Strategi Bel. Meng. IPS

113
BAB I KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR LATAR BELAKANG Kegiatan belajar bagi anak usia sekolah dasar mempunyai arti dan tujuan ter- sendiri. Hal ini berkaitan dengan ciri-ciri atau karakteristik anak yang bersangkutan. Seorang guru SD harus memahami bahwa komponen anak merupakan komponen ter- penting dalam proses pengajaran. Karenanya proses pengajaran itu harus diciptakan atas dasar pemahaman siapa dan bagaimana anak tumbuh dan berkembang. Dengan kata lain kegiatan belajar mengajar yang secara praktis dikembangkan guru di sekolah dasar, dituntut untuk berorientasi pada perkembangan anak secara tepat. Inilah suatu pendekatan pengajaran yang dikenal dengan ”Developmentally Appropriate Practice” Hal utama yang penting dipahami oleh guru SD adalah bahwa pendekatan pe- ngajaran yang berorientasi pada perkembangan anak (DAP), merujuk pada pemaha- man yang mendalam (philosophy) tentang pentingnya pengejawantahan mengenai perkembangan anak dalam setiap keputusan pengembangan program dan praktek pengajaran. Pendekatan ini didasarkan pada pemahaman baik dimensi umur anak maupun dimensi individualnya. Dengan pendekatan DAP pengajaran berorientasi pada apa yang peserta didik sukai, apa yang peserta didik harapkan, atau bahkan apa yang peserta didik inginkan. Pendekatan ini menghendaki pengajaran menjadi bersi- fat ”child initiated, child-directed, dan ”teacher-supported”, yang Carot (1995) ungkapkan hal itu sebagai komponen esensial dalam pendekatan DAP. Melalui pendekatan DAP, arti tujuan belajar bagi anak sudah tentu menjadi demikian penting. Karena komponen tujuan dalam pengajaran, harus dipertimbang- kan dengan cermat. Tujuan itu tidak cukup hanya dijelaskan dengan rumusan tujuan instuksional saja. Memahami tujuan yang dicanangkan bagi terjadinya proses belajar yang diharapkan anak SD, seorang guru akan selalu dituntut untuk menyadari adanya tujuan-tujuan pengiring. Demikian juga suatu keluaran yang dikehendaki dari proses pengajaran itu bukan sekedar dilihat dari dampak instruksionalnya saja (intructional effect), melainkan pula mencakup pertimbangan tentang pentingnya dampak pengi- ring (nurturent effect). Tujuan Setelah Anda mempelajari dan mengkaji materi ini, Anda dapat : : 1. Menjelaskan hakekat pendekatan DAP beserta pemahaman akan dimensi umur anak dan dimensi individualnya dalam pengajaran 2. Menjelaskan karakteristik anak usia SD secara umum dan tanggung jawab guru dalam mengembangkan sistem pengajarannya 3. Menjelaskan arti belajar bagi anak usia sekolah dasar dalam pandangan ahli psiko 1

Transcript of Strategi Bel. Meng. IPS

Page 1: Strategi Bel. Meng. IPS

BAB I

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR

LATAR BELAKANG Kegiatan belajar bagi anak usia sekolah dasar mempunyai arti dan tujuan ter- sendiri. Hal ini berkaitan dengan ciri-ciri atau karakteristik anak yang bersangkutan. Seorang guru SD harus memahami bahwa komponen anak merupakan komponen ter- penting dalam proses pengajaran. Karenanya proses pengajaran itu harus diciptakan atas dasar pemahaman siapa dan bagaimana anak tumbuh dan berkembang. Dengan kata lain kegiatan belajar mengajar yang secara praktis dikembangkan guru di sekolah dasar, dituntut untuk berorientasi pada perkembangan anak secara tepat. Inilah suatu pendekatan pengajaran yang dikenal dengan ”Developmentally Appropriate Practice” Hal utama yang penting dipahami oleh guru SD adalah bahwa pendekatan pe- ngajaran yang berorientasi pada perkembangan anak (DAP), merujuk pada pemaha- man yang mendalam (philosophy) tentang pentingnya pengejawantahan mengenai perkembangan anak dalam setiap keputusan pengembangan program dan praktek pengajaran. Pendekatan ini didasarkan pada pemahaman baik dimensi umur anak maupun dimensi individualnya. Dengan pendekatan DAP pengajaran berorientasi pada apa yang peserta didik sukai, apa yang peserta didik harapkan, atau bahkan apa yang peserta didik inginkan. Pendekatan ini menghendaki pengajaran menjadi bersi- fat ”child initiated, child-directed, dan ”teacher-supported”, yang Carot (1995) ungkapkan hal itu sebagai komponen esensial dalam pendekatan DAP. Melalui pendekatan DAP, arti tujuan belajar bagi anak sudah tentu menjadi demikian penting. Karena komponen tujuan dalam pengajaran, harus dipertimbang- kan dengan cermat. Tujuan itu tidak cukup hanya dijelaskan dengan rumusan tujuan instuksional saja. Memahami tujuan yang dicanangkan bagi terjadinya proses belajar yang diharapkan anak SD, seorang guru akan selalu dituntut untuk menyadari adanya tujuan-tujuan pengiring. Demikian juga suatu keluaran yang dikehendaki dari proses pengajaran itu bukan sekedar dilihat dari dampak instruksionalnya saja (intructional effect), melainkan pula mencakup pertimbangan tentang pentingnya dampak pengi- ring (nurturent effect). Tujuan

Setelah Anda mempelajari dan mengkaji materi ini, Anda dapat : : 1. Menjelaskan hakekat pendekatan DAP beserta pemahaman akan dimensi umur

anak dan dimensi individualnya dalam pengajaran 2. Menjelaskan karakteristik anak usia SD secara umum dan tanggung jawab guru

dalam mengembangkan sistem pengajarannya 3. Menjelaskan arti belajar bagi anak usia sekolah dasar dalam pandangan ahli psiko

1

Page 2: Strategi Bel. Meng. IPS

logi konstruktivistik 4. Menjelaskan tujuan kegiatan belajar mengajar bagi anak sekolah dasar 5. Menjelaskan hakekar mengajar di SD sejalan dengan arti belajar menurut pan-

dangan ahli psikologi konstruktivistik 6. Menggambarkan penciptaan kondisi lingkungan belajar yang dibutuhkan dilihat

dari tiga dimensi perkembangan anak usia sekolah dasar 7. Menjelaskan tujuan pengajaran dan tujuan pengiring, demikian halnya dengan

keluaran pengajaran dalam bentuk dampak instruksional dan dampak pengiring A. HAKEKAT PENDEKATAN ”DAP”

Developmentally Appropriate Practice (DAP) adalah suatu kerangka acuan; suatu filosofis atau juga pendekatan mengenai bagaimana berinteraksi dan bekerja bersama anak (peserta didik). Pendekatan DAP didasarkan atas akumulasi data atau fakta dan hasil-hasil penelitian yang memerankan tentang apa yang peserta didik sukai. Menurut konsep ini pengejawantahan pengetahuan tentang perkem- bangan peserta didik atau hal-hal yang berkenaan bagi anak SD ke dalam setiap implikasi praktis pengembangan pengajaran tidaklah diabaikan.

Dalam setiap pelaksanaan pengajaran, guru akan selalu dituntut untuk mampu membuat keputusan. Keputusan inilah yang akan menetapkan apakah suatu peng- ajaran yang ditempu guru itu telah mempertimbangkan pengetahuan mengenai anak atau belum. Jika keputusan itu benar-benar mengakomodasikan ”siapa anak SD sebenarnya”, maka keputusan tersebut dapat dikatakan telah mendasarkan pada pendekatan DAP.

Menyimak pendapat Bredekamp (1987) tentang konsep ”developmental appropriateness” menunjukkan bahwa pendekatan pengajaran yang berorientasi pada perkembangan anak itu mempunyai dua dimensi pemahaman. Pertama adalah dimensi umur (age appropriate) dan yang kedua adalah dimensi individual (individually appropriate).

Dengan memahami dimensi umur peserta didik, guru dalam menyelenggara- kan pengajarannya tidak akan pernah bisa mengabaikan aspek perkembangan pe- serta didik. Misalnya diakui Bredekamp bahwa hasil pendidikan mengenai per- kembangan manusia itu memperlihatkan hal yang berlaku umum, yakni adanya perkembangan yang dapat diramalkan mengenai urutan pertumbuhan (growth) dan perubahan (change) yang terjadi terutama selama umur 9 tahun. Perubahan yang dapat diramalkan itu menyangkut aspek perkembangan fisik, emosional, sosial dan perkembangan kognitif. Pemahaman tentang keunikan perkembangan peserta didik dalam rentang waktu (umur) tersebut selayaknya menjadi acuan atau dasar filosofis setiap pelayanan program pengajaran yang disediakan guru. Guru sepatutnya mampu mempersiapkan dan menyediakan lingkungan belajar dari pe- ngalaman belajar yang benar-benar ”approratee” (layak, pantas, cocok, padan atau tepat) dengan perkembangan anak.

2

Page 3: Strategi Bel. Meng. IPS

Selanjutnya dengan memahami dimensi individual, guru dalam menyelengga- rakan pengajarannya tidak akan pernah mengabaikan keunikan peserta didik. Bukankah mereka itu bersifat khas (unique) atau utuh (individed) baik dari segi pola ataupun waktu perkembangannya sebagaimana mereka itu khas dalam kepri- badiannya, gaya belajarnya latar belakang keluarganya. Keunikan sebenarnya memperlihatkan eksistensi perbedaan sekaligus akan menolak perlakuan yang ”mempersamakan” atau menyamaratakan.

Pemahaman lebih lanjut atas keunikan peserta didik menyiratkan bahwa demokratisasi dalam pengajaran menjadi sebuah tuntutan. Pelayanan pengajaran yang diindividualisasikan (individually guided education/IGE) juga akan cende- rung muncul (trendy) di masa yang akan adatang di Indonesia dan ini tidak boleh dihindari secara sengaja. Kurikulum (bahan ajar apa yang harus dilaksanakan?) dan interaksi yang diciptakan, selayaknya (akan menjadi approriate/tepat atau mendapat pembenaran), manakala pembelajaran itu benar-benar responsif atas keragaman (individual) peserta didik. Belajar yang merupakan hasil interaksi antara pikiran dan pengalaman dengan bahan gagasan dan orang lain ”haruslah” cocok (mached) dengan dan memang menantang (Challenging) minat dan pema- haman peserta didik.

Pemahaman atas perkembangan peserta didik sekaligus dengan keunikannya, dibutuhkan guru dalam mengidentifikasi tentang perilkaku yang cocok (perilaku pada diri anak) sebagai tujuan yang dapat dicapai dalam pengajaran, kegiatan dan pengalaman belajar yang tepat diciptakan, dan bahan pelajaran yang padan bagi kelompok usia tertentu, serta sistem evaluasi yang hendak digunakan. Pemaha- man akan dimensi individual yang mengakui adanya keragaman latar belakang keluarga peserta didik, maka DAP dengan sendirinya memandang penting keter- libatan aktif orang tua baik sebagai sumber ataupun pembuat keputusan mengenai ketepatan perlakuan atau pelayanan individual bagi pendidikan anak.

B. KARAKTERISTIK ANAK SEKOLAH DASAR

Masa usia SD (sekitar 6,0 – 12,0) merupakan tahapan perkembangan penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Karena itu, guru tidak boleh mengabaikan kehadiran dan kepentingan mereka. guru selalu dituntut memahami karakteristik anak, arti belajar, dan tujuan kegiatan belajar. Karakteristi usia anak SD secara umum sebagaimana dikemukakan Bassett. Jacka, dan Logan (1983) seperti berikut ini : 1. Mereka secara alamia memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan

dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri 2. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira/riang 3. Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, meneksplorasi

suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru

3

Page 4: Strategi Bel. Meng. IPS

4. Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi seba- gaimana mereka tidak suka mengalami ketidak puasan dan menolak kegagalan-kegalan

5. Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi

6. Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan menga- jar anak-anak lainnya. Khusus, untuk anak usia dini (TK) atau usia anak SD di kelas-kelas rendah,

John Dewey menggambarkan adanya pemahaman kontroversial antara siapa anak dan apa kurikulum itu. Pemahaman itu dapat dipelajari dari tabel berikur ini :

Tabel:1 Karakteristik anak vs Kurikulum

THE CHILD THE CURRICULUM

Akctive Static

Practical Abstract

Immature Mature

Wholistik Logical-categories

Immediate Historical

Narrow Road scope

Kinesthetic Tekstual

psychologize the curriculum

Menurut tabel 1 karakteistik anak dibanding dengan karakteristik suatu kuri- kulum nampak kontroversial. Sebagai contoh, kurikulum itu sesuatu yang statis dalam bentuk bahan pelajaran yang diberikan guru, bersifat statis itu dapat menyentuh dan mendorong respon anak secara aktif dan positif, sedangkan anak itu adalah individu yang aktif. Persoalannya adalah bagaimana kurikulum yang bersifat pasif itu menjadi sesuatu yang benar-benar menarik baghi anak, sehingga dalam pelajaran menjadi benar-benar aktif.

Contoh lainnya adalah bahwa kurikulum itu bersifat abstrak dan bagaimana sesuatu yang abstrakaitu dapat menjadi klonkret dihadapan anak. Kurikulum itu merupakan sesuatu yang ”matang” (hasil pertimbangan yang mendalam dan meli- batkan banyak ahli), tetapi bagaimana hal itu menjadi sesuatu yang mudah dires- pon bagi anak yang memang ”belum matang”. Kurikulum itu bersifat sekuesial atau historikal, tetapi bagaimana hal itu menjadi sesuatu yang mudah direspon anak secara spontan, ”immediate”, dan seterusnya. Karena itu betapa seorang guru penting menekankan ”psychologize the curriculum”, yakni bagaimana mem-

4

Page 5: Strategi Bel. Meng. IPS

buat (memanipulasi) kurikulum itu sebagai sesuatu yang dapat diterima anak secara psikologis.

Dengan memperhatikan segi individualitas dan karakteristik usia anak SD ser- ta berbagai dimensi perkembangannya, maka seorang guru idak asal suka begitu saja mengembangkan pengajaran di kelasnya. Guru dituntut dalam mengembang- kan sistem pengajarannya, tidak menyimpang dari prinsip-prinsip psikologis yang ada. Kenyataan ini, menjadi alasan kuat mengapa sistem pengajaran yang dikem- bangkan guru harus dapat melayani kebutuhan peserta didik dan pengajaran itu benar-benar menjadi menarik dan bermakna.

C. ARTI DAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BAGI ANAK SD Belajar secara tradiasional diartikan sebagai upaya menambah dan mengum-

pulkan sejumlah pengetahuan. Pengertian belajar yang moderen diungkapkan Morgan dkk (1986) sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Definisi yang kedua ini memuat dua unsur penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah perubahan tingkah laku, dan kedua perubahan yang terjadi adalah terjadi karena latihan atau pengalaman.

Apabila peserta didik telah belajar sesuatu hal, maka akan terjadi perubahan dalam kesiapannya menghadapi lingkungan. Misalnya seorang anak telah belajar tentang munculnya matahari di siang hari, maka ia tidak akan menunggu matahari muncul di malam hari. Dalam konteks sekolah seorang anak dikatakan telah bela- jar apabila perubahan-perubahan yang terjadi pada anak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sekolah dan masyarakat.

Gagne mengemukakan 5 macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian macam kondisi belajar untuk pencapaiannya, yaitu : 1. Ketrampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca tulis hitung

sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan intelektual tergantung kepada kapasitas intelektual kecerdasan seseorang dan pada kesempatan belajar yang tersedia

2. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah

3. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta 4. Ketrampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain ketrampilan me-

nulis, mengetik, menggunakan jangka dansebagainya 5. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah dan intensitas emosional yang

dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan ber- tingah laku terhadap barang atau kejadian Kegiatan belajar yang diciptakan guru sebagaimana tuntutan pendekatan DAP

sepatutnyalah didasarkan atas pemahaman bagaimana anak usia SD itu belajar. Paham yang dianggap moderen tentang bagaimana anak usia SD itu belajar bersi- fat konstruktivistik; dipelopori oleh Jean Piaget, Lev Vygotsky, dan Bruner.

5

Page 6: Strategi Bel. Meng. IPS

1. Bagi Piaget, anak adalah seorang yang aktif, membentuk atau menyusun pengetahuan mereka sendiri pada saat mereka menyesuaikan pikirannya seba- gaimana terjadi ketika mereka mengeksplorasi lingkungan dan kemudian tim- bul secara kognitif terhadap pemikiran-pemikiran yang logis

2. Bagi Vygotsky, anak itu mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui inter- aksi pengajaran dan sosial dengan orang dewasa (guru) asalkan orang dewasa (guru) itu menjembatani arti dengan bahasa dan tanda atau simbol untuk kemudian anak itu tunbuh ke arah pemikiran-pemikiran verbal

3. Sedangkan bagi Bruner, anak melalui aktivitas dengan orang dewasa (guru) mengkonstruksi pengetahuan mereka itu dalam bentuk tampilan spiral mulai dari ”pre-speech” sebagaimana anak menetapkan format, peranan dan hal-hal yang rutin yang membuatnya merasa bebas untuk kemudia dapat terlibat dalam penggunaan bahasa yang lebih kompleks sebagaimana tersaji dalam suatu realitas. Membandingkan ketiga pendapat ahli tersebut, maka akan dapat dipelajari

persamaan dan perbedaannya. Persamaan ketiga pendapat ahli tersebut antara lain ketiganya memandang bahwa anak adalah seseorang yang aktif, memiliki kemampuan untuk membentuk pengetahuannya sendiri

Menyangkut perbedaannya, Piaget menekankan bahwa penciptaan lingkungan belajar menjadi sorotan penting. Lingkunganlah yang akan menarik si anak; mem- buat mereka bekerja melakukan eksplorasi dengannya. Dengan cara demikian si anak; mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, bukan guru yang mengkonstruksi pengetahuan sianak itu. Bagi Vygotsky, yang ditekankan adalah interaksi guru dengan sianak. Dalam hal ini guru sepatutnya memahami dunia anak. Suatu inter- aksi baru dikatakan bermakna bagi anak, jika guru itu benar-benar ia mampu menjembatani arti dan simbol-simbol atau lambang-lambang yang digunakan. Bagi Bruner yang disoroti adalah gambaran proses pikiran si anak dalam mengkonstruksi suatu pengetahuan. Tampilannya berbentuk spiral, mulai dari for- mat, peranan, dan hal-hal yang rutin (bentuk yang sederhan/pre-speach) hingga terlibat dalam penggunaan bahasa yang lebih kompleks sebagaimana tersaji suatu realitas kehidupan.

Hal penting yang menjadi pelajaran bagi kita adalah anak SD merupakan seorang yang aktif. Seorang guru konstruktivis yang baik adalah mereka yang suka menyediakan lingkungan atau bahan belajar (learning materials) bagi anak didiknya, sebab guru tahu bahwa anak senang mengeksplorasi lingkungan belajar. Guru itupun akan berusaha menciptakan sistem interaksi pengajaran dengan siapa saja anak itu berinteraksi (guru dengan temannya sendiri) yang menjembatani arti yang diperlukan. Selanjutnya, akan diyakini guru konstruktivis itu bahwa eksplo- rasi liungkungan dan interaksi yang terjadi merefleksikan pengalaman belajar si anak sehingga membentuk pengetahuan yang berkembang terus sebagai milik mereka sendiri.

6

Page 7: Strategi Bel. Meng. IPS

Sesuai dengan pandangan-pandangan tersebut di atas, maka terdapat sejumlah tujuan belajar yang seharusnya dapat diwujudkan guru dalam kegiatan belajar anak didiknya di SD, yakni : 1. Menjadikan anak senang, bergembira dan riang dalam belajar 2. Memperbaiki berpikir kreatif anak, sifat keingin tahuan, kerja sama, harga diri

dan rasa percaya pada diri sendiri, khususnya dalam menghadapi kehidupan akadcemik

3. Mengembangkan sikap positif anak-anak dalam belajar 4. Mengembangkan afeksi kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di

lingkungannya, khususnya perubahan yang terjadi dalam linkungan sosial. Tujuan belajar merupakan komponen sistem pengajaran yang sangat penting.

Semua komponen pengajaran lainnya seperti pemilihan materi atau bahan penga- jaran, kegiatan guru, dan peserta didik, pemilihan sumber belajar yang akan dipakai, serta penyusunan tes, akan beretolak dari tujuan belajar yang hendak dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran. Karena itu, kesadaran tentang tujuan-tujuan belajar di atas, semestinya direfleksikan guru SD dalam kerangka membantu peserta didik meletakan dasar-dasar kehidupan ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya ciptanya yang diperlukan dalam me- nyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkemba- ngan mereka selanjutnya.

Selanjutnya, rumusan tujuan belajar adalah penting dinyatakan guru secara khusus dan eksplisit. Pentingnya rumusan tujuan belajar dinyatakaan secara spesifik dan eksplisit adalah; Untuk peserta didik : 1. Dapat mengarahkan proses belajar peserta didik 2. Dapat mengukur sejauh mana mereka telah mencapai tujuan yang diinginkan 3. Dapat meningkatkan motivasi dengan mengetahui tingkat keberhasilannya

dalam usaha belajarnya Untuk Guru : 1. Dapat memilih materi, strategi, instruksional, dan sumber belajar yang sesuai

untuk dipakai dalam usaha membantu peserta didik dalam usaha belajarnya 2. Dapat mengukur keberhasilan guru sendiri dalam pengajarannya

Walaupun banyak keuntungan dari tujuan belajar yang spesifik, gurupun perlu menyadari mengenai kelemahan-kelemahan suatu tujuan belajar dinyatakan seca- ra spesifik dan terinci, yaitu : 1. Peserta didik hanya belajar dari tujuan yang tersurat, tanpa berusaha belajar

lebih lanjut 2. Guru cenderung hanya mengajarkan yang tercantum sebagai tujuan belajar 3. Banyak tujuan belajar yang sulit dinyatakan secara operasional atau yang

dapat dilihat dan diukur secara nyata, sehingga guru tidak mencantumkannya dalam pengajarannya

4. Seringkali tujua-tujuan dibuat agar dapat dilihat dan diukur dan terkesan dicari-cari

5. Guru dan peserta didik menjadi kurang kreatif dalam proses belajar mengajar.

7

Page 8: Strategi Bel. Meng. IPS

D. HAKEKAT MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR

1. Pengertian Mengajar

Salah satu pengertian mengajar bisa merupakan kegiatan menyampaikan pe- san berupa pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap-sikap tertentu dari guru kepada peserta didik. Misalnya seorang guru SD kelas 6 sedang menje- laskan pokok bahasan ”Rotasi Bumi” dengan menggunakan metode sosiodrama, peserta didik memperhatikan dengan seksama. Kegiatan guru tersebut dikatakan sebagai kegiatan mengajar.

Kegiatan belajar sebenarnya bukan sekedar menyangkut persoalan penyam- paian pesan-pesan dari seorang guru kepada peserta didik. Hal itu sebenarnya menyangkut persoalan bagaimana guru membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar. Kegiatan membimbing dan melatih peserta dideik untuk belajar diperlukan kemampuan profesional dari guru.

Beberapa pandangan tentang mengajar dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Mengajar dipandang sebagai suatu ilmu (teaching as a science), artinya terda-

pat landasan yang mendasari kegiatan mengajar baik dari filsafat ilmu mau- pun dari teori-teori belajar mengajar, sifatnya metodologis dan prosedural

b. Mengajar sebagai teknologi (teaching as a technology), yaitu penggunaan perangkat alat yang dapat dan harus diuji secara empiris

c. Mengajar sebagai suatu seni (teaching is an art), yang mengutamakan perfor- mance/penampilan guru secara khas dan unik yang bersal dari sifat-sifat khas guru dan perasaan serta nalurinya

d. Mengajar sebagai pilihan nilai (wawasan kependidikan guru), bersumber pada pilihan nilai atau wawasan tersebut terpulang pada tujuan umum pendidikan nasional yang dapat ditelusuri kepada rumusan-rumusan yang formal maupun kepada asumsi-asumsi konseptual atau filosofisnya yang mendasar

e. Mengajar sebagai ketrampilan (teaching as a skill), yaitu suatu proses penggu naan seperangkat keterampilan secara terpadu

Selanjutnya T. Raka Joni (1985:3) merumuskan pengertian mengajar sebagai pencipta suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaru- hi yaitu tujuan instruksional yang ingin dicapai , guru dan peserta didik yang me- mainkan peranan senada dalam hubungan sosial tertentu, materi yang diajarkan, bentuk kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana mengajar yang tersedia. Perbuatan mengajar merupakan perbuatan yang kompleks. Mengajar menun- tut ketrampilan tingkat tinggi karena harus dapat mengatur berbagai komponen dan menyelaraskannya untuk terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Davis (1971) mengungkapkan bahwa pengertian mengajar sebagai suatu aktivitas profesional yang memerlukan ketrampilan tingkat tinggi dan mencakup pengam- bilan keputusan

8

Page 9: Strategi Bel. Meng. IPS

Sebagaimana keunikan dan karakteristik kegiatan belajar usia anak sekolah dasar, Piaget, Vygotsky dan Bruner mengemukakan cara-cara yang khas bagi seo- rang guru dalam mendorong terjadinya proses belajar bagi mereka. Bagi Piaget seorang guru dalam mengembangkan belajar anak itu dengan memperalat situasi eksperimental yakni menyediakan lingkungan belajar untuk menfasilitasi per- tumbuhan atau perkembangan anak. Bagi Vigotsky, guru mengembangkan belajar anak itu dengan menetapkan area atau batas-batas (tingkat) perkembangan yang diperkirakan (Zone of Proximal Development atau ZPD). ZPD merupakan kesenjangan antara tingkat perkembangan nyata si anak (child’s actual level of development) dengan apa yang secara potensial sebenarnya dapat anak lakukan (child’s potensial level development) tetapi perlu atau melalui bantuan guru. Peranan guru adalah mengo- rientasikan pengajaran terhadap kekuatan-kekuatan si anak pada saat anak itu tertantang. Ini penting dipahami, karena pengajaran itu hanya akan menjadi baik pada saat tantangan itu ada dihadapan si anak, dan kemudian mendorong si anak merespons tantangan itu. Sedangkan bagi Bruner, guru mengembangkan belajar anak itu dengan cara menyediakan siatuasi nyata bagi terjadinya eksplorasi yang aktif dipihak anak, dimulai dari format atau bentuk-bentuk yang berada di sekitar kehidupan si anak, peran dan kegiatan-kegiatan yang telah biasa dilakukan si anak itu, untuk kemu- dian melangkah ke hal melalui penggunaan bahasa yang lebih kompleks. Guru dapat mendorong perkembangan anak dengan berperan sebagai ”scaffolder” yaitu memahami adanya batas-batas perkembangan anak secara temporer dan memerlu- kan bantuan tersebut secara tepat dan membiarkannya si anak tumbuh melewati batas-batas perkembangannya sendiri. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam mengembangkan suatu sistem pengajaran, seorang guru SD paling tidak bertanggung jawab dalam : a. Mengkondisikan anak untuk menyukai, merasa gembira dan senang belajar di

sekolah. Guru SD dituntut untuk mahir menciptakan suatu siatuasi yang memungkinkan anak terhindar dari rasa stres, perasaan bimbang, khawatir dan perasaan mencekam. Hal demikian adalaah penting tidak hanya bagi kemajuan belajar mereka tetapi juga menyangkut kehidupannya di masa yang akan datang

b. Mengembangkan berbagai cara dan metode yang bervariasi dan menarik di dalam mengajar secara terpadu, seperti ceramah, berceritra, memimpin diskusi dan proses penemuan, menengahi konflik, pemecahan masalah yang diha- dapi anak dan sebagainya.

c. Menjembatani ”gap” antara kehidupan sekolah dengan kehidupan anak itu sendiri dalam pengajaran

d. Mengobservasi gaya mengajar mereka, kebutuhannya dan menaruh perhatian atas tuntutan individual si anak dalam kaitannya dengan imnplementasi kurikulum yang berlaku.

9

Page 10: Strategi Bel. Meng. IPS

Selanjutnya dalam rangka penerapan pendekatan DAP untuk mengembangkan program dan praktek pengajaran, Sunaryo (1995) mengemukakan pentingnya pemahaman atas perkembangan anak sebagai landasan bagi pengembangan proses pengajaran. Ia mengungkapkan bahwa guru SD harus selalu peduli dan memahami anak sebagai keseluruhan dan karenanya kurikulum dan pembelajaran di SD itu harus bersifat terpadu. Carol (1995) menuntut penciptaan lingkungan belajar sesuai dengan tiga dimensi perkembangan anak SD, yaitu dimensi perke- mbangan fisik, dimensi perkembangan sosial-emosiuonal, dan dimensi perkembangan bahasa atau kognisi.

1. Dilihat dari dimensi perkembangan fisik

Perkembangan fisik anak usia SD memang tidak sepesat pertumbuhan yang terjadi pada usia lima tahun sebelumnya. Akan tetapi kemampuan anak mengen- dalikan tubuhnya dan kemampuan duduk serta merta berada dalam suatu periode waktu yang relatif lebih lama merupakan ciri perkembangan fisik anak usia SD.

Kegiatan fisik merupakan hal yang penting bagi anak usia SD, tidak hanya akan mmemperhalus perkembangan ketrampilan dan harga dirinya tatapi juga aspek kognisinya. Misalnya pada saat anak menghadapi suatu konsep yang abstrak, aktivitas fisik akan sangat dibutuhkan. Aktivitas fisik itu memberi penga- laman nyata bagi anak memahami arti suatu konsep yang abstrak.

Sehubungan hal tersebut di atas, prinsip yang relevan dalam penciptaan ling- kungan belajar dilihat dari perkembangan fisik anak, adalah anak akan dapat bela- jar dengan cara terlibat aktif (secara fisik) dari pada bersifat pasif, lingkungan be- lajar selayaknya disediakan yang memungkinkan anak bereksplorasi dengannya.

