BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN...

43
BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Peramalan (Forcasting) Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Bisa juga merupakan prediksi intuisi yang bersifat subjektif. Atau bisa juga dengan menggunakan kombinasi model matematis yang sesuai dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer. Ketepatan secara mutlak dalam memprediksi peristiwa dan tingkat kegiatan yang akan datang adalah tidak mungkin dicapai. Oleh Karena itu ketika perusahaan tidak dapat melihat kejadian yang akan datang secara pasti, diperlukan waktu tenaga yang besar agar mereka dapat memiliki kekuatan terhadap kejadian yang akan datang. Suatu perusahaan melakukan kegiatan untuk mencapai sesuatu pada waktu yang akan datang serta memperhitungkan kondisi yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Kondisi pada waktu yang akan datang tidaklah dapat diperkirakan secara pasti, sehingga perusahaan mau tidak mau harus bekerja dengan orientasi pada waktu yang akan datang yang tidak pasti. Untuk meminimalkan ketidakpastian itu dapat dilakukan dengan metode atau teknik peramalan. Dengan teknik peramalan dapat diidentifikasikan pola yang dapat digunakan untuk meramalkan kondisi pada waktu yang akan datang, sehingga dari hasil peramalan itu, eksekutif perusahaan dapat membuat perencanaan yang diperlukan untuk dilaksanakan pada masa yang akan datang. 6

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

6

BAB 2

LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Peramalan (Forcasting)

Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast) adalah seni

dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan

melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang

dengan suatu bentuk model matematis. Bisa juga merupakan prediksi intuisi yang bersifat

subjektif. Atau bisa juga dengan menggunakan kombinasi model matematis yang sesuai

dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer.

Ketepatan secara mutlak dalam memprediksi peristiwa dan tingkat kegiatan yang

akan datang adalah tidak mungkin dicapai. Oleh Karena itu ketika perusahaan tidak dapat

melihat kejadian yang akan datang secara pasti, diperlukan waktu tenaga yang besar agar

mereka dapat memilik i kekuatan terhadap kejadian yang akan datang.

Suatu perusahaan melakukan kegiatan untuk mencapai sesuatu pada waktu yang

akan datang serta memperhitungkan kondisi yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang.

Kondisi pada waktu yang akan datang tidaklah dapat diperkirakan secara pasti, sehingga

perusahaan mau tidak mau harus bekerja dengan orientasi pada waktu yang akan datang

yang tidak pasti. Untuk meminimalkan ketidakpastian itu dapat dilakukan dengan metode

atau teknik peramalan. Dengan teknik peramalan dapat diidentifikasikan pola yang dapat

digunakan untuk meramalkan kondisi pada waktu yang akan datang, sehingga dari hasil

peramalan itu, eksekutif perusahaan dapat membuat perencanaan yang diperlukan untuk

dilaksanakan pada masa yang akan datang.

6

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

7

Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu

produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu dimasa yang akan datang.

Tujuan dari peramalan adalah untuk mengetahui jumlah permintaan produk dimasa yang

akan datang. Agar tidak sampai terjadi kekurangan bahan baku. Untuk membuat peramalan

digunakan dengan mengeksplorasi data dari waktu yang lalu dengan menggunakan pola data

dengan asumsi bahwa pola data waktu yang lalu itu akan berulang lagi pada waktu yang

akan datang, misalnya berdasarkan data dan pengalaman pada 12 (dua belas) bulan yang

terakhir, pendapatan perusahaan dalam setiap bulan januari menurun drastis jika

dibandingkan dengan sebelas bulan yang lainnya. Berdasarkan pola tersebut harusnya

perusahaan dapat meramalkan bahwa pada bulan januari tahun berikutnya akan terjadi

penurunan pendapatan.

2.1.1 Pentingnya Peramalan

Menurut Yolanda M. Siagian (2005, p132-133) ramalan yang baik sangat penting

bagi perusahaan diseluruh aspek bisnis. Ramalan permintaan mengarahkan perusahaan

dalam mengambil keputusan-keputusan. Ramalan produk sangat mempengaruhi terhadap

beberapa fungsi, seperti :

1. Sumber Daya Manusia.

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi yang sangat berhubungan langsung

dengan pemerosesan produk perlu dilatih, dipekerjakan, dan diberhentikan

tergantung pada permintaan produk yang diantisipasi. Jika permintaan produk

mendadak naik atau menurun maka departemen sumber daya manusia yang harus

mengupayakan, menambah atau mengurangi pekerja dengan cepat tentunya dengan

segala konsekuensinya. Jika menambah karyawan berarti harus melakukan

pelatihan, sedangkan jika harus mengurangi jumlah karyawan, kebijakan pemutusan

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

8

hubungan kerja juga harus dipersiapkan seperti penyiapan pesangon. Selain itu,

mutu produk sangat bergantung pada mutu angkatan kerja, banyak kerugian yang

ditanggung perusahaan akibat terjadinya kesalahan atau kecelakaan kerja.

2. Penentuan Kapasitas.

Penentuan kebutuhan kapasitas di masa mendatang bisa merupakan prosedur yang

rumit, mengingat sebagian besar berdasarkan permintaan di masa mendatang. Bila

permintaan barang atau jasa dapat diramalkan dengan ketepatan yang masuk akal

atau perusahaan dapat mengelola permintaanya pada tingkat kapasitas tertentu

maka perusahaan mengoptimalkan seluruh fasilitas produknya dengan efisien.

Selanjutnya, hasil peramalan digunakan untuk membantu mengevaluasi kebutuhan

kapasitas. Bila kapasitas tidak tepat akan muncul masalah-masalah seperti

pengiriman yang tidak terjamin, kehilangan pelanggan, kehilangan pangsa pasar,

dan yang paling fatal adalah hilangnya kepercayaan pelanggan.

3. Supply Chain Management.

Perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, tingkat ketergantungan

perusahaan pada perusahaan lain baik sebagai pemasok atau partner kerja sangat

tinggi. Ketepatan kebutuhan yang diramalkan akan mempermudah kerja sama antar

perusahaan. Kebutuhan akan pasokan bahan baku dan penggunaan transportasi

sangat menentukan kerjasama yang baik. Hubungan dengan pemasok yang baik dan

keunggulan kerja yang terjamin untuk bahan baku dan suku cadang tergantung

pada ramalan yang akurat.

2.1.2 Metode Peramalan

Ada dua jenis metode peramalan, yaitu:

1. Metode Peramalan Kualitatif

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

9

Yaitu metode yang didasarkan pada intuisi dan pandangan indiv idu-inidvidu,

penilaian orang yang melakukan peramalan dan tidak tergantung pada data-data

yang akurat (pengolahan data dan analisis data historis yang tersedia), metode ini

digunakan untuk peramalan produk baru dimana tidak ada data historis. Teknik pada

metode ini yang digunakan adalah teknik Delphi, Kurva pertumbuhan, dan lain-lain.

Menurut Rangkuti, Freddy (2005,p.63). Secara umum pendekatan yang biasa dipakai

di dalam metode peramalan secara kualitatif, yaitu :

• Pendapat para eksekutif (jury of executive opinion). Metode ini menggunakan

pendapat kelompok kecil para eksekutif untuk mengestimasikan besarnya

permintaan.

• Gabungan beberapa tenaga penjual (sales force composite). Metode ini merupakan

gabungan pendapat beberapa orang tenaga penjual (sales person) dalam

menentukan besarnya permintaan di wilayah mereka masing-masing, kemudian

hasilnya digabung untuk menentukan jumlah peramalan secara keseluruhan.

• Metode Delphi. Metode ini menggunakan proses interaktif dengan melibatkan para

eksekutif yang ditempatkan di beberapa tempat yang berbeda untuk membuat

peramalan (forecast). Ada tiga partisipan yang berbeda dalam proses ini, yaitu : para

pengambl keputusan, staf pembantu dan responden. Para pengambil keputusan

umumnya terdiri dari lima sampai sepuluh orang tenaga ahli. Tugasnya adalah

membuat actual forecast. Sedangkan staf pembantu bertugas membantu para

pengambil keputusan dalam menyiapkan, mendistribusikan, mengumpulkan dan

membuat kuesioner dan survei. Responden adalah sekelompok orang yang akan

dimintai pendapatnya. Kelompok responden ini memberikan masukan dalam bentuk

wawancara maupun pengisian kuesioner dalam rangka pengambilan keputusan

pembuatan peramalan (forecasting).

