BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1...
-
Upload
nguyenkhanh -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1...
5
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Latar Belakang
Menurut teori Gibson yang dikutip oleh (Illyas,1999,55-58, Yuliani Indrawati,2006,p46),
Variabel individu dikelompokkan pada sub-variabel kemampuan dan ketrampilan, latar belakang
dan demografis. Latar belakang berupa keluarga, tingkat social, dan pengalaman.
a. Keluarga
Menurut Salvicion dan Celis (1998), sebagaimana yang dikutip oleh Wikipedia, di dalam
keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan, dhidupnya dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan.
Fungsi yang dijalankan oleh Keluarga :
1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak
untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi
anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga
anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan
dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar
sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam
menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
6
5. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak
dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang
mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
6. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur
penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan
keluarga.
7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan
dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman
masing-masing, dan lainnya.
8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai
generasi selanjutnya.
9. Memberikan kasih sayang, perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
b. Tingkat Sosial
Pada berbagai tingkat sosial memungkinkan untuk menjadi orang baik, pada tingkat sosial
yang berbeda ada konflik yang berbeda. Pada status sosial tinggi ada bentuk konflik tingkat
sosial tinggi, selalu dapat saja menyikapi konflik secara benar, bagaimana cara menjadi
orang baik pada tingkatan itu, selalu dapat diwujudkan dengan melepas hambar segala
nafsu keinginan dan keterikatan hati. (Sumber :Rizki Afif)
c. Pengalaman
Pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat pendidikan,
yang merupakan satu kesatuan disekitar tujuan murid, pengalaman pendidikan bersifat
kontinu dan interaktif membantu integrasi pribadi murid. (Sumber : Yoga Wijaya Permana)
7
2.2 Organisasi
Menurut teori Gibson yang dikutip oleh (Illyas,1999,55-58, Yuliani Indrawati,2006,p46),
Variabel organisasi digolongkan dalam sub-variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur,
dan desain pekerjaan.
a. Sumber daya
Sumber daya manusia merupakan potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk
mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu
mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju
tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.
Dalam definisi yang lain, sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir
dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan
lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi
kepuasannya. (Sumber: Anne Ahira)
b. Kepemimpinan
Menurut Stephen P. Robbins (2003,p40), kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan.
c. Imbalan
Menurut Skinner(1969) yang dikutip oleh Muhammad Idris Purwanto, imbalan adalah suatu
penguat. Imbalan/penguat berarti sesuatu yang memiliki nilai bagi individu dan dapat
memberi kepuasan, sehingga perilaku yang diberi penguat cenderung akan diulang.
d. Struktur
Struktur adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu berhubungan satu dengan lain atau
bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Struktur adalah sifat fundamental bagi setiap
sistem. Identifikasi suatu struktur adalah suatu tugas subjektif, karena tergantung pada
asumsi kriteria bagi pengenalan bagian-bagiannya dan hubungan mereka. Karenanya,
8
identifikasi kognitif suatu struktur berorientasi tujuan dan tergantung pada pengetahuan
yang ada. Ada enam elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika
hendak mendesain struktur, antara lain:
a. Spesialisasi pekerjaan. Sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi-bagi ke
dalam beberapa pekerjaan tersendiri.
b. Departementalisasi. Dasar yang dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan secara
bersama-sama. Departementalisasi dapat berupa proses, produk, geografi, dan
pelanggan.
c. Rantai komando. Garis wewenang yang tanpa putus yang membentang dari
puncak organisasi ke eselon paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung
jawab kepada siapa.
d. Rentang kendali. Jumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh seorang manajer
secara efisien dan efektif.
e. Sentralisasi dan Desentralisasi. Sentralisasi mengacu pada sejauh mana tingkat
pengambilan keputusan terkonsentrasi pada satu titik di dalam organisasi.
Desentralisasi adalah lawan dari sentralisasi.
f. Formalisasi. Sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dibakukan.
(www.wikipedia.org)
e. Desain pekerjaan
Menurut DR. Sulipan, M.Pd., Desain pekerjaan adalah fungsi penetapan kegiatan kerja
seorang atau sekelompok karyawan secara organisasional. Tujuannya untuk mengatur
penugasan kerja supaya dapat memenuhi kebutuhan organisasi.
9
2.3 Motivasi
Menurut Malayu Hasibuan(2008,p92), Motivasi berasal dari kata latin “MOVERE” yang berarti
“DORONGAN atau DAYA GERAK”. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia khususnya kepada
para bahawan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja
bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan
keterampilannya untuk mewujudkannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan.