2. Dilihat dari aspek perkembangan sosial-emosional/moral

Ketrlibatan dalam kelompok (kolaborasi atau kerjasama) bagi anak usia SD merupakan minat dan perhatiannya. Perkembangan hubungan sosial-emosional dan adanya kesadaran etis normatif pada anak usia SD merupakan ciri yang kuat nampak pada usia SD. Kompetensi-kompotensi sosial yang positif dan produktif akan berkembang pada usia ini, seperti kemampuan bekerja sama, kesadaran ber- kompetisi, menghargai karya orang, toleran, kekeluargaan, dan aspek budaya lainnya.

Sehubungan hal di atas, prinsip yang relevan dengan penciptaan lingkungan belajar anak adalah pengembangan pengajaran yang menyediakan kesempatan anak untuk secara kelompok adalah sangat penting. Pemikiran dan keputusan guru untuk membuat kelompok belajar secara fleksibel (alasan kemampuan, mi- nat, sahabat, dan lain-lain) untuk aetiap pengajaran yang dilakukannya, merupa- kan implikasi praktis pendekatan DAP ysng memperhatikan aspek perkembangan sosial-emosional dan moral anak usia sekolah dasar.

10

Page 11: Strategi Bel. Meng. IPS

3. Dilihat dari dimensi perkembangan bahasa atau kognisi

Perkembangan kognisi pada anak usia SD menurut Piaget berada dalam tahapan dua masa transisi, yaitu masa transisi dari pra operasional ke masa opera- sional konkret, dan masa transisi operasional konkret ke tahap operasional formal. Skema perkembangan kognitif pada tahap ini berkaitan dengan ketrampilan berpi- kir dan pemecahan masalah, seperti mengklasifikasi, memahami keadaan sesuatu yang tetap atau tidak berubah, mengurutkan dan seterusnya. Juga pada tahap anak usia SD ini, perkembangan kognisinya memperlihatkan ke arah kemampuan atau kecakapan berpikir secara simbolik, yaitu berpikir yang lebih logis, abstrak dan imajinatif. Namun demikian, karena berada dalam keadaan transisi perkembangan antara tahap operasional konkrit ke tahap opersional formal, anak usia SD ini masih memerlukan bantuan obyek nyata untuk berpikir tersebut. Sehubungan dengan hal di atas, prinsip yang relevan dalam penciptaan ling- lungan belajar bagi anak adalah pengembangan pengajaran yang menyediakan kesempatan anak untuk bereksplorasi, berpikir dan memperoleh kesempatan untuk berdiskusi dan berinteraksi dengan orang lain (guru, teman-temannya atau pihak lain). Kemampuan guru dalam memanipulasi obyek fisik menjadi obyek berpikir anak, akan selalu dituntut dalam pengembangan pengajarannya.

2. Tujuan Pengajaran dan Tujuan Pengiring

Dalam rangka suatu kegiatan, menentukan tujuan merupakan hal penting. Tujuan itu menentukan arah kemana suatu kegiatan akan dilakukan. Tujuan juga memudahkan suatu penilaian apakah suatu kegiatan menyimpang atau tidak. Menentukan tujuan dalam rangka kegiatan belajar mengajar, adalah suatu keharusan bagi guru. Tujuan dalam kegiatan belajar mengajar ini disebut tujuan instruksional atau tujuan pengajaran. Tujuan instruksional dalam setiap proses belajar mengajar dibedakan menjadi: a. Tujuan Instruksional Umum, adalah pernyataan umum tentang tujuan yang

hendak dicapai dalam satu kesatuan materi pelajaran. TIU ini masih bersifat umum dan harus dijabarkan secara spesifik dalam TIK. Yujuan ini merupakan tujuan yang dinyatakan dalam kurikulum (GBPP) untuk setiap bidang studi sebagaiman kurikulum yang berlaku.

b. Tujuan Instruksional Khuisus (TIK), yaitu tujuan instruksional yang harus di- capai dalam satu pokok bahasan. TIK dirumuskan dengan kata kerja opersio- nal dan mengandung perilaku yang dapat diamati.

TIK harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga tidak meniumbulkan penaf- siran yang beragam. TIK ini bersifat khusus (spsifik) dan mudah diukur. Suatu rumusan TIK biasanya memuat kriteria berikut : A = Audiance, yaitu peserta didik sebagai subyek didik yang akan ditangani guru dalam kegiatan pembelajaran. B = Behavior, yaitu tingkah laku yang dapat diukur karena sifatnya yang khusus dan dapat diketahui perubahaannaya.

11

Page 12: Strategi Bel. Meng. IPS

C = Condition, yaitu kondisi atau keadaan yang semestinya tercipta menyertai kegiatan pembelajaran. D = Degree, yaitu tingkat pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik. Tujuan instruksional adalah tujuan yang secara eksplisit terkandung dalam TIU dan TIK. Namun adakalanya guru mengharapkan peserta didiknya dapat mencapai tujuan-tujuan lainnya yang terkandung secara implisit atau tidak tertulis dalam perumusan yang telah dibuat. Tujuan ini secara tidak langsung dapat ter- wujud melalui kegiatan belajar mengajar yang sama. Tujuan yang dinyatakan se- cara tidak tertulis dan merupakan hasil ikutan melalui kegiatan belajar mengajar secara tidak langsung, seperti sikap-sikap kreatif, mandiri, jujur, sportif, humanis, dan sebagainyamerupakan tujuan pengiring. Walaupun dirumuskan secara tidak tertulis, tuyjuan pengiring tersebut harus tetap mengarah kepada tujuan umum pengajaran.

3. Keluaran Pengajaran

Sejalan dengan adanya tujuan instruksional dan tujuan pengiring, maka suatu pengajaran yang dikembangkan guru akan melahirkan dampak tidak hanya dampak instruksional/pengajaran (instructional effect) itu saja, melainkan juga memiliki dampak lain sebagai pengiringnya (naturrent effect)

Dampak pengiring merupakan akibat yang dihasilkan dari pencapaian tujuan belajar jangka panjang dan bersifat tidak langsung. Dampak pengiring biasanya muncul bersama akibat adanya tantangan di sekitar kehidupan anak. Dampak pengiring harus menjadi kesadaran guru secara moral untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Dampak pengiring bagi suatu kegiatan belajar anak usia SD akan nampak de- mikian penting sehubungan dengan usaha membantu anak meletakan dasar-dasar kehidupan ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya cip- tanya yang diperlukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka selanjutnya. Sebagai refleksi dari tujuan instruksional yang dapat dicapai peserta didik, dampak pengiring terwujud dalam sikap-sikap seperti kerjasama, mandiri, sportif, disiplin, kerja keras, semangat dan sebagainya. Sebagai contoh : ”Peserta didik mencintai tanaman dan lingkungan hidup di sekitarnya atau peserta didik menjadi gemar menabung karena penjelasan guru tentang hidup hemat”.

12

Page 13: Strategi Bel. Meng. IPS

Pertanyaan / Tugas

Jawablah semua pertanyaan di bawah ini dengan singkat !

1. Jelaskan hakekat pendekatan ”Developmentally Approriate Practice” beserta pemahaman akan dimensi umur anak dan dimensi individual dalam pengajaran!

2. Siapakah anak menurut Piaget, Vigotsky, dan Bruner? Bagaimanakah karakteris- tik anak usia SD secara umum?

3. Bagaimana tanggung jawab guru dalam mengembangkan sistem pengajarannya menurut karakteristik anak di atas?

4. Apakah arti belajar bagi anak usia SD dalam pandangan ahli psikologi konstrukti- vistik ?

5. Jelaskan tujuan kegiatan belajar bagi anak SD !

6. Jelaskan hakekat mengajar di SD sejalan dengan arti belajar menurut pandangan ahli psikologi konstruktivistik !

7. Jelaskan apakah yang dimaksud tujuan pengajaran dan tujuan pengiring dalam kegiatan belajar mengajar !

8. Jelaskan pula apa yang dimaksud dengan keluaran pengajaran dalam bentuk dam- pak instruksional dan dalam bentuk dampak pengiring !

Kerjakanlah soal-soal di atas dengan penuh rasa tanggung jawab, dan diskusikanlah dengan teman Anda jika mendapat kesulitan dalam menjawab, atau tanyalah pada dosen pengasuh mata kuliah ini

13

Page 14: Strategi Bel. Meng. IPS

BAB II

METODE PENGAJARAN IPS

Dewasa ini telah terjadi pergeseran pola sistem mengajar dari guru yang mendo- minasi kelas menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran. Guru seharusnya berpe- ran sebagai fasilitator pembelajaran dari pada sebagai pengajar dan tidak merupakan satu-satunya sumber informasi. Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus menciptakan kondisi belajar yang aktif dan kreatif. Kegiatan pembelajaran harus menantang, menyenangkan, mendorong eksplorasi, memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berpikir siswa (Dikti, 2005)

Pembelajaran yang berkualitas akan tercapai apabila guru menguasai teknik-teknik penyajian materi atau metode yang tepat ((Roestiyah NK. 1989:1). Metode atau pendekatan merupakan pelicin jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode dan pendekatan dalam proses pembelajaran merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran.

Setelah mempelajari materi tentang metode pembelajaran IPS, Anda diharapkan dapat :

1. Menjelaskan pengertian metode, 2. Menjelaskan teknik memilih metode 3. menjelaskan macam-macam metode/pendekatan dalam pembelajaran IPS 4. Menerapkan berbagai metode/pendekatan dalam pembelajaran IPS di SD

A. Pengertian Metode

Kata metode berasal dari bahasa Latin yaitu”methodo” yang berarti ”jalan”. Dengan demikian metode erat hubungannya dengan pemilihan jalan, arah atau pola dalam berbuat sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan mengajar dapat diar- tikan sebagai suatu proses membawa anak didik dari suatu tingkat kecakapan tertentu ke tingkat kecakapan yang menjadi tujuan pendidikan.

Sehubungan dengan itu Winarno Suracmad (1976:76), menyatakan bahwa metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan mengajar diartikan penciptaan suatu sistem lingkungan yang me- mungkinkan terjadinya proses belajar (T. Raka Joni, 1980:1).

Dengan demikan metode mengajar adalah metode yang dipergunakan oleh seorang pengajar untuk membawa anak didiknya ke tujuan pengajarannya (E. Kusmana, 1974:1).

Lebih jelas lagi ditegaskan oleh Winarno Surachmad (1961), bahwa metode mengajar adalah cara-cara pelaksanaan belajar mengajar, atau bagaimana tehniknya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah.

Kegiatan pembelajaran yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru berusaha mengatur lingkungan kelas agar anak didiknya termotivasi untuk belajar. Guru berusaha dengan

14

Page 15: Strategi Bel. Meng. IPS

seperangkaat pengetahuan dan pengalamannya mempersiapkan program pembelaja- ran dengan baik dan sistematis. Usaha tersebut dimaksudkan agar anak didiknya me- miliki kecakapan, pengetahuan, dan kepribadian yang dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara tertentu. Cara-cara yang ditempuh oleh guru itulah yang disebut sebagai metode pembelajaran.

Kenyataannya memang manusia dalam segala hal selalu mencari efisiensi kerja dengan memilih dan menggunakan suatu metode yang dianggap terbaik untuk menca- pai tujuan. Demikian halnya guru/pendidik selalu berusaha memilih metode yang tepat, dipandang lebih efektif dari pada metode-metode lainnya, sehingga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru benar-benar menjadi milik anak didiknya.

Jadi jelas metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa, agar tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.

Makin tepat metodenya diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut. Tujuan adalah pedoman yang memberi petunjuk akan dibawah kearah mana kegiatan pembelajaran tersebut. Guru tidak dapat membawa kegiatan pembelajaran menurut kehendaknya sendiri dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Kegiatan pembelajaran yang tidak mempunyai tujuan sama saja dengan orang yang pergi ke pasar tanpa tujuan. Sehingga terjadi pembelian barang yang sebenarnya tidak dibu- tuhkan, sebaliknya barang yang sangat dibutuhkan tidak dibeli, hal ini disebabkan tidak ada tujuan. Demikian pula di dalam pembelajaran pasti mempunyai tujan.

Tujuan dari kegiatan pembelajaran tidak akan tercapai tanpa adanya komponen-komponen lainnya, salah satu diantaranya adalah metode. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Maka ketika tujuan dirumuskan agar anak didik mempunyai ketrampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Oleh karena itu guru harus mengunakan metode yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran, sehingga dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Tujuan pembelajaran dan jenis mata pelajaran menentukan metode atau metode-metode apa sebaiknya digunakan. Setiap mata pelajaran mempunyai metode sesuai dengan kekhususan mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu guru hendaknya dapat menentukan metode apa yang paling efisien untuk mata pelajarannya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif. Perlu diketahui bahwa tidak ada satupun metode yang dianggap sempurna dari pada yang lain, karena masing-masing metode mempunyai keunggulan dan kelemahannya. Oleh karena itu dalam proses kegiatan pembelajaran dapat digunakan lebih dari satu metode (multi metode).

Sehubungan dengan hal tersebut maka seorang guru dituntut untuk menguasai macam-macam metode mengajar sehingga dapat menentukan metode apa yang paling tepat digunakan dalam proses pembelajarannya, sehinga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru betul-betul menjadi milik siswa. Menurut Ida Badariyah Almatsir ada beberapa hal yang menentukan efektif tidaknya suatu metode mengajar.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

15

Page 16: Strategi Bel. Meng. IPS

1. Tujuan pengajaran 2. Bahan pengajaran 3. Siswa yang belajar 4. Kemampuan guru yang mengajar 5. Besarnya jumlah siswa 6. Alokasi waktu yang tersedia 7. Fasilitas yang tersedia 8. Media dan sumber 9. Situasi pada suatu saat 10. Sistem evaluasi Begitu juga Winarno Surachmad (1990:97) mengatakan, bahwa pemilihan dan

penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

1. Anak didik Dalam kelas guru akan menghadapi siswa yang mempunyai perbedaan-perbedan; jenis kelamin, latar belakang kehidupan, status sosial, kecerdasan, kreativitas, dan prilakunya.. Perbedaan individual siswa tersebut akan mempengaruhi guru dalam memilih dan menentukan metode mana yang cocok, untuk mencapai lingkungan yang aktif dan kreatif, sehingga tujuan pembelajaran tercapai sesuai yang diren- canakan. Dengan demikian kematangan siswa yang bervariasi mempengaruhi pe- milihan penentuan metode.

2. Tujuan Perumusan tujuan sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa, proses pembe- lajaran dan pemilihan metode. Metode yang dipilih guru harus sesuai dengan ta- raf kemampuan siswa, artinya metode harus tunduk terhadap tujuan.

3. Situasi Situasi kegiatan pembelajaran yang diciptakan guru dari hari ke hari tidak selalu sama. Dalam hal ini tentu guru memilih metode mengajar yang sesuai dengan yang diciptakan. Misalnya, sesuai dengan sifat bahan dan tujuan yang akan dica- pai, maka guru menciptakan lingkungan belajar secara kelompok. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok diberi tugas untuk meme- cahkan suatu masalah. Dengan demikian guru telah menerapkan metode problem solving. Jadi jelas bahwa situasi yang diciptakan guru mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.

4. Fasilitas Fasilitas merupakan kelengkapan yang menunjang proses pembelajaran. Lengkap

tidaknya fasilitas akan menentukan pemilihan metode mengajar. Karena tidak adanya laboratorium IPA, maka kegiatan praktikum, eksperimen, demonstrasi dan inquiry tidak dapat dilaksanakan. Demikian juga pembelajaran IPS, karena tidak ada laboratoriumnya maka kegiatan inquiry, demonstrasi, sosiodrama dan simula- si tidak dapat dilaksanakan secara optimal. Namun masalah ini dapat dilaksana- kan dengan menggunakan lingkungan dan masyarakat sebagai laboratorium IPS.

16

Page 17: Strategi Bel. Meng. IPS

5. Guru Latar belakang pendidikan dan kemampuan guru akan mempengaruhi kompetensi

Kurangnya kemampuan terhadap berbagai metode akan menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode, apalagi belum mempunyai pengalaman menga- jar yang memadai. Oleh karena itu dapatlah dipahami bahwa kepribadian, latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah permasalahan interen guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.

B. Kriteria Menentukan Metode Pembelajaran

Anda sudah belajar tentang macam-macam metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS di SD. Permasalahan yang timbul sekarang adalah bagaimana Anda memilih netode atau pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa. Berhubungan dengan hal tersebut menurut Cheppy HC (et-al; 80) ada tga kriteria yang dapat digunakan dalam menentukan metode, antara lain : 1. Tujuan Tujuan merupakan landasan utama menentukan metode sesuai sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya jika guru akan mengembangkan sikap dalam kehidupan keluarga, maka metode yang dipilih adalah sosiodrama

2. Kebutuhan dan Minat Anak Kebutuhan anak itu berbeda-beda, misalnya beberapa anak memerlukan pengala-

man tertentu, sedang yang lain memerlukan aktivitas tertentu pula. Sebagai guru harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak untuk menentukan rencana kegiatan pembelajaran’

Pada kelas rendah, diperlukan aktivitas yang bertumpu pada bahan-bahan buku bacaan, sosiodrama, permainan, membaca ceritra, dan penyusunan bagan. Minat anak sebagian juga ditentukan oleh metode yang ditentukan guru. Siswa yang senang mengoleksi perangko dan pakaian adat akan berbeda dengan siswa yang gemar membaca ataupun melalui akting. Oleh karena itu dengan mengenal perbedaan siswa tersebut, guru akan mudah untuk menetukan metode yang akan digunakan.

3. Cara Penampilan Guru Kepribadian guru dapat dilihat melalui penampilannya waktu mengajar. Dalam

beberapa hal ia telah mengembangkan cara mengajar yang mengesankan, di lain pihak ia memang pandai memilih metode yang tepat, sehingga kegiatan pembela- jaran menyenangkan. Guru seperti itulah yang harus tampil di kelas untuk mengajar mata pelajaran IPS. Guru hendaknya memiliki ketrampilan memilih metode, dan memiliki keberanian untuk mencoba berbagai metode sebagai variasi dalam mengajar.

Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar akan tampak dalam metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Maka dari itu metode mengajar

17

Page 18: Strategi Bel. Meng. IPS

merupakan hal yang dominan, karena meskipun materi cukup, alat-alat memenuhi syarat, kalau penggunaan metode kurang tepat, maka hasil pembelajarannya akan ren- dah. Menurut Husein Ahmad, dkk (1981:58) seorang guru IPS dalam memilih meto- de hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pengajar (guru) Seorang guru dalam memilih metode hendaknya mempertimbangkan : pengeta-

huan yang dikuasai, pengalaman mengajar, dan personalitas yang dimiliki. Perso- nalitas yang cocok dengan siswa akan mendorong kegiatan belajar, karena terbi- nanya sarana komunikasi yang efektif.

2. Siswa Cara-cara yang dipilih guru hendaknya mempertugkan linkungan siswa dari mana

ia berasal, tingkat intelektual dan latar belakang siswa, pengalaman praktik siswa serta lingkungan budaya siswa.

3. Tujuan yang Hendak Dicapai Tujuan yang hendak dicapai merupakan pedoman bagi guru dalam memilih

bahan yang akan disajikan dan memikirkan metode apa yang paling efektif. 4. Materi / Bahan Materi itu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, karenanya menuntut cara

mengajar yang sesuai dengan materi tersebut. Metode untuk materi yang bersifat abstrak akan berbeda dengan dengan materi yang bersifat konkrit.

5. Waktu Masalah waktu harus diperhatikan dalam memilih metode antara lain: waktu

untuk persiapan, waktu yang tersedia untuk mengajar, waktu yang menunjukkan saat mengajar apakah mengajar pagi hari, siang hari atau sore hari.

6. Fasilitas yang tersedia Fasilitas yang tersedia akan menentukan seberapa jauh orang dapat leluasa dalam

memilih metode pengajaran. Setelah guru menentukan metode yang tepat bagi suatu materi tertentu, hendaknya metode tersebut dijadikan sebagai alat untuk me- nyajikan bahan pelajaran dan sekaligus sebagai alat bantu siswa untuk memper- mudah proses belajar mengajar.

C. Macam-macam Metode / Pendekatan Pembelajaran IPS

Dewasa ini timbul kesan bahwa pengajaran IPS membosankan, dikarenakan materinya terlalu luas dan hanya menghafalkan fakta-fakta. Selain itu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik bagi siswa, bahkan guru seringkali tidak mempunyai acuan yang jelas dan tidak menciptakan kondisi pem- belajaran yang aktif dan kreatif. Kebosanan juga muncul karena materi pelajaaran tidak sesuai dengan tingkat perkembangan dan konteks kehidupan anak. Oleh ka-nrena itu diciptakan metode mengajar yang dapat mengaktifkan siswa.

18

Page 19: Strategi Bel. Meng. IPS

Tuntutan dalam dunia pendidikan sekarang ini sudah berubah, proses pembe- lajaran tidak bisa lagi hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Guru harus merubah paradigma tersebut dengan kegiatan pembelajaran yang aktif dan kreatif. Sehubungan dengan hal tersebut Anna Lie (2002:4-5), menyatakan bahwa guru harus menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasar- kan beberapa pokok pemikiran antara lain : 1. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa 2. Siswa membangun pengetahuannya secara aktif 3. Guru harus bersedia mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa 4. Pendidikan adalah interaksi pribadi antara siswa dan interaksi guru dan siswa

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa guru harus mencipta- kan proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa, sehingga dapat menemukan sendiri pengetahuannya. Untuk itu guru harus menfasilitasi dan menciptakan kon- disi belajar siswa. Oleh karena itu guru harus merencanakan pembelajaran dengan menerapkan metode atau pendekatan pembelajaran yang aktif dan kreatif. Namun perlu diingat bahwa pendekatan pembelajaran itu sangat banyak macamnya sehingga guru harus memilih metode/pendekatan manakah yang paling cocok untuk mencapai tujuan instruksional suatu pokok bahasan.

Pada uraian berikut akan diberikan gambaran atau penjelasan singkat tentang metode/pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran IPS antara lain : • Contextual Teaching and Learning (CTL) • Cooperative Learning • Metode Karyawisata • Metode simulasi 1. Contextual Teaching and Learning.

Pendekatan Contextual and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Hal ini akan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat

Dengan konsep tersebut diharapkan hasil pembelajaran menjadi lebih bermak- na bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiaah dalam bentuk siswa be- kerja dan mengalami langsung, bukan sekedar mentransfer pengetahuan guru ke- pada siswa Ini sejalan dengan pendapat aliran konstruktivisme yang menekankan bahwa kegiatan belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk menemukan sesuatu dan membangun sendiri pengetahuannya. Siswa bertanggung jawab atas hasil belajar- nya, membuat penafsiran atas apa yang dipelajari dengan cara mencari makna, dan membandingkan dengan apa yang telah diketahui dengan apa yang dipelukan dalam pengalaman yang baru.

19

Page 20: Strategi Bel. Meng. IPS

Jadi CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk mem- bantu siswa memahami makna dalam materi pelajaran yang mereka pelajari, kemudian menghubungkan dengan kontek kehidupan sehar-hari, yaitu kontek lingkungan pribadi, sosial, dan budayanya. Tugas guru adalah membantu siswa untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu guru harus merencanakan kegiatan pembelajaran yang aktif untuk menemukan pengetahuan atau konsep baru.

Karakteristik Pendekatan Pembelajaran CTL a. Kerja sama

b. Menyenangkan c. Pembelajaran terintegrasi d. Menggunakan berbagai sumber e. Siswa (aktif, kreatif, dan kritis), guru (harus kreatif) f. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, misalnya

peta, gambar, ceritra, puisi. g. Laporan kepada orang tua tidak hanya berupa rapor, tetapi dapat berupa hasil

karya siswa, misalnya laporan/tugas, karangan. Menurut Widyaswara LPMP (2005), menyatakan bahwa guru dikatakan telah menerapkan pendekatan pembelajaran CTL apabila menempuh tujuh komponen sebagai berikut : a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri penge- tahuannya

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik/pokok bahasan

c. Mengembangkan sikap ingin tahui siswa dengan mengajukan pertanyaan d. Menciptakan masyarakat belajar, misalnya belajar dalam kelompok-kelompok e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara dan seobyektif

mungkin Adapun uraian tentang unsur-unsur yang terkandung dalam CTL sebagai berikut :

a. Konstruktivisme (constructivism) Konstruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, bahwa pengetahuan diba- ngun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan secara tiba-tiba. Pengetahuan bukan seperangkat fak- ta, konsep atau akidah yang siap diambil, melainkan manusia harus mengkons- truksi pengetahuan tersebut dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Berkaitan dengan hal tersebut maka siswa harus mengkonstruksi sendiri pengeta- huannya. Oleh karena itu siswa harus dibiasakan memecahkan masalah, menemu- kan sersuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, dan mencetuskan ide-idenya.

20

Page 21: Strategi Bel. Meng. IPS

Penerapannya di kelas, misalnya mengerjakan tugas, praktik, menulis karangan, mendemonstrasikan sesuatu.

b. Menemukan (inquiry) Menemukan adalah merupakan inti dari CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang

diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta, konsep dan kaidah, melainkan hasil dari menemukan sendiri. Maka guru harus meran- cang kegiatan pembelajaran yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi/pokok bahasannya.

Adapun langkah-langkah kegiatan inquiry adalah sebagai berikut: merumuskan masalah, melakukan observasi atau pengamatan, menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan lain-lain, dan meng- komunikasikan hasil karya kepada pembaca, teman sekelas, atau guru.

c. Bertanya (Questioning) Bertanya merupakan strategi utamadalam pembelajaran dengan pendekatan CTL.

Bagi siswa, bertanya merupakan hal penting dalam pembelajaran berbasis inquiry, yaitu untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah doketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai upaya guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.

d. Masyarakat belajar (learning Community)

Masyarakat belajar bisa terjdi bila ada proses komunikasi dua arah atau lebih. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh temannya dan sekaligus meminta informasi yang diperlu- kan dari teman belajarnya. Apabila setiap orang mau belajar dari orang lain, dan setiap orang mau menjadi sumber belajar, maka setiap orang akan luas pengeta- huan dan pengalamannya. Masyarakat belajar dapat diterapkaan dalam kegiatan pembelajaran, seperti pem- bentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli/nara sumber di dalam kelas, bekerja dengan kelas sederajat, belajar kelompok dengan kelompok di atasnya, dan bekerja dengan masyarakat.

e. Pemodelam (modeling) Dalam pembelajaran, guru bukan satu-satunya model, dapat juga model didatang-

kan dari luar, misalnya tokoh masyarakat, petugas kesehatan, polisi lalulintas. Model dapat berupa mengoperasikan sesuatu, cara sederhana memadamkan keba- karan dan sebagainya.

f. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari, atau berpikir ten-

tang apa yang telah dilakukan di masa yang lalu. Pengetahuan bermakna dipero-

21

Page 22: Strategi Bel. Meng. IPS

leh dari proses pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas melalui kontak pem- belajaran dan kemudia diperluas lagi sedikit demi sedikit melalui pengalamannya.

Dalam hal ini guru membantu siswa untuk membuat hubungan-hubungan sntara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Pada prinsipnya bagaimana pengetahuan itu mengendap dibenak siswa. Refleksi biasa- nya dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir, guru menyiapkan waktu se- jenak untuk memberi kesempataan kepada siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa: pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu, catatan-catatan dibuku siswa, kesan dan saran siswa tentang pembelajaran hari itu, diskusi, hasil karya dan sebagainya.

g. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment) Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberi

gambaran perkembangan belajar siswa. Perkembangan siswa perlu diketahui karena untuk memastikan apakah siswa telah mengalami proses pembelajaran de- ngan benar? Hambatan-hambatan apa yang dihadapi siswa?

Hal yang dapat digunakan untuk penilaian, antara lain, laporan, pekerjaan rumah, kuis, karyasiswa, presentasi, demonstrasi, karya tulis, dan hasil tes tulis.

2. Cooperative Learning

Falsafah yang mendasari model pembelajaran cooperative learning bahwa manusia adalah mahluk social. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, tanpaa kerjasama manusia akan terganggu, karena manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan dan kerjasama dengan orang lain.

Cooperative learning atau sering disebut kooperasi, adalah suatu pendekatan pembelajaran yang berisi serangkaian aaktivitas yang diorgasasikan. Pembelajar- an tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antar siswa dalam kelompok yang bersifat sosial dan pembelajar bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing.

Menurut Thomson, dkk (1995), di dalam pembelajaran cooperrative learning, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari berbagai latar belakang kemampuan siswa, jenis kelamin, suku bangsa dan latar belakang sosial budaya. Hal ini sangat bermanfaat karena untuk melatih siswa dapat menerima perbedaan pendapat dan bekerjasama dengan teman yang berbeda dengan latar belakangnya.

Dalam pembelajaran cooperative learning proses belajar tidak harus berasal dari guru ke siswa, melainkan dapat juga siswa saling mengajar sesama siswa lain Bahkan menurut Anita Lie (2002:30), menyatakan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer taching) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru. Hal

22

Page 23: Strategi Bel. Meng. IPS

ini disebabkan latar belakang, pengalaman, (dalam pendidikan sering disebut ske- mata) para siswa mirip satu dengan lainnya dibanding dengan skemata guru.

Selanjutnya Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie:2002) menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dapat dianggap sebagai cooperative learning.

Ada lima prinsip untuk mencapai hasil maksimal dari cooperative learning yang harus dikembangkan antara lain : • Saling ketergantungan • Tanggung jawab perseorangan • Tatap muka • Tatap muka antar anggota, dan • Evaluasi prosews kelompok

Untuk lebih jelasnya ikuti uraian berikut ini : a. Saling Ketergantungan Positif Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk

mencapai kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehing- semua anggota kelompok terus menyelesaikan tugasnya masing-masing. Dalam metode jigsow, Aronson menganjurkan setiap kelompok dibatasi hanya 4 siswa saja dan anggota kelompok itu ditugasi bagian yang berlainan Ke-4 anggota ter- sebut kemudian berdiskusi atau bertukar informasi. Guru akan mengevaluasi se- mua bagian. Dengan cara ini mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain juga dapat berhasil. Untuk penilaian setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok.

b. Tanggungjawab Perseorangan Sesuai model jigsow di di atas, setiap kelompok terdiri terdiri dari 4 siswa, bahan

bacaan dibagi beberapa bagian, masing-masing siswa mendapat bagian membaca satu bagian. Jika ada siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melak- sanakan tugasnya agar tidak menghambat yang lainnya.