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

10

• Riset pasar (Customer Market Survey). Metode ini banyak menggunakan masukan

yang diperoleh dari pelanggan atau pelanggan yang potensial,sesuai dengan rencana

pembelian pelanggan di masa yang akan datang. Semua informasi yang diperoleh

dari pelanggan ini sangat bermanfaat, tidak hanya untuk membuat perkiraan

besarnya permintaan, tetapi juga untuk memperbaik i desain produk serta

perencanaan pengembangan produk baru.

2. Metode Peramalan Kuantitatif

Yaitu Metode yang dilakukan berdasarkan data-data yang sudah ada sebelumnya

untuk memperkirakan hal yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Ada tiga

kondisi yang diterapkan pada metode ini:

• Informasi mengenai keadaan pada waktu yang tersedia.

• Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik (angka).

• Waktu yang akan datang (disebut asumsi kontinuitas).

Metode peramalan secara kuantitatif meliputi :

1. Dekomposisi

2. Moving Average

Moving Average Method jika disebutkan dalam bahasa indonesianya adalah rata-rata

bergerak. Metode ini sangat bermanfaat apabila k ita dapat membuat asumsi bahwa

Demand (permintaan) cenderung stabil sepanjang waktu. Rumus metode rata-rata

bergerak (Moving Average Method) adalah :

Dimana n adalah jumlah periode yang digunakan dalam metode rata-rata bergerak.

Rata-rata bergerak = Σ demand pada periode n

n

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

11

3. Eksponential Smoothing

Pengahalusan eksponensial atau disebut juga Exponential Smoothing merupakan

salah satu metode forecasting yang relatif mudah dipergunakan, karena tidak

memerlukan input data yang sangat banyak. Adapun rumus metode penghalusan

eksponensial adalah sebagai berikut :

Di mana α adalah konstanta yang nilainya antara 0 sampai 1. Sehingga persamaan

tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana ,

Ft = forecast yang baru

Ft-1 = forecast yang lalu

At-1 = Actual demand periode yang lalu

α = konstanta yang nilainya 0 sampai 1

α (smoothing constant) dapat berubah, tergantung pada asumsi k ita mengenai

perubahan yang akan terjadi pada data tersebut. Semakin besar asumsi terhadap

tarjadinya peningkatan penjualan, nilai α akan semakin besar, dan begitu pula

Forecast periode yang akan datang = forecast periode yang lalu + α

(aktual demand – forecast periode yang lalu)

Ft = Ft-1 + α (At–1 – Ft-1)

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

12

sebaliknya. Dengan demikian, pemilihan besarnya nilai α harus k ita lakukan dengan

hati-hati.

Untuk memperoleh forecasting yang lebih akurat, k ita dapat membandingkan nilai

forecasting dengan nilai aktual yang terjadi. Semakin kecil perbedaan antara nilai

hasil forecasting dan nilai aktual, berarti tingkat kesalahannya semakin kecil dan

metode forecasting yang digunakan relatif baik. Tingkat kesalahan forecasting

(forecast error) dapat dihitung sebagai berikut:

Forecast error = Demand – Forecast

4. Eksponential Smoothing dengan menggunakan trend adjustment

5. Trend projection

6. Linear Regression causal model

Peramalan dengan regresi linier di dasarkan pada asumsi bahwa pola pertumbuhan

dari data historis bersifat linier. Rumus yang di gunakan untuk menghitung

peramalan dengan metode regresi linier adalah persamaan garis regresi linier

sebagai berikut:

Y = a + bX

Dengan:

Y = Variabel dependen

a = koefisien intercept

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

13

b = koefisien slope atau kemiringan garis regresi

X = Variabel independen

Koefisien kemiringan slope b dapat dihitung dengan rumus:

n Σ XY – (Σ X)( Σ Y) b =

n (Σ X2) – (Σ X)2

Di mana:

b = slope atau kemiringan garis regresi

Σ = tanda penjumlahan

X = Nilai variable independen

Y = Nilai variable dependen

X = rata-rata dari nilai X *?

Y = rata-rata dari nilai Y *?

n = jumlah sample atau jumlah pengamatan

setelah mencari koefisien b k ita peroleh, selanjutnya kita dapat menghitung koefisien

a :

ΣY – b Σ X a =

n

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

14

atau

ketepatan estimasi regresi ini sangat dipengaruhi oleh seberapa besar penyimpanan

semua data variabel independen (X) terhadap garis regresi. Apabila semua data

variabel independen (X) tersebut berada di sepanjang garis regresi, maka tingkat

kesalahannya mendekati 0. sebaliknya, jika data variabel tersebut makin menjauh

dari garis regresi, tingkat kesalahannya semakin besar. Dan besarnya tingkat

kesalahan dapat dihitung dengan rumus:

Se = √( )

Di mana:

Se = Standart error estimasi

Empat pendekatan pertama di atas termasuk dalam model analisis yang bersifat time

series, sedangkan pendekatan yang kelima biasanya disebut dengan pendekatan

sebab akibat (causal model).

Metode peramalan dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Peramalan deret waktu (Time Series)

Peramalan ini dilakukan berdasarkan data-data dari suatu produk yang sudah ada

sebelumnya, kemudian dianalisa pola datanya apakah berpola pada trend atau

musiman maupun berbentuk sik lus.

Σ Y2 –a Σ Y – b Σ XY n-2

a = Y – b X

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

15

b. Peramalan sebab-akibat (Causal)

Peramalan ini dilakukan berdasarkan data yang sudah ada sebelumnya, tetapi

menggunakan data dari variabel yang lain yang menentukan atau mempengaruhinya

pada masa depan, seperti penduduk, pendapatan, dan kegiatan ekonomi.

Dengan mengolah data yang sudah ada sebelumnya melalui deret waktu dan

metode sebab akibat, maka akan diperoleh hasil peramalan, tetapi metode peramalan yang

ditekankan dalam pembahasan ini terbatas pada permalan dengan metode deret waktu.

2.1.3 Menghitung Kesalahan Peramalan

Menurut Heizer Jay dan Render Barry ada beberapa perhitungan yang biasa

digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan (forecast error) total. Perhitungan ini

dapat digunakan untuk membandingkan model peramalan yang berbeda, juga untuk

mengawasi peramalan, untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik. Tiga dari

perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi rata-rata absolut (mean absolute deviation-

MAD), kesalahan rata-rata kuadrat(mean squared error-MSE), dan kesalahan persen rata-

rata absolut (Mean absolute percent error-MAPE).

1. Deviasi Rata – rata absolut ( Mean Absolute Deviation = MAD )

MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah

model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap kesalahan

peramalan dibagi dengan jumlah periode data(n).

MAD = Σ | aktual - peramalan |

n

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

16

2. Kesalahan Rata – rata Kuadrat ( Mean Square Error = MSE )

MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan. MSE

merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati.

Kekurangan penggunaan MSE adalah bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang

besar karena adanya pegkuadratan.

MSE = Σ (kesalahan peramalan)

n

3. Kesalahan persen Rata – rata absolut ( Mean Absolute Percentage Error = MAPE )

Masalah yang terjadi dengan MAD dan MSE adalah bahwa nilai mereka tergantung

pada besarnya unsur yang diramal. Jika unsur tersebut dihitung dalam satuan

ribuan, maka nilai MAD dan MSE bisa menjadi sangat besar. Untuk menghindari

masalah ini, k ita dapat menggunakan MAPE. MAPE dihitung sebagai rata-rata

diferensiasi absolut antara nilai yang diramal dan aktual, dinyatakan sebagai

persentase nilai aktual.

n

MAPE = 100 Σ |aktual i – ramalan i| / aktual i i =1

n

Berdasarkan Nachrowi D, dan Hardius Usman (2004, p239) menyatakan bahwa

sebenarnya, membandingkan kesalahan peramalan adalah suatu cara sederhana, apakah

suatu teknik peramalan tersebut patut dipilih untuk digunakan membuat ramalan data yang

sedang kita analisis atau tidak. Minimal prosedur ini dapat digunakan sebagai indikator

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

17

apakah suatu teknik peramalan cocok digunakan atau tidak, dan teknik yang mempunyai

MSE terkecil merupakan ramalan yang terbaik.

Sedangkan Gaspers, Vincent (2005, p80) dalam bukunya menyebutkan akurasi

peramalan akan semakin tinggi apabila nilai-nilai MAD, MSE, dan MAPE semakin kecil.