Menurut Stephen P.Robbins (2005,p92), motivasi adalah kesediaan melakukan usaha tingkat
tinggi guna mencapai sasaran organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut
memuaskan kebutuhan sejumlah individu. Kita dapat mengatakan bahwa karyawan-karyawan yang
termotivasi itu berada dalam keadaan tegang. Guna melepaskan ketegangan itu, mereka
melakukan usaha. Semakin besar ketegangan itu, semakin tinggi tingkat usahanya. Jika usaha itu
menghasilkan pemuasan kebutuhan, usaha itu menurunkan ketegangan.
Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja
keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Kenapa motivasi harus
dilakukan pimpinan kepada bawahannya? (Malayu S.P Hasibunan,2008,p93)
• Karena pimpinan membagi-bagikan pekerjaannya kepada para bawhan untuk dikerjakan
dengan baik
• Karena ada bawahan yang mampu untuk mengerjakan pekerjaannya, tetapi ia malas atau
kurang bergairah mengerjakannya
• Untuk memelihara dan atau meningkatkan kegairahan kerja bawahan dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya
• Untuk memberikan penghargaan dan kepuasan kerja kepada bawahannya
Menurut Stephen P. Robbin(2003, p208), Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan
tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu
dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual. Banyak orang keliru memandang motivasi
10
sebagai suatu ciri pribadi-yaitu, ada orang yang memilikinya dan yang lain tidak. Dalam praktik,
beberapa manajer mencap karyawan yang tampaknya kekurangan motivasi sebagai pemalas. Cap
semacam ini mengandaikan seorang individu selalu malas atau kurang motivasi.
Motivasi sebagai satu proses yang menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan
individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan. Ketiga unsur kunci dalam definisi tersebut
adalah intensitas, tujuan, dan ketekunan. Intensitas menyangkut seberapa kerasnya seseorang
berusaha. Ini adalah unsur yang paling difokuskan oleh kebanyakkan kita bila kita berbicara
tentang motivasi. Akan tetapi, intensitas yang tinggi tidak akan membawa hasil yang diinginkan
kecuali kalau upaya itu diarahkan ke suatu tujuan yang menguntungkan organisasi. Oleh karena
itu, kita harus mempertimbangkan kualitas dari upaya itu maupun intensitasnya. Upaya yang
diarahkan menuju, dan konsisten dengan, tujuan-tujuan organisasi adalah upaya yang seharusnya
kita usahakan. Akhirnya, motivasi memiliki dimensi ketekunan, ini adalah ukuran tentang berapa
lama seseorang dapat mempertahankan usahanya. Individu-individu yang termotivasi tetap
bertahan pada pekerjaan cukup lama unyuk mencapai tujuan mereka.
2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Menurut Edy Sutrisno(2009,p124-129), motivasi sebagai proses psikologis dalam diri
seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa factor. Factor-faktor tersebut dapat dibedakan atas
faktor intern dan faktor ekstern yang berasal dari karyawan.
1. Faktor Intern
Factor intern yang dapat mempengaruhi pemberian motivasi pada seseorang, antara lain:
a. Keinginan untuk dapat hidup
Keinginan untuk dapat hidup merupakan kebutuhan setiap manusia yang hidup di
muka bumi ini. Untuk mempertahankan hidup ini orang mau mengerjakan apa
saja, apakah pekerjaan itu baik atau jelek, apakah halalu atau haram dan
sebagainnya. Misalnya, untuk mempertahankan hidup manusia perlu makan dan
11
untuk memperoleh makan ini, manusia mau mengerjakan apa saja asal hasilnya
dapat memenuhi kebutuhan untuk makan. Keinginan untuk dapat hidup meliputi
kebutuhan untuk :
• Memperoleh kompensasi yang memadai
• Oekerjaan yang tetap walaupun penghasilan tidak begitu memadai
• Kondisi kerja yang aman dan nyaman
b. Keinginan untuk dapat memiliki
Keinginan untuk dapat memiliki benda dapat mendorong seseorang untuk mau
melakukan pekerjaan. Hal ini banyak kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari,
bahwa keinginan yang keras untuk dapat memiliki itu dapat mendorong orang
untuk mau bekerja. Contohnya keinginan untuk dapat memiliki sepeda motor dapat
medorong seseorang untuk mau melakukan pekerjaan.
c. Keinginan untuk memperoleh penghargaan
Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk diakui, dihormati oleh
orang lain. Untuk memperoleh status social yang lebih tinggi, orang mau
mengeluarkan uangnya, untuk memperoleh uang, itu pun ia harus bekerja keras,.
