BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - Binus...
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Menurut Robbins dan Coulter (2009:22) manajemen adalah “Proses
pengkoordinasian dan pengintegrasian kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan
secara efektif dan efisien melalui orang lain”. Ada 2 kata penting yang saling terkait
di sini adalah pengkoordinasian orang lain dan efektif efisien. Pengkoordinasian
orang lain artinya melibatkan orang lain, sedangkan efektif dan efisien untuk
menunjukkan berdaya guna dan berhasil guna. Pengkoordinasian orang lain tidak
berarti kegiatan tidak dapat dilakukan sendiri, hanya saja dalam pertimbangan
efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara
optimal pelibatan tersebut, perlu dikelola atau ada proses atau upaya
pengkoordinasian yang disebut manajemen.
Menurut Dyck dan Neubert (2009:7), manajemen adalah “Proses
perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan sumber daya
manusia dan sumber daya organisasi lainnya agar dapat secara efektif mencapai
tujuan organisasi.”
Menurut Griffin (2004:7), manajemen adalah “Suatu rangkaian aktivitas
(termasuk perencanaan dan pengambilan keutusan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya
organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif dan efisien.”
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa manajemen
merupakan Suatu proses dalam rangka mencapai tujuan dengan bekerja bersama
melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya.
2.1.2 Fungsi Manajemen
Robbins dan Coulter (2009:24) menyebutkan bahwa fungsi-fungsi
manajemen adalah:
1. Perencanaan: mencakup pendefinisian tujuan, penetapan strategi, dan
mengembangkan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.
12
2. Pengorganisasian; adalah menentukan tugas apa saja yang dikerjakan, siapa
yang mengerjakan, bagaimana tugas-tugas dikelompokkan, siapa melapor
kepada siapa, dan pada tingkat mana keputusan harus dibuat.
3. Kepemimpinan; meliputi kegiatan-kegiatan memotivasi bawahan,
mengarahkan, menyeleksi saluran komunikasi yang paling efektif, dan
memecahkan konflik.
4. Pengendalian; meliputi pemantauan kegiatan-kegiatan untuk memastikan
bahwa semua orang mencapai apa yang telah direncanakan dan
mengkoreksi penyimpangan-penyimpangan yang ada.
Keempat fungsi manajemen ini berujung pada tercapainya tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran yang telah dicanangkan bagi organisasi. Manajer harus sepenuhnya
memahami setiap fungsi dasar tersebut, manajer yang efektif terlatih dalam
melaksanakan setiap fungsi dan harus mampu bergerak maju mundur di antara
berbagai fungsi sesuai dengan keadaan, dan harus sering melaksanakan beberapa
fungsi dan aktivitas secara bersamaan. Manajer tidak boleh hanya efektif dalam salah
satu fungsi atau hanya melaksanakan sebagian fungsi karena semuanya penting.
(Griffin, 2004:11-12)
2.2 Visi, Misi dan Strategi
2.2.1 Visi
Menurut Susanto (2009:15-16) menyatakan visi merupakan “Sebuah
gambaran mengenai tujuan dan cita-cita di masa depan yang harus dimiliki
organisasi sebelum disusun rencana bagaimana mencapainya.”
Menurut Wibisono (2006:43), visi merupakan” Rangkaian kalimat yang
menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin
dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want
to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial
bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.”
Adapun karakteristik visi menurut Purwanto (2006:77) yaitu:
1. Diciptakan melalui pemufakatan/konsesnsus.
2. Memberikan pandangan atas segala sesuatu yang terbaik di masa yang akan
datang.
3. Mempengaruhi orang untuk menuju ke misi.
4. Tanpa keterbatasan dimensi waktu.
13
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa visi adalah cita-cita
atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan
untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang.
2.2.2 Misi
Menurut Susanto (2009:72) menyatakan misi merupakan “Pernyataan yang
lebih nyata untuk menjembatani agar visi itu terjadi”.
Menurut Wheelen sebagaimana dikutip oleh Wibisono (2006:46-47) Misi
merupakan “Rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan eksistensi
organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat,
baik berupa produk ataupun jasa.”
Dalam era informasi dan komunikasi ini, perusahaan harus mengorientasikan
misi perusahaan ke arah kepuasan pelanggan yang semakin well informed,
penyerahan tepat waktu, pelayanan purna jual yang sempurna serta melontarkan
produk baru, mendorong banyak perusahaan untuk berusaha meningkatkan
keuanggulan daya saing mereka (Haryadi:2008).
Adapun karakteristik dari misi menurut Gasperz (2011: 11) yaitu:
1. Menyatakan alasan-alasan bisnis tentang keberadaan perusahaan itu.
2. Tidak menyatakan suatu hasil.
3. Tidak ada batas waktu atau pengukuran.
4. Memberikan basis untuk pembuatan keputusan tentang alokasi sumber-
sumber daya dan penetapan tujuan yang tepat.
5. Mendefinisikan bisnis sekarang dan yang akan datang dalam bentuk produk,
skor, pelanggan, alasan-alasan, dan pasar.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pernyataan tentang
apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan Visi. Dalam
operasionalnya orang berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan hasil
kompromi intepretasi Visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju serta
dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian Visi.
2.2.3 Strategi
Menurut Chandler yang dikutip dari buku Rangkuti (2009:3), strategi
merupakan “Alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan
jangka panjang, program tindak lanjut, serta alokasi sumber daya.”
14
Menurut pendapat Porter yang dikutip dari buku Rangkuti (2009:4), strategi
adalah “Alat yang sangat penting untuk mencapai tujuan bersama.” Menurut Hamel
dan Prahalad yang dikutip dari buku Rangkuti (2009:4), strategi merupakan
“Tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan
masa depan.”
