BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id · komunikasi akan dijadikan pola untuk kegiatan...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id · komunikasi akan dijadikan pola untuk kegiatan...
12
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Public Relations
Kesuksesan penyelenggaraan pesta akbar tidak dapat dilepaskan dari andil
bidang public relations (PR), atau padanan kata bahasa Indonesia nya adalah hubungan
masyarakat (humas). Public relations berperan untuk mendongkrak citra positif dari
acara tersebut, termasuk citra positif dari pihak penyelenggara yang diberi kepercayaan
sebagai tuan rumah. (Ardianto, 2009:1)
Setyodarmodjo (1997:3) memaparkan bahwa gejala awal kegiatan humas, yaitu
“mengusahakan simpati dari masyarakat sekitarnya didalam mencapai tujuannya dan
usaha tersebut harus terus berkembang bersama dengan berkembangnya masyarakat.”
Pemaparan Setyodarmodjo (1997), memberikan gambaran singkat mengenai
keberadaan humas untuk mendapatkan simpati dari publik yang telah memberikan
kepercayaan kepada perusahaan serta membantu mewujudkan bentuk opini yang baik
dan menguntungkan bagi perusahaan.
Kepercayaan yang telah dindapatkan dari publik perlu dijaga dengan baik oleh
pihak perusahaan. Penilaian tersebut dapat menjaga dukungan yang stabil dan
berkelanjutan seperti yang dikemukakan dalam buku Effective Public Relations (Cutlip,
2006:6), menjelaskan mengenai definisi public relations adalah:
13
”Fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang
baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan
atau kegagalan organisasi tersebut.”
2.1.1.1 Aspek Public Relations
Melekat dua aspek hakiki yang mutlak harus ada pada humas.
Apabila kedua aspek tersebut tidak dipraktekkan, maka istilah humas
yang disandangnya tidaklah tepat. Effendy (2006:10) pun menjelaskan
kedua aspek yang dimaksud sebagai berikut:
1. Sasaran public relations adalah publik intern (internal public) dan publik
ekstern (external public)
Publik intern (internal public) adalah orang-orang yang bergiat di
dalam organisasi, antara lain para karyawan, termasuk pula para
pemegang saham. Menciptakan komunikasi efektif, dapat dibentuk
dengan cara menserasikan hubungan antara pimpinan dan bawahan, baik
secara horisontal maupun vertikal, sehingga dapat memperkuat tim kerja
perusahaan, adalah target kegiatan public relations dalam menjaga
suasana diantara para karyawan di dalam badan atau perusahaan.
Sedangkan publik ekstern yang dimaksud Effendy (2006:10)
adalah orang-orang di luar organisasi yang ada kaitannya dengan kegiatan
organisasi dengan kepentingan yang berbeda, misalnya para wartawan
dan sebagainya. Hubungan dengan publik di luar perusahaan merupakan
keharusan yang mutlak. Perusahaan tidak mungkin berdiri sendiri tanpa
14
bekerja sama dengan perusahaan yang lain. Perusahaan harus
menciptakan hubungan yang harmonis dengan publik-publik khususnya
dan masyarakat umumnya. Salah satunya dengan melakukan komunikasi
dengan publik ekstern secara informatif dan persuasif melalui media.
Informasi yang disampaikan hendaknya jujur, teliti dan sempurna
berdasarkan fakta yang sebenarnya. Secara persuasif, komunikasi dapat
dilakukan atas dasar membangkitkan perhatian komunikan (publik)
sehingga timbul rasa tertarik. Adapun usaha yang bisa ditempuh external
public relations yaitu:
Tabel 2.1.1.1 Usaha External Public Relations
(sumber: http://rumakom.wordpress.com/2008/01/19/external-publik-
relations-perusahaan/, diunduh pada hari Sabtu, 2 April 2011,pukul 17.18
WIB)
Extern PR
1 Menganalisa dan menilai sikap dan opini publik yang
menanggapi kebijaksanaan pimpinan perusahaan
dalam menggerakkan pegawainya dan menerapkan
metodenya
2 Mengadakan koreksi dan saran kepada pimpinan
perusahaan, terutama kegiatan yang mendapat sorotan
atau kritikan publik
3 Mempersiapkan bahan-bahan penerangan dan
penjelasan yang jujur dan objektif agar publik tetap
memperoleh kejelasan tentang segala aktivitas dan
perkembangan perusahaan
4 Ikut membantu pimpinan dalam hal menyusun atau
memperbaiki formasi staf ke arah yang efektif
5 Mengadakan penyelidikan atau penelitian tentang
kebutuhan, kepentingan dan selera publik akan
barang-barang yang dihasilkan perusahaan.
15
Berdasarkan dua sumber di atas, kegiatan eksternal public
relations memiliki kepentingan yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan
yang dicipakan. Tujuan eksternal public relations ingin menunjukkan
kestabilan terhadap sorotan dan kritikan positif dari publik, sedangkan
internal public relations kerap menjaga atmosfer yang baik dan
terkendali diantara para karyawan di dalam perusahaan
2. Kegiatan public relations adalah komunikasi dua arah timbal balik
(reciprocal two way traffic communication). Effendy (2006:10)
Feedback adalah saat yang penting dalam rangka penyampaian
informasi. Alasan diperlukannya feedback untuk mengetahui tanggapan
positif atau negatifnya serta mengetahui efek atau akibat atas
penyampaian informasi untuk dijadikan bahan perencanaan komunikasi
selanjutnya. Jika ternyata tanggapan publik positif, maka teknik
komunikasi akan dijadikan pola untuk kegiatan selanjutnya. Dan
sebaliknya secara teknik akan diubah bila tanggapan publik negatif.
Berbeda dengan pandangan yang diutarakan oleh Moore
(2005:13-14) bahwa,
“Komunikasi dua arah harus melalui kesaksamaan dalam mendengarkan
opini publiknya, dan kepekaan dalam menginterprestasikan setiap
kecenderungan kegagalan dalam komunikasi dan mengevaluasi serta
mempertimbangkan kemungkinan - kemungkinan untuk mengubah sifat,
pendekatan atau penekanan setiap fase kebijaksanaannya.”
16
Komunikasi dua arah dapat membantu antara perusahaan dengan
media ketika dibutuhkan adanya kerjasama yang menginginkan informasi
mengenai kebijaksanaan baru, kemajuan perusahaan, atau perubahan
operasional yang mempengaruhi kegiatan mereka.
2.1.1.2 Strategi Public Relations
Setelah banyak organisasi menerapkan manajemen strategis yang
menuntut adanya visi dan misi perusahaan, strategi dirumuskan sebagai
rencana yang komprehensif yang menyatakan bagaimana cara satu
organisasi mencapai misi dan tujuannya menurut Wheelen&Hunger
(1995:12) dalam buku Iriantara (2006:27). Strategi disebut sebagai
rencana komprehensif karena dalam penyusunannya mengkaji
lingkungan strategis. Lingkungan strategis adalah lingkungan yang
mempengaruhi satu organisasi. Lingkungan strategis menurut Iriantara
(2006:28):
1. Lingkungan internal, yakni lingkungan di dalam perusahaan yang
biasanya mencakup struktur dan kultur perusahaan serta sumber daya.
2. Lingkungan eksternal yakni lingkungan di luar perusahaan yang
mempengaruhi tugas perusahaan, yang terdiri dari lingkungan yang
berkaitan dengan tugas perusahaan dan lingkungan sosial.
Dalam bukunya Oliver (2006:2) menjelaskan arti dari strategi
menurut J.L Thompson (1995), yang berarti cara untuk mencapai sebuah
hasil akhir.
17
“Hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi. Terdapat
strategi yang luas untuk keseluruhan organisasi dan strategi kompetitif
untuk masing-masing aktivitas. Sementara itu, strategi fungsional
mendorong secara langsung strategi kompetitif.” Sedangkan Mintzberg
mengartikan strategi dalam 5 kegunaan, yaitu:
1. Sebuah rencana: suatu arah tindakan yang diinginkan secara sadar.
2. Sebuah cara: suatu manuver spesifik yang dimaksudkan untuk mengecoh
lawan atau competitor.