Jadi, harga diri, nama baik, kehormatan yang ingin dimiliki itu harus diperankan
sendiri, mungkin dengan bekerja keras memperbaiki nasib, mencari rezeki, sebab
status untuk diakui sebagai orang yang terhormat tidak mungkin diperoleh bila
yang bersangkutan termasuk pemalas, tidak mau bekerja, dan sebagainya.
d. Keinginan untuk memperoleh pengakuan
Bila kita perinci, maka keinginan untuk memperoleh pengakuan itu dapat meliputi
hal-hal :
• adanya penghargaan terhadap prestasi
• adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak
12
• pimpinan yang adil dan bijaksana
• perusahaan tempat bekerja dihargai oleh masyarakat.
e. Keinginan untuk berkuasa
Keinginan untuk berkuasa akan mendorong seseorang untuk bekerja. Kadang-
kadang keinginan untuk berkuasa dipenuhi dengan cara-cara tidak terpuji, namun
cara-cara yang dilakukannya itu masih termasuk bekerja juga. Apalagi keinginan
untuk berkuasa atau menjadi pimpinan itu dalam arti positif, yaitu ingin dipilih
menjadi ketua atau kepala, tentu sebelumnya si pemilih telah melihat dan
menyaksikan sendiri bahwa orang itu benar-benar mau bekerja, sehingga ia pantas
untuk menjadi penguasa dalam unit organisasi/kerja.
2. Faktor Ekstern
Factor ekstern juga tidak kalah perannya dalam melemahkan motivasi kerja seseorang.
Factor-faktor ekstern itu adalah :
a) Kondisi lingkungan kerja
Lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada di
sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan. Lingkungan kerja ini meliputi tempat bekerja, fasilitas dan
alat bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan, termasuk juga
hubungan kerja antara orang-orang yang ada di tempat tersebut. Lingkungan kerja
yang baik dan bersih mendapat cahaya yang cukup, bebas dari kebisingan dan
gangguan, jelas akan memeotivasi tersendiri bagi para karyawan dalam melakukan
pekerjaan dengan baik. Akan tetapi lingkungan kerja yang buruk, kotor, gelap,
pengap, lembab, dan sebagainya akan menimbulkan cepat lelah dan menurunkan
kreativitas. Oleh karena itu, pimpinan perusahaan yang mempunyai kreativitas
13
tinggi akan dapat menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan bagi para
karyawan.
b) Kompensasi yang memadai
Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi para karyawan untuk
menghidupi diri beserta keluarganya. Kompensasi yang memadai merupakan alat
motivasi yang paling ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para karyawan
bekerja dengan baik. Sedangkan kompensasi yang kurang memadai akan membuat
mereka kurang tertarik untuk bekerja keras, dan memungkinkan mereka bekerja
tidak tenang, dari sini jelaslah bahwa besar kecilnya kompensasi sangat
mempengaruhi motivasi kerja para karyawan.
c) Supervisi yang baik
Fungsi supervisi dalam suatu pekerjaan adalah memberikan pengarahan,
membimbing kerja bagi para karyawan, agar dapat melaksanakan kerja dengan
baik tanpa membuat kesalahan. Dengan demikian, posisi supervisior sangat dekat
dengan para karyawan, dan selalu menghadapi para karyawan dalam
melaksanakan tugas sehari-hari. Bila supervisior yang dekat para karyawan ini
menguasai liku-liku pekerjaan dan penuh dengan sifat-sifat kepemimpinan, maka
susasna kerja akan bergairah dan bersemangat. Akan tetapi memounyai supervisor
yang angkuh mau benar sendiri, tidak mau mendengarkan keluhan para karyawan,
akan menciptakan suasana kerja yang tidak mengenakkan, dan dapat menurunkan
semangat kerja. Dengan demikian peranan supervisor amat mempengaruhi
motivasi kerja para karyawan.
d) Adanya jaminan pekerjaan
Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan apa yang ada pada
dirinya untuk perusahaan, kalau yang bersangkutan merasa ada jaminan karier
14
yang jelas dalam melakukan pekerjaan. Mereka bekerja bukannya untuk hari ini
saja, tetapi mereka berharap akan bekerja sampai tua cukup dalam satu
perusahaan saja, tidak usah sering kali pindah. Hal ini akan dapat terwujud bila
perusahaan dapat memberikan jaminan karier untuk masa depan, baik jaminan
akan adanya promisi jabatan, pangkat maupun jaminan pemberian kesempatan
untuk mengembangkan potensi diri. Sebaiknya, orang-orang akan lari
meninggalkan perusahaan bila jaminan karier ini kurang jelas dan kurang
diinformasikan kepada mereka.