Dan menurut Freddy Rangkuti (2005, p70) dalam bukunya menyatakan keharusan

untuk membandingkan perhitungan yang memilik i nilai MAD paling kecil, karena semakin

kecil nilai MAD, berarti semakin kecil pula perbedaan antara hasil Forecasting dan nilai aktual.

2.2 Supply Chain Management

2.2.1 Pegertian Supply Chain

Berikut ini dipaparkan beberapa pengertian mengenai Supply Chain berbagai nara

sumber :

1. Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama

bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai

akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik,

distributor, toko atau ritel, serta perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa

logistik (I Nyoman Pujawan, 2005, p5).

2. Supply chain dapat dikatakan sebagai sekumpulan aktiv itas (dalam bentuk

entitas/fasilitas) yang terlibat dalam proses transportasi dan distribusi barang mulai

dari bahan baku paling awal dari alam sampai produk jadi pada konsumen akhir.

Menyimak dari definisi ini, maka suatu supply chain terdiri dari perusahaan yang

mengangkat bahan baku dari bumi/alam, perusahaan yang mentransformasikan

bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau komponen, supplier bahan-bahan

pendukung produk, perusahaan perakitan, distributor, dan retailer yang menjual

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

18

barang tersebut ke konsumen akhir (http: // baihaqi. wordpress. Com /2006/ 12/ 16/

supply-chain-management/).

3. Supply chain (rantai pengadaan) adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan

barang dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan

atau jejaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai

tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau

penyaluran barang tersebut (Indrajit dan Djokopranoto,2005,p5).

4. Supply chain adalah sebuah sistem yang melibatkan proses produksi, pengiriman,

penyimpanan, distribusi, dan penjualan produk dalam rangka memenuhi permintaan

akan produk tersebut. Supply chain didalamnya termasuk seluruh proses dan

kegiatan yang terlibat didalam penyampaian produk tersebut sampai ketangan

pemakai (konsumen). Semua itu termasuk proses produksi manufaktur, sistem,

transportasi yang menggerakan produk dari manufaktur sampai ke outlet retailer,

gudang tempat penyimpanan produk tersebut, pusat distribusi tempat dimana

pengiriman dalam jumlah besar dibagi kedalam jumlah kecil untuk dik irim kembali ke

toko-toko dan akhirnya sampai ke retailer yang menjual produk-produk tersebut.

(Ir.Srihartati,“ManagementSupplyChain”,http://www.gs1.or.id/keuntungandarisupply

chain).

Kesimpulannya bahwa supply chain adalah sebuah sistem yang melibatkan proses

produksi, pengiriman, penyimpanan, distribusi, dan penjualan produk dalam rangka

memenuhi permintaan akan produk tersebut. Sistem tempat organisasi menyalurkan barang

dan jasanya kepada para pelanggannya.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

19

2.2.2 Pengertian Supply Chain Management

Berikut ini adalah beberapa pengertian Supply Chain Management :

1. Menurut Barry Render dan Jay heizer (2005,p4). Supply Chain Management

pengintegrasiaan aktiv itas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi

barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh

aktiv itas ini mencangkup aktiv itas pembelian dan outsourcing (pemindahan aktiv itas

sebuah perusahaan yang biasanya dilakukan secara internal ke pemasok eksternal),

ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara pemasok dengan

distributor.

2. Menurut I Nyoman Pujawan (2005,p5). Supply Chain Management adalah metode,

alat, atau pendekatan pengelolaannya. Namun perlu ditekankan bahwa Supply Chain

Management menghendaki pendekatan atau metode yang terintegrasi dengan dasar

semangat kolaborasi. Jadi, supply chain management tidak hanya berorientasi pada

urusan internal perusahaan, melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut

hubungan dengan perusahaan-perusahaan partner. Perusahaan-perusahaan yang

berada pada suatu supply chain pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir yang

sama, mereka harus bekerjasama untuk membuat produk yang murah,

mengirimkannya tepat waktu dan dengan kualitas yang bagus. Hanya dengan

kerjasama antara elemen-elemen pada supply chain tujuan tersebut dapat tercapai.

3. Supply Chain Management merupakan pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka

memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi sehingga menjadi

produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan

pengiriman kepada konsumen melalui sistem distribusi (Nurhidayati Dwiningsih, SE,

MM, “ Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management) dan E-Commerce”,

http://www.stekpi.ac.id).

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

20

4. Supply Chain Management menegaskan interaksi antar fungsi pemasaran, produksi

pada suatu perusahaan. Memanfatkan kesempatan untuk meningkatkan pelayanan

dan penurunan biaya dapat dilakukan melalui koordinasi dan kerjasama antara

pengadaan bahan baku dan pendistribusinya (Yolanda M Siagian, 2005, p6).

Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas adalah supply chain management

merupakan metode atau pendekatan integrative untuk mengelola aliran produk, informasi,

dan uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak-pihak mulai dari hulu ke hilir yang terdiri

dari supplier, pabrik, jaringan distribusi maupun jasa-jasa logistic. Supply chain management

memilik i prinsip penting yaitu transparansi informasi dan kolaborasi baik antar perusahaan

maupun dengan pihak-pihak di luar perusahaan di sepanjang supply chain.

2.2.3 Komponen dari Supply Chain Management

Komponen dari Supply Chain Management menurut Turban (2004,p301) terdiri dari

tiga komponen utama yaitu:

1. Upstream supply chain.

Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktiv itas dari suatu perusahaan

manufacturing dengan para penyalurnya (yang mana dapat manufacturers,

assemblers, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada para penyalur mereka

(para penyalur second-tier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada

beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang,

pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktiv itas yang utama

adalah pengadaan.

2. Internal supply chain.

Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses inhouse yang digunakan

dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

21

itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam internal

supply chain, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan

pengendalian persediaan.

3. Downstream supply chain.

Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktiv itas yang melibatkan

pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain,

perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sale

service.

2.2.4 Tujuan Supply Chain Management.

Menurut Miranda ST (2002, p87), tujuan supply chain adalah memaksimalkan

persaingan dan keuntungan perusahaan beserta seluruh anggotanya, termasuk

pelanggannya.

Menurut Simchi-Levi, David, Philip Kaminsky, dan Edith Simchi-Levi (2004, h2),

tujuan supply chain management adalah untuk meraih efektifitas dan efisiensi biaya pada

sitem secara keseluruhan; biaya total sistem, mulai dari biaya transportasi dan distribusi

hingga penyimpanan bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi harus diminimalisir.

Tujuan dari Supply Chain Management adalah untuk memaksimalkan nilai

keseluruhan yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan pelanggan. Di sisi

lain, tujuannya adalah untuk meminimalkan biaya keseluruhan (biaya pemesanan, biaya

penyimpanan, biaya bahan baku, biaya transportasi, dan lain-lain) (Chopra dan Meindl, 2004,

p5).

2.2.5 Keuntungan dari Supply Chain Management

Berikut ini adalah beberapa keuntungan dari Supply Chain Management (Indrajit dan

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

22

Djokopranoto 2002, p4).

• Mengurangi inventory barang dengan berbagai cara:

1. Inventory merupakan bagian paling besar dari aset perusahaan yang berkisar

antara 30%-40%.

2. Sedangkan biaya penyimpanan barang (inventory carry ing cost) berkisar antar

20%-40% dari nilai barang yang disimpan.

3. Oleh karena itu, usaha dan cara harus dikembangkan untuk menekan

penimbunan barang di dalam gudang agar biaya dapat ditekan sesedik it

mungkin.

• Menjamin kelancaran barang

1. Kelancaran barang yang perlu dijamin adalah mulai dari barang asal, supplier,

perusahaan sendiri, wholesaler, retailer sampai kepada final customers.

2. Jadi, rangkaian perjalanan dari bahan baku sampai menjadi barang jadi dan

diterima oleh pemakai/pelanggan merupakan rantai yang perlu dikelola dengan

baik.

• Menjamin Mutu

1. Mutu barang jadi (finished products) ditentukan tidak hanya oleh proses produksi

barang tersebut, tetapi juga oleh mutu bahan mentahnya dan mutu

pengirimannya.

2. Jaminan mutu itu juga merupakan serangkaian mata rantai panjang yang harus

dikelola dengan baik.

2.2.6 Aliran yang dikelola dalam Supply Chain.

Menurut I Nyoman Pujawan (2005, p5) dalam supply chain biasanya ada 3 macam

aliran yang harus dikelola :

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

23

Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir

(downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dik irim dari supplier ke

pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, mereka dik irim ke distributor, lalu ke

pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir.

Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu.

Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir taupun

sebaliknya. Informasi tetang persediaan produk yang masih ada di masing-

masing supermarket sering dibutuhkan oleh distributor maupun pabrik. Informasi

tentang tersediaan kapasitas produksi yang dimilk i oleh supplier juga sering di

butuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering di

butuhkan oleh perusahaan yang mengirim maupun yang akan menerima.

Perusahaan pengapalan harus membagi informasi seperti ini supaya pihak-pihak

yang berkepentingan bisa memonitor untuk kepentingan perencanaan yang lebih

akurat.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

24

Financial: Invoice, term pembayaran. Financial: pembayaran. Material: retur,recycle, repair. Informasi: kapasitas, ramalan, RFQ/RFP

Material: bahn baku, komponen,produk jad.

Informasi: kapasitas, status pengiriman, quotation.

Sumber: Pujawan, I Nyoman (2005,p5)

Gambar 2.1 Simplikasi Model Supply Chain Dan 3 (Tiga) Macam Aliran Yang

Dikelola

2.2.7 Pelaku Supply Chain Management

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002, pp6-8) menyatakan bahwa Supply Chain

Management merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik di mana dalam

hubungan ini ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan- perusahaan yang

mempunyai kepentingan yang sama, yaitu :

1. Supplier.

2. Manufactur.

3. Distribution.

4. Retail Outlets.

5. Customers.

Chain 1: Suppliers.

Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan

pertama, di mana rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam

Supplier Tier 2

Supplier Tier 1

Manufacturer Distributor Ritel atau toko

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

25

bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, barang dagangan, subassemblies, suku

cadang, dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni,

ini termasuk juga supplier’s suppliers atau sub-suppliers. Jumlah supplier ini bisa banyak atau

sedik it, tetapi supplier’s suppliers biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata rantai

pertama

Chain 1-2: Supplier-Manufacturer.

Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer atau plants

atau assembler atau fabricator atau bentuk yang melakukan pekerjaan membuat,

menfabrikasi, mengassembling, merakit, mengkonversikan atau menyelesaikan barang

(finishing). Sebut saja bentuk yang bermacam-macam tadi sebagai manufacturer. Hubungan

dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan.

Misalnya, inventories bahan baku, bahan setengah jadi dan bahan jadi yang berada di pihak

suppliers, manufacturer, dan tempat transit merupakan target penghematan ini. Tidak jarang

penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih dapatdiperoleh dari inventory carry ing cost di

mata rantai ini.

Chain 1-2-3 : Supplier- Manufacturer- Distribution.

Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus disalurkan

kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke pelanggan,

yang umum adalah melalui distributor dan biasanya ini ditempuh oleh sebagian besar supply

chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau

wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah besar dan pada waktunya nanti pedagang

besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer.

Chain 1-2-3-4: Supplier- Manufacturer- Distribution- Retail Outlets.

Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat menyewa

dari pihak lain. Gudang ini digunakan sebagai tempat menimbun barang sebelum disalurkan

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

26

kepada pihak pengecer. Sekali lagi di sini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan

dalam bentuk jumlah inventories atau biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali

pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun ke toko pengecer (retail

outlets). Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya

kepada pelanggan, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan

menggunakan pola seperti di atas.

Chain 1-2-3-4-5: Supplier- Manufacturer- Distribution- Retail Outlets-Customers.

Dari rak- raknya, pengecer atau retails ini menawarkan barang kepada para

pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlet adalah toko,

warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores dan sebagainya,

pokoknya di mana pembeli akhir melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat

dikatakan bahwa ini merupakan mata rantai terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai

lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlet tadi) ke real customers atau real user,

karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai supply chain baru betul-

betul berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba di pemakai langsung (pemakai yang

sebenarnya) barang dan jasa yang dimaksud.

2.2.8 Model Supply Chain

Dari penjelasan mengenai pelaku supply chain tersebut dapat dikembangkan suatu

model supply chain, yaitu suatu gambaran plastis mengenai hubungan mata rantai dari

pelaku-pelaku tersebut yang dapat berbentuk seperti mata rantai yang terhubung satu

dengan yang lain.

Suppliers’ suppliers telah dimasukkan untuk menunjukkan hubungan yang lengkap

dari sejumlah perusahaan atau organisasi yang bersama-sama mengumpulkan atau mencari,

mengubah, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada pelanggan terakhir. Salah satu

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

27

faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi

yang bergerak secara mudah dan akurat antara jaringan atau mata rantai tersebut dan

pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal. (Indrajit

dan Djokopranoto, 2002, pp8-9).

Sumber: Indrajit dan Djokopranoto (2002, p8)

Gambar 2.2 Model Supply Chain

2.2.9 Stategi Supply Chain Management

Yolanda M. Siagian (2005,p19-22) Strategi supply chain management diperlukan

untuk membantu pencapaian tujuan perusahaan yang diinginkan dalam strategi perusahaan.

Inovasi terhadap pendekatan-pendekatan strategi supply chain management akan membuat

perusahaan dapat unggul dalam bersaing. Dalam perencanaan strategi supply chain

management diperlukan beberapa sumber-sumber pengambilan keputusan. Suatu perspektif

strategi untuk sumber dari dalam dan luar perusahaan bertujuan agar mampu bersaing

berdasarkan differensiasi produk atau fokus. Unsur-unsur pembuatan strategi supply chain

management, antara lain:

1. Keunggulan Bersaing.

Faktor pertama, yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan strategi adalah

Supplier’ Supplier

Suppliers

Company

Customers

Customers End Users

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

28

kemampuan perusahaan untuk dapat unggul dalam bersaing (competitive

advantage). Secara umum keunggulan bersaing dapat diperoleh dari:

• Diferensiasi, yaitu berusaha menciptakan/membuat produk yang unik

berbeda atau minimal lebih baik dari produk yang sudah ada.

• Kepeloporan biaya, yaitu berusaha meminimalkan biaya tetapi tanpa

mengurangi nilai atau kualitas produk. Hal ini dapat dilakukan dengan

inovasi proses, mendisain produk dengan benar, mengurangi biaya

manufaktur.

• Respon yang cepat, ditandai dengan sifat fleksibel, reliable, cepat tanggap

terhadap perubahan-perubahan.

2. Fleksibilitas Permintaan.

(Russell W Belk, “ The Modeling-Empiricism Gap: Lessons From The Qualitative-

Quantitative Gap In Consumer Research”,http://www.proquest.umi.com) Faktor

kedua yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan stategi adalah fleksibilitas

permintaan (demand flexibility) yang harus dipenuhi di setiap kegiatan. Persyaratan

yang diinginkan konsumen terhadap suatu produk akan mengendalikan strategi

operasional perusahaan. Kebutuhan fleksibilitas sangat tergantung pada jumlah dan

cakupan perubahan yang diinginkan terhadap permintaan barang atau jasa.

Fleksibilitas permintaan dipengaruhi oleh beberapa Faktor, yaitu produk itu sendiri,

campuran produk, volume, dan tipe pengantaran. Pengukuran terhadap fleksibilitas

permintaan bermacam-macam, dapat dilihat dari ketepatan pengantaran, peramalan

permintaan yang tepat dan lain sebagainya.

3. Kapabilitas Proses.

Faktor ini sangat berkaitan dengan sejauh mana perusahaan dapat menjalankan

aktiv itas-aktiv itas yang dibutuhkan. Hal ini sangat tergantung pada tipe kegiatan,

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

29

dengan kata lain terdapat banyak cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jika

kapabilitas proses sesuai dengan standar maka benchmarking dapat efektif

digunakan

4. Kematangan Proses.

Faktor kematangan proses (process maturity) sangat berkaitan dengan tingkat

k inerja proses, bagaimana proses ini dapat tanggap dan memenuhi penawaran

pasar. Faktor ini sangat dibutuhkan untuk pertimbangan terhadap proses manufaktur

yang akan digunakan.

5. Risiko Strategi.

Risiko strategi (strategi risk), risiko yang dimaksud di sini bukanlah risiko terhadap

kuantitas atau kualitas yang diberikan pemasok melainkan adanya penyebaran risiko.