3. Sebuah pola: dalam suatu rangkaian tindakan.
4. Sebuah posisi: suatu cara menempatkan organisasi dalam sebuah
lingkungan.
5. Sebuah perspektif : suatu cara yang terintegrasi dalam memandang dunia.
Bagaimana strategi tersebut bekerja, bergantung kepada persoalan
yang tengah dihadapi oleh perusahaan tersebut. Persoalan tidak datang
dari luar lingkungan yang bersangkutan, namun lingkungan dalam
perusahaan juga memberikan pengaruh dalam mengaplikasikan strategi
tersebut agar berjalan sesuai rencana. Untuk itu, seseorang yang lebih
cakap dibidang ini perlu memastikan bahwa di dalam lingkungan yang
bersangkutan harus memiliki otoritas dan pengaruh yang cukup untuk
memastikan rencana-rencana strategis dan kebijakan berjalan dengan
baik, mulai dari CEO sampai ke staff organisasi dapat berkoordinasi
sesuai prosedur yang ada.
18
Menurut Greener (1995:3), humas merupakan presentasi positif
suatu perusahaan kepada seluruhan publiknya. Dengan artian, humas
mengatur cara bagaimana menampilkan diri perusahaan dalam rangka
mempengaruhi bagaimana cara orang berpikir tentang perusahaan kita.
Dalam bukunya, Greener pun menyebutkan tentang peran keberadaan
seorang humas:
1. Menciptakan reputasi bagi perusahaan.
2. Menciptakan reputasi para individual sebagai ahli dibidang yang
dipilihnya.
3. Mempertinggi nama baik dari suatu kedudukan masyarakat atau
nama baik perusahaan.
4. Menyelenggarakan kampanye untuk mencapai tujuan tertentu.
Keberadaan yang disebutkan oleh Greener kurang lebih
mengandung tujuh elemen yang dimiliki public relations dalam
mengimplementasikan strategi, berdasarkan buku Effective Public
Relations (Cutlip, 2009:408-409)
1. Credibility (kredibilitas).
Komunikasi dimulai dengan iklim rasa saling percaya. Iklim ini dibangun
melalui kinerja di pihak institusi, yang merefleksikan keinginan untuk
melayani stakeholder dan publik. Penerima harus percaya kepada pengirim
informasi dan menghomati sumber informasi tehadap topik informasi.
19
2. Context (konteks).
Program komunikasi harus sesuai dengan kenyataan lingkungan. Media massa
hanyalah suplemen untuk ucapan dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
Harus disediakan konteks untuk partisipasi dan umpan balik. Konteks harus
mengkonfirmasikan, bukan menentang isi pesannya. Komunikasi yang efektif
membutuhkan lingkungan sosial yang mendukung, yang sebagian besar
dipengaruhi media massa.
3. Content (isi).
Pesan harus mengandung makna bagi penerimanya dan harus sesuai dengan
sistem nilai si penerima. Pesan harus relevan dengan situasi penerima. Pada
umumnya orang memilih item informasi yang menjanjikan manfaat yang besar
bagi mereka. Isi pesan menentukan audience.
4. Clarity (kejelasan).
Pesan harus diberikan dalam istilah sederhana. Kata harus bermakna sama
menurut si pengirim dan penerimanya. Isu yang kompleks harus dipadatkan
kedalam tema, slogan atau stereotip yang mengandung kesederhanaan dan
kejelasan semakin jauh pesan yang dikirim, pesan itu seharusnya semakin
sederhana. Organisasi harus berbicara dengan satu suara, tidak banyak suara.
5. Continuity and consistency (kontinuitas dan konsistensi).
Komunikasi adalah proses tanpa akhir. Ia membutuhkan repetisi agar bisa
masuk. Repetisi beritanya harus konsisten dan variasi yang memiliki peran
untuk pembelajaran dan persuasi.
20
6. Channel (saluran).
Saluran komunikasi yang sudah ada harus digunakan, sebaiknya saluran yang
dihormati dan dipakai oleh si penerima. Menciptakan saluran baru bisa jadi
sulit, membutuhkan waktu, dan biaya besar. Saluran yang berbeda punya efek
berbeda dan efektif pada tingkat yang berbeda-beda dalam tahap proses difusi
informasi. Dibutuhkan pemilihan saluran yang sesuai dengan publik sasaran.
Orang mengasosiasikan nilai yang berbeda-beda pada berbagai saluran
komunikasi.
7. Capability of the audience (kapabilitas atau kemampuan audience).
Komunikasi harus mempertimbangkan kemampuan audience. Komunikasi
akan efektif apabila tidak banyak membebani penerima untuk memahaminya.
Kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti waktu yang mereka
miliki, kebiasaan, kemampuan membaca, dan pengetahuan yang telah mereka
miliki.
Karena itulah inti dari sebuah strategi memerlukan poin penting yang
harus disorot mengenai permasalahannya yang dihadapi, meneliti pengembangan
program, perencanaan program yang ingin ditujukan, mengimplentasikan
strategi. Komunikasi dan aksi bukan tujuan, tetapi hanya sarana mencapai tujuan.
Tujuan public relations adalah hasil yang disebutkan dalam tujuan dan sasaran
program dan yang terpenting adalah poin evaluasi untuk mengukur kesuksesan
dari strategi yang telah dibuat, serta dapat melihat indikasi partisipasi yang
antusias dari program yang sudah terencana.
21
2.1.1.3 Internal Public Relations
Praktisi humas dalam mengerjakan tugasnya tidak lepas dari
konsep dan prosedur tentang menejemen kinerja yang menjanjikan atau
menawarkan sebuah cara untuk menghubungkan aktivitas mikro dalam
mengelola individu dan kelompok dengan isu-isu makaro dalam tujuan
korporasi. Maka manfaat yang didapatkan oleh korporasi dengan
memfokuskannya serta melibatkan praktisi humas internal.
Beberapa manfaat yang diberikan oleh adanya humas internal (Witono,
1997:23):
1. Tersedianya layanan penuh waktu. Praktisi humas dapat dihubungi
setiap saat, memberikan layanan jasa yang dibutuhkan kapan saja dan
tentunya tidak dibatasi oleh fee yang umumnya adalah dihitung per jam
konsultasi. Staff humas internal, umumnya juga lebih permanen sifatnya,
dan staff yang melaksanakan pekerjaan itu memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang lebih tentang perusahaan karena telah ikut berkembang
bersama perusahaan, sehingga memahami setiap permasalahan secara
lebih mendalam.
2. Umumnya memiliki jalur komunikasi yang baik keseluruh lini
perusahaan, baik dalam tahap nasional maupun internasional. Sebagai
bagian integral perusahaan, praktisi humas dikenal setiap personil
sehingga memiliki jalur komunikasi yang jelas, serta mampu memperoleh
informasi yang dibutuhkan dengan cepat.
22
3. Humas internal akan lebih memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang baik tentang industrinya, karena tumbuh dan berkembang bersama
perusahaannya. Hal menjadi penting, khususnya dalam distribusi
informasi kemedia massa sebagai sumber informasi.
4. Mampu bekerja secara ekonomis, karena keberadaanya yang terjun
langsung di perusahaan, kemampuan untuk mengakses sumber-sumber
informasi, dan melakukan berbagai tugas dan kegiatan komunikasi secara
menyeluruh untuk kepentingan perusahaan.
5. Akses langsung kepada pengambil keputusan dan sumber informasi.
Khususnya dalam situasi krisis, humas internal dapat langsung
mengakses kepucuk pimpinan perusahaan.
6. Keberadaan humas internal diperusahaan lebih mampu
meyakinkan manajemen perusahaan akan nilai dan pentingnya fungsi
humas, sehingga manajemen lebih memahami dan mampu menghargai
upaya yang dilakukan humas.