e) Status dan tanggung jawab
Status atau kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan dambaan setiap
karyawan dalam bekerja. Mereka bukan hanya mengharapkan kompensasi semata,
tetapi pada suatu masa mereka juga berharap akan dapat kesempatan menduduki
jabatan dalam satu perusahaan. Dengan menduduki jabatan, orang merasa dirinya
akan dipercaya, diberi tanggung jawab, dan wewenang yang besar untuk
melakukan kegiatan-kegiatan. Jadi status dan kedudukan merupakan dorongan
untuk memenuhi kebutuhan sense of achievement dalam tugas sehari-hari.
f) Peraturan yang fleksibel
Bagi perusahaan besar, biasanya sudah ditetapkan sistem dan prosedur kerja yang
harus dipatuhi oleh seluruh karyawan. Sistem dan prosedur kerja ini dapat kita
sebut dengan peraturan yang berlaku dan bersifat mengatur dan melindungi para
karyawan. Semua ini merupakan aturan main yang mengatur hubungan kerja
antara karyawan dan kewajiban para karyawan, pemberian kompensasi, promosi,
mutasi, dan sebagainya. Oleh karena itu, biasanya peraturan bersifat melindungi
dan dapat memberikan motivasi para karyawan untuk bekerja lebih baik. Hal ini
terlihat dari banyak perusahaan besar yang memperlakukan system prestasi kerja
15
dalam memberikan kompensasi kepada para karyawannya, yang penting semua
peraturan yang berlaku dalam perusahaan itu perlu diinfomasikan sejelas-jelasnya
kepada para karyawan, sehingga tidak lagi bertanya-tanya atau merasa tidak
mempunyai pegangan dalam melakukan pekerjaan.
2.3.1 Teori Motivasi
Tidak ada organisasi yang dapat berhasil tanpa tingkat komitmen dan usaha dari para
anggotanya. Karena alasan itu, para manajer dan pakar manajemen selalu merumuskan teori-teori
tentang motivasi. Peneliti akan mencoba menyajikan teori-teori motivasi yang mendukung
penelitian yang dikemukakan oleh beberapa ahli, dimana penjelasannya akan disajikan sebagai
berikut (Edy Sutrisno,2009,p131-150) :
1. F.W Taylor dengan teori motivasi konvensional
Teori motivasi konvensional ini termasuk content theory, karena F.W Taylor memfokuskan
teorinya pada anggapan bahwa keinginan untuk pemenuhan kebutuhannya yang menyebabkan
orang mau bekerja keras. Dengan teori ini, dapat disebutkan bahwa seseorang akan mau
berbuat atau tidak berbuat didorong oleh ada atau tidak adanya imbalan yang akan diperoleh
yang bersangkutan. Oleh karena itu, seorang pemimpin haruslah berusaha memberikan
imbalan berbentuk materi, agar bawahannya bersedia diperintah melakukan pekerjaan yang
telah ditentukan. Jika besar imbalan ini bertambah, maka intensitas pekerjaan tim akan dapat
dipacu. Jadi, dalam teori ini pemberian imbalanlah yang memotivasi seseorang melakukan
pekerjaan.
2. Abraham H. Maslow dengan teori hierarki
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan
manusia ini dapat diklasifikasikan ke dalam lima hierarki kebutuhan, yaiutu sebagai berikut:
16
a. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan untuk mempertahankan hidup ini disebut juga kebutuhan psikologis
(psilkological needs), yaiutu kebutuhan untuk mempertahankan hidup dari kematian.
Kenutuhan ini merupakan tingkat paling dasar yang diperkenalkan oleh Maslow.
Kebutuhan paling dasar ini berupa kebutuhan akan makan, minum, perumahan,
pakaian, yang harus dipenuhi oleh seseorang dalam upayanya untuk
mempertahankan diri dari kelaparan, kehausan, kedinginan, kepanansan, dan
sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutahan tersebutlah yang mendorong
untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan, karena dengan bekerja itu ia mendapat
imbalan (uang, materi) yang akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhannya tadi.
b. Kebutuhan rasa aman
Menurut Maslow, setelah kebutuhan tingkat dasar terpeuhi, maka seseorang berusaha
memenuhi kebutuhannya yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman dan
keselamatan. Kebutuhan ini akan dirasakan mendesak setelah kebutuhan pertama
terpenuhi. Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
dan keamanan ini dapat melalui :
• Selalu memberikan informasi agar para karyawan dalam bekerja bersikap hati-
hati dan waspada.