Oleh karena itu tanggungjawab perseorangan merupakan prinsip yang mempu- nyai keterkaitan erat dengan prinsip saling ketergantungan positif. Siswa harus mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan ke- padanya ia harus mempertanggungjawabkan aktivitasnya, sehingga tidak mengga- nggu kinerja tim.. Tanggungjawab perseorangan ini dapat tercipta di dalam kelas apabila guru dapat memberikan tugas yang bobot dan tingkat kesulitannya relatif sama untuk setiap siswa dalam kelompok. Dengan demikian setiap siswa merasa mempunyai tang- gung jawab yang sama dengan teman-teman lainnya dan dapat menyelesaikan tu- gas kelompoknya bersama-sama.

c. Tatap Muka Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.

Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota, karena hasil pemikiran kelompok akan lebih baik dari pada hasil pemi-

23

Page 24: Strategi Bel. Meng. IPS

kiran satu anggota saja. Sinergi antar anggota ini akan meningkatkan sikap meng- hargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing anggota. Tatap muka ini merupakan suatu bentuk ketrampilan sosial yang memungkinkan siswa berinteraksi dengan anggota lainnya untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu siswa harus diberi kesempatan untuk saling mengenal, saling menerima satu sama lainnya dalam kegiatan tatap muka, dan interaksi pribadi.

d. Komunikasi Antar Anggota Siswa harus dibekali berbagai ketrampilan berkomunikasi, karena tidak setiap sis-

wa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengemukakan pendapatnya.

Dalam hal ini siswa perlu diberi tahu tentang cara berkomunikasi secara efektif misalnya bagaimana cara menyangga pendapat orang lain dengan ungkapan yang halus tanpa menyinggung perasaan orang lain. Ketrampilan berkomunikasi dalam kelompok kini memerlukan proses yang panjang, namun ini sangat bermanfaat untuk memperkaya pengalaman belajar dan untuk pembinaan perkembangan mental dan emosional siswa.

e. Evaluasi Kelompok Untuk kepentingan evaluasi, guru harus menyediakan waktu khusus untuk meng-

evaluasi kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka, agar selanjutnya dalam be- kerja sama secara lebih efektif. Evaluasi tidak harus diadakan setiap waktu ada kerja kelompok, melainkan dapat diadakan selang beberapa waktu setelah bebe- rapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.

Teknik-teknik Pembelajaran Cooperative Learning

a. Teknik Mrncari Pasangan Teknik ini digunakan untuk memahami suatu konsep atau informasi tertentu yang

harus ditemukan siswa. Keunggulannya adalah siswa dapat mencari pasangan sambil belajar menggali satu konsep atau tema dalam suasana yang menyenang- kan. Teknik ini dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat umur anak.

Adapun caranya guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik tertentu, setiap siswa mendapat satu kartu. Kemudia setiap siswa men- cari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya pe- megang kartu yang bertuliskan ”Jakarta” akan berpasangan dengan pemegang kartu yang bertuliskan ”Ibu kota Negara Republik Indonesia”. Pemegang karttu ”rempah-rempah” berpasangan dengan kartu ”Maluku”. Siswa dapat bergabung dengan dua atau tiga pemegang kartu yang cocok sehingga dapat melengkapi pe- mahaman konsep atau 2 atau 3 topik dikartu masing.

b. Bertukar Pasangan

24

Page 25: Strategi Bel. Meng. IPS

Teknik ini dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain. Teknik ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan umur anak didik. Caranya adalah, guru memberi tugas kepada siswa untuk dikerjakan dengan pasangannya dalam kelompok, setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan pasangan lain untuk berdiskusi untuk mengukuhkan jawaban. Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian diba- gikan kepada pasangan semula.

c. Berpikir Berpasangan Berempat Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja

sama dengan siswa lain. Keunggulannya adalah optimalisasi partisipasi siswa, ka- rena setiap siswa dapat tampil beberapa kali untuk dikenali dan menunjukan par- tisipasinya kepada siswa lain. Teknik ini juga dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia peserta didik.

Caranya adalah, guru membagi siswa dalam kelompok berempatdan memberikan tugas kepada semua kelompok. Setiap siswa mengerjakan tugassecara sendiri-sendiri, kemudian bergabung dengan teman lain dari anggota kelompoknya untuk berdiskusi. Setelah selesai kedua pasangan bergabung kembali dengan kelompok- nya. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanyaa kepada anggota kelompok berempat.

d. Keliling Kelompok Teknik ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan keliling kelompok, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusinya dan salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya tentang tugas yang sedang mereka kerjakan. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya, demikian seterusnya, giliran berbicara dapat diatur menurut arah jarum jam atau dari kiri ke kanan atau sebaliknya.

e. Jigsaw Teknik ini dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran membaca, menulis,men-

dengarkan dan berbicara.Guru memperhatikan skemata atau latar belakang siswa dan membantu mengaktifkan siswa agar pembelajaraan menjadi lebih bermakna. Siswa saling bekerjasama dan saling membantu, mereka mempunyai banyak ke- sempatan mengolah informasi dan meningkatkan kesempatan berkomunikasi. Teknik ini dapat diterapkan untuk semua kelas/tingkatan dan cocok untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, dan Agama. Adapun caranya adalah : • Guru membagi bahan/materi menjadi empat bagian • Guru sebelum membagikan tugas kepada kelompok, hendaknya menanyakan

apakah siswa sudah mengenal/mengetahui tentang topik tersebut. Kegiatan braistorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa dalam mendapat bahan/materi baru.

• Siswa dibagi dalam kelompok berempat

25

Page 26: Strategi Bel. Meng. IPS

• Bagian materi pertama diberikan kepada siswa pertama, bagian kedua diberikan kepada siswa kedua, dan seterusnya.

• Siswa disuruh membaca dan mengerjakan bagian masing-masing. 3. Metode Karyawisata

Suryabrata (1986:51) memberi batasan karyawisata sebagai kegiatan belajar mengajar dengan mengunjungi obyek yang sebenarnya yang ada hubungannya demgan pelajaran tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut metode karyawisata dapat dilaksanakan dengan mengadakan perjalanan dan kunjungan yang hanya beberapa jam saja ke tempat atau daerah yang tidak begitu jauh dari sekolah, asalkan maksudnya me- menuhi syarat tujuan instruksional IPS. Jadi jangan selalu membayangkan bahwa metode karyawisata itu harus dilaksanakan dengan menempuh suatu perjalanan yang jauh, menggunakan waktu berhari-hari dan menghabiskan biaya yang besar. Inilah hakekat karyawisata dalam pengajaran IPS yang berbeda dengan wisata atau tamasya. Guru dapat menerapkan metode karyawisata dengan terarah sesuai dengan tu- juan instruksionalnya, apabila memperhatikan hal-hal seperti berikut ini: a. Mengetahui hakekat karyawisata b. Mengetahui kelebihan dan kelemahan karyawisata c. Mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum pelaksanaannya d. Mengetahui ketrampilan memilih pokok-pokok bahasan yang cocok dikem-

bangkan dengan metode karyawisata Selain itu guru juga harus memperhatikan keadaan siswa yang terlibat dalam

proses belajar mengajar, bahwa : a. Siswa memiliki dorongan minat dan perhatian terhadap apa yang sedang dipe-

lajari (sense of interest) b. Siswa memiliki dorongan untuk melihat kenyataan (sense of reality) c. Siswa memiliki dorongan untuk menemukan sendiri hal-hal yang menarik

perhattiannya (sense of discovery) Ketiga hakikat naluriah siswa tersebut harus mendapat perhatian guru, untuk

selanjutnya dibina dan dikembangkan pada pengajaran IPS. Dalam melaksanakan metode karyawisata harus tetap diusahakan mengembangkan minat siswa yang dilibatkan. Dari minat siswa yang tinggi tersebut, kita arahkan mereka untuk mencocokan hal-hal yang mereka peroleh di dalam kelas dengan kenyataan yang dijumpai di masyarakat.

Selanjutnya melalui proses berikutnya siswa akan mampu menemukan sendi- ri gejala-gejala dan masalah-masalah yang menjadi pokok bahasan di kelas pada kenyataan praktisnya di masyarakat atau dilapangan’ Proses pengembangan dan pemantapan sense of discovery inilah yang akan membantu siswa menjadi seo- rang peneliti.

26

Page 27: Strategi Bel. Meng. IPS

a. Fungsi Metode Karyawisata 1) Mendekatkan dunia sekolah dengan kenyataan 2) Mempelajari suatu konsep atau teori dengan kenyataan atau sebaliknya 3) Membekali pengalaman riel pada siswa

b. Langkah-langkah Metode Karyawisata

Untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan metode karyawisata, tahap pelak- sanaannya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : 1) Tahap persiapan Meliputi persiapan materi atau topik karyawisata, persiapan teoritis, persia-

pan perlengkapan, dan aspek-aspek lain yang menunjang pelaksanaan kar- yawisata.

2) Tahap pelaksanaan karyawisata di lapangan Jika tahap persiapan telah matang dan terperinci, maka tahap pelaksanaan

akan berjalan lancar. Tahap pelaksanaan ini secara ketat harus tetap ber- landaskan pada perencanaan, misalnya rencana dan tujuannya.

3) Tindak lanjutnya pelaksanaan karyawisata (setelah kembali ke tempat) Kegiatannya meliputi penyusunan dan membuat laporan hasil karyawisata Adapun laporan sebagai pertanggungan jawab, bobotnya harus disesuaikan tingkat atau jenjang pendidikan siswa yang melaksanakan karyawisata. Misal- nya untuk siswa SD cukup dengan mampu menceritrakan kembali dengan kata-kata yang sederhana, atau membuat karangan bebas tentang apa yang mereka lihat dan alami pada waktu melaksanakan karyawisata. Apabila tahap ketiga ini terpenuhi dengan baik berarti guru telah memenuhi salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan karyawisata.

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Karyawisata

Kelebihan Karyawisata

1) Siswa dapat menguasai obyek secara nyata dan bervariasi, seperti pening- galan sejarah, pasar, pantai, pabrik, dan lain-lain

2) Siswa dapat menjawab dan memecahkan masalah dengan cara melihat, mencoba, dan membuktikan secara langsung suatu obyek yang dipelajari

3) Siswa mendapatkan informasi langsung dari nara sumber Kelemahan Metode Karyawisata

1) Jika terlalu sering dilaksanakan akan mengganggu rencana pelajaran 2) Perlu pengawasan dan bimbingan guru 3) Jika obyek yang akan dikunjungi terlalu jauh letaknya, menyulitkan trans-

portasi dan pembiayaan 4) Jika pelaksanaan karyawisaata terlalu kaku sifatnya, dapat menurunkan

minat siswa terhadap karyawisata, sehingga tujuannya tidak tercapai

27

Page 28: Strategi Bel. Meng. IPS

4. Metode Role Playing (Bermain Peran)

Pengertian Berbicara masalah metode role playing tidak bisa lepas dari metode sosiodrama, sebab keduanya sama-sama dapat diterapkan dalam pengajaran IPS yang sukar dipi- sahkan satu sama lainnya. Role Playing adalah salah satu bentuk permainan pendi- dikan yang dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku, nilai, dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain (Husein Achmad;1981:80). Dengan demikian role playing adalah merupakan suatu teknik atau cara agar para guru dan siswa memperoleh penghayatan nilai-nilai dan perasaan. Sedangkan so- siodrama berarti mendramatisasikan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial (Winarno Surachmad;1973:125). Jadi metode sosiodrama adalah cara mengungkapkan kehidupan dan hubungan sosial secara keseluruhannya pada sekelompok siswa. Sedangkan metode bermain peran lebih ditekankan psda setiap individu siswa dalam memerankan suatu tokoh tertentu pada drama yang bersangkutan. Dengan metode bermain peran siswa dapat menghayati dan berperan dalam ber- bagai figur sesungguhnya dalam berbagai situasi. Metode bermain peran yang teren- cana dengan baik dapat menanamkan kemampuan bertanggung jawab dalam bekerja sama dengan orang lain dan belajar mengambil keputusan dalam hubungan kerja ke- lompok. Metode ini dapat diterapkan dalam pengajaran IPS pokok bahasan hubung- an jehidupan sosial, misalnya: peranan tokoh-tokoh susunan dan masyarakat veodal. Melaui metode bermain peran dapat melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Aspek kognitif meliputi pemecahan masalah, aspek afektif meliputi sikap, nilai-nilai pribadi/orang lain, membandingkan, mempertentangkan, nilai-nilai, mengembangkan empati atas dasar tokoh yang mereka perankan. Sedang- kan aspek psikomotor terlibat ketika siswa memainkan peran di dalam kelas. Dengan demikian diharapkan, minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran IPS yang selalu kaku dan menjemukan dapat disegarkan kembali. Tujuan dan Manfaat Role Playing (menurut Shaftel) 1) Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realita hidup 2) Agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana akibatnya 3) Untuk mempertajam indera dan rasa siswa terhadap sesuatu 4) Sebagai penyaluran/pelepasan ketegangan dan perasaan-perasaan 5) Sebagai alat mendiagnosa keadaan kemamapuan siswa 6) Pembentukan konsep secara mandiri 7)Menggali peranan-peranan dari seseorang dalam suatu kehidupan kejadian/keadaan 8) Membina siswa dalam kemampuan memecahkan masalah, berfikir kritis, analisis,

berkomunikasi, hidup dalam kelompok dan lain-lain 9) Melatih anak ke arah mengendalikan dan membaharui perasaannya, cara berfikir-

nya, dan perbuatannya.

28

Page 29: Strategi Bel. Meng. IPS

Langkah-langkah Role Playing

1) Pemanasan (pengantar serta pembahasan ceritra dari guru) 2) Memilih siswa yang akan berperan 3) Menyiapkan penonton yang akan mengobservasi 4) Mengatur panggung/ruang 5) Permainan 6) Diskusi dan evaluasi 7) permainan berikutnya 8) Diskusi lebih lanjut 9) Generalisasi

Masalah-masalah sosial yang dapat dijajaki dengan metode role playing adalah sebagai berikut (Max H. Waney dalam Husein Achmad;1981:82) a. Masalah pertentangan antar pribadi-pribadi 1) Mengungkap perasaan orang-orang yang bertentangan

2) Menentukan cara-cara pemecahannya b. Masalah hubungan antar kelompok. Mengungkap masalah hubungan antar suku,

bangsa, kepercayaan c. Masalah kemelut pribadi. Kemelut antara tekanan orang tua dan kemauannya,

juga antara kelompok dan kemauannya. d. Masalah masa lampau dan sekarang. Hal ini meliputi situasi yang kritis di waktu

lampau dan sekarang, dimana para pejabat dan pemimpin politik menghadapi ber- bagai permasalahan dan harus mengambil keputusan.

5. Metode Simulasi

Pengertian

Istilah simulasi berasal dari kata simulate yang berarti pura-pura, dan simulation yang berarti tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura. Menurut Soli Abimanyu (1980), bahwa simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja.

Dengan demikian simulasi itu dapat digunakan untuk melakukan proses-proses tingkah laku secara imitasi. Contoh, misalnya simulasi tentang seorang pemimpin yang otoriter, simulasi mengajar dan sebagainya.

Sebagai metode mengajar simulasi diartikan sebagai usaha untuk memperoleh pe- mahaman akan hakikat dari suatu konsep, prinsip atau sesuatu ketrampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan (B. Suryabroto;1986:63). Tujan Simulasi

Rumusan tujuan simulasi berikut ini akan merupakan pegangan guru dalam me- milih topik-topik yang akan disimulasikan. Tujuan langsung maupun tidak langsung yang ingin diperoleh dari simulasi adalah: 1) Untuk melatih ketrampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun bagi

kehidupan sehari-hari.

29

Page 30: Strategi Bel. Meng. IPS

2) Untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep yang prinsip 3) Untuk latihan memecahkan masalah Manfaat Metode Simulasi

Menurut Naissbit, permainan simulasi yang diselenggarakan dengan baik dapat merangsang timbulnya berbagai alur pikiran yang dapat diteruskan dengan pengkaji-an-pengkajian lebih lanjut. Sehubungan dengan hal itu, maka ketrampilan dan penge- tahuan siswa yang dapat dikembangkan melalui simulasi antara lain : 1) Belajar tentang persaingan Persaingan dan ketegangan yang timbul dalam permainan simulasi disebabkan pe-

serta harus mengatasi sejumlah rintangan yang sengaja dirancang untuk permain- an ini. Hal inilah yang dapat membanghkitkan rasa asyik para pemain.

2) Belajar kerjasama Pada umumnya permainan pendidikan dirancang untuk memperoleh manfaat dari

kerjasama, tidak ada permainan yang dibuat untuk menimbulkan persaingan yang kasar.

3) Belajar empaty (merasakan perasaan orang lain) Taraf dimana permainan berhasil mendorong kerjasama atau sikap bersahabat

tergantung dari seberapa jauh mereka itu terlibat dalam peranan-peranan tersebut. Semakin pemain mengenal peranannya, semakin ia peka dan mengerti keberadaan orang lain yang menjalankan peran seperti itu

4) Belajar tentang sistem sosial Seperti pada butir 3 di atas hanya ruang lingkupnya lebih luas yaitu sistem sosial

atau proses sosial, seperti menirukan proses legislatif, Pemilu, dan sebagainya. 5) Belajar konsep Pengajaran dengan metode simulasi sangat sesuai untuk pengajaran konsep,

karena dapat mengembangkan aspek kognitif. 6) Belajar menerima hukuman Siswa dapat melakukan kesalahan dalam simulasi, hal ini mungkin disebabkan

kurang terampil atau keputusan yang salah. Namun melakukan kesalahan dalam simulasi adalah wajar dari kesalahan.

7) Belajar berpikir kritis Simulasi dapat mengembangkan kemampuan berpikirkritis pada pemainnya,

karena mereka dapat dilatih mempelajari berbagai alternatif strategi sendiri, mem- perkirakan strategi lawan, menganalisis kebolehan simulasi dan sebagainya.

Prinsip-Prinsip Simulasi

Agar simulasi dapat mencapai hasil yang diinginkan secara maksimal maka hen- daknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini: 1) Simulasi itu dilakukan oleh oleh kelompok siswa. Tiap kelompok dapat melaksa-

nakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda. 2) Semua siswa harus terlbat langsung

30

Page 31: Strategi Bel. Meng. IPS

3) Penentuan topik dapat dibicarakan bersama antara guru dengan siswa dan dise- sesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas, tingkat sekolah, dan situasi setempat

4) Petunjuk simulasi dapat disiapkan lebih dahulu secara terperinci, tetapi dapat se- cara garis besarnya, tergantung dari bentuk simulasi dan tujuannya.

5) Dalam simulasi hendaknya dapat dicapai tujuan-tujuan yang menyangkut aspek kognitif (penambahan pengetahuan tentang berbagai konsep dan pengertian), aspek afektif (seperti menyenangkan, mengharukan, solidaritas, simpati dan seba- gainya), serta aspek psikomotor.

6) Harus diingat bahwa simulasi itu dimaksudkan untuk latihan ketrampilan agar da- pat menghadapi kenyataan dengan baik

7) Dalam simulasi harus dapat digambarkan situasi yang lengkap dan proses yang berturut-turut yang diperkirakan terjadi dalam situasi yang sesungguhnya.

8) Dalam simulasi hendaknya dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, serta terjadinya beberapa proses dari seperti akibat-akibat, problem solving dsb.

Langkah-langkah Simulasi

Menurut Ida Badariyah Almatsir, Mulyono Tjokrodikaryo ()et-al:22-23), kegiatan simulasi dapat dilakukan dalam 4 tahap yaitu: orientasi, latihan, simulasi (operasi), dan debriefing (diskusi). Penjelasannya sebagai berikut : 1) Tahap I, orientasi

* Mengemukakan pokok bahasan dan konsep yang akan disimulasikan * Menjelaskan model dan permainannya

2) Tahap II (pelaksanaan simulasi) * Menetapkan skenario (aturan, peranan, prosedur, jenis keputusan yang akan

diambil sasaran) * Tugas-tugas peran * Latihan singkat 3) Tahap III: Pelaksanaan simulasi * Kegiatan permainan dan pengaturannya * Balikan dan penilaian (dari penampilan dan pengaruh keputuasn) * Penjernihan (klarifikasi) * Kelanjutan simulasi 4) Tahap IV: debriefing dengan peserta: Mengandung semua atau beberapa dari kegiatan-kegiatan berikut ini:

• Ringkasan peristiwa dan persepsi • Kesulitan dan pemahaman • Analisis proses • Perbandingan antara kegiatan dan dunia nyata • Kaitan kegiatan simulasi dan materi pelajaran • Rancangan ulang simulasi

Dalam simulasi guru bertindak sebagai fasilitator, guru dalam menghadapi siswanya harus bersikap membantu dan tidak bersikap menilai. Guru harus mem-

31

Page 32: Strategi Bel. Meng. IPS

bantu siswa mengembangkan pengertian dan penafsirannya terhadap peraturan-peraturan permainan. Guru harus mendorong keikut sertaan siswa dan membantu siswa menghadapi ketidak pastian.

Oleh karena dalam simulasi siswa belajar dari pengalaman yang disimulasi- kan, bukan belajar dari ceramah atau pidato dari guru, maka dalam hal ini guru berperan sebagai :

1) Informan

Guru harus menjelaskan tentang simulasi, karena siswa harus benar-benar mentaati aturan-aturan main yang telah ditentukan, terutama bagaimana cara memulainya. Siswa harus mengetahui atau menyadari implikasi dari setiap kegiatan simulasi. Guru dalam memberi penjelasan harus seminimal mungkin, jelas, tidak bertele-tele, dan tidak perlu diulang-ulang..

2) Mengawasi atau mewasiti simulasi

Guru harus mengawasi keikut sertaan siswa dalam simulasi agar dapat mem- peroleh manfaat sesuai yang diharapkan. Dalam hal ini guru harus bertindak sebagai wasit, yaitu memegang ketat aturan-aturan mainnya, tetapi ia sendiri tidak ikut main.

3) Melatih Siswa

Dalam melatih guru harus bertindak sebagai penasehat, suportif, bukan seba- gai pengkhotbah. Misalnya guru harus memberi nasehat kepada yang meminta atau memerlukan (seperti pada siswa yang pemalu)

Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi

1. Kelebihan Metode Simulasi

* Aktivitas simulasi menyenangkan siswa, sehingga terdorong untuk berpartisi- pasi

* Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkunganm yang sebenarnya

* Mengurangi hal-hal yang terlalu abstrak, sebab walaupun mengenai abstraksi tetapi dikerjakan dalam bentuk aktivitas

* Strategi ini menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban, kurang cakap dan kurang motivasinya

* Simulasi menimbulkan berpikir kritis siswa, sebab mereka terlibat dalam ana- lisis atau proses kemajuan simulasi

2. Kelemahan Metode Simulasi

* Simulasi menghendaki banyak imajinasi dari guru dan siswa

32

Page 33: Strategi Bel. Meng. IPS

* Menghendaki pengelompokan siswa yang fleksibel, begitu juga ruang kelas atau gedung yang memadai

* Sering mendapatkan kritikan dari orang tua siswa, karena aktivitasnyaa meli- batkan permainan

Latihan

1. Jelaskan mengapa metode itu dianggap penting dalam kegiatan pembelajaran ? (untuk jelasnya silahkan baca kembali tentang pengertian dan fungsi metode)

2. Anda telah mengenal bermacam-macam metode pembelajaran. Menurut pendapat

Anda metode apakah yang paling cocok digunakan dalam pembelajaran IPS? (un- tuk lebih jelasnya silahkan Anda baca prinsip-prinsip dan teknik memilih metode)

3. Anda sebagai guru, bagaimanakah cara menciptakan kegiatan pembelajaran yang

berkualitas ? (lebih jelasnya Anda mencari sumber dari berbagai literatur yang berkaitan dengan pembelajaran yang aktif dan berkualitas)

4. Guru dalam menentukan metode hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Cobalah Anda jelaskan tentang faktor-faktor tersebut! 5. Cobalah Anda jelaskan tentang pendapat konstruktivisme tentang pembelajaran

33

Page 34: Strategi Bel. Meng. IPS

BAB III

MEDIA PEMBELAJARAN IPS DI SD

Perlu Anda ketahui bahwa materi ini sangat penting karena memuat berbagai ketentuan yang yang perlu dipahami sebagai dasar untuk mempelajari, memahami, dan selanjutnya dapat mengaplikasikannya dalam mengajar di sekolah dasar. Dengan menguasai materi ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Menjelaskan pengertian tentang media pembelajaran 2. Menjelaskan fungsi media dalam pembelajaran IPS 3. Menyebutkan macam-macam media menurut klasifikasinya 4. Menjelaskan teknik memilih media dalam pengakaran IPS di SD

Kemampuan di atas sangat penting bagi Anda sebagai guru IPS, karena de- ngan memiliki kemampuan tersebut dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS.Dewasa ini media pendidikan memiliki peranan penting dalam proses pembela- jaran. Dunia pendidikan menuntut penggunaan media pendidikan dari yang sederhana sampai yang canggih. Dengan kata lain media itu tidak hanya sekedar sebagai alat bantu, melainkan dipandang sebagai komponen penting dalam pembelajaran. Kegia- tan pembelajaran dewasa ini telah banyak menggunakan multi media dan mulai me- ngurangi penyampaian bahan pelajaran dengan cara ceraamah. Lebih-lebih pada ke- giatan pembelajaaran yang yang menekankan ketrampilan proses, maka peranan media menjadi sangat penting.

Seiring dengan pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi, baik perangaakat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) akan memba- wa perubahan yaitu bergesernya peranan guru sebagai penyampai pesan/informasi. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran karena siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber, misalnya buku literatur, TV, siaran radio, surat kabar, dan majalah, bahkan dari jaringan internet.

A. Pengertian Madia

Secara harfiah kata ”media” dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari ”medium” yang berarti perantara dan alat (sarana) untuk mencapaai sesuatu.

Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefi- nisikan media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penya- luran informasi.

Sedangakan Education Association mendefinisikan media sebagai benda yang da- pat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengaja, sehingga dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional. Lebih jelas lagi Koyo K dan Zulkarimen Nst, (1983) mendefinisikan media se- bagai berikut

”Media adalah sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan seseorang sehingga dapat mendorong tercapai- nya proses belajar pada dirinya”.

34

Page 35: Strategi Bel. Meng. IPS

Dari tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa, sehingga terjadi proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara efektif memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik dan dapat meningkat- kan performan mereka sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Selanjutnya Husein Achmad menyatakan bahwa media pendidikan pengerti- annya identik dengan keperagaan. Keperagaan berasal dari kata ”raga” yang ber- arti sesuatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan yang dapat diamati melalui indera kita (Husesin Achmad, 1981:102).

Oemar Hamalik menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode,dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan inter- aksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Oemar Hamalik, 1977:23).

Sedangkan media pengajaran (Kosasih Djahiri, 1978/1979:66) adalah segala alat bantu yang dapat memperlancar keberhasilan mengajar. Alat bantu mengajar ini berfungsi membantu efisiensi pencapaian tujuan. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran guru harus menghubungkan alat bantu mengajar dengan kegiata mengajarnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud media adalah alat atau sarana yang digunakan sebagai perantara (medium) untuk menyampaikan pesan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses ko- munikasi yang di dalamnya ada unsur: sumber pesan (guru), penerima pesan (siswa), dan pesan yaitu materi pelajaran yang diambil dari kurikulum.

Sumber pesan harus melakukan enconding, yaitu menerjemahkan gagasan, pi- kiran perasaan atau pesannya ke dalam bentuk tertentu. Lambang tersebut berupa bahasa, tanda-tanda atau gambar. Dalam melakukan enconding, guru harus mem- perhatikan latar belakang penerima pesan, agar pesan tersebut mudah diterima.

Di lain pihak penerima pesan harus melakukan decoding, yaitu menafsirkan lambang-lambang yang mengandung pesan. Apabila pesan/pengertian yang diteri- ma oleh penerima pesan (siswa) sama atau mendekati pesan/pengertian yang di- maksud oleh sumber pesan (guru), maka komunikasi dapat dikatakan efektif. Media dapat membantu guru menyalurkan pesan. Semakin baik medianya makin kecil distorsi/gangguannya, makin baik pesan tersebut diterima siswa.

B. Fungsi Media

Di dalam proses belajar mengajar dewasa ini, masih banyak guru yang enggan memanfaatkan media yang tersedia. Tetapi terjadi kecenderungan para siswa di- biasakan sekedar mendengarkan apa yang dianjurkan oleh guru, kemudian men- catat, dan kemudian dipaksa menghafalkan di luar kepala, atau sering dikenal de- ngan istilah duduk, dengar, catat, hafal.

Keadaan seperti ini akan menghasilkan sikap verbalisme yang mengakibatkan siswa hanya pasif di dalam proses belajar mengajar. Dalam rangka menciptakan

35

Page 36: Strategi Bel. Meng. IPS

CBSA serta mengembangkan ketrampilan proses pada siswa, penggunaan berba- gai macam media (multi media sangat membantu proses pembelajaran.

Pada kakikatnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi, kegiatan di kelas merupakan tempat guru dan siswa melakukan tukar pikiran dan mengem- bangkan ide-idenya. Dalam berkomunikasi sering terjadi penyimpangan-penyim- pangan sehingga komunikasi menjadi tidak efektif karena adanya kecenderungan verbalisme, ketidak siapan, dan kurangnya minat siswa. Salah satu usaha menga- tasinya adalah dengan menggunakanmedia secara terintegrasi dalam proses pem- belajaran. Hal ini disebabkan fungsi media dalam kegiatan pembelajaran disam- ping sebagai penyaji stimulus informasi dan sikap, juga juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Dalam hal-hal tertentu media juga ber- fungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta memberikan umpan balik.

