BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1... · 7...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1... · 7...
17
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Pemasaran Global
Perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini membuat perusahaan
mempertimbangkan bisnisnya untuk memasuki pasar global. Perusahaan yang
berkembang menuju pemasaran global melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah
perusahaan berkonsentrasi pada sisi domestic dimana kegiatannya difokuskan pada
pasar home country. Tahap dua memiliki perusahaan masih fokus di dalam negeri juga
melakukan ekspor. Pada tahap ketiga, perusahaan telah menyadari bahwa mereka perlu
menyesuaikan pemasaran negara tujuan, di tahap ini perusahaan menyadari pentingnya
adaptasi. Tahap keempat memiliki perusahaan yang menciptakan value yang
diperlukan untuk melayani kebutuhan pasar di seluruh dunia.
Menurut Kotler, et al. (2018) pemasaran global merupakan proses untuk
memfokuskan bermacam sumber daya (SDM, modal uang atau aset fisik) serta
bermacam tujuan dari organisasi perusahaan lainnya untuk menggapai ancaman pasar
global dan mendapatkan kesempatan di pasar global. Maka dapat disimpulkan
pemasaran global adalah proses menyesuaikan strategi pemasaran perusahaan untuk
beradaptasi dengan kondisi negara lain.
2.1.1 Global Marketing Strategy
Simbolon dalam Ghozali (2019) menjelaskan konsep strategi pemasaran
global terbagi menjadi dua konsep diantaranya startegi pemasaran standar dan
strategi pemasaran adaptasi. Konsep strategi pemasaran standar terfokus pada
pelanggan yang homogen dimana perusahaan memasarkan produk dan layanan
yang sama di seluruh dunia. Sedangka strategi pemasaran adaptasi dimana
perusahaan mengikuti keadaan atau kondisi di negara tujuan pemasaran seperti
budaya, adat istiadat, dan lainnya. Menurut Griffin dan Pustay (2014), terdapat
7 faktor kunci yang dipertimbangkan dalam menyusun strategi pemasaran
global, antara lain:
18
1. Standarisasi dan kustomisasi
2. Hukum dan ketentuan yang berlaku di suatu negara
3. Faktor ekonomi
4. Nilai tukar mata uang
5. Target pelanggan
6. Pengaruh budaya
7. Persaingan
2.2 Pemasaran (Marketing)
Dalam buku Principles of Marketing (Kotler, et al., 2014), pemasaran
diartikan sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan
dalam rangka menciptakan nilai dari pelanggan sebagai upaya timbal balik.
Moriaty, et al., (2015:65) mendefinisikan pemasaran sebagai keseluruhan
aktivitas bisnis yang mengarah kepada pertukaran barang dan jasa di antara
produsen dan konsumen. Sebuah aktivitas, sekumpulan institusi dan proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, mengirimkan dan menukarkan penawaran
yang memiliki nilai bagi pelanggan, klien, partner, dan masyarakat pada
umumnya. (Elliot, et al., 2014:3)
Gambar 2.1 menunjukkan lima langkah sederhana dari proses pemasaran.
Dalam empat langkah pertama, perusahaan memberikan pengetahuan tentang
konsumen, menciptakan nilai pelanggan dan membangun hubungan pelanggan
yang kuat sebelum akhirnya perusahaan dapat menciptakan nilai pelanggan yang
unggul. Dengan menciptakan nilai bagi pelanggan, perusahaan dapat
meningkatkan penjualan, laba, dan ekuitas pelanggan jangka panjang.
Gambar 2.1 Proses dalam Marketing
Sumber: Buku Principles of Marketing (2014)
19
Berdasarkan gambar diatas, pemasaran dapat terjadi ketika seseorang
memutuskan untuk memenuhi kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) melalui
pertukaran. Kebutuhan manusia adalah keadaan yang perlu dipenuhi termasuk
kebutuhan fisik dasar untuk makanan, pakaian, kehangatan dan keamanan; kebutuhan
sosial untuk memiliki dan kasih sayang; dan kebutuhan individu untuk pengetahuan
dan ekspresi diri. Keinginan pada umumnya terbentuk dari budaya dan kepribadian
individu. Ketika didukung oleh daya beli, keinginan menjadi permintaan (demands).
Marketing juga terdiri dari tindakan yang diambil untuk membangun dan memelihara
hubungan pertukaran yang diinginkan dengan khalayak sasaran yang melibatkan suatu
produk, layanan, ide, atau objek lainnya.
Marketing mengelola pasar untuk menghasilkan hubungan pelanggan yang
menguntungkan. Namun, menciptakan hubungan ini membutuhkan usaha. Penjual
harus mencari pembeli, mengidentifikasi kebutuhan mereka, merancang penawaran
pasar yang baik, menetapkan harga untuk mereka, mempromosikannya, dan
menyimpan serta mengirimkannya. Kegiatan seperti riset konsumen, pengembangan
produk, komunikasi, distribusi, penetapan harga, dan layanan, adalah kegiatan
pemasaran inti.
Gambar 2.2 Elemen Modern Marketing System
Sumber: Buku Principles of Marketing (2014)
meneliti pasar dan berinteraksi dengan konsumen untuk kebutuhan mereka. Mereka
kemudian mengirim penawaran dan pesan ke konsumen, baik secara langsung atau
melalui perantara pemasaran. Semua pihak dalam sistem dipengaruhi oleh kekuatan
20
lingkungan utama (demografis, ekonomi, fisik, teknologi, politik / hukum, dan sosial/
budaya).
2.2.1 Strategi Pemasaran
Menurut Kotler & Amstrong (2016:222), customer driven marketing
strategy terdiri atas:
a. Segmentation
Membagi pasar menjadi segmen-segmen dari pembeli yang kecil
dengan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda-beda yang
mungkin membutuhkan perbedaan strategi atau campuran pemasaran.
b. Targeting
Mengevaluasi setiap daya tarik segmen pasar dan memilih satu atau
lebih segmen untuk dimasuki
c. Positioning
Mengatur penawaran pasar untuk memenuhi tempat relatif yang
jelas, berbeda, dan diinginkan untuk mengompetisikan produk dalam
bentuk/pikiran dari target konsumen.
d. Differentiation
Membedakan penawaran pasar untuk menciptakan nilai pelanggan
yang unggul.