• Menyediakan tempat kerja aman dari keruntuhan, kebakaran, dan sebagainya
• Memberikan perlindungan asuransi jiwa, terutama bagi karyawan yang
bekerja pada tempat rawan kecelakaan
• Memberikan jaminan kepastian kerja, bahwa selama mereka bekerja dengan
baik, makan tidak akan di PHK-kan, dan adanya jaminan kepastian pembinaan
karier.
17
c. Kebutuhan hubungan social
Kebutuhan social yang sering pula disebut dengan social needs, atau affliation needs,
merupakan kebutuhan tingkat ketiga dari Maslow. Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan untuk hidup bersama dengan orang lain. Kebutuhan ini hanya dapat
dipenuhi bersama masyarakat, karena memang orang lainlah yang dapat
memenuhinya, bukan diri sendiri. Kebutuhan sosial ini meliputi antara lain sebagai
berikut :
• Kebutuhan untuk disayangi, dicintai, dan diterima oleh orang lain
• Kebutuhan untuk dihormati oleh orang lain
• Kebutuhan untuk diikutsertakan dalam pergaulan
• Kebutuhan untuk berprestasi
d. Kebutuhan pengakuan
Setiap orang yang normal membutuhkan adanya penghargaan diri dan penghargaan
prestise diri dari lingkungannya. Semakin tinggi status dan kedudukan seseorang
dalam perusahaan, maka semakin tinggi pula kebutuhan akan pristise diri yang
bersangkutan. Penerapan pengakuan atau penghargaan diri ini biasanya terlihat dari
kebiasaan orang untuk menciptakan symbol-simbol, yang dengan symbol itu
kehidupannya dirasa lebih berharga. Dengan symbol-simbol itu ia merasa bahwa
statusnya meningkat, dan dirinya sendiri disegani dan dihormati orang. Symbol-simbol
yang dimaksud berupa: merek sepatu/jam tangan, tempat belanja, merek mobil, dan
sebagainya. Namun sesuatu itu adalah wajar, bila prestise itu dipadukan dengan
memperlihatkan prestasi. Kalau menghendaki prestise tanpa prestasi temtu akan jadi
bahan tertawaan orang saja.
18
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan yang paling tinggi. Untuk
memenuhi kebutuhan puncak ini biasanya seseorang bertindak bukan atas dorongan
orang lain, tetapi Karena kesadaran dan keinginan diri sendiri. Dalam kondisi ini
seseorang ingin memperlihatkan kemampuan dirinya secara optimal di tempat
masing-masing. Hal tersebut terlihat pada kegiatan pengembangan kapasitas diri
melalui berbagai cara seperti ikut diskusi, ikut seminar, loka karya yang sebenarnya
keikutsetaannya itu bukan didorong oleh ingin dapat memperlihatkan bahwa ia ingin
mengembangkan kapasitas prestasinya yang optimal. Kebutuhan aktualisasi diri
mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan ciri-ciri kebutuhan yang lain, yaitu adalah :
• Tidak dapat dipenuhi dari luar, karena harus dipenuhi engan usaha pribadi itu
sendiri
• Pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri ini biasanya seiring dengan jenjang
karier seseorang, dan tidak semua orang mempunyai kebutuhan seperti ini.
3. David Mc. Chelland dengan teori motivasi prestasi
Teori kebutuhan yang dikemukakan oleh David Mc. Clelland (1974) disebut juga dengan
teori motivasi prestasi. Menurut teori ini, ada tiga komponen dasar yang dapat digunakan untuk
memotivasi orang bekerja , yaitu kebutuhan akan :
• Need for achievement
Merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang di ukur berdasarkan standar
kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan ini, berhubungan erat dengan
pekerjaan, dan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi
tertentu.
19
• Need for affliation
merupakan kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam hubungannya
dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan
hubungan secara akrab dengan orang lain.
• Need for Power
Kebutuhan untuk menguasai dan memengaruhi terhadap orang lain. Kebutuhan ini,
menyebabkan orang bersangkutan tidak atau kurang memperdulikan perasaan
orang lain. Lebih lanjut dijelaskan pada kehidupan sehari-hari.
Pada kehidupan sehari-hari, ketiga kebutuhan tersebut selalu muncul pada tingkah
laku individu, hanya kekuatannya tidak sama antara kebutuhan-kebutuhan itu pada
diri seseorang.
4. Frederick Herzberg dengan teori model dan factor
Sebenarnya teori ini merupakan pengembangan dari teori hierarki kebuthan Maslow.