Keunggulan dari pemakaian public relations internal yang sudah
disebutkan Witono (1997), memang menjadikan perusahaan yang
menjalaninya akan lebih percaya diri dan lebih terbuka (tidak ada yang
dirahasiakan).
23
2.1.1.4 Fungsi Public Relations
Perusahan sangat menganggap penting keberadaan humas dalam
meningkatkan kepekaan kepada pegawai, pemegang saham dan
publiknya, sehingga dapat mendorong perusahaan agar bersikap tanggap
mengenai masalah sosial yang sedang terjadi dan humas dapat
memberikan langkah antisipasi bagi perusahaan dan bertindak terhadap
persepsi dan pendapat publik. Adapun fungsi-fungsi pokok bagi praktisi
humas dalam menjalankan tugasnya, yaitu:
1. Mengubah citra umum di mata khalayak sehubungan dengan adanya
kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan guna
mendapatkan sambutan positif dari khalayak.
2. Menyebarluaskan suatu cerita sukses yang telah dicapai oleh
perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan,
atau dengan kata lain menjadi corong perusahaan untuk menciptakan
citra positif.
3. Memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas.
4. Mendidik para konsumen atau pengguna agar lebih efektif dan
mengerti memanfaatkan produk yang dikeluarkan oleh perusahaan
5. Menyebarkan informasi mengenai aktivitas dan partisipasi para
pemimpin perusahaan organisasi dalam kehidupan sosial sehari-hari.
6. Mendukung keterlibatan pada suatu acara sebagai sponsor.
24
7. Menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan oleh
perusahaan, agar masyarakat luas mengetahui betapa perusahaan itu
mengutamakan kualitas dalam berbagai hal. (Frank Jefkins, 1992:114)
2.1.2 Media Relations
Nova dalam bukunya Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani
Krisis Perusahaan, mengutip pernyataan Ruslan (2009:208) mengenai media
relations yaitu:
“Suatu kegiatan humas dengan maksud menyampaikan pesan komunikasi
mengenai aktivitas yang bersifat kelembagaan, perusahaan atau institusi,
produk, serta kegiatan yang sifatnya perlu dipublikasikan melalui kerja sama
dengan media massa untuk menciptakan publisitas dan citra positif dimata
masyarakat.” Dengan adanya liputan media tersebut perusahaan mendapatkan
citra positif dan pada saat yang sama media massa mendapatkan berita.
Tiap unit kerja banyak pencapaian yang harus dikejar. Begitu pula
dengan public relations, bekerja harus seimbang antara kepentingan internal dan
external, terutama kepada media (external). Agar kepentingan yang sudah
ditentukan tersebut diterima dengan baik maka, (Iriantara, 2008) telah
menjabarkan bagaimana proses media relations yang menurutnya harus diawali
dengan proses:
1. Perencanaan: jauh lebih siap menghadapi kenyataan bila public
relations memperhitungkan antara tindakan dengan sumber daya
seperti sumber daya manusia dan sumber daya finansial. Hal ini
25
dijalankan untuk mewujudkan sesuatu agar terjadi atau tidak terjadi
pada masa depan.
2. Analisis lingkungan internal organisasi: diawali dengan memeriksa
visi dan misi, karena mengandung filosofi perusahaan.
3. Mengidentifikasikan khalayak sasaran: dengan media relations
tentunya public relations lebih memfokuskan pada publik eksternal.
Bila tidak diidentifikasi, perusahaan tidak dapat dikenali di ruang
publik.
4. Tujuan media relations: untuk menjalankannya tentu harus ada
sumber daya atau tenaga kerja yang dapat mewujudkan perencanaan
perusahaan, agar tujuan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara
professional.
5. Mengkaji program media relations: sesuai dengan kebutuhan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Bila sudah sesuai namun dalam
operasionalnya ternyata megalami berbagai kendala, maka perlu
diidentifikasi apa kendalanya dan langkah apa yang harus dilakukan
untuk mengatasinya. Bila belum berjalan baik, perlu dikaji apa yang
menjadi hambatannya dan langkah perbaikan apa yang mesti
dilakukan.
6. Memeriksa sarana komunikasi: sarana yang dimaksudkan disini,
terbagi menjadi dua, yang internal dan eksternal. Laporan (harian,
bulanan) adalah bentuk format sarana komunikasi internal, sedangkan
26
eksternal lebih kepada sarana yang digunakan ketika menyampaikan
ke media-media.
7. Audit media relations: merupakan bagian penting pada proses ini
yakni menyesuaikan antara pesan yang disampaikan kepada publik
dan persepsi publik terhadap perusahaan. Hasil dari audit media
relations ini menjadi bahan masukan untuk menyusun perencanaan
program atau kegiatan media relations selanjutnya dapat diketahui
setelah melakukan analisis SWOT (Albert Humphrey, 1960).
Analisis SWOT dalam buku Iriantara (2008) adalah mengkaji kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman organisasi. Kekuatan dan kelemahan organsasi
berada pada lingkungan internal, sedangkan peluang dan ancaman berasal dari
lingkungan eksternal organisasi. Hasil analisis SWOT ini bisa memetakan posisi
organisasi.
Dalam menjalankan tugasnya public relations, memiliki fungsi sasaran
yang diharapkan dapat dicapai dalam melakukan media relations (Nova,
2009:210):
1. Memperoleh publisitas seluas mungkin tentang kegiatan serta langkah
perusahaan yang dianggap baik untuk diketahui publik.
2. Memperoleh tempat dalam pemberitaan media secara objektif, wajar,
dan berimbang mengenai hal-hal yang menguntungkan perusahaan.
3. Memperoleh umpan balik mengenai upaya dan kegiatan perusahaan.
27
4. Melengkapi data bagi pimpinan perusahaan untuk keperluan
kebijaksanaan.
5. Mewujudkan hubungan yang stabil dan berkelanjutan yang dilandasi
saling percaya dan menghormati.
Adapun manfaat media relations adalah sebagai berikut (Nova, 2009:211):
1. Membangun pemahaman mengenai tugas dan tanggung jawab
perusahaan dan media massa.
2. Membangun kepercayaan timbal balik dengan prinsip saling
menghormati dan menghargai serta kejujuran dan kepercayaan.
3. Penyampaian dan perolehan informasi yang akurat, jujur, dan mampu
memberikan pencerahan bagi publik.
Tujuan dan manfaat melakukan media relations sangat membutuhkan
prinsip-prinsip untuk membangun relasi dengan baik menurut (Rachmadi, 1994)
dalam buku Nova (2009:212) yaitu:
1. Mutlak adanya kejujuran dan keterusterangan.
2. Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada pers.
3. Menjaga perilaku ketika berhadapan dengan media. Misalnya tidak
mengemis agar press release dimuat.
4. Tidak menutupi saluran informasi, dengan mengucapkan “no
comment”, agar pers tidak mencari pihak lain yang tidak resmi.
28
5. Tidak membanjiri media dengan berbagai publisitas yang tidak jelas
tujuan atau sasarannya.
6. Selalu memperbaharui setiap daftar identitas reporter agar tercipta
hubungan yang baik dengan media (good media relationship).
Tercantum dalam poin manfaat media relation, Nova (2009)
menyebutkan bahwa dalam menyampaikan informasi, keakuratan menjadi
penting dalam melakukan media relations, hal yang sama dikatakan juga oleh
Rachmadi (1994) dalam buku Nova (2009) yang berjudul Crisis Public
Relations: Bagaimana Public Relations Menangani Krisis Perusahaan mengenai
keterusterangan.