2.2.2 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Kotler & Armstrong (2016:78) mendefinisikan bauran
pemasaran (marketing mix) sebagai “The set of tactical marketing tools-
product, price, place, and promotion- that firm blends to produce the response
it wants in the target market”, yang dapat diartikan sebagai serangkaian
pemasaran taktis yakni produk, harga, tempat dan promosi yang perusahaan
gabungkan untuk menghasilkan respon yang diinginkan di dalam
21
pasar target mereka. Marketing mix dikelompokkan menjadi product,
price, place, dan promotion
1. Product
Produk adalah kombinasi barang atau jasa yang ditawarkan
perusahaan kepada pasar sasaran. Produk mencakup lebih dari sekedar
barang-barang yang berwujud (tangible). Dalam arti luas, produk meliputi
objek-objek fisik, jasa, acara, orang, tempat, organisasi, ide, atau bauran
entitas-entitas ini. Jadi dapat dikatakan bahwa produk adalah sesuatu yang
mempunyai nilai di mata perusahaan dan dapat digunakan/
dikonsumsikan/ diolah oleh calon konsumen mereka sehingga dapat
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
2. Price
Harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk
memperoleh produk. Dapat disimpulkan bahwa harga adalah nilai jual
yang perusahaan berikan terhadap produk atau jasa yang mereka jual atau
pasarkan.
3. Place
Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk
tersedia bagi pelanggan sasaran. Yang berarti bahwa sebuah lokasi yang
dijadikan tempat menjual produk atau jasa perusahaan dimana terdapat
pelanggan potensial bagi perusahaan yang akan tertarik untuk membeli
produk mereka.
4. Promotion
Promosi adalah aktivitas menyampaikan manfaat produk dan
membujuk pelanggan untuk membelinya. Dengan kata lain, promosi
merupakan segala strategi atau cara yang dilakukan perusahaan dengan
tujuan konsumen dapat mengenal dan mengetahui produk atau jasa yang
perusahaan tawarkan, tentang brand mereka sehingga tertarik untuk
membeli produk yang perusahaan promosikan.
22
Adapun beberapa elemen dari marketing mix yang kaitannya dengan digital
marketing menurut Chaffey & Ellis-Chadwick (2016:255-288) yakni sebagai berikut:
a. Product
Sebuah elemen dari bauran pemasaran yang melibatkan penelitian tentang
kebutuhan pelanggan dan mengembangkan produk-produk yang sesuai.
b. Price
Sebuah elemen yang dari bauran pemasaran yang melibatkan penjelasan
tentang harga-harga produk dan model-model penetapan harga.
c. Place
Sebuah elemen dari bauran pemasaran yang melibatkan distribusi produk
ke pelanggan yang sejalan dengan permintaan dan meminimalkan biaya dari
persediaan, pengiriman, dan penyimpanan.
d. Promotion
Sebuah elemen dari bauran pemasaran yang melibatkan komunikasi
dengan pelanggan dan stakeholders lainnya untuk memberitahu mereka
tentang produk dan perusahaan terkait.
e. People
Sebuah elemen dari bauran pemasaran yang melibatkan cara penyampaian
dari jasa ke pelanggan selama melakukan interaksi dengan pelanggan.
f. Process
Sebuah elemen dari bauran pemasaran yang melibatkan metode-metode
dan prosedur-prosedur yang perusahaan gunakan untuk mencapai segala
fungsi-fungsi pemasaran.
g. Physical Evidence
Sebuah elemen dari bauran pemasaran yang melibatkan ekspresi nyata dari
sebuah produk dan bagaimana hal itu dibeli dan digunakan.
23
Gambar 2.3 Bauran Pemasaran (7P)
Sumber: Chaffey & Ellis-Chadwick (2016)
2.2.3 Bauran Promosi (Promotion Mix)
Definisi bauran promosi (promotion mix or marketing communication mix)
menurut Kotler & Amstrong (2016:447) adalah gabungan yang spesifik dari
serangkaian promosi yang digunakan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan
nilai pelanggan dan membangun hubungan dengan pelanggan secara persuasif. Di
bawah ini merupakan lima bauran promosi yakni sebagai berikut:
● Advertising
Segala bentuk pembayaran dari presentasi non personal dan promosi dari
ide, barang atau jasa yang dilakukan oleh sponsor yang teridentifikasi.
Sehingga dapat didefinisikan bahwa iklan adalah segala bentuk promosi yang
ditujukan ke masyarakat melalui media-media tertentu untuk
mengkomunikasikan produk atau jasa yang dijual oleh perusahaan.
● Sales promotion
Insentif jangka pendek yang digunakan untuk mendorong pembelian atau
penjualan dari sebuah produk atau jasa. Hal ini dapat berupa bentuk promosi
yang diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan mereka dalam rangka
meningkatkan penjualan produk atau jasa perusahaan seperti pemberian
voucher, diskon, dan lain lain.
24
● Personal Selling
Presentasi perorangan oleh tenaga penjualan perusahaan untuk tujuan
yang melibatkan pelanggan, membuat penjualan dan membangun
hubungan dengan pelanggan. Sehingga dapat didefinisikan sebagai segala
bentuk usaha yang dilakukan oleh tenaga penjualan yang ditujukan kepada
satu orang, dalam rangka untuk memperkuat hubungan antara pelanggan
dengan perusahaan terkait.
● Public Relation
Sebuah upaya membangun hubungan baik dengan khalayak publik
perusahaan untuk mencapai publisitas yang diinginkan, membangun citra
perusahaan yang baik, dan mengatasi atau menghilangkan rumor, cerita
dan hal-hal yang tidak diinginkan. Public relation dapat didefinisikan
sebagai segala bentuk hal yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memberikan kesan dan persepsi yang baik bagi pelanggan terhadap
perusahaan dan menghapus segala isu, masalah, rumor, yang tidak
diinginkan perusahaan guna menjaga nama baik perusahaan.
● Direct and Digital Marketing
Keterlibatan langsung dengan konsumen individu dan komunitas
konsumen yang ditargetkan agar keduanya memperoleh respons yang
cepat dan membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
Sehingga dapat disimpulkan sebagai segala bentuk promosi pemasaran
yang ditujukan langsung ke target pelanggan perusahaan yang menjadi
segmen pasar perusahaan dan tipe-tipe pelanggan yang mungkin akan
membeli produk atau jasa perusahaan terkait.
2.3 Pemasaran Digital (Digital Marketing)
Secara sederhana, digital marketing diartikan sebagai promosi produk atau brand
melalui satu atau lebih media elektronik. Biasanya digital marketing juga disebut
dengan online marketing, internet marketing, atau web marketing. Digital marketing
adalah pemasaran yang menggabungkan komponen e-commerce, internet marketing
dan mobile marketing (Clow and Baack, 2014, p276).
25
Menurut Todor (2016), digital marketing merupakan pemasaran barang dan jasa
menggunakan teknologi digital untuk mendapatkan customer dan menjaga hubungan
baik dengan mereka. Sedangkan menurut Kotler dalam bukunya yang berjudul
Principals of Marketing (2014), menjelaskan digital marketing sebagai usaha
perusahaan untuk memasarkan barang dan jasa serta membangun customer
relationship melalui internet.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, digital marketing dapat disimpulkan sebagai
bentuk pemasaran yang dilakukan melalui saluran-saluran komunikasi yang baru,
yang ditujukan kepada target pelanggan secara langsung dan berhubungan dengan
internet, sehingga dapat mencapai prospek yang lebih tinggi.