Menurut teori pemeliharaan motivasi ada dua factor yang mempengaruhi kondisi pekerjaan
seseorang, yaotu sebagai berikut :
• Faktor pemeliharaan (Maintanance Faktors)
Factor pemeliharaan juga disebut dengan hygine factor merupakan factor yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara keberadaan karyawan
sebagai manusia, pemeliharaan ketentraman dan kesehatan. Faktor pemeliharaan
adalah factor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia
yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini
merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus karena kebutuhan ini akan
kembali pada titik nol setelah dipenuhi. Misalnya orang lapar akan makan,
kemudian lapar lagi, lalu makan lagi, dan seterusnya. Faktor pemeliharaan ini
meliputi hal-hal gaji, kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervisor yang
20
menyenangkan, mobil dinas, rumah dinas, dan macam-macam tunjangan lainnya.
Hilangnya factor-faktor pemeliharaan ini dapat menyebabkan timbulnya
ketidakpuasan dan absennya karyawan, bahkan dapat menyebabkan banyak
karyawan yang keluar.
• Factor motivasi (Motivation Factors)
Factor pemuas yang disebut juga motivator, merupakan factor pendorong
seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri orang yang
bersangkutan (intrinsic). Factor motivator ini mencangkup :
• Kepuasan kerja
• Prestasi yang diraih
• Peluang untuk maju
• Pengakuan orang lain
• Kemungkinan pengembangan karier
• Tanggung jawab
Dalam teori ini, timbul paham bahwa dalam perencanaan pekerjaan harus
diusahakan sedemikian rupa agar kedua factor ini (factor pemeliharaan dan factor
motivasi) dapat dipenuhi. Banyak kenyataan yang dapat dilihat, misalnya dalam
perusahaan, kebutuhan kesehatan mendapat perhatian lebih banyak daripada
pemenuhan kebutuhan individu secara keseluruhan. Hal ini dapat dipahami karena
kebutuhan ini mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kelangsungan hidup
individu. Kebutuhan peningkatan prestasi dan pengakuan adakalanya dapat dipenuhi
dengan memberikan bawahan suatu tugas yang menarik untuk dikerjakannya. Hal ini
adalah suatu tantangan bagaiman suatu pekerjaan direncanakan sedemikaian rupa,
21
sehingga dapat menstimulasi dan menantang para pekerja serta menyediakan
kesempatan baginya untuk maju.
5. Clayton P.Alderfer dengan teori ERG
Clayton P.Alderfer mengemukakan teori-teorinya dengan nama teori ERG(Existance,
Relatednesss, Growth). Teori ini merupakan modifikasi dari teori kebutuhan Maslow.
Dimaksudkan untuk memperbaiki beberapa kelemahan teori Maslow. Dalam memodifikasi ini
memanfaatkan kelima tingkat kebutuhan Maslow menjadi tiga macam kebutuhan saja. Untuk
setiap orang perlu memenuhi tiga kebutuhan tersebut dengan sebaik-baiknya.
• Existance (Keberadaan)
Existance merupakan kebutuhan seseorang untuk dapat dipenuhi dan
terpeliharanya kekerabatan yang bersangkutan sebagai seorang manusia di
tengah-tengah masyarakat atau perusahaan. Existance ini meliputi kebutuhan
psikologi (rasa lapar, haus, dan tidur) dan kebutuhan rasa aman. Oleh karena
kebutuhan ini amat mendasar untuk dipenuhi dengan sebaik-baiknya, agar
konsentrasi pikiran dan perhatian karyawannya terpusat untuk melaksankan
pekerjaan.
• Relatedness (Kekerabatan)
Kekerabatan merupakan keterkaitan antara seseorang dengan lingkungan social
sekitarnya. Setiap orang dalam hidup dan pekerjaannya selalu berhubungan
dengan orang. Dalam teori kekerabatan ini mencangkup semua kebutuhan yang
melibatkan hubungan seseorang dengan orang lain. Mereka akan terlibat dalam
kegiatan saling menerima, pemberian pengertian, dan sebaginya yang merupakan
proses kekerabatan. Kebutuhan ini sebanding dengan kebutuhan rasa aman,
kebutuhan social dan kebutuhan prestise, dalam teori Maslow. Seorang pemimpin
yang mempunyai bawahan haruslah memperhatikan kebutuhan kekerabatan ini
22
yang terdapat pada diri setiap orang, dan berupaya untuk memenuhinya dengan
semampunya.