Penyebaran risiko adalah risiko yang diterima perusahaan akibat adanya kebocoran

informasi tentang produk dan layanannya, baik itu yang diterima atau yang diberikan

pemasok, sehingga pesaing dapat mengetahui strategi-strategi perusahaan. Risiko

dapat menjadi tinggi ketika pemasok memilik i konsumen lain sehingga pesaing

memperoleh layanan pemasok dan mengetahui strategi-strategi perusahaan.

Berdasarkan tersebut maka manajer sudah selayaknya mengevaluasi seluruh strategi

yang dijalankan.

Dalam prosesnya strategi supply chain management memilik i 3 tujuan, yaitu

meliputi:

1. Cost reduction, yaitu strategi supply chain management yang dijalankan harus dapat

meminimalkan biaya logistic yang terjadi, misalnya dengan memilih alat/model

transportasi, penggudangan, standard dan layanan yang meminimalkan biaya.

2. Capital reduction, yaitu strategi yang ditujukan untuk meminimalkan tingkat

investasi di dalam strategi logistik. Strategi ini dapat menghasilkan biaya variabel

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

30

yang lebih tinggi dari pada strategi yang membutuhkan level yang lebih tinggi untuk

investasi, tetapi pada saat pengembalian investasi diharapkan dapat meningkat.

3. Service improvement, yaitu pelayanan harus selalu diperbaik i. Strategi supply chain

harus proaktif dijalankan. Pendapatan yang diperoleh perusahaan tergantung level

pelayanan/jasa logistic yang diberikan. Walaupun terjadi kenaikan pada biaya, tetapi

ditutupi oleh naiknya level dari logistik pelayanan konsumen dan meningkatnya

pendapatan dapat menutupi biaya. Untuk lebih efektif maka strategi pelayanan/jasa

ini dikembangkan berbeda dari para pesaing.

Dalam buku (Barry Render dan Jay Heizer, 2005, p9) Perusahaan harus memutuskan

suatu strategi supply chain dalam rangka memperoleh barang dan jasa dari luar. Salah satu

strategi adalah pendekatan berorganisasi dengan banyak pemasok dan mengadu satu

pemasok terhadap pemasok yang lain. Strategi kedua adalah untuk mengembangkan

hubungan “kemitraan” jangka panjang, dengan sedik it pemasok untuk memuaskan

pelanggan. Strategi ketiga adalah integrasi vertical, di mana perusahaan dapat memutuskan

untuk menggunakan integrasi balik vertikal dengan benar-benar membeli pemasok tersebut.

Variasi keempat adalah kombinasi sedik it pemasok dengan integrasi vertikal, yang dikenal

dengan sebagai keiretsu. Dalam keiretsu, pemasok menjadi bagian dari kesatuan

perusahaan. Strategi kelima adalah mengembangkan perusahaan virtual yang menggunakan

para pemasok sesuai dengan kebutuhan.

2.2.10 Kesesuaian Antara Strategi Supply Chain dengan Kebijakan Taktis

(Abhinav Ajmera, Jack Cook,“A Multi-Phase Framework For Supply Chain

Integration”,http://www.proquest.umi.com) Strategi supply chain harus tercermin pada

kebijakan atau keputusan taktis supply chain. Kebijakan atau keputusan mengenai di mana

fasilitas lokasi akan didirikan, bagaimana cara mengatur dan mengendalikan sistem produksi,

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

31

bagaimana kebijakan-kebijakan tentang persediaan dan transportasi, supplier yang

bagaimana yang akan dipilih, dan kebijakan mengenai pengembangan produk harus

bersinergi dengan strategi supply chain. Apabila suatu supply chain memilih efisiensi fisik

sebagai strategi maka semua keputusan pada sub bidang tersebut harus mendukung.

Kebijakan tentang lokasi fasilitas berpengaruh besar terhadap ongkos-ongkos fisik maupun

kecepatan respon suatu supply chain. Oleh karena itu kebijakan lokasi tentu berbeda pada

supply chain yang memilih strategi efisiensi fisik dengan supply chain yang fokusnya pada

responsiveness. I Nyoman Pujawan (2005, p4-36) Supply chain yang mementingkan efisiensi

fisik akan memilih mendirikan pabrik di tempat-tempat yang tenaga kerjanya murah atau

dekat dengan bahan baku. Konfigurasi dan pengelolaan sistem produksi juga menentukan

efisiensi maupun kecepatan respon suatu supply chain. Kecepatan respon akan dicapai kalau

sistem produksinya fleksibel. Untuk menciptakan efisiensi fisik, utilitas sistem produksi harus

tinggi. Di sini konsep-konsep seperti lean manufacturing dan just in time (JIT) akan sangat

relevan untuk menciptakan efisiensi di lantai produksi. Selanjutnya, strategi persediaan juga

besar pengaruhnya terhadap efisiensi fisik dan kecepatan merespon pasar. Efisien pada

supply chain bisa dicapai apabila ada upaya untuk meminimumkan persediaan secara terus

menerus. Salah satu ukuran kinerja yang penting diukur adalah tingkat perputaran

persediaan. Sebaliknya, perubahan permintaan yang terjadi secara tiba-tiba pada produk-

produk inovatif membutuhkan supply chain untuk menyimpan cadangan persediaan ekstra di

tempat-tempat tertentu.

Strategi Supply Chain

Lokasi fasilitas

Sistem produksi

Persediaan Transportasi Pasokan Pengembangan produk

Sumber: Pujawan, I Nyoman (2005,p34)

Gambar 2.3 Komponen Keputusan Taktis Untuk Mendukung Strategi Supply Chain

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

32

Tabel 2.1 Keputusan Taktis Dan Strategi Supply Chain.

Keputusan Taktis Efisiensi Responsif

Lokasi Fasilitas. Tempatkan pabrik di Negara yang ongkos tenaga kerjanya murah.

Cari lokasi yang dekat pasar, punya akses tenaga terampil dan teknologi yang memadai.

Sistem Produksi. Tingkat utilitas sistem produksi harus tinggi.

Sistem produksi harus fleksibel dan ada kapasitas ekstra.

Persediaan. Perlu upaya meminimasi tingkat persediaan.

Diperlukan persediaan pengaman yang cukup di lokasi yang tepat.

Transportasi. Pengiriman TL/CL atau subkontrakkan ke pihak ketiga.

Diperlukan transportasi cepat. Bila perlu tetapkan kebijakan LTL/LCL.

Pasokan. Pilih supplier dengan harga dan kualitas sebagai kriteria utama.

Pilih supplier berdasarkan kecepatan, fleksibilitas, dan kualitas.

Pengembangan Produk. Fokus ke minimasi ongkos. Gunakan modular design dan tunda differensiasi produk sebisa mungkin.

Sumber: Pujawan, I Nyoman (2005, p35).

2.2.11 Area Cakupan Supply Chain Management

Berikut ini adalah kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi supply

chain management (I Nyoman Pujawan, 2005, pp10-15).

1. Pengembangan Produk (Product Development).

Bagian ini sangat penting artinya bagi perusahaan-perusahaan yang ada pada

kelompok industri inovatif. Pada industri inovatif, jumlah produk baru yang

diluncurkan tiap tahun bisa cukup banyak. Sik lus hidup produk (product life cycle)

pada industri pada industri ini biasanya sangat pendek. Beberapa industri yang

termasuk dalam klasifikasi ini adalah garmen, computer, elektronik, industri

pengepakan, dan sebagainya. Bahkan industri-industri yang tadinya tidak terlalu

mementingkan variasi juga banyak yang berubah menjadi lebih inovatif. Contohnya

adalah industri otomotif seperti Ford. Dalam merancang produk baru, perusahaan

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

33

harus mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, rancangan harus mencerminkan

aspirasi atau keinginan pelanggan. Oleh karena itu dibutuhkan riset pasar yang

memadai. Kedua, produk yang dirancang harus mencerminkan ketersediaan dan

sifat-sifat bahan baku. Ketiga, rancangan yang dibuat harus bisa diproduksi secara

ekonomis dengan fasilitas produksi yang dimilik i atau yang akan dibangun. Jadi,

dalam merancang produk baru, aspek manufacturability perlu dipertimbangkan.

Keempat, produk harus dirancang sedemikian rupa sehingga kegiatan pengiriman

mudah dilakukan dan tidak menimbulkan biaya-biaya persediaan yang berlebihan

disepanjang supply chain.