Keuntungan menggunakan Digital Marketing (Dishek J. Mankad, 2019):
1. Lebih efektif dalam pengelolaan biaya
Traditional marketing membutuhkan lebih banyak biaya dan waktu untuk
mempromosikan brand tertentu. Jika sebuah organisasi atau perusahaan ingin
mempromosikan brand mereka dengan biaya yang lebih sedikit, maka dapat
menggunakan digital marketing.
2. Pendapatan yang lebih tinggi
Digital marketing secara luas digunakan oleh perusahaan untuk
mendapatkan revenue growth yang lebih baik. Semakin tinggi conversion rates
dapat memberikan dampak yang menguntungkan untuk kelansungan bisnis.
3. ROI yang lebih tinggi melalui campaign
Digital marketing membantu perusahaan menghasilkan cost per-lead yang
lebih tinggi. Pemilik bisnis dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang baik
pada marketing investment mereka.
Berikut ini adalah 5D’s of managing digital marketing menurut Chaffey et al.
(2019) yang dibutuhkan untuk menilai adaptasi pelanggan dan mendukung tujuan
marketing perusahaan:
26
1. Digital devices
Pelanggan melakukan bisnis dengan menggunakan kombinasi
smartphones, tablets, laptops, desktop computers, TV’s, gaming device, virtual
assistants, dan segala bentuk koneksi lainnya yang membentuk Internet of
Things.
2. Digital platforms
Sebagian interaksi terhadap devices tersebut melalui browser atau platforms
atau layanan online seperti Facebook, Instagram, Google, YouTube, Twitter,
LinkedIn, Apple, Amazon, dan Microsoft.
3. Digital media
Communication channel untuk menjangkau dan menjalin hubungan dengan
pelanggan tersedia melalui advertising, email and messaging, search engines,
dan social networks.
4. Digital data
Wawasan bisnis mengenai pelanggan perusahaan dan interaksinya harus
dilindungi oleh hukum di hampir semua negara.
5. Digital technology
Teknologi yang digunakan perusahaan untuk menciptakan pengalaman
yang interaktif dari website dan mobile apps seperti in-store kiosks dan email
campaign.
2.3.1 Jenis Digital Marketing
Menurut (Yasmin et al., 2015) terdapat beberapa jenis digital
marketing:
1. Online Advertising
Perusahaan dapat menyampaikan pesan mengenai produk atau jasa
melalui iklan internet. Internet-based advertising berisi konten dan iklan
yang sesuai dengan customer interest. Pulisher meletakkan produk atau
layanan mereka di website sehingga customer bisa mendapatkan
informasi secara gratis. Advertiser harus meletakkan iklan online yang
relevan dan di tempat yang efektif. Melalui online ads, perusahaan dapat
mengatur budget dan waktu.
27
2. Email Marketing
Pesan mengenai produk atau layanan yang dikirim melalui email ke
potential atau existing customer disebut dengan email marketing. Direct
digital marketing biasa digunakan untuk mengirim ads, membangun brand
awareness, customer loyalty, dan customer trust. Perusahaan dapat
mempromosikan produk dan layanan dengan menggunakan elemen pada
digital marketing secara mudah. Email marketing membutuhkan biaya yang
lebih rendah dibandingkan dengan iklan atau bentuk media exposure lainnya.
Perusahaan juga dapat menciptakan customer attention dengan penggunaan
grafik, kata, dan link yang menarik pada produk dan layanan.
3. Social Media Marketing
Alat yang memperbolehkan seseorang menciptakan, bertukar ide,
informasi, gambar tentang produk atau layanan perusahaan. Pengguna
internet meluangkan waktu untuk situs social media seperti Facebook,
Twitter, LinkedIn, dan Google+.
Melalui Facebook, perusahaan dapat mempromosikan acara tentang
produk dan layanan, menjalankan promosi yang sesuai pedoman Facebook
dan jelajahi peluang baru. Melalui Twitter, perusahaan dapat meningkatkan
kesadaran dan visibilitas merek mereka. Ini adalah alat terbaik untuk promosi
produk dan perusahaan jasa. Di LinkedIn, profesional menulis profil mereka
dan berbagi informasi dengan orang lain. Perusahaan dapat mengembangkan
profil mereka di LinkedIn sehingga para profesional dapat melihat dan
mendapatkan informasi lebih lanjut tentang produk dan layanan perusahaan.
Google+ juga jaringan media sosial yang lebih efektif daripada sosial lainnya
media seperti Facebook, Twitter.
4. Text Messaging
Ini adalah cara untuk mengirim informasi tentang produk dan layanan
dari perangkat seluler dan ponsel pintar. Oleh menggunakan perangkat
telepon, perusahaan dapat mengirim informasi dalam bentuk teks (SMS),
gambar, video atau audio (MMS). Pemasaran melalui SMS ponsel (Short
Message Service) menjadi semakin populer di awal 2000-an di Eropa dan
beberapa bagian Asia. Satu dapat mengirim konfirmasi pesanan, pengiriman
peringatan menggunakan teks pesan. Menggunakan SMS untuk kampanye
28
mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih substansial. Di bawah teknik
ini, perusahaan dapat mengirim pesan pemasaran ke pelanggan mereka
secara waktu nyata, kapan saja dan dapat yakin bahwa pesan akan terlihat.
Perusahaan dapat membuat kuesioner dan mendapatkan umpan balik
pelanggan yang berharga penting untuk mengembangkan produk atau
layanan mereka di masa depan
5. Affiliate Marketing
Afiliasi pemasaran adalah jenis pemasaran berbasis kinerja. Dalam jenis
pemasaran ini, sebuah perusahaan memberikan penghargaan afiliasi untuk
setiap pengunjung atau pelanggan yang mereka bawa dengan upaya
pemasaran yang mereka buat atas nama perusahaan. Industri memiliki empat
pemain inti: pedagang (juga dikenal sebagai "pengecer" atau "merek"),
jaringan, penerbit (juga dikenal sebagai "afiliasi") dan pelanggan. Pasar telah
tumbuh dalam kompleksitas yang menghasilkan munculnya pemain tingkat
sekunder termasuk agen manajemen afiliasi, afiliasi super dan vendor pihak
ketiga khusus. Ada dua cara untuk mendekati pemasaran afiliasi: Perusahaan
dapat menawarkan program afiliasi kepada orang lain atau dapat mendaftar
untuk menjadi afiliasi bisnis lain. Jika perusahaan ingin mengendarai
program afiliasi, maka, pemilik perusahaan harus membayar biaya komisi
afiliasi untuk setiap lead atau penjualan mereka pergi ke situs web
perusahaan. Tujuan utama perusahaan di sini adalah untuk menemukan
afiliasi yang dapat menjangkau pasar yang belum dimanfaatkan. Misalnya,
perusahaan dengan e-zine dapat menjadi afiliasi yang baik karena
pelanggannya sangat membutuhkan sumber daya. Jadi, memperkenalkan
penawaran seseorang melalui perusahaan "tepercaya" dapat menarik
perhatian calon pelanggan mungkin tidak tercapai.