• Growth (Pertumbuhan)
Kebutuhan akan pertumbuhan dan perkembangan ini merupakan kebutuhan yang
berkaitan dengan pengembangan potensi diri seseorang, seperti pertumbuhan
kreativitas dan pribadi. Kebutuhan ini sebanding dengan kebutuhan harga diri dan
perwujudan diri. Dalam kebutuhan ini akan dikombinasikan kedua kebutuhan ini.
Walaupun dilihat dari kebutuhan masing-masing yang amat berbeda. Akan tetapi,
focus perhatian dan perkembangan, maka cara pengkombinasian ini dapat
diterima. Bila kebutuhan ini dapat dipenuhi, diikuti pribadi yang bersangkutan
mendorong dirinya untuk secara penuh mengembangan kapasitas pribadinya
sendiri.
2.4 Kompetensi Guru
Menurut Undang-Undang No.74 Tahun 2008 Tentang Guru Pasal 1 ayat(1), Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Menurut Undang-Undang No.74 tahun 2008 Tentang Guru Pasal 3 ayat(1), Kompetensi
merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Guru yang
kompeten dan profesional adalah guru piawi dalam melaksanakan profesinya. Berdasarkan uraian
di atas kompetensi guru dapat didefinisikan sebagai penguasaan terhadap pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam
menjalankan profesi sebagai guru.
23
2.4.1 Dimensi-Dimensi Kompetensi Guru
Menurut Undang-undang No.74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 3 ayat(2) kompetensi guru meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik yang sekurangkurangnya meliputi:
• Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
• Pemahaman terhadap peserta didik;
• Pengembangan kurikulum atau silabus;
• Perancangan pembelajaran;
• Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
• Pemanfaatan teknologi pembelajaran;
• Evaluasi hasil belajar; dan
• Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencangkup kepribadian yang :
• Beriman dan bertakwa;
• Berakhlak mulia;
• Arif dan bijaksana;
• Demokratis;
• Mantap;
• Berwibawa;
• Stabil;
24
• Dewasa;
• Jujur;
• Sportif;
• Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
• Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan
• Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan Guru sebagai bagian dari Masyarakat yang
sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
• Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun;
• Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;
• Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga
kependidikan,pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;
• Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta
sistem nilai yang berlaku; dan
• Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi professional merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang
sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:
• Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu;
dan
25
• Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara
konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata
pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
2.5 Kinerja
Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang
dapat dinilai dari hasil kerjanya. Menurut Bernardin dan Russell yang dikutip oleh Ambar Teguh
Sulistiyani dan Rosidah(2009,p276), menjelaskan kinerja merupakan catatan out-come yang
dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu
tertentu. Sedang kinerja suatu jabatan secara keseluruhan sama dengan jumlah(rata-rata) dari
kinerja fungsi pegawai atau kegitan yang dilakukan. Pengertian kinerja disini tidak bermaksud
menilai karakteristik individu tetapi mengacu pada serangkaian hasil yang diperoleh selama periode
waktu tertentu.
Kinerja guru atau prestasi kerja merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
kemudian pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan waktu. Kinerja guru akan baik jika guru
telah melaksanakan unsur-unsur yang tediri kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas
mengajar. Kinerja seorang guru dilihat dari sejauh mana guru tersebut melaksanakan tugasnya
dengan tertib dan bertanggungjawab, kemampuan menggerakkan dan memotivasi siswa untuk
belajar dan kerjasama dengan guru lain.
Kinerja guru sebagai seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan oleh guru pada waktu
memberikan pelajaran kepada siswanya. Dalam penelitian ini, kinerja guru dalam proses belajar
mengajar adalah hasil kerja atau prestasi kerja yang dicapai oleh seorang guru berdasarkan
kemampuannya mengelola kegiatan belajar mengajar dari mulai membuka pelajaran sampai
menutup pelajaran. Kinerja guru sebenarnya tidak hanya dalam proses belajar mengajar, tetapi
lebih luas lagi mencakup hak dan wewenang guru yang dimiliki. Namun demikian proses belajar
26
mengajar dipandang sebagai sebuah posisi dimana muara segala kinerja guru tertampung
didalamnya.
Menurut teori Gibson(1987) yang dikutip oleh (Illyas,1999,p55-58, Yuliani
Indrawati,2006,p46), ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja
yaitu: variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Diagram skematis variabel yang
mempengaruhi perilaku dan kinerja.
