BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus...

26
11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:22) manajemen adalah “Proses pengkoordinasian dan pengintegrasian kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efektif dan efisien melalui orang lain”. Ada 2 kata penting yang saling terkait di sini adalah pengkoordinasian orang lain dan efektif efisien. Pengkoordinasian orang lain artinya melibatkan orang lain, sedangkan efektif dan efisien untuk menunjukkan berdaya guna dan berhasil guna. Pengkoordinasian orang lain tidak berarti kegiatan tidak dapat dilakukan sendiri, hanya saja dalam pertimbangan efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara optimal pelibatan tersebut, perlu dikelola atau ada proses atau upaya pengkoordinasian yang disebut manajemen. Menurut Dyck dan Neubert (2009:7), manajemen adalah “Proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan sumber daya manusia dan sumber daya organisasi lainnya agar dapat secara efektif mencapai tujuan organisasi.” Menurut Griffin (2004:7), manajemen adalah “Suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keutusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan Suatu proses dalam rangka mencapai tujuan dengan bekerja bersama melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya. 2.1.2 Fungsi Manajemen Robbins dan Coulter (2009:24) menyebutkan bahwa fungsi-fungsi manajemen adalah: 1. Perencanaan: mencakup pendefinisian tujuan, penetapan strategi, dan mengembangkan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

11

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen

2.1.1 Pengertian Manajemen

Menurut Robbins dan Coulter (2009:22) manajemen adalah “Proses

pengkoordinasian dan pengintegrasian kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan

secara efektif dan efisien melalui orang lain”. Ada 2 kata penting yang saling terkait

di sini adalah pengkoordinasian orang lain dan efektif efisien. Pengkoordinasian

orang lain artinya melibatkan orang lain, sedangkan efektif dan efisien untuk

menunjukkan berdaya guna dan berhasil guna. Pengkoordinasian orang lain tidak

berarti kegiatan tidak dapat dilakukan sendiri, hanya saja dalam pertimbangan

efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

optimal pelibatan tersebut, perlu dikelola atau ada proses atau upaya

pengkoordinasian yang disebut manajemen.

Menurut Dyck dan Neubert (2009:7), manajemen adalah “Proses

perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan sumber daya

manusia dan sumber daya organisasi lainnya agar dapat secara efektif mencapai

tujuan organisasi.”

Menurut Griffin (2004:7), manajemen adalah “Suatu rangkaian aktivitas

(termasuk perencanaan dan pengambilan keutusan, pengorganisasian,

kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya

organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai

tujuan organisasi secara efektif dan efisien.”

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa manajemen

merupakan Suatu proses dalam rangka mencapai tujuan dengan bekerja bersama

melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya.

2.1.2 Fungsi Manajemen

Robbins dan Coulter (2009:24) menyebutkan bahwa fungsi-fungsi

manajemen adalah:

1. Perencanaan: mencakup pendefinisian tujuan, penetapan strategi, dan

mengembangkan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

12

2. Pengorganisasian; adalah menentukan tugas apa saja yang dikerjakan, siapa

yang mengerjakan, bagaimana tugas-tugas dikelompokkan, siapa melapor

kepada siapa, dan pada tingkat mana keputusan harus dibuat.

3. Kepemimpinan; meliputi kegiatan-kegiatan memotivasi bawahan,

mengarahkan, menyeleksi saluran komunikasi yang paling efektif, dan

memecahkan konflik.

4. Pengendalian; meliputi pemantauan kegiatan-kegiatan untuk memastikan

bahwa semua orang mencapai apa yang telah direncanakan dan

mengkoreksi penyimpangan-penyimpangan yang ada.

Keempat fungsi manajemen ini berujung pada tercapainya tujuan-tujuan dan

sasaran-sasaran yang telah dicanangkan bagi organisasi. Manajer harus sepenuhnya

memahami setiap fungsi dasar tersebut, manajer yang efektif terlatih dalam

melaksanakan setiap fungsi dan harus mampu bergerak maju mundur di antara

berbagai fungsi sesuai dengan keadaan, dan harus sering melaksanakan beberapa

fungsi dan aktivitas secara bersamaan. Manajer tidak boleh hanya efektif dalam salah

satu fungsi atau hanya melaksanakan sebagian fungsi karena semuanya penting.

(Griffin, 2004:11-12)

2.2 Visi, Misi dan Strategi

2.2.1 Visi

Menurut Susanto (2009:15-16) menyatakan visi merupakan “Sebuah

gambaran mengenai tujuan dan cita-cita di masa depan yang harus dimiliki

organisasi sebelum disusun rencana bagaimana mencapainya.”

Menurut Wibisono (2006:43), visi merupakan” Rangkaian kalimat yang

menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin

dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want

to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial

bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.”

Adapun karakteristik visi menurut Purwanto (2006:77) yaitu:

1. Diciptakan melalui pemufakatan/konsesnsus.

2. Memberikan pandangan atas segala sesuatu yang terbaik di masa yang akan

datang.

3. Mempengaruhi orang untuk menuju ke misi.

4. Tanpa keterbatasan dimensi waktu.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

13

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa visi adalah cita-cita

atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan

untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.

2.2.2 Misi

Menurut Susanto (2009:72) menyatakan misi merupakan “Pernyataan yang

lebih nyata untuk menjembatani agar visi itu terjadi”.

Menurut Wheelen sebagaimana dikutip oleh Wibisono (2006:46-47) Misi

merupakan “Rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan eksistensi

organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat,

baik berupa produk ataupun jasa.”

Dalam era informasi dan komunikasi ini, perusahaan harus mengorientasikan

misi perusahaan ke arah kepuasan pelanggan yang semakin well informed,

penyerahan tepat waktu, pelayanan purna jual yang sempurna serta melontarkan

produk baru, mendorong banyak perusahaan untuk berusaha meningkatkan

keuanggulan daya saing mereka (Haryadi:2008).