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan
suatu proses perencanaan yang dilakukan seseorang atau suatu organisasi atau suatu
perusahaan untuk mencapai tujuan dan sasaran jangka panjang yang diinginkan
dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal sehingga dapat menjadi
lebih baik dari pesaingnya.
2.2.4 Hubungan Visi, Misi, Strategi Dengan Balanced Scorecard
Visi dan misi menyatukan semua nilai yang dimiliki setiap orang dan
kelompok kepentingan sepanjang waktu. Selain itu visi dan misi menegaskan nilai
dan tujuan yang dapat dipahami dan diterima oleh semua pihak di luar perusahaan.
Akhirnya visi dan misi menguatkan komitmen perusahaan terhadap kegiatan yang
bertanggungjawab, yang sejalan dengan kebutuhannya untuk mempertahankan dan
melindungi klaim-klaim penting dari orang- orang dalam perusahaan akan suatu
kelangsungan hidup yang tahan lama, tumbuh, dan menguntungkan untuk
perusahaan.
Visi dan strategi diterjemahkan kedalam empat perspektif yang kemudian
oleh masing-masing perspektif visi dan strategi tersebut dinyatakan dalam bentuk
sasaran yang ingin dicapai organisasi, ukuran (measures) dari sasaran, target yang
diharapakan dimasa yang akan datang serta inisiatif-inisiatif atau program yang akan
dilaksanakan untuk memenuhi sasaran-sasaran starategis.
Balanced Scorecard sebagai suatu sistem manajemen yang
mengintegrasikan visi, misi dan strategi kedalam empat perspektif secara seimbang
ditunjukan dalam The Use of the Balanced Scorecard in Small Companies (2013)
p.76 , menurut Kaplan & Norton dalam gambar dibawah ini:
15
Gambar 2.1 Basic design of a Balanced Scorecard Performance System
Sumber : Kaplan & Norton, 1996b, p.76.
2.3 Konsep Manajemen Strategis
2.3.1 Pengertian Manajemen Strategis
Wright, Kroll, and Parnell (2012:25) menjelaskan manajemen strategis
sebagai berikut, “define strategic management as the continuous process of
determining the mission 11 and goals of an organization within the context of its
external environment and its internal strengths and weaknesses, formulating
appropriate strategies, implementing those strategies, and exerting strategic control
to ensure the organization's strategies are successful in attaining its goals".
Wright, Kroll, dan Parnell “mendefinisikan manajemen strategis sebagai
proses berkelanjutan dari penentu misi dan tujuan organisasi dalam konteks
lingkungan eksternal dan internal, kekuatan dan kelemahan, merumuskan strategi
yang tepat, menerapkan strategi-strategi, dan mengerahkan kontrol strategis untuk
memastikan strategi organisasi berhasil dalam mencapai tujuannya”.
Menurut Pearce and Robinson (Pearce & Robbinson, 2008) manajemen
strategis didefinisikan sebagai satu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan
formulasi dan implementasi renlan tcana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu
perusahaan. Manajemen strategis terdiri dari Sembilan tugas penting :
1. Merumuskan misi perusahaan, termasuk pernyataan yang luas mengenai
maksud, filosofi, dan sasaran perusahaan tersebut.
16
2. Melakukan sebuah analisis yang mencerminkan kondisi dan kemampuan
internal perusahaan
3. Menilai lingkungan eksternal perusahaan, termasuk faktor kompetitif dan
konteks umum.
4. Menganalisis pilihan-pilihan perusahaan dengan menyelaraskan sumber
daya perusahaan dengan lingkungan eksternal.
5. Mengidentifikasi pilihan-pilihan terbaik dengan mengevaluasi setiap pilihan
dalam terang misi perusahaan.
6. Memilih satu set tujuan jangka panjang dan strategi utama yang akan
menghasilkan pilihan paling menguntungkan tersebut.
7. Mengembangkan tujuan tahunan dan strategi-strategi jangka pendek yang
sesuai dengan jangka panjang dan strategi utama yang telah ditentukan.
8. Mengimplementasikan strategi yang telah dipilih melalui alokasi sumber
daya yang dianggarkan, dimana penyesuaian antara tugas kerja, manusia,
struktur, teknologi, dan sistem penghargaan ditekankan.
9. Mengevaluasi keberhasilan proses pengambilan keputusan di masa yang
akan datang.
Menurut Heene dan Desmidt (2010 : 9) manajemen strategik adalah
“Kesatuan proses manajemen pada suatu organisasi yang berulang-ulang dalam
menciptakan nilai serta kemampuan untuk menghantar dan memperluas distribusinya
kepada pemangku kepentingan ataupun pihak lain yang berkepentingan”.
Namun, menurut Solihin (2009 : 69) strategi tidak didefinisikan hanya
semata-mata sebagai cara untuk mencapai tujuan karena strategi dalam konsep
manajemen strategik mencakup juga penetapan berbagai tujuan itu sendiri (melalui
berbagai keputusan strategik yang dibuat oleh manajemen perusahaan) yang
diharapkan akan menjamin terpeliharanya keunggulan bersaing perusahaan.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan menyimpulkan bahwa
manajemen strategik adalah Kumpulan dari keputusan dalam proses manajemen
yang bertujuan untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi.
17
2.3.2 Tahap-Tahap Manajemen Strategis
Tahap-tahap manajemen strategik menurut Kaplan and Norton (1996), terdiri
dari 4 tahapan, yaitu:
1. Menerjemahkan visi, misi dan strategi bisnis
2. Berkomunikasi dan menghubungkan visi, misi dan strategi bisnis dengan
karyawan.
3. Perencanaan bisnis untuk mencapai visi, misi dan strategi.
4. Umpan balik dan pembelajaran untuk mengevaluasi dan menyesuaikan
strategi yang ada.
Dalam The Use of the Balanced Scorecard in Small Companies (2013) p.77 ,
menurut Kaplan & Norton dalam gambar dibawah ini:
Gambar 2.2 Proses Manajemen Strategik
Sumber: Kaplan & Norton, 1996, p.77.