Sejalan dengan perubahan pandangan tentang pengertian belajar mengajar, maka berubah pula pandangam terhadap media. Dewasa ini media tidak lagi dipa- ndang sebagai alat bantu yang digunakan jika perlu atau sekedarselingan, melainkan dipandang sebagai komponen dari sitem instruksional. Oleh karena itu penggunaan media harusdirancang, disiapkan, dipilih dan disusun secara cermat sesuai dengan tujuan instruksional yang hendak dicapai. Sebagai salah satu komponen sistem, maka media ikut mempengaruhi bekerjanya komponen lain, dengan demikian ikut menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa media bukan lagi hanya sekedar alat mantu, tetapi merupakan bagian integral dari sistem instruksional. Maka penggunaan media dalam proses pembelajaran mutlak diperlukan.

Penggunaan media dalam proses pembelajaran menurut Basyaruddin Usman dan H. Asnawir (2002;13-15) mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut:

1. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa

Pengalaman masing-masing individu sangat beragam, misalnya dua siswa yang berasal dari dua lingkungan keluarga dan masyarakat yang berbeda akan menam- pakkan pengalaman yang berbeda pula. Media dapat mengatasi mengatasi perbe- daan-perbedaan tersebut.

2. Media dapat mengatasi ruang kelas Di dalam kelas banyak hal yang sulit untuk dialami langsung oleh siswa. Misal-

nya obyek yang terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan-gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat, dan hal-hal yang terlalu komplek, semuanya dapat diperjelas dengan menggunakan media.

3. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan ling- kungan

Misalnya mengamati, mengidentifikasi gejala fisik/lingkungan dan masalah-masalah sosial di masyarakat

4. Media menghasilkan keragaman pengamatan Pengamatan yang dilakukan secara bersama-sama dapat diarahkan kepada hal-hal

yang penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

36

Page 37: Strategi Bel. Meng. IPS

5. Media dapat menanamkan konsep dasar, yang benar, konkrit, dan realistis Penggunaan media gambar, film, model, grafik, atau bahkan benda aslinya dapat

memberikan konsep yang benar 6. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru Dengan menggunakan media, pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin

tajam, pemahaman konsep-konsep semakin lengkap.Dengan demikian menambah rasa ingin tahu siswa, selanjutnya dapat menimbulkan minat baru untuk belajar.

7. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar Pemasangan gambar dengan warna yang menarik di papan tulis, mendengarkan

siaran radio, pemutaran film, semuanya itu dapat menimbulkan rangsanagan untuk belajar lebih lanjut.

8. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang kon- krit sampai kepada sesuatu yang abstrak

Pemutaran film tentang suatu benda atau peristiwa yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh siswa akan memberikan gambaran secara konkrit tentang wujud, ukuran, dan lokasi. Selain itu dapat pula mengarahkan kepada generalisasi tentang arti kepercayaan dan kebudayaan.

Dengan konsepsi yang semakin mantap itu fungsi media dalam kegiatan pem- belajaran tidak lagi sekedar sebagai alat bantu, melainkan sebagai pembawa infor- masi/pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa

Oleh karena itu penggunaan media dalam pembelajaran harus dipersiapkan secara matang. Sebelum menetapkan jenis media apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran sebaiknya guru memperhatikan hal-hal penting tentang media pengajaran.

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru sebelum menggunakan media pe- ngajaran adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang

manunggal (integrated) dengan proses atau sistem mengajar, bukan merupa- kan tambahan atau ekstra yang digunakan apabila waktu mengijinkan atau mengisi waktu senggang saja Sebab penggunaan media pengajaran diperun- tukan mencapai tujuan tertentu.

2. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber dari pada data. Hal ini sangat dibutuhkan dalam metode inquiry, problem solving dan diskusi.

3. Dalam penggunaan media pengajaran guru hendaknya memahami benar hirakhi (sequance) dari pada jenis alat dan kegunaannya. Sebab kita pahami siswa lebih mudah menghayati hal yang langsung dari pada yang tidak langsung, begitu pula lebih mudah memahami hal-hal yang konkrit dari pada hal yang abstrak. Berdasarkan konkrit abstraknya gambar yang disajikan, kerucut Edgar Dale menggambarkan tingkat-tingkat pengalaman sebagai berikut : a. pengalaman langsung b. pengalaman tiruan c. pengalaman dramatisasi

37

Page 38: Strategi Bel. Meng. IPS

d. demonstrasi e. karyawisata f. pameran g. televisi h. gambar hidup dan film i. rekaman, radio, gambar tetap, grafik, peta j. lambang visual, seperti : bagan, grafik, peta k. lambang kata, seperti membaca, mendengarkan, bicara

4, Dalam penggunaan media pengajaran hendaknya diuji kegunaannya, sebelum, selama, dan sesudah penggunaannya. Artinya guru harus memperhitungkan untung rugi dan kebaikan dari penggunaan atau memilih media tersebut.

5. Media pengajaran akan sangat efektif dan efisien penggunaannya apabila dior- ganisir secara sistematis, jadi jangan hanya sekedar menggunakan

6. Penggunaan multi media akan sangat menguntungkan dan akan memperlancar proses dan merangsang semangat belajar siswa. Dengan multi media akan me- ngurangi rasa bosan siswa dan membantu siswa memfungsikan aneka jenis inderanya, sehingga proses belajar siswa akan lebih mudah dan mantap (Ko- sasih Djahiri, 1978/1979:66-68)

C. Macam-macam Media Dalam Pengajaran IPS

Dalam rangka pengajaran IPS banyak sekali media yang dapat dipakai. Kare- na beranekaragamnya media yang dapat dipakai, maka dapat dilakukan berbagai macam penggolongan atas dasar kategori tertentu.

Menurut Oemar Hamalik (1985:63) ada 4 klasifikasi media pengajaran yaitu: 1. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya film strip, transparansi, micro

projection, gambar, ilustrasi, chart, grafik, poster, peta, dan globe 2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar, misalnya transkripsi

electris, radio, rekaman pada tape recorder 3. Alat-alat yang dapat dilihat dan didengar, misalnya film, televisi, benda-benda

tiga dimensi yang biasanya dipertunjukan (model, bak pasir, peta elekktris, koleksi diorama)

4. Dramatisasi, bermain peran, sosiodrama, sandiwara boneka, dan sebagainya Selain itu media pengajaran juga dapat digolongkan atas kategori-kategori: 1. Berdasarkan atas penggunaannya, media pengajaran terdiri dari: a. Media yang tidak diproyeksikan (non-projected). Trdiri dari papan tulis,

gambar peta, globe, foto, model, sketsa, diagram, grafik. b. Media yang diproyeksikan . Terdiri dari: slide, filmstrip, over head

proyektor (OHP, micro projection) 2. Berdasarkan atas gerakannya, media pengajaran terdiri dari:

a. Media yang tidak bergerak. Terdiri atas: filmstrip, OHP, micro projector b. Media yang bergerak. Terdiri dari: film lop, TV, Video tape, dan lain-lain

38

Page 39: Strategi Bel. Meng. IPS

3. Berdasarkan fungsinya: a. Visual media, media untuk dilihat seperti, gambar, foto, bagan, skema,

grafik, film, slide b. Audio media, yaitu media untuk didengar, seperti, radio, piringan hitam,

tape recorder c. Gabubgan a da b; misalnya film bicara, TV, video tape d. Print media; misalnya barang-barang cetak, buku, koran, majalah, buletin e. Display media; seperti papan tulis, papan buletin, papan flanel f. Pengalaman sebenarnya dan tiruan; misalnya praktikum, permainan, kar-

yawisata, dramatisasi, simulasi.

D. Jenis-jenis Media Dalam Pengajaran IPS

Jenis-jenis media pengajaran yang dapat disiapkan dan dikembangkan dalam pengajaran IPS antara lain : • Media yang tidak diproyeksikan • Media yang diproyeksikan • Media audio • Sistem multimedia

Untuk jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Media yang tidak dapat diproyeksikan

Jenis media ini tidak memerlukan proyektor (alat proyeksi) untuk melihatnya, media yang tidak diproyeksikan ini dapat dibedakan menjadi 3 macam; yaitu: gambar diam, bahan-bahan grafis, model, dan realita (Makminan;2000:91)

a. Gambar diam (still picture) Gambar diam adalah gambar fotografik atau menterupai foto-grafik yang me- nggambarkan lokasi atau tempat, benda-benda serta obyek tertentu. Gambar diam yang paling banyak digunakan dalam pengaajaran IPS adalah peta, gambar obyek-obyek tertentu, misalnya, gunung, pegunungan lereng, lembah, serta benda-benda bersejarah.

b. Bahan-bahan grafis (graphic materials) Bahan-bahan grafis adalah bahan-bahan non fotogrfik dan bersifat 2 dimensi

yang dirancang terutama untuk mengkimunikasikan suatu pesan kepada siswa (audience). Bahan grafis ini umumnya memuat lambang-lambang verbal dan tanda-tanda visual secara simbolis. Bahan-bahan grafis ini terdiri dari grafik, diagram, chart, sketsa, poster, kartun, dan komik.

c. Model dan realita Model adalah media yang menyerupai benda sebenarnya dan bersifat tiga di-

mensi. Jadi benda ini merupakan tiruan dari benda atau obyek sebenarnya yang sudah disederhanakan. Dengan model ini siswa mendapatkan pengertian yang konkrit tentang benda atau obyek yang sebenarnya dalam bentuk yang disederhanakan (diperbesar atau diperkecil). Model seperti ini banyak dipakai di sekolah-sekolah dewasa ini, misalnya model gunung berapi yang dibuat

39

Page 40: Strategi Bel. Meng. IPS

dari (tanah liat, kertas atau semen), tiruan tentang rumah, model candi, pabrik, model tiruan bumi (globe) dan sebagainya.

Realita adalah model dan benda yang sesungguhnya seperti uang logam, tumbuh-tumbuhan, binatang yang pada umumnya tidak dianggap sebagai visua, karena istilah visual mengandung makna representatif (mewakili suatu benda/obyek dan bukan benda itu sendiri). Media semacam ini banyak digu- nakan dalam proses pembelajaran di sekolah.

2. Media visual yang diproyeksikan Media visual yang diproyeksikan adalah jenis media yang terdiri dari dua macam yaitu: media proyrksi yang tidak bergerak dan media proyeksi yang bergerak. a. Media proyeksi yang tidak bergerak (1) Slide

Slide adalah gambar atau ”image” transparansi yang diberi bingkai yang diproyeksikan dengan cahaya melalui sebuah proyektor. Slide dapat ditampilkan satu persatu, sesuai dengan keinginan. Ada pula yang urutan penampilannya sudah diatur sedemikian rupa dan diberi suara, sehingga disebut slide suara (sound slide). Presentasi slide bera- da di bawah kontrol guru, sehingga kecepatan serta frekuensi putarnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

(2) Film strip (film rangkai) Pada dasarnya film strip ini sama dengan slide. Perbedaan yang prin- sip: kalau slide menyajikan gambarnya secara terpisah atau satu persa- tu, sedang film strip gambar-gambar itu tidak terpisah tetapi sudah tersusun secara teraturberdasarkan sequensinya. Seperti slide, film strip dapatdisajikan dalam bentuk bisu (tanpa suara) atau dengan suara (sound-film).

(3) Overhead Projector (OHP) OHP adalah alat yang dirancang untuk menayangkan bahan yang ber- bentuk lembaran transparasi berisi tulisan, diagram atau gambar dan diproyeksikan ke layar yang terletak di belakang operatornya.

(4) Opaque Projector) Media ini disebut demikian karena yang diproyeksikan bukan transpa-

ransi tetapi bahan-bahan sebenarnya, baik benda-benda dasar atau tiga dimensi, seperti mata uang dan model-model.

(5) Micro projection Berguna untuk memproyeksikan benda-benda yang terlalu kecil (yang

biasanya diamati dengan microscope), sehingga dapat diamati secara jelas oleh siswa.

b. Media proyeksi yang bergerak (1) Film Sebagai media pengajaran film sangat bagus untuk menerangkan suatu

proses, gerakan, perubahan, atau pengulangan berbagai peristiwa masa

40

Page 41: Strategi Bel. Meng. IPS

lampau. Film dapat berupa visual saja, apabila film itu tanpa suara, dan dapat bersifat audio-visual, apabila film itu dengan suara.

(2) Film Loop (Loop film) Media ini berbentuk serangkaian film ukuran 8 mm atau16 mm yang ujung-ujungnya saling bersambungan, sehingga dapat berputar terus berulang-ulang selama selama tidak dimatikan. Karena tanpa suara (silent) maka guru harus memberi narasi (komentar) sendiri, sementara film terus berputar.

(3) Televisi Sebagaai media pendidikan, TV mempunyai beberapa kelebihan anta- ra lain, up to date, dan selalu siap diterima anak-anak karena merupa- kan bagian dari kehidupan luar sekolah mereka. Sifatnya langsung dan nyata. Melalui TV siswa akan mengetahui kejadian-kejadian mutak- hir, mereka dapat mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh penting, serta melihat den mendengarkan pendapat mereka.

(4) Video Tape Recorder (VTR) Walaupun sebagian fungsi film dapat digantikan oleh video, namun tidak berarti bahwa video tape akan menggantikan film, karena masing-masing karakteristik tersendiri.

3. Media Audio Media audio adalah berbagai bentuk atau cara perekaman dan transmisi suara (manusia dan suara lainnya) untuk kepentingan tujuan pembelajaran.Yang ter- masuk media audio adalah a. Radio Pendidikan

Media ini dianggap penting dalam dunia pendidikan, sebab dapat berguna bagi semua tingkat pendidikan. Melalui radio, orang dapat menyampaikan ide-ide baru, kejadian dan peristiwa penting dalam dunia pendidikan. Dibanding media yang lain, radio mempunyai kelebihan, diantaranya: daya jangkauannya luas, dalam waktu singkat, radio dapat menjangkau audiece yang sangat besar jumlahnya, dan berjauhan lokasinya. Tetapi ka- rena sifat komunikasinya hanya satu arah menyebabkan hasilnya sukit untuk dikontrol.

b. Rekaman Pendidikan Melalui rekaman (recording), dapat direkam kejadian-kejadian penting,

seperti: pidato, ceramah, hasil wawancara, diskusi dan sebagainya. Selain itu juga dapat digunakan untuk merekam suara-suara tertentu, seperti: nya- nyian, musik, atau suara binatang tertentu yang tidak mungkin didengar langsung di ruang kelas. Kelebihan rekaman ini adalah ”play back” da- pat dilakukan sewaktu-waktu dan berulang-ulang sehingga bagi guru mu- dah melakukan kontrol.

4. Sistem Multi Media Sistem multi media adalah kombinasi dari media dasar audio visual dan visual

yang dipergunakan untuk tujuan pembelajaran. Jadi penggunaan secara kom-

41

Page 42: Strategi Bel. Meng. IPS

binasi dua atau lebih media pengajaran, dikenal sistem multi media. Perlu di- mengerti bahwa konsep multi media ini, bukan sekedar penggunaan media secara majemuk untuk suatu tujuan pembelajaran, namun mencakup pengerti- an perlunya integrasi masing-masing media yang digunakan dalam suatu penyajian yang tersusun secara baik (sistematik). Masing-masing media dalam sistem media ini dirancang untuk saling melengkapi, sehingga secara keseluruhan, media yang dipergunakan lebih akan lebih besar peranannya dari pada sekedar penjumlahan dari masing-masing media.

Bentuk-bentuk sistem multi media yang banyak digunakan di sekolah adalah kombinasi slide suara, kombinasi sistem audio kaset, dan kit (peralatan) multi media. Satu perangkat (kit) multi media adalah gabungan bahan-bahan-bahan pembelajaran yang meliputi dari satu jenis media dan disusun atau digabung-kan berdasarkan atas satu topik tertentu. Perangkat (kit) itu dapat memenuhi slide, film rangkai, pita suara, piringan hitam,gambar diam, grafik, transparan, peta, buku kerja, chart, model dan benda sebenarnya.

E. Teknik Pemilihan Media Media sebagai salah satu sarana dalam rangka membantu meningkatkan pro-

ses pembelajaran, mempunyai aneka ragam jenis dan karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu seorang guru profesional seharusnya memiliki kemampuan memilih secara cermat dan dapat menggunakan media pengajaran secara tepat.

John Jarolimek mengemukakan hal-hal yang hendaknya diperhatikan oleh guru dalam menentukan pemilihan media, yaitu : 1. tujuan instruksional yang akan dicapai, 2. tingkat usia dan kematangan anak, 3. kemampuan baca anak, 4. tingkat kesulitan dan jenis konsep pelajaran, dan 5. keadaan/latar belakang pengetahuan atau pengalaman anak

John U Michaels menambahkan jenis ragam media, jangan sampai membi- ngungkan atau berlebihan bagi anak. Sedangkan A. Kosasih Djahiri dalam bukunya ”Studi Sosial/IPS” menambah- kan lagi beberapa kriteria lain yaitu: 1. Keadaan dan kemampuan ekonomi guru, sekolah, siswa, serta masyarakat. 2. Keadaan dan kemampuan guru dalam menggunakan media 3. Tingkat kemanfaatan dari alat tersebut dengan membandingkan satu dengan

lainnya (A. Kosasih Djahiri; 1978/1979:68) Menurut M. Basyiruddin Usman dan H. Asnawir (2002), ada beberapa hal

yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepat gunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras (heardware) dan perangkat lunak (software), mutu teknis dan biaya.

Oleh karena itu beberapapertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memi- lih media, antara lain::

42

Page 43: Strategi Bel. Meng. IPS

1. Media yang dipilih harus selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang te- lah ditetapkan. Tujuan pembelajaran merupakan komponen utama yang harus diperhatikan dalam memilih media. Dalam penerapan media harus jelas dan operasional, spesifik dan benar-benar tergambar dalam bentuk perilaku.

2. Aspek materi merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih me- dia. Sesuai tidaknya antara materi dengan media yang digunakan akan berda- mpak pada hasil pembelajaran

3. Kondisi siswa, dari segi subyek belajar, guru harus memperhatikan betul kon- disi siswa dalam memilih media. Misalnya faktor umur, intelegensi, latar be- lakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam memilih media.

4. Keberhasilan media di sekolah akan memungkinkan bagi guru untuk mende- sain sendiri media yang akan digunakan, nerupakan hal yang perlu diper- timbangkan oleh guru. Seringkali guru menganggap bahwa suatu media sangat tepat digunakan untuk suatu pokok bahasan/tema tertentu, tetapi di se- kolah tersebut tidak tersedia media yang diperlukan. Sedangkan untuk mendesain atau merancang suatu media yang dikehendaki tidak mungkin dilakukan oleh guru.

5. Media yang dipilih hendaknya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada siswa secara tepat, dalam arti tujuan yang ditetapkan dapat dicapai se- cara optimal.

6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang de- ngan hasil yang akan dicapai. Media sederhana mungkin akan lebih mengun- tungkan dari pada menggunakan media canggih tetapi hasil yang dicapai tidak seimbang dengan dana yang dikeluarkan.

Latihan

1. Apakah media itu menurut pendapat Anda? 2. Mengapa media merupakan komponen penting dalam pembelajaran? Jelaskan

menurut pendapat Anda! 3. Anda sebagai calon guru tentunya telah memahami jenis-jenis media pengaja-

ran yang dapat disiapkan dan dikembangkan dalam pembelajaran terutama untuk bidang studi IPS. Cobalah Anda jelaskan tentang jenis-jenis media tersebut!

4. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang telah direncana- kan maka guru harus dapat memilih media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran secara secara tepat. Cobalah Anda jelaskan hal-hal apa sajakah yang harus diperhatikan untuk memilih media yang tepat?

5. Cobalah Anda jelaskan fungsi dari media dalam pembelajran IPS!

43

Page 44: Strategi Bel. Meng. IPS

BAB IV

PENDEKATAN INQUIRY, PROBLEM SOLVING, DAN SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM)

Pendahuluan

Pokok bahasan ini sangat penting untuk dipelajari karena nantinya, Anda akan menerapkan dalam proses pembelajaran di SD. Harus disadari bahwa saat ini sering dijumpai guru mengalami kesulitan dalam menentukan metode yang sesuai dengan karakteristikmateri pokok bahasan. Kelemahan ini disebabkan pemahaman tentang macam-macam metode dan penerapannya masih sangat kurang, misalnya metode inquiry, problem solving dan STM masih jarang digunakan dalam pembelajaran IPS. Lebih memprihatinkan lagi ada anggapan bahwa metode inquiry dan STM hanya untuk diterapkan dalam mata pelajaran IPA atau matematika saja. Adapun cakupan dari materi ini meliputi:

1. pendekatan inquiry dalam pembelajaran IPS di SD (peran guru dalam pembelaja- ran inquiry di SD, peran siswa dalam pembelajaran inquiry di SD, pemanfaatan sumber belajar, kapan metode inquiry diterapakan dalam pebelajaran;

2. metode pemecahan masalah (problem solving) yang terdiri masalah dan hakikat pemecahannya, kelebihan dan kelemahan penerapan metode pemecahan masalah;

3. pendekatan konsep STM dalam pembelajaran IPS (hakikat pendekatan STM, pendekatan STM dan kaitannya dengan IPS

Setelah mempelajari materi ini Anda dapat:

1. Mengubah cara mengajar yang konvensional menjadi konstruktivistik Artinya bahwa pembelajaran yang berpusat pada guru harus dirubah menjadi ber-

pusat pada siswa. Siswa merupakan individu yang harus diberi kebebasan untuk menentukan sendiri isi, tujuan, dan cara belajarnya, peran guru hanya sebagai fa- silitator dan motivator.

2. Menanambah wawasan Anda tentang strategi pembelajaran 3. Menyusun rancangan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan

evaluasi.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka pokok bahasan ini meliputi :

1. Pendekatan inquiry dalam pembelajaran IPS di SD

1.1 Peran guru dalam pembelajaran inquiry di SD 1.2 Peran siswa dalam pembelajaran inquiry di SD

44

Page 45: Strategi Bel. Meng. IPS

1.3 Pemanfaatan sumber belajar 1.4 Bilamanakah pendekatan inquiry digunakan? 2. Metode pemecahan masalah (problem solving)

2.1 Masalah dan hakikat pemecahannya 2.2 Kelebihan dan kelemahan metode pemecahan masalah 2.3 Penerapan metode pemecahan masalah 3. Pendekatan konsep STM dalam pembelajaran IPS

3.1 Hakikat pendekatan STM 3.2 Pendekatan STM dan kaitannya dengan IPS

45

Page 46: Strategi Bel. Meng. IPS

A. Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran IPS

Menurut pandangan konstruktivisme, dalam proses pembelajaran guru harus menfasilitasi peserta didik untuk membangun sendiri konsep-lonsep baru berdasar konsep lama yang telah dimiliki. Pembangunan konsep baru itu tidak terjadi di ruang hampa, melainkan dalam konteks sosial, dimana mereka dapat berinteraksi dengan orang lain untuk merekonstruksi ide-idenya. Dengan demikian konsep lama yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah sangat penting artinya bagi penanaman konsep-konsep baru yang akan dilakukan dalam pembelajaran.

Inquiry-discovery-problem solving, adalah istilah-istilah yang sesungguhnya mengandung arti yang sejiwa, yaitu istilah yang menunjukan kegiatan atau cara bela- jar yang bersifat mencari secara logis, kritis, analitis menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan. Selanjutnya Sund menyatakan bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya, mengamati, mengklasifikasi, membuat bagan, menjelaskan, meng- ukur, dan membuat kesimpulan.

Sedangkan inquiry dibentuk melalui discovery, dengan kata lain inquiry adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inquiry mencakup proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya, merumus- kan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

Pendekatan inquiry, sebenarnyasudah dikenal sejak lama, dan sudah digunakan dalam proses pembelajaran. Hanya penggunaannya relatif masih jarang, dan bahkan sering diabaikan. Pada umumnya guru IPS lebih banyak menggunakan metode yang bersifat instructur centered, dimana guru sebagai penentu utama jalannya proses pe- mbelajaran, sedankan siswa sebagai pihak penerima belaka.

Menurut Syah (Nursid Sumaatmadja:2003), penguasaan guru tentang metode mengajar masih di bawah standar. Kenyataan ini diperkuat oleh penelitian Balitbang Depdikbud yang menyatakan bahwa kemampuan mebaca siswa kelas VI SD di Indo- nesia masih rendah, salah satu penyebabnya adalah kegiatan dalam proses belajar.

Pengajaran IPS yang bermaterikan masalah-masalah sosial, memerlukan pene- rapan/penggunaan pendekatan/metode yang mampu melibatkan siswa secara aktif da- lam proses pembelajaran. Salah satu pendekatan yang memenuhi tuntutan tersebut adalah inquiry, yaitu suatu pendekatan yang bersifat student centered. Hal yang ter- penting dalam inquiry adalah siswa mencari sesuatu sampai tingkatan ”yakin” (belief-percaya). Tingkatan ini dicapai melalui dukungan fakta, analisis, interpretasi, dan pe- mbuktiannya. Bahkan lebih dari itu dalam inquiry akan dicapai tingkat pencarian alternative pemecahan masalah tersebut. Dengan inquiry siswa akan dilibatkan mela- kukan penyelidikan terhadap faktor-faktor yang belum pernah dilakukan, dan ini akan memberi motivasi yang tinggi.

46

Page 47: Strategi Bel. Meng. IPS

Pada inquiry, proses adalah produk dari belajar, dan di dalam proses tersebut kurang diperhatikan terhadap ”kebenaran” jawaban, sebab kesimpulan yang mereka buatadalah kesimpulan tentatif dalam arti dengan data yang digunakan pada saat itu.

Pendekatan inquiry memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar me- ngembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu. Siswa didorong untuk bertindak aktif mencari jawaban atau masalah-masalah yang dihadapinya dan menarik kesimpulan sendiri melalui pro- ses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematis. Siswa tidak lagi bersifat dan bersikap pasif, menerima dan menghafal, pelajaran yang diberikan oleh gurunya.

Melakukan inquiry berarti melibatkan diri dalam tanya jawab, mencari informa- si dan melakukan penyelidikan. Oleh karena itu strategi inquiry dalam proses pembe- lajaran adalah, strategi yang melibatkan siswa dalam tanya jawab, mencari informasi dan melakukan penyelidikan. Dalam pelaksanaan siswa bertanggung jawab untuk memberi ide atau pemikiran dan pertanyaan yang eksplorasi, mengajukan hipotesis untuk diuji, mengumpulkan dan mengorganisasi data yang dipakai untuk menguji hipotes, dan sampai pada pengambilan yang masih tentatif.

Berdasarkan kadar inquirynya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu • free inquiry

Siswa memiliki kebebasan penuh dalam menetapkan tujuan, isi, dan cara belajar. Fungsi guru hanya mengawasi pelaksanaannya.

• modified free inquiry Siswa tidak lagi bebas sepenuhnya, karena dalam beberapa hal siswa menda- patkan pengarahan dan pengawasan guru.

• guided inquairy Kebebasan siswa makin berkurang, dengan kata lain peran guru semakin besar

I. Peranan Guru Dalam Pembelajaran Inquiry

Pada prinsipnya inquiry adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator, dan fasilitator. Guru harus membimbing dan membantu siswa untuk mengidentifikasi pertanyaan, dan masalah-masalah, membantu siswa dalam menemukan sumber informasi yang tepat, dan membimbing siswa melakukan penyelidikan.

Guru menciptakan suasana belajar yang menjamin kebebasan untuk melakuu- kan eksplorasi, mendorong siswa untuk berani memecahkan buah pikirannya sen- diri dengan berbagai cara. Dalam hal ini guru dapat menempuh cara-cara bersikap terbuka dalam menerima pendapat, bersedia menerima, memeriksa/menimbang semua usaha yang diajukan siswa, dengan ringan hati memberikan kunci-kunci pemecahan masalah, memberi kesempatan kepada siswa untuk berbuat kreatif dan mandiri, mendorong siswa untuk berani bertukar pendapat dan tafsiran yang ber- beda-beda.

Didalam pembelajaran inquiry guru berperan sebagai fasilitaor : 1. Menyiapkan tugas, masalah/problem yang akan dipecahkan oleh siswa

47

Page 48: Strategi Bel. Meng. IPS

2. Memberikan klarifikasi-klarifikasi 3. Menyiapkan setting kelas 4. Menyiapkan alat-alat dan fasilitas belajar yang diperlukan 5. Memberikan kesempatan pelaksanaan 6. Sebagai sumber informasi, jika diperlukan oleh siswa 7. membantu siswa agar dapat secara mandiri merumuskan kesimpulan dan

implikasi-implikasinya. Guru sebagai fasilitator, bersedia menstimulir siswanya untu berpikir aktif,

dengan cara mengajukan pertanyaan, meminta siswa untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip ke dalam berbagai situasi, mendorong siswa untuk mengolah data dan informasi. Selain itu guru juga harus menghadapkan siswa pada masalah, kontradiksi, implikasi, asumsi tentang nilai dan pertentangan nilai. Kemudian guru mengklasifikasi respon siswa dan menyarankan alternatif penafsiran terha- dap data. Guru tidak menekankan kebenaran jawaban, tetapi membantu siswa menemukan dan menglasifikasi jawaban yang tepat. Oleh karena itu guru diminta memiliki ketrampilan bertanya sehingga dapat meningkatkan berpikir kritis dan memecahkan masalah.

Menurut Kosasih (1978:46), untuk melaksanakan pembelajaran dengan pen- dekatan inquiry, guru dituntut memiliki ciri-ciri guru inquiri antara lain : a. Memiliki kemampuan sebagai perencana (paner), baik rencana program

pengajaran, pelaksanaan, maupun evaluasi b. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan rencana tersebut dengan sebaik-

baiknya menurut keputusan proses pembelajaran serta tujuan instruksionalnya c. Memiliki kemampuan sebagai penanya yang baik d. Guru memiliki kemamnpuan sebagai menejer e. Memiliki kemampuan sebagai pemberi hadiah, dapat berupa pujian sebagai

cara untuk memotivasi siswa belajar f. Memiliki kemampuan sebagai penguji kebenaran dari pada suatu sistem nilai.