2.1.2.1 Publicity
Media relations merupakan tindak komunikasi yang dilakukan
perusahaan untuk menjalin keharmonisan dengan stakeholder maupun
bagi publik-publiknya. Adapun teknik menurut Iriantara yang
dipergunakan untuk berelasi dengan media, melalui publisitas salah
satunya. Yakni kegiatan pendukung pemasaran yang mana mengandalkan
kekuatan berpromosi dan juga mempertimbangkan penggunaan visual
dan pesan yang tepat. Publisitas merupakan suatu implementasi dari
public relations yang tidak mengeluarkan biaya dalam memberikan
informasi mengenai perusahaan tersebut, bentuk pemberitaannya
dituangkan dalam bentuk tulisan.
29
Sesuai dengan karakteristik media massa yang dianggap dapat
menjangkau sasaran yang lebih luas. Maka public relations perlu
mempersiapkan media agar dapat membantu menetapkan kapan sebuah
iklan ditayangkan, berapa lama waktu penayangannya, dan berapa
frekuensi penayangan iklan tersebut (Kennedy, 2005:7). Iklan yang
dirancang dan memiliki kemiripan dengan iklan-iklan lainnya akan
cenderung dianggap sama dan terasa biasa. Untuk menghindarinya,
rancang secara kreatif ide pesan meliputi efek visual serta isi cerita.
Dengan upaya seperti itu akan memperkuat karakteristik pesan sekaligus
mendapatkan perhatian yang lebih besar bagi sasarannya.
Publisitas adalah salah satu teknik yang sering digunakan dalam
program public relations. Peran publisitas semakin penting karena dapat
menjangkau opini publik yang dapat mendukung produk dan layanan
serta membentuk sebuah kualitas dalam benak konsumen. Kennedy
(2005:21) menyebutkan juga bahwa publisitas berkaitan dengan usaha
perusahaan dan menumbuhkan dan menciptakan citra, baik itu citra
perusahaan maupun citra produk.
Peralatan public relations yang dipakai dalam menyokong
kegiatan publisitas yang dapat membantu mereka dalam
menciptakan, menyampaikan dan membawa komunikasi secara efisien
dan efektif atas nama perusahaan adalah:
30
1. News Release. Digunakan untuk menyampaikan berita dan
informasi yang bersifat umum untuk para editor dan reporter.
2. Pitch Letter. Digunakan secara eksklusif kepada siapa saja yang
dikirimkan.
3. Press Kit. Biasanya termasuk cover surat dan news release
meliputi informasi mengenai apa saja yang telah dipromosikan.
Misalkan produk, pelayanan, kampanye, atau acara serta material
pendukungnya, seperti brosur, biografi, foto dan business card.
Publisitas dapat dipadankan dalam bentuk advertorial. Di dalam
sebuah publisitas, terdapat kekuatan untuk menunjang kegiatan public
relations (Kennedy, 2005:22):
1. Publicity memiliki kredibilitas yang tinggi, karena konsumen
dibantu memberikan penalaran secara objektif. Dalam
penyampaian informasi melalui publicity, konsumen dapat
mengenal fakta keberadaan produk, alasan, atau argumentasi yang
tepat, informasi yang disampaikan dianggap memiliki kebenaran
objektif.
2. Publicity sering kali diikuti oleh pernyataan publik dengan
melakukan sebuah pembenaran terhadap keunggulan yang
dimiliki. Publicity seperti ini biasanya muncul pada majalah
produk seperti telepon genggam, motor, atau kesehatan.
31
3. Publicity memiliki kekuatan untuk menarik perhatian dari judul
dan foto. Selain itu, publicity dapat membangkitkan rasa ingin
tahu, kebutuhan tersembunyi, dan mendorong konsumen untuk
melakukan uji coba produk dan layanan.
2.1.3 Image
Collins English Dictionary mendefinisikan citra sebagai suatu gambaran
tentang mental ide yang dihasilkan oleh imaginasi atau kepribadian yang
ditunjukan kepada publik dari seseorang, organisasi dan sebagainya (Oliver,
2007:50). Penilaian atau tanggapan masyarakat dapat berkaitan dengan
timbulnya rasa hormat. Perlakuan yang diberikan oleh perusahaan kepada
masyarakatnya semata-mata memang dibuat untuk menjalin hubungan yang
saling menguntungkan. Apabila hak mereka telah kita bela, maka timbal balik
yang akan kita terima merupakan suatu kehormatan besar dalam bentuk penilaian
positif.
Penilaian positif itulah yang menjadi tujuan utama dari citra, sekaligus
merupakan hasil yang hendak dicapai bagi dunia humas atau public relations.
Pengertian citra sendiri tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya
bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk, seperti penerimaan dan
tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik
(kalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya. (Ardianto, 2009:131)
Ardianto (2009:133) dalam bukunya yang berjudul Public Relations
Praktis mengemukakan pendapat Sutisna (2001) seperti yang juga dikemukakan
Bernstein (1985) dalam Gronroos (1990), citra adalah realitas. Jika citra tidak
32
sesuai dengan realitas dan kinerja pun juga tidak baik, kesalahan tersebut berasal
dari cara dalam berkomunikasi. Sedangkan, jika citra itu benar dan
merefleksikan kinerja kita yang tidak bagus, kesalahan tersebut dapat ditemukan
pada cara pengelolaan perusahaan. Citra buruk dapat juga didasarkan pada
pengalaman yang telah lama berlalu.
Citra pun akhirnya menjadi baik, ketika publiknya mempunyai
pengalaman yang cukup dengan realitas baru. Maksudnya, organisasi telah
bekerja lebih efektif dan memiliki kinerja yang baik. Dan dalam
penyampaiannya, realitas bisa dilakukan dengan melalui iklan, brosur, desain
kantor dan sebagainya.
Para ahli humas diatas menjelaskan betapa pentingnya citra yang
dibangun untuk mendirikan kepercayaan dan rasa hormat dari masyarakat
terhadap perusahaan, hanya saja dalam membentuk citra yang sempurna, itu
sangat membutuhkan waktu dan usaha yang cukup banyak. Namun apa yang
telah disampaikan oleh Gronroos (1990) berdasarkan buku Ardianto, dapat
disimpulkan bahwa citra yang sudah dibangun pun akan bertahan cukup
permanen pada kurun waktu tertentu.
Pengertian citra itu sendiri tidak dapat diukur secara matematis melainkan
wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk, menurut Ruslan
(2001:71) timbulnya rasa hormat, kesan-kesan baik dan menguntungkan terhadap
suatu citra lembaga/organisasi. Biasanya landasan citra itu berakar dari nilai-nilai
kepercayaan yang konkreatnya diberikan secara individual dan merupakan
pandangan atau persepsi.
33
2.1.3.1 Peran Citra Bagi Perusahanan
Ardianto (2009) menyatakan bahwa citra yang baik dari suatu
perusahaan, baik korporasi maupun local, merupakan sebuah asset.
Karena citra mempunyai dampak pada persepsi konsumen dari
komunikasi dan operasi organisasi dalam berbagai hal. Menurut
American Heritage Dictionary’s, citra perusahaan dibentuk melalui
reputasi perusahaan. Reputasi menggambarkan reaksi emosional baik
atau jelek, kuat atau lemah dari pelanggan, penyedia dana, pekerja dan
masyarakat terhadap suatu perusahaan. Terdapat empat peran citra dalam
buku Ardianto (2009:135-136) bagi suatu perusahaan menurut Gronroos
(1990):
1. Citra menceritakan harapan, bersama dengan kampanye
pemasaran eksternal, seperti periklanan, penjualan pribadi dan
komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang positif lebih memudahkan
bagi organisasi untuk berkomunikasi secara efektif, dan membuat orang
lebih mengerti dengan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang
cenderung netral mungkin tidak menyebabkan kehancuran, tetapi hal itu
tidak membuat komunikasi dari mulut ke mulut berjalan lebih efektif.
2. Citra adalah sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi pada
kegiatan perusahaan. Kualitas teknis dan khususnya kualitas fungsional
dilihat melalui saringan ini. Jika citra baik, maka citra jadi pelindung.