2.3.3 Manfaat Manajemen Strategis
Adapun manfaat manajemen strategis menurut David (2011:23) adalah
sebagai berikut: “Manfaat utama dari manajemen strategis untuk membantu
organisasi merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui penggunaan
18
pendekatan terhadap pilihan strategi yang lebih sistematis, logis dan rasional, dan
komunikasi adalah kunci bagi manajemen strategis yang berhasil.”
Manajemen strategis mampu memberikan berbagai keuntungan untuk
perusahaan, baik keuntungan keuangan maupun yang bukan keuntungan keuangan.
Pada sisi keuangan,manajemen strategis mengarahkan perusahaan dalam melakukan
perbaikan dalam bagian penjualan, dan laba. Pada sisi non keuangan, manajemen
strategis membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas karyawan,
menyadari ancaman dan peluang bagi perusahaan dan kekuatan serta kelemahan
dalam perusahaan.
2.3.4 Hubungan Manajemen Strategis Dengan Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan suatu sistem inti dalam manajemen strategis
dalam menerjemahkan dan mengimplementasikan strategi dan tujuan perusahaan.
Dalam manajemen strategis, Balanced Scorecard memiliki peranan dalam
menciptakan dan memilih strategi, menerapkan serta mengevaluasi kinerja. Balanced
Scorecard bukan hanya alat pengukuran kinerja tetapi juga sebagai suatu yang
memberikan petujuk dalam pelaksanaan strategi dan sebagai penilai kinerja
manajemen strategis.
2.4 Pengukuran Kinerja Perusahaan
2.4.1 Pengertian Kinerja
Menurut Rivai (2011:554) “Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang di
tampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang di hasilkan oleh pegawai sesuai
dengan perannya dalam perusahaan”.
Menurut Scannell & Gifford (2010) dalam McReynolds (2014:83),
perusahaan adalah kesatuan tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki
konsep untuk menghasilkan sejumlah barang dan jasa tertentu.
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Kinerja perusahaan adalah suatu usaha yang dijalankan oleh sebuah
perusahaan dalam rangka untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas aktivitas
perusahaan dalam sebuah periode waktu tertentu. Kinerja perusahaan juga
19
merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu
dengan mengacu kepada standar yang ditetapkan. Pengukuran aktivitas kinerja
perusahaan dirancang untuk menaksir bagaimana kinerja aktivitas dan hasil akhir
yang dicapai.
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan
suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat
diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar
sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para
penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk
sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode
dengan referensi pada jumlah standar seperti biaya biaya masa lalu atau yang
diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas
manajemen dan semacamnya (Srimindarti, 2004).
Sebelum memahami masalah penilaian kinerja lebih jauh, ada beberapa
pengertian kinerja. Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual
yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen (Helfert, 1996) dan juga menurut
Mulyadi (2007) “Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi
dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan
perilaku yang diharapkan”. Menurut Stout (dalam Yuwono, 2002) menyatakan
bahwa pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian
pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission accomplishment) melalui
hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses.
Pengukuran kinerja yang didefinisikan sebagai “performing measurement“
adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam
pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan demikian pengertian kinerja
adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien
dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan merupakan seluruh kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan yang berkaitan dengan pencapaian sasaran strategik
manajemen selama periode tertentu.
20
Berdasarkan pendapat para dapat dapat disimpulkan menyimpulkan bahwa
sebuah kinerja bias dilihat baik bila di dalam suatu perusahaan atau organisasi
mempunyai prestasi karyawan yang baik pula yang berdampak untuk keuangan suatu
perusahaan.
2.4.2 Pengukuran Kinerja
Menurut Olsen (2007) dalam Cocca & Alberti (2010), pengukuran kinerja
didefinisikan sebagai proses untuk mengkuantifikasi efisiensi dan efektivitas dari
suatu tindakan.
Menurut Mathis dan Jackson (2011:121), kinerja pada dasarnya adalah apa
yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pegawai. Kinerja pegawai yang umum
untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut :
1. Kuantitas dari hasil
Jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif
melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Ini
berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.
2. Kualitas dari hasil
Mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran
mencerminkan pengukuran “tingkat kepuasan”, yaitu seberapa baik
penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran.
3. Ketepatan waktu dari hasil
Waktu harus dimanfaatkan sebaik mungkin dan secara optimal. Penundaan
penggunaan waktu dapat menimbulkan berbagai konsekuensi biaya besar
dan kerugian.
4. Kehadiran atau absensi
Tingkat kehadiran merupakan sesuatu yang menjadi tolak ukur sebuah
perusahaan dalam mengetahui tingkat partisipasi pegawai pada perusahaan.
5. Kemampuan bekerja sama
Kemampuan bekerja sama dapat menciptakan kekompakan sehingga dapat
meningkatkan rasa kerja sama antar pegawai.
Menurut Tangen (2005), sistem pengukuran kinerja yang baik adalah
sekumpulan ukuran kinerja yang menyediakan perusahaan dengan informasi yang
berguna, sehingga membantu mengelola, mengontrol, merencanakan, dan
melaksanakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan adanya
21
pengukuran kinerja maka perusahaan diharapkan mampu bertahan dan mengikuti
persaingan dan perkembangan yang ada. Sistem pengukuran kinerja dikelompokkan
menjadi dua sistem, yaitu:
1. Kelompok Pertama “Fully Integrated” Sistem pengukuran kinerja pada
kelompok ini merupakan system pengukuran yang paling baik (advanced),
yang mana banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Sistem ini mampu
menjelaskan hubungan kausal yang melintasi organisasi. Kebutuhan dari
seluruh pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dipertimbangkan.
Database dan system pelaporan harus terintegrasi satu dengan yang lainnya.