Gambar 2.1 Teori Gibson
Variabel individu dikelompokkan pada sub-variabel kemampuan dan ketrampilan, latar
belakang dan demografis. Sub-variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Variabel demografis, mempunyai efek tidak langsung
pada perilaku dan kinerja individu. Variabel psikologik terdiri dari sub-variabel persepsi, sikap,
kepribadian, belajar, dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial
pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. Variabel psikologis seperti presepsi, sikap,
Variabel Individu :
• Kemampuan dan keterampilan : mental fisik
• Latar belakang : Keluarga, tingkat social, dan pengalaman
• Demografis : Umur,etnis, dan jenis kelamin
Perilaku Individu
(apa yang dikerjakan)
KINERJA
Psikologis :
• Persepsi
• Sikap
• Kepribadian
• Belajar
• motivasi
Variabel organisasi :
• Sumber daya
• Kepemimpinan
• Imbalan
• Struktur
• Desain pekerjaan
27
kepribadian, dan belajar merupakan hal yang komplek dan sulit diukur. Variabel organisasi berefek
tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu. Variabel organisasi digolongkan dalam sub-
variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan.
Menurut Mahmudi yang dikutip oleh Leonard(2005,p2), factor-faktor yang mempengaruhi
kinerja adalah :
1. Faktor personal/individu, meliputi: pengetahuan, keterampilan, kemampuan,
kepercayaan diri, Motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu ;
2. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat,
arahan, dan dukungan yang diberikan manajer;
3. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam
satu tim, kepercayaan terhadap sesama tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.
4. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh
organisasi, proses organisasi, dan kultur Kinerja dalam organisasi.
5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan, dan perubahan lingkungan eksternal
dan internal.
Menurut Steer (1985) yang dikutip oleh Agus Rubiyanto, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
adalah sebagai berikut :
a. Kemampuan, Kepribadian dan Minat kerja.
Kemampuan merupakan kecakapan seseorang, seperti kecerdasan dan ketrampilan.
Kemampuan pekerja dapat mempengaruhi kinerja dalam berbagai cara, misalnya dalam
cara pengambilan keputusan, cara menginterpretasikan tugas dan cara penyelesaian tugas.
Kepribadian adalah serangkaian ciri yang relatif mantap yang dipengaruhi oleh keturunan
dan faktor sosial, kebudayaan, dan lingkungan. Sedangkan minat suatu valensi atau sikap.
b. Kejelasan dan penerimaan atas kejelasan peran seseorang pekerja.
28
Kejelasan dan penerimaan atas kejelasan peran seseorang pekerja, yang merupakan taraf
pengertian dan penerimaan seseorang individu atas tugas yang dibebankan kepadanya.
Makin jelas pengertian pekerja mengenai persyaratan dan sasaran pekerjaannya, maka
makin banyak energi yang dikerahkan untuk kegiatan kearah tujuan
c. Tingkat Motivasi Pekerja
Motivasi adalah daya energi yang mendorong, mengarahkan dan mempertahankan
perilaku.
2.5.1 Unsur-Unsur Evaluasi Kinerja
Menurut Mathis (2006, p378), kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakkan pekerjaan meliputi
elemen sebagai berikut :
• Kuantitas dari hasil
Pencapaian sasaran atau target dalam kuanitas dapat diukur secara absolute, dalam
presentase indeks.
• Kualitas dari hasil
Kualitas secara relatif, sehingga tidak mudah diukur, dan sangat tergantung pada selera
individu. Kualitas dapat dirasakan, dilihat, atau diraba.
• Waktu dari kecepatan dari hasil
Setiap pelaksanaan tugas selalu membutuhkan waktu sebagai masukkan. Waktu
merupakan sumber daya yang mahal, karena dia terbatas, tidak dapat disimpan atau
ditunda. Oleh karena itu, setiap waktu harus digunakan secepat mungkin dan secara
optimal. Penundaan penggunaan waktu dapat menimbulkan berbagai konsekuensi biaya
besar dan kerugian.
• Kehadiran atau absensi
• Rasa dapat dipercaya
29
2.6 Kerangka Pemikiran
Latar Belakang (X1) :
• Keluarga
• Tingkat sosial
• Pengalaman
(Teori Gibson (1987))
Organisasi (X2) :
• Sumber daya
• Kepemimpinan
• Imbalan
• Struktur
• Desain kerja
Teori Gibson (1987))
Kompetensi Guru (Y) :
• Kompetensi
pedagogik
• Kompetensi
kepribadian
• Kompetensi social
• Kompetensi
professional
(UU No. 74 Tahun
2008)
Motivasi (X3) :
• Need for
Achievement
• Need for
Affliation
• Need for Power
(Teori David Mc.
Chelland)
Kinerja Guru (Z) :
• Kuantitas dari
hasil
• Kualitas dari
hasil
• Waktu dari
kecepatan dari
hasil
• Kehadiran atau
absensi
• Rasa dapat
dipercaya
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran