atau dapat menghemat tarnbahan biaya tidak
langsung. Jumlah bonus yang akan diterima sebaiknya diterangkan di dalarn kontrak.
Biaya tidak langsung dibagi menjadi yaitu kondisi umum dan biaya kantor. Biaya
proyek dapat ditelusuri dari beberapa kategori berikut:
� Organisasi dan personil: Pengawas, arsitek, penjaga, dan orang-orang lain
yang berdedikasi untuk menjaga dan mengefisienkan keputusan di lapangan.
� Perlengkapan dan pelayanan: Kantor, fasilitas sanitary, telepon, signage,
pagar.
� Perakitan: Peralatan pengangkut, tangga dan scaffolding, elevator, pintu
sementara. Biaya dari beberapa peralatan diberikan kepekerjaan sehingga
merupakan keuntungan dari seluruh personil lapangan, subkontraktor, dan
manajemen. Peralatan ini tidak seharusnya dibayar oleh individual
kontraktor.
� Biaya kantor: Biaya cetak atau perlengkapan yang digunakan oleh kantor atau
pekerja butuh didukung oleh tim manajemen proyek.
� Legal dan asuransi: Biaya dari bon, asuransi, dan hak gadai dibutuhkanagar
proyek dapat dimasukkan dalam biaya kondisi umum.
� Kebersihan: Biaya termasuk kebersihan setiap hari, tempat sampah, dan
pembersihan akhir setelah proyek selesai harus dibayar dan termasukdalam
28
kondisi umum.
Langkah pertama dalam menentukan durasi optimum untuk suatu proyek
adalah mempersiapkan jadwal jaringan dan perkiraan untuk proyek. Jadwal dan
perkiraan menjelaskan biaya normal proyek. Biaya normal ditentukan oleh perkiraan,
dimana ditelusuri dari kegiatan.
Biaya tersebut menjelaskan biaya langsung untuk proyek; menggabungkan
biaya langsung dengan biaya tidak langsung yang di bentuk dari total biaya untuk
proyek. Jika, dalam suatu jaringan terdapat satu lintasan kritis maka hanya satu
kegiatan yang harus diperpendek. Dan jika terdapat lebih dari satu lintasan kritis,
maka lebih dari satu kegiatan akan dicrash.
Walaupun jelas menguntungkan untuk mengoptimasi durasi proyek dalam
basis biaya, tetapi bukan langkah rutin dalam perencanaan proyek. Penyatuan jadwal
dan informasi perkiraan tidak dapat mudah dihubungkan sejak unit kegiatan tidak
sama. Dan juga tidak biasanya menghitung biaya crash untuk setiap kegiatan
kemudian dianalisis dan dibandingkan biaya crash dengan biaya tidak langsung.
Permasalahannya adalah suatu proyek dicrash beberapa lintasan kritis terbentuk, dan
ketika lebih lintasan kritis muncul, semakin besar resiko keterlambatan dalam
penyelesaian proyek. Proses penentuan durasi optimum untuk suatu proyek adalah
langkah penting dalam perencanaan proyek. Waktu penyesuaian dan uang dapat
disimpan dengan analisa biaya yang baik dari proyek dan menjalankan proyek
dengan biaya paling efektif.
2.4 Persamaan dan Perbedaan PERT dan CPM
CPM (critical path method) dan PERT (program evaluation review
technique) keduanya merupakan teknik yang terdapat didalam network planning.
Kedua teknik tersebut dapat digunakan dalam penyelenggaraan proyek ataupun
produksi, dimana penggunaannya disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Terdapat
persamaan dan perbedaan yang mendasar diantara CPM (critical path method) dan
PERT (program evaluation review technique). Menurut Eddy Herjanto (2004:339),
persamaan dan perbedaan kedua teknik tersebut adalah:
29
• Persamaan CPM dan PERT
o Sama-sama merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam
menentukan perencanaan, pengendalian dan pengawasan proyek.
o Keduanya menggambarkan kegiatan-kegiatan dari suatu proyek dalam
suatu jaringan kerja.
o Keduanya dapat dilakukan berbagai analisis untuk membantu manajer
dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan waktu, biaya,
atau penggunaan sumber daya.
• Perbedaan PERT dan CPM o CPM menggunakan satu jenis waktu untuk taksiran waktu kegiatan,
sedangkan PERT menggunakan tiga jenis waktu yaitu waktu paling
optimis, waktu paling tepat dan waktu pesimis.
o CPM menganggap proyel terdiri dari kegiatan-kegiatan yang
membentuk satu atau beberapa lintasan, sedangkan PERT
menganggap proyek terdiri dari peristiwa yang susul menyusul.
o CPM menggunakan pendekatan yang menggunakan anak panah
sebagai representasi dari kegiatan, sedangkan PERT menggunakan
pendekatan lingkaran atau node sebagai simbol kegiatan.
2.5 Perbedaan Efektifitas dan Efisiensi
Dalam bukunya Pengantar Manajemen mengemukakan bahwa efektivitas
berarti menjalankan pekerjaan yang benar. Efektivitas berarti kemampuan untuk
memilih sasaran yang tepat. Manajer yang efektif adalah manajer yang memilih
pekerjaan yang benar untuk dijalankan. (Siswanto 2007:55)
Efisiensi adalah hubungan antara barang dan jasa (output) yang dihasilkan
sebuah kegiatan atau aktivitas dengan sumber daya (input) yang digunakan. Suatu
organisasi, program atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan
output tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu
menghasilkan output sebesar-besarnya. (Deddi dan Ayuningtyas, 2010:161)
30
2.6 Kerangka Pemikiran
PT. Raja Kreasindo Utama
Proyek Pembangunan pada PT. Hardtop Plastic
Indonesia
Perencanaan Proyek Penjadwalan Penetapan work breakdown System
Analisis Proyek
Pengaplikasian Metode PERT dan CPM
Hasil Evaluasi dari Proyek
Rekomendasi ke perusahaan