Adapun karakteristik dari misi menurut Gasperz (2011: 11) yaitu:

1. Menyatakan alasan-alasan bisnis tentang keberadaan perusahaan itu.

2. Tidak menyatakan suatu hasil.

3. Tidak ada batas waktu atau pengukuran.

4. Memberikan basis untuk pembuatan keputusan tentang alokasi sumber-

sumber daya dan penetapan tujuan yang tepat.

5. Mendefinisikan bisnis sekarang dan yang akan datang dalam bentuk produk,

skor, pelanggan, alasan-alasan, dan pasar.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pernyataan tentang

apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan Visi. Dalam

operasionalnya orang berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan hasil

kompromi intepretasi Visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju serta

dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian Visi.

2.2.3 Strategi

Menurut Chandler yang dikutip dari buku Rangkuti (2009:3), strategi

merupakan “Alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan

jangka panjang, program tindak lanjut, serta alokasi sumber daya.”

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

14

Menurut pendapat Porter yang dikutip dari buku Rangkuti (2009:4), strategi

adalah “Alat yang sangat penting untuk mencapai tujuan bersama.” Menurut Hamel

dan Prahalad yang dikutip dari buku Rangkuti (2009:4), strategi merupakan

“Tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan

dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan

masa depan.”

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan

suatu proses perencanaan yang dilakukan seseorang atau suatu organisasi atau suatu

perusahaan untuk mencapai tujuan dan sasaran jangka panjang yang diinginkan

dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal sehingga dapat menjadi

lebih baik dari pesaingnya.

2.2.4 Hubungan Visi, Misi, Strategi Dengan Balanced Scorecard

Visi dan misi menyatukan semua nilai yang dimiliki setiap orang dan

kelompok kepentingan sepanjang waktu. Selain itu visi dan misi menegaskan nilai

dan tujuan yang dapat dipahami dan diterima oleh semua pihak di luar perusahaan.

Akhirnya visi dan misi menguatkan komitmen perusahaan terhadap kegiatan yang

bertanggungjawab, yang sejalan dengan kebutuhannya untuk mempertahankan dan

melindungi klaim-klaim penting dari orang- orang dalam perusahaan akan suatu

kelangsungan hidup yang tahan lama, tumbuh, dan menguntungkan untuk

perusahaan.

Visi dan strategi diterjemahkan kedalam empat perspektif yang kemudian

oleh masing-masing perspektif visi dan strategi tersebut dinyatakan dalam bentuk

sasaran yang ingin dicapai organisasi, ukuran (measures) dari sasaran, target yang

diharapakan dimasa yang akan datang serta inisiatif-inisiatif atau program yang akan

dilaksanakan untuk memenuhi sasaran-sasaran starategis.

Balanced Scorecard sebagai suatu sistem manajemen yang

mengintegrasikan visi, misi dan strategi kedalam empat perspektif secara seimbang

ditunjukan dalam The Use of the Balanced Scorecard in Small Companies (2013)

p.76 , menurut Kaplan & Norton dalam gambar dibawah ini:

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

15

Gambar 2.1 Basic design of a Balanced Scorecard Performance System

Sumber : Kaplan & Norton, 1996b, p.76.

2.3 Konsep Manajemen Strategis

2.3.1 Pengertian Manajemen Strategis

Wright, Kroll, and Parnell (2012:25) menjelaskan manajemen strategis

sebagai berikut, “define strategic management as the continuous process of

determining the mission 11 and goals of an organization within the context of its

external environment and its internal strengths and weaknesses, formulating

appropriate strategies, implementing those strategies, and exerting strategic control

to ensure the organization's strategies are successful in attaining its goals".

Wright, Kroll, dan Parnell “mendefinisikan manajemen strategis sebagai

proses berkelanjutan dari penentu misi dan tujuan organisasi dalam konteks

lingkungan eksternal dan internal, kekuatan dan kelemahan, merumuskan strategi

yang tepat, menerapkan strategi-strategi, dan mengerahkan kontrol strategis untuk

memastikan strategi organisasi berhasil dalam mencapai tujuannya”.

Menurut Pearce and Robinson (Pearce & Robbinson, 2008) manajemen

strategis didefinisikan sebagai satu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan

formulasi dan implementasi renlan tcana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu

perusahaan. Manajemen strategis terdiri dari Sembilan tugas penting :

1. Merumuskan misi perusahaan, termasuk pernyataan yang luas mengenai

maksud, filosofi, dan sasaran perusahaan tersebut.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

16

2. Melakukan sebuah analisis yang mencerminkan kondisi dan kemampuan

internal perusahaan

3. Menilai lingkungan eksternal perusahaan, termasuk faktor kompetitif dan

konteks umum.

4. Menganalisis pilihan-pilihan perusahaan dengan menyelaraskan sumber

daya perusahaan dengan lingkungan eksternal.

5. Mengidentifikasi pilihan-pilihan terbaik dengan mengevaluasi setiap pilihan

dalam terang misi perusahaan.

6. Memilih satu set tujuan jangka panjang dan strategi utama yang akan

menghasilkan pilihan paling menguntungkan tersebut.

7. Mengembangkan tujuan tahunan dan strategi-strategi jangka pendek yang

sesuai dengan jangka panjang dan strategi utama yang telah ditentukan.

8. Mengimplementasikan strategi yang telah dipilih melalui alokasi sumber

daya yang dianggarkan, dimana penyesuaian antara tugas kerja, manusia,

struktur, teknologi, dan sistem penghargaan ditekankan.

9. Mengevaluasi keberhasilan proses pengambilan keputusan di masa yang

akan datang.

Menurut Heene dan Desmidt (2010 : 9) manajemen strategik adalah

“Kesatuan proses manajemen pada suatu organisasi yang berulang-ulang dalam

menciptakan nilai serta kemampuan untuk menghantar dan memperluas distribusinya

kepada pemangku kepentingan ataupun pihak lain yang berkepentingan”.