2. Kelompok Kedua “Balanced” Sistem ini mampu melihat kinerja dari
pandangan yang multidimensi, dari perspektif dan horizon waktu yang
berbeda. Sistem ini mendukung inovasi dan pembelajaran dan berorientasi
pelanggan. Tujuan dari system ini adalah lebih kepada memperbaiki
dibandingkan dengan memonitornya.
2.4.3 Pengertian Penilaian Kinerja
Menurut Rivai (2011:78), dalam rangka pengembangan kemampuan dan
kompetensi maka langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk peningkatan kinerja
yang lebih baik dimasa mendatang adalah dengan melakukan penganalisisan
terhadap kinerja yang sedang berjalan.
Definisi dari kinerja dapat bervariasi dari satu ukuran ke ukuran lain. Mitchell
(2012) memandang bahwa kinerja perusahaan dapat diukur dalam empat dimensi :
1. Relevansi
Merupakan tingkat dimana para stakeholder dari perusahaan memandang
perusahaan tersebut telah sesuai dengan keinginan mereka. Klien menilai
relevansi produk dengan membeli mereka, karyawan dengan bekerja kelas,
pemegang saham dengan membeli dan menjual saham dan lain-lain.
2. Efektifitas
Merupakan tingkat sejauh mana perusahaan sukses dalam meraih tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Efisiensi
Merupakan sebaik mana perusahaan menggunakan sumber daya yang
dimilikinya dalam mencapai tujuannya.
22
4. Kelayakan keuangan
Merupakan seberapa layak perusahaan dipandang dari segi keuangan, yang
mencerminkan profitabilitas perusahaan baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa sebuah kebijakan
yang ada didalam sebuah perusahaan untuk menilai kinerja masing-masing
karyawannya baik secara kuantitas maupun kualitas yang dilakukan secara periodik
dengan tujuan untuk mengevaluasi hasil pekerjannya dalam rangka meningkatkan
kinerja karywan.
2.4.4 Tujuan Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja pastinya dibutuhkan oleh perusahaan sebagai pembanding
sejauh mana kinerja perusahaan terus berkembang. Menurut Rivai (2011:40), tujuan
utama dari penilaian kinerja adalah:
1. Untuk meninjau kembali kinerja yang lalu.
2. Untuk memperkirakan kebutuhan training.
3. Untuk membantu pengembangan individu.
4. Untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini, yang berkaitan dengan
penentuan kebijakan yang akan datang.
5. Untuk pengembangan perusahaan
6. Untuk mempersiapkan diri menghadapi kompetisi yang semakin ketat,
termasuk karena tujuan menciptakan produk baru atau memasarkan produk
baru.
7. Untuk mengaudit ketrampilan (skills) di dalam organisasi.
8. Untuk menyusun sasaran-sasaran kinerja dimasa yang akan datang.
9. Untuk mengamati personil dan unit organisasi yang potensial untuk
dipromosikan dan dikembangkan.
Dalam melaksanakan kerja, karyawan mengkonsumsi input perusahaan yang
direalisasikan dalam bentuk biaya. Menurut Darsono dan Siswandoko (2011:49),
Penilaian kinerja hakikatnya adalah untuk :
1. Mengetahui kemampuan SDM mencapai sasaran kerja (efektivitas)
2. Mengetahui kemampuan SDM menggunakan input untuk mencapai sasaran
kerja (efisiensi)
3. Untuk menentukan besarnya imbalan materiil dan non-materiil.
23
Dalam penilaian kinerja, penyelia atau supervisor memegang peranan yang
penting dimana mereka harus obyektif dalam melakukan penilaian. Suatu penilaian
akan salah dan merugikan karyawan dan perusahaan karena beberapa sebab yaitu :
1. Penilai bertindak subyektif
2. Standar kinerja (ukuran) yang ditetapkan terlalu tinggi atau rendah.
3. Gaya manajemen : Otoriter, penilaian kinerja sangat subyektif karena
ukurannya dan kemampuan pemimpin. Demokratis, penilaian kinerja
obyektif karena ukurannya adalah potensi SDM.
2.4.5 Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Rivai (2011:40), manfaat dari keberhasilan rencana penilaian dapat
disimpulakan sebagai berikut:
1. Manfaat Bagi Organisasi, meliputi:
• Peningkatan kinerja melalui organisasi, karena:
• Komunikasi lebih efektif dalam mencapai tujuan dan nilai-nilai
organisasi.
• Meningkatkan kebersamaan dan loyalitas dalam perusahaan.
• Meningkatkan hubungan yang harmonis antara manajer dan staf.
• Para manajer dimanfaatkan lebih baik untuk menggunakan ketrampilan
kepemimpinannya dan untuk memotivasi serta mengembangkan stafnya.
• Peningkatan peninjauan pelaksanaan tugas dari setiap anggota staf.
• Identifikasi ide untuk pengembangan.
• Peramalan dan pandangan jangka panjang dapat dikembangkan.
• Kebutuhan pelatihan dan pengembangan dapat di identifkasi lebih jelas.
• Peningkatan dan keberhasilan budaya yang berkelanjutan dapat
diciptakan dan dipelihara.
• Personil yang potensial dapat di identifikasi dan merencanakan
pengembangan karir untuk kebutuhan staf yang akan datang.
• Menanamkan kesan bahwa personil adalah aset yang bernilai bagi
organisasi atau perusahaan.
24
2. Manfaat Bagi Penilai, meliputi:
• Peluang untuk pengembangan dan peninjauan terhadap tugas individu
dan semua departemen yang dikaitkan dengan kebutuhan perusahaan.
• Identifikasi ide-ide dan peningkatan.
• Peningkatan kepuasan tugas.
• Peningkatan kesadaran terhadap nilai pribadi.
• Peluang untuk menghubungkan tim, tujuan individu dan sasaran dengan
tujuan departemen dan organisasi.