Perlindungan hanya efektif pada kesalahan-kesalahan kecil pada kualitas
teknis atau fungsional. Sebab bila sering melampaui kesalahan-kesalahan
kecil tersebut, menimbulkan perasaan masyarakat yang menggunakan
34
menjadi tidak puas dan marah dengan pelayanan yang buruk sehingga
citra menjadi buruk.
3. Citra adalah fungsi dari pengalaman dan juga harapan konsumen.
Ketika konsumen membangun harapan dan realitas pengalaman dalam
bentuk kualitas pelayanan teknis dan fungsional, kualitas pelayanan yang
dirasakan menghasilkan perubahan citra. Jika kualitas pelayanan yang
dirasakan memenuhi citra atau melebihi citra, maka citra mendapat
penguatan dan bahkan meningkat. Jika kinerja organisasi di bawah citra,
pengaruhnya akan berlawanan.
4. Citra mempunyai pengaruh penting pada management. Dengan
kata lain, citra mempunyai dampak internal. Citra yang jelas dan positif
memiliki organisasi dengan pelayan yang sangat baik, secara internal
menceritakan nilai-nilai yang jelas dan menguatkan sikap positif terhadap
organisasi.
Inti dari keempat peran citra yang positif di atas adalah bagaimana
bentuk pelayanan yang hendak dibentuk oleh humas pada era globalisasi
yang serba kompetitif ini, yang mana nilai kepercayaan merupakan suatu
amanah dari publiknya. Citra merupakan motivasi bagi organisasi
perusahaan dalam meningkatkan kualitas pesan produk maupun
pelayanan kepada khalayaknya.
2.1.4 Special Event Public Relations
Menurut Pudjiastuti, special event merupakan salah satu tools public
relations disamping kegiatan lain, seperti identitas perusahaan, publisitas,
35
website, dan sebagainya. Salah satu peran utama public relations adalah sebagai
komunikator perusahaan untuk menyampaikan informasi tentang perusahaan
yang diwakilinya kepada publik baik internal maupun eksternal. Banyak cara
yang dapat digunakan oleh public relations officer dalam menyampaikan
informasi mengenai perusahaan melalui special event seperti pameran,
roadshow, kompetisi, pertunjukan musik, dan lain-lain.
Pudjiastuti (2010) menjelaskan bahawa pada saat melaksanakaan special
event atau dalam bahasa Indonesianya menjadi “ajang khusus”, diperlukan
keahlian tertentu dan imajinasi para pelaksananya. Tujuannya adalah
memberikan kesan yang mendalam bagi setiap khalayak yang terlibat, baik
audience, pemberi sponsor, maupun pelaksananya. Pengemasannya pun
dilakukan secara spesifik dan berbeda dengan ajang-ajang rutin. Hal ini
dilakukan terutama untuk merangsang khalayak agar berminat hadir sehingga
tujuan diadakannya acara dapat tercapai dengan baik.
2.1.4.1 Pengertian Special Event
Agar mendapatkan tujuan yang sesuai dengan keinginan dari
pelaksana ajang khusus ini, tentu segala sesuatunya harus dapat dilakukan
serba special, mulai dari bentuk undangan, tamu yang diundang,
pemilihan tempat, jumlah undangan, hiburannya hingga kateringnya. Dan
harus mampu menarik perhatian yang luar biasa dari media massa.
Dalam bukunya Joe Goldblatt mendefinisikan special event
sebagai situasi istimewa yang dirayakan dengan rangkaian upacara
36
(perayaan) dari ritual untuk mendapatkan kepuasan atas kebutuhan
tertentu. (Pudjiastuti, 2010:xvii). Segala rangkaian istimewa yang telah
disediakan oleh penyelenggara akan lebih mendorong audience-nya
untuk memanfaatkan sebaik-baiknya suasana tersebut untuk melengkapi
kebutuhan yang diperlukannya. Kepuasan yang didapat atas
terselenggaranya acara, tentu akan memberikan kesan tersendiri bagi
audience karena telah ikut serta berpartisipasi pada acara tersebut.
Semakin terdengar gaungan acara tersebut, maka akan membawa
keuntungan bagi penyelenggara. Harapan untuk mendapatkan sorotan
media tentu lebih besar bila memiliki nilai-nilai acara unggulan dari yang
lain.
2.1.4.2 Tujuan dan Fungsi Special Event
Special Event memiliki tujuan yakni mempromosikan produk atau
perusahaan agar lebih dikenal khalayak sasaran. Tujuan ini akan lebih
terlihat nyata bila ada liputan dari media massa sehingga muncul
publisitas bagi produk atau perusahaan yang sedang dipromosikan
tersebut. (Pudjiastuti, 2010:xx).
Menurut Lesly (1987) dalam bukunya Public Relations Handbook,
tujuan Special Event (Pudjiastuti, 2010:xxv), yaitu:
1. Menciptakan citra baik atau citra positif.
2. Melakukan promosi pelayanan dan produksi.
3. Menciptakan goodwill.
37
4. Mencegah dan memecahkan masalah.
5. Mengatasi kesalahpahaman dan prasangka.
6. Meramalkan serangan-serangan,
7. Mampu menarik perhaian khalayak.
8. Merumuskan kebijakan-kebijakan serta mengarahkan proses
perubahan-perubahan sedemikian rupa
Dan menurut Pudjiastuti (2010:xxv), Tom Duncan (2003) telah
menyebutkan tujuan special event yakni:
1. Memengaruhi khalayak sasaran.
2. Mengasosiasikan sebuah merek dengan suatu kegiatan, gaya
hidup, atau individu tertentu.
3. Menjangkau target sasaran yang lebih luas.
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap merek, produk,
atau perusahaan.
5. Mempublikasikan sebuah merek, produk, atau perusahaan yang
nantinya akan meningkatkan pengetahuan khalayak.
Dari kedua ahli dapat dirumuskan bahwa tujuan diadakannya
special event adalah untuk mempengaruhi khalayak, proses publikasi,
niat baik atas perusahaan, melakukan promosi, memecahkan masalah,
merumuskan kebijakan-kebijakan, dan menciptakan citra positif.
38
2.1.4.3 Kaitan Special Event dengan Public Relations
Menurut Pudjiastuti, special event merupakan salah satu tools
public relations disamping kegiatan lain, seperti identitas perusahaan,
publisitas, website, dan sebagainya. Salah satu peran utama public
relations adalah sebagai komunikator perusahaan, lembaga, atau
perorangan untuk menyampaikan informasi tentang perusahaan, lembaga
atau perorangan yang diwakilinya kepada publiknya baik internal
maupun eksternal. Banyak cara yang dapat digunakan oleh public
relations officer dalam menyampaikan informasi mengenai perusahaan,
lembaga atau perorangan melalui special event seperti pameran,
roadshow, kompetisi, pertunjukan musik, dan lain-lain.
Public relations harus dapat tampil berinteraksi langsung dengan
publiknya sehingga dapat meyakinkan publik dalam menyampaikan
informasi. Special event akan sangat ditunggu-tunggu oleh banyak orang
terutama pihak media massa.
Pudjiastuti (2010:xxxviii) mengemukakan pendapat Goldblatt
(2002) terdapat tahapan untuk melakukan special event yang efektif dan
efisien, yaitu:
1. Penelitian: menentukan kebutuhan, keinginan, dan ekspektasi
khalayak sasaran serta mengurangi resiko kegagalan dalam
pelaksanaan dan mengurangi risiko ketidakhadiran khalayak.
39
2. Design: acara yang spektakuler sangat memerlukan kreativitas yang
luar biasa dari pelaksananya. Kemampuan dalam menciptakan
gerakan, suara, permainan warna, cahaya, mendesain area, dan
sebagainya diperlukan secara komprehensif dan penuh pertimbangan
untuk menciptakan kesan mendalam bagi para tamu undangan.
3. Perencanaan: tahap ini dilakukan setelah analisis situasi dilakukan
bersamaan dengan designing. Banyak yang harus dipertimbangkan
pada saat perencanaan sehingga susunan perencanaan sering kali
mengalami perubahan, penambahan atau pengurangan sesuai
ketersediaan sumber daya yang ada.
4. Koordinasi: dapat bekerja sama dengan pihak-pihak yang terlibat
dalam acara tersebut untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu
menghasilkan acara yang sukses.
5. Evaluasi: merupakan tahap yang sering diabaikan oleh pihak
pelaksana. Evaluasi yang baik akan menghasilkan data dan fakta yang
sangat berharga, khususnya mendukung kegiatan yang akan
dilakukan pada masa yang akan datang.
2.1.4.4 Bentuk-Bentuk Special Event
Laermer (2009:64) menyebutkan acara-acara terbaik menurutnya
adalah yang bersifat visual, kreatif, unik, dan menawarkan pendekatan
baru kedalam situasi yang familier. Setiap orang ingin pergi ke sebuah
lokasi yang trendi dan masuk ke dalam daftar tempat yang ingin
40
dikunjungi. Pesta peluncuran bisa jadi sangat membosankan bagi
penyelenggara dan para pengunjung. Jika pihak penyelenggara tidak
membuatnya menarik dan menyenangkan, tidak akan ada yang datang.
Dan tidak lupa bahwa pihak penyelenggara harus membuat setiap janji
dapat terpenuhi dengan memuaskan. (Laermer, 2009:64-65)
Sangat pantas bila sebuah ajang khusus memperhatikan unsur
hiburan dan unsur berkesan agar menarik perhatian masyarakat. Bowdin
(2006), dalam bukunya mengatakan bahwa ajang khusus dapat
diklasifikasikan berdasarkan besar dan isinya yang mana seperti
digambarkan pada bagan dibawah ini:
Gambar 2.1.4.4.1 Klasifikasi Special Event
(sumber: Pudjiastuti, 2010:109)
41
Sedangkan Pudjiastuti mengemukakan pendapat Joe Goldblatt
(2002) mengenai unsur yang terdapat dalam special event selain
komponen celebration, education, marketing and reunion, masih ada
beberapa sub-bidang yang digolongkan berdasarkan tujuan dan
kebutuhan khusus antara lain:
1. Launching: bertujuan untuk memberitahukan kepada publik tentang
adanya sesuatu yang baru mengenai produk baru, album musik, logo
atau identitas baru perusahaan, saham perdana, dan cabang
perusahaan. Ciri-ciri yang paling umum adalah terdapat liputan dari
pihak media massa sehingga penyebaran informasi ke khalayak (para
pelanggan atau calon pelanggan potensial, para investor) lebih luas
dan tersebar.
2. Gathering: khalayak dari acara ini bisa dari publik internal
(karyawan, pemegang saham, atau investor) dan bisa juga dari publik
external (distributor, media, pemerintah, konsumen, supplier, dan
sebagainya). Bentuk dari acara gathering dirancang dapat berupa
hiburan, ramah-tamah, atau diskusi ringan mengenai sesuatu.
Tujuannya untuk mengakrabkan hubungan antar peserta.
Pekerjaan humas akan lekat dengan hal-hal macam pelaksanaan
acara khusus, sehingga perlu usaha yang lebih kreatif untuk
mempertahankan publik yang sudah ada dan jadikan situasi ajang khusus
ini untuk menarik perhatian publik baru. Perlu digarisbawahi agar
42
peristiwa tersebut dapat bermakna, harus memiliki tujuan yang jelas,
direncanakan dan disusun dengan sungguh-sungguh selama dalam tahap
perencanaannya. Diwajibkan bagi divisi humas untuk menyediakan
media kit (release, alat tulis, blocknote, merchandise perusahaan) untuk
memperlancar kerja mereka.
2.1.5 Komunikasi
Wilbur Scrarmm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi.
(Suprapto, 2009:4). Menurutnya, kata komunikasi berasal dari bahasa latin
communis yang berarti umum (common) atau bersama. Artinya ketika seseorang
sedang berkomunikasi, secara tidak langsung orang tersebut sedang
menumbuhkan kebersamaan dengan lawan bicaranya, seperti berusaha berbagi
informasi, ide atau sikap, komunikasi sebenarnya usaha membuat penerima
menjadi paham dan mengerti atas pesan tertentu. Keberhasilan komunikasi
menurut Schramm, apabila melahirkan kebersamaan, kesepahaman antara
sumber dengan penerima, dan dikatakan efektif apabila audience menerima
pesan, pengertian, dan lain-lain sama seperti yang dikehendaki oleh
komunikator.
Arifin (2002) di dalam bukunya menjelaskan definisi yang menempatkan
komunikasi sebagai kontrol sosial dimulai oleh Carl I. Hoveland yang kemudian
dikemukakan juga antara lain oleh Shannon dan weaver (1949) dan oleh Shacter
(1961). Hoveland merumuskan, komunikasi adalah proses dimana seseorang
(komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-
43
lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain.
Shannon & Weaver (1949) menyatakan bahwa komunikasi menyangkut semua
prosedur melalui dimana pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang lain.
Pengaruh tersebut berkerja hingga penerima pesan dapat mengubah
perilakunya seperti menurut Everett M.Rogers, bahwa komunikasi adalah proses
dimana suatu ide dialihkan kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud
untuk mengubah tingkah laku mereka. (Mulyana 2007:69)
Pendapat-pendapat diatas saling berkesinambungan dari adanya proses
berbagi kepada penerima agar paham atas pesan tertentu sehingga dapat
mempengaruhi pikiran dan mengubah tingkah laku penerina dengan bantuan dari
rangsangan selama proses komunikasi berjalan.
2.1.5.1 Konteks Teori Komunikasi Masssa
Definisi komunikasi oleh Everett M.Rogers diatas merupakan
bagian konseptualisasi komunikasi sebagai tindakan satu arah. Hal ini
sesuai dengan konsep komunikasi khususnya media massa.
Lasswell mengemukakan fungsi media di masyarakat adalah
“Untuk pengawasan (surveillance), yaitu menyampaikan
informasi-informasi tentang lingkungan; korelasi (correlation), yaitu
memberikan opsi atau pilihan untuk menyelesaikan masalah; dan
transmisi (transmission), yaitu melakukan sosialisasi dan pendidikan.”
Wright menambahkan satu fungsi lagi yaitu sebagai hiburan
(entertainment)”. (http://nurriest.blogdrive.com/archive/7.html, diunduh pada
hari Minggu, tanggal 22 Mei 2011, pukul 5.25 WIB)
44
Melalui special event yang diadakan oleh The Body Shop maka
diharapkan media massa dapat dengan maksimal menyampaikan
informasi dari pesan yang mengedukasi guna menjaga stabilitas citra
positif perusahaan. Terdapat alasan yang melatarbelakangi mengapa
perusahaan memilih media massa, yaitu sebagai jembatan menuju
publiknya. Sehingga mudah bagi perusahaan untuk mendapatkan target di
luar perkiraan. Ketika informasi sudah disebar, maka kegiatan monitoring
terhadap ketiga efek pun dilakukan dan diikuti dengan langkah-langkah
selanjutnya seperti tracking, analisa dan evaluasi.
2.1.5.2 Model Komunikasi
Inilah saat yang paling penting dari profesi public relations.
Public relations harus dapat berinteraksi langsung dengan publiknya
sehingga dapat lebih mampu meyakinkan publik berkaitan dengan
informasi yang disampaikan. Special event akan sangat ditunggu-tunggu
oleh banyak orang, terutama oleh pihak media massa.
Public relations tidak dapat menghindar dari teori komunikasi.