Namun, menurut Solihin (2009 : 69) strategi tidak didefinisikan hanya

semata-mata sebagai cara untuk mencapai tujuan karena strategi dalam konsep

manajemen strategik mencakup juga penetapan berbagai tujuan itu sendiri (melalui

berbagai keputusan strategik yang dibuat oleh manajemen perusahaan) yang

diharapkan akan menjamin terpeliharanya keunggulan bersaing perusahaan.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan menyimpulkan bahwa

manajemen strategik adalah Kumpulan dari keputusan dalam proses manajemen

yang bertujuan untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

17

2.3.2 Tahap-Tahap Manajemen Strategis

Tahap-tahap manajemen strategik menurut Kaplan and Norton (1996), terdiri

dari 4 tahapan, yaitu:

1. Menerjemahkan visi, misi dan strategi bisnis

2. Berkomunikasi dan menghubungkan visi, misi dan strategi bisnis dengan

karyawan.

3. Perencanaan bisnis untuk mencapai visi, misi dan strategi.

4. Umpan balik dan pembelajaran untuk mengevaluasi dan menyesuaikan

strategi yang ada.

Dalam The Use of the Balanced Scorecard in Small Companies (2013) p.77 ,

menurut Kaplan & Norton dalam gambar dibawah ini:

Gambar 2.2 Proses Manajemen Strategik

Sumber: Kaplan & Norton, 1996, p.77.

2.3.3 Manfaat Manajemen Strategis

Adapun manfaat manajemen strategis menurut David (2011:23) adalah

sebagai berikut: “Manfaat utama dari manajemen strategis untuk membantu

organisasi merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui penggunaan

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

18

pendekatan terhadap pilihan strategi yang lebih sistematis, logis dan rasional, dan

komunikasi adalah kunci bagi manajemen strategis yang berhasil.”

Manajemen strategis mampu memberikan berbagai keuntungan untuk

perusahaan, baik keuntungan keuangan maupun yang bukan keuntungan keuangan.

Pada sisi keuangan,manajemen strategis mengarahkan perusahaan dalam melakukan

perbaikan dalam bagian penjualan, dan laba. Pada sisi non keuangan, manajemen

strategis membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas karyawan,

menyadari ancaman dan peluang bagi perusahaan dan kekuatan serta kelemahan

dalam perusahaan.

2.3.4 Hubungan Manajemen Strategis Dengan Balanced Scorecard

Balanced Scorecard merupakan suatu sistem inti dalam manajemen strategis

dalam menerjemahkan dan mengimplementasikan strategi dan tujuan perusahaan.

Dalam manajemen strategis, Balanced Scorecard memiliki peranan dalam

menciptakan dan memilih strategi, menerapkan serta mengevaluasi kinerja. Balanced

Scorecard bukan hanya alat pengukuran kinerja tetapi juga sebagai suatu yang

memberikan petujuk dalam pelaksanaan strategi dan sebagai penilai kinerja

manajemen strategis.

2.4 Pengukuran Kinerja Perusahaan

2.4.1 Pengertian Kinerja

Menurut Rivai (2011:554) “Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang di

tampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang di hasilkan oleh pegawai sesuai

dengan perannya dalam perusahaan”.

Menurut Scannell & Gifford (2010) dalam McReynolds (2014:83),

perusahaan adalah kesatuan tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki

konsep untuk menghasilkan sejumlah barang dan jasa tertentu.

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok

orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-

masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Kinerja perusahaan adalah suatu usaha yang dijalankan oleh sebuah

perusahaan dalam rangka untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas aktivitas

perusahaan dalam sebuah periode waktu tertentu. Kinerja perusahaan juga

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

19

merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu

dengan mengacu kepada standar yang ditetapkan. Pengukuran aktivitas kinerja

perusahaan dirancang untuk menaksir bagaimana kinerja aktivitas dan hasil akhir

yang dicapai.

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan

suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat

diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang

mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar

sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.

Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan

oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para

penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh

perusahaan. Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk

sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode

dengan referensi pada jumlah standar seperti biaya biaya masa lalu atau yang

diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas

manajemen dan semacamnya (Srimindarti, 2004).

Sebelum memahami masalah penilaian kinerja lebih jauh, ada beberapa

pengertian kinerja. Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual

yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen (Helfert, 1996) dan juga menurut

Mulyadi (2007) “Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi

dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan

perilaku yang diharapkan”. Menurut Stout (dalam Yuwono, 2002) menyatakan

bahwa pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian

pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission accomplishment) melalui

hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses.

Pengukuran kinerja yang didefinisikan sebagai “performing measurement“

adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam

pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan demikian pengertian kinerja

adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien

dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan merupakan seluruh kegiatan yang

dilakukan oleh perusahaan yang berkaitan dengan pencapaian sasaran strategik

manajemen selama periode tertentu.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

20

Berdasarkan pendapat para dapat dapat disimpulkan menyimpulkan bahwa

sebuah kinerja bias dilihat baik bila di dalam suatu perusahaan atau organisasi

mempunyai prestasi karyawan yang baik pula yang berdampak untuk keuangan suatu

perusahaan.

2.4.2 Pengukuran Kinerja

Menurut Olsen (2007) dalam Cocca & Alberti (2010), pengukuran kinerja

didefinisikan sebagai proses untuk mengkuantifikasi efisiensi dan efektivitas dari

suatu tindakan.

Menurut Mathis dan Jackson (2011:121), kinerja pada dasarnya adalah apa

yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pegawai. Kinerja pegawai yang umum

untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut :

1. Kuantitas dari hasil

Jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif

melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Ini

berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.

2. Kualitas dari hasil

Mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran

mencerminkan pengukuran “tingkat kepuasan”, yaitu seberapa baik

penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran.

3. Ketepatan waktu dari hasil

Waktu harus dimanfaatkan sebaik mungkin dan secara optimal. Penundaan

penggunaan waktu dapat menimbulkan berbagai konsekuensi biaya besar

dan kerugian.

4. Kehadiran atau absensi

Tingkat kehadiran merupakan sesuatu yang menjadi tolak ukur sebuah

perusahaan dalam mengetahui tingkat partisipasi pegawai pada perusahaan.

5. Kemampuan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama dapat menciptakan kekompakan sehingga dapat

meningkatkan rasa kerja sama antar pegawai.