• Peluang untuk menjelaskan perkiraan kontribusi yang diharapkan
manajer terhadap tim dan induvidu.
• Peluang untuk memperbaiki prioritas sasaran.
• Membangun hal-hal yang lebih produktif dengan staf atas dasar saling
percaya dan pengertian.
3. Manfaat Bagi Yang Dinilai, meliputi:
• Meningkatkan motivasi kerja semua unit organisasi.
• Meningkatkan kepuasan kerja semua unit organisasi.
• Meningkatkan kesadaran pentingnya nilai pribadi setiap organisasi.
• Adanya kejelasan pengertian tentang apa yang diharapkan dan apa yang
diperlukan untuk mencapai harapan tersebut.
• Peluang untuk mendiskusikan masalah dalam pekerjaan dan bagaimana
mengatasinya.
• Peluang untuk mendiskusikan aspirasi dan arahan, dukungan atau
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi aspirasi tersebut.
• Meningkatkan hubungan kerja antar manajer.
2.5 Balanced Scorecard
2.5.1 Latar Belakang Balanced Scorecard
Pada tahun 1996 Robert Kaplan dan David Norton membuat sebuah metode
yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran kinerja yang sesuai untuk
perusahaan di era globalisasi, bernama Balanced Scorecard. Sistem ini pertama kali
diuji coba oleh perusahaan Analog Devices pada tahun 1987. Latar belakang
pembuatan metode ini adalah pendapat kedua orang ahli tersebut yang melihat bahwa
25
penggunaan metode konvensional yang digunakan oleh organisasi perusahaan yang
hanya mengukur tingkat kinerja perusahaan dari sisi finansial (tingkat keuntungan)
semata sebagai bentuk keberhasilan perusahaan. Penggunaan metode konvensional
ini tentu saja tidak lagi efektif apabila diterapkan pada era globalisasi sekarang ini
dimana faktor finansial tidak hanya sebagai penentu keberhasilan dari organisasi
perusahaan.
Penggunaan balanced scorecard sendiri diharapkan dapat memperbaiki
system konvensional dengan menggunakan fakta yang lebih bersifat kualitatif dan
non-finansial. Perbaikan penting lain dari BSC lainnya adalah bahwa dengan
diterapkannya BSC adalahnya fokusnya pada pencapaian profitabilitas masa depan
organisasi perusahaan.
Menurut Norton dan Kaplan, balanced scorecard akan mempengaruhi
struktur dan system manajemen yang ada pada saat ini melalui penetapan definisi-
definisi pengukuran strategis dan integrasi strategi jangka panjang ke dalam
penganggaran tahunan. Asumsi dasar dari penerapan balanced scorecard adalah
bahwa semua organisasi adalah institusi pencipta kekayaan karena itu semua
kegiatannya haruslah dapat menghasilkan tambahan kekayaan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pembuatan sistem ini dikarenakan adanya beberapa
kelemahan yang dinilai oleh Kaplan dan Norton mengenai pengukuran tradisional.
Menurut Kaplan dan Norton, “ukuran finansial tidak cukup untuk mengevaluasi
perjalanan perusahaan di dalam lingkungan yang kompetitif ini karena hanya
menceritakan sebagian dan tidak semua tindakan masa lalu dan tidak mampu
memberikan pedoman yang memadai bagi upaya penciptaan nilai finansial di masa
depan”.
Sistem tradisional juga dinilai kurang mendukung investasi jangka panjang
dan lebih menyukai bentuk investasi yang mudah diukur dibandingkan investasi non-
finansial seperti inovasi, kemampuan pekerja, dan kepuasan pelanggan yang lebih
sulit diukur secara kuantitatif. Pendapat Kaplan dan Norton didukung oleh Mulyadi,
(1997) yang menyatakan bahwa, “perusahaan yang berhasil dituntut tidak hanya
dapat menghasilkan produk yang bermutu tetapi juga harus dapat memuaskan dan
memenuhi kebutuhan konsumen dan cost effective”.
Balanced Scorecard merupakan sebuah sistem pengaturan (tidak hanya
sebuah sistem pengukuran) yang bisa membantu suatu organisasi untuk
mengklarifikasi visi dan stategi mereka hingga membuatnya menjadi sebuah
26
tindakan nyata dan mencapai goals perusahaan. Robert Kaplan dan David Norton
telah menggabungkan sistem pengukuran finansial (tradisional) dan non-finansial,
sehingga suatu perusahaan tidak lagi hanya berfokus pada hasil finansial saja tetapi
juga masalah manusia.
2.5.2 Pengertian Balanced Scorecard
Balanced Scorecard menurut etimologi terdiri dari dua kata yaitu "kartu skor
(scorecard) dan berimbang (balanced)." Kartu skor adalah kartu yang digunakan
untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk
merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personil di masa depan. Melalui
kartu skor, skor yang hendak diwujudkan personil di masa depan dibandingkan
dengan hasil kinerja sesungguhnya.
Menurut pendapat Gaspersz (2011:20), balanced scorecard adalah suatu
konsep manajemen yang membantu menerjemahkan strategi kedalam tindakan yang
lebih dari sekedar suatu sistem pengukuran operasional atau taktis.
Menurut Kaplan dan Norton (dalam Sarjono, 2007) mengatakan bahwa
definisi Balanced Scorecard adalah suatu kerangka kerja baru untuk
mengintergrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan.
Atkinson (2012:105) menyatakan bahwa Balanced Scorecard adalah
Pengukuran kinerja organisasi berdasarkan empat perspektif yang berbeda namun
berhubungan yang diturunkan dari visi, strategi, dan tujuan organisasi.
Menurut Sumarsan (2013:219) Balanced Scorecard adalah Sebuah
perencanaan strategis dan sistem manajemen yang digunakan secara luas baik dalam
organisasi yang berorientasi laba maupun dalam organisasi nirlaba di seluruh dunia
dalam kegiatan-kegiatan usaha untuk menyelaraskan visi dan strategi organisasi,
meningkatkan komunikasi internal dan eksternal, dan mengawasi kinerja organisasi
sesuai dengan tujuan strategik perusahaan.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa balanced scorecard
berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor).
Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara kinerja keuangan dan
non-keuangan, kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang, antara kinerja yang
bersifat internal dan kinerja yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu
skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu
skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh
27
seseorang di masa depan. Balanced Scorecard adalah suatu mekanisme sistem
manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam
tindakan nyata di lapangan.
2.5.3 Keunggulan Balanced Scorecard
Menurut Veithzal dan Ella (2011:627), perusahaan semakin banyak
menggunakan Balance Scorecard untuk mengatur dan mengukur kinerja operasional
organisasi mereka :
1. Mensinergikan strategi dengan indikator kunci di semua lini organisasi
Dengan Balance Scorecard, memungkinkan pengukuran kinerja pada semua
lini bisnis bahkan sampai pada individu/person in charge dari lini bisnis
tersebut dapat mengerti dan bertanggung jawab serta bagaimana
hubungannya terhadap kesuksesan organisasi secara keseluruhan.
2. Mengukur serta mengatur kinerja bisnis lebih efektif
Balance Scorecard memberikan kemudahan bagi manajemen untuk
memonitor sampai ke semua lini bisnis supaya dapat berjalan sesuai dengan
rencana yang sudah ditetapkan dan mengidentifikasi ancaman masalah yang
muncul atau peluang bisnis yang baru.
3. Memudahkan feedback dan komunikasi strategis
Balance Scorecard dapat memudahkan komunikasi serta sharing informasi
antar lini bisnis sehingga permasalahan yang muncul dapat sedini mungkin
diidentifikasi serta dapat juga mengidentifikasi peluang bisnis di masa
depan.
2.5.4 Alasan Dasar Memilih Balanced Scorecard
Menurut Gaspersz (2011:6) beberapa alasan dasar mengapa organisasi
memilih Balanced Scorecard adalah:
1. Karena mampu mengidentifikasi kekuatan dan kesempatan untuk perbaikan
dari berbagai area dalam organisasi.
2. Memberi kerangka kerja untuk peningkatan menuju keunggulan kinerja
melalui memberikan kebebasan kepada manajemen untuk melaksanakan
strategi bisnis mandiri dan program peningkatan keunggulan kinerja.
28
3. Merupakan kerangka kerja manajemen terintegrasi, mencakup semua faktor
yang mendefinisikan organisasi, proses operasional dan hasil kinerja yang
jelas dan terukur.
4. Karena berfokus pada persyaratan untuk mencapai keunggulan kinerja,
bukan sekedar aplikasi prosedur, alat atau teknik-teknik.
5. Dapat mudah beradaptasi dengan lingkungan bisnis, dapat diterapkan dalam
organisasi besar maupun kecil.
6. Telah terbukti merupakan praktek manajemen global yang valid untuk
meningkatkan keunggulan kinerja organisasi.
Menurut Luis dan Biromo (2010:48) dibandingkan metode lain, Balanced
Scorecard memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:
1. Balanced Scorecard (BSC) dapat berfungsi sebagai alat ukur untuk
mengkomunikasikan strategi di antara para stakeholders dari sebuah
organisasi. Dengan menggunakan BSC, para stakeholders dapat
melakukan review terhadap strategi dan pencapaiannya dengan
menggunakan bahasa yang sama. (Dengan itu mereka dapat mengatasi
hambatan pada visi.)
2. Balanced Scorecard memungkinkan organisasi untuk memetakan semua
faktor utama yang ada dalam organisasi tersebut, baik yang berbentuk benda
fisik (tangible) maupun benda non fisik (intangible). Sementara konsep
perencanaan strategi lain pada umumnya hanya terbatas pada hal-hal yang
bersifat tangible. (Dengan demikian mereka dapat mengatasi hambatan
pada manajemen).
3. Balanced Scorecard dapat mengaitkan strategi dengan kinerja organisasi
(performance). Dan proses pelaksanaan itu dapat dipantau tingkat
pencapaiannya dengan menggunakan Key Performance Indicators yang
biasa disingkat menjadi KPI. Hal ini menunjukkan bahwa BSC tidak hanya
membantu organisasi dalam menyusun strategi, tetapi juga memonitor
pencapaian strategi tersebut. (dengan demikian mereka dapat mengatasi
hambatan pada pelaku dan manajemen).
4. Balanced Scorecard memiliki konsep sebab-akibat. Dengan demikian para
pelaku strategi mendapat gambaran dan menjadi jelas bahwa bila strategi
yang berada dalam tanggung jawab mereka dapat tercapai dengan sukses,
hal itu akan membuahkan hasil tertentu dan akan terkait dengan strategi
29
lainnya. Sebaliknya bila tak tercapai, hal itu pada gilirannya akan
mempengaruhi pencapaian strategi lainnya. Hubungan sebab akibat ini
secara tidak langsung dapat menguatkan kerja sama dalam organisasi dan
mendorong mereka untuk berada dalam satu payung yang sama dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. (dengan demikian mereka dapat
mengatasi hambatan pada pelaku dan manajemen).
5. Balanced Scorecard dapat membantu proses penyusunan anggaran. Dari
BSC kita dapat mengetahui kegiatan apa saja yang harus dilakukan
organisasi guna mencapai target-targetnya yang meliputi aktivitas sehari-
hari samapi dengan proyek-proyek khusus. Kemudian bagi kegiatan-
kegiatan itu dapat dihitung keperluan dananya dan dimasukkan dalam
anggaran. (dengan demikian mereka dapat mengatasi hambatan pada
sumber daya manusia dan manajemen).
2.5.5 Perancangan dan Penerapan Balanced Scorecard
Menurut Suhendra (2004), mengemukakan bahwa bangunan balanced
scorecard dimulai dari visi perusahaan. Kemudian visi ini diuraikan dalam
perspektif-perspektif pengukuran. Pada masing-masing perspektif tersebut ditetapkan
tujuan-tujuan strategis yang lebih spesifik yang merupakan penjabaran dari visi
perusahaan. Atas dasar tujuan strategis ini, perusahaan kemudian menetapkan fakor-
faktor keberhasilan kritikal agar visi perusahaan bias diwujudkan. Setelah penetapan
fakor-faktor keberhasilan kritikal ini, kemudian ditentukan ukuran-ukuran strategis
yang mencerminkan strategi perusahaan. Terakhir, perusahaan menyiapkan langkah-
langkah spesifik yang akan dilakukan pada masa mendatang agar tercapai tujuan
tujuan strategis yang merupakan syarat bagi pencapaian misi perusahaan.
2.6 Perspektif dalam Balanced Scorecard
2.6.1 Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan menjelaskan konsekuensi ekonomi dari tindakan yang
dilakukan dalam perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan
pertumbuhan. Kinerja keuangan hampir menjadi tujuan akhir yang ingin dicapai
setiap organisasi bisnis. Perspektif keuangan menjelaskan konsekuensi ekonomi dari
tindakan yang dilakukan dalam perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta
30
pembelajaran dan pertumbuhan. Kinerja keuangan hampir menjadi tujuan akhir yang
ingin dicapai setiap organisasi bisnis.
Dalam penelitian ini pengukuran perspektif keuangan akan menggunakan
pengukuran yang digunakan pada penelitian yang dijalankan oleh Menurut
Giannopoulos (2013), sebagai berikut:
1. Debt Ratio
Debt Ratio adalah rasio yang mengukur berapa persen asset perusahaan
yang di belanjai dengan hutang. Hutang yang semakin tinggi menunjukkan
perusahaan memiliki perputaran uang yang tidak baik.
2. Increase of Cash
Cash adalah aktiva lancar yang meliputi uang kertas/logam dan benda-
benda lain yang dapat digunakan sebagai media tukar/alat pembayaran yang
sah dan dapat diambil setiap saat. Semakin meningkat kas dari sebuah
perusahaan menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan dari aspek
keuangan.
3. Increase of Account Receivable
Account Receivable adalah hak atau tagihan perusahaan kepada pihak
lainnya yang nantinya akan dimintakan pembayarannya jika sudah
waktunya. Piutang Dagang (Account Receivable) timbul karena perusahaan
melakukan penjualan barang-barang dagangan atau barang lain atau jasa
secara kredit. Semakin tinggi account receivable menunjukkan bahwa
banyak perusahaan yang sangat tertarik dengan produk atau jasa yang
ditawarkan perusahaan.
2.6.2 Perspektif Pelanggan
Pelanggan merupakan pihak luar yang setiap saat menggunakan produk
sebuah perusahaan. Untuk melipatgandakan kinerja keuangannya, Perusahaan perlu
mendapatkan, memelihara, dan terus meningkatkan jumlah konsumennya. Variabel
kunci yang menjadi fokus pelanggan meliputi kepuasan pelanggan, dan jumlah
pelanggan.
Dalam penelitian ini pengukuran perspektif pelanggan akan menggunakan
pengukuran yang digunakan pada penelitian yang dijalankan oleh Menurut
Giannopoulos (2013), sebagai berikut:
31
1. Costumer Satisfaction
• Customer satisfaction adalah tingkat dimana ekspektasi konsumen sesuai
dengan keadaan aktual yang dirasakan oleh konsumen. Customer
Satisfaction dapat diukur dengan menggunakan kuesioner dimana isi dari
kuesioner ini diadopsi dari penelitian yang dijalankan oleh Giannopoulos
(2013) dengan dimensi sebagai berikut:
• Bukti fisik (Tangible) adalah segala hal fisik yang dapat dilihat oleh
konsumen saat terjadi pelayanan jasa. Pengukurannya meliputi: fasilitas
yang selalu up-to-date, indah dilihat, mendukung dan kerapihan dari staff
atau karyawan perusahaan.
• Empati (Empathy) adalah perasaan emosional yang terbentuk saat
pelayanan diterapkan kepada konsumen. pengukurannya meliputi: sikap
sopan, dukungan dari pihak perusahaan, perhatian dari karyawan atau
staff perusahaan, rasa pengertian dari perusahaan, kemampuan
perusahaan untuk mengerti kebutuhan pelanggan, pelayanan yang
membuat konsumen merasa dispesialisasi dan panjang atau pendeknya
waktu operasional dari perusahaan.
• Keandalan (Reliability), merupakan kemampuan perusahaan dalam
memberikan jasa yang tepat dan dapat diandalkan. Pengukurannya
meliputi: penepatan janji, sikap simpatik dari perusahaan, kemampuan
perusahaan untuk diandalkan, ketepatan waktu sesuai dengan yang
diinformasikan, serta keakuratan dari informasi lainnya.
• Daya tangkap (Responsiveness), artinya mampu memberikan pelayanan
yang cepat dan efisien kepada pelanggan. Pengukurannya meliputi:
informasi waktu, pelayanan yang menjanjikan, niat membantu yang
tulus, serta ketersediaan waktu untuk membantu
• Jaminan (Assurance) artinya mengukur kemampuan dan kesopanan
karyawan serta staf dapat dipercaya yang dimiliki oleh perusahaan.
Pengukurannya meliputi: kemampuan perusahaan untuk membuat
konsumen percaya dan merasa aman.
2. Increase The Number of Costumer
Menurut Giannopoulos (2013), Increase the number of customer
adalah jumlah peningkatan rekanan bisnis perusahaan dari tahun ke tahun.
32
2.6.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif ini, perusahaan harus mengidentifikasi proses internal yang
penting dengan sebaik-baiknya karena proses internal memiliki nilai yang diinginkan
pelanggan. Dalam hal ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan baik manajer maupun karyawan untuk
menciptakan suatu produk yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi pelanggan
dan juga para pemegang saham.
Dalam penelitian ini pengukuran perspektif bisnis internal akan menggunakan
pengukuran yang digunakan pada penelitian yang dijalankan oleh Menurut
Giannopoulos (2013), sebagai berikut:
1. Increase Market Share
Pangsa pasar (Market Shared) dapat diartikan sebagai bagian pasar yang
dikuasai oleh suatu perusahaan, atau prosentasi penjualan suatu perusahaan
terhadap total penjualan para pesaing terbesarnya pada waktu dan tempat
tertentu. Menurut Giannopoulos (2013), Increase market share adalah
pertumbuhan dari persentase yang dicapai oleh perusahaan dari keseluruhan
potensi pasar yang dapat dicapai dalam sebuah geografis tertentu.
2. Increase Productivity
Menurut Giannopoulos (2013), Increase productivity adalah
pertumbuhan dari tingkat kapabilitas perusahaan dalam menangani proyek
yang sedang dan akan berjalan.
2.6.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif yang terakhir dalam balanced scorecard adalah perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran. Robert. S. Kaplan dalam Sumarsan (2013:222)
mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi bisnis untuk terus
memperhatikan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan
pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk
berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif diatas dan tujuan perusahaan.
Dalam penelitian ini pengukuran perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
akan menggunakan pengukuran yang digunakan pada penelitian yang dijalankan oleh
Menurut Giannopoulos (2013), sebagai berikut:
33
1. Increase Employees Skill
Increase employee skill adalah peningkatan kemampuan karyawan dalam
sebuah perusahaan. dalam penelitian ini, increase employee skill dapat
diukur dengan menggunakan kuesioner dimana isi dari kuesioner ini
diadopsi dari penelitian yang dijalankan oleh Abas-Mastura (2013) dengan
dimensi sebagai berikut:
• Fundamental
Fundamental mengacu pada kemampuan karyawan dalam
berkomunikasi, Kemampuan untuk mengatur informasi yang masuk,
serta pemikiran dalam menangani masalah.
• Personal Management
Personal management mengacu pada kemampuan karyawan dalam
bersikap positif, bertanggung jawab, beradaptasi, belajar secara terus
menerus, dan bekerja secara aman.
• Team Work
Team work mengacu pada kemampuan karyawan untuk bekerja dengan
orang lain dan berpartisipasi dalam sebuah projek.
2. Improve The Quality Of Service
Menurut Giannopoulos (2013), Improve The Quality Of Service adalah
peningkatan kualitas dari pelayanan dari sebuah perusahaan. Salah satu
indikasi peningkatan kualitas pelayanan dapat dilihat dari jumlah keluhan dari
tahun ke tahun.
2.7 Objective Matrix (OMAX)
Objectives Matrix (OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas
parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di tiap bagian perusahaan
dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut
(objective). Metode ini dikembangkan oleh seorang professor produktivitas dari
Departemen Of Industrial Engineering at Oregon State University, yaitu James L.
Riggs, PE. OMAX diperkenalkan pada tahun 80-an di Amerika Serikat. Ada
beberapa kelebihan dari metode OMAX ini dibandingkan dengan metode lain yaitu
data yang diperlukan dalam model ini mudah didapat, perhitungannya sederhana dan
34
mudah dipahami, mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan keahlian khusus,
serta lebih fleksibel karena mudah disesuaikan dengan masalah yang dihadapi.
Perhitungan skor pencapaian masing-masing indikator kinerja dilakukan
dengan menggunakan metode Objectives Matrix (OMAX). OMAX menggabungkan
kriteria-kriteria produktivitas ke dalam suatu bentuk yang terpadu dan berhubungan
satu sama lain. Model ini melibatkan seluruh jajaran di perusahaan, mulai dari
bawahan sampai atasan. Skala yang didapat akan menentukan tingkat kesulitan dari
pencapaian kinerja untuk setiap unit kerja. Untuk melakukan pembuatan skala
diperlukan beberapa level yang menjadi titik acuan. Pada model Objective Matrix.
Level yang digunakan sebagai titik acuan terdiri dari 3 level, yaitu:Level 0, Level 3
dan Level 10.
Index merupakan hasil penjumlahan seluruh nilai value dari setiap kriteria
yang menyatakan indikator pencapaian kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja
dapat ditentukan dari besarnya kenaikan indikator pencapaian bila dibandingkan
dengan pengukuran periode sebelumnya. Dalam skema penilaian OMAX, terdapat
Traffic Light System yang berfungsi sebagai tanda apakah indikator kinerja
memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Traffic Light System ini direpesentasikan
dalam tiga warna yaitu:
1. Warna hijau, dengan ambang batas 8 sampai dengan 10 yang berarti
achievement dari suatu indikator kinerja sudah tercapai
2. Warna kuning, dengan ambang batas 4 sampai 7 yang berarti achievement
dari suatu indikator kinerja belum tercapai meskipun nilai sudah mendekati
target
3. Warna merah, dengan ambang batas lebih kecil atau sama dengan 3 yang
berarti achievement dari suatu indikator kinerja benar-benar di bawah target
yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera.
35
2.8 Kerangka Pemikiran
Balanced Scorecard
Perspektif Keuangan
Perspektif Pengembangan
dan Pembelajaran
Perspektif Bisnis Internal
Perspektif Pelanggan
Kinerja Perusahaan Saat ini
Pencapaian Perusahaan Saat ini
Tercapai Tidak Tercapai
Evaluasi Kinerja Pertahankan Kinerja
Simpulan dan Saran
PT JAYA SAKTI KONSTRUKSI
36