2. Bagian Pembelian (Procurement).

Secara tradisional bagian pengadaan atau pembelian dianggap bagian yang kurang

strategis. Bagian ini sering hanya diasosiasikan dengan kegiatan-kegiatan

administrasi (k lerikal) seperti meminta penawaran dari supplier (request for

quotation, RFQ), mencetak purchase order (PO), mengirimkan PO ke supplier, dan

sebagainya. Dewasa ini anggapan tersebut sudah sangat banyak berubah. Bagian

pembelian semakin dianggap strategis oleh banyak perusahaan besar maupun kecil

di dunia. Ini di karenakan bagian ini punya potensi untuk menciptakan daya saing

perusahaan ataupun supply chain, bukan hanya perannya dari dalam mendapatkan

bahan baku dengan harga murah, tetapi juga dalam upaya meningkatkan time to

market, meningkatkan kualitas produk, dan meningkatkan responsiveness (memilih

supplier-supplier yang bukan hanya murah, tetapi juga responsive).

3. Perencanaan dan pengendalian (Planning and Control).

Perencanaan dan pengendalian dalam supply chain memainkan peranan yang sangat

v ital. Bagian inilah yang banyak bertugas untuk menciptakan koordinasi taktis

maupun operasional sehingga kegiatan produksi, pengadaan material, maupun

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

34

pengiriman produk bisa dilakukan dengan efisiensi dan tepat waktu. Dengan

banyaknya perusahaan-perusahaan yang beroperasi secara global dan memilik i

pabrik di beberapa tempat, koordinasi rencana produksi menjadi sangat penting.

4. Operasi atau Produksi.

Bagian ini bertugas secara fisik melakukan transformasi dari bahan baku, bahan

setengah jadi, atau komponen menjadi produk jadi. Kegiatan produksi dalam konteks

supply chain tidak harus dilakukan di dalam perusahaan. Dewasa ini semakin banyak

perusahaan yang melakukan outsourcing, yakni memindahkan kegiatan produksi ke

pihak subkontraktor. Perusahaan kemudian berkonsentrasi untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang memang menjadi core competency mereka. Dengan

demikian, produktiv itas tenaga kerja dan sumber daya lainnya akan bisa ditingkatkan

karena semua pihak akan berkonsentrasi pada kompetensi mereka masing-masing.

5. Pengiriman atau Distribusi.

Pada saat produk sudah selesai diproduksi, tugas berikutnya dalam lingkup supply

chain adalah mengirim produk tersebut agar sampai di tangan pelanggan pada

waktu dan tempat yang tepat. Dalam cakupan kegiatan distribusi, perusahaan harus

bisa merancang jaringan distribusi yang tepat. Keputusan tentang perancangan

jaringan distribusi harus mempertimbangkan antara aspek biaya, aspek fleksibilitas,

dan aspek kecepatan respon terhadap pelanggan. Perusahaan harus menetapkan

tingkat level yang harus dicapai di masing-masing wilayah, menentukan jadwal

maupun rute pengiriman, serta mencari cara-cara yang inovatif untuk mengurangi

biaya serta meningkat service level ke pelanggan.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

35

Tabel 2.2 Empat Bagian Utama Dalam Sebuah Perusahaan Manufactur yang Terkait Dengan Fungsi-Fungsi Utama Supply Chain.

Bagian Cakupan Kegiatan antara lain

Pengembangan Produk. Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk baru.

Pengadaan. Memilih supplier, mengevaluasi k inerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier.

Perencanaan dan pengendalian. Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan.

Operasi / Produksi. Eksekusi produksi, pengendalian kualitas.

Pengiriman / Distribusi. Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi.

Sumber: Pujawan, I Nyoman (2005, p9)

2.2.12 Penggerak Supply Chain

Supply Chain memilik i penggerak yang sangat berpengaruh terhadap performa

Supply Chain itu sendiri, Menurut Chopra dan Meindl (2004,pp51-64) penggerak Supply

Chain Management adalah sebagai berikut:

1. Inventory

Adalah semua bahan mentah, dalam proses dan barang-barang yang telah

diselesaikan. Inventory merupakan salah satu penggerak supply chain yang penting

karena perubahan kebijakan inventory dapat mengubah secara drastis tingkat

responsiv itas dan efisiensi supply chain. (Chopra dan Meindl,2004,p52) Komponen

dari keputusan mengenai inventory adalah (Chopra dan Meindl,2004,pp57-58):

a. Cycle Inventory

Cycle Inventory Adalah jumlah rata-rata dari inventory yang digunakan

untuk memenuhi permintaan dalam suatu waktu. Misal dalam sebulan

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

36

memerlukan 10 buah truk bahan baku, perusahaan bisa saja memesan 10

truk bahan baku dalam sekali pesan atau bisa memesan 1 truk bahan baku

yang dipesan tiap 3 hari. Ini tergantung dari strategi supply chain apa

yang mereka terapkan (responsive atau efisiensi) dengan

memperhitungkan ordering cost (biaya pesan) dan holding cost (biaya

penyimpanan).

b. Safety Inventory

Safety Inventory adalah inventory yang dibuat untuk berjaga-jaga

terhadap perkiraan akan kelebihan permintaan. Ini digunakan untuk

mengatasi ketidak pastian akan permintaan yang tinggi.

c. Seasional Inventory

Seasional inventory adalah inventory yang dibuat untuk mengatasi

keragaman yang dapat diprediksi dalam permintaan. Perusahaan yang

menggunakanseasional inventory akan membangun inventory mereka

pada periode permintaan akan barang rendah dan menyimpannya untuk

periode permintaan akan barang menjadi tinggi, dimana pada saat

permintaan tinggi dimana mereka tidak dapat memproduksi semua barang

untuk memenuhi permintaan.

2. Transportasi

Transportasi adalah memindahkan inventory dari titik ke titik dalam supply chain.

Transportasi terdiri atas banyak kombinasi dari model dan bentuk yang memilik i

keunggulan masing-masing. Pemilihan transportasi juga mempunyai dampak yang

besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain.(Chopra dan Meindl,

2004, p52). Komponen dari keputusan mengenai transportasi menurut Chopra

dan Miendl(2004, pp59-60) adalah sebagai berikut:

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

37

a. Modes of transportation

Modes of transportation adalah cara-cara dimana sebuah produk

dipindahkan dari satu lokasi dalam jaringan supply chain ke tempat lainnya.

Terdapat 5 cara dasar transportasi yang dapat dipilih yaitu:

1. Udara

Udara merupakan cara transportasi yang paling cepat, tetapi memilik i

biaya yang mahal.

2. Truk

Truk cara yang relatif cepat dan murah dengan fleksibilitas tinggi.

3. Kereta

kereta cara yang murah yang digunakan untuk jumlah barang yang

besar.

4. Kapal

Kapal cara yang paling lambat tetapi sering menjadi pilihan yang

paling ekonomis untuk pengiriman dalam jumlah yang besar ke luar

negeri.

5. Pipa saluran

Pipa saluran biasanya digunakan untuk menyalurkan minyak dan gas.

b. Route and network selection

Route adalah jalur jalan dimana sebuah produk dik irimkan dan network

adalah sebuah kumpulan lokasi dan route dimana produk dapat dik irimkan.

Perusahaan membuat beberapa keputusan mengenai route pada saat

langkah desain supply chain.

c. In house or outsource

Secara tradisional, kebanyakan fungsi transportasi dilakukan oleh

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

38

perusahaan sendiri, namun pada saat ini banyak yang telah dilimpahkan ke

perusahaan lain (Outsorced).

3. Fasilitas

Fasilitas adalah tempat-tempat dalam jaringan supply chain dimana inventory

disimpan, dirakit atau diproduksi. Dua jenis umum dari fasilitas adalah tempat

produksi dan tempat penyimpanan. Bila perusahaan memilih tingkat efisiensi

tinggi, maka memilik i lebih sedik it gudang. Jadi penentuan fasilitas mempunyai

dampak yang besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain. (Chopra

dan Meindl, 2004, p52). Komponen dari keputusan mengenai fasilitas menurut

Chopra dan Meindl(2004, p55-56) adalah sebagai berikut:

a. Location

Penentuan keputusan dimana suatu perusahaan menentukan lokasi fasilitasnya

merupakan bagian yang sangat besar dalam langkah desain supply chain.

Penentuan lokasi secara ekonomis, sedangkan penentuan lokasi secara

desentraisasi akan menjadi lebih responsif dalam permintaan konsumen.

b. Capacity

Perusahaan juga harus menentukan seberapa kapasitas dari fasilitas yang

dimilik i oleh perusahaan tersebut. Sejumlah besar kapasitas akan menjadikan

perusahaan tersebut menjadi lebih responsif, demikian pula sebaliknya.

c. Operation Methodology

Disini digambarkan bagaimana metode perusahaan dalam memproduksi

barang, apakah mesin yang dipakai untuk membuat produk itu bersifat

fleksibel, maksudnya adalah mesin tersebut juga dapat pula digunakan untuk

membuat produk yag lain (responsive) yang biasanya mesin itu relatif mahal

atau menggunakan mesin yang dapat membuat satu macam produk saja

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

39

(efisien).

d. Warehouse Methodology.

• Stock Keeping Unit (SKU) Stroge.

Gudang tradisional yang menyimpan segala macam produk dalam satu

tempat.

• Job Lot Stroge.

Yaitu sutu metode penyimpanan persediaan dimana semua produk-

produk yang berbeda dibutuhkan untuk suatu pekerjaan khusus atau

memuaskan konsumen tipe khusus, disimpan bersama-sama.

• Crossdocking.

Yaitu sebuah metode dimana barang sebenarnya tidak disimpan dalam

fasilitas (gudang) perusahaan. Truk dari pemasok barang tersebut

membawa jenis-jenis yang berbeda dari barang yang dipesan yang

diangkut menuju fasilitas perusahaan, kemudian dari sanalah dipecah

menjadi bagian-bagian kecil dan dengan cepat diangkut ke retailer

menggunakan truk-truk yang berisi barang-barang yang beragam dari

truk-truk sebelumnya.

4. Informasi.

Informasi terdiri dari data dan analisis berkaitan dengan inventory, transportasi,

fasilitas dan pelanggan di seluruh supply chain. Informasi menyajikan pihak

manajemen kesempatan untuk membuat supply chain lebih responsif dan efisien.

Informasi secara potensial adalah penggerak terbesar performa supply chain.

(Chopra dan Meindl, 2004, p52). Komponen dari keputusan informasi menurut

Chopra dan Meindl (2004, pp62-64) adalah sebagai berikut:

• Push versus Pull.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

40

Sistem push biasanya menggunakan MRP (Material requirement Planning)

untuk jadwal produksi, jadwal kepada pemasoknya untuk menetukan kapan,

jenis dan banyak barang yang dik irimkan ke perusahaan, sedangkan tipe pull

menggunakan informasi atas permintaan aktual konsumen, sehingga

perusahaan dapat dengan tepat memenuhi permintaan tersebut.

• Coordinating and Information Sharing.

Koordinasi dari supply chain terjadi ketika semua tingkat-tingkat dari supply

chain bekerja menuju tujuan yaitu memaksimalkan keuntungan total supply

chain di bandingkan dengan bekerja sendiri-sendiri. Kekurangan koordinasi

berpengaruh pada kerugian yang besar atas keuntungan supply chain. Ini bisa

dilakukan dengan pertukaran data antara tiap-tiap bagian dalam supply chain

itu sendiri.

• Forecasting and Aggregate Planning.

Forecasting adalah suatu ilmu pengetahuan dan seni untuk membuat rencana

mengenai kebutuhan masa depan dan kondisinya. Forecasting (peramalan) ini

digunakan dalam pengambilan keputusan. Setelah menciptakan peramalan,

maka perusahaan aggregate planning, yang mengubah peramalan menjadi

rencana aktiv itas untuk memenuhi permintaan yang telah diperhitungkan.

• Enabling Technologies.

Untuk mencapai informasi sharing dan intergasi dalam supply chain, maka

terdapat teknologi-teknologi yang digunakan yaitu:

1. Electronic Data Interchange (EDI).

EDI memungkinkan perusahaan menjadi lebih efisien, juga menurunkan

waktu yang dibutuhkan produk untuk sampai kepada konsumen, transaksi

menjadi lebih akurat dan lebih cepat dibandingkan tanpa EDI.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

41

2. The Internet.

Internet sendiri mendukung penggunaan EDI. Dengan internet maka

menjadi sebuah faktor yang penting dalam supply chain.

3. Enterprise Resources Planning (ERP) system.

Sistem ERP ini menyediakan pelacakan transaksi dan kemampuan melihat

secara keseluruhan atas informasi dari tiap-tiap bagian perusahaan dan

memungkinkan supply chain membuat keputusan yang ‘cerdas’.

4. Supply Chain Management (SCM) Software.

Yaitu program yang menyediakan dukungan terhadap analisis keputusan

dalam penambahan kemampuan melihat secara keseluruhan terhadap

informasi.

2.2.13 Mengelola Supply Chain Management Secara Produktif dan Efisien

Andi Ilham Said (2006,p10-16) dalam situasi internal dan eksternal yang sangat

dinamis, maka supply chain management perlu direkayasa ulang secara keseluruhan. Artinya

perlu melakukan pengujian ulang secara total terhadap ketepatan implementasi Supply Chain

Management dikaitkan dengan strategi organisasi. Dalam merekayasa ulang Supply Chain

Management dalam perusahaan terdapat beberapa hal penting, yaitu:

1. Tetapkan Supply Chain Management sebagai aspek strategis bagi perusahaan.

Kesalahan yang banyak terjadi dalam implementasi Supply Chain Management

adalah langsung menerapkan Supply Chain Management dalam level operasional

tanpa memahami betul strategi organisasi secara keseluruhan. Terdapat empat

generik strategi yang biasanya digunakan yaitu strategi inovasi, biaya, pelayanan,

dan mutu. Organisasi yang strategi utamanya adalah inovasi misalnya, pengaturan

Supply Chain Management-nya mengikuti prinsip bahwa kecepatan masuk ke pasar

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

42

jauh lebih penting dan efisien. Demikian pula yang bersaing di biaya, efisiensi akan

sangat penting dibandingkan dengan kecepatan.

2. Rancang proses Supply Chain Management dari ujung ke ujung.

Salah satu perbedaan utama antara Supply Chain Management dengan manajemen

logistic adalah aspek integrasi dari ujung ke ujung. Disini organisasi perlu merancang

pola aliran informasi dan barang mulai dari supplier paling awal sampai konsumen

paling akhir. Bentuk intervensi yang perlu dilakukan bias berbeda-beda, ada yang

perlu dikendalikan langsung, ada yang hanya perlu dimonitor, ada yang hanya perlu

diketahui saja. Dengan memilik i rancangan ini, perusahaan bisa memetakan dengan

baik proses mana yang dapat menyebabkan biaya tinggi atau proses mana yang

dapat menyebabkan waktu paling lama (bottleneck), dan seterusnya.

3. Rancang struktur organisasi Supply Chain Management.

Merancang struktur organisasi yang cocok untuk implementasi Supply Chain

Management sangat penting untuk memperjelas eksistensi Supply Chain

Management diperusahaan. Banyak perusahaan yang gagal mengimplementasikan

Supply Chain Management karena melihat Supply Chain Management sebagai tools

di luar sistem. Akibatnya, tim Supply Chain Management sepanjang masa hanya jadi

tim ad-hoc, personelnya pun selalu menjadi orang asing di perusahaan. Padahal

Supply Chain Management berada dan terintegrasi dalam operasional perusahaan.

Memasukkan Supply Chain Management dalam struktur organisasi bisa berbagai

macam, namun yang perlu dipahami betul adalah prinsip integrasi dari Supply Chain

Management.

4. Kembangkan model kolaborasi yang tepat.

Karena prinsip integrasi dari ujung ke ujung dalam Supply Chain Management, maka

hampir tidak mungkin ada perusahaan yang bisa melakukannya sendiri tanpa

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

43

membangun kerjasama dengan perusahaan lain. Salah satu yang menentukan

adalah memilih mitra kerja sama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

memilih mitra adalah posisi strategik mitra, kecocokan proses operasi, kecocokan

budaya organisasi, dan kecocokan teknologi

5. Gunakan alat ukur k inerja yang tepat.

Mengukur k inerja sangat penting untuk mengetahui kondisi Supply Chain

Management, membaik atau memburuk. Dengan mengetahui posisi, perusahaan bisa

terdorong untuk melakukan perbaikan. Alat ukur yang baik untuk Supply Chain

Management ciri-cirinya adalah terhubung dengan strategi organisasi, seimbang dan

komprehensif, penetapan target terbanding dengan situasi internal dan eksternal,

targetnya agresif tapi dapat dicapai, dapat dimonitor dengan mudah, dapat

digunakan untuk peningkatan produktiv itas berkelanjutan, dan dilaksanakan melalui

rencana implementasi formal.