Menurut Tangen (2005), sistem pengukuran kinerja yang baik adalah

sekumpulan ukuran kinerja yang menyediakan perusahaan dengan informasi yang

berguna, sehingga membantu mengelola, mengontrol, merencanakan, dan

melaksanakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan adanya

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

21

pengukuran kinerja maka perusahaan diharapkan mampu bertahan dan mengikuti

persaingan dan perkembangan yang ada. Sistem pengukuran kinerja dikelompokkan

menjadi dua sistem, yaitu:

1. Kelompok Pertama “Fully Integrated” Sistem pengukuran kinerja pada

kelompok ini merupakan system pengukuran yang paling baik (advanced),

yang mana banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Sistem ini mampu

menjelaskan hubungan kausal yang melintasi organisasi. Kebutuhan dari

seluruh pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dipertimbangkan.

Database dan system pelaporan harus terintegrasi satu dengan yang lainnya.

2. Kelompok Kedua “Balanced” Sistem ini mampu melihat kinerja dari

pandangan yang multidimensi, dari perspektif dan horizon waktu yang

berbeda. Sistem ini mendukung inovasi dan pembelajaran dan berorientasi

pelanggan. Tujuan dari system ini adalah lebih kepada memperbaiki

dibandingkan dengan memonitornya.

2.4.3 Pengertian Penilaian Kinerja

Menurut Rivai (2011:78), dalam rangka pengembangan kemampuan dan

kompetensi maka langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk peningkatan kinerja

yang lebih baik dimasa mendatang adalah dengan melakukan penganalisisan

terhadap kinerja yang sedang berjalan.

Definisi dari kinerja dapat bervariasi dari satu ukuran ke ukuran lain. Mitchell

(2012) memandang bahwa kinerja perusahaan dapat diukur dalam empat dimensi :

1. Relevansi

Merupakan tingkat dimana para stakeholder dari perusahaan memandang

perusahaan tersebut telah sesuai dengan keinginan mereka. Klien menilai

relevansi produk dengan membeli mereka, karyawan dengan bekerja kelas,

pemegang saham dengan membeli dan menjual saham dan lain-lain.

2. Efektifitas

Merupakan tingkat sejauh mana perusahaan sukses dalam meraih tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Efisiensi

Merupakan sebaik mana perusahaan menggunakan sumber daya yang

dimilikinya dalam mencapai tujuannya.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

22

4. Kelayakan keuangan

Merupakan seberapa layak perusahaan dipandang dari segi keuangan, yang

mencerminkan profitabilitas perusahaan baik dalam jangka pendek maupun

jangka panjang.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa sebuah kebijakan

yang ada didalam sebuah perusahaan untuk menilai kinerja masing-masing

karyawannya baik secara kuantitas maupun kualitas yang dilakukan secara periodik

dengan tujuan untuk mengevaluasi hasil pekerjannya dalam rangka meningkatkan

kinerja karywan.

2.4.4 Tujuan Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja pastinya dibutuhkan oleh perusahaan sebagai pembanding

sejauh mana kinerja perusahaan terus berkembang. Menurut Rivai (2011:40), tujuan

utama dari penilaian kinerja adalah:

1. Untuk meninjau kembali kinerja yang lalu.

2. Untuk memperkirakan kebutuhan training.

3. Untuk membantu pengembangan individu.

4. Untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini, yang berkaitan dengan

penentuan kebijakan yang akan datang.

5. Untuk pengembangan perusahaan

6. Untuk mempersiapkan diri menghadapi kompetisi yang semakin ketat,

termasuk karena tujuan menciptakan produk baru atau memasarkan produk

baru.

7. Untuk mengaudit ketrampilan (skills) di dalam organisasi.

8. Untuk menyusun sasaran-sasaran kinerja dimasa yang akan datang.

9. Untuk mengamati personil dan unit organisasi yang potensial untuk

dipromosikan dan dikembangkan.

Dalam melaksanakan kerja, karyawan mengkonsumsi input perusahaan yang

direalisasikan dalam bentuk biaya. Menurut Darsono dan Siswandoko (2011:49),

Penilaian kinerja hakikatnya adalah untuk :

1. Mengetahui kemampuan SDM mencapai sasaran kerja (efektivitas)

2. Mengetahui kemampuan SDM menggunakan input untuk mencapai sasaran

kerja (efisiensi)

3. Untuk menentukan besarnya imbalan materiil dan non-materiil.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

23

Dalam penilaian kinerja, penyelia atau supervisor memegang peranan yang

penting dimana mereka harus obyektif dalam melakukan penilaian. Suatu penilaian

akan salah dan merugikan karyawan dan perusahaan karena beberapa sebab yaitu :

1. Penilai bertindak subyektif

2. Standar kinerja (ukuran) yang ditetapkan terlalu tinggi atau rendah.

3. Gaya manajemen : Otoriter, penilaian kinerja sangat subyektif karena

ukurannya dan kemampuan pemimpin. Demokratis, penilaian kinerja

obyektif karena ukurannya adalah potensi SDM.

2.4.5 Manfaat Penilaian Kinerja

Menurut Rivai (2011:40), manfaat dari keberhasilan rencana penilaian dapat

disimpulakan sebagai berikut:

1. Manfaat Bagi Organisasi, meliputi:

• Peningkatan kinerja melalui organisasi, karena:

• Komunikasi lebih efektif dalam mencapai tujuan dan nilai-nilai

organisasi.

• Meningkatkan kebersamaan dan loyalitas dalam perusahaan.

• Meningkatkan hubungan yang harmonis antara manajer dan staf.

• Para manajer dimanfaatkan lebih baik untuk menggunakan ketrampilan

kepemimpinannya dan untuk memotivasi serta mengembangkan stafnya.

• Peningkatan peninjauan pelaksanaan tugas dari setiap anggota staf.

• Identifikasi ide untuk pengembangan.

• Peramalan dan pandangan jangka panjang dapat dikembangkan.

• Kebutuhan pelatihan dan pengembangan dapat di identifkasi lebih jelas.

• Peningkatan dan keberhasilan budaya yang berkelanjutan dapat

diciptakan dan dipelihara.