II. Peranan Siswa Dalam Pembelajaran Inquiry di Sekolah Dasar (SD)

Dalam inquiry siswa sebagai pengambil inisiatif atau prakarsa dalam menen- tukan sesuatu. Siswa aktif menggunakan cara belajar mereka sendiri, dengan de- mikian mereka diharapkan mempunyai keberanian untuk mengajukan pertanyaan, merespon masalah dan berpikir untuk memecahkan masalah atau menemukan ja- wabannya melalui penyelidikan.

Siswa bebas melakukan eksplorasi dan diberi kesempatan untuk melakukan pemilihan alternatif pemecahannya. Oleh karena proses penemuan itu dialami oleh siswa sendiri maka diharapkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat dewasa ini, siswa dalam mendekati masalah atau situasi baru dengan berpikir secara ilmiah pula. Dengan melalui inquiry, siswa akan belajar bagaima- na belajar.

48

Page 49: Strategi Bel. Meng. IPS

Melalui pembelajaran inquiri, siswa dapat dikondisikan aktif belajar, ikut me- nentukan tujuan, isi, dan cara belajar; misalnya siswa aktif mencari dan menemu- kan informasi, berdiskusi, dan memecahkan masalah. Bahan pelajaran lebih banyak bersifat pemikiran dan penerapanprinsip dan generalisasi agar dapat mengembangkan dinamika dan kreativitas siswa. Dalam hal ini guru hanya seba- gai fasilitator dan motivator.

Ditinjau dari segi siswa, dengan inquiri terjadi proses mental yang tinggi, sebab dengan aktivitas ini siswa mengasimilasi konsep dan prinsip, melakukan self learning activities, dan melatih tanggung jawab sendiri (B. Suryobroto 1986: 44). Dengan demikian pendekatan inquiri sebenarnya sangat bermanfaat bagi siswa. Manfaat tersebut (Mukminun; 2000:68), antara lain : 1. Mengembangkan ketrampilan siswa untuk untuk mampu memecahkan perma-

salahan serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri 2. Mengembangkan kemamampuan berpikir siswa atau meningkatkan potensi

intelektualnya 3. Membina pengembangan sikap penasaran (rasa ingin tahu) dan cara berpikir

obyektif, mandiri, kritis, logis, dan analitis baik secara individu maupun kelompok, dan

4. Meningkatkan kemampuan untuk melacak kembali (heuristik) dari discovery, dimana discovery akan merupakan cara berpikir dan cara hidup dalam menhgadapi segala permasalahan kehidupan sehari-hari.

III. Pemanfaatan Sumber Belajar

Seperti halnya metode yang lain, inquiri juga membutuhkan sumber belajar. Misalnya bukan sumber belajarnya apa, melainkan bagaimana sumber belajar tersebut dapat dimanfaatkan/digunakan dalam proses pembelajaran. Inquiri me- merlukan data untuk membuat penafsiran, sumber pengajaran tersebut digunakan untuk membuka tabir pertanyaan yang berupa hipotesis. Sebenarnya banyak sekali sumber belajar yang luput dari pengamatan kita atau kita mengetahui sumber-sumber belajar tersebut tetapi tidak termanfaatkan. Hal ini disebabkan ka- rena sumber-sumber belajar tersebut tidak terjangkau oleh kemampuan guru, sebagian lagi disebabkan karena guru tidak mempunyai pengetahuan atau ketram- pilan teknis untuk memanfaatkan sumber belajar tersebut.

Sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran oleh guru dalam pembelajaran inquiri adalah : 1. Gambar. Sangat bermanfaat untuk membantu siswa guna memperoleh pema-

haman tentang suatu konsep atau informasi, misalnya gambar binatang, alat transportasi, peristiwa-peristiwa penting dan berbagai macam bentuk pakaian.

2. Model. Anda dapat memanfaatkan boneka dari berbagai suku bangsa dengan pakaian adatnya masing-masing. Boneka yang berpasangan tersebut sangat efektif untuk menjelaskan betapa kayanya ragam budaya kita. Selain itu dapat juga digunakan model alat transportasi tradisiuonal misalnya delman/gerobak.

49

Page 50: Strategi Bel. Meng. IPS

3. Peta dinding. Dapat digunakan untuk menggali informasi tentang konsep ruang, konsep jarak, perbedaan ketinggian, pola hidup masyarakat dari berba- gai daerah yang berbeda.

4. Barang-barang bekas. Dapat digunakan untuk menggali informasi tentang pencemaran, pemanfaatan bahan bekas untuk mencukupi kebutuhan hidup.

5. Slide dan Film. Dapat dimanfaatkan untuk menggali informasi tentang suatu peristiwa, permukaan bumi, masalah-masalah sosial, peninggalan kuno, per- kembangan suatu wilayah/kota.

6. Bahan cetak. (buku teks, dokumen, arsip). Buku teks masih tetap digunakan, mengingat luasnya persoalan yang berkembang selama kegiatan inquiri.

Untuk memanfaatkan sumber belajar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1. Guru harus menyadari akan pentingnya sumber belajar

Guru harus mengupayakan agar siswa dapat belajar efektif dan menyenagkan. Siswa dalam kegiatan belajar tidak hanya mendengarkan tetapi terlibat secara fisik, mental maupun emosionalnya. Oleh karena itu diharapkan hasil belajar- nya akan bermanfaat dan bermakna untuk diterapkan/digunakandalam situasi yang berbeda. Sebagai guru harus kreatif dan selalu mengikuti perkembangan. Guru harus secara terus-menerus memberi rangsangan kepada siswa untuk selalu mencari informasi, memecahkan masalah-masalah yang cukup menan- tang, akan tetapi yang oleh mereka dapat capai.

2. Guru harus mengetahui tempat dan letak sumber belajar yang dapat dimanfa- atkan dan bagaimana prosedur memperolehnya. Untuk sumber belajar yang ada di sekolah, prosedur pemakaian dan pemanfaatannya sesuai dengan pera- turan yang berlaku di sekolah. Sumber belajar yang ada di luar sekolah diper- lukan cara-cara dan prosedur sesuai dengan lembaga/instansi tempat sumber belajar berada. Sumber belajar yang bersifat alamiah tidak diperlukan persya- ratan khusus. Namun demikian unsur-unsur keselamatan dan efisiensi peng- gunaan sumber belajar patut diperhitungkan.

3. Guru harus memiliki ketrampilan untuk menoperasikan sumber belajar. Guru sebaiknya berlatih membaca informasi atau petunjuk pengoperasian sehingga tidak tergantung pada orang lain.

Adapun manfaat sumber belajar antara lain : 1. Dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep 2. Dapat mengakrabkan siswa maupun guru dengan lingkungan sekitar 3. Memungkinkan guru merancang dan melaksanakan program pembelajaran de-

ngan baik. 4. Mendorong penerapan pendekatan secara aktif 5. Memungkinkan partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan 6. Adanya kerjasama antar guru dapat menumbuhkan kebersamaan, selanjutnya

dapat meningkatkan semangat kerja guru 7. Memungkinkan anak yang cepat belajar untuk melakukan pengayaan,

sebaliknya bagi anak yang lambat dimungkinkan menggunakan sumber bela- jar untuk memperbaiki hasil belajarnya.

50

Page 51: Strategi Bel. Meng. IPS

IV. Bilamanakah Metode/Pendekatan Inquiry Digunakan?

Meskipun inquiri dipandang sebagai pendekatan pembelajaran yang efektif dalam pengajaran IPS, tetapi penggunaannya hendaknya disesuaikan dengan sifat dan tujuan yang hendak dicapai. Artinya tidak semua pengajaran IPS harus di ”inquirikan”. Pendekatan inquiri akan efektif jika pengajaran itu bertujuan me- ngembangak kognitif, sebaliknya pendekatan ini kurang kurang cocok jika peng- ajaran itu bermaksud menyampaikan informasi.

Pengertian kognitif yang dibangun melalui pendekatan inquiri akan tertanam secara mantap dalam pikiran dan proses pencapaiannya itu sendiri akan mening- galkan kesan yang amat berharga bagi pelakunya. Dengan latihan yang secara teratur, duharapkan pengalaman itu akan memjadi ketrampilan yang selanjutnya akan menimbulkan sikap percaya diri sendiri setiap kali menghadapi kenyataan atau masalah yang sulit.

Nilai intrinsik dari penggunaan pendekatan inquiri afalah orang menjadi tabah dalam menghadapi suatu masalah, karena ia tahu mencari jalan keluar dengan cara yang sudah biasadilakukan. Setiap kali ia menghadapi situasi yang sulit ia akan segera berusaha meneliti, menganalisis data yang bersangkutan dan kemudi- an menyusun cara mengatasi/memecahkan masalah.

Namun demikian jangan menganggap bahwa proses pembelajaran dengan me- nggunakan pendekatan inquiri pasti bermakna bagi siswa. Harus diingat bahwa masing-masing materi mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Agar pembelaja- ran dengan menggunakan pendekatan inquiri dapat bermakna, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: 1. Memerlukan kondisi kelas yang khusus, misalnya guru percaya bahwa siswa-

siswanya dapat belajar dan bertindak berdasar kepercayaan pada diri sendiri. Suasana bebas artinya siswa dapat berkiprah dengan masalah yang dihadapi, serta dapat menentukan sikap dan pendapatnya sendiri walaupun mungkin salah menurut gurunya.

2. Memerlukan motivasi tinggi. Siswa memerlukan tantangan yang memerlukan pemikiran, menimbulkan keinginan untuk tahu, perlu diadakan ”studi trip” untuk memperoleh informasi dan pengalaman. Selain itu harus disediakan bacaan yang menarik, serta sumber yang cukup luas yang mewakili berbagai pandangan dan pendapat.

3. Pendekatan inquiri tidak berdiri sendiri, tetapi keberhasilan pelaksanaannya dibantu oleh metode lain, misalnya role playing, simulasi, dan studi kasus.

V. Penerapan Metode Inquiri

Menurut Bruce Joice dan Marsha Weil (Sunaryo:1989, 99-100), ada 5 tahap pelaksanaan inquiri tang berangkat dari fakta sampai terjadinya suatu teori.

Tahap pertama, guru memberi permasalahan dan menjelaskan prosedur pelaksa- naan inquiri kepada siswa. Guru harus menjelaskan tentang tujuan dan proses pelaksanaan inquiri dengan ”yes and no quertions”. Artinya pertanyaan hendak-

51

Page 52: Strategi Bel. Meng. IPS

nya disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya hanya ”ya” dan ”tidak”. Mak- sudnya adalah agar siswa berpikir lebih teliti, dengan demikian menghindarkan siswa dari beban pemikiran, karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang terbuka (open-ended) dari guru. Pelaksanaan inquiri dapat dimulai dengan masalah, ide, atau pikiran yang sederhana, utamanya adalah siswa mendapat pengalaman proses berpikir secara inquiri.

Tahap kedua, adalah verifikasi, yaitu siswa mengumpulkan data atau informasi tentang peristiwa/masalah yang telah mereka lihat atau alami, dengan mengajukan pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru hanya menjawab ”ya” atau ”tidak”.

Tahap ketiga, adalah melakukan eksperimentasi, siswa mengajukan faktor atau unsur baru ke dalam permasalahan agar dapat melihat apakah peristiwa itu dapat terjadi secara berbeda. Eksperimen mempunyai dua fungsi yaitu eksplorasi dan menguji langsung. Eksplorasi adalah merubah sesuatu untuk melihat apa yang akan terjadi dan tidak perlu bimbingan teori atau hipotesis. Sedangkan menguji langsung, terjadi bila siswa melakukan uji coba teori atau hipotesis. Proses meru- bah hipotesis ke dalam eksperimentasi itu tidak mudah dan perlu latihan dan praktek.

Selanjutnya guru harus memperdalam proses inquiri siswa dengan memperluas jenis-jenis informasi yang diperoleh. Dalam proses verifikasi siswa dapat menga- jukan pertanyaan-pertanyaan tentang benda (object)), sifat (properties), kondisi (conditiopns), dan peristiwa (events).

Pertanyaan tentang benda dimaksudkan untuk menentukan sifat alami atau identi- tas benda.

Contoh: Apakah kepadatan penduduk di kota itu karena urbanisasi? Pertanyaan tentang sifat berusaha untuk menverifikasi perilaku suatu benda di

bawah suatu kondisi tertentu sebagai suatu cara menambah informasi baru untuk membantu menyusun teori.

Contoh: Apakah banyak sedikitnya barang akan menentukan harga? Pertanyaan tentang kondisi berhubungan dengan keadaan benda atau sistem yang

ada pada saat itu. Contoh: Apakah pembuangan limbah industri dapat menyebabkan pencema-

ran air di lingkungan sekitar? Pertanyaan tentang peristiwa dimaksudkan untuk menverifikasi kejadian atau kea-

daan dari suatu peristiwa. Contoh: Apakah kemajuan teknologi mengakibatkan peningkatan kesejahte-

raan bagi manusia? Tahap keempat, Guru meminta siswa untuk mengorganisir data dan menyusun

suatu penjelasan. Artinya data tersebut setelah diorganisir kemudian dideskripsi- kan sehingga menjadi suatu paparan hasil temuannya.

Tahap kelima, Siswa diminta untuk menganalisis proses inquiri. Dalam hal ini siswa boleh mengevaluasi tentang pertanyaan yang diajukan guru apakah efektif atau tidak, mungkin ada informasi penting tetapi siswa tidak tahu cara mempero- lehnya sehingga data/informasi tersebut tidak ditemukan. Analisis dari siswa ini

52

Page 53: Strategi Bel. Meng. IPS

penting karena menjadi dasar pelaksanaan inquiri berikutnya, artinya guru harus memperbaiki kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang telah dilakukan.

Berikut ini secara garis besar dapat dilihat sistematiakamodel inquiri: 1. Tahap satu : - menghadapkan pada permasalahan - menjelaskan prosedur inquiri - menyampaikan permasalahan 2. Tahap kedua : - pengumpulan data dan verifikasi - menverifikasi benda, keadaan, sifat, dan peristiwa 3. Tahap ketiga : - mengumpulkan data eksperimentasi - mengisolasi variabel yang relevan - menyusun dan menguji hipotesis - hubungan sebab akibat 4. Tahap keempat : - mengorganisir, formulasi, dan penjelasan - menyusun deskripsi atau penjelasan 5. Tahap kelima : - analisis proses inquiri - analisis strategi inquiri dan dan mengembangkan proses inquiri agar lebih efektif. Latihan

1. Istilah inquiri-discovery-problem solving, sebenarnya mempunyai arti yang sejiwa. Apakah maksud dari pernytaan tersebut? Cobalah Anda jelaskan jelasnya baca pendapat Sund

2. Kegiatan apakah yang harus dilakukan siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan inquiri? Jelaskanlah! (jelasnya baca ”peran siswa dalam pembelajaran inquiri)

3. Sumber belajar merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembe- lajaran, terutama pembelajaran dengan pendekatan inquiri. Mengapa demikian? Cobalah Anda jelaskan!

4. Bagaimanakah pendekatan inquiriBilamanakah pendekatan inquiri dapat dite- rapkan dalam mata pelajaran IPS? Jelaskanlah! (penjelasan lebih lanjut Anda dapat baca pada pembahasan tentang bilamana inquiri harus dilaksanakan.

5. Cobalah Anda jelaskan tahap-tahap inquiri menurur Bruce Joyce dan Marsha Weil! (penjelasan lebih lanjut baca tentang tahap-tahap pelaksanaan inquiri) :

53

Page 54: Strategi Bel. Meng. IPS

B. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

I. Masalah dan Hakikat Pemecahannya Dalam berpikir akan banyak melibatkan pemecahan masalah. Hal itu tidak

berarti bahwa berpikir itu hanya terbatas pada pemecahan masalah saja. Masalah itu merupakan suatu hal yang mengandung keragu-raguan, ketidak pastian, atau kesulitan yang harus dipecahkan, dikuasai, dan dijinakkan (Moh. Umar & Mas H. Waney; 1980 : 2 ), Contoh: penyakit flu burung, pencemaran (udara, air dan tanah), banjir, pertambahan penduduk alami di Indonesia yang sangat tinggi.

Berkaitan dengan masalah, Johnson & Johnson (Moh. Umar & Mas H. Waney; 1980 ), mengatakan ada ketidak cocokan atau perbedaan antara keadaan yang nyata dengan keadaan yang dikehendaki. Dapat dikatakan bahwa masalah/ problem adalah suatu keadaan yang negatif yang tidak sesuai dengan keadaan yang diharapkan.

Secara umum masalah sosial dapat diartikan sebagai suatu situasi yang mem- pengaruhi banyak orang dan yang oleh mereka/orang lain dianggap sebagai sum- ber kesulitan (difficuities), ketidak-puasan (unhappiness), dan yang memungkin- kan untuk ditanggulangi.

Jadi masalah sosial merupakan situasi yang pada kenyataannya tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Lebih jelasnya bahwa dengan adanya suatu masalah, menuntut adanya suatu pemecahannya.

Dalam proses pembelajaran, siswa dihadapkan pada permasalahan terutama masalah yang benar-benar terjadi di masyarakat, mengenai diri siswa, masalah-masalah aktual yang menarik untuk dibicarakan. Keadaan seperti itu akan menye- ret siswa berpikir tentang bagaimana cara pemecahannya. Jadi yang ditekankan dalam problem solving adalah terpecahkannya suatu masalah secara rasional, logis, dan benar.

Menurut sifatnya masalah itu beraneka ragam macamnya: statis-dinamis, besar-kecil, dan sederhan-kompleks. Dengan demikian strategi pemecahannya juga bermacam-macam, ada yang diperoleh dengan cara intuitif, coba-coba, tradi- sional, berdasar pengalaman masa lampau, dan sebagainya.

Secara umum ada 3 cara pemecahan masalah, yaitu: 1. Pemecahan masalah secara otoritatif, yaitu pemecahan oleh penguasa yang

berwenang (pejabat, guru). Dalam hal ini sifat siswa pasif, karena segalanya (isi, tujuan, dan cara belajar) yang menentukan adalah guru.

2. Pemecahan secara ilmiah, yaitu pemecahan yang menggunakan beberapa me- tode, misalnya inquiri, discovery, problem solving dan sebagainya.

3. Pemecahan secara metafisik, yaitu pemecahan yang menggunakan cara-cara yang tidak rasional, misalnya secara gaib.

Dari ketiga pemecahan masalah di atas, yang sesuai dan rasional adalah pemeca- han secara ilmiah. Menurut Mukminan (2000:2), pengetahuan atau yang disebut

54

Page 55: Strategi Bel. Meng. IPS

ilmiah itu dapat dikatakan ilmiah, apabila: 1. Mempunyai obyek, artinya apaabila akan mencari kebenaran maka ilmu itu

harus sesuai dengan obyeknya. Bukan lagi gunanya yang dipentingkan, me- lainkan kebenarannya, sebab tujuan ilmu yang utama adalah untuk mencapai kebenaran.

2. Mempunyai metode, artinya untuk mencari kebenaran itu menggunakan meto- de ilmiah.

3. Bersifat universal, artinya bersifat umum dilihat dari segi waktu dan tempat. 4. Mempunyai sistem, artinya susunan hal-hal yang ada sebagai keseluruhan itu

mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain Landasan pemecahan masalah adalah berpikir kritis, cara berpikir kritis ini mela- lui suatu proses sebagai berikut:: 1. Menyadari adanya suatu masalah 2. Mencari petunjuk untuk pemecahannya:

a. Pikirkan kemungkinan-kemungkinan pemecahannya (hipotesis) pendeka- tannya.

b. Ujilah kemungkinan-kemungkinan tersebut berdasar kriteria-kriteria ter- tentu

3. Pergunakanlah suatu pemecahan yang cocok dengan kriteria dan tanggalkan kemungkinan pemecahan lainnya.

Dalam memecahkan suatu masalah dapat ditempuh dengan dua pendekatan yaitu: 1. Menciptakan lingkunyan yang merangsang sehingga siswa memperoleh moti-

vasi yang kuat untuk menjawab permasalahan dan kemudian menemukan jawaban yang memadai dibawah bimbingan guru yang kompoten.

2. Menghadapkan siswa kepada masalah-masalah untuk kemudian mencari pe- mecahannya.

Kedua pendekatan tersebut sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran. Hanya perbedaannya jika pendekatan pertama didasarkan pada situasi nyata, sedangkan pendekatan kedua didasarkan pada satu situasi buatan atau direncanakan. Metode pemecahan masalah didasarkan pada kesadaran terhadap kenyataan, bahwa mengajar bukanlah sekedar berpidato dan mengkomunikasikan ilmu pe- ngetahuan kepada siswa. Tetapi mengajar adalah untuk meneliti dengan seksama, mencari, menyelidiki, memikirkan, menganalisis, dan sampai menemukan. Meto- de ini lebih menekankan pemikiran induktif dari pada deduktif. Dikatakan induk- tif, apabila dalam proses pembelajaran, guru dalam menjelaskan berangkat dari data menuju ke pembuatan generalisasi. Sedangkan deduktif, apabila dalam pro- ses pembelajaran, guru menjelaskan memulai dari generalisasi menuju ke data yang mendukungnya (Sunaryo:1989;127). Di dalam induktif siswa dihadapkan pada masalah-nasalah atau ditempatkan pada situasi buatan yang ingin diketahui. Siswa mulai berpikir, mengumpulkan data dan mengaturnya ke dalam kelompok- kelompok yang diperlukan. Berangkat dari langkah-langkah tersebut, dibentuklah konsep-konsep, pemikiran lebih lanjut terus dikembangkan untuk sampai pada satu generalisasi.

55

Page 56: Strategi Bel. Meng. IPS

II. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemecahan Masalah Kelebihan Metode Pemecahan Masalah

1. Siswa memiliki ketrampilan memecahkan masalah. Hal ini merupakan bekal dalam menghadapi dan memecahkan masalah baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun di tempat kerjanya kelak.

2. Merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif, rasio- nal, logis, dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak me- nggunakan mentalnya dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dan pendekatan dalam rangka mencari pemecahannya.

3. Pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. Karena siswa telah terbiasa memecahkan masalah dengan lengkah-langkah metode pemecahan masalah, maka mereka menjadi terbiasa pula untuk menghadapi kehidupan yang semakin kompleks.

4. Menimbulkan keberanian pada diri siswa untuk mengemukakan pendapat dan ide-idenya.

Kelemahan Metode Problem Solving

1. Menemukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa itu tidak mudah. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan dan ketrampilan memilih suatu masalah yang sesuai dengan ting- kat umur, kemampuan, dan latar belakang pengetahuan/pengalaman siswa.

2. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima in- formasi dari guru menjadi belajar dengan lebih banyak berpikir untuk meme- cahkan permasalahan secara individu maupun kelompok yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan tantangan atau bahkan kesu- litan tersendiri bagi siswa.

3. Proses pembelajaran memerlukan waktu yang lama sehingga terpaksa meng- ambil waktu pelajaran yang lain.

4. Kurang sistematis apabila metode ini diterapkan untuk menyampaikan bahan baru

5. Metode ini kurang tepat jika digunakan bagi siswa yang belum dewasa. III. Penerapan Metode Pemecahan Masalah

Menurut Johnson & Johnson (Husein Achmad dkk; 1981) pemecahan masalah sebagai metode mengajar IPS mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: 1. Definisi masalah 2. diagnose masalah (luasnya masalah dan apa penyebabnya) 3. Merumuskan alternatif dan rencana pemecahannya 4. Penerapan dan penetapan strategi pemecahan masalah yang dipilih, dan 5. Evaluasi keberhasilan

56

Page 57: Strategi Bel. Meng. IPS

1. Definisi Masalah Guru hendaknya mengarahkan siswanya untuk memberlkan batasan terhadap

pengertian yang terkandung di dalam masalah. Untuk perumusan masalah dian- jurkan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Semua pernyataan ditampung/ditulis di papan tulis. Kemukakan sebanyak

dan sekonkrit mungkin dengan mengemukakan orang, tempat, sumber, dan jangan mempersoalkan ketepatannya.

b. Rumuskan kembali setiap pernyataan tersebut sehingga mendapatkan gam- baran yang ideal dan aktual. Keluarkan definisi-definisi yang tidak memiliki sumber-sumber yang cukup untuk dipecahkan secara kelompok. Pilihlah salah satu definisi yang oleh kelompok dianggap paling tepat. Masalah yang dipilih harus bersifat penting (important), dapat dipecahkan (solubble), dan mendesak (urgent).

2. Diagnose Masalah (luasnya masalah dan apa penyebabnya) Dalam langkah yang kedua ini kita akan mengupas penyebab timbulnya ma-

salah dan akibat lebih lanjut apabila masalah tersebut tidak diatasi. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui sifat dan besarnya kekuatan-kekuatan pendorong menuju kearah situasi yang ideal dan kekuatan-kekuatan yang menghambat atau menentang arah etrsebut.

3. Merumuskan alternatif dan rencana pemecahannya Pada tahap ini adalah merumuskan sebanyak-banyaknya alternatif pemeca-

han masalah . Setelah itu mencari faktor pendukung dan faktor penghambat- nya. Oleh karena itu kelompok harus kreatif, berpikir divergen, memahami pertentangan ide, dan mempunyai daya temu yang tinggi.

4. Penerapan dan penetapan suatu strategi Setelah berbagai alternatif pemecahan masalah dipeoleh, maka pada tahap

ini kelompok memutuskan : a. memeilih alternatif yang sesuai dengan masalah

b. memilih alternatif yang mempunyai banyak faktor pendukung dan sedikit faktor penghambatnya, dan

c. meninjau keuntungan atau efek samping terhadap setiap alternatif bila diterapkan.

5. Evaluasi keberhasialan strategi yang dicapai Alternatif-alternatif yang mempunyai alasan rasional, logis praktis, serta tepat bila diterapkan, diangkat menjadi keputusan atau cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Hasil akhir dari evaluasi harus dapat menunjukkan:

* masalah apa yang sudah dipecahkan * seberapa jauh pemecahannya * masalah apa yang belum terpecahkan, dan * masalah baru apa yang timbul sebagai akibat pemecahan ini

Dalam penerapannya, metode pemecahan masalah ini dilaksanakan secara kelompok, guru berfungsi sebagai pengarah dan motivator, sedangkan semua pendapat digali dari siswa. Semua pendapat ditampung, kemudian diseleksi de-

57

Page 58: Strategi Bel. Meng. IPS

ngan mencari alasan-alasan rasional, logis, dan tepat. Apabila sesuatu yang tidak dapat digali dari siswa, barulah guru memberikan informasi. Pelaksanaan metode pemecahan masalah ini akan berhasil dengan baik apabila siswa telah menguasai langkah-langkahnya tahap-demi tahap.

Berdasar hasil penelitian bahwa anak didik melaksanakan problem solving pada permulaan kelas tiga (Cheppy HC,u:100). Sesuai perkembangan usia anak SD yang masih dalam tingkatan operasional konkrit, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, ini merupakan kunci pokok dalam belajarnya. Selanjutnya Cheppy mengatakan pada tingkatan usia tersebut siswa sebenarnya sudah dapat mengu- mpulkan data, mengembangakan konsep, menemukan, dan menilai generalisasi dalam dalam bidang ekonomi dan geografi. Hanya saja siswa tidak selalu meng- ikuti pola-pola atau langkah-langkah metode pemecahan masalah.

Latihan

1. Secara umum ada 3 cara pemecahan masalah. Cobalah Anda sebutkan dan lelaskan masing-masing (lebih jelasnya bacalah kembali uraian tentang cara pemecahan masalah)

2. Pengetahuan atau ilmu itu dapat dikatakan ilmiah apabila memenuhi persya- ratan-persyaratan tertentu. Jelaskan persyaratan tersebut! (lebih jelasnya bacalah kembali tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah)

3. Cobalah Anda jelaskan perbedaan tentang pembelajaran secara induktif dan pembelajaran secara deduktif . (untuk lebih jelasnya bacalah tentang masalah dan hakikat pemecahannya)

4. Metode pemecahan masalah mempunyai kelebihan dan kelemahan. Cobalah Anda jelaskan. (lebih jelasnya baca tentang kelebihan dan kelemahan metode pemecahan masalah).

5. Bagaimanakah langkah-langkah kerja pemecahan masalah yang sistematik dan benar? Cobalah Anda jelaskan! (Untuk lebih jelasnya bacalah langkah-langkah/tahap metode pemecahan masalh

58

Page 59: Strategi Bel. Meng. IPS

C. Pendekatan Konsep Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Dalam Pembelajaran IPS

I. Hakikat Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)

Beberapa istilah STM antara lain: Sains-Technology-Society (STS), Science Technology Society and Environtmen (STSE) atau sains teknologi lingkungan dan masyarakaat (Satelingmas). Sebenarnya intinya sama yaitu environment, yang dalam berbagai kegiaatan perlu ditonjolkan.

Istilah STM untuk pertama kali diciptakan oleh John Ziman dalam bukunya ”Teaching and Learning About Science and Society”. Ia mengemukakan bahwa konsep-konsep dan proses sains seharusnya sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari (Jim Washington; 2002:26)

STM merupakan tendekatan terpadu antara antara sains, teknologi dan isu yang ada di masyarakaat. Adapun tujuan STM adalah menghasilkan peserta didik yang memiliki bekal pengetahauan, sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya (Iskandar, 1996).

Keterpaduan dalam sains sebenarnya terdiri dari beberapa pola, antara lain keterpaduan produk dan proses, keterpaduan berbasis obyek, keterpaduan antar bidang, dan keterpaduan berbasis persoalan. Bagi siswa SD, khususnya untuk kelas tinggi memiliki kecenderungan pada keterpaduan berbasis persoalan, karena idealnya untuk pembelajaran kelas tinggi sudah menggunakan sistem guru bidang studi. Sedangkan untuk kelas rendah memiliki kecenderungan untuk mengikuti keterpaduan antar bidang studi, karena biasanya masih menggunakan sistem guru kelas. Keterpaduan antar bidang ini diwujudkan melalui tema tematik.

IPS adalah salah bidang studi yang rumit karena luasnya ruang lingkup dan merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial, seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, dan antropologi. IPS sebagai disiplin operasional yang efektif dan memperhatikan studi tentang manusia di masyarakat, memainkan peranan sangat penting dalam situasi global dewasa ini.