6. Search Engine Optimization (SEO)
SEO adalah proses mempengaruhi visibilitas suatu situs web atau
halaman web dalam hasil pencarian "alami" atau tidak berbayar ("organik")
mesin pencari. Secara umum, peringkat sebelumnya (atau peringkat lebih
tinggi pada halaman hasil pencarian), dan semakin sering sebuah situs web
muncul dalam daftar hasil pencarian, semakin banyak pengunjung yang
29
akan menerima dari pengguna mesin pencari. SEO dapat menargetkan
berbagai jenis pencarian termasuk pencarian gambar, pencarian video,
pencarian akademik, pencarian berita dan mesin pencari vertikal khusus
industri.
7. Pay per Click (PPC)
Cara menggunakan iklan mesin pencari untuk menghasilkan klik ke situs
web Anda daripada "menghasilkan" klik tersebut secara organik. Pay per
Click untuk searchers dan advertisers. Itu cara terbaik untuk iklan
perusahaan karena membawa biaya rendah dan keterlibatan yang lebih besar
dengan produk dan layanan.
2.3.2 Konsep-Konsep Komunikasi dalam Digital Marketing
Menurut Chaffey dan Ellis-Chadwick (2016, p43-44), terdapat tiga konsep
komunikasi dalam pemasaran digital yakni sebagai berikut:
a. Customer Engagement
Interaksi berulang-ulang yang memperkokoh penanaman emosional,
psikologis, atau berkaitan dengan fisik terhadap pelanggan bagi sebuah
brand.
b. Permission Marketing
Situasi dimana seorang pelanggan untuk terlibat dalam aktivitas-
aktivitas pemasaran perusahaan, biasanya sebagai hasil dari sebuah
insentif. Contohnya adalah pemberian kupon diskon bagi pelanggan yang
bersedia mengunggah foto produk perusahaan di sosial media mereka.
c. Content Marketing
Manajemen dari teks, rich media, audio dan konten video yang
ditujukan untuk memikat konsumen dan prospek mereka untuk memenuhi
tujuan bisnis melalui media print dan digital termasuk web dan mobile
platforms yang bertujuan untuk mempersatukan bentuk-bentuk dari web
presence yang berbeda seperti publishers sites, blogs, social media, dan
comparison sites.
30
2.4 Electronic Commerce (E-Commerce)
Laudon dan Trevor (2003) E-commerce adalah seperangkat teknologi yang
bersatu untuk mendukung transaksi bisnis online antara perusahaan dengan customer
dan antara perusahaan dengan jaringan bisnis lainnya.(Ahmad, Abu Bakar,
Faziharudean, & Mohamad Zaki, 2015)
Sedangkan Turban, et al. (2010) menjelaskan e-commerce merupakan proses
membeli, menjual, mentransfer, atau pertukaran produk, jasa, atau informasi
menggunakan jaringan computer biasanya interner dan intranets. (Ahmad et al., 2015)
Maka dapat disimpulkan e-commerce adalah proses transaksi barang atau jasa
secara online dengan menggunakan internet untuk menghubungkan perusahaan
dengan pelanggan.
2.4.1 Klasifikasi E-commerce
Klasifikasi e-commerce menurut Tuban (2012:42:43) terbagi menjadi
sebagai berikut:
1. Business-to-Business (B2B)
B2B e-commerce meliputi semua transaksi elektronik barang atau jasa
yang dilakukan antar perusahaan. Produsen dan pedagang tradisional
biasanya menggunakan jenis e-commerce ini.
Umumnya e-commerce dengan jenis ini dilakukan dengan
menggunakan EDI (Electronic Data Interchange) dan email dalam proses
pembelian barang dan jasa, informasi dan konsultasi, atau pengiriman dan
permintaan proposal bisnis.
EDI (Electronic Data Interchange) adalah proses transfer data yang
terstruktur, dalam format standar yang disetujui, dari satu sistem komputer
ke sistem komputer lainnya, dalam bentuk elektronik. Contoh website e-
commerce B2B adalah Bizzy dan Ralali.
2. Business-to-Consumer (B2C)
B2C adalah jenis e-commerce antara perusahaan dan konsumen akhir.
Hal ini sesuai dengan bagian ritel dari e-commerce yang biasa dioperasikan
oleh perdagangan ritel tradisional.
31
B2C e-commerce ini berkembang dengan sangat cepat karena adanya
dukungan munculnya website serta banyaknya toko virtual bahkan mal di
internet yang menjual beragam kebutuhan masyarakat. Beberapa website di
Indonesia yang menerapkan e-commerce tipe ini adalah Bhinneka,
Berrybenka dan Tiket.com.
3. Consumer-to-Consumer (C2C)
C2C merupakan jenis e-commerce yang meliputi semua transaksi
elektronik barang atau jasa antar konsumen. Umumnya transaksi ini
dilakukan melalui pihak ketiga yang menyediakan platform online untuk
melakukan transaksi tersebut.
Beberapa contoh penerapan C2C dalam website di Indonesia adalah
Tokopedia, Bukalapak yang memperbolehkan penjual langsung berjualan
barang melalui website yang telah ada. Namun ada juga website yang
menerapkan jenis C2C yang mengharuskan penjual terlebih dulu
menyelesaikan proses verifikasi, seperti Blanja dan Elevenia.
4. Consumer-to-Business (C2B)
C2B adalah jenis e-commerce dengan pembalikan utuh dari transaksi
pertukaran atau jual beli barang secara tradisional. Jenis e-commerce ini
sangat umum dalam proyek dengan dasar multi sumber daya. Sekelompok
besar individu menyediakan layanan jasa atau produk mereka bagi
perusahaan yang mencari jasa atau produk tersebut.
Contohnya adalah sebuah website dimana desainer website
menyediakan beberapa pilihan logo yang nantinya hanya akan dipilih salah
satu yang dianggap paling efektif.
5. Business to Administration (B2A)
Website e-commerce B2A mencakup kegiatan transaksi online yang
terjadi antara perusahaan dengan administrasi publik. Jenis e-commerce ini
melibatkan layanan pemerintah. Contoh: pajak.go.id dan
bpjsketenagakerjaan.go.id.
32
6. Consumer to Administration (C2A)
Website e-commerce C2A memiliki model bisnis yang sama dengan
B2A. Hanya saja, C2A melibatkan transaksi antara konsumen/ individu
dengan administrasi publik.
7. Online to Offline
Website e-commerce O2O mengusung model bisnis untuk menarik
pelanggan online agar mau berbelanja ke toko fisik. Intinya, konsep ini ingin
menghubungkan antara saluran online dengan toko fisik. Contoh:
alfacart.com dan mataharimall.com.
2.5 Marketplace
Marketplace didefinisikan sebagai sebuah cara melakukan bisnis dengan
menggunakan teknologi internet untuk mengumpulkan banyak pembeli dan penjual,
memungkinkan mereka untuk melakukan transaksi bisnis melalui berbagai
mekanisme, dan dikelola oleh pihak ketiga dimana pertukaran terjadi. Juga
menawarkan berbagai value-added services yang akan meningkatkan hubungan antara
penjual dan pembeli. (Janita dan Miranda, 2013).
Menurut penelitian pada marketplace, salah satu keuntungan menggunkaan
marketplace yakni menekan biaya pengadaan secara signifikan, ini akan menuntun
pada kenaikan return on investment (ROI) sebagai hasil dari pengurangan penggunaan
kertas saat transaksi, mengizinkan pembeli untuk mengelola permintaan dan mencapai
economies of scale, serta meningkatkan kualitas & integrasi dari berbagai proses yang
terlibat untuk mencapai efisiensi dalam rantai pasokan (White, et al. dalam Janita dan
Miranda, 2013).
Terdapat 4 kondisi dimana perusahaan dapat dikategorikan sebagai sebuah
marketplace. Pertama, marketplace menghubungkan antara sisi permintaan dan
penawaran melalui digital platform (Bakos dalam Täuscher & Laudien, 2018). Kedua,
customer dan supplier dapat melakukan interaksi secara langsung untuk membentuk
sebuah kesepakatan/ melakukan transaksi. Ketiga, platform marketplace
33
berdiri sebagai institusi dan pembuat peraturan untuk keberhasilan transaksi (Parker
dalam Täuscher & Laudien, 2018). Keempat, platform pada hakikatnya tidak
memproduksi atau menjual barang/ jasa.
Marketplace merupakan sebuah platform digital yang mendukung transaksi dari
sisi permintaan dan penawaran dengan pertumbuhan yang cepat dan berpotensi untuk
mendominasi pasar. Selain itu, marketplace menjadi tempat bagi customer dan
supplier melakukan interaksi secara langsung (Täuscher & Laudien, 2018).
Gambar 2.4 Model Marketplace
Sumber: (Hänninen, Mitronen, & Kwan, 2019)
Pada gambar 2.4 multi-sided marketplace berperan sebagai perantara yang
memungkinkan penyedia pihak ketiga untuk menjual produknya langsung kepada
customer akhir. Dalam multi-sided marketplace, alur produk langsung dikirim dari
penyedia pihak ketiga ke customer akhir atau produk langsung dikirim dari pusat
logistic pihak ketiga. Artinya optimisasi alusr produk dan informasi sangat penting
untuk memastikan customer experience berjalan lancar, pihak ketiga
bertanggungjawab atas berbagai tahapan dari sistem layanan tersebut (Hänninen et al.,
2019).
34
2.6 Social Media
Kaplan dan Haelein (2010) dalam (Siamagka, Christodoulides, Michaelidou, &
Valvi, 2015) mendefinisikan social media sebagai sebuah grup dari interne based-
application yang dibangun sebagai dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, yang
memungkinkan terbentuknya kreatifitas dan pertukaran konten.
Social media sebagai aplikasi yang sepenuhnya berdasar pada pengguna konten,
dimana pengguna bisa membuat konten atau peran tertentu untuk meningkatkan nilai
dari aplikasi atau layanan.
Foux (2006) dalam Siamagka, Christodoulides, Michaelidou, & Valvi, (2015)
berpendapat social media dijadikan sumber untuk mendapatkan informasi mengenai
produk dan layanan. Kehadiran social media dalam perusahaan berguna untuk
membangun hubungan dengan customer mengenai produk dan brand (Mangold dalam
Siamagka et al., 2015)
Colliander (2011) dalam Siamagka et al., 2015 menjelaskan social media
memberikan manfaat yang signifikan bagi perusahaan dengan meningkatkan brand
attitude dan minat beli. Penerapan social media pada perusahaan, mempunyai potensi
untuk mengumpulkan sumber yang berguna yang akan menghasilkan keunggulan
kompetitif dan performa yang lebih tinggi.
Maka dapat disimpulkan social media adalah media untuk berkomunikasi dimana
penggunanya dapat mengunakan konten dan dilakukan secara online.
2.6.1 Jenis Social Media
Jenis social media menurut Weinberg (2011) dalam Tiago (2014):
1. Social Networks Berguna untuk mempengaruhi dan melacak consumer beliefs dan
consumer attitudes terhadap sebuah produk atau layanan. Contoh:
Facebook, LinkedIn, dll.
2. Blogs
Marketers menggunakan blog untuk meningkatkan pengetahuan
produk secara efektif, membangun dan memperkuat brand. Konsumen
35
sering menggunakan blog untuk memberikan opini mengenai perusahaan/
brand dan produk (contoh: product review)
3. Microblogs Tipe social media ini memungkinkan percakapan dan hubungan yang
singkat dan jelas juga bisa dilakukan siang dan malam. Microblogs cocok
digunakan untuk tujuan marketing seperti awareness dan brand recall untuk
membangun brand.
4. Online Communities Mempertemukan perusahaan dengan customer untuk berinterkasi/
percakapan berbagai topik. Online communities menarik berbagai kelompok
masyarakat dengan latar belakang yang berbeda. Konten pada
online communities dapat merefleksikan beragam sudut pandang, hubungan
jangka panjang. Tipe social media ini cocok untuk customer relationship
management tools dan memfasilitasi pembentukan dan pemeliharaan hubungan
antara customer dan perusahaan/ brand/ produk.
2.7 Social Media Marketing
Menurut Gunelius, (dalam Mileva & Fauzi, 2018:193) social media marketing
merupakan suatu bentuk pemasaran langsung atau tidak langsung yang digunakan
untuk membangun kesadaran, pengakuan, daya ingat, dan tindakan untuk merek,
bisnis, produk, orang, atau entitas lainnya dan dilakukan dengan menggunakan alat
dari web sosial seperti blogging, microblogging, social networking, social
bookmarking, dan content sharing.
Menurut Weinberg, (dalam Mileva & Fauzi, 2018:193) social media marketing
adalah sebuah proses yang mendorong individu untuk melakukan promosi melalui
situs web, produk, atau layanan mereka melalui saluran sosial online dan untuk
berkomunikasi dengan memanfaatkan komunitas yang jauh lebih besar yang memiliki
kemungkinan lebih besar untuk melakukan pemasaran daripada melalui saluran
periklanan tradisional.
Jara, Parra, dan Skarmeta (2014) mendefinisikan social media marketing sebagai
alat pemasaran generasi baru yang mendorong perhatian dan partisipasi lebih tinggi
dari konsumen melalui penggunaan jejaring sosial.
36
Kunci dari social media marketing adalah berinteraksi dengan member lain dalam
jaringan social untuk membina hubungan bisnis. (Dishek, 2018)
Menurut Qurniawati (2018), social media marketing memiliki karakteristik
seperti berikut:
1. Social media marketing terdiri dari dialog multi arah, dimana sebuah merek dapat
berbicara dengan pelanggan, pelanggan berbicara dengan merek, atau pelanggan
yang berbicara antara satu sama lain. Situasi ini adalah jenis ikatan baru yang tidak
mungkin dilakukan sebelum munculnya Web 2.0.
2. Social media marketing bersifat partisipatif. Apa yang membuatnya sosial adalah
bahwa itu tergantung pada partisipasi pengguna. Agar social media marketing dapat
direalisasikan, maka partisipasi pengguna diperlukan.
3. Social media marketing dihasilkan oleh pengguna. Sebagian besar konten dan
koneksi dalam komunitas online dibuat oleh pengguna, bukan oleh merek.
Beberapa konten dan percakapan dihasilkan oleh merek, tetapi jenis konten dan
percakapan ini sedikit. Tujuannya adalah untuk membuat pengguna berbicara.
2.7.1 Dimensi Social Media Marketing
Menurut Singh (2010) dalam jurnal As’ad dan Alhadid (2014), social
media marketing memiliki beberapa dimensi, yaitu sebagai berikut:
a. Accessibility
Social media dapat mudah diakses dengan biaya yang relatif murah
dan bahkan tidak mengeluarkan uang dalam penggunaannya. Selain itu,
social media juga mudah untuk digunakan dan tidak memerlukan
keterampilan khusus dalam mengakses situs (Taprial & Kanwar, 2012).
b. Interaction
Facebook dan Twitter dapat memberikan suatu notifikasi kepada
seluruh follower atau suatu subjek dengan cepat dan terus-menerus
(Berselli, Burger, & Close, 2012). Jaringan sosial memudahkan interaksi
dengan komunitas online menggunakan broadcasting yang up-to-date,
37
dan konsumen dapat dengan mudah mendapatkan informasi (Fischer &
Reuber, 2011).
c. Sharing of Content
Dimensi yang digunakan sebagai media pertukaran informasi,
distribusi, dan mendapatkan konten melalui sosial media, contoh: seperti
newsletter, fitur pesan, dan sebagainya.
d. Credibility
Cara perusahaan untuk membuat dan menyampaikan pesan secara
jelas kepada konsumen, membangun kredibilitas perusahaan, berusaha
membangun hubungan emosional dengan target pasar, memotivasi
terjadinya pembelian, dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Selain itu,
social media merupakan suatu platform dalam semua bisnis (besar maupun
kecil) yang berhubungan dengan konsumen secara langsung dalam skala
yang besar dan meningkatkan kepercayaan serta menanggapi saran atau
kritik dari konsumen (Taprial & Kanwar, 2012).
e. Online Communities
Merupakan suatu perusahaan atau bisnis yang dapat menggunakan
social media untuk membangun suatu komunitas untuk produk atau bisnis
yang ditawarkan. Atau suatu kelompok yang dapat menciptakan loyalitas
dan mendorong terciptanya perkembangan bisnis.
2.8 E-Service Quality
Zeithaml mendefinisikan e-service quality sebagai tingkatan dimana sebuah
website dapat memfasilitasi pembelanjaan, pembelian, dan pengiriman produk & jasa
secara efisien dan efektif (Giovanis & Athanasopoulou, 2014). Menjadi factor utama
yang membedakan layanan yang ditawarkan dan membangun competitive advantage
(Santos dalam Janita & Miranda, 2013).
E-service quality sebagai transaksi dari awal hingga akhir termasuk pencarian
informasi, kebijakan privasi, navigasi website, proses pemesanan, interaksi customer
service, pengiriman, kebijakan pengembalian, dan kepuasan terhadap produk yang
dipesan (Blut, 2016).
38
Perbedaan antara service quality tradisional dengan e-service quality adalah tidak
adanya penjual (salesman) yang melayani pembeli secara langsung, terciptanya
komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli secara virtual, dan pembeli yang
melakukan self-service. (Lee dan Lin dalam Nasser, 2015).
E-service quality merupakan keseluruhan pendapat dan evaluasi customer yang
berkaitan dengan pengiriman secara online dan penanganan perusahaan terhadap
layanan yang gagal. (Santos dalam Nasser, et al., 2015)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa e-service quality adalah
pelayanan yang diberikan oleh perusahaan untuk mempertahankan konsumen dan
mendapatkan nilai melalui media elektronik atau internet.
2.8.1 Dimensi E-Service Quality
Berikut ini terdapat beberapa dimensi dalam e-service quality (Blut,
2016):
1. Fulfilment
Dimensi ini memastikan pelanggan mendapatkan produk yang
mereka pesan. Pelanggan berekspektasi online store dapat memastikan
display dan deskripsi tercantum pada website akurat dan produk yang
dikirmkan sesuai dengan harga, kondisi produk yang baik, dan tepat
waktu.
2. Security/ Privacy
Mengacu pada ketidakpastian pelanggan untuk menggunakan online
store terkait dengan potensi penyimpangan security/privacy.
3. Efficiency
Efisiensi mengacu pada kemudahan pelanggan dalam mencari
informasi, juga kecepatan untuk membuka situs atau halaman web
perusahaan
4. Site Aesthetic
Dimensi mengacu pada kelengkapan website yang berhubungan
dengan karakteristik seperti grafik, warna, gambar, urutan animasi, dll.
Elemen ini berkontribusi pada penampilan, suasana dari website.
39
5. Responsiveness
Pelanggan mengharapkan online store dapat merespon pertanyaan
mereka dengan cepat. Responsiveness menjabarkan seberapa sering
online store menyediakan layanan (seperti: pertanyaan pelanggan,
informasi pengembalian produk, kecepatan navigasi) yang penting untuk
pelanggan.
6. Ease of use
Mengacu pada user-friendly, khusunya yang berhubungan dengan
pencarian informasi dan ketersediaan informasi terkait menjadi alasan
penting untuk customer melakukan pembelian melalui internet.
2.9 Customer Engagement
Customer Engagement menurut Adestra (2017) adalah interaksi berulang melalui
customer lifecycle dengan komunikasi secara online dan offline yang bertujuan untuk
memperkuat emosional dan psikologis jangka panjang pelanggan terhadap suatu
brand.
So et al. (So, King, & Sparks, 2014) mendefinisikan customer engagement sebagai
aktivitas pemasaran yang berorientasi pada perilaku dan psikologis pelanggan. Hal
tersebut tercermin pada interaksi seorang pelanggan dengan pelanggan lain atau
perusahaan dalam suatu forum untuk mendapatkan informasi produk atau
mengantisipasi resiko yang diterima jika dia mengkonsumsi produk tersebut (Brodie
dalam Dessart, et al., 2015).
Customer engagement adalah tingkatan physical, cognitive, dan kehadiran
emotional customer terkait dengan layanan perusahaan (Patterson dalam Wilert, et al.,
2014). Sedangkan Vivek menjelaskan consumer engagement merupakan intensitas
atas partsipasi dan koneksi individu terhadap penawaran perusahaan dan kegiatan yang
dimulai oleh customer atau perusahaan (Wilert, et al., 2014).
Engagement tersebut melibatkan secara emosi maupun kognitif dan memiliki 3
variabel konsep yaitu:
1. Cognitive Attachment. Ini mengacu pada tahap kognitif konsumen, misalnya
berbagi informasi dan pengalaman ke konsumen lain. Variabel ini perilaku
40
yang berhubungan dengan bagaimana cara konsumen menerima, mempersepsi,
mempelajari, menalar, mengingat, dan berpikir tentang suatu informasi
mengenai sebuah perusahaan atau merek.
2. Attitudinal Attachment. Ini menjadi salah satu variabel pengukur customer
engagement karena melingkupi tahap afeksi positif, yakni terbuka dengan
pengalaman-pengalaman baru, dan keterlibatan secara sosial maupun secara
interpersonal yang berhubungan dengan pengambilan sikap konsumen yang
dapat meningkatkan pertumbuhan personal.
3. Behavioral Attachment. Ini mengacu pada perilaku atau partisipasi customer
dan memotivasi perilaku customer lainnya. Strategi ini merupakan bentuk
upaya untuk menciptakan hubungan yang kuat antara customer dan brand
dengan engaging mereka ke dalam dialog komunikasi dua arah serta interaksi
yang kooperatif. Keterlibatan ini harus mampu menyediakan dukungan sosial
kepada merek tersebut.
2.9.1 Dimensi Customer Engagement
Menurut So,et al. (So et al., 2014) terdapat 5 dimensi customer
engagement:
1. Enthusiasms
Dimensi yang melibatkan tingkat kegembiraan dan minat
seseorang tentang fokus engagement, seperti penyedia layanan/
penawaran
2. Attention
Dimensi yang berfokus pada pelanggan terhadap perusahaan.
3. Absorption
Dimesi dimana pelanggan merasa senang terhadap layanan/
brand.
4. Interaction
Keterlibatan pelanggan dengan penawaran perusahaan seperti
pertukaran dan berbagi opini, ide, dan perasaan terkait pengalaman
dengan penawaran.
41
5. Identification
Dimensi yang muncul ketika pelanggan menganggap suatu produk atau
layanan memberikan dampak yang baik bagi mereka, pelanggan merasa bangga
untuk menggunakan produk/jasa dan memberitahukan kepada kerabat.
2.10 Purchase Intention
Dalam jurnal Sari dan Kusuma (2014), purchase intention didefinisikan sebagai
situasi dimana customer bersedia melakukan transaksi dengan penjual. Purchase
intention mengacu pada tahapan mental dari proses pengambilan keputusan dimana
konsumen telah mengembangkan keinginan yang nyata terhadap sebuah objek atau
merek. (Wells, et al;Dodds, et al dalam Hautz, et al, 2013).
Customer purchase intention mengacu pada “kemungkinan konsumen” kesediaan
membeli beberapa produk tertentu (Dodds, et al. dalam Yunus, et al., 2016)
Schiffman & Kanuk dalam Khan, et al (2014) menjelaskan bahwa purchase
intention mengukur kemungkinan dari konsumen untuk membeli sebuah produk, dan
semakin tinggi minat beli mereka, akan semakin tinggi pula keinginan konsumen
untuk membeli suatu produk. Merajuk pada pendapat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa purchase intention adalah situasi dimana seorang konsumen memiliki
keinginan untuk membeli sebuah produk atau jasa perusahaan.
2.10.1 Dimensi Purchase Intention
Dalam Sari dan Kusuma (2014:54) menjelaskan minat beli konsumen
diperoleh dari suatu proses pembelajaran dan proses pemikiran yang
membentuk suatu persepsi. Minat yang muncul dalam melakukan pembelian
menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi
suatu kegiatan yang kuat, sehingga pada akhirnya konsumen harus memenuhi
kebutuhannya dengan cara mengaktualisasikan apa yang ada di dalam
benaknya. Sehingga minat beli akan/ dapat muncul saat dalam proses
pengambilan keputusan.
Pada penelitian Sari dan Kusuma (2014) dijelaskan dimensi-dimensi
yang membentuk minat beli yakni sebagai berikut:
42
a. Likely
Niat pembelian diawali dengan munculnya keinginan dari calon
konsumen untuk membeli atau menggunakan suatu produk atau jasa
setelah mendapat dorongan yang dilakukan oleh perusahaan lewat
berbagai kegiatan pemasaran atau berdasarkan kebutuhan dan keinginan
pribadi calon konsumen.
b. Probable
Tahap ini menerangkan saat calon konsumen mempertimbangkan
kemungkinan untuk melakukan pembelian di masa yang akan datang.
c. Definitely
Tahap dimana calon konsumen secara pasti akan melakukan pembelian
terhadap produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan dalam waktu dekat.
2.11 Hubungan Antar Variabel
• Pengaruh hubungan antara Social Media Marketing (X1) dan Customer
Engagement (Y)
Beberapa tahun lalu, konsep customer engagement mendapat perhatian
dari konsumen dengan menekankan person to person communication ketika
memasarkan produk dan jasa (Lea dalam Areeba, et al. 2017). Saat ini, seiring
dengan banyaknya pilihan produk dan pengalaman belanja, customer
engagement berada dalam tahap membangun ikatan emosional dengan Word
of Mouth (WOM) untuk meningkatkan penjualan di masa depan Magneto
dalam Areeba, et al., 2017). Perusahaan saat ini perlu memanfaatkan pengaruh
social media untuk melibatkan konsumen daripada hanya menggunakan
platform dalam mempromosikan produk dan jasanya (Forbes dalam Areeba, et
al. 2017). Social media dapat digunakan untuk melibatkan customer dengan
menciptakan nilai untuk mereka. Dengan kata lain, memperkuat jaringan social
sebagai perantara untuk promosi bisnis sangat tepat. Tidak dapat dipungkiri,
social media membantu perusahaan
43
dalam berinteraksi dengan customer melalui metode yang baru dan inovatif.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Areeba, et al (2017), Social Media
Marketing memiliki pengaruh yang positif terhadap Customer Engagement
secara signifikan dengan t-value sebesar 5.73.
• Pengaruh Customer Engagement (Y) terhadap Customer Purchase Intention
(Z)
Adanya ikatan emosional antara pembeli dan perusahaan memberikan
prospek yang besar untuk mencapai tujuan marketing. Strategi ini membujuk
konsumen untuk membeli produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.
Customer Engagement menjadi pertimbangan utama untuk online retailers.
Sebuah studi yang dilakukan Magento (Areeba, et al., 2017) menyatakan
bahwa konsumen terlibat dalam 23% lebih banyak pendapatan karena
konsumen membelanjakan lebih banyak untuk setiap pembelian dan lebih
sering melakukan pembelian. Secara konseptual, konsumen yang terlibat
cenderung membujuk anggota keluarga dan kerabat untuk menjadi konsumen.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Areeba, et al (2017), Customer
Engagement memiliki pengaruh yang positif terhadap Customer Purchase
Intention secara signifikan dengan t-value sebesar 3.04.
• Pengaruh Social Media Marketing (X1) terhadap Customer Purchase Intention
(Z)
Social media marketing memiliki keuntungan yang dapat dipertimbangkan
seperti meminimalisasi pengeluaran perusahaan, memfasilitasi penawaran, dan
mendapat perhatian customer secara merata dan meningkatkan purchase
intention (Baird dalam Areeba, et al., 2017). Menurut studi yang dilakukan
oleh Pjero dan Kercini (Areeba, et al., 207) informasi mengenai penawaran
produk dan jasa secara virtual mempunyai dampak yang positif terhadap niat
beli customer. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Areeba, et al (2017),
Social Media Marketing memiliki pengaruh yang positif terhadap Customer
Purchase Intention secara signifikan dengan t-value sebesar 3.75.
44
• Pengaruh Social Media Marketing (X1) terhadap Customer Purchase Intention
(Z) melalui Customer Engagement (Y)
Untuk membangun relasi dengan shopper dan retailer pada social media
tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat, namun harus membangun
hubungan jangka panjang kedua yang disetujui kedua belah pihak. Penjualan
akan meningkat apabila customer yang terlibat secara aktif menggunakan atau
terhubung dengan company’s brand (Sorenson dalam Areeba, et al., 2017).
Customer Engagement pada social media didukung oleh emotional attachment
yang langsung mengarah pada perilaku pembelian. Customer Engagement
sebagai mediator dalam penelitian memberikan dampak yang positif untuk
Social Media Marketing dan Customer Purchase Intention. Dampak social
media terhadap customer purchase intetion dapat dipengaruhi sepenuhnya
melalui kerelaan pengguna situs untuk membagikan informasi dan pengalaman
mereka pada produk dan layanan tertentu.
• Pengaruh E- Service Quality (X2) terhadap Customer Engagement (Y)
Dengan tipe customer engagement tool yang spesifik, perusahaan dapat
menawarkan nilai lebih kepada customer. Perusahaan berusaha mencari cara
yang inovatif untuk mengkomunikasikan dan melibat customer secara aktif,
customer dapat berinterkasi dengan customer lain. Customer yang terlibat dan
pernah memiliki pengalaman dengan produk dan layanan diharapkan dapat
membagikan pengalaman serta kualitas produk dan layanan kepada keluarga
dan teman. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wilert dan Suchrat (2014),
dimensi Service Quality memiliki dampak yang positif terhadap Customer
Engagement.
• Pengaruh E-Service Quality (X2) terhadap Customer Purchase Intention (Z)
E-commerce dapat dinyatakan sebagai menjual dan membeli, memasarkan
dan melayani barang & jasa melalui jaringan computer. Pengaruh internet
dalam bisnis melalui online website dapat meningkatkan pendapatan dengan
menghasilkan nilai yang lebih kepada customer dengan cara yang baru dan
menyediakan kesempatan besar bagi perusahaan dan customer untuk
berinteraksi satu sama lain. Bisnis yang sukses mengggunakan e-commerce
45
menjadi lebih mempertimbangkan nilai-nilai yang akan diterapkan bukan
hanya keberadaan website dan harga yang murah namun juga e-service quality.
Customer dapat meluangkan waktunya untuk e-retailing stores sesuai
keinginan mereka. Dalam penelitian Ahmad, et al. (2017), e-service quality
memiliki dampak yang positif terhadap purchase intention dalam industry
online shop di China.
2.12 Kerangka Berpikir
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir
Sumber: Peneliti (2019)
Berikut ini adalah hipotesis penelitian berdasarkan pengembangan dari tujuan-
tujuan penelitian:
• Hipotesis 1
� Ho = Tidak terdapat pengaruh antara social media marketing (X1)
terhadap customer engagement (Y)
� Ha = Terdapat pengaruh antara social media marketing (X1) terhadap
customer engagement (Y)
• Hipotesis 2
� Ho = Tidak terdapat pengaruh antara e-service quality (X2) terhadap
customer engagement (Y)
� Ha = Terdapat pengaruh antara e-service quality (X2) terhadap customer
engagement (Y)
46
• Hipotesis 3 � Ho = Tidak terdapat pengaruh antara social media marketing (X1)
terhadap customer purchase intention (Z)
� Ha = Terdapat pengaruh antara social media marketing (X1) terhadap
customer purchase intention (Z)
• Hipotesis 4
� Ho = Tidak terdapat pengaruh antara e-service quality (X2) terhadap
customer purchase intention (Z)
� Ha = Terdapat pengaruh antara e-service quality (X2) terhadap
customer purchase intention (Z)
• Hipotesis 5
� Ho = Tidak terdapat pengaruh antara customer engagement (Y)
terhadap customer purchase intention (Z)
� Ha = Terdapat pengaruh antara customer engagement (Y) terhadap
customer purchase intention (Z)
• Hipotesis 6
� Ho = Tidak terdapat pengaruh antara social media marketing (X1)
terhadap customer purchase intention (Z) melalui customer
engagement (Y)
� Ha = Terdapat pengaruh antara social media marketing (X1) terhadap
customer purchase intention (Z) melalui customer engagement (Y)
• Hipotesis 7
� Ho = Tidak terdapat pengaruh antara e-service quality (X2) terhadap
customer purchase intention (Z) melalui customer engagement (Y)
� Ha = Terdapat pengaruh antara e-service quality (X2) terhadap
customer purchase intention (Z) melalui customer engagement (Y)