• Personil yang potensial dapat di identifikasi dan merencanakan

pengembangan karir untuk kebutuhan staf yang akan datang.

• Menanamkan kesan bahwa personil adalah aset yang bernilai bagi

organisasi atau perusahaan.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

24

2. Manfaat Bagi Penilai, meliputi:

• Peluang untuk pengembangan dan peninjauan terhadap tugas individu

dan semua departemen yang dikaitkan dengan kebutuhan perusahaan.

• Identifikasi ide-ide dan peningkatan.

• Peningkatan kepuasan tugas.

• Peningkatan kesadaran terhadap nilai pribadi.

• Peluang untuk menghubungkan tim, tujuan individu dan sasaran dengan

tujuan departemen dan organisasi.

• Peluang untuk menjelaskan perkiraan kontribusi yang diharapkan

manajer terhadap tim dan induvidu.

• Peluang untuk memperbaiki prioritas sasaran.

• Membangun hal-hal yang lebih produktif dengan staf atas dasar saling

percaya dan pengertian.

3. Manfaat Bagi Yang Dinilai, meliputi:

• Meningkatkan motivasi kerja semua unit organisasi.

• Meningkatkan kepuasan kerja semua unit organisasi.

• Meningkatkan kesadaran pentingnya nilai pribadi setiap organisasi.

• Adanya kejelasan pengertian tentang apa yang diharapkan dan apa yang

diperlukan untuk mencapai harapan tersebut.

• Peluang untuk mendiskusikan masalah dalam pekerjaan dan bagaimana

mengatasinya.

• Peluang untuk mendiskusikan aspirasi dan arahan, dukungan atau

pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi aspirasi tersebut.

• Meningkatkan hubungan kerja antar manajer.

2.5 Balanced Scorecard

2.5.1 Latar Belakang Balanced Scorecard

Pada tahun 1996 Robert Kaplan dan David Norton membuat sebuah metode

yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran kinerja yang sesuai untuk

perusahaan di era globalisasi, bernama Balanced Scorecard. Sistem ini pertama kali

diuji coba oleh perusahaan Analog Devices pada tahun 1987. Latar belakang

pembuatan metode ini adalah pendapat kedua orang ahli tersebut yang melihat bahwa

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

25

penggunaan metode konvensional yang digunakan oleh organisasi perusahaan yang

hanya mengukur tingkat kinerja perusahaan dari sisi finansial (tingkat keuntungan)

semata sebagai bentuk keberhasilan perusahaan. Penggunaan metode konvensional

ini tentu saja tidak lagi efektif apabila diterapkan pada era globalisasi sekarang ini

dimana faktor finansial tidak hanya sebagai penentu keberhasilan dari organisasi

perusahaan.

Penggunaan balanced scorecard sendiri diharapkan dapat memperbaiki

system konvensional dengan menggunakan fakta yang lebih bersifat kualitatif dan

non-finansial. Perbaikan penting lain dari BSC lainnya adalah bahwa dengan

diterapkannya BSC adalahnya fokusnya pada pencapaian profitabilitas masa depan

organisasi perusahaan.

Menurut Norton dan Kaplan, balanced scorecard akan mempengaruhi

struktur dan system manajemen yang ada pada saat ini melalui penetapan definisi-

definisi pengukuran strategis dan integrasi strategi jangka panjang ke dalam

penganggaran tahunan. Asumsi dasar dari penerapan balanced scorecard adalah

bahwa semua organisasi adalah institusi pencipta kekayaan karena itu semua

kegiatannya haruslah dapat menghasilkan tambahan kekayaan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Pembuatan sistem ini dikarenakan adanya beberapa

kelemahan yang dinilai oleh Kaplan dan Norton mengenai pengukuran tradisional.

Menurut Kaplan dan Norton, “ukuran finansial tidak cukup untuk mengevaluasi

perjalanan perusahaan di dalam lingkungan yang kompetitif ini karena hanya

menceritakan sebagian dan tidak semua tindakan masa lalu dan tidak mampu

memberikan pedoman yang memadai bagi upaya penciptaan nilai finansial di masa

depan”.

Sistem tradisional juga dinilai kurang mendukung investasi jangka panjang

dan lebih menyukai bentuk investasi yang mudah diukur dibandingkan investasi non-

finansial seperti inovasi, kemampuan pekerja, dan kepuasan pelanggan yang lebih

sulit diukur secara kuantitatif. Pendapat Kaplan dan Norton didukung oleh Mulyadi,

(1997) yang menyatakan bahwa, “perusahaan yang berhasil dituntut tidak hanya

dapat menghasilkan produk yang bermutu tetapi juga harus dapat memuaskan dan

memenuhi kebutuhan konsumen dan cost effective”.

Balanced Scorecard merupakan sebuah sistem pengaturan (tidak hanya

sebuah sistem pengukuran) yang bisa membantu suatu organisasi untuk

mengklarifikasi visi dan stategi mereka hingga membuatnya menjadi sebuah

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

26

tindakan nyata dan mencapai goals perusahaan. Robert Kaplan dan David Norton

telah menggabungkan sistem pengukuran finansial (tradisional) dan non-finansial,

sehingga suatu perusahaan tidak lagi hanya berfokus pada hasil finansial saja tetapi

juga masalah manusia.

2.5.2 Pengertian Balanced Scorecard

Balanced Scorecard menurut etimologi terdiri dari dua kata yaitu "kartu skor

(scorecard) dan berimbang (balanced)." Kartu skor adalah kartu yang digunakan

untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk

merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personil di masa depan. Melalui

kartu skor, skor yang hendak diwujudkan personil di masa depan dibandingkan

dengan hasil kinerja sesungguhnya.

Menurut pendapat Gaspersz (2011:20), balanced scorecard adalah suatu

konsep manajemen yang membantu menerjemahkan strategi kedalam tindakan yang

lebih dari sekedar suatu sistem pengukuran operasional atau taktis.

Menurut Kaplan dan Norton (dalam Sarjono, 2007) mengatakan bahwa

definisi Balanced Scorecard adalah suatu kerangka kerja baru untuk

mengintergrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan.