Namun demikian yang kita jumpai dalam pengajaran IPS didominasi oleh proses pembelajaran yang menggunakan buku literatur. Sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa pengajaran IPS hanya menghafal konsep dan tidak bermakna, tidak relevan dengan apa yang dihadapi siswa dalam kehidupannya sehari-hari di dalam masyarakat.

Menurut Yager (Arnie Fajar;2002:27), secara umum pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM memiliki karakteristik , sebagai berikut: 1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki dampak 2. Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk men-

cari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah. 3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari inrormasi yang dapat diterap-

kan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

59

Page 60: Strategi Bel. Meng. IPS

4. Penekanan pada ketrampilan proses, dimana siswa dapat menggunakan dalam memecahkan masalah.

5. kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia men- coba untuk memecahkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi.

6. Identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak kepada masyarakat di masa depan.

7. Kebebasan atau otonomi dalam rposes belajar. Satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa pendekatan STM dilandasi oleh 2

hal penting, yaitu: 1. Adanya keterkaitan yang eraty antara sains, teknologi, dan masyarakat yang

dalam pembelajarannyamenganut pandangan konstruktivisme, yang menekan- kan bahwa si pembelajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan, dan

2. Dalam pembelajaran terkandung 5 ranah, yaitu: pengetahuan, sikap, proses, kreativitas, dan aplikasi.

II. Pendekatan Sains dan Kaitannya dengan IPS Keterkaitan antara sains, teknologi, dan masyarakat tidak diragukan lagi, ini

dapat dipahami melalui pernyataan-pernyataan berikut ini: Sebuah komite nasional Amerika yaitu National Committee Science and Society (NCSS), menge- luarkan buku yang berjudul :”Ilmu Eksakta dan Ilmu Pengetahuan Sosial” menun- jukan betapa pentingnya membahas dampak sosial dari kemajuan dan permasala- han ilmiah. Buku ini menjadi tonggak dalam upaya memperkenalkan pentingnya STM sebagai jembatan antar program eksakta dan IPS.

William H. Cartwright (Arnie Fajar;2002:36), menyatakan bahwa ilmu alam dan ilmu sosial mempunyai kaitan eratdan tidak dapat dipisahkan. Dampak ilmu alam kepada masyarakat merupakan fenomena sosial. Pengaruh kemajuan ilmiah dan yeknologi, pertanian, kesehatan, dan perang juga berpengaruh terhadap ma- syarakat. Inipun juga merupakan fenomena sosial. Pemikiran ilmiah akan berpe- ngaruh terhadap alam dimana masyarakat bertempat tinggal. Dengan kenyataan tersebut maka kita harus menyadari bahwa memang ada kaitan erat antara ilmu alam dengan dengan ilmu pengetahuan sosial.

Pada awalnya pendekatan STM ini diperuntukan bagi mata pelajaran IPA, akan tetapi pada perkembangan selanjutnya dikembangkan untuk mata pelajaran IPS. Dengan alasan, banyak sekali isu-isu atau masalah-masalah dan menarik dalam kehidupan masyarakat dan sangat dekat dengan kajian IPS. Untuk menga- tasi isu atau masalah yang timbuk di masyarakat tersebut, siswa dapat mengapli- kasikan konsep pendidikan STM yang telah dipelajari. Sangat dimungkinkan da- lam prosesnya terdapat keterkaitan dengan aplikasi konsep IPA.

Perkembangan sains dan teknologidapat menimbulkan perubahan masyarakat itu diakibatkan oleh masuknya pengaruh asing yang berupa teknologi. Misalnya teknologi dalam masyarakat ternyata tidak hanya mengubah kondisi kehidupan

60

Page 61: Strategi Bel. Meng. IPS

masyarakat, tetapi juga dapat merubah cara hidup manusia dalam masyarakat ter- sebut (Mead; 1962:288).

Sains dan teknologi sangat erat hubungannya dengan perkembangan kehidup- an masyarakat. Dinamika kehidupan masyarakat menuntut adanya berbagai ino- vasi dalam bidang sains dan teknologiyang mengarah pada seluruh aspek kehidu- pan manusia. Pada taraf teknologi mutakhir sekarang ini, sarjana sains dan tekno- logi hanya dapat hidup dan berkarya dalam suatu struktur masyarakat.

Dunia teknologi sudah mengambil skala dunia dan semakin menyatu dengan totalitas ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan militer (Manganwijaya; 1983). Dengan demikian antara sains, teknologi, dan masyarakat terdapat hubu- ngan yang saling mempengaruhi. Sains dan teknologi dihasilkan oleh dan untuk masyarakat, perkembangan sains dan teknologi ditentukan oleh dinamika kehi- dupan masyarakat, sebaliknya masyarakat dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi.

Kemajuan sains dan teknologi sering kali berdampak pada terjadinya masalah-masalah dalam masyarakat. Hal ini disebabkan kemajuan sains dan teknologi se- ring tidak diiringi dengan kesiapan dari masyarakat termasuk peserta didik. Misal- nya berbagai siaran televisi melalui satelit komunikasi, menimbulkan berbagai perrmasalahan terhadap anak didik, misalnya menjadi malas belajar, dan mudah meniru hal-hal yang negatif dari adegan film. Pencemaran dapat berpengaruh ter- hadap kesehatan fisik biologis, mental psikologis, dan masih banyak contoh lagi dari kehidupan sekitar kita.

Dampak negatif dari penerapan sains dan teknologi menyebabkan berbagai ketimpangan, misalnya goncangan fisik (physical shock) dan kejiwaan (psycholo- gical shock). Cobalah Anda amati dan hayati, kedatangan turis dari manca negara ke Indonesia mempengaruhi tingkah laku maupun budaya masyarakat setempat, dimana para remaja merasa gaul dan percaya diri tinggi jika mengikuti mode dari luar, misalnya cara berpakaian, perilaku, makanan, potongan dan warna rambut.

Selain itu jhuiga menyebabkan munculnya masalah perilaku individu atau masyarakat terhadap berbagai penyakit sosial. Misalnya di tempat-tempat wisata Kaliurang di lereng gunung Merapi dan pantai Parangtritis di Yogyakartaakan muncul wanita tuna susila, mereka ini merupakan media penularan penyakit AIDSyang sangat menakutkan karena sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia, dimana penyebarannya dapat melalui kontak seksual dari pengidap atau penderita kepada penerioma pertama. Selanjutnya penyakit tersebut dapat menular kepada pasangannya. Penggunaan alat-alat suntik yang tidak steril juga dapat menyebar- kan penyakit tersebut dengan cepat.

IPS merupakan hasil integrasi dari ilmu-ilmu sosial (sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi) harus dapat mensintensiskan konsep yang relevan antara ilmu-ilmu sosial tersebut selain itu perlu dimasukkan unsur-unsur pendidikan dan masalah-masalah sosial dalam hidup bermasyarakat (M. Nu’man Sumantri; 2001:198). Dengan demikian IPS dapat mengkanter berbagai permasa-

61

Page 62: Strategi Bel. Meng. IPS

lahan sosial yang ditimbulkan oleh perkembangan sains dan teknologi. IPS dapat dijadikan media dalam memberikan pemehaman tentang saians dan teknologi dalam kehidupan manusia.

Peran IPS disini bukan sebagai pencetak ilmuwan, melainkan lebih menguta- makan berpikir bagaimana menghadapi dampak sosial sebagai akibat penerapan sains dan teknologi. Hal ini diperlukan agar masayarakat dapat menerima berba- gai hasil sains teknolologi disertai dengan pemahaman yang cukup. Pada akhirnya diharapkan mereka dapat menerima hasil teknologi tanpa disertai gejolak-gejolak sosial, bahkan dapat digunakan untuk kemajuan masyarakat itu sendiri.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas Pejiadi (2002), pendidikan sains yang pada mulanya yang hanya menekankan pada pembelajaran pembelajaran konsep dan proses sains untuk untuk meningkatkan aspek kognitif saja. Tetapi melihat kenyataan di atas perlu pula dikembangkan aspek afektif, yaitu nilai dalam bentuk kepedulian terhadap kemungkinan-kemungkinan dampak negatif dari perkembangan sains dan teknologi. Dengan demikian jelas bahwa konsep-konsep pendsidikan IPS telah dimasukkan kedalam pengkajian pendekatan STM. Artinya Pendidikan IPA dan IPS memang mempunyai kaitan yang sangat erat dan saling melengkapi.

Pendekatan STM ini sesuai dengan hakikat kurikulum Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK), yaitu merupakan upaya menyiapkan peserta didik memiliki kemampuan intelektual, emosiaonal, spiritual, dan sosial yang bermutu tinggi. Dengan demikian tanggung jawab siswa sebagai warga masyarakat dituntut kesediaannya untuk mengambil tindakan melalui instrumen-instrumen demokra- tis untuk menontrol kekuatan teknologi teknologi baik kepada manusia maupun kepada alam, yang merupakan unsur penting bagi keberadaan manusia.

Pendekatan STM dalam IPS tidak perlu disusun dalam pokok bahasan baru, melainkan dapat disisipkan pada pokok-pokok bahasan yang sudah ada. Dengan pendekatan STM ini dapat memberikan gambaran utuh tentang berbagai aspek kehidupan manusia. Tetapi harus diketahui bahwa dengan digunakannya pendeka- tan STM dalam pembelajaran IPS akan dibangun suatu dimensi baru, yang yang lebih menekankan pada segi prgmatis yang mengunkapkan hal-hal yang bermanfaat dan berhubungan langsung dengan aspek kehidupan siswa.

Agar pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan STM dapat berhasil dengan baik, maka seorang guru penting untuk mengetahui tahap-tahapnya. Adapun tahap-tahap implemenatasi pendekatan STM dalam pembelajaran adalah: 1. Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi, dan eksplorasi) yang mengemukakan isu/

masalah aktual yang ada di masyarakaat. 2. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkonstruksi

pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen dan diskusi. 3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis isu/ma-

salah yang telah dikemukakan diawal pembelajaran berdasar konsep yang yang telah dipahami.

62

Page 63: Strategi Bel. Meng. IPS

4. Tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan pemahaman konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.

5. Tahap evaluasi, dapat berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Latihan

1. Cobalah Anda jelaskan mengapa konsep STM dimasukkan kedalam pembelajaran IPS?

2. Jelaskan tiga karakteristik pendekatan STM

3. Keterpaduan dalam STM sebenarnya terdiri dari empat pola. Cobalah Anda sebutkan dan dari pola-pola tersebut pola manakah yang cocok untuk diterap- kan di SD? Jelaskan pendapat Anda!

4. Ada beberapa ahli menyatakan bahwa antara mata pelajaran IPA dan IPS itu

mempunyai kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Mengapa demikian? Cobalah Anda jelaskan!

5. Tuliskanlah sistematika tahap-tahap implementasi STM!

63

Page 64: Strategi Bel. Meng. IPS

BAB V KURIKULUM 2004

STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL (PKPS)

PENDAHULUAN Kurikulum Pengetahuan Sosial disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendi- dikan Pengetahuan Sosial secara nasional. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan (kredibilitas). Dengan demikian tuntu- tan untuk terus-menerus memutakhirkan pengetahuan sosial menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan global sangat besar mempe- ngaruhi ekonomi suatu bangsa. Pengembangan Pengetahuan sosial merespon secara positif berbagai perkemba- ngan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan desentralisasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran pengetahuan sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Kompetensi pengetahuan sosial menjamin pertumbuhan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan kecakapan hidup, penguasaan prinsip-prinsip sosial, ekonomi, budaya dan kewarga- negaraan. sehingga tumbuh generasi yang kuat dan berakhlak mulia. A. Rasional

Pengetahuan Sosial menjadi salah satu mata pelajaran dalam kurikulum 2004 yang dimulai dari SD dan MI sampai SMP dan MTs. Untuk SD dan MI mata pelaja- ran Pengetahuan Sosial memuat materi pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan. Melalui mata pelajaran Pengetahuan sosial, siswa diarahkan, dibimbing dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif.

Menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif merupakan tantangan berat karena masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Untuk itulah, Pengetahuan Sosial dirancang untuk membangun dan merefleksikan kemampuan siswa dalam kehidupan bermasyarakat yang selalu berubah dan berkem- bang secara terus-menerus.

Pada hakikatnya Pengetahuan Sosial sebagai suatu mata pelajaran yang menjadi wahana dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, antara lain: Siapa diri saya? Pada masyarakat apa saya berada? Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa? Apakah artinya menjadi anggota masyarakat dan dunia? Bagaimana kehidupan manusia dan masyara- kat berubah dari waktu ke waktu?

Pertanyaan-pertanyaan di atas perlu dijawab oleh setiap siswa dan jawabannya telah dirancang dalam Pengetahuan Sosial secara sistematis dan konpherensif. Dengan demikian, Pengetahuan Sosial diperlukan dalam kehidupan di masyarakat dan proses menu- ju kedewasaan.

64

Page 65: Strategi Bel. Meng. IPS

B. Pengertian Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan.

C. Fungsi dan Tujuan Pengetahuan Sosial di SD dan MI berfungsi untuk mengembangkan pengeta- huan nilai, sikap, dan ketrampilan tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.

Pengetahuan Sosial bertujuan : 1. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan

kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis; 2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecah-

kan masalah, dan ketrampilan sosial; 3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan 4. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat

yang majemuk, baik secara nasional maupun global D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran Pengetahuan Sosial meliputi : 1. Sistem sosial dan budaya 2. Manusia, tempat, dan lingkungan 3. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan 4. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 5. Sistem Berbangsa dan Bernegara

E. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum Standar kompetensi lintas kurikulum merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik me- lalui pengalaman belajar.

Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ini meliputi : 1. Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling

menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya. 2. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomu-

nikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain. 3. Memilih, memadukan dan menerapkan konsep-konsep, teknik-teknik, pola,

struktur, dan hubungan 4. Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan

dari berbagai sumber. 5. Memahami dan menghargai lingkungan fisik, mahluk hidup dan teknologi,

serta menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai untuk mengam- bil keputusan yang tepat.

6. Berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontribusi aktif dalam masyarakat dan budaya global berdasarkan pemahaman konteks budaya, geografis, dan historis.

65

Page 66: Strategi Bel. Meng. IPS

7. Berkreasi, menghargai karya artistik, budaya, intelektual serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab.

8. Berpikir logis, kritis, dan lateral dengan memperhitungkan potensi dan pelu- ang untuk menghadapi berbagai kemungkinan.

9. Menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan bekerja sama dengan orang lain

F. Standar Kompetensi Bahan Kajian Ilmu-Ilmu Sosial Kewarganegaraan Standar kompetensi bahan kajian merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan sebagaii hasil belajar pada bahan kajian tertentu. Standar Kompetensi bahan kajian ilmu-ilmu sosial dan kewarganegaraan sebagai berikut : 1. Kemampuan memahami fakta, konsep dan generalisasi tentang sistem sosial

dan budaya dan menerapkannya untuk : a. Mengembangkan sikap kritis dalam situasi sosial yang timbul sebagai

akibat perbedaan yang ada dalam masyarakat; b. Menentukan sikap terhadap proses perkembangan dan proses sosial

budaya; c. Menghargai keanekaragaman sosial budaya dalam masyarakat multikultur.

2. Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang manusia, tempat dan lingkungan dan menerapkannya untuk : a. Menganalisis proses kejadian, interaksi dan saling ketergantungan antara

gejala alam dan kehidupan di muka bumi dalam dimensi ruang dan waktu; b. Terampil dalam memperoleh, mengolah, dan menyajikan informasi.

3. Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang perilaku ekonomi dan kesejahteraan dan menerapkannya untuk : a. Berperilaku rasional dan manusiawi dalam memanfaatkan sumber daya

ekonomi b. Menumbuhkan jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan; c. Menganalisis sistem informasi keuangan lembaga-lembaga ekonomi; d. Terampil dalam praktik usaha ekonomi sendiri.

4. Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang waktu, berkelanju- tan dan perubahan dan menerapkannya untuk : a. Menganalis keterkaitan antara manusia, waktu, tempat dan kejadian; b. Merekonstruksi masa lalu, memaknai masa kini, dan memprediksi masa

depan; c. Menghargai berbagai perbedaan serta keragaman sosial, kultural, agama,

etnis, dan politik dalam masyarakat dari pengalaman belajar peristiwa sejarah

5. Kemampuan memahami dan menginternalisasi sistem berbangsa dan bernegara dan menerapkannya untuk : a. Mewujudkan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 b. Membiasakan untuk mematuhi norma, menegakkan hukum, dan menja-

lankan peraturan;

66

Page 67: Strategi Bel. Meng. IPS

c. Berpartisipasi dalam mewujudkan masayarakat dan pemerintahan yang demok- ratis, menjunjung tinggi, melaksanakan, dan menghargai hak azasi manusia.

G. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial SD dan MI

Standar kompetensi mata pelajaran adalah kompetensi yang harus dikuasi siswa setelah melalui proses pembelajaran Pengetahuan sosial, antara lain : Kelas I Kemampuan memahami identitas diri dan keluarga dalam rangka berinteraksi di ling- kungan rumah Kelas II Kemampuan menerapkan hak dan kewajiban, sikap saling menghormati, dan hidup he- mat dalam keluarga serta memelihara lingkungan. Kelas III Kemampuan memahami : (1) Kronologis peristiwa penting dalam keluarga; (2) Kedudukan dan peran anggota keluarga; (3) Aturan dan kerja sama di lingkungan; (4) kegiatan dalam pemenuhan hak dan kewajiban sebagai individu dalam

masyarakat; (5) Kenampakan lingkungan Kelas IV Kemampuan memahami : (1) Keragaman suku bangsa dan budaya serta perkembangan teknologi; (2) Persebaran sumber daya alam, sosial, dan aktifitasnya dalam jual beli (3) Menghargai berbagai peninggalan di lingkungan setempat (4) Sikap kepahlawanan dan patriotisme serta hak dan kewajiban warganegara Kelas V Kemampuan memahami : (1) Keragaman kenampakan alam, sosial, budaya dan kegiatan ekonomi di

Indonesia; (2) Perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu-budha, Islam sampai masa

kemerdekaan; (3) Wawasan Nusantara, penduduk dan pemerintahan serta kerja keras para tokoh

ke- merdekaan. Kelas VI Kemampuan memahami : (1) Peran masyarakat sebagai potensi bangsa dalam mempertahankan

kemerdekaan; (2) Kegiatan ekonomi Indonesia dan negara teangga; (3) Kenampakan alam dunia; dan (4) Kedudukan masyarakat sebagai potensi bangsa dalam melaksanakan hak azasi

manusia dan nilai-nilai Pancasila.

67

Page 68: Strategi Bel. Meng. IPS

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS I Standar Kompetensi Kemampuan memahami identitas diri dan keluarga dalam rangka berinteraksi di lingkung- an rumah Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

1. Kemampuan menunjukkan identitas diri

1.1Mengetahui nama, a- lamat, nama orang tua dan jumlah anggota keluarga

1.2Menceritakan perila- ku kasih sayang da- lam keluarga

• Menyebutkan nama leng- kap dan nama panggilan

• Menyebutkan nama ayah & ibu atau wali

• Menyebutkan anggota ke- luarga yang tinggal dalam satu rumah

• Menceritakan kasih sayang ibu &ayah kepada anak

• menceritakan hubungan ka- sih sayang antar anggota keluarga

Identitas diri, keluarga dan kekerabatan

2. Kemampuan me- wujudkan hidup rukun dalam ke- majemukan kelu- arga

2.1Mengetahui manfaat hidup rukun dalam ke- majemukan keluarga

• Memberi contoh kemaje- mukan dalam keluarga (mi- salnya: jenis kelamin, aga- ma suku bangsa, kebiasaan)

• Menjelaskan manfat hidup hidup rukun dalam keluar- ga.

• Mengidentifikasi hidup ru- kun dan tidak rukun

• Menceritakan akibat jika ti- dak menjaga kerukunan

• Menunjukan sikap saling menghargai perbedaan da- lam lingkungan keluarga

• Menunjukan sikap tidak membeda-bedakan perlaku- an dalam keluarga

Hidup rukun dalam kema- jemukan ke- luarga

68

Page 69: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

3. Kemampuan me- ngingat peristiwa yang dialami

3.1 Menguraikan peris- tiwa yang pernah di- alami

3.2 Menguraikan peris-

tiwa masa kecil ber- dasarkan cerita orang tua/orang lain

• Menyebutkan peristiwa yg pernah dialami

• Menceritakan peristiwa me nyenangkan yang pernah dialami sendiri

• Menceritakan kembali hal-

hal yang pernah dialami ber dasarkan cerita orang tua/ orang lain

• Menyebutkan peristiwa yg terjadi di lingkungan keluar ga berdasarkan cerita orang tua/orang lain

Peristiwa masa kecil

4. Kemampuan me- njelaskan lingku- ngan rumah sehat

4.1 Menyebutkan fung- si ruang dalam ru- mah

4.2 Membiasakan kera-

pian dan kebersihan rumah

• Mengidentifikasi ruang da- lam rumah

• Menceritakan tentang fung si dari setiap ruang

• Menyebutkan ciri-ciri ru-

mah sehat • Menceritakan perilaku da-

lam menjaga kebersihan ru- mah

Lingkungan rumah

5. Kemampuan me- mahami kegiatan jual beli

5.1 Menyebutkan tem- pat kegiatan jual beli

5.2 Menyebutkan jenis

kegiatan jual beli

• Mengidentifikasi warung, toko, dan pasar

• Menyebutkan barang kebu- tuhan sehari-hari

• Menceritakan kegiatan jual

beli • Menyebutkan barang-ba-

rang yang diperjual belikan

Kegiatan jual beli

69

Page 70: Strategi Bel. Meng. IPS

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS II Standar Kompetensi Kemampuan menerapkan hak dan kewajiban, sikap saling menghormati, dan hidup hemat dalam keluarga, serta memelihara lingkungan Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

1. Kemampuan mengetahui hak dan kewajiban anggota keluar- ga di rumah

1.1 Menguraikan hak & kewajiban anggota keluarga di rumah

1.2 Menyadari hak dan

kewajiban anak

• Menyebutkan hak dan ke- wajiban orang tua dan anak

• Menyebutkan hak dan ke- wajiban anggota keluarga lainnya di rumah

• Menceritakan akibat jika

anak tidak melaksanakan kewajibannya dirumah

• menceritakan jika hak anak terabaikan

Hak dan ke- wajiban ang- gota keluarga

2. Kemampuan me- wujudkan sikap saling menghor- mati dalam ling- kungan keluarga

2.1 Mengetahui pen- tingnya sikap saling menghormati dalam kehidupan keluarga

2.2 Menyadari penting-

sikap saling meng- hormati dalam kehi- dupan keluarga

• Menjelaskan pentingnya menghormati orang tua dan anggota keluarga lainnya

• Menceritakan akibat jika tidak saling menghormati dalam kehidupan keluarga

• Memberikan contoh sikap

menghormati orang tua dan anggota keluarga lainnya

• Menceritakan cara meng- hormati orang tua dan ang- gota keluarga lainnya

Saling meng- hormati di lingkungan keluarga

3. Kemampuan membiasakan hi- dup hemat

3.1 Mengetahui pen- tingnya hidup hemat

3.2 Membiasakan hidup

hemat dalam meng- gunakan barang-ba- rang kebutuhan

• Menyebutkan pentingnya hidup hemat

• Memberikan contoh perila- ku hidup hemat

• Menceritakan pelaksanaan hidup hemat (misalnya menghemat air, listrik, pa- kaian, alat tulis, uang)

70

Page 71: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

• Menceritakan pengalaman hidup hemat

4. Kemampuan me- manfaatkan do- kumen keluarga sebagai sumber belajar

4.1 Menemutunjukkan dokumen diri dan keluarganya

4.2 Menceritakan cara

memelihara doku- men dan koleksi ba- rang keluarga

• Menunjukkan dokumen diri dan keluarga

• Menceritakan peristiwa yang terkesan waktu kecil tentang diri dan keluarga- nya melalui dokumen (foto dan akte)

• Menjelaskan pentingnya

memelihara dokumen dan koleksi barang keluarga

• Menceritakan cara memeli- hara dokumen dan koleksi barang keluarga

Dokumen diri dan keluarga

5. Kemampuan me- ndeskripsikan li- ngkungan alam dan buatan di se- kitar rumah

5.1 Menceritakan kea- daan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah

5.2 Menceritakan cara

memelihara lingku- ngan alam di sekitar rumah

• Mengidentifikasi lingkung- an alam dan lingkungan buatan

• Menceritakan keadaan dan buatan di sekitar rumah

• Memberikan contoh cara

memelihara dan menjaga lingkungan alam di sekitar rumah

• Menceritakan pengalaman membersihkan lingkungan di sekitar rumah

Lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah

71

Page 72: Strategi Bel. Meng. IPS

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS III Standar Kompetensi Kemampuan memahami (1) kronologis peristiwa penting dalam keluarga (2) Kedudukan dan peran anggota keluarga (3) Aturan dan kerjasama di lingkungan (4) Kegiatan dalam pemenuhan hak dan kewajiban sebagai individu dalam masyarakat dan (5) Kenampakan lingkungan Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

1. Kemampuan mendeskripsi- kan peristiwa penting secara kronologis da- lam keluarga

1.1 Menemutunjukkan peristiwa penting yang terjadi pada masa lalu dan me- ngurutkannya dalam garis waktu

1.2 Menentukan sikap

dalam rangka mem- perbaiki diri dengan belajar dari pengala- man masa lalu

• Mengumpulkan informasi tentang peristiwa penting masa lalu dalam kehidupan keluarga

• Membuat urutan peristiwa penting dalam keluarga menggunakan garis waktu

• Menceritakan hubungan antar peristiwa secara kro- nologis

• Menceritakan pengaruh pe- ristiwa yang terjadi pada masa lalu terhadap masa kini

• Memberi contoh perilaku yang perlu dipertahankan, diperbaiki dan ditingkatkan berdasarkanpengalaman masa lalu

Peristiwa pen ting dalam keluarga

2. Kemampuan me- ndeskripsikan ke- dudukan dan pe- ran anggota kelu- arga

2.1 Menceritakan kedu- dukan anggota ke- luarga

2.2 Menyadari penting- sikap saling meng- hormati dalam kehi- dupan keluarga

• Menyebutkan kedudukan setiap anggota keluaraga

• Membuat silsilah keluarga • Menjelaskan peran setiap

anggota keluarga • Menjelaskan kecenderugan

perubahan peran dikeluarga misalnya ibu yang bekerja mencari nafkah

Kedudukan dan peran anggota keluarga

72

Page 73: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

• Menceritakan pengalaman siswa dalam melaksanakan perannya dalam keluarga

3. Kemampuan me- ndeskripsikan bentuk-bentuk kerjasama di ling- kungan tetangga

3.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk kerja sama di lingkungan tetangga

3.2 Menguraikan man-

faat kerjasama di lingkungan tetangga

• Mengidentifikasi bentuk- bentuk kerja sama di ling- kungan tetangga (mis. ber- gotong royong membuat rumah, membersihkan ling- kungan, menjaga keamanan lingkungan

• Menjelaskan kerjasama (gotong royong) sebagai ciri khas bangsa Indonesia

• Menceritakan pengalaman

siswa dalam melakukan kerjasama di lingkungan tetangga

• Menyimpulkan manfaat kerja saama di lingkungan tetangga

Kerjasama di lingkungan tetangga

4. 4.1 Mendeskripsikan je- nis aturan sekolah

4.2 Menguraikan Man-

faat aturan sekolah

• Mengidentifikasi aturan- aturan tertulis di sekolah

• Mengidentifikasi aturan- aturan tdak tertulis di seko- lah

• Menjelaskan kegunaan tata tertib sekolah bagi kehidu- pan di sekolah

• Mengidentifikasi perilaku ketaatan dan pelanggaran aturan di sekolah

• menjelskan akibat melang- gar aturan sekolah

• Menyusun tata terib kelas secara bersama-sama

• Mempraktekan tata tertib sekolah

Aturan-atur- an sekolah

73

Page 74: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

5. Kemampuan me- nggunakan uang sesuai dengan kebutuhannya

5.1 Mendeskripsikan manfaat uang dalam memenuhi kebutu- han diri sendiri

5.2 Mendeskripsikan

cara mengelola uang

• Menceritakan berbagai alat tukar mis. barang dan uang

• Menunjukkan jenis uang yang beredar di masyarakat (logam dan kertas)

• Menceritakan kegunaan uang

• Menjelaskan cara mengelo-

la uang dengan baik • Menjelaskan cara mengelo-

la uang dengan baik

Uang

6. Kemampuan me- mahami jenis-je- nis pekerjaan

6.1 Mendeskrisikan je- nis-jenis pekerjaan yang menghasilkan baran dan jasa

6.2 Menguraikan pen-

tingnya semangat kerja untuk kemaju- an masyarakat

• Mengidentifikasi jenis-je- nis pekerjaan di lingkungan tempat siswa yang mengha- silkan barang dan jasa

• Membuat daftar pekerjaan orang tua siswa yg mengha silkan barang dan jasa

• Memberikan alasan orang

harus bekerja • Menjelaskan pentingnya

memiliki semangat bekerja • Memberi contoh ciri-ciri se

mangat bekerja (misalnya kerja keras, disiplin, jujur) yang telah dilakukannya dalam kehidupan sehari- hari

Jenis-jenis pekerjaan

7.Kemampuan me- nyadari hak &ke- wajiban individu sebagai warga ma syarakat

7.1 Memahami hak dan kewajibanindividu sebagai warga ma- syarakat

• Menjelaskan hak dan kewa jiban individu srbagai war- ga masyarakat

• memberi contoh pelaksana- an hak dan kewajiban indi- vidu sebagai warga masya- rakat dalam kehidupan sehari-hari

Hak dan ke- wajiban indi- vidu sebagai warga masya- rakat

74

Page 75: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

7.2 Menghargai hak dan kewajiban individu sebagai warga ma- syarakat

• Memberi contoh akibat jika seorang warga masyarakat tidak mendapatkan hak

• Memberi contoh akibat jika seseorang tidak melaksana- kan kewajiban

8. Kemampuan ber bicara dan berpe- rilaku laku jujur

8.1 Mengetahui penger- tian kejujuran

8.2 Membiasakan berbi

bicara dan berprila- kiu jujur

• Menjelaskan makna kejuju- ran

• Memberikan contoh berbi- cara dan berperilaku jujur berdasarkan pengalaman- nya sendiri

• Menunjukan sikap berprila- ku jujur dalam kehidupan sehari-hari

Kejujuran

9. Kemampuan me- mahami denah & pemanfaatannya

9.1 Menjelaskan letak ruang gedung seko- lah pada denah

9.2 Membuat denah se-

kolah & lingkungan sekitar

• Membuat mata angin • Menggunakan denah seko-

lah untuk mencari suatu obyek tempat dilingkungan sekolah

• Memberi contoh pemanfaa- tan denahdalam kehidupan sehari-hari

• Membuat denah sekolah lengkap dengan rencana penghijauan sekolah

Denah sekolah

10. Kemampuan me- mahami kenampa- kan alam dan pe- lestariannya

10.1 Mendeskripsikan ke- nampakan alam di lingkungan sekitar

10.2 Membiasakan berpri-

laku untuk melestari-kan lingkungan

• Mengidentifikasi kenampak- kan alam dan kenampakan buatan di lingkungan sekitar

• Menjelaskan manfaat kenam- pakan alam dan kenampakan buatan bagi kehidupan

• Menunjukan letak kenampa- kan alam dan kenampakan buatan sesuai dengan arah mata angin

• Memberi contoh cara yang baik dalam memperlakukan lingkungan

• Menjelaskan cara pelestarian lingkungan

Kenampakan alam dan buatan

75

Page 76: Strategi Bel. Meng. IPS

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV Standar Kompetensi

Kemampuan memahami (1) Keragaman suku bangsa dan budaya serta perkembangan teknologi (2) Persebaran sumber daya alam, sosial, dan aktifitas dalam perekonomian (3) sikap kepahlawanan dan patriotisme serta hak dan kewajiban warganegara (4) Pentingnya menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

1. Kemampuan menghargai ke- ragaman suku bangsa dan bu- daya setempat

1.1 Mendeskripsikan ke ragaman suku bang- sa dan budaya ma- syarakat setempat

1.2 Mewujudkan sikap

menghargai keraga- man suku bangsa & budaya di masyarakat

• Menjelaskan pengertian Bhinneka Tunggal Ika

• Menjelaskan pentingnya persatuan dalam keragaman

• Membandingkan bentuk-bentuk keragaman suku bangsa & budaya setempat

• Mengidentifikasi adat/ke- biasaan di masyarakat sete- mpat

• Memberi contoh cara meng

hargai keragaman yang ada di masyarakat setempat

• Menunjukkan sikap mene- rima keragaman suku bang- sa & budaya di masyarakat

Keaneka ra- gaman suku bangsa dan budaya

2. Kemampuan me- nunjukan jenis & persebaran SDA serta pemanfaat- annya untuk kegi- atan ekonomi di lingkungan sete- mpat (kabupaten/ kota, provinsi

2.1 Menguraikan SDA yang ada di lingku- ngan setempat

2.2 Mendeskripsikan

manfaat SDA yang ada di lingkungan setempat

• Mengidentifikasi jenis-je- nis SDA dan kaitannya de- ngan kegiatan ekonomi

• Menggunakan peta setem- pat untuk menunjukkan per sebaran SDA

• Menjelaskan manfaat SDA

yang ada di lingkungan se- tempat

• Menjelaskan perlunya men- jaga kelestarian SDA

Sumber Daya Alam dan ke- giatan ekono- mi

76

Page 77: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

2.3 Menjelaskan hubu- ngan SDA dengan kegiatan ekonomi

• Menjelaskan bentuk-bentuk kegiatan ekonomi di ling- kungannya

• Membuat daftar tentang ke- giatan pemanfaatan SDA se tempat untuk kegiatan eko- nomi

3. Kemampuan me- mahami perkem- bangan teknologi untuk produksi, komunikasi, dan transportasi

3.1 Mendeskripsikan perkembangan tek- nologi produksi

3.2 Mendeskripsikan perkembangan teknologi komunikasi 3.3 Mendeskripsikan perkembangan teknolo- gi transportasi

• Membandingkan jenis-jenis teknologi untuk berproduk- si yang digunakan masya- rakat pada masa lalu dan masa kini

• Membuat diagram alur ten tang proses produksi dari kekayaan alam yang terse- dia

• Memberikan contoh bahan baku yang dapat diolah menjadi beberapa barang produksi

• Membandingkan alat-alat

teknologi komunikasi yang digunakan masyarakat sete- mpat pada masa lalu dan masa kini

• Menunjukan cara-cara pe- nggunaan alat teknologi komunikasi pada masa lalu dan masa kini

• Membandingkan jenis-je-

nis teknologi transportasi pada masa lalu dan masa kini

• Menceritakan pengalaman menggunakan teknologi tranportasi

Perkembang- an teknologi untuk pro- duksi, komu- nikasi dan transportasi

77

Page 78: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

4. Kemampuan me- ndeskripsikan akti- fitas jual beli di pasar setempat

4.1 Menceritakan akti- vitas jual beli di pa- sar setempat

4.2 Melaporkan hasil

kunjungan ke pasar setempat

• Mengidentifikasi jenis pa- sar dan barang yang diper- jual belikan

• Memperagakan proses ter- jadinya transaksi di pasar

• Menjelaskan cara bersaing secara sehat dalam jual be- li barang

• Menulis laporan singkat

hasil pengamatan tentang berbagai kegiatan di pasar

• Membuat denah pasar setempat

Pasar

5. Kemampuan me- wujudkan sikap kepahlawanan & patriotisme dalam lingkungannya

5.1 Mendeskripsikan pentingnya sikap ke-pahlawanan dan pat- riotisme dalam kehi- dupan sehari-hari

5.2 Membiasakan ber-

jiwa besar dalam kehidupan sehari- hari

• Menjelaskan pentingynya memiliki sikap kepahlawa- nan dan patriotisme

• Memberi contoh rela ber- korban dalam kehidupan sehari-hari

• Menunjukan sikap positif terhadap para pahlawan da- lam membela bangsa dan negara

• Menghargai para pahlawan

bangsa dengan mengingat jasa-jasa mereka

• Memberi contoh bersedia menerima kekalahan dan kemenangan dengan jiwa besar

• Bersedia meminta dan memberi maaf

Kepahlawa- nan dan pat- riotisme

78

Page 79: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

6. Kemampuan me- mahami hak dan kewajiban warga negara

6.1 Mendeskripsikan hak dan kewajiban warganegara

6.2 Menghargai hak dan

kewajiban wargane- gara

• Menjelaskan hak dan kewa- jiban warganegara

• Membuat daftar hak dan kewajiban warganegara ter hadap pemerintah

• Memberi contoh akibat bila warganegara tidak melaksa nakan kewajibannya

• Memberikan contoh akibat jika warganegar tidak mem peroleh haknya

Hak dan ke- wajiban war- ganegara

7. Kemampuan me- nghayati budaya luhur bangsa Indonesia

7.1 Mendeskripsikan pentingnya Pancasi- la sebagai dasar ne- gara dan budaya lu- hur bangsa

7.2 Membiasakan me-

laksanakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan se- hari-hari

• Menjelaskan secara singkat lahirnya Pancasila

• Menceritakan kedudukan Pancasila sebagai dasar ne- gara

• Menunjukan kedudukan Pancasila sebagai budaya bangsa

• Melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari

• Menunjukan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila

Nilai-nilai Pancasila

8. Kemampuan me- mahami hubung- an kenampakan alam, sosial dan budaya dengan gejalanya

8.1 Mendeskripsikan kenampakan alam, sosial dan budaya di kabupaten/kota dan provinsi setempat

8.2 Mendeskripsikan hu

bungan kenampakan alamsosial & budaya dengan gejalanya di kabupaten/kota dan provinsi setempat

• Mengidentifikasi ciri-ciri dan manfaat kenampakan alam, serta ciri-ciri sosial & budaya di kabupaten/kota dan provinsi

• Mengidentifikasi peristiwa- peristiwa alam (mis. gempa bumi,banjir,letusan gunung api, angin topan)

• Mengidentifikasi peristiwa- peristiwa alam ( gempa bu-mi, banjir, letusan gunung api, angin topan) & penga- ruhnya terhadap kehidupan sosial di kabupaten/kota

Kenampakan alam dan keragaman lingkungan

79

Page 80: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

dan provinsi setempat • Mengidentifikasi pola peri-

laku anggota masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa alam di lingkung- an setempat

• Membuat laporan perjala- nan/wisata antar kota keca- matan dalam wilayah kabu- paten/kota dan provinsi se- tempat

9 Kemampuan me- nghargai berbagai peninggalan di lingkungan setem pat (kabupaten/ kota, provinsi)

9.1 Mendeskripsikan berbagai bentuk pe- ninggalan sejarah di lingkungan setempat

9.2Menceritakan jenis-

jenis peninggalan sejarah

9.3 Menjaga kelestari- an peninggalan sejarah

• Mencatat peninggalan-pe- ninggalan sejarah di ling- kungan setempat

• Mengumpulkan informasi tentang asal usul nama sua- tu tempat dari berbagai sumber

• Mengklasifikasi jenis-jenis peninggalan bersejarah di lingkungan setempat

• Menceritakan peninggalan sejarah yang ada di lingku- ngan setempat

• Mengidentifikasi ciri-ciri peninggalan sejarah di lingkungan setempat

• Menjelaskan cara menjaga kelestarian peninggalan se- jarah

• Menjelaskan manfaat men- jaga kelestarian peningga- lan sejarah

Peninggalan sejarah

10. Kemampuan menggambar peta lingkungan sete- mpat (kabupaten/ kota, provinsi

10.1 Menggambar peta kabupaten/kota, dan provinsi

• Menggambar peta desa/ke- lurahan/kecamatan/kabupa ten/kota dengan menggu- nakan simbol dan tema ter- tentu

• Menggambar peta provinsi dengan menggunakan sim-

Peta dan komponen- nya

80

Page 81: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

10.2 Menggunakan ska- la untuk mengukur jarak tempat

bol dan tema tertentu • Menghitung jarak tempat

dengan menggunakan skala peta

• Memperbesar dan memper- kecil peta dengan bantuan garis-garis koordinat

81

Page 82: Strategi Bel. Meng. IPS

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V Standar Kompetensi

Kemampuan memahami (1) Keragaman kenampakan alam, sosial, dan kegiatan ekonomi di Indonesia (2) Perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu-Budha, Islam, sampai kemerdekaan; dan (3) Wawasan Nusantara, penduduk dan pemerintahan serta kerja keras pra tokoh kemerdekaan. Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

1.1 Kemampuan menghargai ke- ragaman suku bangsa dan bu- daya di Indone- sia

1.1Mendeskripsikan ke- ragaman suku bang- sa di Indonesia

1.2 Mendeskripsikan ke

anekaragaman buda- ya di Indonesia

• Menemutunjukkan pada pe ta persebaran daerah asal suku bangsa di Indonesia

• Mengembangkan sikap menghormati keragaman su ku bangsa

• Mengidentifikasi keraga- man budaya yang terdapat di Indonesia

Keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia

2. Kemampuan me- mahami keadaan penduduk dan pe- merintahan di Indonesia

2.1 Mengidentifikasi keadaan penduduk di Indonesia

2.2 Mendeskripsikan pe

ran dan tanggung ja- wab pemerintah

• Menjelaskan perkembang- an jumlah, penggolongan, peebaran dan kepadatan pe- nduduk Indonesia

• Menginterpretasi berbagai grafik penduduk

• Menjelaskan permasalahan penduduk Indonesia

• Mengidentifikasi bentuk, se bab dan akibat perpindahan penduduk yang terjadi di Indonesia

• Menguraikan pengertian pemerintah: pemerintah dae rah dan pemerintah pusat

• Menjelaskan sistem pemerintahan demokrasi

• Memberi contoh tugas dan tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat

Penduduk & sistem peme- rintahan di Indonesia

82

Page 83: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

3. Kemampuan hi- dup berwawa- san nusantara

3.1Mendeskripsikan pe- pentingnya wawasan nusantara

3.2 Menganalisis pera-

nan budaya daerah Indonesia

• Menjelaskan pentingnya wawasa nusantara untuk mempersatukan wilayah NKRI

• Menceritakan berbagai per- bedaan dalam ikatan persa- tuan Indonesia

• Menunjukan keberagaman dan keunikan setiap daerah

• Menunjukan sikap positif terhadap pentingnya buda- ya daerah untuk memper- kuat persatuan bangsa

• Menceritakan pengalaman- nya ketika menampilkan budaya daerah

Wawasan Nusantara

4. Kemampuan me- mahami kegiatan ekonomi di Indonesia

4.1 Menguraikan jenis- jenis usaha dalam bidang ekonomi

4.2 Mendeskripsikan ke

giatan ekonomi di Indonesia

• Menyebutkan jenis usaha perekonomian dalam ma- syarakat

• Memberikan contoh usaha yang dikelola sendiri dan kelompok

• Memberi contoh kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi di Indonesia

• Membuat laporan hasil ku- njungan ke salah satu pro- dusen

Kegiatan Ekonomi

5. Kemampuan me- ndeskripsikan ke- rajaan dan pening galan Hindu-Bu- dha dan Islam di Indonesia

5.1 Menguraikan kera- jaan dan peningga- lan Hindu di Indonesia

• Menyusun daftar pening- galan-peninggalan sejarah bercorak Hindu yang ada di Indonesia

• Menceritakan peninggalan sejarah bercorak Hindu yang ada di Indonesia

• Menceritakan peninggalan sejarah bercorak Hindu (miisalnya :candi, tradisi agama) di berbagai daerah Indonesia

Kerjaan Hin- du, Budha dan Islam di Indonesia

83

Page 84: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

5.2Menguraikan kera-

jaan dan peninggal- an Budha di Indo- nesia

5.3 Menguraikan kera-

jaan dan peningga- lan Islam di Indone- sia

• Menceritakan kejayaan Ma japahit dan peranan Gajah Mada dalam upaya menya- tukan Nusantara

• Mengidentifikasi peningga- lan sejarah yang bercorak Budha (mis. Stupa Borobu- dur, tradisi agama) berba- gai daerah di Indonesia

• Menceritakan Sriwijaya se- bagai kerajaan Maritim dan pusat penyebaran agama Budha

• Mengidentifikasi peningga- lan sejara yang bercorak Islam di Indonesia

• Menceritakan peninggalan sejarah yang bercorak Is- lam (mis. Masjid, pesantren tradisi agama)

• Menceritakan tokoh-tokoh kerajaan Islam di berbagai daerah di Indonesia

6. Kemampuan me- mahami perjua- ngan para tokoh dalam melawan penjajah dan to- koh pergerakan nasional di Indo- nesia

6.1 Mendeskrpsiikan penjajahan Belanda di Indonesia

6.2 Mendeskripsikan

pendudukkan Je- pang di Indonesia

• Menceritakan sebab jatuh- nya daerah-daerah Nusan- tara ke dalam kekuasaan pe merintah Belanda

• Menjelaskan sistem kerja paksa dan penarikan pajak yang memberatkan rakyat

• Menceritaka perjuangan para tokoh daerah dalam upaya mengusir penjajah Belanda

• Menceritakan pendudukan Jepang di Indonesia

• Menceritakan sebab & aki- bat pengerahan tenaga Ro- musha oleh Jepang terha- dap penduduk Indonesia

Perjuangan melawan penjajahan dan Pergera- kan Nasional Indonesia

84

Page 85: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

6.3 Mengidentifikasi tokoh-tokoh penting pergerakan nasional dan tokoh-tokoh pejuang setempat

6.4 Mengidentifikasi pe

ranan Sumpah Pe- muda 28 Oktober 1928 dalam memper satukan Indonesia

5.4

• Membuat ringkasan riwa- yat hidup tokoh-tokoh penting pergerakan nasio- nal (mis. R.A Kartini, Dewi Sartika, Ki Hajar Dewanto- ro, Douwes Dekker

• Membuat laporan tentang tokoh pejuang yang ada di provinsinya

• Menceritakan peristiwa Sumpah Pemuda

• Menceritakan peranan masing-masing tokoh da- lam peristiwa Sumpah Pe- muda 28 Oktober 1928

• Menceritakan peranan Sum pah Pemuda 28 Oktober 1928 dalam mempersatu- kan Indonesia.

7. Kemampuan me- mahami kerja ke- ras para tokoh da- lam mempersiap- kan kemerdekaan

7.1 Mendeskrpsiikan kerja keras para to- koh selama masa persiapan kemerde- kaan dan proses pe- rumusan dasar nega- ra

7.2 Menghargai jasa to- koh dalam memper- siapkan kemerde- kaan

• Menjelaskan beberapa usa- ha dalam rangka memper- siapkan kemerdekaan

• Menjelaskan perlunya pe- rumusan dasar negara sebe- lum kemerdekaan

• Mengidentifikasi beberapa

tokoh dalam mempersiap- kan kemerdekaan

• Menunjukan sikap menghar gai jasa pera tokoh dalam mempersiapkan kemerde- kaan

Persiapan ke- merdekaan Indonesia & perumusan dasar negara

8. Kemampuan me- mahami keraga- man kenampakan alam dan hutan di Indonesia

8.1 Mendeskripsikan ke ragaman kenampak- kan alam di Indone- sia

• Menggambar peta Indone- sia dengan menggunakan simbol

• Mengidentifikasi ciri-ciri kenampakan alam wilayah Indonesia

Kenampakan alam dan hu- tan Indonesia

85

Page 86: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

8.2 Mendeskripsikan

kenampakan buatan di wilayah Indonesia

• Menemutunjukan pada peta persebaran flora dan fauna di berbagai wilayah Indo- nesia

• Menjelaskan perubahan cuaca/iklim dan dampak- nya terhadap aktivitas ma- syarakat Indonesia

• Mengidentifikasi kenampa- kan buatan di wilayah Indonesia

• Menjelaskan keuntungan & kerugian pembangunan ke- nampakan buatan (waduk, pelabuhan, kawasan indus- tri, perkebunan) bagi ma- syarakat

9. Kemampuan me- mahami perubah- an wilayah di Indonesia

9.1 Mendeskripsikan pe rubahan wilayah pro vinsi di Indonesia

9.2 Mendeskripsikan pe

rubahan wilayah laut teritorial Indonesia

• Menceritakan perkembang- an jumlah provinsi-provinsi di Indonesia

• Menemutunjukkan letak & nama provinsi-provinsi di Indonesia

• Menceritakan perubahan wi layah laut teritorial Indo.

• Menemutunjukan pada pe- ta wilayah laut teritorial Indonesia

• Memberi contoh usaha-usaha dalam upaya pelesta- rian laut di Indonesia

Perubahan wilayah di Indonesia

10. Kemampuan menggunakan pe- ta/atlas/globe dan media lainnya un- tuk mencari infor masi keruangan

10.1 Menemutunjukan informasi keruangan melalui peta/atlas/ lobe

10.2 Menemutunjukan

letak gejala alam dari berbagai media

• Menjelaskan pembagian wilayah waktu di Indonesia

• Mengidentifikasi kenam- pakkan alam utama di wila- yah Indonesia melalui peta/ atlas/globe

• Mengidentifikasi gejala alam mutakhir dari berba- gai media

Persebaran gejala alam

86

Page 87: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

• Menjelaskan letak pada peta/atlas/globe tentang gejala alam mutakhir

87

Page 88: Strategi Bel. Meng. IPS

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL KELAS VI Standar Kompetensi

Kemampuan memahami (1) Peran masyarakat sebagai potensi bangsa dalam mempertahan- kan kemerdekaan (2) Kegiatan ekonomi negara Indonesia dan negara tetangga (3) Kenam- pakkan alam dunia, (4) Kedudukan masyarakat sebagai potensi bangsa dalam pelaksanaan HAM dan nilai-nilai Pancasila Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

1Kemampuan menganalisis bentuk-bentuk perilaku yang mu ncul sebagai dampak globalisasi

1.1Menguraikan dampak globalisasi

1.2 Menguraikan latar

belakang berdirinya perusahaan asing di Indonesia

• Menjelaskan terjadinya glo balisasi dalam kehidupan masyarakat

• Membuat daftar perubahan perilaku masyarakat setem- pat sebagai dampak globa- lisasi (mis. gaya hidup, ma- kanan, pakaian,komunikasi, perjalanan, nilai-nilai dan tradisi)

• Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi

• Menjelaskan beberapa ala- san beroperasinya perusa- haan asing di Indonesia (seperti: besarnya konsu- men, murahnya tenaga ker- ja, dan lain-lain

• Memberikan contoh keun- tungan beroperasinya peru- sahaan asing di Indonesia

Dampak glo- balisasi

2. Kemampuan me- nganalisis peris- tiwa di sekitar proklamasi

2.1 Menguraikan persia pan sampai dengan detik-detik prokla- masi

• Menceritakan peristiwa- peristiwa penting yang ter- jadi di sekitar proklamasi peristiwa Rengsdengklok, penyusunan teks proklama- si, detik-detik proklamasi kemerdekaan)

Peristiwa se- kitar prokla- masi

88

Page 89: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

2.2 Mendeskripsikan

tokoh-tokoh penting yang berperan dalam peristiwa proklamasi

• Menjelaskan peranan BPUPKI dan PPKI dalam perumusan dasar negara & UUD 1945

• Membuat garis waktu ten- tang tahapan peristiwa men jelang proklamasi

• Membuat riwayat singkat/

ringkasan tentang tokoh- tokoh penting dalam peris- tiwa proklamasi (mis. Soe- karno, Moh. Hatta, A.Soe- bardjo, Fatmawati)

• Memberikan contoh cara menghargai jasa tokoh-to- koh kemerdekaan

3. Kemampuan me- ngenal dan meng- hargai perjuangan para para tokoh dalam memperta- hankan kemerde- kaan

3.1 Mengenal perjuang an bangsa Indonesia dalam mempertahan kan kemerdekaan

3.2 Menghargai jasa pa-

ra tokoh dalam me- mpertahankan ke- merdekaan

• Menceritakan peristiwa 10 Novemb. 1945 di Surabaya

• Membuat Laporan tentang peristiwa-peristiwa dalam rangka mempertahankan ke merdekaan di daerah ma- sing-masing berdasarkan hasil wawancara atau hasil membaca kepustakaan

• Menceritakan agresi militer Belanda terhadap RI

• Menceritakan pengakuan

kedaulatan Indonesia oleh Belanda.

• Menceritakan peranan bebe rapa tokoh dalam memper- tahankan kemerdekaan,mis: Ir.Soekarno, Dr.Moh.Hatta, Sultan Hamengkubuwono IX, dan Bung Tomo

Perjuangan mempertahankan kemerdekaan

89

Page 90: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

4. Kemampuan me- mahami kedudukan masyarakat sebagai potensi bangsa

4.1 Mendeskripsikan kedudukan masyara- kat sebagai potensi mempersatukan bangsa

4.2 Menghargai pera-

nan pemuka masya- rakat dalam menye- lesaikan masalah

• Mengidentifikasi sumber- sumber potensi bangsa

• Menganalisis usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi bangsa

• Menguraikan peranan ma- syarakat dalam mempersa- tukan bangsa dan negar

• Menjelaskan peranan pemu

ka masyarakat dalam me- nyelesaikan masalah di lingkungannya

• Mengidentifikasi bentuk partisipasi masyarakat da- lam dalam memajjukan li- ngkungannya

• Mendeskripsikan bentuk- bentuk penyelesaian masala dimasyarakat yang dilaku- kan secara jujur & terbuka

Masyarakat sebagai pote- nsi bangsa

5. Kemampuan me- mahami penera- pan nilai-nilai Pancasila

5.1 Mendeskripsikan usulan perubahan pia- gam Jakarta menjadi UUD 1945 5.2 Menguraikan cara

menghargai penda- pat orang lain

• Menceritakan para tokoh yang mengusulkan peruba- han piagam Jakarta menja- di Pembukaan UUD 1945

• Menganalisis usulan peru- bahan Piagam Jakarta men- jadi Pembukaan UUD 1945 sebagai keputusan bersama

• Menunjukan cara meneri-

hasil keputusan bersama se perti PPKI menerima peru- bahan Piagam Jakarta seba- gai keputusan bersama

• Melaksanakan hasil keputu san bersama dengan ikhlas dalam kehidupan sehari- hari

Penerapan nilai-nilai Pancasila

90

Page 91: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

6. Kemampuan me- mahami pentingnya koperasi dalam per- ekonomian Indone- sia

6.1 Mendeskripsikan pentingnya koperasi dalam melayani eko- nomi rakyat

6.2 Mendeskripsikan

barang/jasa yang dieks por & diimpor

• Menjelaskan tujuan dan manfaat koperasi

• Menceritakan pentingnya usaha bersama melalui ko- perasi

• Memberikan contoh berba- gai jenis koperasi

• Menceritakan salah satu kegiatan koperasi di ling- kungannya

• Menemutunjukan jenis ba- rang/jasa yang diekspor & diimpor oleh Indonesia

• Menjelaskan bentuk- ben- tuk kegiatan pertukaran ba rang & jasa antara Indone- sia dengan luar negri

• Menemutunjukan manfaat adanya pertukaran barang dan jasa

Koperasi da- lam pereko- nomian Indo- nesia & pertu karan barang/ jasa antar ne- gara

7. Kemampuan me- mahami gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara teta- ngga

7.1 Membandingkan gejala alam negara Indonesia dengan negara-negara teta- ngga

7.2 Mendeskripsikan ge

jala sosial Indonesia dan negara-negara tetangga

• Menemutunjukan pada peta letak dan nama negara-negara tetangga Indonesia

• membandingkan ciri-ciri ge jala alam Indonesia dengan negara tetangga

• Membandingkan ciri-ciri gejala sosial di Indonesia dengan negara tetangga

• memberikan contoh sikap waspada terhadap gejala so sial di Indonesia

Gejala (feno- mena) alam dan sosial Indonesia dan negara teta- ngga

8. Kemampuan me- nggeneralisasi ke nampakan alam dunia melalui ka- jian peta

8.1 Mendeskripsikan ciri-ciri utama ke- nampakan alam du- nia

• Menunjukan pada peta na- ma dan letak benua, samu- dra, ciri khas beberapa ne- gara besardi setiap benua

• Mengidentifikasi ciri-ciri u- tamakenampakan alam & kenampakan buatan dunia yang terkenal

Kenampakan alam dunia

91

Page 92: Strategi Bel. Meng. IPS

Kompetensi Dasar Hasi Belajar Indikator Materi Pokok

8.2 Mendeskripsikan perkembangan nega- ra dunia

• Menceritakan perkembang- an negara-negara di setiap benua

• Menggambarkan peta be- nua dan dunia

9. Kemampuan me- mahami pelaksa- naan hak azasi manusia dalam masyarakat

9.1 Mendeskrikan hak azasi manusia

9.2 Mendeskripsikan

pelaksanaan hak azasi manusia

• Menjelaskan pengertian hak azasi manusia di Indo- nesia

• Menjelaskan pasal yang berkaitan dengan hak anak mendapatkan untuk mem- peroleh pendidikan dan pe- ngajaran dalam UUD 1945

• Menjelaskan pelaksanaan

hak memperoleh pendidi- kan dan pengajaran di Indonesia

• Menceritakan cita-cita anak setelah mendapatkan pen- didikan dan pengajaran

Hak Azasi Manusia

92

Page 93: Strategi Bel. Meng. IPS

BAB VI

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) 2004

PEDOMAN PENGEMBANGAN SILABUS

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemmberlakuan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam pe- nyelenggaraan pendidikan. Hal ini diikuti dengan perubahan pengelolaan pendidi- kan dari bersifat sentralistik ke desentralistik. Berdasarkan PP No. 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom, dalam Bidang Pendidikan dan Kebudayaan.

Pemberlakuan otonomi daerah memberikan implikasi pada penyelenggaraan peme- rintahan dan pendidikan termasuk pada pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Pe- merintah dalam hal ini Depdiknas bertugas menetapkan kerangka dasar kurikulum anta- ra lain meliputi : standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pkok. dan indikator hasil belajar yang dituangkan dalam dokumen yang disebut dengan kurikulum 2004. Pemerintah daerah dan sekolah berkewajiban mengembangkan kerangka dasar kurikulum ter- sebut menjadi silabus yang lebih operasional.

Dengan berlakunya kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi maka perlu disusun suatu pedoman perencanaan pembelajaran di sekolah dalam bentuk sila- bus. Hal ini di-maksudkan untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif. Profil pembelajaran yang efektif senantiasa didasari oleh prinsip relevansi, konsistensi, kompetensi yang harus dikuasai siswa, materi yang harus dipelajari, alokasi waktu dan sumber bahan yang tersedia.

B. Pengertian

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembela- jaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus berisikan komponen pokok yang dapat menjawab permasalahan berikut :

• Kompetensi apa yang akan dikembangkan siswa ? • Bagaimana cara mengembangkannya ? • Bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dicapai

siswa ? C. Landasan Pengembangan Silabus

Pengembangan silabus didasari alur berpikir : • Tujuan Pendidikan Nasional adalah menghasilkan lulusan yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mengem-

93

Page 94: Strategi Bel. Meng. IPS

bangkan potenai peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang ber- tanggung jawab dan demokratis; dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

• Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu jenjang tertentu.

• Kompetensi lintas kurikulum merupakan pernyataan tentang pengetahu- an, ketrampilan , sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat dan ketramilan hidup yang harus dimiliki. Hasil belajar dari kompetensi lintas kurikulum ini perlu dicapai melalui pembelajaran-pembelajaran dari semua rumpun pelajaran.

• Kompetensi rumpun pelajaran merupakan pernyataan tentang pengetahu- an, ketrampilan sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang seharusnya dicapai setelah siswa menyelesai- kan rumpun pelajaran tertentu.

• Kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan ber- pikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang selajutnya dijabarkan ke dalam kompetensi tamatan, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun dan kompetensi dasar diperlukan sebuah perencanaan pembelajaran yang selajutnya disebut “silabus”

II. KOMPONEN DAN FORMAT SILABUS

A. Komponen Silabus

Silabus merupakan seperangkat rencana pembelajaran beserta penilaiaannya. Oleh karena itu, silabus harus disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi Dasar. Beberapa komponen silabus minimal yang dapat membantu dan memandu para guru dalam me- ngelola pembelajaran, antara lain : 1. Kompetensi dasar

Penempatan Kompetensi Dasar dalam silabus sangat disarankan, hal ini bergu- na untuk mengingatkan para guru seberapa jauh tuntutan target kompetensi yang harus dicapainya.

2. Hasil Belajar Hasil belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahap- an pencapaian pengalaman belajar dalam satu Kompetensi Dasar.

94

Page 95: Strategi Bel. Meng. IPS

3. Indikator Indikator merupakan Kompetensi Dasar yang lebih spesifik. Apabila serang- kaian indikator dalam satu Kompetensi Dasar sudah tercapai, berarti target Kompetensi Dasar tersebut sudah terpenuhi.

4. Pengalaman Belajar Pengalaman belajar adalah kegiatan fisik dan mental yang harus dilakukan ole siswa untuk mencapai hasil belajar tertentu. Pengalaman belajar merupakan ganbaran mengenai kegiatan/perbuatan siswa, pembiasaan kecakapan hidup suasana hati siswa, suasana kelas, dinamika kelompok dan model interaksinya.

5. Alokasi Waktu Untuk merencanakan pembelajaran, alokasi waktu yang diperlukan untuk mem pelajari suatu Kompetensi Dasar perlu ditentukan. Penentuan alokasi waktu ini tergantung pada jenis dan bentuk pengalaman belajar, keluasan dan kedalaman materi, serta tingkat kepentingannya dengan keadaan dan kebutuhan setempat.

6. Sarana dan Sumber Belajar Dalam proses belajar sarana dan sumber belajar sangat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Yang dimaksud dengan sarana pelajaran dalam uraian ini lebih ditekankan pada sarana dalam arti media/alat peraga; sedang- kan sumber belajar mengacu pada barang cetak seperti : buku, brosur, majalah, koran, poster, lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto dan lingkungan sekitar (lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya).

7. Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan mentafsirkan data tentang proses dan hasil belajar yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengam- bilan keputusan. Penilaian harus mengacu pada kompetensi yang tertuang dalam silabus.

B. Format Silabus

Dalam menyajikan silabus ada beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian, yaitu : aspek keterbacaan, keterkaitan antar komponen, dan kepraktisan penggunaannya. Silabus harus mudah dibaca dan dipahami, baik oleh guru yang mengembangkannya maupun oleh guru lain yang akan menggunakannya. Format silabus tidak dibakukan, guru bebas menentukan format mana yang akan digunakannya. Berikut contoh format silabus yang disajikan dalam bentuk matrik.

Standar Kompetensi : (tertera dalam kurikulum/GBPP setiap mata pelajaran)

No Kompetensi Dasar

Hasil Belajar Indikator Pengalaman Belajar

Alokasi Waktu (Jam Pelajaran)

Sumber/alat/ Bahan Belajar

Penilaian

Gambar 1. Komponen Silabus

95

Page 96: Strategi Bel. Meng. IPS

Pengembangan rencana perlu memperhatikan kompetensi dasar yang akan dijabar- kan. Untuk mengetahui keluasan atau cakupan Kemampuan Dasar dapat digunakan jaringan topik/tema/konsep. Kompetensi Dasar yang terlalu luas/dalam cakupan ma- terinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu pembelajaran. Sedangkan kompetensi dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat dijabarkan ke dalam satu pembelajaran.

III. PENGEMBANGAN SILABUS DAN PROGRAM PEMBELAJARAN

Pengembangan Standar Kompetensi suatu mata pelajaran ke dalam silabus dilaku- kan melalui kegiatan : (1) Pengembangan Program Semester (2) Pengembangan Silabus (3) Pengembangan Rencana Pembelajaran

Kurikulum (standar Kompetensi Mata

Pelajaran

Program Semester

Kompetensi Dasar/Hasil

Belajar/Indikator

Kegiatan Pembelajaran

Silabus Rencana

Pembelajaran

Gambar 2. Pengembangan Kurikulum ke dalam Program Pembelajaran A. Pengembangan Program Semester

Program semester dibuat untuk memetakan Kompetensi Dasar (beserta aspek- nya kalau ada), Hasil Belajar, dan Indikator perminggu untuk satu semester terma- suk alokasi jumlah jam pelajaran. Beberapa prinsip dalam Program Semester : 1. Program semester dibuat berdasarkan Analisis Kompetensi Dasar yang meru-

pakan pemetaan Kompetensi Dasar, Hasil Belajar dan Indikator per semester untuk selama satu tahun beserta alokasi waktunya.

96

Page 97: Strategi Bel. Meng. IPS

2. Alokasi waktu pada Program Semester dinyatakan dengan jumlah jam pelajar- an untuk setiap hasil belajar. Pada kasus tertentu, alokasi waktu dapat ditentu- kan untuk setiap indikator.

3. Alokasi waktu pada Program Semester memperhitungkan jumlah efektif sebanyak 17 minggu (34 minggu dalam satu tahun) dan kegiatan tengah semes- ter selama satu minggu.

4. Penentuan alokasi waktu untuk setiap hasil belajar atau indikator memperhi- tungkan jenis dan bentuk Pengalaman Belajar dan keluasan serta kedalaman materi.

B. Langkah-langkah Pengembangan Silabus

(1) Langkah-langkah Pengembangan Silabus Tematik Langkah awal pengembangan silabus pembelajaran tematik adalah: 1. Pengidentifikasian Kompetensi Dasar pada kalas dan semester yang sama

dari setiap mata pelajaran 2. Penentuan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi terse-

but untuk setiap kelas dan semester. 3. Pembuatan “Matriks Hubungan Kompetensi Dasardengan Tema”. Dalam

langkah ini penyusun memperkirakan dan menentukan kompetensi-kom- petensi dasar pada sebuah mata pelajaran cocok dikembangkan dengan tema tertentu. Langkah ini dilakukan untuk semua mata pelajaran. Perhatikan contoh !

4. Pemetaan pembelajaran tematis. Pemetaan ini dapat dibuat dalam bentuk matrik atau jaringan topik. Dalam pemetaan ini akan terlihat kaitan antara tema dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.

5. Pengembangan silabus berdasarkan matriks/jaringan topik pembelajaran tematis, dengan mengikuti langkah pengembangan silabus mata pelajaran

Catatan : a. Silabus disusun sesuai dengan format silabus mata pelajaran b. Dalam menyusun silabus, ciptakan berbagai kegiatan yang sesuai dengan

kom- petensi dan tema. Kegiatan-kegiatan itu misalnya : * mengadakan kunjungan ke pertanian, pasar, warung, pabrik

* membawa narasumber ke sekolah, misalnya polisi, dokter, pak pos, tukang sayur, dan lain-lain

* memanfaatkan ceritra dalam buku atau majalah anak-anak c. Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam

pembelajaran tematisdibuatkan silabus tersendiri. (2) Langkah-langkah Pengembangan Silabus Mata Pelajaran

1. Identifikasi (sekolah, mata pelajaran, kelas, dan semester) 2. Pengurutan standar kompetensi dan kompetensi dasar (berdasarkan struk-

tur keilmuan dan kompetensi lulusan; diurutkan dan disebarkan secara sistematis)

97

Page 98: Strategi Bel. Meng. IPS

3. Penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator (ukuran ketercapaian hasil belajar

4. Penentuan materi pokok dan uraiannya/jabarannya a. Menggunakan pendekatan prosedural, hirarhis, konkret-abstrak,

tematik b. Prinsip relevansi, konsistensi, adekuasi/kecukupan

5. Pemilihan pengalaman belajar (pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar, termasuk kecakapan hidup)

6. Penjabaran indikator ke dalam instrumen penilaian * jenis tagihan: kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok, tugas

individu, tugas kelompok, responsi/ujian praktek, laporan kerja praktek. * Instrumen penilaian : tes uraian, tes obyektif, tes performansi, portofolio

7. Penentuan alokasi waktu. Prinsip dasarnya : * Jenis dan bentuk pengalaman belajar, * kesukaran materi, * cakupan materi * frekuensi penggunaan materi, dan * tingkat pentingnya materi.

8. Penentuan sumber/bahan/alat yang digunakan dalam pembelajaran.

Identifikasi Pengurutan KD

Penjabaran KD menjadi Indikator

Pemilihan Pengalaman

Belajar

Penentuan Instrumen Penilaian

Penentuan Materi

Penentuan Alkokasi Waktu

Penentuan Sumber/Sarana

Gambar 3. Langkah-langkah pengembangan Silabus

98

Page 99: Strategi Bel. Meng. IPS

C. Langkah-langkah Penegembangan Rencana Pembelajaran

Rencana Pembelajaran merupakan jabaran lebih lanjut dari silabus yang disu- sun berdasarkan Hasil Belajar. Sebagai penjabaran Silabus, Rencana Pembelajaran haruslah lebih operasional. Sebuah Rencana Pembelajaran dapat berisi beberapa kali pertemuan. Jumlah pertemuan dalam dalah sebuah rencana pembelajaran dida- sarkan pada keutuhan hasil belajaryang akan dicapai. Sebuah Rencana Pembela- jaran mungkin terdiri atas 4 atau 8 pertemuan , dan sebuah pertemuan dapat terdiri atas 1 sampai 3 jam pelajaran.

Komponen-komponen yang terdapat dalam Rencana Pembelajaran meliputi : (1) Identitas Rencana Pembelajaran, (2) Kompetensi Dasar/Hasil Belajar/ Indika- tor, (3) Langkah pembelajaran, (4) Sumber/Media/Bahan, (5) Penilaian, dan (6) Identitas Penyusun. Penjelasan terhadap komponen rencana pembelajaran adalah sebagai berikut :

Identitas Rencana Pembelajaran

Tiga hal yang harus dicantumkan pada identitas Rencana Pembelajaran, yakni • Mata Pelajaran (untuk kelas III s.d. kelas VI) atau Tema (untuk kelas 1

dan 2 yang menggunakan pendekatan tematik) • Kelas/Semester (kelas ditulis dengan angka Romawi, semester ditulis

dengan angka Arab • Alokasi waktu (ditulis jumlah jam pelajaran dan jumlah pertemuan)

(Contoh penulisan Identitas Rencana Pembelajaran dapat diperiksa di lampiran).

Kompetensi Dasar/Hasil Belajar/Indikator/Tema

Sebagai jabaran dari silabus, Rencana Pembelajaran akan merujuk pada Kompetensi Dasar, Hasil Belajar, atau Indikator. Suatu Rencana Pembelajaran mu- ngkin cukup hanya menyebutkan hasil belajarnya saja, tanpa harus menyebutkan Kompetensi Belajar dan Indikatornya. Namun demikian, Penyusus Rencana Pem- belajaran mungkin memandang perlu untuk mencantumkan Kompetensi Dasar atau Indikatornya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman. Khusus untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, pencantuman tema dipandang perlu dilakukan, sebab pencantuman tema dimaksudkan untuk mengikat keempat jenis kemahiran berbahasa.

Langkah Pembelajaran

Langkah pembelajaran berisi gambaran umum kegiatan pembelajaranyang akan di- lakukan dalam setiap pertemuan. Setiap pertemuan dalam rencana pembelajaran berisi 3 tahap kegiatan kegiatan, yakni kegiatan awal. kegiatan inti dan kegiatan akhir.

99

Page 100: Strategi Bel. Meng. IPS

• Kegiatan awal dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa (baik secara fisik maupun psikologis) untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan dimak- sud dapat berupa penjelasan tentang tujuan pembelajaran, memotivasi siswa menguasai kompetensi tertentu, apersepsi dan seterusnya.

• Kegiatan inti merupakan kegiatan yang dirancang untuk menguasai kompetensi tertentu. Wujud kegiatan inti sangat beragam, tergantung pada kompetensi dasar atau hasil belajar yang akan dipelajari. Kegiatan inti dapat berupa melakukan percabaan, sosiodrama, diskusi, telaah pustaka, dan sebagainya.

• Kegiatan akhir dimaksudkan untuk menutup suatu pelajaran dan sekaligus memantapkan kompetensi dasar yang telah dipelajari siswa. Wujud kegia- tan akhir dapat berupa pembuatan simpulan, rencana kegiatan lanjutan, pe- nugasan dan sebagainya.. Pentahapan kegiatan tersebut dibuat untuk setiap pertemuan. Dengan

demikian, Jika suatu Rencana Pembelajaran terdiri atas 5 pertemuan, maka perlu dibuatkan 5 tahap kegiatan pembelajaran (contoh lihat pada lampiran).

Media dan Sumber Belajar

Yang dimaksud dengan media adalah sesuatu yang difungsikan untuk memudahkan terjadinya proses pembelajaran, misalnya tape recorder, TV, CD, dan sebagainya. Ciri media yang baik adalah :

• Menarik perhatian dan minat siswa • Meletakan dasar memahami sesuatu secara konkret dan mengurangi

verbalisme. • Merangsang tumbuhnya pengertian dan pengembangan nilai • Berguna dan berfungsi ganda • Sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat dibuat sendiri oleh guru

atau diambil dari lingkungan sekitarnya. Sumber belajar yang utama adalah barang cetak seperti : buku, brosur.

majalah, su- rat kabar, poster, lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto, dan lingkungan seki- tar (lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya). Setiap Rencana Pem- belajaran perlu mencantumkan media dan sumber belajar yang digunakan dalam pembe- lajaran. (contoh penulisan media dan sumber lihat pada lampiran)

Penilaian

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan , sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

100

Page 101: Strategi Bel. Meng. IPS

• Penilaian proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pedoman wa- wancara, pedoman observasi, mengamati hasil kerja siswa, memberikan tes.

• Penilaian hasil pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan tes uraian, tes obyektif, tes kinerja,hasil karya siswa, proyek (observasi), portofolio.

• Penilaian dapat dilakukan untuk setiap kompetensi dasar. Identitas Penyusun

Dibagian akhir Rencana pembelajaran perlu dicantumkan nama guru/kelas mata pelajaran dengan diketahui kepala sekolah.

101

Page 102: Strategi Bel. Meng. IPS

BAB VII

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

UNTUK SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAYAH

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai

Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat ka- rena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pe- mahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam me- masuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

B. Tujuan

Mata pelajaran IPS bertjuan agar peserta didik memiliki kemampuan : 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inquiri, memecahkan masalah, ketrampilan dalam kehidupan sosial 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang mejemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global. C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan 2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan 3. Sistem Sosial dan Budaya 4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

102

Page 103: Strategi Bel. Meng. IPS

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kelas I, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami identitas diri dan ke-

luarga serta sikap saling meng- hormati dalam kemajemukan keluarga.

1.1 Mengidentifikasi identitas diri, keluarga, dan kerabat

1.2 Menceritrakan pengalaman diri 1.3 Menceritrakan kasih sayang antar anggo-

ta keluarga 1.4 Menunjukan sikap hidup rukun dalam ke-

majemukan keluarga Kelas I, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Mendeskripsikan lingkungan ru-

mah 2.1 Menceritrakan kembali peristiwa penting

yang dialami 2.2 Mendeskripsikan letak rumah 2.3 Menceritrakan kasih sayang dalam kema-

jemukan keluarga Kelas II, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami peristiwa penting

dalam keluarga secara kronolo- gis

1.1 Mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota keluarga

1.2 Menceritakan pengalamannya dalam me- laksanakan peran dalam anggota keluarga

1.3 Memberi contoh bentuk-bentuk kerja di lingkungan keluargasama

Kelas II, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Memahami kedudukan dan pe-

ran anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga

2.1 Mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota keluarga

2.2 Menceritakan pengalamannya dalam me- laksanakanperan dalam anggota keluarga

2.3 Memberi contoh bentuk-bentuk kerja sama di lingkungan tetangga

103

Page 104: Strategi Bel. Meng. IPS

Kelas III, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami lingkungan dan me-

laksanakan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah

1.1 Menceritakan lingkungan alam dan buat- an di sekitar rumah dan sekolah

1.2 Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah

1.3 Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah

1.4 Melakukan kerjasama di lingkungan ru- mah, sekolah, dan kelurahan/desa

Kelas III, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Memahami jenis pekerjaan

dan penggunaan uang 2.1 Mengenal jenis-jenis pekerjaan 2.2 Memahami pentingnya semangat kerja 2.3 Memahami kegiatan jual beli di lingku-

ngan rumah dan sekolah 2.4 Mengenal penggunaan uang sesuai dengan

kebutuhan Kelas IV, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami sejarah, kenampa-

kan alam, dan keragaman su- ku bangsa di lingkungan ka- bupaten/kota dan propinsi

1.1 Membaca peta lingkungan setempat (kabu- paten/kota, propinsi) dengan menggunakan skala sederhan

1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam di ling- kungan kabupaten/kota dan propinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya

1.3 Menunjukan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk ke- giatan ekonomi di lingkungan setempat

1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, propinsi)

1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, propinsi) dan menjaga kelestariannya

1.6 Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya

104

Page 105: Strategi Bel. Meng. IPS

Kelas IV, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Mengenal sumber daya alam,

kegiatan ekonomi, dan kema- juan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan propinsi

2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya

2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam me- ningkatkan kesejahteraan masyarakat

2.3 Mengenal perkembangan teknologi produk- si, komunikasi, dan transportasi serta penga laman menggunakannya

2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerah- nya

Kelas V, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Menghargai berbagai pening-

galan dan tokoh sejarah yang berskala naional pada masa Hindu-Budha dan Islam, kera- gaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia

1.1 Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia

1.2 Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada ma- sa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia

1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/ globe dan media lainnya.

1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia

1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dean kegiatan ekonomi di Indonesia

Kelas V, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Menghargai peranan tokoh pe-

juang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan memper- tahankan kemerdekaan Indo- nesia

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pe- juang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjua- ngan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan

2.4. Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan

105

Page 106: Strategi Bel. Meng. IPS

Kelas VI, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami perkembangan wi-

layah Indonesia, kenampakan alam dan keadaan sosial nega- ra-negara di Asia Tenggara, serta benua-benua

1.1 Mendeskripsikan sistem administrasi wila- yah Indonesia

1.2 Membandingkan kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga

1.3 Mengidentifikasi benua-benua Kelas VI, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Memahami gejala alam yang

terjadi di Indonesia dan seki- tarnya

2.1 Mendeskripsikan gejala (peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia dan negara-negara tetangga

2.2 Mengenal cara-cara menghadapi bencana alam

3. Memahami peranan bengsa Indonesia di era globsl

3.1 Menjelaskan peranan Indonesia pada era global dan dmpak positif serta negatifnya terhadap kehidupan bangsa Indonesia

3.2 Mengenal manfaat ekspor dan impor di Indonesia sebagai kegiatan ekonomi antar bangsa

E. Arah Pengembangan

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk me- ngembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan peni- laian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

F. Contoh Model Silabus

Dalam menyusun silabus dapat memilih salah satu format yaitu, secara matrik/ vertikal, dan horisontal.

Berikul ini adalah contoh model silabus bentuk matriks atau vertikal:

106

Page 107: Strategi Bel. Meng. IPS

S i l a b u s Nama Sekolah : SD . . . . . Kediri, Jawa Timur Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas : IV/2 Standar Kompetensi : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kema- juan

teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan propinsi Kompetensi Dasar : 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan

transportasi serta pengalaman menggunakannya. Alokasi Waktu : 12 X 35 Menit

Materi Pokok/ Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Indikator Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

Perkembangan teknologi pro- duksi komuni- kasi dan trans- portasi

* Mencari hubu- ngan cara mem- produksi ”tahu” Kediri pada ma- syarakat masa lalu dan masa kini

* Membuat dan membbaca diagram/rafik tentang proses memproduksi ”tahu” Kediri

* Menganalisis bahan baku yang dapat diolah menjadi bebera- pa jenis ”tahu” Kediri

* Melakukan pe- ngamatan alat-alat teknologi komunikasi yg digunakan ma- syarakat Kediri pada masa lalu dan masa kini.

* Memberikan con toh cara penggu naan alat tekno- logi komunikasi pada masa lalu dan masa kini

* Membandingkan jenis-jenis tekno- logi untuk produk- si yang digunakan oleh masyarakat pada masa lalu & masa sekarang

* Membuat diagram tentang proses pro duksi dari keka- yaan alam yang tersedia

* Menganalisis ba-

han baku untuk produksi barang

* Membandingkan

alat-alat komuni kasi yang digu- nakan masyara- kat pada masa lalu dan masa kini

* Menunjukkan cara

penggunaan alat teknologi komuni- kasi pada masa la- lu dan masa seka- rang

Tes tertulis: Uraian ten- tang perkem- bangan tek- nologi, pro- duksi Non tes Lembar pe- ngamatan

4 X 35’

3 X 35’

* Gambar alat produksi”tahu” *Pabrik tahu *Buku IPS kelas IIV se- mester 2 *Majalah/koran media elektro- nik * Gambar-ga- mbar alat ko- munikasi *Buku IPS kelas IIV se- mester 2 *Majalah/koran media elektro- nik

107

Page 108: Strategi Bel. Meng. IPS

Materi Pokok/ Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Indikator Penilaian Alokasi Waktu

Sumber Belajar

*Memberikan con- toh jenis-jenis tek- nologi transportasi pada masa lalu dan masa kini *Melakukan peng- amatan jenis-jenis teknologi transpor- tasi di Kediri pada masa lalu dan ma- sa kini *Mendiskusikan perbedaan jenis-je- nis teknologi trans- portasi pada masa lalu dan masa kini *Bercerita tentang pengalaman meng- gunakan teknologi transportasi

*Membandingkan je- nis teknologi trans- portasi pada masa lalu dan masa seka- rang *Menceritakan pe- ngalaman menggunakan tekno- logi transportasi

Tes tertulis bentuk urai- an tentang teknologi tranportasi

5 X 35” *Gambar alat transportasi *Buku IPS kelas IIV se- mester 2 *Majalah/koran media elektro- nik *Lingkungan sekitar

Catatan : Pengambilan karakteristik daerah Kediri pada kegiatan pembelaajaran di atas hanya sebagai contoh. Sekolah pada daerah lain harus menyesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing.

108

Page 109: Strategi Bel. Meng. IPS

CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SD . . . . . . Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : IV/2

Standar Kompetensi : 2. Mengenal Sumber daya Alam, Kegiatan Ekonomi, dan ke- majuan teknologi dalam lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.

Kompetensi Dasar : 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi teknologi

produksi Indikator : Membandingkan jenis-jenis teknologi untuk produksi yang

digunakan oleh masyarakat pada masa lalu dan masa seka- rang

Alokasi Waktu : 4 X 35 Menit A. Tujuan Pembelajaran

1. Menjelaskan pengertian teknologi 2. Menjelaskan pengertian teknologi 3. Menjelaskan hubungan antara teknologi dengan produksi 4. Mengidentifikasi jenis teknologi produksi yang digunakan masyarakat pada

masa lalu 5. Mengidentifikasi jenis teknologi produksi yang digunakan masyarakat pada

masa kini 6. Membandingkan jenis produksi yang digunakan masyarakat masyarakat pada

masa lalau dan sekarang. C. Materi Pembelajaran

Teknologi produksi, komunikasi dan transportasi

D. Langkah-langkah Kegiatan

a. Kegiatan Pendahuluan

* Motivasi dan apersepsi * Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran * Menjelaskan jenis/langkah kegiatan pembelsjsrsn

b. Kegiatan Inti

* Melalui tanya jawab guru menanyakan kepada siswa, apakah kalian pernah mendengar kata teknologi dan produksi?. Siapa yang dapat menjelaskan?

109

Page 110: Strategi Bel. Meng. IPS

* Guru menfasilitasi dan memotivasi agar konsep teknologi produksi dapat dibangun sendiri oleh siswa

* Setelah siswa memahami konsep tentang teknologi produksi, selanjutnya siswa dibagi dalam kelompok untuk mengidentifikasi jenis teknologi pro- duksi pada masa lalu dan sekarang, dengan membagikan lembar kerja siswa.

* Siswa bekerja dalam kelompok, dan guru mengawasi serta memberikan bimbinga dan bantuan seperlunya apabila kelompok mengalami kesulitan.

* Selesai kerja kelompok, setiap kelompok menyajikan hasil kerja kelompok masing-masing

E. Kegiatan Penutup

* Dengan bimbingan guru, siswa merangkum dan meyimpulkan pelajaran * Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pelaksanaan proses kegiatan

belajar mengajar * Guru melakukan tes berupa soal-soal * Guru memberi tindak lanjut

F. Alat dan Sumber Bahan

1. Alat / Media • Gambar dan alat-alat teknologi produksi tradisional dan moderen • Media elektronik

2. Sumber Bahan a. Buku IPS kelas IV Semester dua b. Majalah/koran/brosur

G. Penilaian

1. Teknik : Tes Unjuk kerja 2. Bentuk instrumen : Uji petik kerja proses dan produk 3. Soal/instrumen : (Terlampir) - Tes Tulis : * Esay * Obyektif - L K S (terlampir)

Kendari, . . . . . . . . . . . . . 200...

Mengetahui, Guru/Praktikan, Kepala SD . . . . . . . ______________________ ________________________ NIP. NIP/NIM:

110

Page 111: Strategi Bel. Meng. IPS

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

LATAR BELAKANG Ibarat seorang jendral dalam kemiliteran, guru dituntut memiliki siasat atau strategi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Strategi dalam proses belajar me- ngajar dimaksudkan untuk mensiasati peserta didik agar terlibat aktif belajar. Ke- mampuan guru dalam memahami dan mengimplementasikan strategi (mengajarnya) merupakan hal yang sangat penting dalam semua peristiwa belajar mengajar. Karena itu pengenalan terhadap berbagai model mengajar beserta penerapannya dalam ke- giatan mengajar yang dikembangkan guru, merupakan tuntutan yang tidak dapat di- hindari. Lebih-lebih pengembangan strategi belajar mengajar yang dimaksudkan ditujukan bagi pembelajaran anak usia sekolah dasar yang memiliki karakteristik tersendiri. Satu tugas utama seorang guru dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan di sekolah adalah mengembangkan strategi belajar mengajar yang efektif. Pengem- bangan strategi ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang dapat mempengaruhi kehidupan peserta didik sehingga mereka dapat belajar dengan menyenangkan dan dapat meraih prestasinya secara memuaskan. Menyelenggarakan kegiatan belajar me-

111

Page 112: Strategi Bel. Meng. IPS

ngajar yang berlangsung secara efektif, merupakan pekerjaan yang bersifat kompleks dan menuntut kesungguhan dari guru. Sehubungan dengan pelaksanaan tugas di atas, yakni mengembangkan strategi belajar mengajar yang efektif, seorang guru membutuhkan dasar pengetahuan yang cukup mengenai ”Developmentally Approprieate Practice (DAP)”, yaitu pendekatan strategi belajar mengajar yang berorientasi pada perkembangan anak. Pengembangan strtegi belajar mengajar menurut pendekatan ini didasarkan atas : (a) pengetahuan yang jelas mengenai perkembangan peserta didik, bagaimana sebenarnya anak tum- buh dan berkembang baik fisiknya kognisinya, maupun sosial-emosionalnya dan moralnya, (b) perhatian yang kuat atas keunikan setiap peserta didik, baik dari kontek latar belakang kehidupan keluarganya maupun kebiasaan dan budaya yang menyertai hidupnya, dan (c) suatu pengertian yang mendalam mengenai bagaimana sesungguh- nya peserta didik itu berpikir dan belajar. Tujuan

Mempelajari pokok bahasan ini, Anda diharapkan dapat :

1. Menjelaskan konsep strategi belajar mengajar 2. Menjelaskan hakekat mengajar di sekolah dasar 3. Mengemukakan ciri-ciri model mengajar 4. Mengemukakan dasar pengelompokan model mengajar 5. Mengenal model-model mengajar A. PENGERTIAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

Kata strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atau Strategus. Strategos berarti jendrqal atau berarti pula perwira negara (state officer). Jendral inilah yang bertanggung jawab merencanakan suatu strategi dan mengarahkan pasukannya untuk mencapai kemenangan. Secara spsifik Sherly (1978) merumuskan strategi sebagai keputusan-keputusan bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya diper- lukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan J. Salusu (1996:101) merumuskan strategi sebagai suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya untuk men- capai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan.

Dalam perkembangannya, konsep strategi telah digunakan dalam berbagai si- tuasi termasuk untuk situasi pendidikan. Implementasi konsep strategi dalam kon- disi belajar mengajar ini, sekurang-kurangnya melahirkan pengertian berikut : 1. Strategi merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan menggunakan

kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dengan kondisi yang paling menguntungkan . Lingkungan disini adalah lingkungan yang memungkinkan peserta didik belajar dan guru mengajar. Sedangkan kondisi dimaksudkan

112

Page 113: Strategi Bel. Meng. IPS

sebagai suatu iklim kondusif dalam belajar dan mengajar seperti disiplin, kreatif, inisiatif dan sebagainya.

2. Strategi merupakan garis besar haluan bertindak dalam mengelola proses bela- jar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

3. Strategi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana (mengan- dung serangkaian aktivitas) yang dipersiapkan secara saksama untuk menca- pai tujuan-tujuan belajaar.

4. Strategi merupakan pola umum perbuatan guru-peserta didik dalam mewujud- kan kegiatan belajar mengajar. Pola ini menunjukkan macam dan urutan per- buatan yang dirampilkan guru-peserta didik dalam berbagai peristiwa belajar.

Secara singkat strategi belajar mengajar mencakup empat hal utama, yaitu (1) Penetapan tujuan pengajaran, (2) Pemilihan sistem pendekatan belajar menga-

jar, (3) Pemilihan dan penetapan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar, dan (4) Penetapan kriteria keberhasilan proses belajar mengajar dari evaluasi yang dilakukan (Twelker, 1972:40-43) Perlu pula dijelaskan bahwa strategi belajar mengajar bukanlah suatu desain

instruksional seperti PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), Satpel (Satuan Pelajaran), atau sejenisnya. Strategi belajar mengajar lebih luas dari semua itu. Mempertimbangkan suatu strategi berarti mencari dan memilih model dan pendekatan proses belajar mengajar yang didasarkan atas karakteristik dan kebutuhan belajar peserta didik dan kondisi lingkungan serta tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain strategi belajar mengajar merupakan siasat guru untuk mengoptimalkan interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen lain dari sistem instruksional secara konsisten.

113