2.2.14 Kriteria Sukses Supply Chain Management

Andi Ilham Said (2006, p20-32) terdapat empat kriteria Supply Chain Management

sukses, yaitu:

1. Sesuai dengan strategi bisnis.

Banyak perusahaan gagal dalam Supply Chain Management, karena memandang

Supply Chain Management sebagai masalah operasional saja yang cukup ditangani

oleh bagian logistik saja. Pengarahan sumber daya pun setengah-setengah karena

tujuannya hanya mengurangi biaya saja. Tanpa disadari bahwa dampak dari Supply

Chain Management sangat strategis karena bisa langsung mempengaruhi target

strategis perusahaan. Strategi bisnis biasanya dinyatakan dalam visi menjawab

pertanyaan strategik seperti: Apa sasaran strategik organisasi, nilai apa yang

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

44

diberikan ke konsumen, dan apa keunikan perusahaan dibanding pesaing. Supply

Chain Management yang sukses haruslah mendukung tercapainya visi tersebut, yang

berarti pula Supply Chain Management haruslah dirancang mengikutinya. Visi sendiri

ditetapkan setelah mempertimbangkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal

meliputi: kompetensi inti perusahaan, kebijakan bisnis, dan sasaran keuangan.

Sedangkan faktor eksternal meliputi: ukuran pasar, peta persaingan, dan kebutuhan

konsumen.

2. Sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Mendengarkan apa yang dibutuhkan konsumen beserta prioritasnya sangat

diperlukan untuk sukses Supply Chain Management. Artinya, kalau konsumen

membutuhkan kecepatan maka Supply Chain Management pun harusnya dirancang

mengutamakan kecepatan. Demikian pula bila konsumen membutuhkan efisiensi,

maka Supply Chain Management pun dirancang mengutamakan biaya rendah satu

hal yang paling prinsip dalam Supply Chain Management secara keseluruhan adalah

bahwa satu-satunya elemen dalam Supply Chain Management yang mengeluarkan

uang adalah konsumen. Distributor, dealer, pabrik, gudang, hingga pemasok pada

dasarnya hanya menikmati beberapa persen bagian dari selisih harga jual di

konsumen dengan biaya barang. Makanya, memastikan apa yang diinginkan oleh

pelanggan akhir sangat perlu.

3. Sesuai dengan power position.

Perlu dipahami bahwa Supply Chain Management adalah permainan posisi daya

tawar dan kekuatan. Saat ini tidak satu pun perusahaan yang bisa sukses tanpa

bekerja sama dengan perusahaan lain. Kerjasama itu bisa dengan perusahaan sama

besarnya, lebih besar, atau lebiih kecil. Dalam permainan posisi ini, hal yang pertama

harus dilakukan adalah mengetahui posisi tawar perusahaan. Dalam hal ini bisa

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

45

dilihat dari lingkup operasi dan daya tarik produk bagi konsumen.

4. Adaptif.

Seiring dengan situasi bisnis yang dinamis dan selalu berubah, maka suatu ketika

Supply Chain Management pun perlu terus beradaptasi. Ada perubahan yang

berlangsung secara tiba-tiba ada juga yang berlangsung secara perlahan. Perubahan

teknologi, lingkungan bisnis, basis kompetisi, dan terjadinya akuisisi bisa

mempengaruhi rancangan Supply Chain Management secara mendasar.

Tabel 2.3 Empat Kriteria Supply Chain Management Sukses.

1. Sesuai dengan strategi bisnis: biaya, inovasi, pelayanan, kualitas.

2. Sesuai dengan kebutuhan konsumen: dengarkan suara konsumen, kebutuhan antar

segmen pasar berbeda, amati perubahan kebutuhan konsumen secara periodik.

3. Sesuai dengan power position: lihat skala operasi dan kekuatan merek, lakukan dialog

dan titik optimal terbaik bagi konsumen, fokus pada konsumen akhir dan cari peluang

kerjasama.

4. Adaptif: teknologi, lingkungan usaha, basis kompetisi, akuisisi dan merger.

Sumber: Said, Andi Ilham, dkk (2006,p21) .

2.2.15 Pelayanan Pelanggan Supply Chain Management

Yolanda (2005, p64) kepuasan konsumen tidak hanya diperoleh pada saat

mendapatkan suatu barang yang dibelinya, tetapi pelayanan yang diberikan juga

mempengaruhi kepuasan konsumen. Pelayanan pelanggan juga dapat dispesifikasikan

sebagai bagian dari aktiv itas penjualan yang dimulai saat order masuk sampai berakhirnya

pengiriman barang kepada pelanggan, bahkan dapat berlanjut pada penyediaan peralatan

atau perawatan. Adapun factor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengukuran

pelayan (Yolanda, 2005, p80-81) :

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

46

1. Order masuk.

Waktu minimum, waktu maksimum, dan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk

penanganan order.

Persentase waktu penanganan order dengan target waktu yang ditetapkan

(dalam layanan).

2. Keakuratan dokumentasi order sangat terlihat dari persentase dokumen order

dengan kesalahan yang terjadi.

3. Transportasi / angkutan.

Persentase pengiriman yang tepat waktu.

Persentase permintaan pengiriman dari pelanggan dan realisasinya.

Persentase k laim / keluhan kerusakan, kehilangan barang dan kerugian biaya

angkutan.

4. Ketersediaan persediaan dan produk.

Persentase kekurangan persediaan.

Persentase order yang dapat terpenuhi, berarti semua order sesuai dengan

pesanan.

Persentase rata-rata pesanan yang mengalami pengembalian.

5. Kerusakan produk.

Total order dibandingkan dengan produk yang dikembalikan.

Nilai produk yang dikembalikan dibandingkan total penjualan.

6. Waktu proses produksi / penggudangan, meliputi waktuminimum,maksimum, dan

rata-rata masa pemesanan.

Sedangkan menurut Amin Widjaja (2009, p111-112) pengukuran pelayanan

pelanggan terdapat didalam beberapa perihal, yaitu :

1. Tingkat ketersediaan produk.

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

47

Pengukuran pelayanan pelanggan yang paling penting adalah ketersediaan

persediaan dalam masa sik lus pesanan yang ditetapkan. Pengukuran ketersediaan

yang lazim adalah jumlah pesanan yang dik irimkan secara lengkap dalam periode

waktu yang ditetapkan sebagai persentase dari total pesanan yang diterima. Ukuran

terbaik pelayanan pelanggan mencerminkan kepentingan produk kepada planggan

dan kepentingan pelanggan kepada perusahaan tersebut.

2. Kecepatan dan ketetapan sik lus pesanan pelanggan.

Sik lus pesanan merupakan waktu yang berlalu di antara penempatan pesanan

pelanggan dan masa produk diterima. Kemampuan untuk secara konsisten mencapai

masa sik lus pesanan yang ditargetkan mempengaruhi jumlah persediaan yang

disimpan melalui Supply Chain. Konsekuensinya, keceptan, dan ketetapan sik lus

pesanan merupakan faktor-faktor utama dalam merancang Supply Chain.

Kebanyakan pelanggan lebih menyukai pelayanan yang konsisten dibandingkan

pelayanan yang cepat, konsisten membantu mereka merencanakan tingkat

persediaan yang lebih banyak dibandingkan cepat tetapi dengan sik lus pesanan yang

berubah-ubah.

3. Komunikasi yang berada di antara penjual dan pelanggan.

Komunikasi yang berada di antara penjual dan pelanggan berhubungan dengan

kemampuan perusahaan untuk menyediakan informasi mutakhir kepada pelanggan

yang berkenaan seperti faktor- faktor status pesanan, penjelasan pemesanan, status

back pesanan, konfirmasi pesanan, substitusi produk, kekurangan produk serta

permintaan informasi produk.

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00755-MN Bab 2.pdf · Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p136) Peramalan (forecast)

48

Exponensial Smoothing

2.3 Kerangka Pemikiran

Sumber : Penulis, 2009

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran.

Honda Tebet (PT. Setianita Megah Motor)

Moving Averages

Metode peramalan yang terbaik yang akan diusulkan untuk diterapkan

pada perusahaanyaitu yang memilik i MAD dan MSE yang terkecil

Penerapan peramalan permintaan mobil pada

perusahaan

Weighted Moving Averages.

Menunjang kinerja Supply Chain Managemnet perusahaan

(PT.Setianita Megah Motor).

Data permintaan mobil pada periode januari-juni 2009