Atkinson (2012:105) menyatakan bahwa Balanced Scorecard adalah

Pengukuran kinerja organisasi berdasarkan empat perspektif yang berbeda namun

berhubungan yang diturunkan dari visi, strategi, dan tujuan organisasi.

Menurut Sumarsan (2013:219) Balanced Scorecard adalah Sebuah

perencanaan strategis dan sistem manajemen yang digunakan secara luas baik dalam

organisasi yang berorientasi laba maupun dalam organisasi nirlaba di seluruh dunia

dalam kegiatan-kegiatan usaha untuk menyelaraskan visi dan strategi organisasi,

meningkatkan komunikasi internal dan eksternal, dan mengawasi kinerja organisasi

sesuai dengan tujuan strategik perusahaan.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa balanced scorecard

berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor).

Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara kinerja keuangan dan

non-keuangan, kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang, antara kinerja yang

bersifat internal dan kinerja yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu

skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu

skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

27

seseorang di masa depan. Balanced Scorecard adalah suatu mekanisme sistem

manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam

tindakan nyata di lapangan.

2.5.3 Keunggulan Balanced Scorecard

Menurut Veithzal dan Ella (2011:627), perusahaan semakin banyak

menggunakan Balance Scorecard untuk mengatur dan mengukur kinerja operasional

organisasi mereka :

1. Mensinergikan strategi dengan indikator kunci di semua lini organisasi

Dengan Balance Scorecard, memungkinkan pengukuran kinerja pada semua

lini bisnis bahkan sampai pada individu/person in charge dari lini bisnis

tersebut dapat mengerti dan bertanggung jawab serta bagaimana

hubungannya terhadap kesuksesan organisasi secara keseluruhan.

2. Mengukur serta mengatur kinerja bisnis lebih efektif

Balance Scorecard memberikan kemudahan bagi manajemen untuk

memonitor sampai ke semua lini bisnis supaya dapat berjalan sesuai dengan

rencana yang sudah ditetapkan dan mengidentifikasi ancaman masalah yang

muncul atau peluang bisnis yang baru.

3. Memudahkan feedback dan komunikasi strategis

Balance Scorecard dapat memudahkan komunikasi serta sharing informasi

antar lini bisnis sehingga permasalahan yang muncul dapat sedini mungkin

diidentifikasi serta dapat juga mengidentifikasi peluang bisnis di masa

depan.

2.5.4 Alasan Dasar Memilih Balanced Scorecard

Menurut Gaspersz (2011:6) beberapa alasan dasar mengapa organisasi

memilih Balanced Scorecard adalah:

1. Karena mampu mengidentifikasi kekuatan dan kesempatan untuk perbaikan

dari berbagai area dalam organisasi.

2. Memberi kerangka kerja untuk peningkatan menuju keunggulan kinerja

melalui memberikan kebebasan kepada manajemen untuk melaksanakan

strategi bisnis mandiri dan program peningkatan keunggulan kinerja.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

28

3. Merupakan kerangka kerja manajemen terintegrasi, mencakup semua faktor

yang mendefinisikan organisasi, proses operasional dan hasil kinerja yang

jelas dan terukur.

4. Karena berfokus pada persyaratan untuk mencapai keunggulan kinerja,

bukan sekedar aplikasi prosedur, alat atau teknik-teknik.

5. Dapat mudah beradaptasi dengan lingkungan bisnis, dapat diterapkan dalam

organisasi besar maupun kecil.

6. Telah terbukti merupakan praktek manajemen global yang valid untuk

meningkatkan keunggulan kinerja organisasi.

Menurut Luis dan Biromo (2010:48) dibandingkan metode lain, Balanced

Scorecard memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

1. Balanced Scorecard (BSC) dapat berfungsi sebagai alat ukur untuk

mengkomunikasikan strategi di antara para stakeholders dari sebuah

organisasi. Dengan menggunakan BSC, para stakeholders dapat

melakukan review terhadap strategi dan pencapaiannya dengan

menggunakan bahasa yang sama. (Dengan itu mereka dapat mengatasi

hambatan pada visi.)

2. Balanced Scorecard memungkinkan organisasi untuk memetakan semua

faktor utama yang ada dalam organisasi tersebut, baik yang berbentuk benda

fisik (tangible) maupun benda non fisik (intangible). Sementara konsep

perencanaan strategi lain pada umumnya hanya terbatas pada hal-hal yang

bersifat tangible. (Dengan demikian mereka dapat mengatasi hambatan

pada manajemen).

3. Balanced Scorecard dapat mengaitkan strategi dengan kinerja organisasi

(performance). Dan proses pelaksanaan itu dapat dipantau tingkat

pencapaiannya dengan menggunakan Key Performance Indicators yang

biasa disingkat menjadi KPI. Hal ini menunjukkan bahwa BSC tidak hanya

membantu organisasi dalam menyusun strategi, tetapi juga memonitor

pencapaian strategi tersebut. (dengan demikian mereka dapat mengatasi

hambatan pada pelaku dan manajemen).

4. Balanced Scorecard memiliki konsep sebab-akibat. Dengan demikian para

pelaku strategi mendapat gambaran dan menjadi jelas bahwa bila strategi

yang berada dalam tanggung jawab mereka dapat tercapai dengan sukses,

hal itu akan membuahkan hasil tertentu dan akan terkait dengan strategi

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

29

lainnya. Sebaliknya bila tak tercapai, hal itu pada gilirannya akan

mempengaruhi pencapaian strategi lainnya. Hubungan sebab akibat ini

secara tidak langsung dapat menguatkan kerja sama dalam organisasi dan

mendorong mereka untuk berada dalam satu payung yang sama dalam

rangka mencapai tujuan organisasi. (dengan demikian mereka dapat

mengatasi hambatan pada pelaku dan manajemen).

5. Balanced Scorecard dapat membantu proses penyusunan anggaran. Dari

BSC kita dapat mengetahui kegiatan apa saja yang harus dilakukan

organisasi guna mencapai target-targetnya yang meliputi aktivitas sehari-

hari samapi dengan proyek-proyek khusus. Kemudian bagi kegiatan-

kegiatan itu dapat dihitung keperluan dananya dan dimasukkan dalam

anggaran. (dengan demikian mereka dapat mengatasi hambatan pada

sumber daya manusia dan manajemen).