Banyak teori komunikasi yang dipakai sebagai pendukung public
relations tools untuk mengetahui apa yang terjadi pada informasi sejak
dikirim hingga informasi tersebut diterima. Pemilihan model komunikasi
juga dipengaruhi oleh kondisi tekhnologi dan semangat zaman yang
melingkunginya. Model Berlo (1960) adalah salah satu dari sekian
banyaknya model komunikasi yang dikenal dengan model SMCR
(Source, Message, Channel, Receiver). (Mulyana, 2007:162)
45
Informasi yang akan tersebar akan lebih luas lagi apabila, public
relations mengetahui beberapa faktor pribadi dari sumber dan penerima
pesan dalam mempengaruhi proses komunikasi yang dilukiskan oleh
Berlo. Faktor yang dimaksud seperti, keterampilan berkomunikasi,
pengetahuan, sisstem sosial, dan lingkungan budaya. Message (pesan)
pada model Berlo dikembangangkan berdasarkan elemen, struktur, isi,
perlakuan, dan sandi. Dan pada channel (saluran) berhubungan dengan
panca indra: melihat, mendengar, menyentuh, membaui dan merasai.
Model komunikasi sendiri memiliki fungsi yaitu, meggambarkan proses
komunikasi, menunjukkan hubungan visual, membantu menemukan dan
memperbaiki kemacetan komunikasi. (http://books.google.com/, diunduh
pada hari sabtu, 21 Mei 2011, pukul 19.10 WIB). Sehingga dengan
adanya model komunikasi, dapat menyempurnakan perencanaan dan
pengelolaan bagi public relations.
Gambar 2.1.5.2.1 Model Komunikasi Berlo
(sumber: Mulyana, 2007:162)
46
.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Media Monitoring
Sejarah media monitoring mulai tahun 1800-an tengah sebagai layanan
kliping media. Layanan kliping media (disebut "memotong media" di Eropa)
para pegawai yang bekerja sebagai pembaca, dikerahkan untuk memindai artikel
dalam publikasi berita cetak untuk mencari kata-kata kunci beberapa klien. Para
pembaca menandai kata kunci dalam artikel, kemudian digunakan pisau untuk
memotong artikel yang telah ditandai, memasukkan artikel yang telah dipotong
dalam folder dan menyampaikan klip melalui surat ke klien. Kebanyakan
layanan kliping media terbatas melayani wilayah geografis (satu negara) dan
dimonitor hanya dalam satu bahasa. Keterbatasan para pegawai tersebut
sebanyak 30-40% tidak dapat menemukan kata kunci, yang dikarenakan
banyaknya nama klien yang harus dicari menurut kata per kata.(William, 2010:3)
47
Media merupakan jalur terpenting kegiatan public relations. Public
relations harus bekerja keras agar dapat mendorong media untuk memuat
pendapat yang diinginkan oleh perusahaan. Wartawan tidak akan menuliskan
laporan yang menggembirakan tentang produk atau layanan, kecuali bila
mempunyai cerita bernilai berita. Bagi seorang wartawan, berita adalah cerita
yang menarik perhatian pembaca, pemasang iklan, membawa misi tertentu,
skandal, atau masalah sosial, memperbaiki jumlah sirkulasi atau menguntungan
masyarakat luas. (Greener, 1995:23). Untuk melakukan hal itu, public relations
harus mengetahui sifat media. Jika tidak, akan sulit mencapai tujuan dan hanya
akan membuang-buang waktu dan biaya. Demikian pula seperti yang dikatakan
oleh Kennedy (2005:46) bahwa perlu diperhatikan penggunaan media agar
berkaitan dengan sasaran dari pesan, apakah pesan itu ditujukan kepada personal,
kelompok, atau massa.
Menurut sumber (http://rumakom.wordpress.com/2008/01/31/
monitoring-media-apa-dan-bagaimana/), melakukan monitor terhadap
pemberitaan dalam media sangat diperlukan oleh praktisi public relations. Hal
itu dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dasar yang diperlukan para
praktisi public relations.
Istilah monitoring ini diartikan sebagai pengawasan atau pemantauan,.
Lebih lengkap lagi penjelasan mengenai pemantauan media oleh William
(2010:3) adalah proses membaca, menonton atau mendengarkan dengan isi
editorial sumber media, dan kemudian, mengidentifikasi, menyimpan dan
menganalisis konten yang berisi kata-kata kunci tertentu atau topik
48
Pada akhirnya, cara dan motif itu harus dibuktikan dengan catatan tertulis
tentang apa yang dimonitor, kapan sesuatu yang dimonitor itu terjadi (dilihat,
atau disaksikan, atau dikumpulkan bukti-buktinya, atau ditemukan faktanya) dan
bagaimana kejadiannya atau deskripsinya (kronologi dan/atau sebab-
musababnya), serta siapa saja yang terlibat atau diduga terlibat.
2.2.2 Metode Media Monitoring
Ada beberapa pendekatan praktis dalam memonitor media, clip counting
atau klipping adalah salah satu teknik yang paling terkenal menurut versi blog
dari situs http://rumakom.wordpress.com. Sedangkan menurut William (2010:3)
proses memantau media dimulai dengan pencarian istilah atau kata kunci atau
frase kata kunci. Penelusuran berisi media yang dipantau, jenis barang, periode
waktu pemantauan, dan metode penyampaian artikel.
Berhubung media cetak yang terbit dalam sehari tidak hanya satu atau
dua media, terkecuali dengan majalah yang terbit per periode yang ditentukan
(mingguan dan bulanan), sebab bila ditunda pengerjaannya akan menguras
banyak tenaga dan waktu, bahkan dalam melakukan analisa menjadi tidak fokus.
2.2.3 Tujuan Media Monitoring
Tujuan aktivitas monitoring menurut William (2010) adalah untuk
menemukenali (to dettect) dan mengantisipasi atau mencegah (to detter).
Monitoring dilakukan secara terus menerus dan merekam atau mencatatnya
secara terstruktur. Motif sebuah kegiatan monitoring didasari oleh keinginan
untuk mencari hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa atau kejadian baik
49
menyangkut siapa, mengapa bisa terjadi, sumber daya publik yang berkaitan,
kebijakan dan dampak apa yang terjadi atau harus diantisipasi serta hal-hal lain
yang berkaitan. Beberapa lembaga juga mengerahkan pemantauan media sebagai
alat untuk melacak keberhasilan rilis berita mereka, adapun tujuan yang
dikemukakan William (2010:3), yakni untuk menemukan informasi tentang
pesaing dan isu-isu spesifik yang relevan kepada organisasi, untuk lebih
memperluas strategi kinerja terhadap pesaing, untuk reputasi perusahaan atau
merek, untuk lebih memahami kekuatan dan kelemahan dari komunikasi
perusahaan, untuk mengidentifikasi peluang bisnis baru, dan keperluan lainnya.
Selain itu perusahaan tidak ada salahnya mengangkat berita tentang
kompetitor untuk dijadikan tolak ukur yang efektif, sekaligus memonitor opini
publik, citra, reputasi dan berita yang berpotensi mengenai perusahaan.
2.2.4 Karakteristik Media
Selama ini media yang dipakai sebagai penerus pesan sekaligus penyebar
informasi The Body Shop meliputi surat kabar (nasional dan lokal), majalah,
radio dan jaringan internet. Internet merupakan satu media yang keberadaanya
cukup dirisaukan untuk itu, pintar-pintarnya seorang public relations dalam
memilah situs yang resmi dan relevan dalam pemuatan berita perusahaan. Setiap
media memiliki karakteristik yang berbeda berikut adalah tabel sebagai
perbandingan kekuatan dan kelemahan dari masing-masing media menurut
Kennedy & Soemanagara (2005:100-102):
Tabel 2.2.4.1 Karakteristik Media
50
(sumber: Kennedy & Soemanagara, 2005:100-102)
Jenis media Kekuatan Kelemahan
Radio Pesan yang disampaikan
dapat bentuk ulasan
Daya rangsang tinggi
Pendengar dapat
berimajinasi melalui suara
Sewa slot iklan murah
Hanya ada suara
Dapat didengar jika siaran
diputar kembali
Jangkauan terbatas
Surat Kabar Dapat dibaca dimana saja
Dapat dibaca berulang-
ulang
Biaya pemasangan relative
rendah
- Jangkauan terbatas
- Daya rangsang rendah
- Kualitas visual tergantung
pada kualitas cetakan
Setelah hasbis dibaca
cenderung dibuang
Majalah Dapat dibaca di mana saja
Dapat dibaca berulang-
ulang
Biaya pemasangan relative
rendah
Jangkauan terbatas
Daya rangsang rendah
- Dibeli jika ada berita yang
menarik perhatian
Brosur, folder Informasi yang diberikan
sangat spesifik.
Langsung ditujukan pada
personal
Biaya murah
Daya rangsang bisa kuat
dan bisa rendah tergantung
atas daya tarik visual yang
ditampilkan.
Cenderung diabaikan jika
isinya tidak menarik atau
tidak berhubungan dengan
kebutuhan.
Ruang pesan ditentukan
atau dibatasi oleh
kemampuan biaya.
Banner, Poster Daya jangkau cukup besar
Biaya produksi murah
Daya rangsang rendah
Informasi yang ditampilkan
terbatas.
Biaya pajak dan perijinan
tinggi.
Keamanan kurang terjamin
Jika posisinya tidak
strategis, segmentasi yang
dituju tidak tercapai
Surat kabar nasional dan majalah merupakan faktor utama yang
memperngaruhi kegiatan public relations dalam penelitian ini. Adapun
keuntungan serta kerugian yang didapatkan dari kedua media tersebut.
Tabel 2.2.4.2 Keuntungan & Kerugian Majalah dan Koran
(sumber: Otis Baskin, 1997:169)
51
Keuntungan Kerugian
Majalah Pembacanya lebih loyal Ditemukannya sirkulasi yang
berulang
Mencapai konsumennya Kadang biaya produksi menjadi
mahal
Menghasilkan warna yang
bagus
Interval waktu terbit yang lama
Menerima prestige atas
pemuatan review
Audience lebih selektif
Koran Medium yang tepat untuk
beriklan
Biaya tinggi untuk nasional
coverage
Mencapai seluruh golongan di
masyarakat
Format dan ukuran yang
dibedakan
Kemudahan dalam penjadwalan
coverage
Perbedaan biaya untuk beriklan
di local dan nasional
Relative murah biayanya Warna cetakan tidak bagus
Pasarnya tergantung wilayah
Pertimbangan perusahaan dalam menentukan media yang akan
digunakan, tidak terlepas dari sifat yang dimiliki masing-masing media terutama
sisi keuntungan media itu sendiri. Pemuatan artikel dapat dikatakan efektif untuk
menaikan coverage merek.
Witono (1997:35-36) memberikan pemaparan dari Lis Frazier (1997:131-
132) salah satu indikator untuk mengetahui efektivitas hubungan media massa
yaitu dengan melihat:
1. Jumlah liputan
2. Jumlah siaran pers yang dikirimkan
3. Berapa kali nama produk ditulis
52
4. Berapa kali pesan utama disebutkan per liputan
Sedangkan Kasali dapat sebagai pelengkap ketika melakukan evaluasi
publikasi, dengan melihat beberapa karakteristik:
1. Jumlah media yang memuat tulisan/publikasi
2. Macam ulasan; apakah masuk dalam berita utama, berita ekonomi, berita
pendek, atau berita ringan (Kasali, 1994:169)
2.2.4.1 Majalah dan Portal Berita
Biagi (2010:110) menjelaskan tentang penggunaan majalah yang
hingga kini tetap bertahan dalam melengkapi media lain serta memiliki
manfaat khusus bagi para pembacanya. Dalam buku Media Impact:An
Introduction to Mass Media tertera mengenai keuntungan majalah
sebagai medium yang diungkapkan oleh Presiden Judd’s Inc.,Wayne
Warren,
“Dengan majalah kita dapat membaca apa yang kita inginkan,
kapanpun, dan dimanapun kita berada. Dan kita dapat membacanya lagi
dan lagi, terserah kami berapa kali lipat mereka menggulungnya,
merobek bonus kupon, iklan atau artikel yang menarik minat kita, dan
pendek kata melakukan apapun yang kita mau karena itu adalah majalah
kita.”
Meningkatnya kebutuhan masyarakat didunia ini dapat dinilai dari
bagaimana sebuah majalah memasukkan berbagai konten berdasarkan
pembacanya masing-masing. Sebelum menentukan pembacanya, perlu
diketahui bahwa majalah memiliki tipe yang membedakan majalah yang
53
satu dengan yang lainnya. Adapun tipe majalah yang disebutkan oleh
Biagi (2010:99)
1. Majalah komersial
2. Majalah perdagangan, tekhnikal, dan professional
3. Majalah perusahaan
Majalah komersial merupakan majalah dengan keuangan terbesar
karena memiliki pembaca luas dan iklan yang banyak. Dalam bisnis,
majalah komersial bukanlah majalah yang memberikan saran untuk cara
membeli. Time, Parenting, Bazaar dan Maxim adalah contoh dari
majalah komersial. Jadi, semua majalah yang dijual secara berlangganan
atau dijual di kios, supermarket, dan toko buku merupakan pengertian
dari majalah komersial. (Biagi, 2010:99)
Portal Berita
Portal berita adalah menggabungkan media massa konvensional dengan
teknologi komunikasi. Portal surat kabar online sama dengan mengkonversi dari
harian cetak ke internet, dan ditambahi sedikit informasi menarik lainnya. Tidak
dapat dipungkiri bahwa media semakin bekerja lebih keras untuk memperoleh
khalayak dengan menyesuaikan diri pada perkembangan teknologi, sehingga
banyaknya sumber informasi yang dapat diakses menjadi semakin kompetitif.
54
"Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa perkembangan media online di
Indonesia saat ini cukup pesat dan menjadi fenomena yang cukup menarik untuk
diperbincangkan. Oleh sebab itulah aplikasi teknologi informasi dan komunikasi
terbukti mampu menjembatani jalur transportasi pengiriman informasi media ke
khalayak." (Nobertha Shinta. Media.kompasiana.com, 25 Febuari 2011)
Karakteristik yang paling populer tentunya adalah sifatnya yang real
time. Berita, kisah-kisah, peristiwa-peristiwa, bisa langsung dipublikasikan pada
saat kejadian sedang berlangsung. Secara sistematis, urutan rubrik dan konten
berita sama persis dengan yang versi cetak dan tampilannya cenderung lebih
formal dan statis serta tidak memainkan komposisi warna yang terlalu banyak,
hanya penulisannya lebih singkat, padat dan berisi. Karakter lainnya yang
membuat portal berita online menjadi diminati adalah sifatnya yang interaktif.
Serta dapat menyajikan informasi yang terhubung dengan sumber-sumber lain.
Ini berarti, pengguna dan pembaca dapat menikmati informasi secara efisien dan
efektif namun tetap terjaga dan didorong untuk mendapatkan pendalaman dan
titik pandang yang lebih luas bahkan berbeda.
55
Teori Umum
Public Relations
(Cutlip, 2009)
Special Event
(Komunikasi
SMCR Model
Berlo)
Teori Khusus
Media Monitoring
o majalah
o media online
(portal berita)
Literature Review
1.Skimming
2.Scanning
(Frazier&Kasali)
3.Referencing
4.Inferencing-SWOT
2.3 Kerangka Pikir Penelitian
Image Perusahaan melalui Media Monitoring dalam
Penyelenggaraan Special Event (press event)
Media Monitoring sebagai Alat Penyelenggaraan Public
Relations dalam Mengelola Image:
Untuk mengetahui perkembangan The Body Shop
dengan kompetitor.
Shopping idea public relation.
Mengetahui bagaimana The Body Shop dikenal oleh
publik.
Memantau kegiatan publisitas The Body Shop dan
kompetitor.