2.5.5 Perancangan dan Penerapan Balanced Scorecard

Menurut Suhendra (2004), mengemukakan bahwa bangunan balanced

scorecard dimulai dari visi perusahaan. Kemudian visi ini diuraikan dalam

perspektif-perspektif pengukuran. Pada masing-masing perspektif tersebut ditetapkan

tujuan-tujuan strategis yang lebih spesifik yang merupakan penjabaran dari visi

perusahaan. Atas dasar tujuan strategis ini, perusahaan kemudian menetapkan fakor-

faktor keberhasilan kritikal agar visi perusahaan bias diwujudkan. Setelah penetapan

fakor-faktor keberhasilan kritikal ini, kemudian ditentukan ukuran-ukuran strategis

yang mencerminkan strategi perusahaan. Terakhir, perusahaan menyiapkan langkah-

langkah spesifik yang akan dilakukan pada masa mendatang agar tercapai tujuan

tujuan strategis yang merupakan syarat bagi pencapaian misi perusahaan.

2.6 Perspektif dalam Balanced Scorecard

2.6.1 Perspektif Keuangan

Perspektif keuangan menjelaskan konsekuensi ekonomi dari tindakan yang

dilakukan dalam perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan

pertumbuhan. Kinerja keuangan hampir menjadi tujuan akhir yang ingin dicapai

setiap organisasi bisnis. Perspektif keuangan menjelaskan konsekuensi ekonomi dari

tindakan yang dilakukan dalam perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

30

pembelajaran dan pertumbuhan. Kinerja keuangan hampir menjadi tujuan akhir yang

ingin dicapai setiap organisasi bisnis.

Dalam penelitian ini pengukuran perspektif keuangan akan menggunakan

pengukuran yang digunakan pada penelitian yang dijalankan oleh Menurut

Giannopoulos (2013), sebagai berikut:

1. Debt Ratio

Debt Ratio adalah rasio yang mengukur berapa persen asset perusahaan

yang di belanjai dengan hutang. Hutang yang semakin tinggi menunjukkan

perusahaan memiliki perputaran uang yang tidak baik.

2. Increase of Cash

Cash adalah aktiva lancar yang meliputi uang kertas/logam dan benda-

benda lain yang dapat digunakan sebagai media tukar/alat pembayaran yang

sah dan dapat diambil setiap saat. Semakin meningkat kas dari sebuah

perusahaan menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan dari aspek

keuangan.

3. Increase of Account Receivable

Account Receivable adalah hak atau tagihan perusahaan kepada pihak

lainnya yang nantinya akan dimintakan pembayarannya jika sudah

waktunya. Piutang Dagang (Account Receivable) timbul karena perusahaan

melakukan penjualan barang-barang dagangan atau barang lain atau jasa

secara kredit. Semakin tinggi account receivable menunjukkan bahwa

banyak perusahaan yang sangat tertarik dengan produk atau jasa yang

ditawarkan perusahaan.

2.6.2 Perspektif Pelanggan

Pelanggan merupakan pihak luar yang setiap saat menggunakan produk

sebuah perusahaan. Untuk melipatgandakan kinerja keuangannya, Perusahaan perlu

mendapatkan, memelihara, dan terus meningkatkan jumlah konsumennya. Variabel

kunci yang menjadi fokus pelanggan meliputi kepuasan pelanggan, dan jumlah

pelanggan.

Dalam penelitian ini pengukuran perspektif pelanggan akan menggunakan

pengukuran yang digunakan pada penelitian yang dijalankan oleh Menurut

Giannopoulos (2013), sebagai berikut:

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

31

1. Costumer Satisfaction

• Customer satisfaction adalah tingkat dimana ekspektasi konsumen sesuai

dengan keadaan aktual yang dirasakan oleh konsumen. Customer

Satisfaction dapat diukur dengan menggunakan kuesioner dimana isi dari

kuesioner ini diadopsi dari penelitian yang dijalankan oleh Giannopoulos

(2013) dengan dimensi sebagai berikut:

• Bukti fisik (Tangible) adalah segala hal fisik yang dapat dilihat oleh

konsumen saat terjadi pelayanan jasa. Pengukurannya meliputi: fasilitas

yang selalu up-to-date, indah dilihat, mendukung dan kerapihan dari staff

atau karyawan perusahaan.

• Empati (Empathy) adalah perasaan emosional yang terbentuk saat

pelayanan diterapkan kepada konsumen. pengukurannya meliputi: sikap

sopan, dukungan dari pihak perusahaan, perhatian dari karyawan atau

staff perusahaan, rasa pengertian dari perusahaan, kemampuan

perusahaan untuk mengerti kebutuhan pelanggan, pelayanan yang

membuat konsumen merasa dispesialisasi dan panjang atau pendeknya

waktu operasional dari perusahaan.

• Keandalan (Reliability), merupakan kemampuan perusahaan dalam

memberikan jasa yang tepat dan dapat diandalkan. Pengukurannya

meliputi: penepatan janji, sikap simpatik dari perusahaan, kemampuan

perusahaan untuk diandalkan, ketepatan waktu sesuai dengan yang

diinformasikan, serta keakuratan dari informasi lainnya.

• Daya tangkap (Responsiveness), artinya mampu memberikan pelayanan

yang cepat dan efisien kepada pelanggan. Pengukurannya meliputi:

informasi waktu, pelayanan yang menjanjikan, niat membantu yang

tulus, serta ketersediaan waktu untuk membantu

• Jaminan (Assurance) artinya mengukur kemampuan dan kesopanan

karyawan serta staf dapat dipercaya yang dimiliki oleh perusahaan.

Pengukurannya meliputi: kemampuan perusahaan untuk membuat

konsumen percaya dan merasa aman.

2. Increase The Number of Costumer

Menurut Giannopoulos (2013), Increase the number of customer

adalah jumlah peningkatan rekanan bisnis perusahaan dari tahun ke tahun.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

32

2.6.3 Perspektif Proses Bisnis Internal

Dalam perspektif ini, perusahaan harus mengidentifikasi proses internal yang

penting dengan sebaik-baiknya karena proses internal memiliki nilai yang diinginkan

pelanggan. Dalam hal ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua

aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan baik manajer maupun karyawan untuk

menciptakan suatu produk yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi pelanggan

dan juga para pemegang saham.

Dalam penelitian ini pengukuran perspektif bisnis internal akan menggunakan

pengukuran yang digunakan pada penelitian yang dijalankan oleh Menurut

Giannopoulos (2013), sebagai berikut:

1. Increase Market Share

Pangsa pasar (Market Shared) dapat diartikan sebagai bagian pasar yang

dikuasai oleh suatu perusahaan, atau prosentasi penjualan suatu perusahaan

terhadap total penjualan para pesaing terbesarnya pada waktu dan tempat

tertentu. Menurut Giannopoulos (2013), Increase market share adalah

pertumbuhan dari persentase yang dicapai oleh perusahaan dari keseluruhan

potensi pasar yang dapat dicapai dalam sebuah geografis tertentu.

2. Increase Productivity

Menurut Giannopoulos (2013), Increase productivity adalah

pertumbuhan dari tingkat kapabilitas perusahaan dalam menangani proyek

yang sedang dan akan berjalan.

2.6.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Perspektif yang terakhir dalam balanced scorecard adalah perspektif

pertumbuhan dan pembelajaran. Robert. S. Kaplan dalam Sumarsan (2013:222)

mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi bisnis untuk terus

memperhatikan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan

pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk

berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif diatas dan tujuan perusahaan.

Dalam penelitian ini pengukuran perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

akan menggunakan pengukuran yang digunakan pada penelitian yang dijalankan oleh

Menurut Giannopoulos (2013), sebagai berikut:

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

33

1. Increase Employees Skill

Increase employee skill adalah peningkatan kemampuan karyawan dalam

sebuah perusahaan. dalam penelitian ini, increase employee skill dapat

diukur dengan menggunakan kuesioner dimana isi dari kuesioner ini

diadopsi dari penelitian yang dijalankan oleh Abas-Mastura (2013) dengan

dimensi sebagai berikut:

• Fundamental

Fundamental mengacu pada kemampuan karyawan dalam

berkomunikasi, Kemampuan untuk mengatur informasi yang masuk,

serta pemikiran dalam menangani masalah.

• Personal Management

Personal management mengacu pada kemampuan karyawan dalam

bersikap positif, bertanggung jawab, beradaptasi, belajar secara terus

menerus, dan bekerja secara aman.

• Team Work

Team work mengacu pada kemampuan karyawan untuk bekerja dengan

orang lain dan berpartisipasi dalam sebuah projek.

2. Improve The Quality Of Service

Menurut Giannopoulos (2013), Improve The Quality Of Service adalah

peningkatan kualitas dari pelayanan dari sebuah perusahaan. Salah satu

indikasi peningkatan kualitas pelayanan dapat dilihat dari jumlah keluhan dari

tahun ke tahun.

2.7 Objective Matrix (OMAX)

Objectives Matrix (OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas

parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di tiap bagian perusahaan

dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut

(objective). Metode ini dikembangkan oleh seorang professor produktivitas dari

Departemen Of Industrial Engineering at Oregon State University, yaitu James L.

Riggs, PE. OMAX diperkenalkan pada tahun 80-an di Amerika Serikat. Ada

beberapa kelebihan dari metode OMAX ini dibandingkan dengan metode lain yaitu

data yang diperlukan dalam model ini mudah didapat, perhitungannya sederhana dan

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

34

mudah dipahami, mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan keahlian khusus,

serta lebih fleksibel karena mudah disesuaikan dengan masalah yang dihadapi.

Perhitungan skor pencapaian masing-masing indikator kinerja dilakukan

dengan menggunakan metode Objectives Matrix (OMAX). OMAX menggabungkan

kriteria-kriteria produktivitas ke dalam suatu bentuk yang terpadu dan berhubungan

satu sama lain. Model ini melibatkan seluruh jajaran di perusahaan, mulai dari

bawahan sampai atasan. Skala yang didapat akan menentukan tingkat kesulitan dari

pencapaian kinerja untuk setiap unit kerja. Untuk melakukan pembuatan skala

diperlukan beberapa level yang menjadi titik acuan. Pada model Objective Matrix.

Level yang digunakan sebagai titik acuan terdiri dari 3 level, yaitu:Level 0, Level 3

dan Level 10.

Index merupakan hasil penjumlahan seluruh nilai value dari setiap kriteria

yang menyatakan indikator pencapaian kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja

dapat ditentukan dari besarnya kenaikan indikator pencapaian bila dibandingkan

dengan pengukuran periode sebelumnya. Dalam skema penilaian OMAX, terdapat

Traffic Light System yang berfungsi sebagai tanda apakah indikator kinerja

memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Traffic Light System ini direpesentasikan

dalam tiga warna yaitu:

1. Warna hijau, dengan ambang batas 8 sampai dengan 10 yang berarti

achievement dari suatu indikator kinerja sudah tercapai

2. Warna kuning, dengan ambang batas 4 sampai 7 yang berarti achievement

dari suatu indikator kinerja belum tercapai meskipun nilai sudah mendekati

target

3. Warna merah, dengan ambang batas lebih kecil atau sama dengan 3 yang

berarti achievement dari suatu indikator kinerja benar-benar di bawah target

yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

35

2.8 Kerangka Pemikiran

Balanced Scorecard

Perspektif Keuangan

Perspektif Pengembangan

dan Pembelajaran

Perspektif Bisnis Internal

Perspektif Pelanggan

Kinerja Perusahaan Saat ini

Pencapaian Perusahaan Saat ini

Tercapai Tidak Tercapai

Evaluasi Kinerja Pertahankan Kinerja

Simpulan dan Saran

PT JAYA SAKTI KONSTRUKSI

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2015-1-00238...efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara

36